Manusia
Pada Hakekatnya Membentuk Nasibnya Sendiri
Oleh
Made
Worda Negara
Pedahuluan
Kalau direnungkan dalam kehidupan ini, sering
bertanya dalam diri kita sendiri, siapa yang sesungguhnya menyelamatkan diri
kita ? yang menyelamatkan tiada lain
adalah perbuatan dari diri kita masing masing, kalau kita lihat
Dalam kehidupan sehari , banyak
orang kekurangan , menderita sejak
dilahirkan baik karena kekurangan pisik maupun
karena kekurangan Mental atau daya pikirnya, sepintas seolah olah sebagai bentuk ketidak adilan dari
Tuhan padahal sebenarnya bekar bekas perbuatan itulah yang menentukan kehidupan ini
Karma Wesana,dari
kehidupannya terdahulu dan berjalannya hukum Karma “ “Nasib ditentukan
oleh perbuatannya sendiri”.
Takdir atau Karma
Seorang bayi yang baru lahir telah membawa
buah dari perbuatnnya terdahulu dalam bentuk Sancita Karma phala. Doktrin Predestinasi atau takdir yang
menyatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan
oleh Tuhan sejak sang jabang bayi masih dalam kandungan ibunya dan pada
saat itu pula nasib sang jabang bayi telah ditentukan Tuhan.
Takdir
mengatakan bahwa nasib ditentukan oleh Tuhan
dan apa yang telah ditetapkannya oleh Tuhan tidak dapat dirubah oleh Tuhan dan takdir itu
harus dijalani saja oleh manusia sedangkan dalam hukum Karma phala dalam konsep keyakinan ajaran hindu sebenarnya manusia sendirilah
yang menentukan nasibnya sendiri berdasarkan karma wesananya. Sebagai Ilustrasi,
ibarat
suatu perusahaan dimana setiap
akhir tahun pasti membuat perhitungan yang disebut tutup buku. Pada waktu tutup buku dihitunglah biaya biaya atau kewajiban
kewajiban yang telah dikeluarkan dan pendapatan yang diperolehnya. Dan bila
jumlah biaya lebih besar dari pada
pendapatannya maka perusahaan itu
disebut RUGI, bila pendapatan lebih
besar dari pada biaya maka perusahaan itu di sebut Untung. Berdasarkan fakta ini perusahan itu melakukan kegiatannya
pada tahun ini. Bagi perusahaaan yang
menderita kerugian, pada tahun ini ia harus
bekerja lebih keras lagi agar dapat
menutup kerugiannya serta melanjutkan usahanya pada tahun berikutnya. Bagi perusahaan yang untung tetap juga harus bekerja keras agar ia
lebih berkembang.
Demikian
pula halnya manusia, bila dalam
kehidupan yang
yang lalu lebih banyak hutang maka hidupnya kini akan terasa sangat berat. Dan harus
bekerja lebih keras untuk melunasi
hutang hutang sebelumnya serta dapat menambah kembali modal bagi hidupnya yang
sekarang. Bila Karma- karma dalam hidupnya terasa lebih ringan, dia tetap harus bekerja keras sebab jika bekerja dengan malas malasan maka
secara otomatis modal yang dimiliki bisa
semakin berkurang atau tipis apalagi salah dalam penggunaannya boleh jadi ia
akan berbalik menjadi hutang yang sangat berat , dan menjadi beban yang sangat
berat bagi perusahaan, demikian juga halnya dengan manusia tak akan pernah
luput dari Hukum Karma melaluin Karma wesananya
Tiga Jenis Karma Dalam
ajaran Hindu
Karma atau perbuatan yang baik akan membawa
pada kehidupan atau pada kelahiran yang bai. Begitu pula, Karma atau perbuatan
buruk akan membawa pada kelahiran yang penuh dengan penderitaan. Selama Karma
yang baik maupun karma buruk tidak
dilepasklan ,manusia tidak akan pernah mencapai MOKSA atau kebebasan akhir.
Karma baik maupun karma Buruk akan selalu membelenggu erat sang jiwa dalam
rantai Besi ataupun rantai Emas. Ada tiga jenis hukuim karma Phala :
·
Sancita
Karma phala, hasil dari perbuatan seseorang di masa lampau yang karena sesuatu
hal belum habis dinikmati pada saat
perbuatannya sdehingga sisanya merupakan
benih yang menentukan dan hasilnya mesti
diterima dalam kehidupan berikutnya.
·
Prarabda
Karma phala,
hasil perbuatan seseorang pada
masa kehidupan yang sekarang dan hasilnya habis dinikmati sekarang tanpa
ada sisanya lagi.
·
Kryamana
karma phala, hasil dari perbuatan seseorang yang belum sempat dinikmati pada saat
melakukan perbutan dan harus dinikmati pada kehidupan pada masa yang akan
dating.
Bentuk
Bentuk dari Hukum Karma phala :
·
Karma dalam bentuk pikiran
·
Karma dalam bentuk ucapan
·
Karma dalam bentuk perbuatan atau tingkah
laku
Penutup
Demikian hakekat
hidup manusia menjelma menjadi manusia,
yang pada Intinya dia yang berbuat
baik akan menjadi baik dan dia yang berbuat buruk akan berpahala buruk
“Syapa Karitan temung ayu, masedana sarwa ayu, niyata ketemwaning ala, masedana
sarwa ala”. dan sesungguhnya manusia
dibentuk oleh keinginannya dan sesuai dengan keinginnaya itulah
keyakinannya dan sesuai dengan keinginannya itulah keyakinannya. Dan sesuai dengan
keyakinannya itulah Perbuatanny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar