Rabu, 12 Desember 2018

Tri sadhana

*Mutiara Weda*
11/ 12 /2018

*Tri Sadhana*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan  hidup menjelma menjadi manusia  yaitu bersatunya atman dengan Brahman  atau Kamoksan, baik jiwan mukti , Karma mukti/wideha mukti maupun Purna mukti melalui tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.

Tri Sadhana atau Tri Karana merupakan tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani  tercapainya Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik  dalam bentuk *jiwan mukti* (kebebasan yang di capai di dunia ini), *wideha mukti* (kebebasan dimana sang atman berada dalam posisi sama dengan Tuhan) maupun *Purna mukti*

( sebagai kebebasan tertinggi di mana atman bersatu dengan-Nya)   melalui jalan menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta  jalankan ajaran Tri sadhana / Tri Karana dengan benar.

(BG.XII.19 dan wrhaspati Tattwa)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri jnana sandi

*Mitiara Weda*
12/ 12 /2018

*Tri Jnana Sandi*

Umat se-dharma, jika kita renung renungkan rasanya tidak mungkin kita  bisa memahami  isi kitab suci  Weda secara Baik  manakala tidak memahami  isinya secara menyeluruh  ; Tattwa agama, Susila agama dan Acara agama secara sinergis, seimbang dan berkelanjutan *Tri Jnana Sandhi*.

Sulit rasanya  bisa mempraktekan ajaran agama tanpa memahami isi dari ajaran agama dan  amatlah Mustahil kita bisa memahami isi dari ajaran agama tanpa mempelajari teori agamanya ataupun  Ilmu agamanya secara benar.

*Maka dari itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  Sebelum mempraktekkan ajaran agama diawali dengan memahami isinya sesuai petunjuk kitab suci  Weda "TRI JNANA SANDI " serta belajar agama secara bertahap, berjenjang dan berlanjut.
(Kitab Swastika Rana & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 30 November 2018

Tiga Kerangka ajaran Hindu

*Mutiara Weda*
24/11/2018

*Tiga Kerangka ajaran Hindu*

*Umat se-dharma*, panca sradha dan Tri Kerangka  sebagai  pondasi dasar ajaran agama Hindu  tentang keyakinan bagi umat sedharma   yang menjangkau semua dimensi kehidupan baik di dunia sekala maupun Niskala.

Sebagai fondasi dasar sudah barang tentu, ada pemahaman yang diterima oleh akal dan ada kondisi yang tidak mampu dijangkau oleh akal , yang mengharuskan umat Hindu menerima sebagai suatu keyakinan yang mewajibkan seseorang untuk berpuas diri dengan  *KEYAKINAN /SRADHA* menjadi kata kuncinya. dalam konteks ini bukan berarti akal / Rasio tidak perlu, akan tetapi perkembangan akal jangan sampai mengaburkan keyakinan yang dapat menyebabkan seseorang tidak beragama dan sangatlah berbahaya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan keyakinan akan agama hilangkan keragu raguan,  pegang teguh  dan pahami isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna dengan cara  bertahap, berjenjang dan berlanjut. Niscaya, akan sirna dan lenyapnya keragu raguan serta kebimbangan yang dapat mengaburkan keyakinan sehingga sradha dab bhakti dari umat se-dharma semakin kokoh dan mantap.
(Vayu Purana dan kitab Panca sradha, hal.4-5)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Hukum Karma Phala

Mutiara Weda*
27/11/2018

*Hukum.Karma Phala*

*Umat se-dharma*,  setiap perbuatan yang dilakukan bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Phala Karma*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Bhoga

*Mutiara Weda*
29/11/2018

*Tri Bhoga*

*Umat se-dharma*, dalam mewujudkan umat Hindu yang Jagadhita ,bahagia lahir dan bathin tidak bisa lepas dari tiga kebutuhan mendasar yang wajib terpenuhi yaitu *Tri Bhoga*

Tri Bhoga  meliputi :
*Bhoga* : makanan  yang sehat dan.bergisi  sangat diperlukan oleh tubuh setiap umat manusia semenjak berada di alam maya pada ini.

*Pari bhoga* : rumah  tempat tinggal sebagai tempat melangsungkan kehidupannya.

*Upa bhoga* : bhusana atau pakaian juga sebagai kebutuhan primer dan pokok  umat manusia beserta etikanya dalam berbhusana.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangunlah keluarga  yang sukinah, keluarga yang Jagadhita dengan terpenuhinya  Tri bhoga sebagai penunjangnya. Niscaya umat Hindu yang damai, Jagadhita  menuju umat Hindu yang  santih ,bahagia lahir dan bathin , Bhumi kerta bisa terwujud. ( Maitri Upanisad VI.41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Pikiran Penentu Dlm Berkarma

*Mutiara Weda*
28/ 11/2018

*Pikiran Penentu Dalam Berkarma*

*Umat se-dharma*,  Pikiran *Manah* merupakan  sumber dari  seluruh perbuatan dalam kehidupan ini. Pikiran pula, menentukan hasil suka  maupun  duka dalam *Berkarma*.

Pikiran yang dilandasi  dgn *kesucian* dan *ketulusan*  serta *kemuliaan* maka akan membuahkan karma yang baik , demikian juga  sebaliknya , perbuatan yang dilandasi  dgn pikiran yang kotor dan hina, niscaya akan membuahkan karma  buruk, kotor dan hina pula. Karma yang baik , mulia menuntun manusia pada kehidupan yang baik  "Moksartham jagadhita" sedangkan karma yang kotor, hina akan menjerumuskan manusia pada jurang  *kehancuran / Neraka*

*Oleh karena itu*, kendalikan  Indrya *Yama* dan pusatkan pikiran *Dharana* dalam mengontrol dan mengendalikan jalan fikiran kita, agar tidak bergerak kearah yang tidak baik.Hendaknya kita menyadari bahwa mula-mula fikiran kita itu bergerak setelah ada perangsang dari luar melalui alat-alat pancaindra kita,sehingga kita mengetahui segala sesuatu diluar tubuh kita yang baik atau buruk.Setelah itu baru timbul nafsu atau keinginan untuk memiliki apa yang dirasakan baik, dan menolak apa yang dirasakan tak baik. (Sarasamuscaya,73-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Ngunduh Wohing Pakarti

*Mutiara Weda*
30 / 11/2018

*Ngunduh Wohing Pakrti*

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada menyebutkan, burung murai itu dihargai karena suaranya, dalam semua ajaran ajaran ,Gurulah yang paling berharga. Demikian pula dalam hal memaafkan,  ketinggian budilah yang paling dikagumi.

orang yang mendalami ajaran suci kerohanian pastilah memahami isi  ajaran Dharma yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastkan berkeyakinan kejahatan itu akan berbalik kembali pada asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani dengan memupuk rasa saling memaafkan serta membuang jauh jauh prilaku Kejahatan, rasa benci dan rasa dendam / Dwesa .Niscaya hidup yang Nyaman dan Damai / manah Santih dan parama santih dapat terwujud.
( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bersihkan Barhin

*Mutiara Weda*
01/ 12 /2018

*Bersihkan Bathin*

Umat se-dharma,  orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  mendapatkan sinar / Cahaya   dalam hidupnya  dan mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata  bathin menjadi terang dan bersinar *Jangan butakan hati*.

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan  kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka,  mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan  cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin ; Badan dibersihkan  dengan air, pikiran disucikan  dengan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dibersihkan  dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 20 November 2018

Hidup selalu berputar

*Mutiara Weda*
21 / 11/2018

*Hidup selalu berputar*

*Umat se-dharma*,  hidup  menjelma menjadi manusia di maya.pada ini ibarat   *roda pedati* yang selalu berputar putar, terkadang diatas dan terkadang pula dibawah.

Demikian juga halnya dalam menapak  kehidupan ini ;' suka dan duka selalu datang  silih berganti, penuh dengan dinamika hidup yg diselimuti  dan diwarnai berbagai nafsu / keinginan .

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu memanjatkan rasa syukur dan angayubagya kehadapan sang maha pencipta atas anugerah-Nya sehingga dapat mengarungi proses kehidupan ini dengan   pikiran yang terpusat dan terkendali serta sabar dengan  tidak lekas  berputus asa manakala menghadapi persoalan hidup.  Niscaya akan mengerti akan hakekat hidup yang sebenarnya yaitu suatu penderitaan yang disebabkan oleh dosa ataupun karma wesananya. ( SS.80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 07 November 2018

Aborsi : himsa karma

*Mutiara Weda*
03/ 10 /2018

*Aborsi : Himsa Karma*

*Umat se-dharma*, Tindakan  *Aborsi* atau menggugurkan bayi dalam kandungan dalam ajaran agama Hindu sebagai  suatu tindakan yang sangat terlarang *Himsa Karma* penuh dengan noda & tergolong  dosa besar *Maha pataka*.

Perlu diketahui, saat cabang bayi berusia 20 hari  *Kanda-Pat* berubah nama menjadi *Anta, Preta, Kala, dan  Dengen*. Setelah janin berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai: Ari-ari, Lamad, Getih, dan Yeh-nyom.yang selanjutnya disebut
*Nyama Bajang*. Jika *Kanda-Pat* bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara fisik, maka *Nyama Bajang*  bertugas menguatkan atma atau roh dalam tubuh jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  jangan sekali kali berniat melakukan tindakan *aborsi* yang sangat berbahaya bagi diri  sendiri dan keturunannya serta sangat menentukan proses kehidupan dan reinkarnasi selanjutnya. mengingat  di dalam jabang bayi sudah bersemayam roh/ sang atma. (Rgveda & Atharvaveda )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Melatih kesabaran

* Mutiara Weda*
24/ 10 /2018

*Melatih Kesabaran*

*Umat se-dharma, jika direnungkan  hidup ini ibaratkan  berjalan jauh dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan/ jalur jalan yang semestinya  dilalui dengan harapan sampai  ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.

Proses memilih jalan pintas akan terasa  menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya. Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya.
Sangatlah mustahil  rasanya orang  akan mampu mengeluarkan Tutur kata yg selalu terjaga dengan intonasi yang enak didengar tatkala tidak memiliki kesabaran,

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tanamkan selalu  kesabaran dalam hati dan selalu untuk melatih diri serta  jadilah orang yang sabar Sehingga  tutur kata dan Ucapan akan selalu indah, enak di dengar dan mengalir dalam *Wacika Parisudha* dengan landasan ketulusan hati.
(SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*

Karma patha

*Mutiara Weda*
23 / 10 /2018

*Karma Patha*

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah memiliki tingkatan kesadaran akan sang  diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat, demikian juga selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna bagi diri sendiri serta berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri dengan menampakkan nilai keindahan dan  keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali duhka akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*

Catur Paramitha

*Mutiara Weda*
25/ 10 /2018

*Catur Paramitha*

*Umat se-dharma*, Menaburkan benih benih  kebencian itu tidak akan pernah berakhir manakala dibalas dengan kebencian pula, tetapi kebencian akan berakhir dan sirna tatkala dibalas dengan sifat saling memaafkan serta wekas asih dalam Catur Paramitha disebut *Maitri*

Sifat suka memaafkan dan sopan santun / *Maitri*,
Welas Asih/*Karuna*,
penuh simpati / *Mudita* dan menghargai budhi baik orang /*Upeksa*  semuanya merupakan ajaran *Catur Paramitha* sebagai ciri dari sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun sifat kedewataan yang ada dalam diri dengan berlandaskan ajaran Dharma dengan menjadikan.sifat *sang Sadhu* pedoman ; merunduk karena penuh kebajikan dan ilmu pengetahuan sucinya, merunduk ibaratkan padi  karena berat buahnya. Niscaya akan terwujudnya umat manusia yang Bijak dan penuh dengan sifat sifat kedewataan.
( Ramayana Kekawin & SS.306-308)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*


Pengetahuan suci : guru dan sahabat terdekat

*Mutiara Weda*
26/ 10 /2018

*Pengetahuan Suci : Guru & sahabat Terdekat*

*Umat Se-dharma*,  Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemashyuran dan kebahagiaan umat manusia.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup,  bagaikan dewa yang dapat mengabulkan setiap keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rawatlah anugerah Tuhan

*Mutiara Weda*
27/ 10 /2018

*Rawatlah  Anugerah Tuhan*

*Umat se-dharma*,  Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan kewajiban setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan kita jaga dengan perilaku yang baik.  Sastra-sastra suci kita jaga
dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Demikian pula halnya dengan Ketampanan, Kecantikan dan kerupawanan  di jaga dengan kebersihan

Kelahiran menjadi manusia mulia  dan bijak dapat dijaga dengan tutur agama dan budi pekerti,  etika serta tata susila yang baik dalam bentuk cara berpikir,bertutur kata dan cara berbuat.

*Untuk itu*,  sebagai umat manusia jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan dengan  selalu *Bersyukur* dan *Angayubagya* , jaga dan rawatlah dengan sebaik- baiknya apa yang telah dianugerahkan-Nya dengan landasan petunjuk pustaka suci  *Weda Samhita* , Tatwa, Susila dan Acara agama secara terintegrasi *Tri Jnana Sandhi* niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala akan dapat terwujud .
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*

Ketulusan Budhi &Kecerdasan

*Mutiara Weda*
29/10 /2018

*Ketulusan Budhi & Kerendahan Hati*

Umat se-dharma, Kalau dicermati dalam dinamika kehidupan di alam semesta ini , Akar  pohon itu teramat kuat, dan tidaklah mudah untuk dicabutnya. *Kuat* ,*Gigih* dan *Kokoh* sebagai Pondasi kehidupannya.

*AKAR* itu amatlah *GIGIH* mencari air, *MENEMBUS*  tanah, batu karang yang begitu *KERAS* , *TEBAL*dan *KOKOH*, demi  untuk sebatang pohon. Begitulah kerja dan pengabdian dari *AKAR*, tak kenal lelah, tak pernah mengeluh, tak butuh pujian, tetap tak mau menampakan dirinya selalu bersembunyi di dasar  tanah.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia *Belajarlah dari akar Pohon,  bentengi dan perokoh jati diri dengan pondasi ajaran *Agama* dengan *ketulusan Budhi* dan *kerendahan hati* sebagai bingkainya. Niscaya  kualitas mental rohani dan spiritualitas akan kuat dan kokoh dan menjadi Pondasi dasar dalam mengarungi kehidupan.
(SS.88-91 & Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kawaca Dharma

*Mutiara Weda*
31 / 10/ 2018

*Kawaca Dharma*

*Umat se-dharma*,  membangun *Kecerdasan* merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai faktor dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*.  *Busana atau Kawaca* dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus, *Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian, *Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharma* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, Bangunlah Kawaca Dharma yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang, sehingga mampu menapaki hidup yang rendah hati, ceria selalu tersenyum, dan mampu mengendalikan emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Parama Prema Bhakti

*Mutiara Weda*
30/10/2018

*Parama Prema  Bhakti*

*Umat se dharma*, dalam hidup ini ada tiga faktor yang sering menggerogoti dan  menjerumuskan manusia ke jurang  kehancuran :  *Kama*, *Krodha* dan *Loba* di kenal Sebagai pintu gerbangnya menuju *neraka*.  Bhakti  marga penyerahan diri secara tulus kepada-Nya sebagai salah satu sarana ataupun jalannya.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*.

*Maka dari itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk berhubungan dan melakukan penyerahan diri  kepada-Nya melalui pemantapan kualitas  *Parama Prema Bhakti* untuk selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini akan terhindar dari bencana dan Malapetaka. (Ramayana & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri jnana sandhi

*Mutiara Weda*
01 / 11 / 2018

*Tri Jnana Sandhi*

*Umat se-dharma*,  Dalam Pustaka suci Weda Samhita  tertuang  tiga kerangka dasar dalam berpikir agama Hindu sebagai salah satu pokok ajaran Hindu  yang terintegrasi  menjadi  satu kesatuan utuh  yang dikenal dengan nama *TRI JNANA SANDI*

Tiga Kerangka Dasar Ajaran Hindu tersebut meliputi :

*Tatwa Agama*  menjadi  landasan teologi dari semua bentuk pelaksanaan  keagamaan Hindu .

*SUSILA Agama *,  menjadi landasan Etika dari semua perilaku umat Hindu dalam hubungan dengan *Tri Hita Karana*

*ACARA agama*,  menjadi landasan perilaku keagamaan, tradisi dan kebudayaan religius sebagai Implementasi  dari tatwa dan susila dlm  wujud keberagaman yg lebih nyata. Acara juga sbg perilaku, adat dan aturan yg mantap  bersumber pada pustaka suci Weda dlm pelaksanaan menjadi agama Hindu.

*Untuk itu*,sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan ketiga kerangka dasar tersebut secara terintegrasi *Tri Jnana Sandi* sehingga pemahaman dan pengamalan ajaran agama menjadi Utuh dan sempurna. Niscaya pondasi agama pada setiap umat Hindu akan menjadi kuat & kokoh dan menjadi benteng diri.
( Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tak ada manusia sempurna

*Mutiara Weda*
02 / 11 /2018

*Tak.ada Manusia Sempurna*

*Umat se-dharma*, betapapun indahnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan  seindah apapun, masih akan Ada benih benih kekotoran  tertinggal didalamnya, *Tan Hana Wwang suastha anulus* tak ada manusia sempurna.

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan. jangan pernah bermimpi  merasa diri paling *kuat* dan  paling sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu *rendah hati*, *mulatsarira* dan Anyekung jnana  serta *sadar akan diri* , demikian juga, untuk selalu menjaga keseimbangan  kualitas  diri antara : Wihara /mental, ahara/Intelektual dan Ausadha/Kesehatan sehingga terwujudnya umat manusia yang memiliki kemantapan kualitas mental rohani  yang kokoh.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tumbuhkan rasa damai dalam hati

Mutiara Weda*
03/11/2018

*Tumbuhkan rasa damai di dalam hati*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan  hakekat hidup menjelma menjadi manusia  adalah pengabdian  & pengorbanan, pergunakan kesempatan menjelma menjadi manusia dengan baik  dengan menjalankan Swadharma,  bekerja dan berbuat   sesuai dengan kemampuan  dan fungsi masing masing.

Hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini amatlah  pendek, singkat dan hanya sekejap,  sekejap cahaya kilat , Demikian pula halnya dalam hidup ini  tidaklah mudah dan amat sulit untuk didapatkannya, penuh dengan kesemuan, ketidakpastian,  ketidak sempurnaan dan bahkan  penuh dengan cobaan.

*Untuk itu*,  sebagai umat manusia jangan hiasi hidup yang pendek dan singkat ini  dengan *menebar rasa  benci* &  *menabur  sikap antipati* pada  orang  lain, pupuklah rasa damai, rasa tenang dan rasa tentram di dalam hati masing masing. Niscaya kenyamanan, kedamaian & ketentraman  hidup, baik lahir maupun batin  akan dapat terwujud.
( _Yajur Veda ,XI.6_ )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Satvika widya

*Mutiara Weda*
04/ 11 /2018

*Satvika Widya*

Umat se-dharma, Tingkatan getaran pikiran menentukan tingkatan spiritual seseorang dan menempatkan pikiran sebagai pemeran utama yg membawanya kedalam kelahiran kembali, ke alam roda samsara maupun dalam mencapai moksa atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokshayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Untuk itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Uparengga dalam Meyadnya"

*Mutiara Weda*
07/ 11 /2018

*Uparengga dalam Meyadnya*

*Umat se-dharma*, dalam setiap kegiatan keagamaan umat Hindu tidak pernah lepas dari penggunaan Janur sebagai sarana pokoknya terutama dalam majejahitan  membuat sarana banten / upakara yadnya oleh sarati banten.

Janur sesuai warnanya berwarna kuning melambangkan kemakmuran dan kesemarakan serta  mengandung Vibrasi dan kesucian, serta berbagai macam bentuk tetuasan melambangkan kelanggengan dan kesungguhan hati sang Yajamana, di samping itu membuang bagian tepi dari janur sbg perlambang  membuang keangkuhan, keserakahan dan kesombongan dalam meyadnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban setiap pelaksanaan upacara yadnya menggunakan janur dari daun Kelapa ,mengingat kelapa mengandung makna filosopi yang sangat dalam bagi umat Manusia di mana  buah kelapa yang menunjukan kematangan ternyata di dalamnya mengandung air yang selalu dijaga kemurniannya dan memberikan kehidupan. Batang dari pohon kelapa mencerminkan kedewasaan sbg inspirasi ketika dewasa baru akan diberikan buah untuk di jaga sampai buahnya matang, dan ini juga sebagai cermin bagi manusia Hindu selalu menjalankan proses kehidupan sesuai dengan Tahapan tahapan hidup sesuai  Catur Asrama. ( usana Bali & Tutur Dewi Tapini)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Tri semaya

Mutiara Weda*
08/ 11 /2018

*Tri Semaya*

Umat se-dharma, Dalam sistem filsafat Hindu ada tiga konsep  ruang waktu yang berorientasi pada kelangsungan  kehidupan umat manusia dari masa ke masa *Tri Semaya*.

Tatkala, orang bijak terhadap apa yang terjadi di masa lalu, dan menjaga apa  yang ada sekarang, serta bisa mengantisipasinya apa yang akan terjadi di masa depan.

*Untuk itu* , sebagai umat manusia dalam melangsungkan kehidupan selalu berorientasi pada  Apa yang kita lakukan dewasa ini (Wartamana),  masa lampau (Atita), demikian juga dalam merumuskan harapan masa depan (Nagata). Niscaya pemahaman  hakekat  kehidupan akan dapat terwujud sehingga kehidupan bisa dinikmati tanpa terikat akan rasa takut  dan ketidakpastian masa depan (Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Bangun manah santih

Mutiara Weda*
06/ 11 /2018

*Bangun Manah Santih*

*Umat se-dharma*, dalam mengarungi  kehidupan ini, *Tanjpa adanya  ombak yang ganas, tak akan pernah tahu kemahirannya dalam bermain peselancar. Begitu pula, Tanpa adanya  cobaan dan godaan hidup ,  tidak akan pernah tahu kualitas kedewasaan  dan tingkat kesabaran yang  kita dimiliki*

Kapan saja, cobaan dan godaan hidup datang   setiap manusia perlu bersahabat dengan *ketenangan*   belajar  bercermin dari layang-layang yang dibuat  naik oleh angin yang kencang. Ingat, hanya kolam yang tenang yang bisa membuat lotus jadi mekar".

*Untuk itu* , bangunlah *ketenangan bathin* dan *kesabaran hati* dengan menjauhkan diri  dari *EGO* dan  menjadikan
kesalahan dari masa  lalu sebagai suatu pengalaman hidup yang sangat berarti  perbaiki terus langkah-langkah ke depan,  bangun kedamaian dalam hati. Niscaya kehidupan yg *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram*  akan terwujud. (Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Niskama karma

*Mutiara Weda*
05/ 11 /2018

*Niskama Karma*

Umat se-dharma,  ajaran Bhakti merupakan puncak dari   karma dan jnana marga. segala pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa dilaksanakannya Karma karena harus dilaksanakan dengan *Niskama Karma*.

Niskama Karma sebagai perbuatan yang dilakukan dengan tanpa Pamerih dan Bhakti merupakan  muara dari ajaran Jnana  marga dan Karma marga.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas Bhakti dengan memegang teguh ajaran *Nava Veda Bhakti*, melalui pemahaman dan  pengamalan terhadap  isi kitab suci Weda *Wandanam* secara benar.
(Bhagawata Purana.VII.5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 08 Oktober 2018

Rawatlah anugerah Tuhan

*Mutiara Weda*
08 / 10 /2018

*Rawatlah  Anugerah Tuhan*

*Umat se-dharma*,  Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan kewajiban setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan kita jaga dengan perilaku yang baik.  Sastra-sastra suci kita jaga
dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Demikian pula halnya dengan Ketampanan, Kecantikan dan kerupawanan  di jaga dengan kebersihan

Kelahiran menjadi manusia mulia  dan bijak dapat dijaga dengan tutur agama dan budi pekerti,  etika serta tata susila yang baik dalam bentuk cara berpikir,bertutur kata dan cara berbuat.

*Untuk itu*,  sebagai umat manusia jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan dengan  selalu *Bersyukur* dan *Angayubagya* , jaga dan rawatlah dengan sebaik- baiknya apa yang telah dianugerahkan-Nya dengan landasan petunjuk pustaka suci  *Weda Samhita* , Tatwa, Susila dan Acara agama secara terintegrasi *Tri Jnana Sandhi* niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala akan dapat terwujud .
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*

Rta & Dharma : Hukum Tuhan

*Mutiara Weda*

07 /10/2018

*Rta & Dharma : Hukum Tuhan*

*Umat se-dharma*,  inti dari beragama itu sebenarnya adalah *Sradha / Keyakinan* dan keikhlasan yang mendalam terhadap kepercayaan akan keesaan Tuhan / Ida SangHyang  Widhi Wasa / monotheisme dengan landasan rasa bhakti serta berserah diri secara total pada hukum Tuhan : *Rta* dan *Dharma*.

Hukum Tuhan yang mengatur keseimbangan alam semesta / makrokosmos ini kita kenal dengan nama *Rta*, sedangkan hukum Tuhan yang mengatur kedamaian dan keharmonisan umat manusia dalam kehidupan di dunia maya pada ini di kenal dengan nama *Dharma*.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu laksanakan swadharma dengan baik ,penuh dengan kepercayaan, ikhlas serta tanpa di bayang bayangi perasaan ragu,  dengan dasar berserah diri secara total dengan memegang konsep ; bekerjalah atas dasar keiklasan tanpa memikirkan hasilnya, karena hasilnya sudahlah pasti berada dalam kerja itu sendiri. Niscaya perputaran roda kehidupan di alam jagad raya ini berjalan dengan baik dengan Karma sebagai tali pengikatnya.

(BG.III 35 & Manawa Dharmasastra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*

Sabtu, 06 Oktober 2018

Setiap Karma pasti Punya Tujuan

*Mutiara Weda*
06 / 10 /2018

*Setiap Karma Pasti Punya Tujuan*

*Umat se-dharma*, pada hakekatnya setiap *Karma* atau perbuatan pastilah memiliki tujuan, tanpa tujuan setiap  perbuatan akan mengambang, tak menentu dan pastilah terombang ambing nantinya, ibarat perahu tanpa nahkoda, ibarat kereta tanpa kendali.

Demikian pula halnya dalam melakukan  *Panca Maha Yadnya* memiliki tujuan yang pasti  diantaranya menjalankan kewajiban dari pustaka suci Weda dan  membayar tiga hutang yang kita bawa dari sejak lahir *Tri Rna*, dalam menuju kelepasan *Moksartham  Jagadhita ya ca iti dharmah* nantinya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu. Janganlah ragu dalam melakukan *MeYadnya*,  sebagai *Swadharma* membayar ke tiga hutang ; hutang moral kepada Ida Hyang Widhi Wasa (Dewa Rna), hutang pada orang tua/leluhur (Pitra Rna) dan hutang pada para Rsi ( rsi Rna). Tatkala ketiga hutang tersebut sudah terpenuhi  barulah kita akan dapat menuju *Kelepasan* Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah*
(MDS. VI.35 & BG.III.10).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*



Kamis, 04 Oktober 2018

Catur Asrama

Mutiara Weda*
05/ 10 /2018

*Catur Asrama*
(Empat Tahapan Hidup)

*Umat se-dharma*, Dalam ajaran agama Hindu , ada empat tahapan hidup yang wajib dilalui oleh setiap umat Hindu dalam mencapai tujuan hidupnya  yang di sebut  *Catur Asrama*; masa Brahmacari, Grehastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/ Sunyasin.

Keempat Tahapan hidup tersebut  wajib dilaksanakan .secara bertahap sesuai dengan runtutannya. Manakala keempat tahapan hidup  tersebut dilanggar dapat dipastikan  akan menemukan kegagalan, penderitaan yang  berujung  pada kehancuran.

*Untuk itu*. Bagi setiap umat Hindu sudah menjadi kewajiban dari kitab suci Weda untuk melaksanakan keempat Tahapan hidup  tersebut secara teratur *Catur Asrama*, Jalan Hidup *Catur Marga* dalam mencapai Tujuan Hidup *Catur Purusa Artha*. Niscaya   umat Hindu  yang  *Moksartham Jagadhita ya Ca Iti dharma*  akan terwujud.
(Kitab Swastika Rana,139,143)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 03 Oktober 2018

Upakara Yadnya

Mutiara Weda*
28 /09/2018

*Upakara Agama*

*Umat se-dharma*,  setiap pelaksanaan kegiatan keagamaan umat Hindu tak pernah lepas dengan  praktek praktek keagamaan *Upakara agama* .*Upa* berarti berhubungan, *Kara* berarti perbuatan / pekerjaan tangan, Upakara merupakan bentuk pelayanan yang diwujudkan dari hasil kegiatan kerja berupa materi yang dipersembahkan  dalam suatu upacara keagamaan.

Bahan-bahan upakara semuanya  bersumber dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis seperti :

*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan.

*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya.

*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang , binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu wajib untuk melakukan upakara agama dalam bentuk persembahan *Panca Maha  Yadnya* dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan para Dewa juga bermakna saling memelihara dapat mencapai kabaikan yang maha tinggi. Singkatnya hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah Tri Hita Karana  dan Tat twam Asi.
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Pokok ajaran agama Hindu

*Mutiara Weda*
01/10/2018

*Pokok Ajaran agama  Hindu*

*Umat se-dharma*, panca sradha dan Tri Kerangka  sebagai  pondasi dasar ajaran agama Hindu  tentang keyakinan bagi umat sedharma   yang menjangkau semua dimensi kehidupan baik di dunia sekala maupun Niskala.

Sebagai fondasi dasar sudah barang tentu, ada pemahaman yang diterima oleh akal dan ada kondisi yang tidak mampu dijangkau oleh akal , yang mengharuskan umat Hindu menerima sebagai suatu keyakinan yang mewajibkan seseorang untuk berpuas diri dengan  *KEYAKINAN /SRADHA* menjadi kata kuncinya. dalam konteks ini bukan berarti akal / Rasio tidak perlu, akan tetapi perkembangan akal jangan sampai mengaburkan keyakinan yang dapat menyebabkan seseorang tidak beragama dan sangatlah berbahaya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan keyakinan akan agama hilangkan keragu raguan,  pegang teguh  dan pahami isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna dengan cara  bertahap, berjenjang dan berlanjut. Niscaya, akan sirna dan lenyapnya keragu raguan serta kebimbangan yang dapat mengaburkan keyakinan sehingga sradha dab bhakti dari umat se-dharma semakin kokoh dan mantap.
(Vayu Purana dan kitab Panca sradha, hal.4-5)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Aborsi : Himsa Karma

Mutiara Weda*
03/ 10 /2018

*Aborsi : Himsa Karma*

*Umat se-dharma*, Tindakan  *Aborsi* atau menggugurkan bayi dalam kandungan dalam ajaran agama Hindu sebagai  suatu tindakan yang sangat terlarang *Himsa Karma* penuh dengan noda & tergolong  dosa besar *Maha pataka*.

Perlu diketahui, saat cabang bayi berusia 20 hari  *Kanda-Pat* berubah nama menjadi *Anta, Preta, Kala, dan  Dengen*. Setelah janin berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai: Ari-ari, Lamad, Getih, dan Yeh-nyom.yang selanjutnya disebut
*Nyama Bajang*. Jika *Kanda-Pat* bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara fisik, maka *Nyama Bajang*  bertugas menguatkan atma atau roh dalam tubuh jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  jangan sekali kali berniat melakukan tindakan *aborsi* yang sangat berbahaya bagi diri  sendiri dan keturunannya serta sangat menentukan proses kehidupan dan reinkarnasi selanjutnya. mengingat  di dalam jabang bayi sudah bersemayam roh/ sang atma. (Rgveda & Atharvaveda )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Jangan menabur rasa benci

*Mutiara Weda*
02 / 10 /2018

*Jangan Menabur rasa Benci*

*Umat se-dharma*, Kalau di  renung renungkan, Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda bahwa dia hanya memiliki kebencian di dalam dirinya, akan tetapi, orang  yang memiliki kebajikan /*Dharma* dapat dipastikan dia akan memancarkan ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini*  dalam hidupnya.

Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai kalau di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan dendam.

*Untuk itu*,   sebagai umat Hindu bangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam  hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi.  Niscaya hidup yang Santih , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud.
(kitab Ramayana & Panca Siskanya Angaji)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Guna

*Mutiara Weda*
04/ 10 /2018

*Tri Guna*

*Umat se-dharma*,  dalam ilmu kejiwaan faktor lingkungan juga menentukan baik dan buruknya *sikap* dan *Perilaku* umat  manusia, namun dalam susastra Hindu sesungguhnya perilaku manusia sangat ditentukan oleh tiga unsur Guna yang di sebut *Tri Guna*  yaitu Satwam, Rajas dan Tamas.

Pikiran yang ringan, tenang dan terang itu adalah *Satwam*, pikiran yang bergerak cepat itu *Rajas*  dan pikiran yang gelap / berat itu *Tamas*. Tak seorangpun luput dari pengaruh *Tri Guna*, demikian juga tak seorangpun dalam penampilannya tidak diwarnai oleh ketiga sifat itu dan selalu bekerja dalam diri manusia.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  selalu *mawas diri/ Ngret Sarira* dengan mengendalikan *Indrya* mengingat  indrya / nafsu sebagai penggerak utama dalam kehidupan ini dengan menghilangkan sifat keraksasaan *Asuri Sampad* yang penuh dengan kejahatan dan bangkitkan sifat *Raja* yang penuh dengan kesucian dan kebijaksanaan.
( kitab Wrhaspati Tattwa,15  dan Ramayana, II.41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Minggu, 30 September 2018

Tingkatkan kepekaan rohani

*Mutiara Weda*

30 / 09 / 2018

*Tingkatkan Kepekaan Rohani*

*Umat se-dharma*, manusia yang hidup di mayapada ini berbekalkan pada berbagai keterikatan akan hal hal keduniawian dalam bentuk : kelahiran/ *janma*, kematian/*mrtyu*, umur tua/ *Jara*, penyakit /*Vyadi*, penderitaan/ *duhka* dan kesalahan/ *dosa*.

Dunia material selalu membelenggu jiwa setiap umat manusia, manakala tidak tanggap dan tidak mengerti akan kenyataan dalam hidup ini menyebabkan terombang ambingnya jiwa dan kehidupan serta  tak sedikit sampai terhempas yang berujung pada jatuh ke jurang kehancuran.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu,tingkatkan akan kepekaan rohani dengan jalan memantapkan kualitasnya melalui tumbuhkan rasa bhakti, sucikan pribadi dgn berbagai sadhana /latihan rohani dalam wujud : *Vrata* / pengendalian diri dan *upavasa* /berpuasa. Niscaya, akan mampu menghadapi persoalan hidup yang selalu membelenggunya dan terkendalikannya *Sad Ripu* sehingga hidup menjadi tenang, tentram dan damai  serta menerima proses kehidupan ini dengan lapang dada/Lascarya.

( BG. XIII, 8 dan Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 26 September 2018

Orang tua : Wujud Pitri Devo Bhawa

*Mutiara Weda*

27 / 09 / 2018

*Orang tua : wujud Pitri Devo Bhawa*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu orang tua (bapak dan Ibu)  memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia demikian juga seorang Ibu  melahirkan, membesarkan dan membimbing sang anak mengibaratkan.: Sorga berada di bawah telapak kaki Ibu sebagai.perwujudan *Pitri Dewa Bhawa*

Orang tua  merupakan sarana terciptanya tubuh ini dan menjadi dewa pertama bagi sang anak. Mengingat sang Ibu mengandung selama sembilan bulan,  memberikan bimbingan dan pendidikan pertama dan utama pada sang anak saat masih berbentuk jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk berbhakti  kepada kedua orang tua untuk mendapatkan kebahagiaan baik manah santih maupun paramasanti melalui *Tiga Restu*  yaitu :

*Kebahagiaan dalam masyarakat*  melalui penghormatan pada *sang Ibu*,

*kebahagiaan  di dunia* melalui penghormatan pada *ayah* dan

*Kebahagiaan di Brahma Loka* melalui penghormatan pada *Guru atau Acarya*. Niscya akan terbentuknya anak yang suputra dan terhindar dari maha pataka atau dosa besar menuju manah santih dan parama santih, bahagia lahir dan bathin, sekala dan niskala.

( Manu Smerti, 2. 227 dan Siwa Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 25 September 2018

Dharma Vahini

*Mutiara Weda*
26/09/2018

*Dharma Vahini: Pancarkan Isi Kitab suci Veda*

*Umat se-dharma, Keyakinan/ *Sradha* merupakan inti  dalam beragama. Menjalankan Dharma dengan benar, penuh keyakinan, ikhlas tanpa dibayangi oleh keragu raguan.

Manakala beragama dengan landasan ragu ,  *sangatlah berbahaya*, siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, raksitah*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini*, sebagai pedoman Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai  kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud.
(Weda Samhita & BG.III.35)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 23 September 2018

Jagalah setiap kesempatan

Mutiara Weda*
24/09/2018

*Jagalah  Setiap Kesempatan*

*Umat se-dharma*,   kalau kita renung renungkan bahwa  menjadi manusia harus bisa menjaga masa mudanya sebelum masa Tua itu datang dan menjaga setiap kesempatan sebelum masa sempit datang.

Setiap orang pasti mengalami masa muda dan setiap orang pasti memiliki kesempatan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang banyak.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban setiap umat manusia untuk selalu memegang teguh ajaran Dharma serta  menjaga cara  berpikir, bertutur kata dan bertingkah laku   mengingat kelahiran menjadi manusia tak ubahnya bagaikan kerdipan petir, secepat kilat dan teramat sukar untuk diperolehnya dengan selalu berbuat kebajikan  *Subhakarma*. Niscaya  tujuan hidup *Catur Purusa Artha* akan terwujud.
(SS. 8 dan 27)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 16 September 2018

Mata nafsu

*Mutiara Weda*
15/ 09 /2018

*Mata Nafsu*

*Umat se-dharma*, hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan  cobaan & godaan yg diakibatkan oleh kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* / *Dasa Mala*.

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut  *mata nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan *KeAkuan* Sebagai jalan penyelesaiannya.

*Untuk itu*, Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran
dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan pikiran yang selalu akan dibayang bayangi   kegelapan.
( Vreti sasana II b.78/1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Karma Patha:Pengendalian &Pengekangan sang Diri

*Mutiara Weda*
16/09/2018

*Karma Patha* : Pengendalian & Pengekangan sang Diri

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah memiliki tingkatan kesadaran akan diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna bagi diri sendiri dan berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri dengan menampakkan nilai keindahan dan  keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali duhka akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.

Rabu, 12 September 2018

Kelabang : Uparengga dalam Meyadnya

*Mutiara Weda*

12/09/2018

*Kelabang* : Uparengga dalam Meyadnya.

*Umat se-dharma*, dalam pelaksanaan praktek-praktek keagamaan, umat Hindu tidak pernah lepas dengan penggunaan *Kelabang* sebagai *uparengga* dalam meyadnya,baik yang terbuat dari bambu maupun dari daun selepahan  mengandung makna kekuatan dari Ida SangHyang Widhi Wasa yang menitik beratkan pada aspek Asurisampad atau keraksaan serta Kelabang diyakini sebagai perpaduan antara kekuatan Asuri sampad dengan kekuatan Brahma ( Kala dan abang).

Ada beberapa jenis Kelabang yang lumrah digunakan.oleh umat Hindu seperti :

*Kelabang Wong wongan*, simbol dari sang kala Badeg digunakan pada saat upacara  pewiwahan /pesakapan.

*Kelabang Dangap dangap*, sebagai alas dari Caru  simbol kekuatan bhuta kala yang di dalamnya tersirat unsur penyupatan.

*Kelabang Taring*,  sarana peneduh sebagai lambang agar pikiran umat selalu bersih dan suci.

*Kelabang Mantri* atau kelabang sakti yang berfungsi untuk menghilangkan sarwa leteh dalam pelaksanan yadnya, kelabang mantri biasanya diletakan pada pagar tembok penyengker atau tembok payadnyan.dan

*Sengkui*,digunakan pada ritual pecaruan dengan ulatan disesuaikan dengan jumlah penguripannya.

*Kelabang losok*,bermakna menghilangkan energi negatif dalam upacara yadnya.

*Untuk itu* ,sebagai umat Hindu berkewajiban untuk memahami hakekat  penggunaan Kelabang sebagai Uparengga dalam pelaksanaan Panca Maha Yadnya,  guna menjaga kesucian serta menberikan perlindungan baik secara sekala maupun Niskala  dari Pelaksanaan panca Maha Yadnya ( Yadnya Prakerti & Dewi Tapini)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Janur : Uparengga dalam Meyadnya

*Mutiara Weda*

13 / 09 /2018

*Janur* : Uparengga dalam Meyadnya

*Umat se-dharma*, dalam setiap kegiatan keagamaan umat Hindu tidak pernah lepas dari penggunaan Janur sebagai sarana pokoknya terutama dalam majejahitan  membuat sarana banten / upakara yadnya oleh sarati banten.

Janur sesuai warnanya berwarna kuning melambangkan kemakmuran dan kesemarakan serta  mengandung Vibrasi dan kesucian, serta berbagai macam bentuk tetuasan melambangkan kelanggengan dan kesungguhan hati sang Yajamana, di samping itu membuang bagian tepi dari janur sbg perlambang  membuang keangkuhan, keserakahan dan kesombongan dalam meyadnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban setiap pelaksanaan upacara yadnya menggunakan janur dari daun Kelapa ,mengingat kelapa mengandung makna filosopi yang sangat dalam bagi umat Manusia di mana  buah kelapa yang menunjukan kematangan ternyata di dalamnya mengandung air yang selalu dijaga kemurniannya dan memberikan kehidupan. Batang dari pohon kelapa mencerminkan kedewasaan sbg inspirasi ketika dewasa baru akan diberikan buah untuk di jaga sampai buahnya matang, dan ini juga sebagai cermin bagi manusia Hindu selalu menjalankan proses kehidupan sesuai dengan Tahapan tahapan hidup sesuai  Catur Asrama. ( usana Bali & Tutur Dewi Tapini)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 11 September 2018

Garbhadana

*Mutiara Weda*
10/09/2018

*Garbhadana samskara*

*Umat se-dharma*, salah satu upacara yang sangat penting, yang wajib dilakukan bagi  sepasang suami-Istri pada saat kehamilan yang di sebut upacara *Garbhadana Samskara* atau yang dikenal juga  dengan nama upacara *Garbhalambhanam* sebagai bagian dari upacara *sarira samskara*.

*Upacara Garbhadana samskara* yang lumrah  disebut upacara magedong gedongan, dilaksanakan pada saat keahamilan baru berumur 210 hari  atau 7 bulan masehi bertujuan agar benih atau janin yang ada dalam kandungan tumbuh subur, bertambah kuat, sehat dan nantinya lahir menjadi anak yang Suputra.

*Untuk itu*, sebagai umat beragama Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  melaksanakan upacara Garbhadana samskara memuja kehadapan para Dewata dan Sanghyang Pitara agar sang janin tumbuh dengan baik serta lahir sehat dan selamat sehingga nantinya lahir menjadi  anak yang *Suputra*, berkarakter serta Berbudhi pekerti luhur.
( Reg Veda X.184 & Dharmasastra,VI.9.1.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 10 September 2018

Upasana, Upacara, Upakara dan Uparengga

*Mutiara Weda*
11/09/2018

*Upasana, Upacara, Upakara dan Uparengga*

*Umat se-dharma*,  dalam melakukan pemujaan terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa umat Hindu memiliki berbagai keterbatasan, sehingga untuk mempermudah pikiran  berkonsentrasi diperlukan adanya simbol atau perlambang dalam bentuk *Nyasa- Rupa*.

Demikian pula halnya dalam pelaksanaan  Upacara Panca Maha Yadnya tak bisa lepas dengan istilah seperti :  *Upasana*, *Upacara*, *Upakara*, dan *Uparengga*.

*Upasana* merupakan atuan-atuaran atau pedoman pelaksanaan persembahyangan, *Upacara* adalah bentuk ritual dan persembahyangan yang dilakukan oleh umat. Sedangkan *Upakara* adalah sebuah sarana dalam sebuah upacara keagamaan yang dibuat dan diciptakan melalui hasil karya dari tangan, sedangkan  *Uparengga* adalah sarana dan prasarana dalam membuat upakara yang digunakan sebagai pelengkap suatu upakara.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Bhakti dengan pemusatan pikiran *Dhyana* dengan menggunakan media simbol atau perlambang dalam bentuk *Rupa* pikiran manusia dalam berkonsentrasinya sedangkan sifat Tuhan diwujudkan dalam bentuk *Nyasa* berupa mantram ataupun aksara suci  serta memegang teguh konsep Upasana, Upacarap,Upakara dan Uparengga dalam pelaksanannya. Niscaya Kualitas Bhakti akan terwujud.
(Weda Parikrama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 08 September 2018

Kamoksan sbg Kebahagiaan sejati

*Mutiara Weda*
07/09/2018

*Kamoksan sbg Kebahagiaan Sejati*

*Umat se-dharma*, Aji *Kelepasan*, *Kedyatmikan* atau Aji *Kamoksan* merupakan salah satu Sradha dalam ajaran Hindu sebagai tujuan hidup tertinggi dan kebahagiaan sejati *Suka Tanpa Waliduhka*.

Kebahagiaan sejati  akan dapat dicapai tattkala terlepasnya Atma dari ikatan *Maya* dan menyatu pada *Brahman/  sang maha Pencipta* dengan melepaskan semua bentuk ikatan keduniawian yang sering di kenal dengan nama  *sakti / prakerti*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi  kewajiban untuk memegang teguh ajaran *Kedyatmikan*, *Kelepasan*,  *Keparamarthan* atau *Kamoksan* sebagai salah satu Sradha dalam mewujudkan Kebahagiaan sejati *Sat, Sit dan Ananda* melalui pelaksanaan    Catur Marga Yoga secara utuh serta membebaskan diri dari pengaruh  Tri Guna sehingga *tubuh / Angga sarira*, betul betul dapat dijadikan alat untuk mencapai  Moksa *Moksanam sariram sadhanam.
( Brahma Purana, 228.45 dan BG. XVIII.54)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 05 September 2018

Bersihkan Bhusana dalam Diri

*Mutiara Weda*
06/09/2018

*Bersihkan Bhusana Dalam Diri*

*Umat se-dharma*, Membangun *Kecerdasan* merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan setiap umat manusia dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai inti dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*. Kesemuanya sebagai  *Busana/Kawaca* Benteng dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus,
*Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian,
*Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharmanya* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun Gunakan  *Kavaca Dharma dan bangun *Bhusana* yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang. Niscaya akan mampu menapaki hidup yang rendah hati, bijak dan mampu mengendalikan serta mengelola emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 03 September 2018

Ibu: Ratu dalam rumah tangga

*Mutiara Weda*

19 / 08 /2018

*Ibu* : Ratu dalam rumah Tangga

*Umat se dharma*,seorang ibu atau istri dalam  keluarga Hindu memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia, sebagai pelita atau suluh yang memberikan sinar / cahaya bagi seluruh anggota keluarga dalam menuju keharmonisan  baik secara lahir maupun bathin sehingga ibu sering di juluki *Ratu dalam rumah tangga*.

Peran dan kedudukan seorang  Ibu / Istri dalam keluarga Hindu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat berat dan mulia terlihat dari saat mengandung atau proses kehamilan sudah dihadapkan  dengan proses pendidikan yang wajib dilakukan dan sangat menentukan bagi kualitas sang anak dengan berkewajiban mentaati berbagai pantangan atau brata seperti :

*Wak Capala* : tidak sombong,rakus, angkuh dll dan

*wak purusya* : tidak berkata kasar dan keras, tidak mencaci maki dan sejenisnya sebagai pendidikan pertama dan utama bagi sang jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu haruslah menyadari bahwa begitu besar dan mulia tugas dan tanggungjawab seorang Ibu/ istri dalam membimbing dan mendidik anak sejak masih berada dalam kandungan dengan proses upakara Garbhadhana samskara dan menjadi barometer terbentuknya karakter dan budi pekerti sang anak nantinya dan lebih melakukan pengendalian diri, Tapa dan Brata.

(Kitab Manusmerthi XI,26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pratikara : ngunduh Wohing Pakarti

*Mutiara Weda*

23 / 08 /2018

*Pratikara : Ngunduh Wohing Pakarti*

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada menyebutkan, burung murai itu dihargai karena suaranya, dalam semua ajaran ajaran ,Gurulah yang paling berharga. Demikian pula dalam hal memaafkan,  ketinggian budilah yang paling dikagumi.

orang yang mendalami ajaran suci kerohanian pastilah memahami isi  ajaran Dharma yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastkan berkeyakinan kejahatan itu akan berbalik kembali pada asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani dengan memupuk rasa saling memaafkan serta membuang jauh jauh prilaku Kejahatan, rasa benci dan rasa dendam / Dwesa .Niscaya hidup yang Nyaman dan Damai / manah Santih dan parama santih dapat terwujud.

( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Catur Asrama

Mutiara Weda*
25/08/2018

*Catur Asrama*
(Empat Tahapan Hidup)

*Umat se-dharma*, Dalam ajaran agama Hindu , ada empat tahapan hidup yang wajib dilalui oleh setiap umat Hindu dalam mencapai tujuan hidupnya  yang di sebut  *Catur Asrama*; masa Brahmacari, Grehastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/ Sunyasin.

Keempat Tahapan hidup tersebut  wajib dilaksanakan .secara bertahap sesuai dengan runtutannya. Manakala keempat tahapan hidup  tersebut dilanggar dapat dipastikan  akan menemukan kegagalan, penderitaan yang  berujung  pada kehancuran.

*Untuk itu*. Bagi setiap umat Hindu sudah menjadi kewajiban dari kitab suci Weda untuk melaksanakan keempat Tahapan hidup  tersebut secara teratur *Catur Asrama*, Jalan Hidup *Catur Marga* dalam mencapai Tujuan Hidup *Catur Purusa Artha*. Niscaya   umat Hindu  yang  *Moksartham Jagadhita ya Ca Iti dharma*  akan terwujud.
(Kitab Swastika Rana,139,143)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Karma wesana sang Pengikut Setia

Mutiara Weda*
30/08/2018

*Karma Wesana Sang Pengikut Setia*

*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan  umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma.Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai.menuju alam Kamoksan nantinya. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Avidya :sumber dari kesengsaraan

*Mutiara weda*

02/09/2018

*Avidya* : sumber dari Kesengsaraan

*Umat se-dharma*, salah satu musuh manusia dalam alam samsara ini adalah Avidya atau kebodohan, suka maupun duka  yang dialami pangkalnya adalah kebodohan. Kebodohan ditimbulkan oleh loba atau keinginan, sedangkan loba (keinginan hati) itu, kebodohanlah asalnya, dan Orang yang dicekeram oleh kebodohan dapat dipastikan akan melakukan perbuatan buruk atau tindakan kejahatan.

Perbuatan orang yang satwika pastilah akan memperoleh kesucian, dan orang yang memiliki sifat rajas tentu akan memperoleh penderitaan demikian juga halnya dengan orang yang memiliki sifat tamas, kebodohanlah hasilnya.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan kebodohan itu dengan jalan pemahaman ilmu pengetahuan suci secara sempurna *samyagjnana* dan jadikan pengetahuan suci sebagai busur / bentang  dalam jaman ini dijadikan pegangan pedoman dan tuntunan hidup dalam berpikir, bertutur kata dan dalam bertindak. Niscaya akan mendapatkan ketenangan baik lahir maupun bathin dalam kehidupan ini.

( Nitisastra IV.5 & SS.400)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Bersihkan Hati : Padma Hrdaya

*Mutiara weda*

03/08/2018

*Bersihkan Hati : Padma hrdaya*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan cabang pohon itu akan merunduk manakala dipenuhi dengan buah, begitu pula halnya dengan awan akan merendah tatkala penuh dengan uap , demikian juga halnya dengan orang orang yang baik dan bijaksana  akan berhati lembut karena pengetahuan sucinya *Samyagjnana*.

Mantapnya Kualitas rohani akan menjauhkan diri dari tindakan kejahatan dalam rangka menuju kebaikan dan manakala manusia memiliki sifat kebaikan dapat dipastikan sifat irihati,dengki , serakah ,rakus, rasa benci dan sejenisnya akan meninggalkannya serta bersahabat dengan semua umat manusia *Vasudhaiva Kutumbakam*

*Untuk itu*, sebagai umat manusia tingkatkan kualitas rohani dengan membersihkan hati atau bathin *Padma Hrdaya* dengan menampakan persaudaraan sejati *Vasudhaiva Kutumbakam* dengan hati yang penuh rasa cinta kasih sayang *Prema*.  Niscaya akan mendapatkan kebahagiaan hidup yang sebenarnya *Sukha tan pawali duhka* dan menuju alam kesempurnaan sejati *Kamoksan* .(Kitab Atharva Veda, 10.6’1& Niti Satakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 01 September 2018

Mutiara Weda - Tiga Kerangka Dasar Ajaran Agama Hindu

Pijar Hindu 24 Maret 2013

Madurya bhawa : Bhakti Sejati

*Mutiara Weda*
29/08/018

*Madurya Bhawa* : Bhakti sejati

Umat se-dharma, masyarakat Hindu dalam  mewujudkan rasa cinta kasih yang suci dan tulus kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dikenal dengan nama *Bhakti* baik pada tataran  *Para Bhakti* maupun *Apara Bhakti* dalam doa mantram dikenal dengan *Subhasita*

Bentuk bhakti atau *bhavabhakti* secara mendalam, suci ,tulus dan sejati  dalam ajaran Hindu dikenal dengan nama *maduryabhawa* sebagai bentuk bhakti yang paling utama  dan tertinggi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas bhakti dengan meningkatkan kualitas rohani berupa penyerahan diri secara tulus dan sejati kepada-Nya dengan jalan selalu mengingat dan menyebut kebesarannya/ *namasmaranam*, mengulang ulang secara konstan terus menerus/ *berjapa* ataupun mengucapkan doa/ lagu pujaan *mantram* serta melantunkan Dharma gita atau *Bhujana*.
(Reg Veda,VIII. & BG XVIII.65)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Karma wesana Sang Pengikut Setia

Mutiara Weda*
30/08/2018

*Karma Wesana Sang Pengikut Setia*

*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan  umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma.Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai.menuju alam Kamoksan nantinya. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 31 Agustus 2018

Banten :simbol angga sarira

*Mutiara Weda*
01/09/2018

*Banten*: simbol Angga Sarira
( Sahananing Banten Pinaka Ragantha Tuwi)

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan esensi  Tattwa dari Banten atau Yadnya  mengandung makna yang sangat luas yaitu melaksanakan ajaran dharma secara tulus , ikhlas / lascarya dalam bentuk praktek keagamaan *Panca Maha Yadnya*.

Melaksanakan ajaran Panca Maha Yadnya yang dilandasi dengan lascarya sebagai bagian dari pokok ajaran agama Hindu *Tri Kerangka dasar* dari kitab suci weda samhita sebagai cermin.dari *Tri Angga Sarira Sarira* (Sahananing Banten pinaka ragantha tuwi)

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Panca Maha Yadnya sebagai bagian suatu petunjuk dari kitab suci weda samhita sebagai cermin dari *Tri Angga Sarira* dari umat manusia yaitu

*Badan atma* suksme sarira yang bermanifestasi dari *Mahat* sebagai cermin dari Tattwa.

*Badan Antah Karana*  ( jiwa) bermanigestasikan sebagai budhi dan tercermin sebagai prilaku atau etika.

*Badan Wadag* /Jasad atau tubuh *Panca Maha Bhuta* bermanifestasikan sebagai *Ahamkara* sebagai cermin dari *upakara atau yadnya*  sehingga yadnya yang diprsembahkan perlambang angga sarira.(Yadnya Prakerti dan MDS.II.92)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 30 Agustus 2018

Jangan abaikan Dharma

Mutiara Weda*
31/08/2018

*Jangan abaikan Dharma*

*Umat se-dharma*, setiap umat manusia wajib memanjatkan rasa  angayubagya kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa karena kita telah diciptakan lahir menjelma   menjadi manusia yang teramat sulit didapatkan.

Menjelma Menjadi manusia janganlah bersedih hati, tatkala dalam mengarungi kehidupan masih dihadapkan.dengan berbagai kesulitan , cobaan dan dinamika hidup, karena hanya dengan menjadi manusia yang dapat membedakan mana yg baik  dan mana yg buruk  yg harus dihindari dan merubah yg buruk menjadi baik.

*Untuk itu*, jangan sia siakan kesempatan hidup menjelma  menjadi manusia, pergunakanlah dengan sebaik baiknya  untuk berbuat kebaikan,  janganlah mengabaikan nilai-nilai Dharma/ keagamaan dan kemanusiaan  yang berlandaskan pada Pustaka suci Veda samhita. *(SS.1-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .


Senin, 27 Agustus 2018

Bangkitkan kualitas diri dgn landasan Tri Karma

*Mutiara Weda*
27/ 08 /2018

*Bangkitkan kualitas diri dgn landasan : Tri Karma*

*Umat se-dharma*, Bila cinta kasih yang mengisi pikiran, dia akan menjelma menjadi kebenaran, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Pada hakekatnya melaksanakan  cinta kasih itu sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kualitas diri melalui Tri Karma :

*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran, *Dharma* ; kebajikan, *Prema* ; cinta kasih,*Santih* ; damai dan *ahimsa*; tidak menyakiti. Niscaya akan.dapat terbentuknya manusia yang *Sat Karma* yaitu Manusia Dewa atau manusia berbudi pekerti luhur.

(Wrhaspati Tattwa,15-19 & weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 25 Agustus 2018

Ibu : ratu dalam rumah tangga

*Mutiara Weda*

19 / 08 /2018

*Ibu* : Ratu dalam rumah Tangga

*Umat se dharma*,seorang ibu atau istri dalam  keluarga Hindu memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia, sebagai pelita atau suluh yang memberikan sinar / cahaya bagi seluruh anggota keluarga dalam menuju keharmonisan  baik secara lahir maupun bathin sehingga ibu sering di juluki *Ratu dalam rumah tangga*.

Peran dan kedudukan seorang  Ibu / Istri dalam keluarga Hindu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat berat dan mulia terlihat dari saat mengandung atau proses kehamilan sudah dihadapkan  dengan proses pendidikan yang wajib dilakukan dan sangat menentukan bagi kualitas sang anak dengan berkewajiban mentaati berbagai pantangan atau brata seperti :

*Wak Capala* : tidak sombong,rakus, angkuh dll dan

*wak purusya* : tidak berkata kasar dan keras, tidak mencaci maki dan sejenisnya sebagai pendidikan pertama dan utama bagi sang jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu haruslah menyadari bahwa begitu besar dan mulia tugas dan tanggungjawab seorang Ibu/ istri dalam membimbing dan mendidik anak sejak masih berada dalam kandungan dengan proses upakara Garbhadhana samskara dan menjadi barometer terbentuknya karakter dan budi pekerti sang anak nantinya dan lebih melakukan pengendalian diri, Tapa dan Brata.

(Kitab Manusmerthi XI,26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Guna artha dalam agama Hindu

*Mutiara Weda*
21 / 08 /2018

*Guna Artha dalam ajaran Hindu*

*Umat se-dharma*.  Seindah apa pun bunga yang ada di dalam sebuah taman, dalam kurun waktu tertentu ia pasti akan layu. Demikian juga halnya dengan umat manusia,  Sehebat apapun dalam pencapaian material seseorang di dunia ini dia juga memiliki batas waktu untuk memiliki & menggunakannya.

Penggunaan  Artha / kekayaan yang benar  sesuai tuntunan dalam ajaran agama  Hindu ;

*Sadhana rikasidhaning  Dharma*,menjalankan Dharma/ meyadnya, *Sadhana rikasidhaning kama*,memenuhi keinginan atau cita cita hidup dan

*Sadhana rikasidaning Artha*,

untuk kesejahtraan dan kemakmuran.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia harus memahami akan guna dari Artha tersebut dan jangan pernah mengijinkan kekayaan yang besar membuat *EGO* juga menjadi besar yg dapat membawa kehancuran dan malapetaka bagi si pemiliknya,  gunakan Artha itu sesuai dgn tuntunan kitab suci Weda . niscaya akan mengerti arti dan Guna dari Artha yg sebenarnya, sehingga terhindar dari bencana.

(Kitab Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jangan bohongi kata hati

Mutiara Weda*
17/08/ 2018

*Jangan bohongi kata Hati*

Orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  mendapatkan Cahaya yang sebenarnya dalam hidup ini dan mampu memandang ke dalam dirinya maka bathinnya akan menjadi terang dan bercahaya sehingga mata bathin menjadi terbuka, Jangan Bohongi Kata hati *Tan Satya Hrdaya*

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi tetap terang dan bersinar  melalui penyucian bathin dengan cara membersihkan Badan dengan air, pikiran disucikan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15 & M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pratikara:Ngunduh Wohing Pakarti

*Mutiara Weda*

23 / 08 /2018

*Pratikara : Ngunduh Wohing Pakarti*

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada menyebutkan, burung murai itu dihargai karena suaranya, dalam semua ajaran ajaran ,Gurulah yang paling berharga. Demikian pula dalam hal memaafkan,  ketinggian budilah yang paling dikagumi.

orang yang mendalami ajaran suci kerohanian pastilah memahami isi  ajaran Dharma yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastkan berkeyakinan kejahatan itu akan berbalik kembali pada asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani dengan memupuk rasa saling memaafkan serta membuang jauh jauh prilaku Kejahatan, rasa benci dan rasa dendam / Dwesa .Niscaya hidup yang Nyaman dan Damai / manah Santih dan parama santih dapat terwujud.

( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Raja pisuna : maha petaka

*Mutiara Weda*
26 /08/2018

*Raja Pisuna : Maha pataka*

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

“RAHAJENG HARI SUC PURNAMA SASIH KATIGA”

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jangan.abaikan.anugerah Tuhan

Mutiara Weda*
24/ 08 /2018

*Jangan Abaikan Anugerah Tuhan*

*Umat se-dharma*, Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan kewajiban setiap manusia.  *Kebenaran* dan *kebajikan* di jaga dengan perilaku yang baik; serta *sastra-sastra suci* di jaga  dengan keteguhan hati dan *kesucian pikiran* ,demikian juga  *Ketampanan* dan  *Kecantikan fisik* di jaga dengan kebersihan

Kelahiran menjadi manusia *mulia*  dan *bijak* dapat dijaga dengan tutur agama dan budi pekerti,  etika serta  tata susila dengan cara berpikir, bertutur kata dan berbuat yang baik dan benar.

*Untuk itu*,  sebagai umat manusia jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan dgn  selalu *Bersyukur* dan *Angayubagya* , jaga  dan rawatlah dengan sebaik- baiknya apa yang telah dianugerahkan-Nya dengan landasan petunjuk kitab suci *Weda Samhita* , Tatwa, Susila dan Acara agama secara terintegrasi. niscaya kebahagiaan lahir maupun batin akan dapat terwujud .
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 21 Agustus 2018

Bangun Pura Dalam Diri

*Mutiara Weda*
22 / 08 /2018

*Bangun *PURA*  dalam Diri*

*Umat se-dharma*,  membangun kawasan suci atau  membangun pura dalam diri amatlah penting dalam menata sang diri agar termotivasi untuk berprilaku baik/subha karma yang berdasarkan pada hukum *Rta* dan *Dharma*.

Perilaku  Baik yang berdasar atas *Rta*  adalah perilaku yang taat dan patuh pada  hukum alam sehingga Bhuana agung /makrokosmos  tidak terganggu hak azasi alaminya *Tri Canda* ( udara, Air dan tumbuhan), sedangkan perilaku  baik berdasar *Dharma* merupakan perilaku yang selalu berada pada Garis Kebenaran *Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Bangun pura atau Kawasan Suci dalam diri dengan  menjaga kesucian bathin melalui terjaganya tindakan.dan.prilaku, dengan selalu berpegang teguh pada  hukum *Rta* dan *Dharma* sehingga dapat terkontrolnya dinamika berperilaku pada jalan kebenaran *Dharma*.
(Kitab Reg Veda dan Yoga Sutra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 20 Agustus 2018

Tri Jnana Sandhi

*Mutiara Weda*
20 / 08 / 2018

*Tri Jnana Sandhi*

*Umat se-dharma*,  Dalam Pustaka suci Weda  tertuang  tiga kerangka dasar dalam berpikir agama Hindu yang terintegrasi  menjadi  satu kesatuan utuh  yang dikenal dengan nama *TRI JNANA SANDI*

Tiga Kerangka Dasar Ajaran Hindu tersebut meliputi :

*Tatwa Agama*  menjadi  landasan teologi dari semua bentuk pelaksanaan  keagamaan Hindu .

*SUSILA Agama *,  menjadi landasan Etika dari semua perilaku umat Hindu dalam hubungan dengan *Tri Hita Karana*

*ACARA agama*,  menjadi landasan perilaku keagamaan, tradisi dan kebudayaan religius sebagai Implementasi  dari tatwa dan susila dlm  wujud keberagaman yg lebih nyata. Acara juga sbg perilaku, adat dan aturan yg mantap  bersumber pada pustaka suci Weda dlm pelaksanaan menjadi agama Hindu.

*Untuk itu*,sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan ketiga kerangka dasar tersebut secara terintegrasi *Tri Jnana Sandi* sehingga pemahaman dan pengamalan ajaran agama menjadi Utuh dan sempurna.
( Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 18 Agustus 2018

Ibu : Ratu dalam rumah Tangga

*Mutiara Weda*

19 / 08 /2018

*Ibu* : Ratu dalam rumah Tangga

*Umat se dharma*,seorang ibu atau istri dalam  keluarga Hindu memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia, sebagai pelita atau suluh yang memberikan sinar / cahaya bagi seluruh anggota keluarga dalam menuju keharmonisan  baik secara lahir maupun bathin sehingga ibu sering di juluki *Ratu dalam rumah tangga*.

Peran dan kedudukan seorang  Ibu / Istri dalam keluarga Hindu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat berat dan mulia terlihat dari saat mengandung atau proses kehamilan sudah dihadapkan  dengan proses pendidikan yang wajib dilakukan dan sangat menentukan bagi kualitas sang anak dengan berkewajiban mentaati berbagai pantangan atau brata seperti :

*Wak Capala* : tidak sombong,rakus, angkuh dll dan

*wak purusya* : tidak berkata kasar dan keras, tidak mencaci maki dan sejenisnya sebagai pendidikan pertama dan utama bagi sang jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu haruslah menyadari bahwa begitu besar dan mulia tugas dan tanggungjawab seorang Ibu/ istri dalam membimbing dan mendidik anak sejak masih berada dalam kandungan dengan proses upakara Garbhadhana samskara dan menjadi barometer terbentuknya karakter dan budi pekerti sang anak nantinya dan lebih melakukan pengendalian diri, Tapa dan Brata.

(Kitab Manusmerthi XI,26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 17 Agustus 2018

Kebenaran/Satya :Dharma Yang Tertinggi

*Mutiara Weda*

18/08/2018

*Kebenaran /Satya : Dharma yang Tertinggi*

*Umat se-dharma*, jika kita amati dalam kehidupan sehari hari, Terkadang orang sering dikelabui oleh sikap merasa benarnya, dengan mengabaikan kebenaran yang sesungguhnya, dengan menonjolkan sikap KeAKUannya, mengakibatkan manusia cenderung merasa paling benar sendiri.

*Kearifan* akan membuat seorang menjadi Benar, tetapi *bukan* Merasa Benar. Biasakan benar dan Jangan membenarkan yang biasa .

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran dharma dan kebenaran hendaknya tidak dilanggar serta tidak ada Dharma atau kewajiban suci yang lebih tinggi dari Kebenaran *Satya* Jadilah orang yg benar dan jauhkan diri dari sikap merasa benar, sehingga selalu dapat introspeksi ,mawas diri dan Amulatsarira. (Weda Samhita & Slokantara, 3.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 16 Agustus 2018

Kebenaran itu Maha Tinggi

*Mutiara Weda*

16 / 08 / 2018

*Kebenaran itu Maha Tinggi*

*Umat se-dharma*, Jika kita renung renungkan emas itu walaupun dipanasi dan ditimpa berkali kali  dia tetap mengeluarkan cahaya atau sinarnya, demikian juga Kayu Cendana walaupun di gosok gosok berulang kali dia tetap mengeluarkan bau harumnya, begitu juga  kebajikan/kebenaran tidak akan pernah luntur dan tak akan berubah sepanjang jaman.

Tidak ada kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran *Satya* dan tidak ada neraka yang lebih menyeramkan dari kawah *Candradimuka*, memegang teguh kebenaran dan Ajegnya  Dharma walaupun ajal menantangnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu selalu memegang teguh ajaran Dharma dalam kehidupan sehari hari dengan jalan selalu berbuat yang baik dan benar agar tidak terjerumus ke dalam kelahiran rendah atau Neraka ,*Maharorawa* dan menjauhkan diri dari dari ketidak mengertian akan ajaran Dharma /  *Niraya* (Slokantara,01 & 12.75)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 13 Agustus 2018

Hidup Untuk Berkarma

*Mutiara Weda*
14 / 08 /2018

*Hidup Untuk Berkarma*

*Umat  se -dharma*, Hidup menjelma menjadi  manusia sangatlah pendek dan sesungguhnya  hidup ini adalah untuk Berkarma sesuai dengan Swadharma masing masing,  tak seorangpun luput dari kuasa Tuhan ini.

Tat kala kuasa Tuhan menjemputnya, jiwa  manusia terasa memberontak dan menjerit dalam hatinya, namun apalah daya, yang pasti  manusia harus bekerja dan bekerja dalam hidup ini. Tanpa kerja manusia tak akan pernah mencapai kebebasan, tanpa kerja tak akan pernah mencapai kesempurnaan.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat  manusia untuk selalu *Berkarma*, Tak seorangpun luput dari kerja,setiap manusia dibuat tidak berdaya oleh hukum alam yang mewajibkan untuk bekerja,  mau tidak mau, suka tidak suka, dipaksa untuk bekerja tanpa kerja hiduppun tak akan mungkin, mengingat seluruh *Karma* dengan *Karma Wesana* sebagai jalan menuju alam kebebasan yang abadi  *Bhukti Mukti pada*
( BG.III.4,5 / SS. 31-33)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sad guna dharma

*Mutiara Weda*
13/08/2018

*Sad Guna Dharma*

*Umat se dharma*, menjalankan petunjuk  ajaran agama sesuai dengan tuntunan kitab suci Weda Samhita  merupakan suatu kewajiban setiap umat Hindu. Orang yang tidak menjalankan ajaran Dharma dengan baik ibarat seperti padi yang hampa ataupun  telur busuk yang kenyataan ada namun tiada gunanya *Hana Tan Hana* ada tapi tiada guna.

*Sadguna Dharma* merupakan enam karakter dasar orang yang menjalankan ajaran agama dengan Baik :

*Sandhi* : mudah keluar dari kesulitan hidup.

*Wigrha*:  memiliki pengaruh dan kewibawaan.

*Jana*: perkataannya yang baik dan menjadi panutan.

*Sana*:  selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

*Wisesa*:  bijaksana, cerdas, berwibawa dan dengan mudah menaklukkan adharma.

*Srya*:  bersimpati dan disenangi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Jalankan ajaran agama dengan benar *Sad Guna Dharma*

sebagai suatu keharusan bagi setiap umat Hindu,  kendalikan sadripu yang negatif menjadi positif. Niscaya akan menjadi orang yang Satyam, Sivam dan Sundaram. ( Slokantara, 2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 10 Agustus 2018

Orang Tua Ibaratkan dewa Sekala Bagi Sang Anak

*Mutiara Weda*
11/ 08 /2018

*Orang Tua Ibaratkan Dewa Sekala Bagi Sang Anak*

*Umat se-dharma*, dalam keluarga Hindu,  kedua orang tua, ayah / Ibu itu diibaratkan sebagai perwujudan *Dewa sekala*,  yang mengharuskan seorang anak untuk berbhakti kepada kedua orang tuanya agar terhindar dari *dosa besar* / *mahapataka* sesuai ajaran *Panca Vida bhakti*

Panca Vida Bhakti merupakan Lima hal yang menyebabkan sang anak wajib berbhakti pada kedua orang tuanya sebagai swadharmaning sang suputra diantaranya :

*Sang Ametwaken* : orang yang melahirkannya.

*Sang Nitya maweh bhinojana*: orang yg selalu mengusahakan makanan terhadap sang anak.

*Sang Mangupadyaya*: orang yang selalu mendidik dan membimbing sang anak mulai sejak berada dalam kandungan sang Ibu.

*Sang Anyangaskara*:  orang yang selalu memanjatkan doa agar sang anak  tumbuh sehat dan terhindar dari penyakit.

*Sang matulung urip rikalaning bhaya*: orang yang selalu membantu dan mendampingi disaat  sang anak mendapatkan sakit atau mara bahaya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban bagi sang anak  dalam.keluarga Hindu untuk berbhakti pada kedua orang tuanya dan selalu ingat dengan leluhurnya atau kawitannya agar  terhindar dari dosa besar / maha pataka serta mendapatkan pahala pahala kebajikan seperti ;
*Kirti : rahayu,

*Ayusa* : umur panjang,

*Bala*: kuat  dan

*yasa patinggal rahayu* : menjadi contoh baik bagi keturunan selanjutnya. Niscaya akan terwujudnya anak yang *Suputra*  menuju keluarga Hindu yang Bahagia.
(Nitisastra VIII,3 & Sarasamuscaya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 09 Agustus 2018

Manusia Penuh Keterbatasan

*Mutiara Weda*
10/ 08 /2018

*Manusia Penuh Keterbatasan*

*Umat se-dharma*, betapapun indahnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan  seindah apapun, masih akan Ada benih benih kekotoran  tertinggal didalamnya, *Tan Hana Wwang suastha anulus* tak ada manusia sempurna.

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan. jangan pernah bermimpi  merasa diri paling *kuat* dan  paling sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu *rendah hati*, *mulatsarira* dan Anyekung jnana  serta *sadar akan diri* , demikian juga, untuk selalu menjaga keseimbangan  kualitas  diri antara : Wihara /mental, ahara/Intelektual dan Ausadha/Kesehatan sehingga terwujudnya umat manusia yang memiliki kemantapan kualitas mental rohani  yang kokoh.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 08 Agustus 2018

Pustaka suci weda :Tuntunan Hidup

*Mutiara Weda*
09/08/2018

*Pustaka suci Weda :Tuntunan Hidup*

*Umat se-dharma*, Ida SangHyang Widhi Wasa menurunkan agama ke dunia ini, bukan sebagai media untuk saling merendahkan, saling menjatuhkan, saling membenci  dan  saling  memfitnah  bahkan saling membunuh satu sama lainnya.

Ida Hyang Widhi Wasa menurunkan agama dengan kitab suci Weda Samhita ke dunia ini justru untuk dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan bagi setiap umatnya dalam membangun nilai  moral , etika , Karakter dan Budhi pekerti  luhur  sehingga dalam hidup  terpancar suasana yang nyaman, damai  dan menyejukkan bagi semua orang.

*Untuk itu*,   setiap umat Hindu wajib untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan isi kandungan kitab suci Weda secara benar serta  memiliki rasa   malu pada Hyang Widhi Wasa manakala agama yang diwahyukannya itu disalahgunakan  untuk saling menjatuhkan,  membenci serta saling menghujat  dan selalu berusaha untuk mengendalikan musuh musuh  yang ada dalam.diri setiap manusia *Sad Ripu*,* Sadatatayi* dan *Sapta Timira*
( kitab Upadesa &  Ramayana kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta ..