Rabu, 11 Desember 2019
bersihkan Padma Hrdaya
Selasa, 10 Desember 2019
Hari raya Saraswati : Turunya ilmu Pengetahuan suci
Saraswati : turunnya Ilmu Pengetahuan suci
Om Swastyastu,
Om avighnam astu namo siddham
Umat sedharma, jika kita camkan dan kita renungkan pengetahuan suci atau Jnana pada hakekatnya merupakan kecantikan dari setiap umat manusia yang paling agung dan merupakan artha / kekayaan yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyuran dan kebahagiaan seseorang. Dan pada perayaan hari suci Saraswati umat Hindu meyakini sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan suci Weda dan menjadi guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segalakeinginanmanusia.
Umat se-dharma yang berbahagia, seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa setiap enam bulan sekali (210) sekali, tepatnya pada hari Sabtu (Saniscara) Umanis wuku Watugunung, dirayakan sebagai hari pawedalan SangHyang Aji Saraswati sebagai simbol hari turunnya ilmu pengetahuan suci. Perayaan ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa angayubagya, puji syukur kepadanya-Nya atas diturunkannya ilmu pengetahuan suci bagi umat manusia; disamping itu memohon kelanggengan ilmu pengetahuan atasu Samyagjana. Pada malam harinya, dilaksanakan "sambang samadhi" dan pembacaan lontar, pustaka, kitab-kitab suci dengan harapan dapat menemukan Saraswati di dalam diri.
Makna Hari Raya Saraswati Bagi Umat Hindu, Hari raya Saraswati adalah hari yang sangat penting bagi umat hindu, khususnya bagi para brahmancarin / penggelut dunia pendidikan karena Umat Hindu mempercayai hari Saraswati adalah turunnya ilmu pengetahuan yang suci kepada umat manusia untuk kemakmuran, kemajuan, perdamaian, dan meningkatkan keberadaban umat manusia.
Dewi Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.
Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi yang duduk diatas teratai dengan berwahanakan se-ekor angsa (Hamsa) atau seekor merak, berlengan empat dengan membawa sitar/vina dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka dan tangan kiri satunya ikut memainkan gitar membawa sitar/vina dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kanan membawa pustaka dan tangan kiri satunya ikut memainkan vina atau bermudra memberkahi.
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu unsur untuk meningkatkan tarap hidup manusia. Betapa pentingnya ilmu pengetahuan itu bagi manusia sehingga di dalam ajaran Agama Hindu diabadikan dalam bentuk simbolis Dewi Sarasvati. Sarasvati adalah sebuah nama suci untuk menyebutkan sosok Dewi Ilmu Pengetahuan. Kata Sarasvati berasal dari kata “saras” dan “vati”. Saras memiliki arti mata air, terus menerus atau sesuatu yang terus menerus mengalir. Sedangkan kata vati berarti memiliki. Dengan demikian Sarasvati berarti sesuatu yang memiliki atau mempunyai sifat mengalirkan secara terus menerus.
Berkaca dari sejarah turunnya ilmu pengetahuan ini, sudah seyogyanya, segenap generasi muda Hindu dan umat se-dharma, memaknainya dengan lebih meningkatkan pengetahuan diri terhadap berbagai bidang pelajaran yang diikutinya. Perayaan Saraswati hendaknya tidak berhenti pada ritualitas belaka, namun sudah barang tentu, harus diikuti dengan praktek nyata peningkatan kemampuan sang diri / masing-masing individu pada bidang ilmunya dengan swa dharmanya masing-masing.
Kenapa Ilmu Pengetahuan dilambangkan dengan wanita cantik? Ilmu pengetahuan diibaratkan demikian karena memang ilmu pengetahuan sangatlah menarik umat manusia sehingga selalu untuk mendekat, mempelajarinya. Dewi Saraswati sejatinya adalah “Sakti” dari Dewa Brahma, simbul pencipta alam semesta. Secara filosofis, segala macam bentuk penciptaan semuanya bersumber pada ilmu pengetahuan. Dengan dilambangkan dengan kecantikan diharapkan umat manusia yang masih diliputi awidya, atau kegelapan, mampu melepaskan diri untuk bangkit mencapai pencerahan dan penerangan lahir dan bathin.
Penampilan dewi yang cantik dengan busana putih bersih berkilauan, melambangkan ilmu pengetahuuan itu sangat mulia, selalu menarik untuk dipelajari oleh siapapun. Alat musik gitar (wina) melambangkan unsur mutlak ilmu pengetahuan berasal dari hukum alam yang tercipta melalui melodi alami dan citarasa seni Sang Pencipta. Kitab suci (kropak) melambangkan tempat tertuangnya berbagai petunjuk ajaran suci sebagai sumber ilmu pengetahuan material maupun spiritual. Genitri (aksamala/tasbih) melambangkan ilmu pengetahuan bersifat kekal, tidak terbatas, tidak akan ada akhirnya dan habis-habisnya untuk dipelajari. Bunga Teratai, melambangkan kesucian ilmu pengetahuan yang murni, tidak tercela. Burung Merak, melambangkan sifat ilmu pengetahuan itu memberikan suatu kewibawaan bagi yang telah memahami dan menguasainya. Angsa putih, melambangkan ilmu pengetahuan itu dapat memberikan petunjuk untuk bersikap bijaksana dalam membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Dalam kekawin Saraswati bait paling terahir di sebutkan:
Apan kita ka wekasin karajani dewi
Ahim kita sih anuraga paweka dewi
Apan kita gunawan panewakanin dewi
Kita pemastu winuwus kita wasta dewi,
Artinya:
Beliau Sang Hayng Aji Saraswati yang menganugrahkan semua ilmu Pengetahuan.
Beliau yang memberikan kesejahtraan dan kebahagian
Beliau yang paling utama,
Beliau yang menciptakan semua yang ada
Makna dari Perayaan Hari Saraswati :
Kita harus bersyukur kepada Tuhan atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua.
Dengan vidya kita harus terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebenaran sejati (sat) dan kebahagiaan abadi.
Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya (ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma, dan akhirnya tercapailah nirwana.
Kita belajar untuk menjadi orang yang lebih bijaksana seperti binatang Angsa. Angsa bisa menyaring air, memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang keruh/kotor atau lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti buruk merak yang berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di hutan.
Rangkaian hari raya Saraswati dilanjutkan Besoknya pada hari Radite (Minggu) Paing wuku Sinta di-langsungkan upacara Banyu Pinaruh. Kata Banyu Pinaruh artinya air ilmu pengetahuan. Upacara yang dilakukan yakni menghaturkan laban nasi pradnyam dan air kumkuman. Hari redite paing wuku sita/banyu pinaruh merupakan hari pembersihan diri dalam mempejari ilmu pengetahuan.
Dalam lontar silakrama halaman 90 di sebtutkan:
Abdhir Gatrani suddhayanti,
Manah satyena sudhayanti,
Widyatapobhyam bhrtatma,
Buddhir Jnannena sudhayanti.
Artinya :
Tubuh dibersihkan dengan air,
pikiran di bersihkan dengan kejujuran,
Roh/atman di bersihkan dengan ilmu dan tapa,
akal di bersikan dengan kebikaksanaan.
Marilah kita sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun kita jadikan perayaan hari raya Sarswati sebagai media perenungan terhadap hakekat sang diri, dalam memaknai ilmu pengetahuan itu sendiri. Proses penggalian pengetahuan itu hendaknya dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. Niscaya, temuan-temuan baru yang berguna bagi kehidupan umat manusia.
Selamat Hari Raya Saraswati, Semoga Pikiran yang baik datang dari segala Penjuru.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om
Senin, 09 Desember 2019
karmasaya
Senin, 18 November 2019
satvika Vidya
Minggu, 17 November 2019
busana/Kawaca dalam Diri
Jumat, 15 November 2019
Nunggalang Idep
Rabu, 06 November 2019
cakra Dharma
Selasa, 05 November 2019
jangan Hiasi Hidup dengan Kebencian
Tri Sarira
amrtistha Pavana
Sabtu, 02 November 2019
catur Dharma sadhanam
Kamis, 31 Oktober 2019
satvika Vidya
karakteristik kitab suci weda
satyam Nasti Paro Dharma
Senin, 28 Oktober 2019
swatantra Katah
Sabtu, 26 Oktober 2019
tri Bhoga
Jumat, 25 Oktober 2019
sifat satvika
Kamis, 24 Oktober 2019
Tri Sakti
Selasa, 22 Oktober 2019
Dharma Raksatah raksitah
Senin, 21 Oktober 2019
yadnya sbg kewajiban dari kitab suci Weda
Kamis, 17 Oktober 2019
Tumbuhkan sikap saling memaafkan
Rabu, 16 Oktober 2019
aparoksa anubhuti
Selasa, 15 Oktober 2019
yadnya patni
Kroda
Senin, 14 Oktober 2019
Kirtanam
*Mutiara Weda*
15/10/2019
*Kirtanam*
*Umat se-dharma, umat Hindu dalam melakukan pemujaan kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan jalan menyanyikan lagu lagu pujaan atau doa doa pujaan di sebut dengan *Kirtanam* sebagai bagian dari *Nava Vida Bhakti*
Melalui Kirtanam umat Hindu melaksanakan *bhakti* guna membuka pintu *Padma Hrdaya* untuk menstanakan Tuhan di dalam diri yang diucapkan dengan tiga cara yaitu :
*Vaikhari*, dengan cara suara yang jelas dan dapat di dengar
*Upamsu*, dengan gerakan lidah tanpa suara.
*Manasika*, diucapakan dalam hati yang paling dalam.
*Untuk itu*, Sebagai umat Hindu lakukan Kirtanam sebagai wujud rasa Bhakti sehingga sang jiwa dapat menguasai Budhi, Budhi menguasai Manah serta Manah menguasai Indrya. Niscaya setiap manusia akan mampu mengendalikan diri sehingga sadar serta selalu berbuat yang baik dan benar.
(Bhagavata Purana, VII, 5.23)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Sabtu, 12 Oktober 2019
Meyadnya sbg kewaajiban suci
*Mutiara Weda*
13/10/ 2019
*Yadnya sebagai Kewajiban Suci*
*Umat se-dharma*, Dalam kitab suci Weda Samhita mengajarkan umat Hindu untuk selalu Angayubagya & mewujudkan rasa Bhakti kehadapan sang maha Pencipta dengan jalan *meyadnya* sebagai suatu kewajiban suci dalam bentuk bahasa *Mona*
Di samping bahasa Mona, dalam meyadnya juga mengenal bahasa tulis yaitu kitab suci *Weda Samhita* serta menggunakan bahasa sehari-hari *Seha*
*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk melakukan Yadnya sebagai kewajiban dari kitab suci Weda, dengan landasan pemikiran yang lengkap, bulat, *dilaksanakan sesuaikan dengan Kemampuan* yang dilandasi hati yang tulus dan suci *Ikang yadnya Ingaranan Pakahyunan sane hening suci, tulus tur jangkep*
( Lontar Yadnya prakerti)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Jumat, 11 Oktober 2019
Purwa Karma
*Mutiara Weda*
12/ 10 /2019
*Purwa Karma*
*Umat se-dharma*, perbuatan perbuatan terdahulu menentukan kehidupan kita yang sekarang. Begitu pula pahala baik atau buruk yang diperolehnya saat ini berdasarkan pada perbuatan baik atau buruk pada masa yang lalu *Purwa Karma*.
Semua bekas bekas perbuatan terdahulu *Karma Wesana* akan dikecap hasilnya oleh yang berbuat, tak akan pernah keliru dan tak akan mungkin menyimpang dari pelakunya.
*Oleh karena itu*, gunakan kesempatan menjelma menjadi manusia dengan baik untuk melakukan kerja baik *Subhakarma* . Dengan menggunakan akal & pikiran untuk membedakan antara perbuatan baik dan buruk dengan memegang teguh *Dharma* sebagai sumber ajaran moralitas *tata susila* tentang keutamaan perbuatan baik, mengingat perbuatan sekarang menentukan kehidupan di akhirat nantinya. (Kitab Agni Purana & SS. 7-11)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Kamis, 10 Oktober 2019
Tri Agni
*Mutiara Weda*
11/ 10/ 2019
*Tri Agni*
*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam melakukan kegiatan keagamaan tidak bisa lepas dari unsur *api* sebagai sarana yang sangat penting, diwujudkan dalam bentuk *dupa*, *Dipa* dan *obor* yang berasal dari tiga sumber/benih *Tri Agni*: Api suci, api pawamana dan api pawaka.
Api di dalam Veda disebut dengan *Agni*. Benih api yang bersumber dari matahari namanya *Api suci*, benih api yang bersumber dari dalam kandungan air *Api pawamana* sedangkan api berasal dari benih kandungan Ibu Pertiwi/ tanah disebut *api pawaka*
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu harus menyadari begitu besar makna dan fungsi api bagi umat Hindu dalam melakukan kegiatan keagamaan yang dapat berfungsi sebagai *pendeta* pemimpin dalam upacara, begitu juga sebagai perantara yg menghubungkan antara pemuja dengan yang dipuja, serta sebagai *saksi* upacara keagamaan yang dalam pelaksanaannya sesuai dengan sastra, drsta dan loka drsta atau Desa, kala, Patra dan guna.
(Kitab Agastya Parwa dan Rgveda 1.1.1)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Rabu, 09 Oktober 2019
Panca Maya Kosha
Mutiara Weda*
10/10/2019
*Panca Maya Kosha*
(Lima lapisan badan spiritual)
*Umat se-dharma*, jika kita renungkan renungkan tubuh manusia ini tersusun atas lapisan badan sebagai wahana sang Atma menjalankan.siklus reinkarnasi, baik sebagai maklhuk Biologis maupun sebagai makhluk spiritual. Secara Biologis susunan tubuh manusia terdiri dari kulit, rambut, tulang dll, sedangkan Susunan tubuh manusia secara spiritual sesuai dengan falsafah Hindu terdiri atas badan kasar / stula sarira dan badan halus /suksme sarira.
Badan halus /suksme sarira, tubuh manusia dilapisi lima lapisan badan spiritual yang di sebut *Panca Maya Kosha* diantaranya :
*Annamaya Kosha*, lapisan paling luar dari tubuh yang terbentuk dari sat makanan.
*Pranamaya Kosha*, lapisan badan yang tersusun dari pembentuk kehidupan yang ada di alam semesta berupa *energi Prana*.
*Manomaya Kosha*, lapisan yang terbentuk dari energi pikiran biasa yang berupa *suksme sarira* dan *karana sarira*
*Vijnana maya Kosha*, lapisan badan yang terbentuk dari energi pikiran yang halus dan dengan kesadaran.
*Ananda maya Kosha*, lapisan badan yang tersusun dari energi pikiran yang yransenden yg lebur dalam parama santih dan kedamaian yang sempurna.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani dalam mencapai kebahagian hidup baik manah santih maupun parama santih, Moksartham - jagadhita dengan landasan pengetahuan Panca Maya Kosha dalam praktek praktek ajaran kerohanian bagi umat Hindu secara Universal.
( weda Samhita dan Upanisad)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Selasa, 08 Oktober 2019
Anyekung Jnana
*Mutiara Weda*
09/ 10 /2019
*Anyekung Jnana*
*Umat se-dharma*, betapapun indahnya sebuah taman pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan seindah apapun, masih akan Ada benih benih kekotoran tertinggal didalamnya, *Tak Ada gading yang Tak Retak* tak ada manusia sempurna.
Setiap manusia pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan. jangan pernah bermimpi merasa diri paling *kuat* dan paling sempurna.
*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu *rendah hati*, *mulatsarira* dan Anyekung jnana serta *sadar akan diri* , demikian juga, untuk selalu menjaga keseimbangan kualitas diri antara : Wihara /mental, ahara/Intelektual dan Ausadha/Kesehatan sehingga terwujudnya umat manusia yang memiliki kemantapan kualitas mental rohani yang kokoh.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Senin, 07 Oktober 2019
Swa dharma
*Mutiara Weda*
08/10/2019
*Swa Dharma* & *Para Dharma*
*Umat se-dharma*, Melakukan tugas, kewajiban dan tanggung jawab sendiri *Swadharma* walaupun tidak sempurna lebih mulia daripada melaksanakan tugas orang lain *Para Dharma*. Lebih mulia mati menjalankan tugas sendiri *Drewya Yadnya* daripada mati dalam menjalankan dan melaksanakan kewajiban orang lain / para dharma. *JANGAN PERNAH RAGU DALAM MENJALANKAN SWA DHARMA*
Melaksanakan tugas dan kewajiban diri sendiri sesuai dengan ajaran agama di sebut *Swadharma* sedangkan melaksanakan tugas dan kewajiban orang lain di sebut *Para Dharma*
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu pegang teguh dan sadar akan tugas dan kewajiban masing masing *Swadharma* dalam menjalankan *Dharma agama* serta mengembangkan tatanan kehidupan umat Hindu yang baik dan benar melalui: *cara* / marga, *ukuran* : Pramana, *Tujuan* : Artha , *karakter* : Guna, *pola kehidupan* : Ashrama, *persembahan* :Yadnya, *keyakinan* : Sradha, *kemuliaan* : Paramartha, *citta*:budhi, *keharmonisan* :Sundaram. Niscaya akan dapat mengetahui hakekat kerja/ *karma* yang sebenarnya dan menjalankan *swa dharma* dan *para dharma* dengan baik dan benar.
( BG. III.35 & Weda Samhita)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Minggu, 06 Oktober 2019
Matsarya
Mutiara Weda*
07/10/2019
*Matsarya : Iri hati*
*Umat se dharma*, jika direnung renungkan Dalam mengarungi kehidupan di dunia maya pada ini, menjauhkan diri dari rasa dengki dan rasa iri hati *Matsarya* sebagai suatu kewajiban dasar dalam membangun tatanan kehidupan umat Hindu yang Satyam, Sivam dan Sundaram. Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama.
Manakala bathin diselimuti oleh rasa iri hati, dengki *Matsarya* pada sesama jika melihat kelebihan orang lain, dapat dipastikan keadaan orang seperti inilah sesungguhnya orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini yang teramat sulit untuk disembuhkannya.
*Untuk itu*, setiap umat manusia, jauhkan.diri dari sifat Iri hati dan jangan melakukan tindakan yang terlarang, tercela dan sukar untuk di capai, dengan jalan melakukan Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran / *Manah*.
(S.S.89-91)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Jumat, 04 Oktober 2019
Tri kala
*Mutiara Weda*
05/10/2019
*Tri Kala* : Tiga Waktu
*Umat se-dharma*, umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.
Waktu Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :
*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.
*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.
*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau Tri Sandhya dengan baik sehingga proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Senin, 30 September 2019
Vyapaka Sauca
Mutiara Weda*
01/10/2019
*Vyapaka Sauca*
*Umat Se-dharma*, membersihkan diri ataupun mengatur suhu badan *Vyapaka Saoca* sebagai salah satu dari tahapan awal yang sangat penting dalam berhubungan dengan sang maha Pencipta.
*Vyapaka Sauca* merupakan Mandi membersihkan badan dan menjaga kestabilan pisik / lahiriah yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai rangsangan keinginan dan dapat kehilangan keseimbangan mental ataupun kualitas mental rohani.
*Untuk itu* sebagai umat Hindu selalu melakukan pensucian diri baik lahir maupun bathin *Yama maupun Nyama*, dengan jalan membersihkan diri atau *Vyapaka Sauca* sebelum melakukan Hubungan dengan Sang maha Pencipta/ Hyang Widhi baik dalam Semadhi maupun dalam melakukan Asanas. termasuk mengatur suhu tubuh atau Angga sarira (Weda Samhita)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Minggu, 29 September 2019
Hakekat Hidup Untuk Bekerja
Mutiara Weda*
30/ 09 /2019
*Hakekat Hidup Untuk Bekerja*
*Umat se -dharma*, Hidup menjelma menjadi manusia sangatlah pendek dan sesungguhnya hidup ini adalah untuk Berkarma sesuai dengan Swadharma masing masing, tak seorangpun luput dari kuasa Tuhan ini.
Tat kala kuasa Tuhan menjemputnya, jiwa manusia terasa memberontak dan menjerit dalam hatinya, namun apalah daya, yang pasti manusia harus bekerja dan bekerja dalam hidup ini. Tanpa kerja manusia tak akan pernah mencapai kebebasan, tanpa kerja tak akan pernah mencapai kesempurnaan.
*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat manusia untuk selalu *Berkarma*, Tak seorangpun luput dari kerja,setiap manusia dibuat tidak berdaya oleh hukum alam yang mewajibkan untuk bekerja, mau tidak mau, suka tidak suka, dipaksa untuk bekerja tanpa kerja hiduppun tak akan mungkin, mengingat seluruh *Karma* dengan *Karma Wesana* sebagai jalan menuju alam kebebasan yang abadi *Bhukti Mukti pada*
( BG.III.4,5 / SS. 31-33)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Jumat, 20 September 2019
Dharma Vahini
*Mutiara Weda*
21/09/2019
*Dharma Vahini* : Pancarkan Isi Kitab suci Veda
*Umat se-dharma*, Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran, tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta, Dharma harus ditegakkan.*satyam nasti paro dharma*
kuatnya *Sradha* menjadi inti hakekat ajaran Hindu, jalankan ajaran Dharma dengan benar, penuh keyakinan dan kemantapan hati tanpa dibayang bayangi oleh keragu raguan.
Manakala beragama dilandasi dengan perasaan ragu , dapat dipastikan akan rapuhnya pondasi dasar agamanya *sangatlah berbahaya*, siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, Dharma raksitah*
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan & Perkokoh keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini* baik * Weda Sruti maupun * Weda Smerthi* sebagai pedoman dan pegangan Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud.
(Slokantara ,3.7 & BG.III.35)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Rabu, 18 September 2019
Belajar melihat kebaikan.orang.lain
*Mutiara Weda*
19 / 09 /2019
*Belajar Melihat Kebaikan orang Lain*
*Umat se- dharma*, Mencari dan menemukan kebahagiaan serta kesenangan bathin dengan cara mencari kekurangan dan kelemahan orang lain, ibaratkan menuai racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.
Sebagai umat manusia sudah semestinya untuk selalu belajar melihat sisi-sisi baik dari orang lain dan menhindari untuk mencari cari kelemahan serta kekurangan dari orang lain.
*Untuk itu*, sebagai umat Hiindu, Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala kita selalu melihat sisi indah & sisi baik orang lain, suatu ketika akan berjumpa dengan bagian dari diri kita yang terindah" dengan menampakkan kesadaran rohani melalui peningkatan kualitas spiritual *Samyag Jnana* dengan cara selalu melihat ke dalam diri masing masing *Mulatsarira* & *Anyekung Jnana*. (SS.341-345)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Jumat, 13 September 2019
Tri kala
*Mutiara Weda*
14/09/2019
*Tri Kala* : Tiga Waktu
*Umat se-dharma*, umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.
Waktu Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :
*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.
*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.
*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau Tri Sandhya dengan baik sehingga proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Selasa, 10 September 2019
Tri sakti
Mutiara Weda*
11/09/2019
*Tri Sakti*
*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dirinya, ketiga sifat itu di sebut *Tri Sakti*
Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :
*Sakti Dharma* : sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab
*Sakti Kama*: pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang pada puncak kesuksesan.
*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.
*Untuk itu* , sebagai umat Hindu bangun kekuatan yang ada dalam diri manusia *Tri Sakti* tersebut dengan menyelaraskan pengaruh Guna atau Tri Guna dengan melatih kesabaran dan ketenangan sehingga terhindar dari Prilaku prilaku buruk atau Asubha Karma. ( Weda Samhita & BG.XII.11)
Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Senin, 09 September 2019
Selalu bersyukhur
*Mutiara Weda*
10/ 09 /2019
*Selalu Bersyukhur*
*Umat se-dharma*, jika kita renungkan hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini di ibaratkan seperti Roda pedati yang selalu berputar putar, silih berganti, suka maupun duka.tak satupun manusia mampu menahan dan merubah Kuasa Tuhan.
Rasa Suka dan Duka akan selalu datang silih berganti dan selalu berdampingan serta Kebahagiaan yang dianugerahkan-Nya itu tidak bisa diukur dari seberapa banyak yang dimilikinya, melainkan seberapa rasa angayubagya yang bisa diungkapkannya .
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk wajib selalu bersyukur dan memanjatkan rasa angayubagya apapun yang di anugrahkan Hyang Widhi dan menyadari bahwa Hyang Widhilah yang mengatur semuanya dengan *Karma Wesana* sebagai tolok ukurnya.
(Kitab Slokantara, 84.76.hal. 297)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Minggu, 08 September 2019
Hakekat Hidup
*Mutiara Weda*
09/09/2019
*Hakekat Hidup* : Membenahi diri
*Umat se-dharma*, Hakekat hidup yang sebenarnya menjelma menjadi manusia adalah Belajar. Belajar untuk membenahi diri.
Belajar untuk Membenahi diri walaupun teramat berat, Belajar untuk Mensyukuri walaupun tidak rela. Belajar sabar walaupun di hujat, belajar memberikan doa & restu walaupun di caci dan di maki.
*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan Dinamika, godaan dan cobaan untuk selalu memanjatkan rasa angayubagya, bersyukur , berlapang dada *Lascarya* dan berpasrah kepada-Nya dan memegang teguh ajaran Dharma. niscaya akan menemukan arti hidup yang sebenarnya.
(Kitab Ramayana , SS. 1-2)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Sabtu, 07 September 2019
Berkata yang Baik dan Benar
*Mutiara Weda*
08/ 09 /2019
*Berkata yang Baik & Benar*
*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar / Wacika, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang.*Jangan berbohong*
Demikian pula, jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.
*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma pada kehidupan sehari hari dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar serta enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Jumat, 06 September 2019
Hilangkan buruk sangka
*Mutiara Weda*
07/ 09 /2019
*Hilangkan Buruk Sangka*
*Umat se-dharma*, Segala bentuk praduga & prasangka terhadap orang lain haruslah dihilangkan, Selama jiwa masih dibelenggu oleh prasangka dan praduga dapat dipastikan, tidak akan pernah mendapatkan *Kenyamanan, ketenangan & kedamaian bathin* dalam mengarungi kehidupan.
Manakala nilai - nilai dharma meredup dan bahkan luntur, maka dapat dipastikan keributan dan kekacauan akan terjadi, cahaya kejujuran, keadilan, ketenangan dan kedamaian, akan berhenti bersinar berujung pada *kebencian, perselisihan dan pertengkaran.
*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan buruk sangka dengan belajar *Anyekung Jnana* mengendalikan Indrya ataupun pikiran melalui *Tapa*. Niscaya akan dapat terwujudnya keleluasan dalam mencari jalan dharma *Satyam, Sivam dan Sundaram*. (kitab Sundarigama & SS.37)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Kamis, 05 September 2019
Kesadaran
*Mutiara Weda*
06/ 09 /2019
*Kesadaran*: sebagai Benteng Diri
*Umat se-dharma*, Tatkala Orang telah memiliki tingkat kesadaran diri dapat dipastikan hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma* serta mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya *dharma vahini*
Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan yang berguna bagi diri sendiri dan berguna bagi orang lain *kesadaran diri* sebagai benteng atau pagar bagi sang diri.
*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran diri dengan menampakkan nilai keindahan dan keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha* akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Rabu, 04 September 2019
Karma swatantrya
*Mutiara Weda*
05//09/2019
*Karma- Swatantrya*
*Umat se-dharma*, Pada hakekatnya setiap manusia adalah *pemimpin* & *Penguasa* dari nasibnya sendiri dan menjadi *faktor penentu* dari kehidupannya serta bertanggungjawab atas *suka* maupun *Duka* yang dialaminya saat ini *Wartamana* maupun di masa yang akan datang nantinya *Nagata*
Manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hasil dari perbuatannya *Bhoga Swatantrya* tapi *setiap manusia memiliki kebebasan* untuk menentukan penyebab dari perbuatan itu sendiri *Karma-Swatantrya*.
*Maka dari itu* sebagai umat manusia Lakukan setiap pekerjaan sebagai suatu kewajiban *Swadharma* dan jangan terikat pada hasil serta Lakukan kerja dengan tanpa Pamerih *Seva*, niscaya kebahagiaan sejati akan dapat terwujud.*
(BGIII.19 & kitab Arjuna Wiwaha)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Selasa, 03 September 2019
Weda Tuntunan Hidup
Mutiara Weda*
04/09/2019
*Pustaka suci Weda :Tuntunan Hidup*
*Umat se-dharma*, Ida SangHyang Widhi Wasa menurunkan agama ke dunia ini, bukan sebagai media untuk saling merendahkan, saling menjatuhkan, saling membenci dan saling memfitnah bahkan saling membunuh satu sama lainnya.
Ida Hyang Widhi Wasa menurunkan agama dengan kitab suci Weda Samhita ke dunia ini justru untuk dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan bagi setiap umatnya dalam membangun nilai moral , etika , Karakter dan Budhi pekerti luhur sehingga dalam hidup terpancar suasana yang nyaman, damai dan menyejukkan bagi semua orang.
*Untuk itu*, setiap umat Hindu wajib untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan isi kandungan kitab suci Weda secara benar serta memiliki rasa malu pada Hyang Widhi Wasa manakala agama yang diwahyukannya itu disalahgunakan untuk saling menjatuhkan, membenci serta saling menghujat dan selalu berusaha untuk mengendalikan musuh musuh yang ada dalam.diri setiap manusia *Sad Ripu*,* Sadatatayi* dan *Sapta Timira*
( kitab Upadesa & Ramayana kekawin)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta ..
Senin, 02 September 2019
Bertutur kata yang Benar
Mutiara Weda*
03 / 09/2019
*Bertutur kata yang Benar*
*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar / Wacika, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang.*Jangan berbohong*
Demikian pula, jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.
*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma pada kehidupan sehari hari dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar serta enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Minggu, 01 September 2019
Kamoksan
*Mutiara Weda*
02/09/2019
*Kamoksan sbg Kebahagiaan Sejati*
*Umat se-dharma*, Aji *Kelepasan*, *Kedyatmikan* atau Aji *Kamoksan* merupakan salah satu Sradha dalam ajaran Hindu sebagai tujuan hidup tertinggi dan kebahagiaan sejati *Suka Tanpa Waliduhka*.
Kebahagiaan sejati akan dapat dicapai tattkala terlepasnya Atma dari ikatan *Maya* dan menyatu pada *Brahman/ sang maha Pencipta* dengan melepaskan semua bentuk ikatan keduniawian yang sering di kenal dengan nama *sakti / prakerti*.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran *Kedyatmikan*, *Kelepasan*, *Keparamarthan* atau *Kamoksan* sebagai salah satu Sradha dalam mewujudkan Kebahagiaan sejati *Sat, Sit dan Ananda* melalui pelaksanaan Catur Marga Yoga secara utuh serta membebaskan diri dari pengaruh Tri Guna sehingga *tubuh / Angga sarira*, betul betul dapat dijadikan alat untuk mencapai Moksa *Moksanam sariram sadhanam.
( Brahma Purana, 228.45 dan BG. XVIII.54)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Sabtu, 31 Agustus 2019
Petakan Diri
Mutiara Weda*
01/ 09 / 2018
*Petakan Diri sesuai Swadharma*
*Umat se-dharma*, jika kita camkan dan kita renungkan *Bunga Seroja demikian Wanginya namun dia punya kelemahan tangkainya berbulu dan sangat menggatalkan, *Gunung Himalaya* yang menjulang tinggi, sangat mempesonakan ternyata dia punya kelemahan yaitu ditutupi salju. *Demikian juga halnya dengan *dewa Siwa sebagai raja dari para Dewa memiliki kekurangan kerongkongannya *berwarna Hitam*.
Menjelma menjadi manusia dalam kehidupan ini penuh dengan keterbatasan, tak ada manusia sempurna dilahirkan di muka bumi ini *Tan hana wwang suastha anulus, pasti memiliki kekurangan dan pasti memiliki kelemahan.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam menjalankan kehidupan ini untuk selalu *Belajar* , *mengenali*, *memetakan diri* dan memposisikan diri sesuai dengan Identitas atau *swadharmanya* masing masing serta menggunakan *Wiweka* dengan baik dalam kesehariannya. Pancarkan selalu energi positif yang ada dalam diri / *Padma Hrdaya*, belajar menerima kekurangan diri sendiri dan belajar pula menerima ketidaksempurnaan orang lain.
(kitab Vedanta & Slokantara 80)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Jumat, 30 Agustus 2019
Hidup tanpa kebajkan
*Mutiara Weda*
31/08/2019
*Hidup tanpa kebajikan ibarat padi tanpa Isi*
*Umat se-dharma*, jika dicamkan Sesungguhnya dalam hidup ini tatkala miskin akan nilai - nilai kebenaran dan miskin akan nilai - nilai kebajikan sama nilainya dengan orang yang sudah "mati " tiada guna.
Hidup yang tanpa Guna adalah hidup tanpa nilai kebajikan ibaratkan padi tanpa isi dan bagaikan upacara keagamaan tanpa doa - doa pujaan.
*Untuk itu*, mantapkan nilai - nilai kebenaran dan kebajikan dalam setiap kehidupan dengan selalu berpikir, bertutur kata dan bertindak yang baik dan benar serta memegang teguh nilai - nilai agama / Dharma dalam keseharian " Sura Dira Jayengningrat lebur dening Pangastuti ".
( M.DS .138/ SS.280 )
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Kamis, 29 Agustus 2019
Swa dharma
*Mutiara Weda*
30 / 08 /2019
*Swa dharma* : sebagai kewajiban Hidup
*Umat se-dharma*, Orang yang Baik dan kuat itu walaupun dia dalam kondisi sangat kekurangan sekalipun, dia tak akan pernah melakukan pekerjaan hina dan tercela, ibaratkan seekor harimau,walaupun dipotong kakinya dia tak akan pernah mau memakan rumput, Swadharma sebagai pegangan hidupnya dengan pengamalan nilai nilai Dharma kekuatannya *Sevaka Dharma*
Memegang teguh dan mengaplikasikan norma agama merupakan suatu kewajiban *Swadharma* setiap umat manusia. Manakala, perbuatan menyimpang dari ajaran *dharma* maka dapat dipastikan hidupnya akan kehilangan arah, menderita, dan cendrung mendapatkan kehancuran, bencana serta malapetaka.
*Untuk itu*, sebagai umat manusia tunjukkan dan mantapkan kualitas beragama dengan baik melalui Pengamalan, penyerahan diri secara total, *Atmanivedanam* serta memantapkan hubungan cinta-kasih *bhakti* dengan Ida SangHyang Widhi Wasa berlandaskan pada Pengetahuan suci *abhideya-jnana*
(Sabdakalpadruma III.463b
& Ramayana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Rabu, 28 Agustus 2019
Eka citta
*Mutiara Weda*
29/08/ 2019
*Eka Citta : Nunggalang Idep*
*Umat se -dharma*, Menyatukan semua tattwa yang ada di bawah Buddhi di sebut Eka Citta atau Eka Buddhi. Tattwa yang ada di bawah buddhi adalah *Ego* :Ahangkara tattwa, *Pikiran* : Raja Indrya tattwa dan Dasendrya tattwa.
Ketika semua tattwa itu menyatu maka seluruh obyek tidak akan kelihatan lagi, sehingga Citta atau pikiran bisa disatukan untuk tujuan yang lebih tinggi dari citta yang disebut dengan *Purusha*.
*Untuk itu*, bersihkan citta atau pikiran, kendalikan *Indrya* dengan selalu *mulat sarira* dan *sadar akan adanya keadaan alam pikiran *Citta* Serta mantapkan pengetahuan rohani *Jnana* dan Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri kita masing masing sehingga terwujudnya alam citta yang maha tinggi ,,*Purusha*.
(Kitab Yajurveda: 17.31 & wrhaspati tattwa. 16)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Senin, 26 Agustus 2019
Panca Bahya Tusti
*Mutiara Weda*
27/08/2019
*Panca Bahya Tusti*
*Umat se-dharma*, ada lima kemegahan yang dapat memberikan kenikmatan dan kepuasan duniawi semata mata, yang dapat menghancurkan, menjerumuskan setiap umat manusia dan bahkan berakibat masuknya ke alam neraka atau alam Bhur Loka yang di sebut *Panca Bahya Tusti*.
*Panca Bahya Tusti* meliputi :
*Aryana*, senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menghitung baik maupun buruk dan dosa yang diakibatkannya.
*Raksasa*, melindungi harta dengan jalan segala macam upaya yang tidak baik.
*Ksaya*, takut akan berkurangnya harta benda dan kesenangannya sehingga sifatnya sering menjadi kikir.
*Sangga*, melakukan hubungan seksual yang tidak syah.
*Hingsa*, suka membunuh dan menyakiti hati makhluk lain.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jauhkan.diri dari perbuatan Panca Bahya Tusti yang tergolong
lima perbuatan manusia bersifat asubha karma yang hanya mementingkan kepuasan keduniawan tersebut yang patut dihindari dengan selalu menggunakan Wiweka dan memegang teguh ajaran Dharma. Niscaya tujuan hidup Catur Purusartha akan dapat terwujud.
(Weda Samhita)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.
Minggu, 25 Agustus 2019
Banten suci
*Mutiara Weda*
25/08/2019
*Banten Suci* : Upasaksi dalam Meyadnya
*Umat se-dharma*, dalam Pelaksanaan upacara keagamaan pada tingkatan tertentu penggunaan Banten Suci selalu menyertainya dalam bentuk tataban seperti sesayut, pulegembal maupun bebangkit sebagai perlambang Upasaksi turunnya Ida SangHyang Widhi Wasa dalam pelaksanaan Panca Maha Yadnya.
Penggunaan Banten Suci yang dilengkapi dengan sarana jajan sesamuhan yang berwarna putih sebagai wujud *Kesucian* dan warna Kuning perlambang *Kemakmuran*, di samping itu,
Hakekat Banten suci adalah sebagai *upasaksi* turunnya Ida SangHyang Widhi Wasa sehingga pelaksanaan Panca Maha yadnya berjalan dengan baik atau *Satvika Yadnya*.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantafkan keyakinan akan pelaksanaan panca yadnya dengan menempatkan ketulusan hati atau lascarya sebagai Inti utamanya dengan tetap berpedoman pada Sastratah, Gurutah dan Svatah dan *Catur Drsta*: Purwa / Kuna drsta, Loka drsta, desa drsta dan Sastra drsta, sehingga dapat meningkatnya kualitas diri menjadi lebih baik sampai mencapai tingkat kesempurnaan.( kitab Kusuma Dewa & Purwa Gama )
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Karma Patha
Mutiara Weda*
26/08/2019
*Karma Patha*
*Umat se-dharma*, jika kita renung renungkan dalam kehidupan sehari hari, Tatkala Orang telah memiliki tingkatan kesadaran akan sang dirinya dapat dipastikan hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma* serta mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.
Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan yang berguna bagi diri sendiri dan berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*
*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran diri dengan menampakkan nilai keindahan dan keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali duhka akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.
Kamis, 22 Agustus 2019
Tumbuhkan.sifat Kedewataan
*Mutiara Weda*
23/08/2019
*Tumbuhkan Sifat Kedewataan dalam Diri*
*Umat se-sedharma*, Menaburkan benih benih kebencian itu tidak akan pernah berakhir manakala dibalas dengan kebencian pula, tetapi kebencian akan berakhir dan sirna tatkala dibalas dengan sifat saling memaafkan dan welas asih dalam Catur Paramitha disebut *Maitri*
Sifat suka memaafkan dan sopan santun / *Maitri*,
Welas Asih/*Karuna*,
penuh simpati / *Mudita* dan menghargai budhi baik orang /*Upeksa* semuanya merupakan ajaran *Catur Paramitha* sebagai ciri dari sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tumbuhkan sifat sifat kedewataan yang ada dalam diri dengan berlandaskan ajaran Dharma dengan menjadikan.sifat *sang Sadhu* pedoman ; merunduk karena penuh kebajikan dan ilmu pengetahuan sucinya, merunduk ibaratkan padi karena berat buahnya. Niscaya akan terwujudnya umat manusia yang Bijak dan penuh dengan sifat sifat kedewataan.
( Ramayana Kekawin & SS.306-308)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Rabu, 21 Agustus 2019
Karmasaya
*Mutiara Weda*
22/08/2019
*Karmasaya*
*Umat se-dharma*, jika kita camkan ajaran catur weda Samhita, Terakumulasikannya perbuatan Dharma dan perbuatan adharma pada Karma seseorang di sebut *Karmasaya*.
Kemudian dari Karmasaya ini tumbuh tiga ( 3 ) hasil perbuatan atau pahala Karma berupa : Jati, Ayu dan Bhoga :
*Jati* : kelahiran baik atau buruk
*Ayu* : umur panjang atau pendek
*Bhoga* : kenikmatan atau penderitaan yang dialaminya.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam kehidupan ini betul - betul menggunakan *Wiweka* dan menimbang nimbang mana perbuatan Dharma yang wajib dilakukan dan mana perbuatan yang tergolong adharma sebagai perbuatan terlarang agar mendapatkan karma yang baik [Subha Karma] dalam menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negara.
[Santi parwa, VII.7,9]
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Selasa, 20 Agustus 2019
Keharmonisan
Mutiara Weda*
21/08/2019
*Keharmonisan : Tiang Penyangga Kehidupan Manusia*
*Umat se-dharma*, Hidup Menjelma menjadi manusia di muka bumi ini tidak bisa *disamaratakan* satu sama lainnya, sudah dibekali yang namanya Perbedaan, Kebhinekaan, keberanekaragaman, serta kemajemukan, yang perlu dijaga, dirawat, dipelihara dan dilestarikan, manakala Kedamaian & Keharmonisan mulai diabaikan, luntur dan bahkan Sirna dapat dipastikan akan mengalami kekacauan yang berujung pada kehacuran bagi kehidupan setiap umat manusia. Jadikan kedamaian dan keharmonisan sebagai penyangga kehidupandengan Kebhinekaan sebagai bingkainya berlandaskan Falsafah Satyam, Sivam dan Sundaram.
Tanpa memegang konsep ber-Tat Tvam Asi/ bertoleransi, jiwa manapun akan hancur hangus terbakar manakala dalam hatinya blm tertanam *rasa cinta kasih sayang* _PREMA_ pada sesama, Yang cendrung dapat menimbun benih - benih penyakit di dalam hati.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun tatanan kehidupan yang berlandaskan pada Satyam (Kebenaran), Sivam ( Kesucian) dan Sundaram (Keindahan, Keharmonisan) serta tanamkan Ajaran Tat Tvam Asi/ toleransi dengan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi : Adigang, Adigung dan Adiguna. Niscaya tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang damai, harmonis, rukun, tata / tentram serta saling Asah, Asih dan Asuh terwujud dengan Pancasila Sebagai perisainya dan Bhineka Tunggal Ika sebagai Falsafah hidupnya. ( SS.302-304 & Serat Wulang reh).
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Saraswati
Mutiara Weda*
13/ 10 /2018
*Saraswati : Turunnya Ilmu Pengetahuan Suci*
Umat se-dharma, Ilmu Pengetahuan suci *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran
dan kebahagiaan.
pada hari suci Saraswati umat Hindu meyakini sebagai hari turunnya Ilmu Pengetahua suci atau Pustaka suci Weda Samhita. Ilmu Pengetahuan suci *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam amenyelesaikan setiap persoalan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.
*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu Pengetahuan suci berupa *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)
*Rahajeng hari Suci Saraswati*
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Senin, 19 Agustus 2019
Prema Vahini
*Mutiara Weda*
20/08/2019
*Prema Vahini*
*Umat se-dharma*, jika kita lihat filsafat Hindu dalam sistem filsafat Samkhya kehidupan di dunia maya pada ini akan mendapatkan kebahagiaan atau jagadhita manakala adanya keseimbangan dinamika antara Purusa dan Predana. *Purusa* adalah unsur kejiwaan sedangkan *Predana* adalah unsur material.
*Purusa* juga disebut perlambang *laki laki* sedangkan *Predana* sebagai lambang *wanita* memberikan gambaran orang tua dalam memberikan kebahagiaan pada sang anak dengan landasan rasa cinta kasih sayang yang tulus *Prema Vahini*, tak ada rasa kasih sayang yang melebihi dari kasih sayang orang tua kepada anaknya "Norana sih mangeluwihaning atanaya".
*Purusa* dan *Predana* merupakan kekuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa dalam wujudnya sebagai bapak & ibu dari seisi alam semesta dengan tujuan tumbuhnya rasa dekat kehadapan-Nya dengan pancaran rasa cinta kasih sayang / *Prema Vahini*.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu, tumbuhkan selalu rasa kasih sayang yang tulus antar sesama umat manusia demikian pula bagi para orang tua pada sang anak dalam mewujudkan umat Hindu yang jagadhita dan kamoksan dengan memancarkan Rasa cinta kasih yang tulus pada seluruh umat manusia dan seisi alam semesta *Prema Vahini*
(Kitab Yadnya dan Bhakti hal.173-177 & Nitisastra)
Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Minggu, 18 Agustus 2019
Kroda : energi yang dapat Menghancurkan
*Mutiara Weda*
19/08/2019
*Kroda* : Energi yang dapat Menghancurkan
*Umat se-dharma*, Kemarahan /*Kroda* merupakan energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan* segala galanya manakala tidak mampu untuk mengendalikannya. tatkala jiwa bisa *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah / *Krodha* tersebut.
Pelayanan *Seva* yang paling mudah untuk dilakukan adalah *SENYUM* karena senyum itu adalah karunia Hyang Widhi yang bernilai tinggi,
Senyuman tidak saja sebagai jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tapi juga jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan.
Senyuman juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa, Jangan pelit dengan senyuman.
*Maka dari itu*, sebagai umat Hindu *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, hilangkan rasa benci dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN* baik *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Sabtu, 17 Agustus 2019
Catur Vidya
*Mutiara Weda*
18/08/2019
*Catur Vidya*
*Umat se-dharma*, dalam menjalankan Dharma Negara dan mewujudkan tujuan hidup/ Catur Purusa Artha, umat Hindu wajib untuk memahami isi kandungan pengetahuan suci atau ajaran kesucian yang di sebut *Catur Vidya*.
Catur Vidya merupakan empat dari cabang ilmu pengetahuan suci Weda Samhita dalam kitab Nitisastra dalam ilmu pemerintahan diantaranya :
*Anwiksaki* : menguraikan tentang teknologi Filsafat
*Weda Trayi* : Menguraikan tentang ajaran agama : reg, sama dan yajur Weda.
*Wartta* : menguraikan tentang ilmu Ekonomi atau kesejahtraan umat.
*Danda niti* : Menguraikan tentang ilmu politik dan ilmu hukum.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu khususnya Generasi muda Hindu haruslah memahami keempat cabang ilmu pengetahuan yang bersumber dari Weda samhita dalam mengarungi proses kehidupan dalam menjalankan Dharma Negara untuk mencapai tujuan hidupnya.( MDS.VII.43)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Selasa, 13 Agustus 2019
Indrya Mata
*Mutiara Weda*
14/ 08/2019
*Indrya Mata*
*Umat se-dharma*, hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan cobaan & godaan yang diakibatkan oleh kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* .
Kegelapan pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut *mata nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung menggunakan *KeAkuan* Sebagai jalan penyelesaiannya.
*Untuk itu*, Hilangkan kekotoran & kegelapan pikiran
dengan jalan mantapkan pengetahuan rohani *Jnana* dan tingkatkan Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta mengingatkan pikiran yang selalu akan dibayang bayangi kegelapan.
( Vreti sasana II b.78/1)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Minggu, 11 Agustus 2019
Karma wesana
Mutiara Weda*
12/ 08/2019
*Karma Wesana*
*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan oleh umat manusia bersifat mengikat dan selalu mengikuti langkah kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan baiknya dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*
*Karma Wesana* akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun pergi dan menentukan proses reinkarnasi/ lahir kembali nantinya. manusia bisa kita bohongi tapi Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala apa yang telah kita perbuat di masa kini.
*Untuk itu*, dalam kehidupan ini selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai ajaran Dharma.Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai.menuju alam Kamoksan nantinya. (Ramayana & Slokantara, 13.10)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .
Kamis, 08 Agustus 2019
Udana Wayu
Mutiara Weda*
09/08/2019
*Udana Wayu*
*Umat se-dharma*, setiap umat manusia tidak akan pernah lepas dari Siklus *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina*, kelahiran, kehidupan dan akhirnya menuju Kematian / kembali ke asal sebagai tiga kemahakuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa *Tri Kona*
Setiap Manusia hidup kedunia ini memiliki tenaga /kekuatan yang di sebut *Udana Wayu* atau *Prana halus*.
Udana Wayu inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, berpikir, berbuat dan bernafas dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*
(Kayika, Wacika da Manacika).
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan dan sucikan Udana Wayu dengan jalan tingkatkan selalu kualitas rohani, jaga kesucian diri, baik lahir maupun bathin *Yama & Nyama*, mengingat seluruh Udana Wayu adalah *Hiranyagarbha* / *Brahman* di dalam diri demikian juga di saat akan kembali ke asal, meninggal atau pralina, berkewajiban membisikan nama nama dari Ida SangHyang Widhi Wasa atau *nama smaranam* , aksara aksara suci Tuhan pada telinga orang yang meninggal sangat menentukan kehidupan yang akan datang dalam proses lahir kembali *reinkarnasi/ punarbhawa* sebagai sifat sifat dasar yang paling kuat. Niscaya *Moksa* dan *Jiwan Mukti* akan dapat dicapai. ( Sanatana Hindu Dharma hal.37-41)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Rabu, 07 Agustus 2019
Nafsu : Pintu Gerbang dari cobaan
Mutiara Weda*
08/08/2019
*Nafsu* : Pintu Gerbang dari Cobaan*
*Umat se-dharma, Jika di renung renungkan, musuh manusia yang paling utama bukanlah orang lain ,tapi ada dalam diri kita masing masing *Sad Ripu* dan menjadi pintu gerbangnya berbagai Cobaan dan.godaan hidup.
Diantara enam musuh ada dua yang paling berat yaitu *Kama* dan *Krodha*. Keduanya ibarat dua wajah dari berbagai nafsu dan kedua duanya adalah musuh yang mematikan.
*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia kendalikan nafsu dan amarah dengan memantapkan Kesabaran *Ksama* sehingga pintu pintu gerbang dari cobaan akan tetap terjaga . Niscaya kemuliaan dalam hidup ini akan dapat terwujud.
(SS.10, 93 & Ramayana Kekawin)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Minggu, 04 Agustus 2019
Atma, jiwatma.&Paramatma
*Mutiara Weda*
05/ 08/2019
*Atma*, *Jiwatma* & *Paramatma*
*Umat se-dharma*, Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini diciptakan Ida SangHyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha tunggal. Tuhan bersifat maha ada *Wibhu Sakti*, kekal abadi/ Sanatana, berada disegala tempat/ *Wyapi Wyapaka Nirwikara*
*Stula sarira* / badan wadag dapat bergerak disebabkan oleh Tuhan yang bersemayam.dalam diri manusia yang di sebut *atma* / *Jiwatma*. *Atma* adalah hidupnya hidup dari manusia yang asalnya dari Tuhan, atma yang bersemayam di dalam tubuh di sebut *Jiwatma*.
Perpaduan atman dengan raga menyebabkan manusia hidup yang juga disebut *JIWARAGA, NAMARUPA*.
*Untuk itu*, setiap umat Hindu perkokoh *Sraddha*/ keyakinan bahwa sesungguhnya Bagian dari Tuhan itu adalah Atma, bila Tuhan diibaratkan sebagai lautan maka atman itu hanyalah setitik embun, bila Tuhan diandaikan matahari maka atman itu merupakan percikan terkecil dari sinarnya,Tuhan asalnya atman sehingga di beri gelar *Paramatma* sebagai atman yang tertinggi. (Weda Samhita & BG.X.20)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Sabtu, 03 Agustus 2019
Catur Bekal Dumadi
*Muriara Weda*
04/08/2019
*Catur Bekal Dumadi*
[ empat bekal kita hidup]
*Umat se-dharma, Dalam ajaran agama Hindu, lahir menjelma menjadi manusia sangatlah mulia, sangatlah utama dan sangatlah sulit untuk diperolehnya, karena dengan menjelma menjadi manusia dapat menimbang nimbang mana yang baik dan mana yang buruk / *Wiweka* Demikian pula halnya dalam hidup ini, sebenarnya sudah dibekali dengan empat bekal hidup yang di sebut *Catur Bekal Dumadi* antara lain :
*Suka* : perasaan yang selalu senang, suka dan bahagia
*Dukha* : Rasa sedih ataupun rasa dukha selalu menyelimuti setiap umat manusia.
*lara*, Tak seorangpun manusia dapat terhindar dari Kesengsaraan karena hidup pada dasarnya adalah menderita.
*Pati*, setiap umat manusia tak luput dari Siklus kematian atau Pralina.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jalankan proses hidup dengan rasa Angayubagya, pergunakan kesempatan menjelma menjadi manusia untuk selalu berbuat Kebajikan / *Subha Karma*, serta sadar bahwa proses kehidupan akan mengalami siklus perputaran *Tri Kona* : *Utpeti*, stithi, Pralina dengan rwa bhineda selalu mendampinginya. Jangan terlalu berbangga dan berbesar hati manakala mendapatkan kebahagiaan dan jangan pula terlalu bersedih hati tatkala mendapatkan rasa dukha dan penderitaan, jalankan hidup ini dengan landasan Lascarya, Citta sudhi / Pikiran yang bersih, Nirahamkara/kendalikan emosi emosi gelap, laksanakan dhyana yoga/samadhi. Niscaya akan dapat menuju target Utama menjelma menjadi manusia yaitu *Kesadaran sejati*, memutus siklus samsara menuju *Moksa*.
( SS.3-6. & SS.473-474)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Jumat, 02 Agustus 2019
Kuningan :Peningkatan Kualitas Rohani
*Mutiara Weda*
03/08/2019
*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani
*Umat se-dharma*, Pada hari ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan yang jatuh pada hari ke 10 setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat Hindu melakukan persembahan dan pemujaan kehadapan SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.
Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari berlalu memasuki *masa pralina* energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.
*Untuk itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha* dengan memperbanyak introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. serta Bangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri. (Kitab Kala Maya Tatwa & Weda Samhita)
*RAHAJENG HARI SUCI KUNINGAN TINGKATKAN KUALITAS ROHANI & MANTAPKAN BENTENG SERTA KAVACA GAIB DLM DIRI*
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .