Rabu, 11 Desember 2019

bersihkan Padma Hrdaya

Mutiara weda*
12/12/2019

*Bersihkan Padma hrdaya*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan cabang pohon itu akan merunduk manakala dipenuhi dengan buah, begitu pula halnya dengan awan akan merendah tatkala penuh dengan uap , demikian juga halnya dengan orang orang yang baik dan bijaksana  akan berhati lembut karena pengetahuan sucinya *Samyagjnana*.

Mantapnya Kualitas rohani akan menjauhkan diri dari tindakan kejahatan  dan menuju sifat yang penuh  kebajikan. Demikian juga, manakala  setiap manusia memiliki sifat kebaikan dapat dipastikan sifat irihati, dengki , serakah ,rakus, rasa benci dan sejenisnya akan meninggalkannya serta bersahabat dengan semua umat manusia *Vasudhaiva Kutumbakam*

*Untuk itu*, sebagai umat manusia tingkatkan kualitas rohani dengan membersihkan hati atau bathin *Padma Hrdaya* dengan menampakan persaudaraan sejati *Vasudhaiva Kutumbakam* dengan hati yang penuh rasa cinta kasih sayang *Prema*.  Niscaya akan mendapatkan kebahagiaan hidup yang sebenarnya *Sukha tan pawali duhka* dan menuju alam kesempurnaan sejati *Kamoksan* .(Kitab Atharva Veda, 10.6’1& Niti Satakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 10 Desember 2019

Hari raya Saraswati : Turunya ilmu Pengetahuan suci

Saraswati : turunnya Ilmu Pengetahuan suci

 

 

Om Swastyastu,

Om avighnam astu namo siddham

 

 

Umat sedharma, jika kita camkan dan kita renungkan  pengetahuan suci atau Jnana pada hakekatnya  merupakan kecantikan dari setiap umat manusia yang paling agung  dan merupakan artha / kekayaan yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyuran dan kebahagiaan seseorang. Dan pada perayaan hari suci Saraswati umat Hindu meyakini  sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan suci Weda dan menjadi guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segalakeinginanmanusia.
            Umat se-dharma  yang berbahagia, seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa setiap enam bulan sekali (210) sekali,  tepatnya pada hari Sabtu (Saniscara) Umanis wuku Watugunung, dirayakan sebagai hari pawedalan SangHyang Aji Saraswati sebagai simbol  hari turunnya ilmu pengetahuan suci. Perayaan ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa angayubagya, puji syukur kepadanya-Nya atas diturunkannya ilmu pengetahuan suci bagi umat manusia; disamping itu  memohon kelanggengan ilmu pengetahuan atasu Samyagjana. Pada malam harinya, dilaksanakan "sambang samadhi" dan pembacaan lontar, pustaka, kitab-kitab suci dengan harapan dapat menemukan Saraswati di dalam diri.

 

Makna Hari Raya Saraswati Bagi Umat Hindu, Hari raya Saraswati adalah hari yang sangat  penting bagi umat hindu, khususnya bagi para brahmancarin / penggelut dunia pendidikan karena Umat Hindu mempercayai hari Saraswati adalah turunnya ilmu pengetahuan yang suci kepada umat manusia untuk kemakmuran, kemajuan, perdamaian, dan meningkatkan keberadaban umat manusia.

Dewi Saraswati  adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.

Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi yang duduk diatas teratai dengan berwahanakan se-ekor angsa (Hamsa) atau seekor merak, berlengan empat dengan membawa sitar/vina dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka dan tangan kiri satunya ikut memainkan gitar membawa sitar/vina dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kanan  membawa pustaka dan tangan kiri satunya ikut memainkan vina atau bermudra memberkahi.

 

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu unsur untuk meningkatkan tarap hidup manusia. Betapa pentingnya ilmu pengetahuan itu bagi manusia sehingga di dalam ajaran Agama Hindu diabadikan dalam bentuk simbolis Dewi Sarasvati. Sarasvati adalah sebuah nama suci untuk menyebutkan sosok Dewi Ilmu Pengetahuan. Kata Sarasvati berasal dari kata “saras” dan “vati”. Saras memiliki arti mata air, terus menerus atau sesuatu yang terus menerus mengalir. Sedangkan kata vati berarti memiliki. Dengan demikian Sarasvati berarti sesuatu yang memiliki atau mempunyai sifat mengalirkan secara terus menerus.

Berkaca dari sejarah turunnya ilmu pengetahuan ini, sudah seyogyanya, segenap generasi muda Hindu dan umat se-dharma, memaknainya dengan lebih meningkatkan pengetahuan diri terhadap berbagai bidang pelajaran yang diikutinya. Perayaan Saraswati hendaknya tidak berhenti pada ritualitas belaka, namun sudah barang tentu, harus diikuti dengan  praktek nyata peningkatan kemampuan sang diri / masing-masing individu pada bidang ilmunya dengan swa dharmanya masing-masing.

 

Kenapa Ilmu Pengetahuan dilambangkan dengan wanita cantik? Ilmu pengetahuan diibaratkan demikian karena memang ilmu pengetahuan sangatlah  menarik umat manusia sehingga selalu untuk mendekat, mempelajarinya. Dewi Saraswati sejatinya adalah “Sakti” dari Dewa Brahma, simbul pencipta alam semesta. Secara filosofis, segala macam bentuk penciptaan semuanya bersumber pada ilmu pengetahuan. Dengan dilambangkan dengan kecantikan diharapkan umat manusia yang masih diliputi awidya, atau kegelapan, mampu melepaskan diri untuk bangkit mencapai pencerahan dan penerangan lahir dan bathin.

Penampilan dewi yang cantik dengan busana putih bersih berkilauan, melambangkan ilmu pengetahuuan itu sangat mulia, selalu menarik untuk dipelajari oleh siapapun. Alat musik gitar (wina) melambangkan unsur mutlak ilmu pengetahuan berasal dari hukum alam yang tercipta melalui melodi alami dan citarasa seni Sang Pencipta. Kitab suci (kropak) melambangkan tempat tertuangnya berbagai petunjuk ajaran suci sebagai sumber ilmu pengetahuan material maupun spiritual. Genitri (aksamala/tasbih) melambangkan ilmu pengetahuan bersifat kekal, tidak terbatas, tidak akan ada akhirnya dan habis-habisnya untuk dipelajari. Bunga Teratai, melambangkan kesucian ilmu pengetahuan yang murni, tidak tercela. Burung Merak, melambangkan sifat ilmu pengetahuan itu memberikan suatu kewibawaan bagi yang telah memahami dan menguasainya. Angsa putih, melambangkan ilmu pengetahuan itu dapat memberikan petunjuk untuk bersikap bijaksana dalam membedakan antara yang baik dan yang buruk.

Dalam kekawin Saraswati bait paling terahir di sebutkan:

Apan kita ka wekasin karajani dewi

Ahim kita sih anuraga paweka dewi

Apan kita gunawan panewakanin dewi

Kita pemastu winuwus kita wasta dewi,

 

Artinya:

Beliau Sang Hayng Aji Saraswati yang menganugrahkan semua ilmu Pengetahuan.

Beliau  yang memberikan kesejahtraan dan kebahagian

Beliau yang   paling utama,

Beliau yang menciptakan semua yang ada

 

Makna dari Perayaan Hari Saraswati :

 

  • Kita harus bersyukur kepada Tuhan atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua.

 

  • Dengan vidya kita harus terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebenaran sejati (sat) dan kebahagiaan abadi.

 

  • Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya (ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma, dan akhirnya tercapailah nirwana.

 

  • Kita belajar untuk menjadi orang yang lebih bijaksana seperti  binatang Angsa. Angsa bisa menyaring air, memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang keruh/kotor atau lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti buruk merak yang berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di hutan.

 

Rangkaian hari raya Saraswati dilanjutkan Besoknya pada hari Radite (Minggu) Paing wuku Sinta di-langsungkan upacara Banyu Pinaruh. Kata Banyu Pinaruh artinya air ilmu pengetahuan. Upacara yang dilakukan yakni menghaturkan laban nasi pradnyam dan air kumkuman. Hari redite paing wuku sita/banyu pinaruh merupakan hari pembersihan diri dalam mempejari ilmu pengetahuan.

 

 

Dalam lontar silakrama halaman 90 di sebtutkan:

Abdhir Gatrani suddhayanti,

Manah satyena sudhayanti,

Widyatapobhyam bhrtatma,

Buddhir Jnannena sudhayanti.

Artinya :

Tubuh dibersihkan dengan air,

pikiran di bersihkan dengan kejujuran,

Roh/atman di bersihkan dengan ilmu dan tapa,

akal di bersikan dengan kebikaksanaan.

 

Marilah kita sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun kita jadikan  perayaan hari raya Sarswati sebagai media perenungan terhadap hakekat sang diri, dalam memaknai ilmu pengetahuan itu sendiri. Proses penggalian pengetahuan itu hendaknya dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. Niscaya, temuan-temuan baru yang berguna bagi kehidupan umat manusia.

Selamat Hari Raya Saraswati, Semoga Pikiran yang baik datang dari segala Penjuru.

 

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om


Senin, 09 Desember 2019

karmasaya

*Mutiara Weda*
10/12/2019

*Karmasaya*

*Umat se-dharma*, Terakumulasikannya perbuatan Dharma dan perbuatan adharma pada  Karma seseorang di sebut *Karmasaya*.

Kemudian dari Karmasaya ini tumbuh tiga ( 3 ) hasil perbuatan atau pahala Karma berupa Jati, Ayu dan Bhoga :
*Jati* : kelahiran baik atau buruk
*Ayu* : umur panjang atau pendek
*Bhoga* : kenikmatan atau penderitaan yang dialaminya.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam kehidupan ini betul - betul menggunakan *Wiweka* dan menimbang nimbang mana  perbuatan Dharma yang wajib dilakukan dan  mana  perbuatan yang tergolong adharma sebagai perbuatan terlarang agar mendapatkan karma yang baik [Subha Karma] dalam menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negara.
[Santi parwa, VII.7,9]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 18 November 2019

satvika Vidya

Mutiara Weda*
19/ 11/2019

*Satvika Vidya* :  berpikiran Positif

*Umat se-dharma*, Tingkatan getaran pikiran /Instuisi  menentukan tingkatan kualitas  spiritual seseorang dan menempatkan pikiran sebagai pemeran utama yang membawanya ke alam  kelahiran kembali, ke alam roda samsara maupun dalam mencapai kamoksan atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokshayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran / selalu berpikira Positif atau *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Untuk itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 17 November 2019

busana/Kawaca dalam Diri

*Mutiara Weda*
18/11/2019

*Busana / Kawaca Dalam Diri*

*Umat se-dharma*, Membangun *Kecerdasan* merupakan faktor penting bagi keberhasilan setiap umat manusia dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai inti dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*. Kesemuanya sebagai  *Busana/Kawaca* Benteng dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus, 
*Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian, 
*Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharmanya* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun Gunakan  *Kavaca Dharma dan bangun *Bhusana* yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang. Niscaya akan mampu menapaki hidup yang rendah hati, bijak dan mampu mengendalikan serta mengelola emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 15 November 2019

Nunggalang Idep

*Mutiara Weda*
16/11/ 2019

*Nunggalang Idep*

*Umat se -dharma*, Menyatukan semua tattwa yang ada di bawah Buddhi di sebut Eka Citta atau Eka Buddhi atau Nunggalang Idep. Tattwa yang ada di bawah buddhi adalah  *Ego* / Ahangkara tattwa, *Pikiran* / Raja Indrya tattwa dan Dasendrya tattwa.

Ketika semua tattwa  itu menyatu maka seluruh obyek tidak akan kelihatan lagi, sehingga Citta atau pikiran bisa disatukan dan terpusat *Dhyana*
Pikiran  sebagai sang Penentu  kehidupan umat manusia, pikiran yang menyebabkan sang pribadi mendapatkan sorga maupun neraka, pikiran menyebabkan menjadi binatang ataupun manusia, pikiran juga  menyebabkan mendapat kemenangan, pikiran pulalah  yang menyebabkan  kelepasan.atau Kamoksan

*Untuk itu*, bersihkan citta atau  pikiran, kendalikan  *Indrya* dengan selalu *mulat sarira* dan *sadar akan adanya keadaan alam pikiran *Citta* Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya  Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri kita masing masing sehingga terwujudnya alam citta yang maha tinggi ,,*Purusha*.
(Kitab Yajurveda: 17.31 & wrhaspati tattwa. 16)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 06 November 2019

cakra Dharma

Mutiara Weda*
07 / 11 /2019

*Cakra Dharma*

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah memiliki tingkatan kesadaran akan sang  diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta akan mampu memutar  jalannya  *Cakra Dharma*/ *roda Dharma* dengan baik  Satyam, Sivam dan Sundaram (Kebenaran, Keindahan dan Kebajikan) ,demikian pula  mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat, demikian juga selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna bagi diri sendiri serta berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri dengan menampakkan nilai keindahan dan  keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali dukha akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 05 November 2019

jangan Hiasi Hidup dengan Kebencian

*Mutiara Weda*
06/  11 /2019

*Jangan hiasi hidup dengan  Kebencian*

*Umat se-dharma*,  jika kita renung renungkan dalam Hidup ini menjelma menjadi manusia amatlah  pendek, singkat dan hanya sekejap,  sekejap cahaya kilat , Demikian pula, tidaklah mudah dan teramat sulit untuk didapatkan, penuh dgn cobaan, godaan,  kesemuan, ketidakpastian dan  bahkan ketidak sempurnaan

*Untuk itu*,   sebagai umat manusia jangan hiasi hidup yg pendek dan singkat ini  dengan *_menebar rasa  benci_* &  *_menabur  sikap antipati_* pada  orang  lain, pupuklah rasa damai, rasa tenang dan rasa tentram  dlm hati masing masing.  Niscaya kenyamanan, kedamaian & ketentraman  hidup  baik lahir maupun batin  akan dapat terwujud. 
( _Yajur Veda ,XI.6_ )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Tri Sarira

*Mutiara Weda*
05/ 11/2019

*Tri Sarira* 

*Umat Se-dharma*, jika kita renungkan  dalam ajaran agamaHindu tubuh manusia dibentuk oleh tiga Lapis unsur 
dan memiliki fungsi serta kualitas yang berbeda yang di sebut :  Tri Sarira yaitu.tiga lapis unsur  dalam  manusia.

*TRI SARIRA* meliputi :

1. *STULA SARIRA/RAGA SARIRA*: adalah badan kasar yaitu jasmani yang terbentuk dari unsur Panca Maha Bhuta dan sad Maya kosa.

2. *SUKSMA SARIRA/LINGGA SARIRA*: adalah badan halus  yang di bentuk  Tri Anta karana  atau tiga penyebab akhir yang terdiri dari unsur ;

*Budhi*,  fungsinya untuk menentukan keputusan.

*Manah*,  fungsinya untuk berpikir.

*Ahamkara*,  fungsinya untuk merasakan dan bertindak.

3. *ANTA KARANA SARIRA*: adalah badan penyebab  sebagai lapisan yang paling halus  Atman yaitu Jiwatman sebagai hidupnya hidup.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah sewajarnya 
Memahami akan  inti hakekat  dari  Tri Sarira  Yang  menentukan kehidupan umat  manusia di dunia ini yang selalu dibayangi unsur  *Tri Guna*.  Tubuh manusia / *Stula Sarira* adalah alat dari pikiran  *Suksma Sarira*,  Sedangkan  *Anta karana sarira* / Atman yang menentukan gerak pikiran manusia.  *Manakala*,  ingatan dipengaruhi oleh *Satwam*, maka seseorang akan menjadi bijaksana, pandai, pemaaf. Apabila ingatan dipengaruhi oleh guna *Rajas* maka seseorang menjadi pemarah, pendendam dan agresif. Apabila ingatan dipengaruhi oleh unsur *Tamas*, maka seseorang akan menjadi malas, loba dan rakus.
(MDS I. 6 & Kitab Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

amrtistha Pavana

Mutiara Weda*
04/11/2019

 *Amratistha Pavana*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam  melaksanakan konsep Tri Hita Karana   dengan  kewajiban  menjaga kelestarian, kebersihan dan kesucian alam semesta beserta isinya *Amratistha Pavana* secara seimbang serta serasi dengan jalan melaksanakan ajaran  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan.

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta 

Sabtu, 02 November 2019

catur Dharma sadhanam

*Mutiara Weda*
03/11/2019

*Catur Dharma Sadhanam*

*Umat se-dharma,* mengamalkan dan mengaplikasikasi  ajaran Dharma pada diri dalam menuju-Nya  disebut dengan *Dharma Sadhana* dan  dikenal dengan nama catur Dharma  Sadhana atau empat Sadhana  sebagai  *_sesarining Dharma_*.

Keempat Sadhana tersebut yakni  ; 

*Jnana kanda* /pikiran yang terbebas dari dualitas, 

*Bhakti Kanda* / sikap welas asih dan kebaikan yang tak terbatas pada semua makhluk,

 *Yoga Kanda*/pikiran yang bebas dari sad ripu,

 *Karma Kanda* / melaksanakan swadharma dengan baik.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu wujudkan dan realisasikan kesucian Dharma/ Sadhaka dalam diri masing masing  melalui latihan latihan rohani dengan tahapan  *Astangga yoga*  secara sistematis dan praktis sehingga terbina, terpupuk Budhi pekerti dan kesucian bathin. Niscaya akan mampu mengamalkan nilai nilai Dharma dengan baik sehingga menjadi *Sadhaka* dan mencapai *Jiwan Mukti*
(reg Weda VIII.69.8 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 31 Oktober 2019

satvika Vidya

*Mutiara Weda*
01/11/2019

*Satvika Vidya*

*Umat se-dharma*,  getaran dari pikiran menentukan tingkatan spiritual seseorang dan menempatkan Citta atau pikiran sebagai pemeran utama yg membawanya ke alam roda samsara maupun dalam mencapai moksa atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokshayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Untuk itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

karakteristik kitab suci weda

*Mutiara Weda*
30/ 10/2019

*Karakteristik kitab suci Weda*

*Umat se-dharma*, Pustaka suci Weda Samhita merupakan  kitab suci  Bagi umat Hindu sebagai sabda Brahman  yang bersifat *Ananta Veda*  ajaran yang bersifat kekal abadi,  relevan dengan perkembangan jaman dan menjadi tuntunan bagi setiap umat manusia, menjadi  jaminan terhadap keselamatan makhluk hidup dialam semesta ini baik pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Ada beberapa Karakteriatik dari ajaran pustaka suci Weda :

*Sanatana Dharma* :  kitab suci Weda bersifat kekal abadi

*Anandi anantha* : Weda tidak berawal dan tidak  berakhir mengingat ajarannya berlaku sepanjang jaman.

*Apauruseyam* : kitab suci Weda bukan.buatan manusia, melainkan wahyu langsung dari Hyang Widhi yang diterima oleh para Rsi.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban bagi  setiap umat Hindu untuk yakin  dengan Pustaka suci Weda sebagai pegangan dan tuntunan hidup serta memahami, memegang teguh isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia  akan terwujud
( Weda Samhita & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .

satyam Nasti Paro Dharma

*Mutiara Weda*
31/10/2019

*Satyam Nasti Paro Dharma*

*Umat se-dharma*, Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran, tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta, Dharma harus ditegakkan.*satyam nasti paro dharma*
kuatnya  *Sradha* menjadi inti hakekat   ajaran  Hindu,  jalankan ajaran Dharma dengan benar, penuh keyakinan dan kemantapan hati  tanpa dibayang  bayangi oleh  keragu raguan.

Manakala beragama dilandasi dengan perasaan ragu ,  dapat dipastikan akan rapuhnya pondasi dasar agamanya *sangatlah berbahaya*,  siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, Dharma raksitah*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan  & Perkokoh keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini* baik  * Weda Sruti maupun * Weda Smerthi* sebagai pedoman  dan pegangan Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai  kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud. 
(Slokantara ,3.7 & BG.III.35)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Senin, 28 Oktober 2019

swatantra Katah

*Mutiara Weda*
29/10/2019

*Swatantra Katah*

*Umat se-dharma*, salah satu kepercayaan   Umat Hindu adalah yakin akan  adanya kelahiran kembali ;  Samsara / Punarbhawa sebagai akibat dari adanya hukum Karma Phala yang selalu  melekat pada setiap kehidupan umat manusia sebagai hukum sebab -akibat.

Hukum Karma Phala  tidak dapat diingkari oleh siapapun  termasuk semua mahkulk hidup  yang ada dialam semesta ini ;  setiap perbuatan  pasti akan mendapatkan hasilnya dan menentukan  nasibnya.
Manusia itu *Svatantra katah*, yaitu memilik kehendak bebas dan sepenuhnya bertanggung jawab atas semua perbuatannya sendiri

Adanya perbuatan di jaman ini disebabkan dari Karma  terdahulu yang tidak sempat dinikmati terdahulu  harus dinikmati pada kehidupan ini *Sancita Karma Phala*. Begitu juga sebaliknya, Perbuatan  pada kehidupan sekarang ini  sangat menentukan kehidupan dimasa yang akan datang nantinya  *Kryamana Karma Phala*.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  pergunakan kesempatan hidup terlahir kembali  menjadi manusia untuk selalu berbuat yang baik *Subha Karma*  karena dengan berbuat baik akan dapat membebaskan dirinya dari belenggu samsara yang bersifat lahir bathin.
 mengingat  Setiap manusia tidak bisa lepas dari Karma dan akibatnya.
( SS. I.7 & Kitab Samsara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 26 Oktober 2019

tri Bhoga

*Mutiara Weda*
27/ 10/2019

*Tri Bhoga*

*Umat se-dharma*, dalam mewujudkan umat Hindu yang Jagadhita, bahagia lahir dan bathin tidak bisa lepas dari tiga kebutuhan mendasar yang wajib terpenuhi yaitu *Tri Bhoga*

Tri Bhoga  meliputi :
*Bhoga* : makanan  yang sehat dan.bergisi  sangat diperlukan oleh tubuh setiap umat manusia semenjak berada di alam maya pada ini.

*Pari bhoga* : rumah  tempat tinggal sebagai tempat melangsungkan kehidupannya.

*Upa bhoga* : bhusana atau pakaian juga sebagai kebutuhan primer dan pokok  umat manusia beserta etikanya dalam berbhusana.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangunlah keluarga  yang sukinah, keluarga yang Jagadhita dengan terpenuhinya  Tri bhoga sebagai penunjangnya. Niscaya umat Hindu yang damai, Jagadhita  menuju umat Hindu yang  santih ,bahagia lahir dan bathin , Bhumi kerta bisa terwujud. ( Maitri Upanisad VI.41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 25 Oktober 2019

sifat satvika

*Mutiara Weda*
26/ 10/2019

*Sifat Satvika* 

*Umat Se-dharma*,  Kesabaran dan ketabahan/ *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas spiritual,   dalam menangkal nafsu nafsu Indrya *Sad Ripu*

Segala sifat keras hati, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat  Lebur Dening Pangastuti*

*Untuk itu*, setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani dengan melakukan pengekangan diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih *Vak*, *Manah* dan *Kaya*. Niscaya kedamaian hidup akan dapat terwujud.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 24 Oktober 2019

Tri Sakti

*Mutiara Weda*
25/10/2019

*Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitasnya,  ketiga sifat  itu  di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu bangun kekuatan yang ada dalam diri  manusia *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna  dengan melatih kesabaran dan ketenangan sehingga terhindar dari Prilaku  prilaku  buruk atau Asubha Karma. ( Weda Samhita & BG.XII.11)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 22 Oktober 2019

Dharma Raksatah raksitah

*Mutiara Weda*
23/10/2019

*Dharma  Raksatah Raksitah*

*Umat se-dharma*, jika di renung renungkan  dalam kehidupan ini,  semakin banyak melakukan kita akan perbuatan,  terasa akan semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan kita hadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*.

Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Untuk itu*,-sebagai umat manusia berjalanlah pada jalan kebenaran/ Dharma  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yg menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur _Dharmena widrtah prajah_, *Dharma*  mengantarkan umat manusia  untuk mendapatkan   kebahagiaan lahir & bathin sedangkan  *Adharma* mengakibatkan  kesengsaraan  & penderitaan yg berujung pada Bencana dan malapetaka.
_(Santi Parwa ,109.11)_

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU

Senin, 21 Oktober 2019

yadnya sbg kewajiban dari kitab suci Weda

Mutiara weda*
22/10/2019

*Yadnya sebagai  Kewajiban dari kitab Suci Weda*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu melakukan persembahan sebagai ungkapan rasa bhakti  dalam susastra suci ada menyebutkan ; Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, sebiji buah buahan ,seteguk air, aku terima sebagai rasa bhakti persembahan dari orang orang yang berhati suci, hal ini 
Menggambarkan  Bahwa  dalam melakukan persembahan  kesederhanaan, ketulusan   keikhlasan/ Lascarya merupakan nilai yang sangat  penting dan utama  dengan landasan  susila atau Ethika dalam  persembahan.

*Satwika Yadnya*  yaitu pelaksanaan yadnya yang selalu  berpegang teguh pada  petunjuk sastra sastra suci , sedangkan *Rajasika Yadnya*  merupakan persembahan yang penuh dengan  semata mata pamer, penuh dengan kepentingan demikian pula *Tamasika yadnya* yaitu persembahan yang tanpa petunjuk sastra / kitab suci Weda. 

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam  melakukan persembahan atau Yadnya  dengan landasan ketulusan / lascarya dan Tri Premana Telu serta  jauhkan diri dari pelaksanaan  yadnya yang tanpa petunjuk Sastra / Tamasika Yadnya,  demikian.pula jauhkan diri dari  pelaksanaan yadnya yang Rajasika  yang hanya semata mata pamer dan penuh dengan Pamerih. *Niscaya*, kualitas yadnya sebagai kewajiban dari pustaka suci Weda akan dapat terwujud.
 ( Yadnya Prakerti & BG. IX.26 , BG. XII,11,12 )

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 17 Oktober 2019

Tumbuhkan sikap saling memaafkan

*Mutiara Weda*
18/10 /2019

*Tumbuhkan sikap saling Memaafkan*

*Umat se-dharma*,  jika kita renung renungkan, manakala kita Membenci orang lain sama nilainya dengan  meminum racun, membuat hidup   akan terbebani secara  terus menerus selama  belum bisa  memaafkannya dan akan terus menempati ruang di hati kita secara gratis.  tumbuhkan sikap saling memaafkan/ *Ksama*

Sulit rasanya  orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri
Tumbuhkan sikap saling mengampuni, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati * Manah Santih*

*Untuk  itu*, Bangun  kesadaran   dan jati diri yang sejati, belajar saling memaafkan / Ksama,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran* dengan landasan berpikir dan tutur kata yang santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 16 Oktober 2019

aparoksa anubhuti

Mutiara Weda*
17/10/2019

*Aparoksa-Anubhuti*.

*Umat se-dharma*, Pustaka suci Weda  yang menjadi  pegangan dan pedoman hidup  bagi umat Hindu, bukanlah buatan manusia  *Apauruseya*, melainkan sabda suci Tuhan / wahyu langsung  yang diterima dan di himpun  oleh para maha rsi karena kemekaran dan kematangan instuisinya  *Aparoksa-Anubhuti*.

Kitab suci Weda memiliki beberapa Karakteristik atau sifat sifat:

*Bersifat Universal*, merupakan santapan rohani dan menjadi pegangan,  pedoman  dan tuntunan hidup bagi setiap umat manusia.

*Sanatana dharma* dan *Vaidika dharma*:  bersifat kekal abadi dan bersumber dari kitab suci Weda Samhita.

*Fleksibel*: berlaku untuk seluruh jaman, Baik jaman *Satya /kerta Yuga*, *Treta yuga* , *Dwapara yuga* maupun pada jaman *Kali yuga*.

*Anandi Ananta* : kitab suci weda bersifat tidak berawal dan pula tidak berakhir serta dipelajari sepanjang jaman.

*Maka dari itu*, Bagi  setiap umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk belajar kitab suci Weda secara baik dan benar sesuai dengan sumber sumber Dharma : Kitab *Sruti*,  kitab *smerti*, *Sila*, *Acara /Sadacara*, dan *Atmanastuti*,  dengan cara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan. Niscaya akan mampu memperkokoh ajaran dharma dalam diri setiap umat Hindu. (Kitab Suci Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Selasa, 15 Oktober 2019

yadnya patni

*Mutiara Weda*
16/10/2019

*Yadnya Patni*

*Umat Se-dharma*, jika kita amati penggunaan *Daksina*  tak pernah lepas dari rangkaian kegiatan  keagamaan  bagi umat Hindu sebagai unsur yang sangat penting dalam *Panca Maha Yadnya* sebagai perlambang kekuatan sakti   *Yadnya Patni*

Daksina selain  sebagai lambang kekuatan atau kesaktian juga merupakan lambang Bhuwana Agung  sebagai Sthana Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Untuk itu*,  bagi setiap umat Hindu  mantapkan ketetapan hati dan kelanggengan pikiran dalam *Yadnya Patni*   melalui *ketetapan hati*  dan *kelanggengan pikiran*, betapapun besarnya  persembahan  akan menjadi  hampa dan sia - sia manakala tanpa ketetapan dan kelanggengan pikiran.
( Yajur Veda dan Lontar Yadnya prakerti )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kroda

*Mutiara Weda*
19/08/2019

*Kroda* : Energi yang dapat Menghancurkan

 *Umat se-dharma*, Kemarahan /*Kroda*  merupakan  energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya  manakala tidak mampu untuk   mengendalikannya. tatkala jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah  / *Krodha* tersebut.

Pelayanan *Seva*  yang paling mudah untuk dilakukan adalah  *SENYUM* karena senyum itu adalah karunia Hyang Widhi yang  bernilai tinggi, 
Senyuman tidak saja sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tapi juga jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan.
Senyuman  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa, Jangan  pelit dengan senyuman. 

*Maka dari itu*, sebagai umat Hindu   *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, hilangkan rasa benci  dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN*  baik  *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .




Senin, 14 Oktober 2019

Kirtanam

*Mutiara Weda*
15/10/2019

*Kirtanam*

*Umat se-dharma, umat Hindu dalam melakukan pemujaan kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dengan jalan menyanyikan lagu lagu  pujaan atau doa doa pujaan di sebut dengan *Kirtanam* sebagai bagian dari *Nava Vida Bhakti*

Melalui Kirtanam umat Hindu melaksanakan   *bhakti* guna membuka pintu *Padma Hrdaya* untuk menstanakan Tuhan di dalam diri yang diucapkan dengan tiga cara yaitu :

*Vaikhari*, dengan cara suara yang jelas dan dapat di dengar

*Upamsu*, dengan gerakan lidah  tanpa suara.

*Manasika*, diucapakan dalam hati yang paling dalam.

*Untuk itu*, Sebagai umat Hindu lakukan Kirtanam sebagai wujud rasa Bhakti sehingga sang jiwa dapat menguasai Budhi, Budhi menguasai Manah  serta Manah menguasai Indrya.  Niscaya setiap manusia akan mampu mengendalikan diri sehingga sadar serta selalu berbuat yang baik dan benar.
(Bhagavata Purana, VII, 5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 12 Oktober 2019

Meyadnya sbg kewaajiban suci

*Mutiara Weda*
13/10/ 2019

*Yadnya sebagai Kewajiban Suci*

*Umat se-dharma*,  Dalam kitab suci Weda  Samhita  mengajarkan umat Hindu  untuk selalu Angayubagya & mewujudkan rasa Bhakti kehadapan sang maha Pencipta dengan  jalan   *meyadnya* sebagai  suatu kewajiban suci dalam bentuk bahasa *Mona*

Di samping bahasa Mona, dalam meyadnya juga mengenal bahasa tulis yaitu kitab suci *Weda Samhita* serta menggunakan bahasa sehari-hari *Seha*

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk melakukan Yadnya  sebagai kewajiban dari kitab suci Weda, dengan  landasan pemikiran yang lengkap, bulat, *dilaksanakan sesuaikan dengan Kemampuan* yang dilandasi hati yang tulus dan suci *Ikang yadnya Ingaranan Pakahyunan sane hening suci, tulus tur jangkep*
( Lontar Yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 11 Oktober 2019

Purwa Karma

*Mutiara Weda*
12/ 10 /2019

*Purwa Karma*

*Umat se-dharma*, perbuatan perbuatan  terdahulu menentukan  kehidupan kita yang sekarang. Begitu pula  pahala baik atau buruk yang diperolehnya  saat ini  berdasarkan pada perbuatan baik atau buruk pada masa yang lalu *Purwa Karma*.

Semua bekas bekas perbuatan terdahulu *Karma Wesana* akan dikecap hasilnya oleh yang berbuat, tak akan pernah keliru dan tak akan mungkin menyimpang dari pelakunya.

*Oleh karena itu*, gunakan kesempatan menjelma menjadi manusia dengan baik untuk melakukan kerja baik *Subhakarma* . Dengan menggunakan akal & pikiran untuk membedakan antara perbuatan baik dan buruk dengan memegang teguh *Dharma* sebagai sumber ajaran   moralitas *tata susila* tentang  keutamaan perbuatan baik, mengingat perbuatan sekarang menentukan kehidupan  di akhirat nantinya. (Kitab Agni Purana & SS. 7-11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 10 Oktober 2019

Tri Agni

*Mutiara Weda*
11/ 10/ 2019

*Tri Agni*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam melakukan kegiatan keagamaan tidak bisa lepas dari unsur *api* sebagai sarana yang sangat penting,  diwujudkan dalam bentuk *dupa*, *Dipa* dan *obor*  yang berasal dari tiga sumber/benih *Tri Agni*: Api suci,  api pawamana dan api pawaka.

Api di dalam Veda disebut dengan *Agni*. Benih api yang bersumber dari matahari  namanya *Api suci*, benih api yang bersumber dari   dalam kandungan air *Api pawamana* sedangkan api berasal dari benih kandungan Ibu Pertiwi/ tanah disebut  *api pawaka*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu harus menyadari begitu besar makna dan fungsi api bagi umat Hindu dalam melakukan kegiatan keagamaan yang dapat berfungsi  sebagai *pendeta* pemimpin dalam upacara,  begitu juga  sebagai perantara yg menghubungkan antara pemuja dengan yang dipuja, serta sebagai *saksi* upacara keagamaan yang dalam pelaksanaannya sesuai dengan sastra, drsta dan loka drsta atau Desa, kala, Patra dan guna.
(Kitab Agastya Parwa  dan Rgveda 1.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 09 Oktober 2019

Panca Maya Kosha

Mutiara Weda*
10/10/2019

*Panca Maya Kosha*
(Lima lapisan badan spiritual)

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan  renungkan tubuh manusia ini tersusun atas lapisan badan sebagai wahana sang Atma menjalankan.siklus reinkarnasi, baik sebagai maklhuk Biologis maupun  sebagai makhluk spiritual. Secara Biologis susunan tubuh manusia  terdiri dari kulit, rambut, tulang dll, sedangkan Susunan tubuh manusia secara  spiritual  sesuai dengan falsafah Hindu  terdiri atas badan kasar / stula sarira dan badan halus /suksme sarira.

Badan halus /suksme sarira, tubuh manusia dilapisi  lima lapisan badan spiritual yang di sebut  *Panca Maya Kosha* diantaranya :

*Annamaya Kosha*, lapisan paling luar dari tubuh yang terbentuk dari sat makanan.

*Pranamaya Kosha*,  lapisan badan yang tersusun dari pembentuk kehidupan yang ada di alam semesta  berupa *energi Prana*.

*Manomaya Kosha*, lapisan yang terbentuk dari energi pikiran biasa yang berupa *suksme sarira* dan *karana sarira*

*Vijnana maya Kosha*,  lapisan badan yang terbentuk dari energi pikiran yang halus dan dengan kesadaran.

*Ananda maya Kosha*, lapisan badan yang tersusun dari energi pikiran yang yransenden yg lebur dalam parama santih dan kedamaian yang sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  mantapkan kualitas rohani  dalam mencapai kebahagian hidup baik manah santih maupun parama santih, Moksartham - jagadhita  dengan landasan pengetahuan Panca Maya Kosha dalam praktek praktek ajaran kerohanian bagi umat Hindu secara Universal.
( weda Samhita dan Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 08 Oktober 2019

Anyekung Jnana

*Mutiara Weda*
09/ 10 /2019

*Anyekung Jnana*

*Umat se-dharma*, betapapun indahnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan  seindah apapun, masih akan Ada benih benih kekotoran  tertinggal didalamnya, *Tak Ada gading yang Tak Retak* tak ada manusia sempurna.

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan. jangan pernah bermimpi  merasa diri paling *kuat* dan  paling sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu *rendah hati*, *mulatsarira* dan Anyekung jnana  serta *sadar akan diri* , demikian juga, untuk selalu menjaga keseimbangan  kualitas  diri antara : Wihara /mental, ahara/Intelektual dan Ausadha/Kesehatan sehingga terwujudnya umat manusia yang memiliki kemantapan kualitas mental rohani  yang kokoh.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 07 Oktober 2019

Swa dharma

*Mutiara Weda*
08/10/2019

*Swa Dharma* & *Para Dharma*

*Umat se-dharma*, Melakukan tugas, kewajiban dan tanggung  jawab sendiri *Swadharma* walaupun tidak sempurna lebih mulia daripada melaksanakan tugas orang lain *Para Dharma*.  Lebih mulia mati menjalankan tugas sendiri *Drewya Yadnya* daripada mati dalam menjalankan dan melaksanakan kewajiban  orang lain / para dharma. *JANGAN PERNAH RAGU DALAM MENJALANKAN SWA DHARMA*

Melaksanakan  tugas dan kewajiban diri sendiri sesuai dengan ajaran agama  di sebut *Swadharma* sedangkan melaksanakan tugas dan kewajiban  orang lain di sebut *Para Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  pegang teguh dan sadar akan tugas dan kewajiban masing masing *Swadharma* dalam menjalankan  *Dharma agama* serta mengembangkan tatanan kehidupan umat Hindu yang baik dan benar melalui: *cara* / marga, *ukuran* : Pramana,  *Tujuan* : Artha , *karakter* : Guna, *pola kehidupan* : Ashrama, *persembahan* :Yadnya, *keyakinan* : Sradha, *kemuliaan* : Paramartha, *citta*:budhi, *keharmonisan* :Sundaram.  Niscaya akan dapat mengetahui hakekat kerja/ *karma* yang sebenarnya dan menjalankan *swa dharma* dan *para dharma* dengan baik dan benar.
( BG. III.35 & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 06 Oktober 2019

Matsarya

Mutiara Weda*
07/10/2019

*Matsarya : Iri hati*

*Umat se dharma*,  jika direnung renungkan  Dalam mengarungi kehidupan  di  dunia maya pada  ini,  menjauhkan diri dari rasa dengki  dan  rasa iri hati *Matsarya* sebagai suatu kewajiban dasar  dalam membangun tatanan kehidupan umat Hindu yang Satyam, Sivam dan Sundaram. Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama.

Manakala bathin diselimuti oleh rasa iri hati, dengki *Matsarya* pada sesama  jika melihat kelebihan orang lain, dapat dipastikan keadaan  orang seperti inilah sesungguhnya  orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini  yang teramat sulit untuk  disembuhkannya.

*Untuk itu*, setiap umat manusia,  jauhkan.diri dari sifat Iri hati dan jangan melakukan tindakan  yang terlarang, tercela dan sukar untuk di capai, dengan jalan melakukan Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran / *Manah*.
(S.S.89-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 04 Oktober 2019

Tri kala

*Mutiara Weda*
05/10/2019

*Tri Kala* : Tiga Waktu

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.

Waktu Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :

*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.

*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.

*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau  Tri Sandhya  dengan baik sehingga  proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun  makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 30 September 2019

Vyapaka Sauca

Mutiara Weda*
01/10/2019

*Vyapaka Sauca*

*Umat Se-dharma*,  membersihkan diri ataupun mengatur suhu badan *Vyapaka Saoca* sebagai salah satu dari tahapan awal  yang sangat penting dalam berhubungan dengan sang maha Pencipta.

*Vyapaka Sauca* merupakan  Mandi membersihkan badan dan menjaga kestabilan pisik / lahiriah  yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai rangsangan keinginan dan dapat kehilangan keseimbangan mental ataupun kualitas mental rohani.

*Untuk itu* sebagai umat Hindu selalu melakukan pensucian diri baik lahir maupun bathin *Yama maupun Nyama*, dengan jalan membersihkan diri atau *Vyapaka Sauca* sebelum melakukan Hubungan dengan Sang maha Pencipta/ Hyang Widhi  baik dalam Semadhi maupun dalam melakukan Asanas. termasuk mengatur suhu tubuh atau Angga sarira (Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 29 September 2019

Hakekat Hidup Untuk Bekerja

Mutiara Weda*
30/ 09 /2019

*Hakekat Hidup Untuk Bekerja*

*Umat  se -dharma*, Hidup menjelma menjadi  manusia sangatlah pendek dan sesungguhnya  hidup ini adalah untuk Berkarma sesuai dengan Swadharma masing masing,  tak seorangpun luput dari kuasa Tuhan ini.

Tat kala kuasa Tuhan menjemputnya, jiwa  manusia terasa memberontak dan menjerit dalam hatinya, namun apalah daya, yang pasti  manusia harus bekerja dan bekerja dalam hidup ini. Tanpa kerja manusia tak akan pernah mencapai kebebasan, tanpa kerja tak akan pernah mencapai kesempurnaan.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat  manusia untuk selalu *Berkarma*, Tak seorangpun luput dari kerja,setiap manusia dibuat tidak berdaya oleh hukum alam yang mewajibkan untuk bekerja,  mau tidak mau, suka tidak suka, dipaksa untuk bekerja tanpa kerja hiduppun tak akan mungkin, mengingat seluruh *Karma* dengan *Karma Wesana* sebagai jalan menuju alam kebebasan yang abadi  *Bhukti Mukti pada*
( BG.III.4,5 / SS. 31-33)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 20 September 2019

Dharma Vahini

*Mutiara Weda*
21/09/2019

*Dharma Vahini* : Pancarkan Isi Kitab suci Veda

*Umat se-dharma*, Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran, tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta, Dharma harus ditegakkan.*satyam nasti paro dharma*
kuatnya  *Sradha* menjadi inti hakekat   ajaran  Hindu,  jalankan ajaran Dharma dengan benar, penuh keyakinan dan kemantapan hati  tanpa dibayang  bayangi oleh  keragu raguan.

Manakala beragama dilandasi dengan perasaan ragu ,  dapat dipastikan akan rapuhnya pondasi dasar agamanya *sangatlah berbahaya*,  siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, Dharma raksitah*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan  & Perkokoh keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini* baik  * Weda Sruti maupun * Weda Smerthi* sebagai pedoman  dan pegangan Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai  kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud.
(Slokantara ,3.7 & BG.III.35)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 18 September 2019

Belajar melihat kebaikan.orang.lain

*Mutiara Weda*
19 / 09 /2019

*Belajar Melihat Kebaikan orang Lain*

*Umat se- dharma*, Mencari dan menemukan kebahagiaan serta kesenangan  bathin dengan cara mencari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibaratkan menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.

Sebagai  umat manusia sudah semestinya untuk   selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain dan menhindari  untuk mencari cari kelemahan serta kekurangan  dari orang lain.

*Untuk  itu*,  sebagai umat Hiindu, Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala kita selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu ketika akan berjumpa dengan bagian dari diri kita yang terindah" dengan menampakkan   kesadaran rohani melalui peningkatan kualitas spiritual  *Samyag Jnana*  dengan cara selalu melihat ke dalam diri masing masing  *Mulatsarira* & *Anyekung Jnana*. (SS.341-345)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 13 September 2019

Tri kala

*Mutiara Weda*
14/09/2019

*Tri Kala* : Tiga Waktu

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.

Waktu Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :

*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.

*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.

*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau  Tri Sandhya  dengan baik sehingga  proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun  makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 10 September 2019

Tri sakti

Mutiara Weda*
11/09/2019

*Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dirinya,  ketiga sifat  itu  di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu bangun kekuatan yang ada dalam diri  manusia *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna  dengan melatih kesabaran dan ketenangan sehingga terhindar dari Prilaku  prilaku  buruk atau Asubha Karma. ( Weda Samhita & BG.XII.11)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 09 September 2019

Selalu bersyukhur

*Mutiara Weda*
10/ 09 /2019

*Selalu Bersyukhur*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan  hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini di ibaratkan seperti Roda pedati yang selalu berputar putar, silih berganti,  suka maupun duka.tak satupun manusia mampu menahan dan merubah Kuasa Tuhan.

Rasa Suka  dan Duka  akan selalu datang silih berganti dan selalu  berdampingan serta Kebahagiaan  yang dianugerahkan-Nya itu tidak bisa diukur dari seberapa banyak yang dimilikinya, melainkan seberapa rasa angayubagya yang bisa diungkapkannya .

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk wajib selalu bersyukur dan memanjatkan rasa angayubagya apapun yang di anugrahkan Hyang Widhi dan menyadari bahwa Hyang Widhilah yang mengatur semuanya dengan *Karma Wesana* sebagai tolok ukurnya.
(Kitab Slokantara, 84.76.hal. 297)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Minggu, 08 September 2019

Hakekat Hidup

*Mutiara Weda* 
09/09/2019

*Hakekat Hidup* :  Membenahi diri

*Umat se-dharma*, Hakekat hidup yang sebenarnya  menjelma menjadi  manusia  adalah  Belajar. Belajar untuk membenahi diri.

Belajar untuk Membenahi diri walaupun teramat berat, Belajar  untuk Mensyukuri walaupun   tidak rela.  Belajar sabar walaupun di hujat, belajar  memberikan doa & restu walaupun di caci dan di maki.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan Dinamika,  godaan dan cobaan untuk  selalu memanjatkan rasa angayubagya, bersyukur , berlapang dada *Lascarya* dan berpasrah kepada-Nya dan memegang teguh ajaran Dharma. niscaya akan menemukan arti hidup yang sebenarnya.
(Kitab Ramayana , SS. 1-2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 07 September 2019

Berkata yang Baik dan Benar

*Mutiara Weda*
08/ 09 /2019

*Berkata yang Baik & Benar*

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar / Wacika, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang.*Jangan berbohong*

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma pada kehidupan sehari hari dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar serta  enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 06 September 2019

Hilangkan buruk sangka

*Mutiara Weda*
07/ 09 /2019

*Hilangkan Buruk Sangka*

*Umat se-dharma*,  Segala bentuk praduga & prasangka terhadap orang  lain haruslah dihilangkan, Selama  jiwa masih dibelenggu oleh  prasangka dan praduga dapat dipastikan, tidak akan pernah  mendapatkan *Kenyamanan, ketenangan & kedamaian bathin* dalam mengarungi kehidupan.

Manakala nilai - nilai dharma meredup dan bahkan  luntur,  maka  dapat dipastikan keributan dan kekacauan  akan terjadi, cahaya  kejujuran, keadilan, ketenangan dan kedamaian, akan berhenti bersinar   berujung pada *kebencian, perselisihan  dan pertengkaran.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan buruk sangka  dengan belajar *Anyekung Jnana* mengendalikan Indrya ataupun pikiran  melalui *Tapa*. Niscaya akan dapat terwujudnya keleluasan dalam mencari jalan dharma *Satyam, Sivam dan Sundaram*. (kitab Sundarigama & SS.37)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 05 September 2019

Kesadaran

*Mutiara Weda*
06/ 09 /2019

*Kesadaran*:  sebagai Benteng Diri

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah  memiliki  tingkat kesadaran diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat   melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu  memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya *dharma vahini*

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna  bagi diri sendiri dan  berguna bagi orang lain *kesadaran diri* sebagai benteng atau pagar bagi sang diri.

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri  dengan menampakkan nilai  keindahan dan  keluhuran  budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya  *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha* akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 04 September 2019

Karma swatantrya

*Mutiara Weda*
05//09/2019

*Karma- Swatantrya*

*Umat se-dharma*, Pada hakekatnya  setiap manusia adalah *pemimpin* & *Penguasa* dari nasibnya sendiri dan menjadi  *faktor penentu* dari kehidupannya  serta bertanggungjawab atas *suka* maupun  *Duka* yang dialaminya saat ini *Wartamana* maupun di masa yang akan datang nantinya *Nagata*

Manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hasil dari perbuatannya *Bhoga Swatantrya* tapi *setiap manusia memiliki kebebasan* untuk menentukan penyebab dari perbuatan itu sendiri *Karma-Swatantrya*.

*Maka dari itu* sebagai umat manusia Lakukan setiap pekerjaan sebagai suatu kewajiban *Swadharma* dan jangan terikat pada hasil serta Lakukan kerja dengan tanpa Pamerih *Seva*, niscaya kebahagiaan sejati  akan dapat terwujud.*
(BGIII.19 & kitab Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 03 September 2019

Weda Tuntunan Hidup

Mutiara Weda*
04/09/2019

*Pustaka suci Weda :Tuntunan Hidup*

*Umat se-dharma*, Ida SangHyang Widhi Wasa menurunkan agama ke dunia ini, bukan sebagai media untuk saling merendahkan, saling menjatuhkan, saling membenci  dan  saling  memfitnah  bahkan saling membunuh satu sama lainnya.

Ida Hyang Widhi Wasa menurunkan agama dengan kitab suci Weda Samhita ke dunia ini justru untuk dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan bagi setiap umatnya dalam membangun nilai  moral , etika , Karakter dan Budhi pekerti  luhur  sehingga dalam hidup  terpancar suasana yang nyaman, damai  dan menyejukkan bagi semua orang.

*Untuk itu*,   setiap umat Hindu wajib untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan isi kandungan kitab suci Weda secara benar serta  memiliki rasa   malu pada Hyang Widhi Wasa manakala agama yang diwahyukannya itu disalahgunakan  untuk saling menjatuhkan,  membenci serta saling menghujat  dan selalu berusaha untuk mengendalikan musuh musuh  yang ada dalam.diri setiap manusia *Sad Ripu*,* Sadatatayi* dan *Sapta Timira*
( kitab Upadesa &  Ramayana kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta ..

Senin, 02 September 2019

Bertutur kata yang Benar

Mutiara Weda*
03 / 09/2019

*Bertutur kata yang Benar*

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar / Wacika, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang.*Jangan berbohong*

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma pada kehidupan sehari hari dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar serta  enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Minggu, 01 September 2019

Kamoksan

*Mutiara Weda*
02/09/2019

*Kamoksan sbg Kebahagiaan Sejati*

*Umat se-dharma*, Aji *Kelepasan*, *Kedyatmikan* atau Aji *Kamoksan* merupakan salah satu Sradha dalam ajaran Hindu sebagai tujuan hidup tertinggi dan kebahagiaan sejati *Suka Tanpa Waliduhka*.

Kebahagiaan sejati  akan dapat dicapai  tattkala terlepasnya Atma dari ikatan *Maya* dan menyatu pada *Brahman/  sang maha Pencipta* dengan melepaskan semua bentuk ikatan keduniawian yang sering di kenal dengan nama  *sakti / prakerti*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi  kewajiban untuk memegang teguh ajaran *Kedyatmikan*, *Kelepasan*,  *Keparamarthan* atau *Kamoksan* sebagai salah satu Sradha dalam mewujudkan Kebahagiaan sejati *Sat, Sit dan Ananda* melalui pelaksanaan    Catur Marga Yoga secara utuh serta membebaskan diri dari pengaruh  Tri Guna sehingga *tubuh / Angga sarira*,  betul betul dapat dijadikan alat untuk mencapai  Moksa *Moksanam sariram sadhanam.
( Brahma Purana, 228.45 dan BG. XVIII.54)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 31 Agustus 2019

Petakan Diri

Mutiara Weda*
01/ 09 / 2018

*Petakan Diri sesuai Swadharma*

*Umat se-dharma*, jika kita  camkan dan kita renungkan *Bunga Seroja  demikian Wanginya namun  dia punya kelemahan tangkainya berbulu dan sangat menggatalkan, *Gunung Himalaya* yang  menjulang tinggi,  sangat mempesonakan ternyata dia punya kelemahan yaitu ditutupi salju. *Demikian juga  halnya dengan  *dewa Siwa sebagai raja dari para Dewa memiliki kekurangan kerongkongannya *berwarna Hitam*.

Menjelma menjadi manusia  dalam kehidupan ini penuh dengan keterbatasan,  tak ada manusia sempurna dilahirkan di muka bumi ini *Tan hana wwang suastha anulus, pasti memiliki kekurangan dan pasti memiliki kelemahan.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam menjalankan kehidupan ini untuk selalu *Belajar* , *mengenali*,  *memetakan diri* dan memposisikan diri sesuai  dengan  Identitas atau *swadharmanya* masing masing serta menggunakan *Wiweka* dengan baik dalam kesehariannya. Pancarkan  selalu energi positif yang ada dalam diri / *Padma Hrdaya*, belajar menerima kekurangan diri sendiri dan belajar pula  menerima ketidaksempurnaan orang lain.
(kitab Vedanta & Slokantara 80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 30 Agustus 2019

Hidup tanpa kebajkan

*Mutiara Weda*
31/08/2019

*Hidup tanpa kebajikan ibarat padi tanpa Isi*

*Umat se-dharma*, jika dicamkan  Sesungguhnya dalam hidup ini tatkala  miskin akan  nilai - nilai kebenaran dan miskin akan  nilai - nilai kebajikan  sama nilainya  dengan orang yang sudah "mati " tiada guna.

Hidup yang tanpa  Guna adalah hidup tanpa nilai kebajikan  ibaratkan padi tanpa isi dan bagaikan upacara keagamaan tanpa doa - doa pujaan.

*Untuk itu*, mantapkan nilai - nilai kebenaran dan kebajikan dalam setiap kehidupan dengan selalu  berpikir, bertutur kata dan bertindak yang baik dan benar serta memegang teguh nilai - nilai agama / Dharma dalam keseharian  " Sura Dira Jayengningrat lebur dening Pangastuti ".
(  M.DS .138/ SS.280 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 29 Agustus 2019

Swa dharma

*Mutiara Weda*
30 / 08 /2019

*Swa dharma* : sebagai kewajiban Hidup

*Umat se-dharma*,  Orang yang Baik dan kuat  itu walaupun dia dalam kondisi sangat kekurangan sekalipun, dia tak akan pernah melakukan pekerjaan hina dan tercela, ibaratkan  seekor harimau,walaupun dipotong kakinya dia  tak akan pernah mau memakan rumput, Swadharma sebagai pegangan hidupnya dengan  pengamalan nilai nilai Dharma  kekuatannya *Sevaka Dharma*

Memegang teguh  dan mengaplikasikan norma agama merupakan suatu kewajiban *Swadharma*  setiap umat manusia. Manakala,  perbuatan menyimpang dari ajaran  *dharma*  maka dapat dipastikan  hidupnya akan kehilangan arah,  menderita,  dan cendrung  mendapatkan kehancuran,  bencana  serta malapetaka.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia tunjukkan dan mantapkan kualitas beragama  dengan baik melalui Pengamalan, penyerahan diri secara total, *Atmanivedanam*  serta memantapkan hubungan cinta-kasih *bhakti* dengan Ida SangHyang Widhi Wasa berlandaskan pada Pengetahuan suci *abhideya-jnana*
(Sabdakalpadruma III.463b
& Ramayana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 28 Agustus 2019

Eka citta

*Mutiara Weda*
29/08/ 2019

*Eka Citta : Nunggalang Idep*

*Umat se -dharma*, Menyatukan semua tattwa yang ada di bawah Buddhi di sebut Eka Citta atau Eka Buddhi. Tattwa yang ada di bawah buddhi adalah  *Ego* :Ahangkara tattwa, *Pikiran* : Raja Indrya tattwa dan Dasendrya tattwa.

Ketika semua tattwa  itu menyatu maka seluruh obyek tidak akan kelihatan lagi, sehingga Citta atau pikiran bisa disatukan untuk tujuan yang lebih tinggi dari citta yang disebut dengan *Purusha*.

*Untuk itu*, bersihkan citta atau  pikiran, kendalikan  *Indrya* dengan selalu *mulat sarira* dan *sadar akan adanya keadaan alam pikiran *Citta* Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya  Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri kita masing masing sehingga terwujudnya alam citta yang maha tinggi ,,*Purusha*.
(Kitab Yajurveda: 17.31 & wrhaspati tattwa. 16)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 26 Agustus 2019

Panca Bahya Tusti

*Mutiara Weda*
27/08/2019

*Panca Bahya Tusti*

*Umat se-dharma*, ada lima kemegahan yang  dapat memberikan  kenikmatan dan kepuasan duniawi semata mata, yang dapat menghancurkan,  menjerumuskan setiap umat manusia dan bahkan berakibat  masuknya ke alam neraka atau alam Bhur Loka yang di sebut *Panca Bahya Tusti*.

*Panca Bahya Tusti*  meliputi :

*Aryana*, senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menghitung baik  maupun buruk dan dosa yang diakibatkannya.

*Raksasa*, melindungi harta dengan jalan segala macam upaya yang tidak baik.

*Ksaya*, takut akan berkurangnya harta benda dan kesenangannya sehingga sifatnya sering menjadi kikir.

*Sangga*,  melakukan hubungan seksual yang tidak syah.

*Hingsa*,  suka membunuh dan menyakiti hati makhluk lain.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jauhkan.diri dari perbuatan Panca Bahya Tusti  yang tergolong
lima perbuatan manusia bersifat asubha karma yang hanya mementingkan kepuasan keduniawan tersebut yang patut dihindari dengan  selalu menggunakan Wiweka dan  memegang teguh ajaran Dharma. Niscaya tujuan hidup Catur Purusartha akan dapat terwujud.
(Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.


Minggu, 25 Agustus 2019

Banten suci

*Mutiara Weda*
25/08/2019

*Banten Suci* : Upasaksi dalam Meyadnya

*Umat se-dharma*, dalam Pelaksanaan upacara keagamaan pada tingkatan tertentu  penggunaan  Banten Suci selalu menyertainya  dalam bentuk tataban seperti sesayut,  pulegembal maupun bebangkit sebagai perlambang Upasaksi  turunnya Ida SangHyang Widhi  Wasa dalam pelaksanaan Panca Maha Yadnya.

Penggunaan Banten Suci yang dilengkapi dengan sarana jajan sesamuhan yang berwarna putih sebagai wujud *Kesucian* dan warna Kuning perlambang *Kemakmuran*, di samping itu,
Hakekat Banten suci adalah  sebagai *upasaksi* turunnya Ida SangHyang Widhi Wasa sehingga pelaksanaan Panca Maha  yadnya berjalan dengan baik atau  *Satvika Yadnya*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantafkan keyakinan akan pelaksanaan panca yadnya dengan menempatkan ketulusan hati atau lascarya sebagai Inti utamanya dengan tetap berpedoman pada  Sastratah, Gurutah dan Svatah dan *Catur Drsta*: Purwa / Kuna drsta, Loka drsta, desa drsta dan Sastra drsta, sehingga dapat meningkatnya kualitas diri menjadi lebih baik sampai mencapai tingkat kesempurnaan.( kitab Kusuma Dewa & Purwa Gama )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Karma Patha

Mutiara Weda*
26/08/2019

*Karma Patha*

*Umat se-dharma*, jika kita renung  renungkan dalam kehidupan sehari hari, Tatkala Orang  telah  memiliki  tingkatan kesadaran akan sang  dirinya dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat   melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu  memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna  bagi diri sendiri dan  berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri  dengan menampakkan nilai  keindahan dan  keluhuran  budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya  *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali duhka akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.

Kamis, 22 Agustus 2019

Tumbuhkan.sifat Kedewataan

*Mutiara Weda*
23/08/2019

*Tumbuhkan Sifat Kedewataan dalam Diri*

*Umat se-sedharma*, Menaburkan benih benih  kebencian itu tidak akan pernah berakhir manakala dibalas dengan kebencian pula, tetapi kebencian akan berakhir dan sirna tatkala dibalas dengan sifat saling memaafkan dan welas asih dalam Catur Paramitha disebut *Maitri*

Sifat suka memaafkan dan sopan santun / *Maitri*,
Welas Asih/*Karuna*,
penuh simpati / *Mudita* dan menghargai budhi baik orang /*Upeksa*  semuanya merupakan ajaran *Catur Paramitha* sebagai ciri dari sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tumbuhkan  sifat sifat kedewataan yang ada dalam diri dengan berlandaskan ajaran Dharma dengan menjadikan.sifat *sang Sadhu* pedoman ; merunduk karena penuh kebajikan dan ilmu pengetahuan sucinya, merunduk ibaratkan padi  karena berat buahnya. Niscaya akan terwujudnya umat manusia yang Bijak dan penuh dengan sifat sifat kedewataan.
( Ramayana Kekawin & SS.306-308)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 21 Agustus 2019

Karmasaya

*Mutiara Weda*
22/08/2019

*Karmasaya*

*Umat se-dharma*, jika kita camkan ajaran  catur weda Samhita, Terakumulasikannya perbuatan Dharma dan perbuatan adharma pada  Karma seseorang di sebut *Karmasaya*.

Kemudian dari Karmasaya ini tumbuh tiga ( 3 ) hasil perbuatan atau pahala Karma berupa :  Jati, Ayu dan Bhoga :
*Jati* : kelahiran baik atau buruk
*Ayu* : umur panjang atau pendek
*Bhoga* : kenikmatan atau penderitaan yang dialaminya.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam kehidupan ini betul - betul menggunakan *Wiweka* dan menimbang nimbang mana  perbuatan Dharma yang wajib dilakukan dan  mana  perbuatan yang tergolong adharma sebagai perbuatan terlarang agar mendapatkan karma yang baik [Subha Karma] dalam menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negara.
[Santi parwa, VII.7,9]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 20 Agustus 2019

Keharmonisan

Mutiara Weda*
21/08/2019

*Keharmonisan : Tiang Penyangga Kehidupan Manusia*

*Umat se-dharma*, Hidup Menjelma menjadi manusia di muka bumi ini tidak bisa *disamaratakan*  satu sama lainnya, sudah dibekali yang namanya  Perbedaan, Kebhinekaan, keberanekaragaman, serta kemajemukan,  yang  perlu dijaga, dirawat, dipelihara dan dilestarikan, manakala Kedamaian & Keharmonisan mulai diabaikan,  luntur dan bahkan Sirna dapat dipastikan akan mengalami kekacauan yang berujung pada  kehacuran bagi kehidupan setiap umat manusia. Jadikan kedamaian dan keharmonisan sebagai penyangga kehidupandengan  Kebhinekaan sebagai bingkainya berlandaskan Falsafah  Satyam, Sivam dan Sundaram.

Tanpa memegang konsep ber-Tat Tvam Asi/ bertoleransi,  jiwa manapun akan hancur hangus terbakar manakala dalam hatinya blm tertanam *rasa cinta kasih sayang* _PREMA_ pada sesama, Yang cendrung dapat menimbun  benih - benih penyakit di dalam hati.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun tatanan kehidupan yang berlandaskan pada  Satyam (Kebenaran), Sivam ( Kesucian) dan Sundaram  (Keindahan, Keharmonisan) serta tanamkan Ajaran Tat Tvam Asi/ toleransi dengan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi : Adigang, Adigung dan Adiguna.  Niscaya tatanan kehidupan  bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang   damai, harmonis, rukun, tata / tentram serta saling  Asah, Asih dan  Asuh  terwujud  dengan  Pancasila Sebagai  perisainya  dan Bhineka Tunggal Ika sebagai Falsafah hidupnya.  ( SS.302-304 & Serat Wulang reh).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Saraswati

Mutiara Weda*
13/ 10 /2018

*Saraswati :  Turunnya Ilmu Pengetahuan Suci*

Umat se-dharma, Ilmu Pengetahuan  suci *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran 

dan kebahagiaan.

pada hari suci Saraswati umat Hindu meyakini sebagai hari turunnya Ilmu Pengetahua suci atau Pustaka suci Weda Samhita. Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam amenyelesaikan setiap persoalan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*Rahajeng hari Suci Saraswati*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 19 Agustus 2019

Prema Vahini

*Mutiara Weda*
20/08/2019

*Prema Vahini*

*Umat se-dharma*, jika kita lihat filsafat Hindu dalam sistem filsafat Samkhya kehidupan di dunia maya pada ini akan mendapatkan kebahagiaan atau jagadhita manakala adanya keseimbangan  dinamika antara  Purusa dan Predana. *Purusa* adalah unsur kejiwaan sedangkan *Predana* adalah unsur material.
*Purusa* juga disebut perlambang  *laki laki* sedangkan *Predana* sebagai lambang *wanita*  memberikan gambaran orang tua dalam  memberikan kebahagiaan pada sang anak dengan landasan rasa cinta kasih sayang yang tulus *Prema Vahini*, tak ada rasa kasih sayang yang melebihi dari kasih sayang orang tua kepada anaknya "Norana sih mangeluwihaning atanaya".

*Purusa* dan *Predana* merupakan kekuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa dalam wujudnya sebagai bapak & ibu dari seisi alam semesta  dengan tujuan tumbuhnya rasa dekat kehadapan-Nya dengan pancaran rasa cinta kasih  sayang / *Prema Vahini*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu,  tumbuhkan selalu rasa  kasih sayang  yang tulus antar sesama umat manusia  demikian pula bagi para  orang tua pada sang anak dalam mewujudkan umat Hindu yang jagadhita dan kamoksan dengan memancarkan Rasa cinta kasih yang tulus  pada seluruh umat manusia dan seisi alam semesta *Prema Vahini*
(Kitab Yadnya dan Bhakti hal.173-177 & Nitisastra)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Minggu, 18 Agustus 2019

Kroda : energi yang dapat Menghancurkan

*Mutiara Weda*
19/08/2019

*Kroda* : Energi yang dapat Menghancurkan

*Umat se-dharma*, Kemarahan /*Kroda*  merupakan  energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya  manakala tidak mampu untuk   mengendalikannya. tatkala jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah  / *Krodha* tersebut.

Pelayanan *Seva*  yang paling mudah untuk dilakukan adalah  *SENYUM* karena senyum itu adalah karunia Hyang Widhi yang  bernilai tinggi,
Senyuman tidak saja sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tapi juga jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan.
Senyuman  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa, Jangan  pelit dengan senyuman.

*Maka dari itu*, sebagai umat Hindu   *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, hilangkan rasa benci  dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN*  baik  *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Sabtu, 17 Agustus 2019

Catur Vidya

*Mutiara Weda*
18/08/2019

*Catur Vidya*

*Umat se-dharma*, dalam menjalankan Dharma Negara dan  mewujudkan tujuan hidup/ Catur Purusa Artha,  umat Hindu wajib untuk memahami isi kandungan pengetahuan suci atau ajaran kesucian yang di sebut *Catur Vidya*.

Catur Vidya merupakan empat dari cabang ilmu pengetahuan suci Weda Samhita  dalam kitab Nitisastra dalam ilmu pemerintahan  diantaranya :

*Anwiksaki* : menguraikan tentang teknologi Filsafat

*Weda Trayi* : Menguraikan tentang  ajaran agama : reg, sama dan yajur Weda.

*Wartta* : menguraikan tentang ilmu Ekonomi atau kesejahtraan umat.

*Danda niti* : Menguraikan tentang ilmu politik dan ilmu hukum.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu khususnya Generasi muda Hindu haruslah memahami keempat cabang ilmu pengetahuan yang bersumber dari Weda samhita dalam mengarungi proses kehidupan dalam menjalankan Dharma Negara untuk mencapai tujuan hidupnya.( MDS.VII.43)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 13 Agustus 2019

Indrya Mata

*Mutiara Weda*
14/ 08/2019

*Indrya Mata*

*Umat se-dharma*, hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan  cobaan & godaan yang diakibatkan oleh  kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* .

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  jalan penyelesaiannya.

*Untuk itu*, Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran
dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan.
( Vreti sasana II b.78/1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 11 Agustus 2019

Karma wesana

Mutiara Weda*
12/ 08/2019

*Karma Wesana*

*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan  oleh umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma.Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai.menuju alam Kamoksan nantinya. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 08 Agustus 2019

Udana Wayu

Mutiara Weda*
09/08/2019

*Udana Wayu*

*Umat se-dharma*, setiap umat manusia tidak akan pernah lepas dari Siklus  *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina*, kelahiran, kehidupan dan akhirnya menuju  Kematian / kembali ke asal sebagai tiga kemahakuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa *Tri Kona*

Setiap Manusia hidup kedunia ini memiliki tenaga /kekuatan yang di sebut *Udana Wayu* atau *Prana halus*.
Udana Wayu inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, berpikir, berbuat dan bernafas dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*
(Kayika, Wacika da Manacika).

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan dan sucikan  Udana Wayu dengan jalan tingkatkan selalu kualitas rohani, jaga kesucian diri,  baik lahir maupun bathin  *Yama & Nyama*, mengingat seluruh Udana Wayu adalah *Hiranyagarbha* / *Brahman* di dalam diri demikian juga di saat akan kembali ke asal, meninggal atau pralina, berkewajiban membisikan nama nama dari Ida SangHyang Widhi Wasa atau *nama smaranam* , aksara aksara suci Tuhan pada telinga orang yang meninggal sangat menentukan kehidupan yang akan datang dalam proses lahir kembali  *reinkarnasi/ punarbhawa* sebagai sifat sifat dasar yang paling kuat. Niscaya *Moksa* dan *Jiwan Mukti* akan dapat dicapai. ( Sanatana Hindu Dharma hal.37-41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 07 Agustus 2019

Nafsu : Pintu Gerbang dari cobaan

Mutiara Weda*
08/08/2019

*Nafsu* : Pintu Gerbang dari Cobaan*

*Umat se-dharma,  Jika di renung renungkan, musuh manusia yang paling utama   bukanlah orang lain ,tapi ada dalam diri kita masing masing  *Sad Ripu* dan menjadi pintu gerbangnya berbagai  Cobaan dan.godaan hidup.

Diantara enam musuh ada dua yang paling berat yaitu *Kama* dan *Krodha*. Keduanya  ibarat dua wajah dari berbagai nafsu dan kedua duanya adalah musuh yang mematikan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia kendalikan nafsu dan amarah dengan memantapkan  Kesabaran *Ksama* sehingga pintu pintu gerbang dari cobaan akan tetap terjaga . Niscaya kemuliaan dalam hidup ini akan dapat terwujud.
(SS.10, 93 & Ramayana Kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 04 Agustus 2019

Atma, jiwatma.&Paramatma

*Mutiara Weda*
05/ 08/2019

*Atma*,  *Jiwatma* & *Paramatma*

*Umat se-dharma*, Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini diciptakan  Ida SangHyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha tunggal. Tuhan bersifat maha ada *Wibhu Sakti*,  kekal abadi/ Sanatana,  berada disegala tempat/ *Wyapi Wyapaka Nirwikara*

*Stula sarira* / badan wadag dapat bergerak disebabkan oleh Tuhan yang bersemayam.dalam diri manusia yang di sebut  *atma* / *Jiwatma*.  *Atma* adalah hidupnya hidup dari manusia yang asalnya dari Tuhan, atma yang bersemayam di dalam tubuh di sebut *Jiwatma*.
Perpaduan atman dengan raga menyebabkan manusia hidup yang juga disebut *JIWARAGA, NAMARUPA*.

*Untuk itu*,  setiap umat Hindu perkokoh *Sraddha*/ keyakinan bahwa sesungguhnya Bagian dari Tuhan itu adalah Atma, bila Tuhan diibaratkan sebagai lautan maka atman itu hanyalah setitik embun, bila Tuhan diandaikan matahari maka atman itu merupakan percikan terkecil dari sinarnya,Tuhan asalnya atman sehingga di beri gelar  *Paramatma* sebagai atman yang tertinggi. (Weda Samhita & BG.X.20)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 03 Agustus 2019

Catur Bekal Dumadi

*Muriara Weda*
04/08/2019

*Catur Bekal Dumadi*
[ empat bekal kita hidup]

*Umat se-dharma, Dalam ajaran agama Hindu, lahir menjelma menjadi manusia sangatlah mulia, sangatlah  utama dan sangatlah sulit untuk diperolehnya,  karena dengan menjelma menjadi manusia dapat  menimbang nimbang  mana yang baik dan mana  yang buruk / *Wiweka*  Demikian pula halnya dalam hidup ini, sebenarnya  sudah dibekali dengan empat bekal hidup yang di sebut  *Catur Bekal Dumadi* antara lain  :

*Suka* : perasaan  yang selalu senang, suka dan bahagia

*Dukha* :  Rasa sedih ataupun rasa  dukha selalu menyelimuti setiap umat manusia.

*lara*,  Tak seorangpun manusia dapat terhindar dari Kesengsaraan  karena hidup pada dasarnya adalah menderita.

*Pati*, setiap umat manusia  tak luput dari  Siklus kematian  atau Pralina.

*Untuk itu*, sebagai  umat Hindu jalankan proses  hidup dengan rasa Angayubagya, pergunakan kesempatan menjelma  menjadi manusia  untuk selalu berbuat Kebajikan / *Subha Karma*,  serta  sadar bahwa  proses kehidupan akan mengalami siklus perputaran *Tri Kona*  : *Utpeti*, stithi,  Pralina dengan rwa bhineda selalu mendampinginya.   Jangan terlalu berbangga dan berbesar hati manakala mendapatkan  kebahagiaan dan jangan pula terlalu bersedih hati tatkala mendapatkan  rasa dukha dan penderitaan,  jalankan hidup ini dengan landasan  Lascarya, Citta sudhi / Pikiran yang bersih, Nirahamkara/kendalikan emosi emosi gelap, laksanakan dhyana yoga/samadhi. Niscaya akan dapat menuju  target Utama menjelma menjadi manusia yaitu *Kesadaran  sejati*,  memutus siklus samsara menuju *Moksa*.
( SS.3-6. & SS.473-474)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 02 Agustus 2019

Kuningan :Peningkatan Kualitas Rohani

*Mutiara Weda*
03/08/2019

*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani

*Umat se-dharma*, Pada  hari  ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan  yang jatuh pada hari ke 10  setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat  Hindu melakukan persembahan dan pemujaan  kehadapan  SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.

Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan  pada pagi hari  sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu  ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari  berlalu memasuki *masa pralina*  energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.

*Untuk itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha*  dengan memperbanyak   introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. serta Bangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri. (Kitab Kala Maya Tatwa & Weda Samhita)

*RAHAJENG HARI SUCI KUNINGAN TINGKATKAN KUALITAS ROHANI  & MANTAPKAN BENTENG SERTA KAVACA GAIB DLM DIRI*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .