Senin, 28 Desember 2020

I R I H A T I

*Mutiara Weda*
29/12/2020

*I R I H A T I*

*Umat se dharma*,  menjauhkan diri dari rasa dengki  dan  rasa iri hati *Matsarya* sebagai suatu kewajiban dasar  dalam membangun tatanan kehidupan umat Hindu yang Satyam, Sivam dan Sundaram. Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama  *Prema Vahini* .Jangan biarkan sifat iri hati & dengki terlalu lama bercokol dalam diri.

Manakala bathin selalu diselimuti oleh rasa iri hati & dengki *Matsarya* pada sesama  jika melihat kelebihan orang lain, dapat dipastikan keadaan  orang seperti ini sesungguhnya adalah orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini yang sangat sulit untuk disembuhkannya.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi Umat Hindu untuk  menjauhkan diri dari sifat  sifat Iri hati dan Dengki *Matsarya* sebagai bagian dari tujuh macam kegelapan *Sapta Timira* yang wajib dikendalikan  dengan jalan melakukan Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran / *Manah*. Niscaya akan dapat terciptanya tatanan kehidupan yang Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Saramuscaya 89-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 26 Desember 2020

Mata Nafsu

*Mutiara Weda*
27/ 12 /2020

*Mata Nafsu*

*Umat se-dharma*, Jika dilihat dalam Susastra Hindu ;  hidup menjelma menjadi manusia sesungguhnya adalah sebuah Penderitaan, menderita disebabkan karena Dosa,  dosa dan penderitaan adalah satu bagian dari kehidupan manusia. Menderita bukan disebabkan orang lain melainkan  oleh diri sendiri.  Semuanya tidak ada yang salah dan  hilang, kembali pada pelakunya. Demikian pula hidup menjelma menjadi manusia akan selalu dihadapkan  dengan berbagai  cobaan & godaan  akibat dari Karma buruk yang sumbernya dari  kegelapan pikiran atau *Avidya*

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  jalan penyelesaiannya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu, Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran 
dengan jalan  maningkatkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan. Niscaya  Pikiran akan selalu terkendali dalam mengarungi Proses Samsara  menuju jalan kehidupan *Catur Marga Yoga*.
( Vreti sasana II b.78/1 & SS.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 25 Desember 2020

Dharma Vahini

*Mutiara Weda*
26/12/2020

*Dharma Vahini* 

*Umat se-dharma*, dalam susastra Hindu ada tersirat bahwa Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran, tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta, Dharma harus ditegakkan.*satyam nasti paro dharma*
kuatnya  *Sradha* menjadi inti hakekat   ajaran  Hindu,  jalankan ajaran Dharma dengan benar, penuh keyakinan dan kemantapan hati  tanpa dibayang  bayangi oleh  keragu raguan.

Manakala beragama dilandasi dengan perasaan ragu ,  dapat dipastikan akan rapuhnya pondasi dasar agamanya *sangatlah berbahaya*,  siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, Dharma raksitah*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan  & Perkokoh keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini* baik  * Weda Sruti maupun * Weda Smerthi* sebagai pedoman  dan pegangan Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai  kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud. 
(Slokantara ,3.7 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 24 Desember 2020

Orang Tua Dewa Dalam Keluarga

Mutiara Weda*
25 / 12 / 2020

*Orang Tua* : Dewa dalam keluarga

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu kedua orang tua (bapak / Ibu)  memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia demikian juga seorang Ibu  melahirkan, membesarkan dan membimbing sang anak ibaratkan Dewa dalam Keluarga  *Pitri Deva Bhava*

Orang tua  merupakan sarana terciptanya tubuh ini dan menjadi dewa Sekala bagi sang anak, maka sudah menjadi kewajiban bagi sang anak untuk  berbhakti pada kedua orang tuanya agar mendapatkan *Pahala* dalam.bentuk  ;  *Kerti*/Kerahayuan,kebahagiaan,  *Bala*/Kekuatan, *Ayuswa*: Umur Panjang dan *Yasa Patingal Rahayu*/ menjadi contoh bagi keturunannya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk berbhakti  kepada kedua orang tua untuk mendapatkan kebahagiaan  manah santih maupun paramasanti melalui *Tiga Restu*  yaitu :

*Kebahagiaan dalam masyarakat*  melalui penghormatan pada *sang Ibu*,

*kebahagiaan  di dunia* melalui penghormatan pada *ayah* dan

*Kebahagiaan di Brahma Loka* melalui penghormatan pada *Guru atau Acarya*. Niscya akan terbentuknya anak yang suputra dan terhindar dari maha pataka atau dosa besar menuju manah santih dan parama santih, bahagia lahir dan bathin, sekala dan niskala.
( Manu Smerti, 2. 227 dan Taitirya Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 23 Desember 2020

Manusia dijaga dengan tutur agama

*Mutiara Weda*
24 / 12 /2020

*Manusia dijaga dengan Tutur agama*

*Umat se-dharma*,  jika dilihat dalam Sesantih Hindu, Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan suatu kewajiban  bagi setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan dijaga dengan perilaku yang baik.  Sastra-sastra suci  dijaga  dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Ketampanan dan  Kecantikan  di rawat dengan kebersihannya.

Demikian pula halnya dalam  kelahiran menjelma  menjadi manusia dapat dijaga dengan tutur agama,  budi pekerti dan  etika  yang baik  serta sinergisitas dalam  berpikir, bertutur kata  begitu pula  dalam bertindak  *Tri Kaya Sandhi*

*Oleh karena itu*,  marilah sebagai umat Hindu  jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan untuk  selalu menjaga dan  merawatnya dengan   *Bersyukur* atau *Angayubagya.   Niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala,  manah Santih maupun parama santih akan dapat diwujudkan.
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 22 Desember 2020

Introspeksi Diri

*Mutiara Weda*
06/ 12 /2020

*Introspeksi Diri*

*Umat Se- dharma*, Dalam Susastra Hindu ada tertuang bahwa setiap umat manusia  diwajibkan untuk selalu berbuat   *Kebajikan* untuk mendapatkan 
kebahagiaan.  Mencari dan menemukan kebahagiaan serta kesenangan  bathin dengan cara mencari cari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibaratkan menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.

Sebagai  umat manusia sudah semestinya untuk   selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain dan menghindari  untuk mencari cari kelemahan serta kekurangan  dari orang lain.

*Maka dari  itu*,  sebagai umat Hindu, mari  Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala kita selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu ketika akan berjumpa dengan bagian dari diri kita yang terindah" dengan menampakkan   kesadaran rohani melalui peningkatan kualitas spiritual  *Samyagjnana*  dengan cara selalu melihat ke dalam diri masing masing  *Mulatsarira* & *Anyekung Jnana* / introspeksi dalam diri. (SS.341-345)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 18 Desember 2020

Mada : Ke-angkuhan

*Mutiara Weda*
19 /12/ 2020

*Mada : Ke-Angkuhan*

*Umat se-dharma*,  Jika direnungkan  hidup menjelma menjadi manusia akan selalu  dibayang bayangi  oleh  rasa angkuh / *mada*  sebagai salah satu  bagian dari enam musuh yang ada dalam diri setiap umat manusia  *Sad Ripu* yang dapat  membelenggu & menghancurkan  jiwa  manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Oleh karena itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri *Anyekung Jnana* dengan   memantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terkendalinya Indrya dan  dapat terlepas dari pengaruh *Mada* menuju suatu kebahagiaan *Satyam, Sivam & Sundaram*
( Vreti sasana II b.78 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Catur Dharma Sadhana

*Mutiara Weda*
18/12/2020

*Catur Dharma Sadhana*

*Umat Se-dharma*,  jika direnung renungkan Sesungguhnya  dilahirkan  menjadi manusia suatu anugerah karena mendapatkan kesempatan untuk membenahi diri untuk berbuat kebajikan  dan dalam mengarungi  kehidupan yang sempurna  *Krtakrtya*, penuh dengan limpahan kesenangan dan kebahagiaan  *Atmarati* tidak bisa lepas dari Penerapan  nilai nilai ajaran Dharma. 

 Mengamalkan  & mengaplikasikasi  ajaran Agama  pada diri   untuk  menuju sang maha Pencipta  disebut  *Dharma Sadhana* atau *Catur Dharma  Sadhana  sebagai  *_Sesarining Dharma_*.
Empat  bentuk pengamalan ajaran agama yang tergolong *Catur Dharma Sadhana* antara lain  :

*Jnana kanda*  :'pikiran yang terbebas dari dualitas, 

*Bhakti Kanda*  :' sikap welas asih dan kebaikan yang tak terbatas pada semua makhluk,

 *Yoga Kanda* :  pikiran yang terbebas dari  pengaruh Sad ripu,

 *Karma Kanda*  :' Dapat  melaksanakan swadharma dengan baik.

*oleh karena itu*, sebagai umat Hindu wujudkan dan  realisasikan serta amalkan ajaran  kesucian atau  Dharma  dalam diri masing masing  melalui latihan latihan rohani dengan tahapan  *Astangga yoga*  secara sistematis dan praktis sehingga terbina, terpupuk Budhi pekerti dan kesucian bathin. Niscaya akan mampu mengamalkan nilai nilai Dharma dengan baik sehingga menjadi seorang *Sadhaka* dan mencapai *Jiwan Mukti* atau kebahagian di dunia serta Kesempurnaan dalam kehidupan *KrtaKertya*
(reg Weda VIII.69.8 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 16 Desember 2020

Suluh Ikang Prabha

*Mutiara Weda*
17 /12/2020

*Suluh Ikang Prabha*

*Umat Se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita  ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang, Dan jangan membenarkan yang biasa, biasakan yang benar sebagai salah satu ajaran Etika Hindu  *Suluh Ikang Prabha* selalu melihat kedalam diri guna membangun kawasan suci atau *Udana Vayu*.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani ,  perhalus Budhi dengan Nilai - nilai  Dharma, selalu  Amulat sarira  *Suluh Ikang Prabha* di dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar  *Tri Kaya Sandhi*.   Niscaya  akan  dapat Anyekung Jnana dan memancarkan   Aura Positif  dalam diri dalam bentuk  *Prana Halus* atau *Udana Vayu*
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 15 Desember 2020

Para & Apara Bhakti

*Mutiara Weda*
16/12/2020

*Para  & Apara Bhakti*

*Umat se-dharma*,  Pelaksanaan ajaran Bhakti  bagi umat Hindu sebagai  Wujud dari  rasa cinta kasih yang murni dan tulus Kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dan menjadi  puncak  serta muara dari *Karma* dan *Jnana Marga* .  Segala pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa dilakukannya  *Karma* yang tulus dan tanpa pamerih *Niskamakarma*. 

Bagi orang yang memiliki tingkatan kualitas  rohani dalam berbhakti kehadapan-Nya  tak akan pernah menunjukkan sifat selalu  memohon apalagi  meminta minta melainkan  pengabdian & menyerahkan diri sepenuhnya kepada sang maha Pencipta secara tulus  *Para bhakti*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi  suatu kewajiban dalam melaksanakan ajaran Bhakti dengan landasan penyerahan dan mengabdikan diri secara tulus *Para bhakti*   serta menghindarkan diri dari  sifat pamerih *Apara bhakti*.  Niscaya umat sedharma akan mampu menuju tingkatan kualitas bhakti yang sempurna  *Maduryabawa* (Yadnya & Bhakti hal. 133-172)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 14 Desember 2020

Mangayubagya

*Mutiara Weda*
15/ 12 /2020

*Mangayubagya*

*Umat se-dharma*, Hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini  ibaratkan Roda pedati yang selalu berputar putar, silih berganti,  suka maupun duka, tak satupun manusia mampu menahan dan merubah Kuasa Tuhan.

Rasa Suka  maupun  Duka  akan selalu berdampingan dan datangnyapun silih berganti  begitu juga Kebahagiaan  yang dianugerahkan-Nya itupun tidak bisa diukur dari seberapa banyak yang dimilikinya, melainkan seberapa rasa angayubagya yang bisa diungkapkannya .

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu Mangayubagya dan memanjatkan rasa syukur kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa apapun yang dianugerahkan-Nya  dan beliaulah yang mengatur alam semesta beserta isinya   *ya nah pita janita yo nidhata dhanani Vedo bhuvanani Vistha*. Niscaya umat se dharma akan menemukan hakekat  kebahagiaan itu sendiri, baik manah santih &  parama santih, Lahir  maupun bathin.
(Kitab Slokantara, 84.76.hal. 297)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 11 Desember 2020

Jangan mengabaikan Kewajiban

*Mutiara Weda*
12/12/2020

*Jangan Mengabaikan  Kewajiban*

*Umat se-dharma*,  jika direnungkan  ungkapan tokoh spiritual Hindu Mahatma Gandi pernah mengatakan sebagai umat manusia seharusnya berbahagia sebagai apa yang telah dilahirkannya dan berbahagia menunaikan setiap kewajiban yang telah ditentukan oleh-Nya. Jangan pernah melalaikan kewajiban.

Mereka yang  mengabaikan,  melalaikan kewajibannya dan hidup dengan menjalankan kewajiban orang lain dengan melupakan kewajibannya  sendiri *Swadharma* maka orang seperti ini tergolong  sebagai orang yang paling  rendah atau Candala.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jalankan swadharma  dengan baik  dan jangan pernah mengabaikan ataupun mencampuradukkannya karena itu sudah sesuai dengan *Karma Wesana* masing masing, kerjakan setiap tugas  sebagai suatu kewajiban *karyam karma samacara*. Niscaya akan terwujudnya tujuan hidup yang tertinggi yaitu ; Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah, tercapainya kebahagiaan jasmani-rohani, lahir maupun batin (kedamaian abadi) yang dijabarkan dalam konsep Catur Purusa artha atau catur warga.
[slokantara 67 & Niti Sastra. I.12]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 05 Desember 2020

Introspeksi Diri

*Mutiara Weda*
06/ 12 /2020

*Introspeksi Diri*

*Umat Se- dharma*, Dalam Susastra Hindu ada tertuang bahwa setiap umat manusia  diwajibkan untuk selalu berbuat   *Kebajikan* untuk mendapatkan 
kebahagiaan.  Mencari dan menemukan kebahagiaan serta kesenangan  bathin dengan cara mencari cari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibaratkan menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.

Sebagai  umat manusia sudah semestinya untuk   selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain dan menghindari  untuk mencari cari kelemahan serta kekurangan  dari orang lain.

*Maka dari  itu*,  sebagai umat Hindu, mari  Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala kita selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu ketika akan berjumpa dengan bagian dari diri kita yang terindah" dengan menampakkan   kesadaran rohani melalui peningkatan kualitas spiritual  *Samyagjnana*  dengan cara selalu melihat ke dalam diri masing masing  *Mulatsarira* & *Anyekung Jnana* / introspeksi dalam diri. (SS.341-345)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 01 Desember 2020

Trigunatattva dalam Mepunia

*Mutiara Weda*
02/12/2020

*Trigunatattva dalam Mepunia*

*Umat se-dharma*,  jika dilihat dalam susastra Hindu ada menyebutkan bahwa medanapunia merupakan suatu kewajiban suci bagi umat Hindu  dengan unsur Satvam dan  ketulusan hati sebagai landasannya serta menghindari Unsur Pamer,  sifat rajas dan unsur Tamas dalam pelaksanaannya.  Manakala melaksanakan Dana  Punia  tanpa  ketulusan hati / lascarya,  apalagi didasari oleh sifat Krodah ibaratkan setumpuk Ilalang yang menggunung  dijatuhi api sekecil *Ikakunang* akan hangus terbakar, tiada bekas dan tiada Guna.

Ada Tiga Bentuk  Dana Punia :

*Abhaya Dana* : pemberian berupa kesempatan untuk mencapai ketinggian jiwa sampai kamoksan dan pemberian pelindungan dari rasa takut.

*Brahma Dana* : Pemberian berupa Ilmu Pengetahuan suci

*Artha Dana* : Pemberian berupa arta benda termasuk pakaian dan makanan.

*Oleh karena itu, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk  medana punia dengan pijakan Trigunatatva dan disesuaikan kemampuan masing masing dengan landasan Lascarya dengan tetap memperhatikan waktu  yang baik  yaitu *Daksinayana* ; disaat matahari bergerak kearah selatan dan *Utarayana* ;  saat matahari bergerak ke arah Utara dan Saat  terjadinya gerhana matahari atau ketika berada pada garis katulistiwa *Sadasitimukha*. Niscaya akan akan memperoleh kesucian  bathin atau  *Pavitra* dan mendapatkan kebahagiaan nantinya.
(Slokantara , 20.5 & SS 168-183)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .




Sabtu, 28 November 2020

Bangun Manah Santih

*Mutiara Weda*
28/11/2020

*Bangun Manah Santih*

*Umat Se-dharma*,  Jika direnungkan dalam sebuah Sesanti ;  Diantara semua permata yang ada, yang paling bercahaya itu sebenarnya adalah *rasa  hati yang indah* dan Diantara semua bunga yang pernah mekar,harum dan wangi, juga sebetulnya  yang paling  tersentuh adalah  *rasa   hati yang indah* pula.Bangun Kedamaian dalam Hati *Manah Santih & Parama Santih*

Sulit rasanya akan mendapatkan sentuhan rasa Hati yang nyaman dan  Indah tatkala dalam hatinya selalu bergejolak, penuh dengan praduga dan prasangka.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  tanamkan  selalu rasa   hati yang  *indah*  dan *Nyaman* agar memiliki  sentuhan  & kehalusan budhi  dengan menampilkan sikap berbudhi  luhur. Niscaya rasa hati yang indah & Nyaman  Kedamaian *Santih* dalam diri akan terbangun menuju  *K e b a h a g I a an*
(SS. 135-148 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kuatkan Sradha dan Bhakti

Mutiara Weda*
27/11/2020

*Kuatkan Sradha & Bhakti*

*Umat se-dharma*,   jika direnungkan, Cikal bakal dari penguatan beragama sebenarnya  terletak pada  Keyakinan /Sradha dan Kebenaran ajarannya / *Satya dharma*,  manakala   dalam keyakinan mengalami keraguan bahkan  bimbang  maka akan terjadi kerapuhan  pada pemahaman  inti sari dari ajaran  dharma. Sedangkan  Karakter dalam beragama Hindu adanya Sradha & Bhakti . Hakekat bhakti sebenarnya adalah membangun keseimbangan hidup,  baik  Jasmani -  rohani  maupun  jiwa  dan Raga.

Dalam melakukan pemujaan sebagai wujud  rasa Bhakti,  manusialah sebenarnya  yang membutuhkannya.  Ibaratkan  matahari selalu bersinar  tanpa henti dan tetap tinggal serta berputar putar  di tempat, inilah yang di sebut   dengan *hukum Rta* atau *hukum alam* yang ditetapkan Tuhan pada Matahari dan setiap  manusia membutuhkan sinar serta unsur unsur alam lainnya itu.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Sradha & Bhakti dengan  penguatan pada ajaran agama dengan menjalankan  Prawerti Marga dan Niwerti Marga  serta  menjaga kemurnian ajaran agama dengan Panca Sradha  &  Tri Kerangka dasar sebagai bingkainya.  Niscaya Sradha dan bhakti akan semakin kuat dan kokoh *Sanatana Dharma*
[ Kitab Swastika Rana]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Busana Pengetahuan Kedamaian

*Mutiara Weda*
26/ 11 /2020

*Busana  Pengetahuan Berupa Kedamaian*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan, Cermin dari kualitas pengetahuan adalah  kedamaian dalam diri  serta kemampuan untuk memancarkannya.  Ilmu Pengetahuan  suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran 
serta kebahagiaan.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan dalam kehidupan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir & Maha sempurna. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .





Selasa, 24 November 2020

Pancaran Rwa Bhineda

*Mutiara Weda*
25/11/2020

*Pancaran Rwa Bhineda*

*Umat Se-dharma*,  Jika direnungkan hidup menjelma menjadi  manusia,  selalu dibayang  bayangi & dibelenggu oleh siklus rwa bhineda, manakala pikiran gelap dan perasaan  mati, dapat dipastikan tidak akan dapat  menjalankan *Wiweka*  menimbang nimbang membedakan  antara yang baik dan  buruk, antara benar maupun  yang salah.

*Rwa bhineda* dengan kemasan *Bhineka tunggal Ika* sebagai dua tattwa yang bersepupu karena keduanya mengajarkan dan membimbing umat Hindu  untuk menghargai suatu perbedaan,  berbeda beda  namun tetap menjadi satu dan menghindarkan diri dari sikap saling mencurigai  yang dapat menjadi ramuan faham fanatisme yang berujung pada permusuhan dan perkelahian.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi suatu kewajiban untuk memahami akan hakekat *Tattwa rwa Bhineda* dan *Bhineka Tunggal Ika* dengan penuh kesadaran dan ketulusan hati berlandaskan ajaran Dharma  dengan pustaka suci Weda sebagai satu satunya Pijakan  serta menggunakan  *Wiweka* dalam menentukan  pilihan  hidup, baik memilih menggunakan jalan aman dan tanpa hambatan *whrite dharma*  maupun  memilih jalan yang penuh hambatan dan rintangan *Nishiddha* yang wajib dihindari.  Niscaya Pancaran rwa Bhineda akan dapat memberikan Energi positif bagi setiap umat Hindu dalam membagun umat Hindu yang penuh kedamaian, *Manah Santih maupun Parama santih.  (BG.XIV.13  &  SS.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 23 November 2020

Selaraskan Pikiran, Ucapan dan Tindakan

*Mutiara Weda*
24/11/2020

*Selaraskan* : Pikiran-Ucapan & Tindakan

*Umat se-dharma*, Jika direnung renungkan  pada jaman ini, terasa mulai  teramat jarang  terdengar ungkapan tutur  kata yang  sopan & santun.   Terasa  redup alam pikiran manusia  tatkala akan bertutur kata. Bukannya perhiasan yang dapat menambah kecantikan sesorang,  melainkan selarasnya Pikiran, Ucapan dan Tindakan.

Sesungguhnya Perkataan itu ibaratkan sebuah pisau yang sangat tajam apabila  digunakan sesuai dengan fungsinya akan sangat bermanfaat,  namun justru akan dapat merugikan bahkan menjerumuskan  tatkala tidak diimbangi dengan landasan  ajaran Dharma.  Dari perkataan akan mendapatkan kebahagiaan,  dari 
perkataan  akan menemui ajal
dan dari perkataan pula akan mendapatkan kesusahan.
Demikian juga dari perkataan  akan mendapatkan sahabat sejati.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  dari pustaka suci Weda untuk.melatih diri menselaraskan Manah, Vak dan Kaya.  Mensucikan pikiran dengan pengetahuan suci *Manah Satyena Suddhyanti*  serta jauhkan diri dari sifat sifat iri hati *Irsya* , mengingat  Pikiran sang penentu kata hati  dalam mengungkapkan suatu  perkataan dan tindakan dengan penguatan  pada  pengekangan & Pengendalian  *Panca Indrya* sehingga terhindar dari  perbuatan melanggar dan Tercela.  Niscaya, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang bijak, Sopan dan Santun  serta penuh Ethika  dalam  Berpikir, Bertutur kata serta  dalam Bertindak.
(Isa Upanisad hal.16 & Nitisastra Sargah V.3)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 22 November 2020

Mrtyu-Tuha-Pati

*Mutiara Weda*
23/11/2020

*Mrtyu - Tuha -  Pati*

*Umat se-dharma*,   Jika direnung renungkan hidup menjelma menjadi manusia  ibaratkan sinarnya kilat,  singkat  &  sangat pendek. Begitu pula, dalam menjalani kehidupan  dapat  dipastikan akan  mengalami yang namanya ;  Sakit,  Masa tua,  kemudian Mati  ( *Mrtyu*,  *Tuha* &  *Pati*),   tak akan pernah luput dari siklus : *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina* / Tri Kona sehingga  mengerti akan hakekat kehidupan menjadi suatu keharusan bagi setiap umat Hindu.

Dalam sebuah sesanthi ada menguraikan ;  bagi seekor kijang akan sangat berbahagia saat dapat memakan rumput sedangkan perhiasan tak berguna baginya.  Demikian pula halnya bagi  setiap umat Manusia menjalankan Dharma/ berbuat kebajikan / Subhakarma menjadi suatu kebahagiaan walaupun teramat sulit dan terkadang tidak mengenakan di saat menjalankannya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  gunakan wiweka dan jalankan Swadharma serta  Karma Patha ; mengendalikan seluruh Indrya yang bersumber dari gerak Pikiran, Perkataam dan Perbuatan Tri Kaya Sandhi. Niscaya Umat Hindu akan mendapatkan kebahagiaan sekala maupun Niskala, lahir maupun bathin.
(Slokantara, 5.36  &  SS.365-377)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 21 November 2020

Kedamaian

*Mutiara Weda*
22/11/2020

*K E D A M A I A N*

*Umat se-dharma*, Kesabaran, kedamaian dan ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak serta mulia yang harus tertanam dan terjaga  pada diri setiap umat Hindu dalam meningkatkan kualitas rohani menuju tingkatan spiritualitas yang mengandung kekuatan  dalam menangkal  berbagai cobaan dan godaan hidup

Segala sifat keras hati, yang penuh  *EGO*  hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat, Lebur Dening Pangastuti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas  rohani  dengan  pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan jalan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya*. Niscaya kedamaian hidup akan dapat terwujud  guna meningkatnya kualitas spiritual menuju *sahaja samadhi* dan *maha samadhi* atau kamoksan nantinya.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 20 November 2020

Pengabenan Swastha Geni

*Mutiara Weda*
29/03/2020

*Pengabenan Swastha Geni*

*Umat sedharma*, Upacara pengabenan Swastha Geni merupakan bentuk perabuan Jenasah yang dilakukan umat Hindu pada tataran  yang paling sederhana  dan sering di sebut dengan mekingsan ring Geni dengan tujuan menuntun atma  sang Palatra  sampai di Brahma Loka yang selanjutnya sewaktu waktu dapat dilanjutkan dengan upacara Atma Wedana  : Nyekah atau memukur.

Dalam kitab Weda Puja Pitra Siwa ada menguraikan  bahwa pengabenan Swastha Geni di mana sang Atma akan di antar ke arah  Daksina/selatan dan bila  sang Palatra dalam masa kehidupannya selalu berbuat kebajikan akan mendapatkan tempat disisi dewa Brahma atau sorganya Brahma *Brahma Cyuta* serta memperoleh kebahagiaan yang abadi dan disambut oleh bidadari Gagarmayang. Demikian pula sebaliknya, manakala dalam kehidupannya selalu berbuat kejahatan Asubha karma maka arwahnya akan masuk neraka yang teramat panas *Neraka Cyuta* karena dipenuhi oleh bara api  dan di sambut oleh Cikrabala dan para bhuta.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam  menjalankan proses kehidupan di dunia ini untuk selalu berbuat kebajikan *Subha Karma* dan akan  kembali keasal nantinya dengan  melakukan perawatan jenasah atau sang Palatra  menggunakan tuntunan yang benar sehingga proses pengembalian unsur  unsur Panca Maha Bhuta  kepada asalnya tidak menghalangi perjalanan sang Atma menuju Sunya Loka dan memutus keterikatannya dengan badan duniawi  /*Stula Sarira*
(Kitab  Aji Kamoksan & Yama Purwana Tattwa.3.a)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakartaw

Bhakti Pada Lima Ibu

*Mutiara Weda*
27/10/2020

*Bhakti Pada lima Ibu*

*Umat Se-dharma*, Jika kita lihat dalam Susastra  Hindu  ada menguraikan  *Norana sih mangeluwihaning atanaya*, tidak ada kasih sayang yang melebihi kasih sayang  orang tua kepada anaknya., Sang *purusa* maupun sang *predana*. Kasih sayang  Ibu kepada sang anak memiliki pancaran  kasih sayang yang sangat dalam *Prema Vahini*  mengandung  nilai keteduhan, kenyamanan  dan curahan hati yang sangat dalam, demikian pula saat melakukan pemujaan  dengan landasan Curahan &  ketulusan hati. 

Dalam Konsep Hindu ada kewajiban untuk berbhakti pada  lima Ibu antara lain :

*Deva Mata*,,berbhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan rasa kasih sayang untuk memujanya dalam wujud Ibu :
dewi sasraswati, dewi laksmi.

*Deha mata*, Ibu yang melahirkan sang anak atau *jaya*, sang angerupaka.

*Weda Mata*, Pustaka suci weda sebagai Ibu dari semua ilmu pengetahuan yang menuntun umat manusia dari *Avidya* menjadi *Vidya*.

*Bhumi mata*, menghormati  bumi &  seisi alam semesta sebagai Ibu Pertiwi yang memberikan kehidupan bagi setiap umat Manusia /*Mangjadma*, hewan/ *janggama* maupun  tumbuhan/ *Stavira*.

*Desa Mata*, Ibu memberikan petunjuk atau arah tentang ajaran kerohanian *Upadesa*.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk berbhakti kepada *lima Ibu* karena Ibu  sebagai sumber dari segalanya dialam semesta ini dengan Pancaran  rasa kasih sayang *Prema Vahini* dalam mencapai kebahagiaan Hidup. Niscaya  akan terbangunnya Umat Hindu yang *Satyam*, *Sivam*  & *Sundaram*.
(kitab Yadnya & Bhakti.173-214)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Belajar bertutur kata

Mutiara Weda*
30 / 10 /2020

*Belajar Bertutur Kata*

*Umat se-dharma* mengungkapkan suatu perasaan / kata hati dalam bentuk ucapkan / perkataan  tidaklah mudah. Perlu belajar dalam bertutur kata. kesalahan & kekeliruan  dalam berucap akan dapat berakibat malapetaka. Di dalam susastra Hindu Ada Menguraikan ;

*Wasita nimittanta manemu laksmi,
Wasita nimittanta pati kapangguh,
Wasita nimittanta manemu duka,
Wasita nimittanta manemu mitra.
mengandung makna ;
Dari perkataan  akan mendapatkan Kebahagiaan dan
dari perkataan akan  dapat menemui Ajalnya.
Dari perkataan pula  akan mendapatkan Kesusahan. Demikian  juga  dari perkataan akan mendapatkan sahabat sejati.

Hendaknya ia mengatakan apa yang benar / Wacika, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang dan jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma pada kehidupan sehari hari dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar serta  enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(Nitisastra. V.3 / SS.119)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Catur Weda sbg weda Sirah

*Mutiara Weda*
15/ 11 /2020

*CATUR WEDA* :  sebagai Weda Sirah atau Weda Inti

*Umat Se-dharma*, 
sumber ajaran agama  Hindu adalah *Catur Weda* dan menjadi Weda Inti atau *weda Sirah*  yang di kenal dengan nama   *Weda Sruti* dan dari sana  mengalir nilai-nilai kebenaran yang kemudian dikembangkan dalam *kitab-kitab Smrti* seperti *Itihasa*, *Purana*, *Tantra*, *Darsana* dan *Tattwa-tattwa agama*.  Pustaka suci Weda merupakan   sabda Brahman  yang bersifat *Ananta Veda* yaitu ajaran yang bersifat kekal abadi,  relevan dengan perkembangan jaman dan menjadi tuntunan bagi setiap umat manusia serta menjadi  jaminan terhadap keselamatan makhluk hidup dialam semesta ini baik pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Ada beberapa Karakteriatik dari ajaran pustaka suci Weda :

*Universal* :  dikarenakan weda  berlaku untuk  seisi alam semesta, siapapun dan tidak akan memandang terhadap apapun.

*Sanatana Dharma* :  kitab suci Weda bersifat kekal abadi

*Anandi anantha* : Weda tidak berawal dan tidak  berakhir mengingat ajarannya berlaku sepanjang jaman.

*Apauruseyam* : kitab suci Weda bukan.buatan manusia, melainkan wahyu langsung dari Hyang Widhi yang diterima oleh Sapta Rsi penerima wahyu.

*Sebagai Kitab Agama* :  Kitab suci Weda menunjukkan bahwa kebenaran Weda adalah mutlak dan harus diyakini kebenarannya.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh  Pustaka suci Weda sebagai pegangan, pedoman dan tuntunan hidup serta memahami  isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna sehingga pikiran menjadi bersih dan suci menuju pada tingkatan spiritualitas.  Niscaya  Umat se dharma tidak akan mengalami keragu raguan dan yakin  akan kebenaran Weda dalam mewujudkan tujuan hidup *Catur Purusartha*.
( Weda Samhita & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .

Bekerja sesuai Swadharma

*Mutiara Weda*
16/11/2020

*Bekerja sesuai Swadharma*

*Umat se-dharma*,  dalam Susastra ada mengungjapkan ;  Melakukan tugas &  kewajiban dan tanggung  jawab sendiri *Swadharma* walaupun tidak sempurna lebih mulia daripada melaksanakan tugas orang lain,  Lebih mulia mati menjalankan tugas sendiri *Drewya Yadnya* daripada mati dalam menjalankan dan melaksanakan kewajiban  orang lain / para dharma. *Jalankan swadharma  masing masing dengan benar*

Melaksanakan  tugas dan kewajiban diri sendiri sesuai dengan ajaran agama  di sebut *Swadharma* sedangkan melaksanakan tugas dan kewajiban  orang lain di sebut *Para Dharma*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  pegang teguh dan sadar akan tugas dan kewajiban masing masing *Swadharma* dalam menjalankan  *Dharma agama* serta mengembangkan tatanan kehidupan umat Hindu yang baik dan benar melalui  cara / marga :

*ukuran* :   Pramana,  
*Tujuan* :   Artha ,
 *karakter* :  Guna, 
*pola kehidupan* :  Ashrama, *persembahan* : Yadnya, *keyakinan* : Sradha, 
*kemuliaan* :   Paramartha, 
*citta*:  budhi, *keharmonisan* :  Sundaram.  Niscaya akan dapat mengetahui hakekat kerja/ *karma* yang sebenarnya dan menjalankan *swa dharma* dan *para dharma* dengan baik dan benar. 
( BG. III.35 & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Membangun Pura Dalam Diri

*Mutiara Weda*
17/11/2020

*Membangun Pura Dalam Diri*

*Umat se-dharma*, gelapnya Pikiran  berpengaruh terhadap  rendahnya kualitas rohani  &  tertutupnya pancaran sinar suci / aura positif dalam diri.  Bagi Orang yang memiliki kesucian rohani akan selalu dapat  membuka *mata bathinnya*  dan  menampakkan sinar / Cahaya dalam hidupnya  serta mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata bathin menjadi terang serta bersinar.

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin ; Badan dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dibersihkan  dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(M. DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .



Prema Vahini

*Mutiara Weda*
21/11/2020

*Prema Vahini*

*Umat se-dharma*, jika di lihat dalam filsafat Hindu pada sistem filsafat Samkhya kehidupan di maya pada ini akan mendapatkan kebahagiaan/ jagadhita manakala adanya keseimbangan  dinamika antara  Purusa dan Predana. *Purusa* adalah unsur kejiwaan sedangkan *Predana* adalah unsur material.
*Purusa* juga disebut perlambang  *laki laki* sedangkan *Predana* sebagai lambang *wanita*  memberikan gambaran kepada para orang tua dalam  memberikan kebahagiaan pada sang anak dengan landasan rasa cinta kasih sayang yang tulus *Prema Vahini*, tak ada rasa kasih sayang yang melebihi dari kasih sayang orang tua kepada anaknya "Norana sih mangeluwihaning atanaya".

*Purusa* dan *Predana* merupakan kekuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa dalam wujudnya sebagai bapak & ibu dari seisi alam semesta  dengan tujuan tumbuhnya rasa dekat kehadapan-Nya dengan pancaran rasa cinta kasih  sayang / *Prema Vahini*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu,  tumbuhkan selalu rasa  kasih sayang  yang tulus antar sesama umat manusia, bagi para  orang tua pada sang anak guna mewujudkan umat Hindu yang jagadhita menuju  kamoksan dengan memancarkan Rasa cinta kasih yang tulus  pada seluruh umat manusia dan seisi alam semesta *Prema Vahini*
(Kitab Yadnya dan Bhakti hal.173-177 & Nitisastra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Nastika : Ikatan Samsara

*Mutiara Weda*
20/11/2020

*Nastika* : ikatan Samsara 

*Umat se-dharma*, dalam susastra ada mengungkapkan ; *apramanyam ca vedanam sastranam ca tilanghanam* ;
orang yang kurang yakin akan kebenaran Weda, begitu pula  tidak mentaati  ajaran Dharmasastra serta tidak mengikuti dan menjalankan ketentuan ajaran Dharma  dikenal dengan nama Nastika, orang seperti ini tak  akan dapat terhindar dari  balutan samsara punarbhawa / reinkarnasi  atau kelahiran yang berulang ulang sesuai Karma Wesananya.

Orang yang berada dalam golongan Nastika, ibaratkan manusia hidup tanpa kepala, sama halnya dengan orang yang berkeadaan mati tiada gunanya,  cenderung tidak menjalankan swadharmanya atau tanpa perbuatan  *Niskriya* dan tidak mentaati ,  menjalankan petunjuk serta nasehat ajaran Dharma   *Upadesa* .

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  wajib untuk yakin akan kebenaran Pustaka Suci Weda sebagai pegangan, pedoman dan tuntunan hidup,  jadikan ilmu pengetahuan suci sebagai obor atau penerang dalam mengarungi kehidupan ,selalu rendah hati ibaratkan   lampu dalam periuk tersimpan didalam hati. Nscaya, akan selalu berada dalam jalan Dharma dan terhindar dari malapetaka atau neraka *maharorawa*.
(SS.113-116 & Slokantara 29.63)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Rabu, 18 November 2020

Tri Dharma Sandhi

*Mutiara Weda*
19/11/2020

*Tri Dharma Sandhi*

*Umat Se-dharma*, Umat Hindu dalam mencapai Tujuan hidupnya  kebahagian lahir &  bathin ,manah Santih maupun Parama Santih dengan Tuntunan Pustaka Suci Weda.  *Weda Sruti* merupakan Catur Weda, menjadi *Weda Inti* atau *Weda Sirah* dan *Smerthi* merupakan *Dharma Sastra*, keduanya harus diyakini, dituruti ajaran ajarannya sehingga  tindakan dalam bidang Dharma menjadi sempurna.

Apa yang diajarkan oleh *Sruti* disebut Dharma, semua yang diajarkan dalam *Smerthi* pun dharma pula namanya, demikian pula tingkah laku sang *Sistacara* yang memberikan ajaran Kebenaran & kesucian  Dharma pula namanya sehingga di sebut *Tri Dharma Sandhi*

*Oleh Karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meyakini dan menjalankan Tri Dharma  atau tiga Dharma ; Sruti, Smerthi dan Sistacara secara sinergis dan seimbang *Tri Dharma Sandhi*. *Niscaya* seluruh Indrya dan hawa nafsu akan dapat dikendalikan begitu pula segala tindakan akan selalu berlandaskan Dharma atau  *Dharma Laksana* ( S.S.40-42)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 17 November 2020

Ke-Angkuhan

*Mutiara Weda*
14 /11 / 2020

*Ke-Angkuhan*

*Umat se-dharma*,  Setiap umat 'Hindu hendaknya menyadari bahwa  hidup menjelma menjadi manusia selalu  diselimuti oleh  adanya rasa  Angkuh / *mada*  sebagai bagian dari *Sad Ripu* yang dapat menghancurkan  jiwa setiap umat  manusia manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Oleh karena itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri dengan   mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terlepas dari pengaruh *Mada*
( Vreti sasana II b.78 & Wedanta)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Karma Wesana

*Mutiara Weda*
13/ 11/2020

*Karma Wesana*

*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan  oleh umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Oleh karena itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai menuju alam Kamoksan nantinya. (Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 11 November 2020

Pryavacana

*Mutiara Weda*
12/11/2020

*Pryavacana*

*Umat se-dharma*,  jika  di renung renungkan, manakala memiliki rasa  benci  pada  orang lain sama nilainya dengan  meminum racun, membuat hidup   akan terbebani secara  terus menerus selama  belum bisa  memaafkannya dan akan terus menempati ruang di hati  secara gratis menyebabkan terganggunya proses berpikir, bertindak sehingga tidak mampu untuk mengeluarkan tuturkata yang santun  *Pryavacana*

Sulit rasanya  orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri
Tumbuhkan sikap saling mengampuni, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati * Manah Santih*

*Oleh karena  itu*,  sebagai umat Hindu mari kita Bangkitkan  kesadaran   dan jati diri malalui  belajar saling memaafkan / Ksama,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran*. Niscaya akan dapat terbangunnya manah Santih   sehingga terwujudnya cara  berpikir , bertindak dan  bertutur kata yang santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 10 November 2020

Sad Sangga Bhuana

*Mutiara Weda*
11/11/2020

*Sad Sangga Bhuana*

*Umat Se dharma*, Dalam keyakinan umat Hindu , Pustaka suci Weda menjadi  tolok ukur dalam mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup sedangkan ibu pertiwi akan menjadi kokoh, ajeg dan tegak  di muka bumi ini dengan pijakan  *Sad Sangga Bhuana*  yaitu  enam  penyangga Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

Adapun *Sad Sangga Bhuana* antara Lain :

*Satyam* :   kebenaran, Kebajikan

*Rtam* :  hukum alam sehingga berjalan sesuai dengan yang
 ditentukannya

*Diksa* :   Pensucian diri baik lahir maupun bathin.

*Tapa* :   cara hidup yang sederhana

*Yadnya* :   Kemampuan dan kemauan untuk melakukan persembahan

*Brahmana* : Mereka yang bertugas untuk mengawal  kitab suci Weda dan mengajarkan kebajikan.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu  mari  pegang teguh dan aplikasikan ajaran Tri Hita Karana dalam  membangun kehidupan yang harmonis di dunia ini melalui   *Sad Sangga Bhuana*  :  Satya, rta, Diksa , Tapa, Brahmana dan yadnya. Niscaya  akan mendapatkan kebahagiaan, kedamaian, keseimbangan dan kesempurnaan  hidup  lahir maupun bathin atau Catur Purusa Artha.
( Santi parwa 167.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 09 November 2020

Kualitas Mantram

*Mutiara Weda*
10/11/2020

*Kualitas Mantram*

*Umat Se-dharma*, Mantram merupakan lantunan doa yang keluar dari pikiran yang bersih dan suci tatkala akan  mendekatkan diri, berhubungan dengan Ida SangHyang Widhi Wasa, baik yang diucapkan dalam bentuk ;  *Paroksah Mantram*, yang memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, *Adyatmika Mantram*, .yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang maupun *Pratyaksa Mantram*,  yang diucapkan dengan cara yang sangat mudah.

Jika dilihat dari kualitas  ada tiga jenis kualitas Mantram :

*Satwika Mantram*,,merupakan mantram yang diucapkan untuk berserah diri/Atmanivedam, mendapatkan  pencerahan rohani, sinar suci kebijaksanaan dan mendapatkan cinta kasih kasih dari Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Rajasika Mantram*, jenis mantram yang diucapkan untuk memohon mendapatkan kemakmuran Duniawi.

*Tamasika Mantram*, Mantram yang diucapkan untuk  mendamaikan, mengharmoniskan / Nyomia  Bhuta Kala dan melawan atau menghancurkan kekuatan kekuatan Negativ.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu untuk Selalu mendekatkan diri Kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan melantunkan doa doa - Mantram  atau *Kirtanam*,  guna melindungi pikiran dari berbagai intervensi hal hal yang bersifat negativ  agar selalu selalu ingat kepada-Nya *Smaranam*.  Niscaya Ida SangHyang Widhi Wasa akan selalu berada dalam diri kita masing masing *Brahman Atman Aikhyam*.
(kitab Yadnya & Bhakti, hal.13-17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Minggu, 08 November 2020

Trigunatattwa dalam Citta

*Mutiara weda*
09/11/2020

*Trigunatattwa dalam Citta*

*Umat Se-dharma*, Pikiran atau Citta merupakan sang penentu keberhasilan kehidupan umat Manusia. Pikiran atau Citta yang menyebabkan sang Atman menikmati kalepasan atau kamoksan, pikiran pula menyebabkan sang Atman masuk Neraka dan karena pikiran pula sang atman mengalami  proses reinkarnasi menjadi binatang ataupun lainnya.

Pikiran sangat dipengaruhi oleh unsur *TrigunaTatwa*.  Pikiran yang terang dan jernih di sebut *Satwam*, Pikiran yang selalu berubah ubah di sebut *Rajas* dan pikiran yang berat dan keruh disebut *Tamas*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu kendalikan pikiran  dengan *Jnana atau pengetahuan suci* dengan landasan  *Tri Pramana Telu*;   Agama ,  Anumana, Pratyaksa Pramana dan Sastratah, Gurutah, Svatah serta Desa, Kala Patra. Niscaya  Pikiran akan selalu terkendali dengan pengetahuan sejati  *Samyag-jnana* sebagai Bingkainya. (Wrhaspati Tattwa.15-17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

ageng yasa,ageng Goda

*Mutiara Weda*
07/11/2020

*Ageng Yasa, Ageng Goda*

*Umat se-dharma*, jika di renung renungkan  semakin banyak  melakukan tindakan atau perbuatan akan terasa semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan  hadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*.

Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu berjalan  pada jalan kebenaran/ Dharma  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yang menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur _Dharmena widrtah prajah_,. *Dharma*  mengantarkan umat manusia  untuk mendapatkan   kebahagiaan lahir & bathin sedangkan  *Adharma* mengakibatkan  kesengsaraan  & penderitaan yang berujung pada penderitaan & Bencana.
_(Santi Parwa ,109.11)_

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 06 November 2020

ageng yasa,ageng Goda

*Mutiara Weda*
07/11/2020

*Ageng Yasa, Ageng Goda*

*Umat se-dharma*, jika di renung renungkan  semakin banyak  melakukan tindakan atau perbuatan akan terasa semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan  hadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*.

Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu berjalan  pada jalan kebenaran/ Dharma  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yang menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur _Dharmena widrtah prajah_,. *Dharma*  mengantarkan umat manusia  untuk mendapatkan   kebahagiaan lahir & bathin sedangkan  *Adharma* mengakibatkan  kesengsaraan  & penderitaan yang berujung pada penderitaan & Bencana.
_(Santi Parwa ,109.11)_

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 05 November 2020

Sesana & Niti

*Mutiara Weda*
06/11/2020

*SESANA  &  NITI*

*Umat Se-dharma*,  Umat Hindu dalam menjalankan *Dharmaning hidup*  memiliki kewajiban suci  yang di sebut *Dharmaning Agama* yaitu berkewajiban untuk  mempelajari,  memahami dan memancarkan isi kitab suci Weda  *Dharma Vahini*  serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga* atau *Vruh ring sarva Jnana*  sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik.

Umat Hindu dalam mempraktekan, mengamalkan setiap  tindakan dan aktifitasnya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  serta teropongan  dari  ajaran kebajikan *Sesana* dan  kepatuhan terhadap guru Wisesa *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam membangun
keluhuran dan kemuliaan budhi [*paramita*]  dan  keharmonisan dalam hidup [*sundaram*] dengan jalan  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  kebenaran *Sesana*  serta taat  & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 04 November 2020

Rasa Takut Karena Salah

*Mutiara Weda*
05/11/2020

*Rasa Takut, Karena Salah*

*Umat Se-dharma*,  Dalam Susastra Hindu ada mengungkapkan, rasa takut  akan selalu menghantui diri setiap umat manusia manakala melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran ajaran kebenaran.  Rasa takut dalam bentuk apapun akan menjauh dari dalam diri  manakala dalam setiap tindakan telah berpijak pada ajaran Dharma.
*yo dharmasila jitamanaraso, widyawinito naparopatapi*.....tidak ada  sesuatu yang perlu ditakuti,  manakala  sudah menjadikan  ajaran Agama sebagai pegangan, pedoman dan tuntunan  hidup sehingga memiliki kesabaran, kemampuan untuk mengendalikan diri   dan  terbangunnya sifat bijak,  rendah hati serta Budhi Luhur.

Jika dilihat dari segi  kelakuannya, manakala orang lain masih juga melakukan tindakan kejahatan, menyakitinya, dan   tidak meladeninya, tidak mengutuk ataupun balas dendam,  selalu menunjukkan sifat sabar maka orang seperti ini disebut tergolong manusia *Utama*,  akan tetapi jika dalam hatinya  masih merasakan bahwa dirinya disakiti maka orang ini disebut golongan *Madhya*, Begitu pula sebaliknya, jika masih merasakan rasa sakit hati bahkan memperlihatkan,  menghumbar apalagi berniat untuk balas dendam maka golongan orang seperti  ini tergolong pada  tingkatan rendah atau *Kanistha*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan sekali kali melakukan tindakan balas dendam ataupun mengumbar rasa sakit hati karena itu merupakan tindakan yang sangat rendah kualitasnya atau *Kanistha*  dengan jalan mantafkan akan keyakinan bahwa setiap kejahatan atau kesakitan dan sejenis dilakukannya akan kembali pada si pelakunya yang disebut dengan *Pratikara*. Niscaya umat Hindu akan menjadi umat yang damai, rukun dan bijak dengan Hukum Karma sebagai Bingkainya.
(Slokantara,sloka 7.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 03 November 2020

Kesabaran

Mutiara Weda*
04/ 11 /2020

*K E S A B A R A N*

*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan  hidup ini ibaratkan  *berjalan jauh* dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan/ jalur jalan yang semestinya  dilalui dengan harapan sampai  ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.

Proses memilih jalan pintas akan terasa  menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya. Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya. Begitu juga dalam keseharian, Sangatlah mustahil  rasanya  akan mampu mengeluarkan Tutur kata yang selalu terjaga, sopan & santun dengan intonasi yang enak didengar tatkala  di dalam hati sanubarinya tidak memiliki *kesabaran atau Ksama*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu tanamkan   kesabaran dalam hati dan selalu  melatih diri serta  jadilah orang yang sabar. Sehingga  tutur kata dan Ucapan akan selalu indah, enak di dengar dan mengalir dalam *Wacika Parisudha* dengan landasan Budhi luhur &  ketulusan hati.
(SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Padma Hrdaya

*Mutiara Weda*
03/ 11/ 2020

*Padma Hrdaya*

*Umat se-dharma*,jika direnungkan sebuah sesanti Hindu ; Bunga Seroja  demikian Wanginya namun  dia punya kelemahan tangkainya berbulu dan sangat menggatalkan, *Gunung Himalaya* yang  menjulang tinggi,  sangat mempesonakan ternyata dia punya kelemahan yaitu ditutupi salju. Demikian juga  halnya dengan  Dewa Siwa sebagai raja dari para Dewa memiliki kekurangan kerongkongannya berwarna Hitam*.

Sesungguhnya  menjelma menjadi manusia adalah penderitaan, menderita disebabkan karena Dosa. Demikian pula, dilahirkan menjadi manusia penuh dengan keterbatasan,  *Tan hana wwang suastha anulus*

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  untuk selalu  Belajar,  mengenal,  memetakan diri  dan memposisikan diri sesuai  dengan  Identitas atau *swadharmanya* masing masing serta   Pancarkan  selalu energi positif yang ada dalam diri *Padma Hrdaya*, belajar menerima kekurangan diri sendiri dan belajar pula  menerima ketidaksempurnaan orang lain. 
(kitab Vedanta & Slokantara 80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 01 November 2020

Pikiran Sakit

*Mutiara Weda*
02/ 11 /2020

*Pikiran Sakit*

*Umat se-dharma*, Pikiran atau Manah  merupakan sumber dari *Karma* / adanya perbuatan, semua keadaan tubuh dirasakan oleh pikiran. Rasa *sakit hati yang mendalam* menyebabkan manusia kehilangan akal sehatnya, sehingga tindakannya cenderung menjadi serba salah serta menambah rasa benci yang mendalam sebagai awal dari  timbulnya sifat Amarah/ krodha yang berujung  tak terkendalinya alam pikiran, *Pikiran Sakit*  atau  *Vimoha*

Pikiran yang tak terkendali , berakibat sakinya  pikiran atau *Vimoha* dengan tiga faktor penyebabnya yaitu  :

*Adyatmika* : pikiran sakit diakibatkan karena ulah pikiran sendiri karena keterikatan.akan sesuatu

*Adhidaivika*: pikiran sakit karena pengaruh dunia gaib.

*Adhibautika* : pikiran sakit karena faktor dari luar.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan Diri baik secara lahir maupun bathin /  Yama brata maupun Nyama Brata dengan pengendalian Indrya ; *Tapa*, *Brata*, *yoga* dan *semadhi*  dengan cara : tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran dan kejujuran, jiwa manusia dengan pelajaran suci serta kecerdasan disucikan dengan pengetahuan yang benar.Niscaya pikiran akan menjadi bersih / manah suci sehingga dapat menjalankan *Viveka* dengan benar serta dapat terwujudnya Jagadhita dan moksah.
( Wrhaspati Tattwa’16  & MDS. V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 31 Oktober 2020

Tri Sakti

*Mutiara Weda*
01/11/2020

*Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dirinya,  ketiga sifat  itu  di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu bangun kekuatan yang ada dalam diri   *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna  dengan melatih kesabaran dan ketenangan sehingga terhindar dari Prilaku  prilaku  buruk atau Asubha Karma. ( Weda Samhita & BG.XII.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 30 Oktober 2020

Prema Vahini

*Mutiara Weda*
31/10/2020

*Prema Vahini*

*Umat se-dharma*, Jika direnungkan dalam kehidupan ini  selalu dihadapkan dan  bergandengan  dua hal yang berbeda *rwa bhineda*, tidak bisa *disamaratakan*  satu sama lainnya, sudah dibekali yang namanya  Perbedaan, Kebhinekaan, serta kemajemukan,  yang  perlu dijaga, dirawat, dipelihara dan dilestarikan, manakala Kedamaian & Keharmonisan mulai diabaikan,  luntur dan bahkan Sirna dapat dipastikan akan mengalami kekacauan yang berujung pada  kehacuran bagi kehidupan setiap umat manusia. Jadikan kedamaian dan keharmonisan sebagai penyangga kehidupan.

Tanpa memegang konsep ber-Tat Tvam Asi/ bertoleransi,  jiwa manapun akan hancur hangus terbakar manakala dalam hatinya blm tertanam *rasa cinta kasih sayang* _PREMA_ pada sesama, Yang cendrung dapat menimbun  benih - benih penyakit di dalam hati.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bangun tatanan kehidupan yang   Satyam (Kebenaran), Sivam ( Kesucian) dan Sundaram  (Keindahan / Keharmonisan) serta tanamkan Ajaran ber-Tat Tvam Asi dengan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi : Adigang, Adigung dan Adiguna.  Niscaya tatanan kehidupan umat Hindu  yang   damai, rukun dan harmonis serta saling  Asah, Asih dan  Asuh / *Prema Vahini*  terwujud  dengan   pegangan Pustaka suci Weda  Sebagai  pedoman &  perisainya .  ( SS.302-304 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 29 Oktober 2020

Belajar Bertutur Kata

*Mutiara Weda*
30 / 10 /2020

*Belajar Bertutur Kata*

*Umat se-dharma* mengungkapkan suatu perasaan / kata hati dalam bentuk ucapkan / perkataan  tidaklah mudah. Perlu belajar dalam bertutur kata. kesalahan & kekeliruan  dalam berucap akan dapat berakibat malapetaka. Di dalam susastra Hindu Ada Menguraikan ;

*Wasita nimittanta manemu laksmi,
Wasita nimittanta pati kapangguh,
Wasita nimittanta manemu duka,
Wasita nimittanta manemu mitra.
mengandung makna ;
Dari perkataan  akan mendapatkan Kebahagiaan dan
dari perkataan akan  dapat menemui Ajalnya.
Dari perkataan pula  akan mendapatkan Kesusahan. Demikian  juga  dari perkataan akan mendapatkan sahabat sejati.

Hendaknya ia mengatakan apa yang benar / Wacika, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang dan jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma pada kehidupan sehari hari dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar serta  enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(Nitisastra. V.3 / SS.119)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 28 Oktober 2020

Kroda & Sasmitha

*Mutiara Weda*
29/10 /2020

*Kroda  & Sasmitha*

 *Umat se-dharma*, Jika direnungkan pada  diri setiap umat manusia telah bersemayam tiga unsur *Tri Guna*  : Satvam, Rajas dan Tamas, yang berpengaruh terhadap tingkatan  kualitas seseorang termasuk  tingkatan Emosional seseorang. sesungguhnya  emosi  itu merupakan kondisi budhi rohani yang menampakkan diri dalam wujud  perasaan dan prilaku.

EMOSI yang tidak terkendali melahirkan tindakan yang membabi buta berakibat timbulnya  Kemarahan atau Krodha. Demikian pula,  Kemarahan /*Kroda*  merupakan  energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya  manakala tidak mampu   mengendalikannya. tatkala pikiran *Citta* terpusat, sang jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah  / *Krodha* , atasi Krodha dengan Sasmitha.

Pelayanan *Seva*  yang paling mudah untuk dilakukan adalah  *SASMITHA / SENYUM* karena senyum itu adalah karunia Hyang Widhi yang  bernilai tinggi, 
Senyuman tidak saja sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tapi juga jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan.
Senyuman  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa, Jangan  pelit dengan senyuman. 

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu   *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, Kendalikan Emosi, hilangkan rasa benci  dan dendam *Dwesa*.  niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia akan terwujud  *KEBAHAGIAAN*  dalam bentuk  *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(SS. 96-109  & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Selasa, 27 Oktober 2020

Irsya : Iri Hati

*Mutiara Weda*
28/10/2020

*Irsya* :  iri hati

*Umat Se-dharma*, Jika direnungkan dalam kehidupan ini, setiap umat manusia tidak bisa lepas dari yang namanya tabiat. terhadap tabiat yang menginginkan atau menghendaki milik orang lain, menaruh rasa dengki / iri hati akan kebahagiaan orang lain  sebagai suatu tindakan kejahatan *atatayi*.

Orang yang memiliki sifat *Irsya /iri hati* tidak akan pernah merasakan kenyamanan & kedamaian dalam hidupannya karena di dalam hatinya akan  selalu bergejolak unsur Rajas & tamas. Meninggalkan tabiat iri hati dan dengki  sebagai salah satu pilihan menuju  kebahAgiaan sejati.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  untuk selalu  berbuat dengan penguatan pada rasa cinta kasih kepada sesama  dengan dominasi unsur *Satvam*, membuang jauh jauh sifat iri hati dan dengki melalui pengendalian pikiran dengan mengikat *Panca Indrya* sehingga  pikiran tidak terlekati oleh penderitaan yang tidak terobati *Sada samahitam citta naro bhutesu dharayet*. Niscaya akan terhindar dari Kesengsaraan dan penderitaan menuju kebahagiaan lahir maupun bathin,  Manah Santih  maupun  Parama Santih.
(SS.88-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 26 Oktober 2020

Bhakti Pada Lima Ibu

*Mutiara Weda*
27/10/2020

*Bhakti Pada lima Ibu*

*Umat Se-dharma*, Jika kita lihat dalam Susastra  Hindu  ada menguraikan  *Norana sih mangeluwihaning atanaya*, tidak ada kasih sayang yang melebihi kasih sayang  orang tua kepada anaknya., Sang *purusa* maupun sang *predana*. Kasih sayang  Ibu kepada sang anak memiliki pancaran  kasih sayang yang sangat dalam *Prema Vahini*  mengandung  nilai keteduhan, kenyamanan  dan curahan hati yang sangat dalam, demikian pula saat melakukan pemujaan  dengan landasan Curahan &  ketulusan hati. 

Dalam Konsep Hindu ada kewajiban untuk berbhakti pada  lima Ibu antara lain :

*Deva Mata*,,berbhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan rasa kasih sayang untuk memujanya dalam wujud Ibu :
dewi sasraswati, dewi laksmi.

*Deha mata*, Ibu yang melahirkan sang anak atau *jaya*, sang angerupaka.

*Weda Mata*, Pustaka suci weda sebagai Ibu dari semua ilmu pengetahuan yang menuntun umat manusia dari *Avidya* menjadi *Vidya*.

*Bhumi mata*, menghormati  bumi &  seisi alam semesta sebagai Ibu Pertiwi yang memberikan kehidupan bagi setiap umat Manusia /*Mangjadma*, hewan/ *janggama* maupun  tumbuhan/ *Stavira*.

*Desa Mata*, Ibu memberikan petunjuk atau arah tentang ajaran kerohanian *Upadesa*.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk berbhakti kepada *lima Ibu* karena Ibu  sebagai sumber dari segalanya dialam semesta ini dengan Pancaran  rasa kasih sayang *Prema Vahini* dalam mencapai kebahagiaan Hidup. Niscaya  akan terbangunnya Umat Hindu yang *Satyam*, *Sivam*  & *Sundaram*.
(kitab Yadnya & Bhakti.173-214)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 25 Oktober 2020

Bhakti Marga Yoga

*Mutiara Weda*
26/10/2020

*Bhakti Marga Yoga*

*Umat Se-dharma*,  ajaran Bhakti Marga merupakan salah satu dari ajaran *Catur Marga Yoga*,  dan Bhakti Marga merupakan wujud  bhakti  umat Hindu  dengan menggunakan  sarana *Rasa*, yang berlandaskan cinta kasih  sayang  sebagai bentuk ketaatan dan kepatuhan dari  bhaktinya  tersebut.  Dalam pelaksanaanya melalui dua jalan yaitu *Niwrtti marga* dan *Prawrtti Marga*.

*Niwrtti marga*  :  suatu jalan yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  dalam wujud tekun serta taat melakukan *Yoga* dan *Samadhi*.

 *Prawrtti Marga* :  cara atau jalan dalam berhubungan dengan Tuhan dengan tekun melaksanakan ; *Tapa*, *Yadnya* dan *Yasa Kerti*

*Tapa* : Pengendalian dan pengekangan diri, 
*Yadnya* :  taat, tekun dan tulus melakukan pemujaan serta persembahan.
*Yasa Kirti*  : melakukan perbuatan perbuatan suci  berkarma dengan landasan  pengabdian  / *Seva*.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu jalankan ajaran Bhakti Marga  Yoga dengan baik dan Sempurna, dengan landasan  rasa bhakti  baik melalui  jalan *Para bhakti* maupun *Apara Bhakti* sehingga dapat terbangunnya Kedamaian & Keharmonisan umat Hindu  yang berfalsafahkan  *Tri Hita Karana* serta mampu menampakkan cahaya atau Vibrasi dalam membangkitkan  ajaran *Siwa Lingga* atau konsep ajaran *Siwa Membumi* terbangun. Niscaya akan dapat terwujudnya umat Hindu yang BAHAGIA, Lahir -Bathin,  Jagadhita dan Moksah atau Bhumi Kerta akan terwujud. (Bagavata Purana.VII.5.23 dan BG. IX.26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 24 Oktober 2020

Tresna

*Mutiara Weda*
25/10/2020

*Tresna*

*Umat se-dharma*, dalam susastra Hindu ada menyebutkan *tresna hi sarvapapista nityodvegakari mata* sifat rakus ,  loba dan Serakah  merupakan sumbernya Bencana. Segala macam bentuk  bencana atau kejahatan yang ditimbulkan  oleh sifat rakus dan sejenisnya yang menyebabkan kebencian dan ketakutan orang lain disebut *Tresna*

Tak ada sesuatu di dunia ini yang dapat memenuhi *Tresna*, orang yang tresnanya sangat kuat tidak bedanya dengan samudera yang akan selalu dapat menampung jumlah Air darimanapun sumbernya.  Demikian juga  ibaratkan kekayaan atau kemewahan yang selalu bertambah menyebabkan keinginanpun akan  menjadi semakin besar yang cenderung menjadi loba, rakus dan tamak.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk selalu menjaga kesucian *Budhi* melalui pengetahuan suci
*Buddhirjnana suddyati* &
 mengendalikan seluruh Indrya  serta menghilangkan segala bentuk kejahatan yang mengakibatkan kebencian dan ketakutann. Niscaya akan dapat terbangunnya kebahagiaan rohani *Nistresna*  menuju kebahagiaan sejati   *Tresnasayasukha*
(SS.448-485)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sembahyang Tiga Waktu

Jumat, 23 Oktober 2020

Sembahyang Tiga Waktu

*Mutiara Weda*
24/ 10 /2020

*Tri Sandhya : Sembahyang Tiga Waktu*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandhya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.

Sembahyang  tiga  Waktu / Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :

*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.

*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.

*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau  Tri Sandhya  dengan baik sehingga  proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun  makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 22 Oktober 2020

Tyaga :kendalikan nafsu

*Mutiara Weda*
23/10/2020

*Tyaga : Kendalikan nafsu*

*Umat Se-dharma*, jika kita lihat dalam Susastra Hindu ada menguraikan : *Nasti jnanasamam drawyam, nasti krodhasamo ripuh...* 
Tidak ada kekayaan yang menyamai pengetahuan, tidak ada musuh sejahat kemarahan, tidak ada kesengsaraan yang menyamai kelobaan, tidak ada kebahagiaan yang menyamai kemampuan dalam melepaskan diri dari nafsu /*tyaga*.

jika nafsu atau  Indrya sudah dapat dikendalikan  maka akan mendapatkan kebahagiaan sejati, begitu pula manakala kemarahan sudah dapat dikendalikan maka hilanglah musuh yang ada dalam diri kita.

*Oleh karena itu*,  marila kita selalu mengendalikan Indrya ,  membersihkan pikiran dengan kebenaran atau *Satya, karena pikiran merupakan unsur penentu dari perasaan hati  maupun dalam berbuat *Manah satyena sudhyanti*. Niscaya akan mampu mengendalian pikiran *Dharana* menuju *Dhyana*  terpusatnya pikiran.
(Slokantara 39.54 & SS  79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 21 Oktober 2020

Pikiran Penyebab Keterikatan

*Mutiara Weda*
22/10/2020

*Pikiran Penyebab Keterikatan*

*Umat Se-dharma*,jika kita renungkan sesungguhnya segala bentuk pemujaan dan Tapa hanyalah untuk mengendalikan pikiran.  Pikiran  sebagai penyebab keterikatan atau kebebasan dan pikiran pula sebagai rajanya nafsu *Rajendrya*, setiap  umat manusia harus mengarahkan pikiran agar tenang & terkendali *Nirodha* sehingga  terpusat pada-Nya *Dhyana*

Orang yang disayang Tuhan  sesungguhnya  orang yang tidak membenci siapapun.*Adwesta sarva bhutanam* , jangan melihat yang jahat, lihatlah yang baik. Jangan mendengar yang jahat, dengarlah yang baik.  Jangan membicarakan yang jahat, berbicaralah dengan baik.  Jangan memikirkan yang jahat, pikirlah hanya yang baik. Jangan melakukan yang jahat, lakukanlah yang baik,  semuanya ini sebagai jalan menuju-Nya.

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  mengendalikan dan menjaga kesucian pikiran. pikiran menjadi penyebab akan adanya perbedaan dalam perbuatan / berkarma, pikiran merupakan unsur yang menentukan mulai dari perkataan dan perbuatan *Karmana Pascat pradhanam vai Manastatah*.  Niscaya,  pikiran akan selalu terkendali, melahirkan perbuatan baik serta  selalu berada dalam Lindungan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Sat Sanggha*
( SS 79-87 & BG XII.13.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Panca Pilar dalam Sat Karma

*Mutiara Weda*
21/ 10 /2020

*Panca Pilar dalam Sat Karma*

*Umat se-dharma*, membangun kualitas diri menjadi suatu keharusan bagi setiap umat Hindu dalam  menjalankan kehidupan untuk mencapai tujuan Hidupnya *Catur Purusa Artha*  kebahagiaan lahir maupun bathin , Jagadhita ataupun Kamoksan dengan landasan *Tri Karma*. Bila cinta kasih yang mengisi pikiran, dia akan menjelma menjadi *Kebenaran*, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Untuk membangun kualitas diri bagi umat Hindu Sangat tergantung dari tindakan atau prilaku yang wajib dilakukannya   atau  *Tri Karma*  yaitu:

*Karma Mental* ; selalu menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma Spiritual*  ; menggunakan suksme sarira, rasa maupun sebagai pemeran utamanya.

*Sat Karma* ;  setiap  melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran,
 *Dharma* ; kebajikan, 
*Prema* ; cinta kasih, 
*Santih* ; damai dan
 *Ahimsa*; tidak menyakiti

*Oleh Karena itu*, setiap umat berkewajiban untuk  meningkatkan kesadaran akan dirinya  bahwa  dengan selalu menerapkan dan mengamalkan ajaran  cinta kasih *Prema*  yang sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, *Merasakan* cinta kasih adalah  *Santih*.  Niscaya akan dapat terbentuknya umat  yang *Sat Karma* yaitu berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 )

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 19 Oktober 2020

Nama Lain kitab suci Weda

*Mutiara Weda*
20/10/2020

*Nama  Lain kitab suci Weda*

*Umat se-dharma*, di dalam susastra Hindu ada menguraikan *Vedo khilo dharma mulam, smrtih sile ca tad vidam, acarasca iva sadhunam, atmanastustir eva ca*.  Veda adalah sumber dari segala Dharma, kemudian barulah smerti, disamping sila, Acara dan Atmanastuti.

Para Maha Rsi menghimpun pustaka suci Weda melalui kemekaran Instuisinya *Mantradrsta*, dengan menggunakan bahasa Sansekerta maupun dalam bahasa Jawa kuno dan memiliki berbagai nama nama lain dari kitab suci Weda,  antara lain :

*Kitab Sruti*: merupakan wahyu langsung dari Ida SangHyang Widhi Wasa yang diterima  oleh Para maha rsi  karena kesucian bathinnya *Mantradrsta* sehingga menjadikan Weda bukan  buatan manusia *Apauruseya*

*Kitab Catur Weda* : menunjukkan kitab suci weda merupakan himpunan *samhita* dari reg, sama, yajur dan Atharva Weda.

*Kitab Rahasya* : mengandung ajaran yang bersifat rahasya yakni ajaran kelepasan atau kamoksan dan Penciptaan  Alam semesta Bhuana Agung (makrokosmos) & Bhuana  Alit (mikrokosmos)

*Kitab Agama* : menunjukkan bahwa  kebenaran Weda bersifat mutlak dan harus diyakini kebenarannya.

*Kitab Mantra* :  kitab suci Weda berbentuk mantram yang dapat dilagukan dengan landasan pikiran yang  bersih &  suci.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk  belajar  kitab suci Weda secara utuh &  sempurna dengan pemahaman secara bertahap, berjenjang dan komprehensip dengan dijelaskan melalui Itihasa maupun purana.  *Itihasa puranabhyam vedam samupabrmhayet, bibhetyalpasrutad Vedo mamayam praharisyati*. Niscaya, umat Hindu akan kokoh dengan Dharmanya serta dapat memahami isi pustaka suci Weda dengan benar dan memancarkannya *Dharma Vahini*
(Penghantar Weda 19-28, MDS. II.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Minggu, 18 Oktober 2020

Satya dharma

Mutiara Weda*
19/10/2020

*Satya-dharma*

*Umat Se-dharma*, dalam susastra Hindu  ada menyebutkan  : *Nasti Satyam paro dharmo, Nanrtam patakam param* : tidak ada *Dharma*   kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran  *Satya*,  tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta. Dimana ada *Satya* disana pasti ada *Dharma*,  Kebenaran dan Kebajikan tidak dapat dipisahkan *Satya-Dharma*

Hilang & lenyapnya kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan uma manusia akibat diabaikannya kebenaran / *satya* dan kebajikan / *Dharma*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  selalu *sadar* dan memegang teguh ajaran Dharma dalam kehidupan sehari harinya, mengingat ; dari Dharma datangnya sukses, dari Dharma  pula datangnya bahagia, dengan Dharma memberikan segalanya dan Dharma adalah Inti sari dunia. *Niscaya*,  kebahagiaan lahir maupun bathin, *manah santih* maupun  *Parama santih*, Jagadhita dan Kamoksan atau *Catur Purusa Artha* akan dapat diwujudkan.
(Slokantara 2.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 17 Oktober 2020

Setiap kejahatan akan kembali pada pelakunya.

*Mutiara Weda*
18/10 /2020

*Setiap Kejahatan akan kembali Pada Pelakunya*

*Umat Se-dharma*, di dalam sesanti Hindu ada menguraikan bahwa ;  Burung Murai itu dihargai karena suaranya, wanita dipandang tinggi karena kesetiaannya dan kehalusan budhinya, dalam semua ajaran Gurulah yang paling berharga demikian pula dalam hal memaafkan, ketinggian dan keluhuran budhilah yang paling dikagumi. 

Bagi orang  yang memiliki dan mendalami pengetahuan suci tentang Dharma tak akan pernah terlintas dalam pikirannya untuk melakukan balas dendam begitu juga  tidak akan pernah menghiraukan segala usaha tipu muslihat, rajapisuna atau niat jahat dari orang lain yang ingin menjatuhkannya.  Orang yang bijak dan penuh dengan yasa Kerti tidak akan pernah melakukan balas dendam walupun di caci maki, dianiaya dan disakiti, balaslah lemparan  kotoran dengan bunga, Balaslah  Cacian dan makian dengan Doa.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  tanamkan selalu nilai nilai  keluhuran budhi dan membuang jauh jauh sifat iri hati *Matsarya* dengan mempertebal keyakinan bahwa  setiap tindakan kejahatan akan kembali kepada pelakunya *Pratikara* dan setiap prilaku kejahatan dapat dipastikan akan membawa penderitaan / *Papa*  &  Kutukan / *Upeksa* . Niscaya akan terbangunnya sifat bijak dan budi luhur dalam diri masing masing.
(Slokantara, 7 hal.27)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 13 Oktober 2020

Parama Santih

*Mutiara Weda*
13/ 10 /2020

*Parama Santih*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan hidup menjelma menjadi manusia sesunguhnya adalah Ujian, Ujian dalam mengarungi Kehidupan. Tanpa adanya  ombak yang ganas, tak akan pernah tahu kemahirannya dalam bermain peselancar. Begitu pula, Tanpa adanya  cobaan dan godaan hidup ,  tidak akan pernah tahu kualitas kedewasaan  dan tingkat kesabaran yang  dimilikinya.

Cobaan dan godaan hidup  bisa datang   setiap saat,  manusia perlu bersahabat dengan *ketenangan bathin / Parama Santih*  belajar  bercermin dari layang-layang yang dibuat  naik oleh angin yang kencang. Ingat, hanya kolam yang tenang yang bisa membuat lotus jadi mekar.

*Oleh karena itu* , bangunlah *ketenangan bathin* dan *kesabaran hati* dengan menjauhkan diri  dari *EGO* dan  menjadikan  kesalahan dari masa  lalu sebagai suatu pengalaman hidup yang sangat berarti  perbaiki terus langkah-langkah ke depan,  bangun kedamaian dalam hati. Niscaya kehidupan yang *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram*  , manah santih maupun parama santih akan dapat terwujud. (Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Biasakan Berkata Yang Benar

*Mutiara Weda*
14/10/2020

*Biasakan Berkata yang Benar*
(Wacika Parisudha)

*Umat Se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang, Dan jangan membenarkan yang biasa, biasakan yang benar.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai ajaran Dharma di dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 11 Oktober 2020

Kama & Kroda : Pintu Gerbang dari Godaan

*Mutiara Weda*
12/10/2020

*Kama  & Kroda* : Pintu Gerbang dari Godaan

*Umat se-dharma,  Jika di renung renungkan, penyebab utama orang berbuat dosa adalah ketidakmampuan mengendalikan *Nafsu* dan *amarahnya*. Orang yang dikuasai oleh nafsu / *kama* dan amarah / *kroda*  menjadi musuh terberat yang ada dalam diri setiap  umat manusia yang  terlahir dari sifat *Rajas*  dan  merupakan bagian dari  *Sad Ripu* serta menjadi pintu gerbangnya berbagai  Cobaan dan.godaan hidup.

 *Kama* dan *Krodha*. Keduanya  ibarat dua wajah dari berbagai nafsu dan kedua duanya adalah musuh yang mematikan.
Kama / hawa nafsu  dan Kroda / sifat pemarah  diibaratkan  api, jika di tambahkan sedikit minyak ke dalamnya, maka dengan cepat api akan membesar, jika api sudah membesar, masalah pun mulai muncul, yakni betapa sulitnya mengendalikan api yang sudah membesar

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu kendalikan nafsu dan amarah melalui  pensucian pikiran dengan ajaran Kebenaran 
*Manah satyena sudhyanti* serta timgkatkan  Kesabaran *Ksama* sehingga pintu pintu gerbang dari cobaan akan tetap terjaga . Niscaya kemuliaan dalam hidup ini akan dapat terwujud. (SS.10, 93 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 10 Oktober 2020

Istri-Ibu : Rajapatni

*Mutiara Weda*
11/ 10 /2020

*Istri-Ibu* : Rajapatni

*Umat se dharma*,  Dalam susastra Hindu ada menguraikan bahwa seorang ibu atau istri dalam  keluarga Hindu memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia, sebagai pelita atau suluh yang memberikan sinar / cahaya bagi seluruh anggota keluarga dalam menuju keharmonisan  baik secara lahir maupun bathin sehingga ibu sering di juluki *Ratu dalam rumah tangga* atau *Rajapatni*

Peran dan kedudukan seorang  Ibu / Istri dalam keluarga Hindu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat suci dan mulia terlihat ketika  mengandung atau proses kehamilan sudah dihadapkan  dengan proses pendidikan yang wajib dilakukan dan sangat menentukan bagi kualitas sang anak dengan berkewajiban mentaati berbagai pantangan atau brata seperti :

*Wak Capala* : tidak sombong, rakus, angkuh dll dan

*wak purusya* : tidak berkata kasar dan keras, tidak mencaci maki dan sejenisnya sebagai pendidikan pertama dan utama bagi sang jabang bayi.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu haruslah menyadari bahwa begitu besar dan mulia tugas dan tanggungjawab seorang Ibu/ istri dalam  keluarga Hindu membimbing serta mendidik anak anaknya mulai dari  sejak masih berada dalam kandungan dengan  melaksanakan proses upakara Garbhadhana samskara dan menjadi barometer terbentuknya karakter / budi pekerti sang anak nantinya dengan  melakukan pengendalian diri, Tapa &  Brata.
(Kitab Manusmerthi XI,26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta