Selasa, 28 November 2017
Selasa, 21 November 2017
Jangan ragu dalam Beragama
*Mutiara Weda*
19/11//2017
*Jangan *Ragu* dalam Beragama*
Setiap umat manusia hendaknya menyadari bahwa beragama itu bukanlah alat untuk menyakiti orang lain dan bukan pula, alat untuk menjatuhkan orang lain melainkan sebagai pegangan, pedoman dan tuntunan hidup yang harus diyakini oleh umatnya. Jangan ragu dalam beragama !!
Tatkala dalam penerapan ajaran agama mengakibatkan sakit dan menderitanya orang lain, dapat dipastikan adanya kesalahan dalam pemahaman dan penerapan nilai nilai ajaran agama yang berujung pada malapetaka dan kehancuran.
*Untuk itu*, setiap umat manusia harus yakin dan paham terhadap nilai nilai ajaran agama dengan baik guna memperkokoh budhi. Niscaya Kedamaian , kenyamanan dan keharmonisan hidup serta tujuan hidup *Catur Purusaartha* akan dapat terwujud. ( Kitab Panca Siskanya Angaji. & Ramayana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Dharma Penyangga alam semesta
*Mutiara Weda*
20/11/2017
*Dharma : Penyangga alam semesta*.
Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa seluruh alam semesta beserta isinya diatur oleh Dharma *Dharanad Dharma Ityahur Dharmena Vidrtah Prajah*.Dharma penyangga jagad raya ini.
Manakala Dharma dilanggar dapat dipastikan akan digilas oleh Dharma, demikian pula sebaliknya tatkala umat manusia memegang teguh ajaran Dharma dia akan di jaga dan dilindungi oleh Dharma pula.
*Untuk itu* jadikan Dharma dengan kitab suci Weda sebagai tolok ukur untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup *Weda pramanakah Sreyah sadhanam Dharmah*. ( Santi Parwa 167.10)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Banten Prayascita
*Mutiara Weda*
21/11/2017
*Banten Prayascita*
Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa Banten prayascita yang menyertai setiap upacara Yadnya dalam keagamaan Hindu mengandung makna yang sangat penting simbol *Pensucian Pikiran* dari *Panca Mala*
Pensucian pikiran yang bersih dan suci *Citta* dari *Panca Mala*/ berbagai kekotoran yaitu *Sarwa rogha* (segala penyakit), *Sarwa vighna* (segala halangan), *Sarwa Satru" (segala musuh), *papa Klesa* (mengotori hidup) dan *Sarwa dusta* ( berbagai bencana dari orang jahat)
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bersihkan pikiran *Citta* sehingga dapat menggunakan *Wiweka* sehingga dapat memahami isi kitab suci Weda dengan benar melalui pemahaman *Tattwa Jnana*, *Susila agama* dan *upacara Yadnya* ( Kitab Taru Pramana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Bhakti,prama prema dan Prapatti
*Mutiara Weda*
22/11/2017
*Bhakti, Parama Prema Bhakti dan Prapatti Bhakti*
Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa jalan Bhakti marga yaitu penyerahan diri secara tulus sebagai salah satu sarana atau jalan untuk mendekatkan diri kehadapan Sang Maha Pencipta.
Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*. Sedangkan rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi dengan cara membuat simbol simbol / *Nyasa* di sebut *Prapatti Bhakti*.
*Maka dari itu*, sebagai umat Hindu dalam berhubungan dengan-Nya dengan landasan penyerahan diri melalui pemantapan kualitas rohani *Bhakti*, *Parama Prema Bhakti* dan Prapatti Bhakti*, serta selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini akan terhindar dari bencana dan Malapetaka. (Ramayana & BG.XVI.21)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Selasa, 14 November 2017
Senin, 13 November 2017
Dharma: Sumber Kebahagiaan Umat Manusia
*Mutiara Weda*
26/10/2017
*Dharma : Sumber Kebahagian Umat Manusia*
Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa, menjelma menjadi manusia sangatlah Utama ,dikatakan demikian karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat kebajikan/ *Dharma*
Manakala umat manusia melanggar Dharma dapat dipastikan dia akan digilas oleh Dharma itu sendiri yang berujung pada kehancuran, dan siapa yang memegang teguh Dharma dalam kehidupannya, maka hidupnya akan dijaga dan dilindungi Dharma itu pula *Satyam Eva Jayate*.
*Untuk itu*, dalam kehidupan ini jangan pernah *bosan* berbuat Dharma, jadikan Dharma sebagai *Pondasi*, *pegangan*, *pedoman* dan *tuntunan* hidup. Niscaya tujuan hidup *Catur Purusa Artha* akan terwujud dan terhindar dari kehancuran, bencana dan malapetaka.
(Santi Parwa,167.10 & Ramayana)
*Made Worda Negara*.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Sugihan Jawa dan Sugihan Bali
*Mutiara Weda*
27/10/2017
*Sugihan Jawa- Sugihan Bali*
Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa menjelang perayaan hari raya Galungan dan Kuningan Umat Hindu merayakan hari suci *Sugihan* sebagai rangkaian dari hari raya Galungan. Sugihan Jawa dan Sugihan Bali bermakna Pensucian Bhuana agung dan bhuana Alit.
Sugihan Jawa dilaksanakn pada Kamis,Wage wuku Sungsang sebagai perlambang pensucian Makrokosmos/ Bhuana agung/alam semesta dan Sugihan Bali yang jatuh pada Jumat, Kliwon wuku sungsang, perlambang pensucian mikrokosmos/ Bhuana alit/ diri sendiri setiap umat manusia.
*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu menjelang perayaan hari suci Galungan diawali dengan merayakan hari suci Sugihan sebagai proses Pensucian Makrokossmos (Alam semesta)
" Dewa Kalinggania pamrastista bhatara Kabeh" dan Mikrokosmos (diri manusia)
"Kalinggania amretista raga tawulan" (kitab Sundari gama)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
"RAHAJENG RAHINA SUCI SUGIHAN"
Galungan : Kemenangan Dharma atas Adharma
*Mutiara Weda*
28/10/2017
*Galungan* : kemenangan Dharma atas Adharma.
Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa tepatnya pada Buda ,Kliwon wuku Dungulan sebagai hari suci Galungan, bentuk perayaan kemenangan *Dharma* atas *Adharma* .
Inti hakekat perayaan hari suci Galungan sebenarnya menyatukan kekuatan rohani agar mendapatkan pikiran dan pendirian yang terang serta mampu mengendalikan diri sebagai wujud Dharma *matutur ikang Atma rijatinia*, sedangkan segala kekacauan pikiran *byaparaning Idep* sebagai wujud Adharma.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam perayaan hari suci Galungan benar benar mencerminkan suatu keberhasilan dalam mengatasi cobaan, godaan selama perjalanan hidup serta mengendalikan diri dengan berkarma sesuai Dharma,
sehingga terwujudnya kehidupan yang *anandam/Jagadhita dan moksa*, *manah Santih* dan *Parama santih* dalam hidup yang *berwiweka*.
(Kitab Sundari gama)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Manusia Hidup Untuk Berkarma
*Mutiara Weda*
29/10/2017
*Mansia Hidup Untuk Berkarma*
Setiap umat manusia pastilah menyadari bahwa hidup menjelma menjadi manusia sangatlah pendek dan sesungguhnya hidup sebenarnya adalah untuk Berkarma sesuai dengan Swadharma masing masing, tak seorangpun luput dari kuasa Tuhan ini.
Tat kala kuasa Tuhan menjemputnya, jiwa manusia terasa memberontak dan menjerit dalam hatinya, namun apa daya, yang pasti manusia harus bekerja dan bekerja dalam hidup ini. Tanpa kerja manusia tak akan pernah mencapai kebebasan, tanpa kerja tak akan pernah mencapai kesempurnaan.
*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat manusia untuk selalu *Berkarma*, mau tidak mau, suka tidak suka, dipaksa untuk bekerja tanpa kerja
hiduppun tak akan mungkin, mengingat seluruh *Karma Wesana* sebagai jalan menuju alam kebebasan yang abadi *Bhukti Mukti pada*
( BG.III.4,5 / SS.33)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Jangan Berhenti Menebarkan Kebajikan
*Mutiara Weda*
30/10/2017
*Jangan Berhenti Menebarkan Kebajikan*
Setiap Umat manusia hendaknya menyadari bahwa Ketika orang selalu menyebarkan kebencian *Dwesa* itu pertanda bahwa dia hanya memiliki kebencian, akan tetapi orang yang memiliki kebaikan *Dharma* maka dia hanya akan memancarkan ajaran Dharma/kebaikan dalam hidupnya.
Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan, kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai kalau di dalam hatinya selalu terbakar.
*Untuk itu*, setiap umat manusia wajib membangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam hati dengan menjalankan ajaran *Yama* dan *Nyama* serta mengendalikan *Sad ripu* dan *Sapta Timira*.Niscaya hidup yang *Santih* dapat terwujud.
(kitab Panca Siskanya Angaji)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Avidya: sumber dari Kejahatan
*Mutiara Weda*
31/10/2017
*Avidya Sumber dari Kejahatan*
Setiap Umat Hindu hendaknya menyadari bahwa *Dosa* itu merupakan *karma buruk* yang disebabkan oleh Kebodohan *Avidya*. Kebodohan / Avidya merupakan akar dari kejahatan, dan dari Dosa pula timbullah penderitaan *Klesa* , yang menghantarkan roh/Atma ke dalam lingkaran kelahiran kembali *Reinkarnasi/ Punarbhawa*.
Kebodohan *Avidya* sumber dari perbuatan *dosa* (Asubha karma), dari Asubha Karma munculah *papa-bija* atau dosa yang belum menampakan efek atau akibatnya, yang akhirnya muncul kepapaan atau reaksi dosa yang berupa *duhkha*, duka cita, kemalangan dan Penderitaan ( Klesa) dan semua dosa menimbulkan *Duskrti* (ketidakbajikan) sebagai penyebab dari penderitaan /duhkha.
*Untuk itu*, setiap Umat Hindu, Mantapkan Pengetahuan Rohani sesuai dengan Konsep jenjang dari masa kehidupan manusia *Catur Asrama* sebagai empat jenjang kehidupan yang berlandaskan petunjuk kerohanian Hindu : Brahmacari, Grehastha, Wanaprastha dan Bhiksuka .
( kitab Agastya Parwa)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Dharma itu Kekal
*Mutiara Weda*
01/11/2017
*Dharma itu Kekal*
Setiap umat manusia hendaklah menyadari bahwa kalau kita renung renungkan Dharma/ kebajikan dan kebenaran ; ibaratkan Emas, walaupun dia dipanasi berkali kali dia akan tetap cemerlang dan mengeluarkan sinar / cahaya, begitu pula kayu Cendana, walaupun dia di gosok gosok berulang kali, dia akan tetap mengeluarkan bau harumnya.
Demikian juga halnya dengan kebenaran dan kevajikan dia tidak akan pernah luntur dan berubah walaupun sampai akhir jaman.
*Untuk itu*, sebagai umat manusia untuk selalu berpegang teguh pada Dharma/ kebaikan dan kebenaran *Satya* dengan sungguh sungguh serta taat & patuh pada tuntunan kitab Suci Weda, Niscaya akan tercapainya tujuan hidup *Catur Purusaartha* & dilindungi oleh Sang maha Pencipta.
(Slokantara, 12. 75 )
Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
*Om Swastyastu,..
Kami Mengucapkan*
*Rahajeng Hari suci Galungan dan Kuningan*
Semoga kita Umat se-Dharma senantiasa berada dalam lindungan dari Ida Hyang Widhi Wasa.
Om Santih, Santih, Santih Om
(Made Worda Negara & Klg)
Hilangkan Buruk Sangka
*Mutiara Weda*
02/11/2017
*Hilangkan Buruk Sangka Terhadap Orang Lain*
Setiap umat manusia hendaknya menyadari bahwa Segala bentuk praduga & prasangka terhadap orang lain harus dihilangkan, Selama jiwa masih dibelenggu oleh prasangka dan praduga niscaya tidak akan pernah mendapatkan *ketenangan & kedamaian bathin* .
Jika nilai - nilai dharma meredup dan bahkan luntur maka dapat dipastikan keributan dan kekacauan akan terjadi, cahaya kejujuran, keadilan, ketenangan dan kedamaian, akan berhenti bersinar berujung pada *kebencian dan perselisihan*.
*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan buruk sangka dengan belajar *Amulatsarira* mengendalikan Indrya ataupun pikiran melalui *Tapa*. Niscaya akan dapat keleluasan dalam mencari jalan *dharma* (kitab Sunarigama & SS.37)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Moksa:Kebahagiaan sejati
*Mutiara Weda*
03/11/2017
*Moksa : Kebahagiaan Sejati*
Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa *Kelepasan*, *Kedyatmikan* / *Kamoksan* merupakan salah satu Sradha dalam ajaran Hindu sebagai tujuan hidup tertinggi dan kebahagiaan sejati *Suka Tanpa Walidukha*.
Kebahagiaan sejati akan dapat dicapai manakala terlepasnya Atma dari ikatan *Maya* dan menyatu dengan *Brahman/ sang maha Pencipta* dengan melepaskan semua bentuk ikatan keduniawian yang sering di kenal dengan nama *sakti / prakerti*.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran *Kedyatmikan*, *Kelepasan*, *Keparamarthan* atau *Kamoksan* sebagai salah satu Sradha dalam mewujudkan Kebahagiaan sejati *Sat, Sit dan Ananda* melalui pelaksanaan Catur Marga Yoga secara utuh serta membebaskan diri dari pengaruh Tri Guna sehingga *tubuh / Angga sarira*, betul betul dapat dijadikan alat untuk mencapai Moksa *Moksanam sariram sadhanam.
( Brahma Purana, 228.45 dan BG. XVIII.54)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Daivi Vak: Bangun Kesucian Bathin
*Mutiara Weda*
04/11/2017
*Daivi Vak : Bangun Kesucian Bathin*
Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa jika direnungkan “Cabang dari pohon itu akan merunduk tatkala dipenuhi oleh *Buah*, demikian juga *Awan* akan merendah manakala dipenuhi oleh *Uap* begitu pula dengan orang *Bijak* menjadi berhati lembut, sabar, tenang dan penuh pengampunan karena *kesucian bathinnya*".
Membersihkan dan mensucikan bathin sudah menjadi keharusan sebagai umat manusia. Jangan biarkan sifat iri hati dan dengki
bersemayam dalam lubuk hati yang menyebabkan munculnya *rasa benci* dan *Kroda* yang membabi buta berakibat hancur dan hilangnya kehormatan diri. Manakala sifat iri hati dan rasa benci ada dalam hati nurani maka sudah tidak perlu lagi membuat dosa karena sifat iri dan rasa benci itu adalah *dosa besar*.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jangan berhenti menumbuhkan sifat kedewataan dalam diri, bangun SOLiDITAS & persaudaraan sejati
*Vasudhaiva Kutumbakam* dan tampilkan cinta kasih *Prema* serta buang jauh jauh kegelapan pikiran : *kebencian*, *keserakahan*, *tiada rasa persaudaraan*, dan *iri hati* niscaya akan terhindar dari *DOSA*, kehancuran & malapetaka.
(Atharva Veda X.6.1)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Dharma Vahini:Pancarkan Isi Weda
*Mutiara Weda*
04/11/2017
*Dharma Vahini: Pancarkan Isi Kitab suci Veda*
Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa, Keyakinan *Sradha* merupakan inti dalam beragama. Menjalankan Dharma dengan benar, penuh keyakinan, ikhlas tanpa dibayangi oleh keragu raguan.
Manakala beragama dengan landasan ragu , *sangatlah berbahaya*, siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, raksitah*
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini*, sebagai pedoman Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud.
(Weda Samhita & BG.III.35)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Seva: Pengabdian
*Mutiara Weda*
06/11/2017
*Seva* : Pengabdian
Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa karma yang dilakukan dengan kerja keras tanpa Pamerih atas dasar penyerahan diri sebagai bentuk pengabdian *Seva*.
Dengan pengabdian yang dilakukan akan memperoleh kesucian, dari kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemuliaan akan mendapatkan kehormatan, demikian juga dengan kehormatan akan mendapatkan kebenaran *Dharma*
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun kesucian bathin, tingkatkan pengabdian melalui kerja *Seva* dan jadikan kebenaran sebagai hukum Keberadaan-Nya . Niscaya setiap umat manusia akan mampu memberikan perlindungan dalam mencapai tujuan hidupnya *Catur Purusa Artha*.
(Atharva Veda I.24.1. dan Yajur Veda, 19,. 30)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Jalankan Swadharma
*Mutiara Weda*
08/11/2017
*Jalankan Swadharma*
Setiap umat manusia hendaknya menyadari bahwa orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya tak akan pernah menyesal akan apa yang dialaminya, melainkan menerimanya sebagai suatu anugerah Hyang Widhi yang wajib dijalankannya.
Semua kebaikan, keburukan, suka dan duka yang dialami dalam hidup ini bersumber dari- Nya, Tuhan Maha tahu apa yang telah diperbuat dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*. Kesabaran dan pengendalian diri akan menjadi terlatih manakala setiap umat manusia memahami akan arti hidup yang sebenarnya.
*Untuk itu*, dalam hidup ini, Jalankan Swadharma dengan benar, yakin bahwa Tuhan melihat apa yang dilakukan, Tuhan ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan Tuhan sumber dari segala-galanya di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Canang sari : simbol bahasa Weda
*Mutiara Weda*
07/11/2017
*Canang Sari : Simbol bahasa Veda*
Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa penggunaan canang sari tak pernah lepas dalam rangkaian Upakara yadnya bagi umat Hindu, sebagai inti dari pikiran dan niat yang suci serta wujud rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi Wasa.
Dalam pelaksanaan upacara Yadnya Canang sari merupakan kuantitas terkecil dan sebagai inti atau kanista dari pelaksanaan Upakara Yadnya.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk mempersembahkan canang sari, simbol bahasa Veda , kualitas terkecil dan inti. Mengingat segala bentuk Banten pasti berisi canang sari sebagai salah satu sarana mohon kekuatan pengetahuan Suci/ vidya bagi Bhuana alit dan Bhuana agung, kehadapan SangHang Panca Dewata/ Hyang widhi Wasa.
( BG.IX.26 & Mpu lutuk Yadnya)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Sad Guna Dharma
*Mutiara Weda*
09/11/2017
*Sad Guna Dharma*
Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa ; Orang yang tidak menjalankan ajaran Dharma dengan baik ibarat seperti padi yang hampa ataupun telur busuk, yang kenyataan ada namun tiada gunanya *Hana Tan Hana* ada tapi tiada guna.
Menjadi orang berguna *Sadguna Dharma* (Sandhi, Wigrha,Jana, sana, Wisesa dan sreya) sebagai suatu keharusan setiap umat manusia, dalam mengendalikan sadripu yang negatif menjadi positif, tetapi juga bermanfaat dan berguna secara pribadi karena telah melaksanakan ajaran kitab suci Weda Samhita.
*Untuk itu*, Jadilah umat manusia yang mampu menjalankan *Sad Guna Dharma* sesuai dengan swa dharma masing - masing,* dengan pijakan ajaran kebenaran *Satya* . Niscaya akan menjadi orang yang Satyam, Sivam dan Sundaram.
( Slokantara,2)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Banten Daksina Pejati : kesungguhan Hati
*Mutiara Weda*
10/11/2017
*Banten Daksina Pejati* : simbol Kesungguhan Hati
Setiap umat Hindu hendaknya memahami bahwa untuk menyatakan rasa kesungguhan hati / jati kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa menggunakan sarana Bebantenan yang di sebut *Banten Pejati* atau *Peras daksina*.
Pelaksanaan Banten Daksina Pejati sebagai suatu kewajiban dari petunjuk kitab suci Weda dalam *bahasa Mona* yang di dalamnya terkandung konsep *Catur Loka Phala* : Daksina, Banten Peras, Penyeneng/ pabuat, Ketupat Kelanan dan dilengkapi dengan Banten Soda / ajuman, Pensucian dan segehan
*Untuk itu* . sebagai umat Hindu dalam mempersemvahkan Bebantenan dilandasi dengan pikiran yang hening ,suci, tulus tur jangkep .mengingat Banten Pejati simbol SangHyang Catur Loka Phala yaitu *Peras* kehadapan SangHyang Iswara atau Hyang Tri Guna Sakti, *Daksina* kehadapan SangHyang Brahma, *Ketupat Kelanan* kehadapan SangHyang Wisnu dan *Soda/Ajuman* kehadapan SangHyang Mahadewa. Dengan demikian makna dari Persembahan Banten Daksina Pejati atau Banten Peras Daksina akan terwujud
(Kitab Yadnya Prakrti)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Kuningan :Simbol Tameng/Benteng Diri
*Mutiara Weda*
11/11/2017
*Kuningan*: Simbol Tameng/ Benteng Diri
Setiap umat Hindu hendaknya memahami bahwa, Sabtu Kliwon, wuku Kuningan sebagai hari suci Kuningan, memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin kepada Ida SangHyang Widhi Wasa dengan menjadikan ajaran agama sebagai Tameng atau Benteng diri dalam mengarungi kehidupan.
Sulit rasanya menjadikan Dharma sebagai Tameng /membentengi diri tanpa memahami isi dari ajaran agama, Mustahil kita bisa memahami isi dari ajaran agama tanpa mempelajari ilmu agamanya secara benar.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu, jadikan Dharma sebagai Tameng/ benteng diri dengan Ilmu agama *TRI JNANA SANDI* sebagai Landasannya. (kitab Swastika Rana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
*RAHAJENG HARI SUCI KUNINGAN*
Mata Nafsu
*Mutiara Weda*
12/11/2017
*Mata Nafsu*
Setiap umat manusia pastilah menyadari bahwa hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan cobaan & godaan yg diakibatkan oleh kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* / *Dasa Mala*.
Kegelapan pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut *mata nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung menggunakan *KeAkuan* Sebagai jalan penyelesaiannya.
*Untuk itu*, Hilangkan kekotoran & kegelapan pikiran
dengan jalan mantapkan pengetahuan rohani *Jnana* dan tingkatkan Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta mengingatkan pikiran yang selalu akan dibayang bayangi kegelapan.
( Vreti sasana II b.78/1)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Manusia memiliki keterbatasan
*Mutiara Weda*
12/11/2017
*Manusia memiliki keterbatasan*
*Bagi* setiap umat manusia hendaklah menyadari bahwa, dalam kehidupan ini tak ada manusia sempurna dilahirkan di muka bumi ini *Tan hana wwang suastha anulus*, bunga Seroja yang demikian Wanginya dia punya kelemahan tangkainya berbulu dan menggatalkan, *Gunung Himalaya* yang menjulang tinggi, mempesonakan, dia punya kelemahan ditutupi salju.
*Demikian pula halnya* dewa Siwa sebagai raja dari para Dewa memiliki kekurangan kerongkongannya *berwarna Hitam*. Jadi tak ada manusia sempurna pasti memiliki kekurangan & kelemahan.
*Untuk itu*, gunakan *Wiweka* Pegang Teguh *Tri Premana Telu*, tampakkan selalu energi positif yang ada dalam diri, belajar menerima kekurangan diri sendiri dan belajar pula menerima ketidaksempurnaan orang lain serta jangan sekali kali menghakimi orang lain itu *buruk* karena hal itu, sama dengan menyulut api kebodohan *Awidya* dan api kemarahan *Kroda* dalam diri sendiri . (kitab Vedanta & Slokantara 80)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Parama Prema Bhakti
*Mutiara Weda*
13/11/2017
*Parama Prema Bhakti*
Setiap umat manusia hendaknya menyadari bahwa dalam hidup ini ada tiga faktor yang sering menggerogoti dan menjerumuskan manusia ke jurang kehancuran : *Kama*, *Krodha* dan *Loba* di kenal Sebagai pintu gerbangnya menuju *neraka*. Bhakti marga penyerahan diri secara tulus kepada-Nya sebagai salah satu sarana ataupun jalannya.
Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*.
*Maka dari itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk berhubungan dan melakukan penyerahan diri kepada-Nya melalui pemantapan kualitas *Parama Prema Bhakti* untuk selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini akan terhindar dari bencana dan Malapetaka. (Ramayana & BG.XVI.21)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Phala Kaema
*Mutiara Weda*
14/11/2017
*Phala Karma*
Setiap umat manusia pastilah menyadari bahwa setiap perbuatan yang dilakukan bersifat mengikat dan selalu mengikuti langkah kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan baiknya dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Phala Karma*
*Karma Wesana* akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun pergi dan menentukan proses reinkarnasi/ lahir kembali nantinya. manusia bisa kita bohongi tapi Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala apa yang telah kita perbuat di masa kini.
*Untuk itu*, dalam kehidupan ini selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai ajaran Dharma. (Ramayana & Slokantara, 13.10)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .