Selasa, 24 Oktober 2017

Manusia Pada Hakekatnya Membentuk  Nasibnya  Sendiri
Oleh
Made Worda Negara
Pedahuluan
Kalau direnungkan dalam kehidupan ini, sering bertanya dalam diri kita sendiri, siapa yang sesungguhnya menyelamatkan diri kita ?  yang menyelamatkan tiada lain adalah perbuatan dari diri kita masing masing, kalau kita lihat
Dalam kehidupan sehari , banyak orang  kekurangan , menderita sejak dilahirkan baik karena kekurangan pisik maupun  karena kekurangan Mental atau daya pikirnya, sepintas  seolah olah sebagai bentuk ketidak adilan dari Tuhan padahal sebenarnya bekar bekas perbuatan itulah yang menentukan  kehidupan ini  Karma Wesana,dari kehidupannya terdahulu  dan  berjalannya hukum Karma “ “Nasib ditentukan oleh perbuatannya sendiri”.
Takdir atau Karma
Seorang bayi yang baru lahir telah membawa buah dari perbuatnnya terdahulu dalam bentuk Sancita Karma phala. Doktrin Predestinasi atau takdir yang menyatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan  oleh Tuhan sejak sang jabang bayi masih dalam kandungan ibunya dan pada saat itu pula nasib sang jabang bayi telah ditentukan Tuhan.
Takdir mengatakan bahwa nasib ditentukan oleh Tuhan  dan apa yang telah ditetapkannya oleh Tuhan  tidak dapat dirubah oleh Tuhan dan takdir itu harus dijalani saja oleh manusia sedangkan dalam hukum Karma phala  dalam konsep keyakinan  ajaran hindu sebenarnya manusia sendirilah yang menentukan nasibnya sendiri berdasarkan karma wesananya. Sebagai Ilustrasi,  ibarat  suatu perusahaan dimana  setiap akhir  tahun pasti  membuat perhitungan yang disebut  tutup buku. Pada waktu tutup buku  dihitunglah biaya biaya atau kewajiban kewajiban yang telah dikeluarkan dan pendapatan yang diperolehnya. Dan bila jumlah biaya  lebih besar dari pada pendapatannya  maka perusahaan itu disebut RUGI, bila pendapatan lebih besar dari pada biaya maka perusahaan itu di sebut Untung. Berdasarkan fakta ini perusahan itu melakukan kegiatannya pada tahun ini.  Bagi perusahaaan yang menderita kerugian, pada tahun ini ia  harus bekerja  lebih keras lagi agar dapat menutup kerugiannya serta melanjutkan usahanya pada tahun berikutnya. Bagi  perusahaan yang  untung tetap juga harus bekerja keras agar ia lebih  berkembang.
Demikian pula halnya manusia,  bila dalam kehidupan   yang  yang lalu lebih banyak hutang maka hidupnya  kini akan terasa sangat berat. Dan harus bekerja lebih keras  untuk melunasi hutang hutang sebelumnya serta dapat menambah kembali modal bagi hidupnya yang sekarang. Bila Karma- karma dalam hidupnya terasa lebih ringan, dia  tetap harus bekerja keras  sebab jika bekerja dengan malas malasan maka secara otomatis  modal yang dimiliki bisa semakin berkurang atau tipis apalagi salah dalam penggunaannya boleh jadi ia akan berbalik menjadi hutang yang sangat berat , dan menjadi beban yang sangat berat bagi perusahaan, demikian juga halnya dengan manusia tak akan pernah luput dari  Hukum Karma  melaluin Karma wesananya
Tiga Jenis Karma Dalam ajaran  Hindu
Karma atau perbuatan yang baik akan membawa pada kehidupan atau pada kelahiran yang bai. Begitu pula, Karma atau perbuatan buruk akan membawa pada kelahiran yang penuh dengan penderitaan. Selama Karma yang baik maupun  karma buruk tidak dilepasklan ,manusia tidak akan pernah mencapai MOKSA atau kebebasan akhir. Karma baik maupun karma Buruk akan selalu membelenggu erat sang jiwa dalam rantai  Besi ataupun rantai Emas.  Ada tiga jenis hukuim karma Phala :
·         Sancita Karma phala, hasil dari perbuatan  seseorang di masa lampau yang karena sesuatu hal  belum habis dinikmati pada saat perbuatannya sdehingga sisanya  merupakan benih yang menentukan  dan hasilnya mesti diterima dalam kehidupan berikutnya.
·         Prarabda Karma phala,  hasil perbuatan seseorang pada  masa kehidupan yang sekarang dan hasilnya habis dinikmati sekarang tanpa ada sisanya lagi.
·         Kryamana karma phala, hasil dari perbuatan seseorang  yang belum sempat dinikmati pada saat melakukan perbutan dan harus dinikmati pada kehidupan pada masa yang akan dating.
Bentuk Bentuk dari Hukum Karma phala :
·         Karma dalam bentuk pikiran
·         Karma dalam bentuk  ucapan
·         Karma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku
Penutup
Demikian hakekat hidup manusia menjelma menjadi manusia,  yang pada Intinya  dia yang berbuat baik  akan menjadi baik dan  dia yang berbuat buruk akan berpahala buruk “Syapa Karitan temung ayu, masedana sarwa ayu, niyata ketemwaning ala, masedana sarwa ala”. dan sesungguhnya  manusia dibentuk oleh  keinginannya  dan sesuai dengan keinginnaya itulah keyakinannya dan sesuai dengan keinginannya itulah keyakinannya. Dan sesuai dengan keyakinannya itulah Perbuatanny

Sabtu, 21 Oktober 2017

Ajaran Dharma Sumber Kebahagiaan Umat manusia

Ajaran Dharma Sumber Kebahagiaan Umat manusia
(Manah Santih / Parama Santih)
Oleh
Made Worda  Negara

Pendahuluan
Sebagai umat manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pengimplementasian dan pengamalan terhadap ajaran  Dharma memegang peranan yang sangat strategis bagi kehidupan setiap umat manusia. Dengan melaksanakan ajaran Dharma  menentukan keberhasilan setiap umat manusia dalam mengarungi kehidupannya untuk mencapai tujuan “Catur Purusa Artha”, apalagi dalam menghadapi jaman kaliyuga seperti sekarang ini.
 jaman ini setiap umat manusia harus menyadari bahwa tantangan, gangguan, ancaman ,dan hambatan begitu banyak dari berbagai aspek kehidupan termasuk yang berdimensi moral dan mentalitas menempatkan peranan dan kedudukan nilai nilai ajaran Dharma / agama diatas segala galanya dalam mencapai tujuan yang diharapkan yaitu kesejahtraan lahir  maupun bathin (moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma).
Kalau direnungkan dalam kehidupan sehari hari konsep  “agawe sukanikang rat”  suatu konsep  yang sangat mudah untuk diucapkan namun  sangatlah  sulit untuk dilaksanakan ataupun diwujudkannya. Namun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa kebahagiaan itu adalah idaman dari setiap orang, dikatakan demikian karena yang dijadikan  tolok ukur kesejahtraan umat manusia  adalah kebahagiaaan. Di dalam ajaran agama Hindu  untuk mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan adanya sarana.        Adapun yang dijadikan sarana salah satunya  adalah Satya/ kejujuran yang  dijadikan dasar dalam  mengembangkan sikap mental / moral serta jalan pemikiran dalam mewujudkan  Subha Karma atau perbuatan yang baik  dalam lingkup yang lebih luas, yang mana sesungguhnya dunia ini  disangga oleh Satya sebagaimana disebutkan dalam  kitab suci Atharwa Weda XII,1.1 sebagai berikut ;
“Satyam Brhad Rtam Ugram, Diksa, Tapo, Brahma, Yadnya, Prtiwim Dharayanti” ,  artinya : sesungguhnya satya, rtam, diksa, brahma dan yadnya yang menyangga dunia ini”
Dengan demikian apa yang disebutkan dalam kitab suci Atharwa Weda di atas merupakan salah satu bagian pokok keimanan umat Hindu dan apabila hal ini benar-benar dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari hari dalam bermasyarakatt, berbangsa dan bernegra  akan dapat menyelamatkan umat manusia dari jurang kehancuran, bencana  dan malapetaka.

Ajaran Dharma dalam Hindu
Sebagai umat Hindu, segala apa yang  dilakukan sudah sepantasnya selalu berpedoman pada ajaran Dharma. Dharmalah yang mengatur seluruh alam semesta beserta isinya “Dharanad Dharma Ityahur Dharmena Widrtah Prajah”.   Dharmalah yang patut  perjuangkan dan pertahankan agar terbangunnya kedamaian, kerahayuan dan kebahagiaaan lahir maupun bathin. Dalam kitab Santi Parwa ada disebutkan  :
“Loka Samgraha Samyuktam Widatrawihitampurna Satam Caritam Uttamam”,  artinya : Kesentausaan umat manusia  dan kesejahtraan umat manusia dan kesejahtraan masyarakat yang dating dari dharma laksana dan budhi luhur yang utama”
Hal yang sangat penting dan wajib  dipahami  bagi umat manusia dalam kehidupan sehari hari, bahwa  apabila seseorang  melanggar Dharma dapat  dipastikan hidupnya akan tanpa  pegangan, tanpa pedoman secara otomatis akan kehilangan arah yang berujung pada kehancuran,  digilas oleh dharma itu sendiri.

Dalam kitab suci Santi Parwa 167,10 menyebutkan ;
“ Dharma eva hato kanti Dharma raksati raksitah,Tasmad dharmo na hanta yo ma no dharmo hato vadit”, artinya ; bila engkau melanggar dharma maka kamu akan digilas oleh Dharma dan bila kamu menjaga dharma  maka kamu akan dijaga oleh Dharma itu,karena itu, dharma tidak boleh dilanggar”.
Demikian bahwa ajaran  Dharma  merupakan suatu kebenaran yang harus dipedomani dan dipegang teguh karena apabila dharma dilanggar  maka kehancuran sudahlah pasti.
Selanjutnya dalam kitab suci Manu samhita  menyebutkan ;
“Weda Pramanakah Sreyah Sadhanam Dharmah” yang maknanya Dharma tercantum dalam kitab suci Weda sebagai alat ukur untuk mencapai kesempurnaan hidup, terbebasnya atma / roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Brahma” .
Dengan demikian perbuatan yang berdasarkan Dharma  akan memberikan pahala kebahagiaan sedangkan perbuatan Adharma  akan memberikan pahala penderitaan bahkan kehancuran. Untuk itu, dalam membangun kedamaian dan keharmonisan setiap umat  perlu  mengembangkan ajaran kedamaian yang  bersumber pada ajaran Etika Hindu yaitu : Catur Paramitha

Catur Paramitha
Kalau direnungkan  bahwa dalam kehidupan pada jaman  ini,  sangat diperlukan adanya penanaman kembali ajaran etika/tata susila Hindu dalam membangun keharmonisan dan soliditas dari umat manusia sehingga terwujudnya sikap hidup yang  berlandaskan pada  ajaran Dharma sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia,untuk mewujudkannya dalam  sikap hidup sehari hari,  perlu dikembangkan ajaran catur paramitha yaitu  :
Maitri,  merupakan sifat yang menghendaki adanya persahabatan terhadap sesame manusia,sifat ini akan menjauhkan diri dari permusuhan
Karuna, sifat suka membantu orang lain dan menaruh belas kasihan terhadap penderitaan orang lain.
Mudita, sifat tenggang rasa dan toleransi terhadap orang lain. Sifat ini menjauhkan orang dari rasa iri hati,dengki,angkuh dan sirik pada orang lainn.
Upeksa, sifat yang selalu waspada dalam meneliti sesuatu keadaan sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk /Wiweka.

Penutup
Demikianlah dalam membangun bangsa dan Negara sudah tentu diawali dengan membangun kualitas diri secara lahir maupun bathin serta mengembangkan sifat sifat dharma, maka seseorang akan menjadi selalu berhati hati terhadap sesuatau yang akan dikerjakan dengan selalu berpijak pada ajaran Dharma.

Untuk itu sebagai umat manusia,khususnya  sebagai umat Hindu selalu taat dan berlomba lomba untuk berbuat kebajikan (Dharma) diawali dari dalam diri prtibadi masing masing dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dengan berpikir,bertutur kata serta bertindak sesuai petunjuk dari ajaran Dharma..

Hidup Sangatlah Singkat

Hidup Sangatlah Singkat
Oleh :
Made Worda Negara
( Rohaniwan Hindu TNI AU)

Pendahuluan
Di dalam ajaran agama Hindu  memiliki  konsep bahwa  manusia  sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena memilki Tri Premana ( Bayu, Sabda dan Idep) yang dilengkapi dengan alam pikiran yang berkemampuan tinggi Samyagjanana
Setiap umat manusia dalam hal menerapkan ajaran kerohanian dikenal menggunakan konsep jiwa dimana dalam agama dimengerti dalam hubungannya dengan  kekuatan Ketuhanan dan memerlukan agama  untuk keselamatan hidupnya untuk dijadikan pegangan , pedoman dan  tuntunan pada setiap umatnya untuk mengerti dan memahami akan hakekat tentang wakat  Tri Semaya ( Utpati, Stiti dan pralina, Lahir, ,hidup dan  mati) yang kesemuanya hampir sering dilupakan.  Dan tak terasa  kita sudah berada  dipenghujung tahun 2017, sebagai pertanda, umur akan bertambah tua, sehingga dengan perjalanan  Waktu,  kita semua bisa bertanya pada diri sendiri sudah berapa jauh kita melangkah dan sudah berapa jauh kita tersandung dengan berbagai kesalahan pada kehidupan sehari hari.
Singkat Hidup Menjelma Menjadi Manusia
Jika direnung renungkan hidup menjelma menjadi manusia sangatlah pendek dan singkat ibarat   sekelebatan sinarnya kilat, begitu singkatnya.
Dalam kitab suci Sarasamuscaya, 366 menyebutkan :
“Aparyantsya kalasya kiyanamsah sarascatam,
tan matra paramayuryah sa katham svaptumarharthi”,  Artinya
Waktu itu tidak memiliki batas, beratus ratus bilangan tahun tetap berjalan  tiada hentinya, sebaliknya, tindakan dan perbuatan itu ada batas dan ada hentinya,  mataharipun terkadang sangat terlambat datangnya, akan hidup ini ibarat sekelebatan sangat singkat .
Selanjutnya dalam kitab sarasamuscaya 367 mengatakan :
“Sebab terlalu pendek umur sekalian  makhluk, meskipun sudah pendek, diambil sebagian oleh waktu malam untuk  waktu tidur, sisanya yang sebagian lagi dikurangi dengan sakit, kesedihan, umur tua serta  gangguan hidup lainnya. Jika direnungkan  sungguh amat pendek umur manusia pada akhirnya”.
Dengan memperhatikan ayat-ayat suci diatas, bahwa  waktu hidup menjelma menjadi mnausia namatlah pendek  demikian cepat  laksana anak panah yang melesat dalam sekejap. Demikian pula  dengan kehidupan di dunia ini ,belum selesai kita  melakukan swa dharma / kewajiban  maut akan  menjemputnya. Oleh karena itu,  sudah sepatutnya setiap umat manusia menyadari akan  keterbatasan waktu yang dimilikinya .
Kalau direnungkan  dalam  kehidupan ini ibarat bermain Sandiwara, di mana orang bermain diatas panggung dalam melakoni kehidupan sendiri sendiri, dia memainkan peran  dan ia sendiri  tidak tahu peran apa yang  hendak dimainkannya, karena tidak ada sutradara yang secara tidak langsung  memberikan dia peran, sepertinya manusia  yang memilih peran, alur cerita, dan sama sekali dia tidak  mengenal  medannya dan siapa dia, dari mana, apa tujuan  yang hendak dimainkannya, karena ia memang berada dalam kegelapan. Manusia tidak mengerti akan hakekat dirinya, maka setiap manusia mempersepsikan dirinya  sama dengan badan. Oleh karena itu, manusia sangat terikat akan badan, manusia tidak dapat membedakan antara yang hakiki ( atman)  dengan yang tidak hakiki ( badan).
Kecenderungan ada pengaruh jaman  kaliyuga atau jaman Kalisengara yang di jawa lebih dikenal dengan jaman EDAN  yang terjadi saat ini, manusia mengumbar, memburu dengan seluruh energinya untuk kepentingan badan yang cenderung mengarah pada materi  atau kekayaan yang cenderung  mengabaikan kepentingan  jiwa  seolah olah olah umat manusia dapat mengukur dan mengatur  usia hidupnya, kapan ia harus  meninggalkan badan kasarnya. Manusia terasa tak kenal lelah mengejar dan menumpuk harta kekayaan yang demikian besar dengan berbagai dalih  namun sangat mengabaikan kepentingan bersama. Semestinya, disamping manusia mengejar kepentingan duniawi  haruslah dilandasi Dharma sesuai ajaran Catur Purusa Artha ( Dharma, Artha, Kama dan Moksa ).  Artha timbul karena adanya  keinginan yang bajik untuk mempersiapkan diri mencapai ketidakterikatan ( wairagya ) dan menuntunnya mencapai moksa ( Kelepasan)..Untuk itu dalam mengarungi kehidupan yang sangat singkat ini tidak ada jalan lain kecuali selalu berbuat yang baik dan benar serta memegang teguh Ajaran Dharma dalam kehidupan sehari hari. “Dharanad Dharma Ityahur, Dharmena Vidrtah Prajah” dengan Dharma semua makhluk diatur.




Penutup

Bercermin dari uraian diatas  maka hendaknya  setiap umat manusia selalu mawas diri, mengendalikan diri mengingat  hidup menjelma menjadi manusia  benar benar begitu  singkatnya dengan selalu memanfaatkan hidup ini pada jalan yang baik dan benari dalam  berpikir,  bertutur kata serta dalam bertindak, dengan mengamalkan konsep hidup : tidak terlalu berbangga akan diri manakala memperoleh kebahagiaan/ kesukaan  dan tidak terlalu bersedih hati manakala mendapatkan  berbagai cobaaan dalam hidup ini.

Hakekat Hubungan manusia dengan Tuhan Dalam Hindu

Hakekat Hubungan manusia dengan Tuhan Dalam Hindu
Oleh:
Made Worda Negara

Pendahuluan
Kalau direnung - renungkan,  setiap Manusia pada dasarnya  adalah makhluk yang berakal dan  berbudhi,  sehingga manusia sering disebut  dengan  Atmaja,  Anuja,  Jadma  atau Purusa  dalam hal ini manusia pada intinya adalah penjelmaan dari  Anu/ atom  sebagai  percikan terrkecil dari Tuhan itu sendiri. Dengan  Demikian   manusia adalah  penjelmaan dari  Atma atau keturunan ciptaan Tuhan.  Maka dari itu  sudah sepantasnya setiap umat manusia  untuk memohon tuntunan Sabda suci dari-Nya yang tertuang dalam pustaka suci Weda Samhita.
Dalam kitab suci  Weda  menyebutkan bahwa alam semesta beserta isinya  merupakan Yadnya dari Hyang Widhi Wasa / Tuhan yang maha Esa yang disebut dengan Brahmanda yang bermakna bahwa jagat raya  beserta sarwa praninya semuanya muncul dari Tuhan secara bertahap, dari  Niskala  ( tidak nyata) sampai yang Nyata ( sekala)
Ida SangHyang Widhi wasa  maha Tunggal ( Ekam  Eva Advityam Brahman) yang menciptakan  ketiga alam /Tri Loka ( Bhuana Agung) yang teridri ;  Bhur loka, Bhuah Loka dan Swah Loka.  Demikian   juga,  Tuhan telah menghidupkan  Bhuana Alit ( Microcosmos ) yaitu manusia sebagai alam kecil yang secara garis besar terdiri dari : Atma (Jiwa atma), suksme sarira ( Badan halus) dan raga Sarira ( badan kasar)

Hakekat  Manusia  dengan Tuhan
Pada dasarnya  alam semesta  beserta  isinya  ( manusia, binatang dan tumbuh tumbuhan)  adalah sama  yaitu sama sama  ciptaan Tuhan,  namun  demikian,  Manusia , Binatang dan Tumbuh tumbuhan  tidaklah sama. Dia tetap  berbeda,  hal ini  disebabkan oleh bekas bekas prilaku dan  perbuatan dimasa lalu yang disebut dengan Karma Wesana.  Karma Wesana bersumber dari  Tri Antah karana dan Tri Guna.  Atma Menjelma menjadi manusia , binatang dan tumbuh tumbuhan  sangat  ditentukan oleh pertimbangan kekuatan dar sifat sifat yang ada pada diri manusia/  Tri Guna  yaitu Satwam, Rajas dan Tamas. Tri Guna merupakan bagian dari unsur  Prakerti dan bilamana  Prakerti bertemu dengan purusa  maka  Tri Guna akan mulai aktif  dan ingin saling menguasa,  saling mendominasi. Di dalam kitab suci  wrhaspati Tattwa menyebutkan apabila  kekuatan Tri Guna  ini berimbang maka menjelmalah atma menjadi manusia, jika rajah yang lebih unggul  atma akan jatuh ke jurang neraka, begitu pula manakala sifat tamah yang lebih unggul dan dominan  maka sang atma akan menjelma menjadi  binatang  atauoun  tumbuh tumbuhan.

Di dalam pustaka suci Bhagawadgitha  X, 8 disebutkan :
Aham sarvasya praphavo,
Mattah sarvam pravartate’,
iti matya bhayante Mam,
Buddha bhavasamanvritah.

Artinya:
Aku adalah asal dari semua yang ada, dari Aku  makhluk muncul  dan  mengetahui akan hal ini  Orang menyembah aku dengan penuh rasa kasih sayang dan hormat.
Demikian pula dalam kitab Kekawin  Arjuna  Wiwaha ada menyebutkan sebagai berikut:
Wyapi Wyapaka  sarining parama tattwa durlabha kita,
Icchantang hana tan hana ganal alit lawan hala ayu,
Utpati, Stiti linaning dadi kita ta karanika sang sangkan paraning sarat sekala niskalatmaka kita,

Artinya:
Meresapi serta memenuhi inti sari kebenaran utama,bersifat rahasia atas kehendak-Mu ada dan tiadanya yang besar dan kecil, baik dan buruk, lahir,hidup dan matinya makhluk Engkaulah penyebabnya,Engkau adalah asal dan tujuan kembalinya jagat raya ini, Engkau adalah Atma utama di alam sekala – Niskala.
Dengan  demikian  jelaslah bahwa,  Ida SangHyang  Widhi wasa telah beryadnya dengan  melaksanakan korban suci  melalui  Kemaha kuasaan-Nya   menciptakan alam semesta beserta isinya  Sarwa prani  termasuk  umat manusia. Dengan  demikian setiap umat manusia  memiliki  hutang/ Rna   yang di sebut Tri Rna yang wajib di bayar melalui Yadnya dalam bentuk Panca Yadnyta. Untuk itu,  setiap umat manusia  haruslah sadar dan berusaha  menguak rahasia  kehidupan dari unsur  Maya, Awidya yang dapat meliputi  jiwatma melalui pemahaman dan pengamalan ajaran Dharma, Tapa, Brata,Yoga dan Semedi.  Oleh karena itu,  setiap umat manusia  harus mampu menjaga kesucian raganya  baik secara lahir maupun bathin melalui ajaran Yama dan Nyama Brata sehingga dalam   berhubungan dengan Ida SangHyang Widhi Wasa/ Sang Maha Pencipta  dapat mencapai kesempurnaan.

Penutup

Dari tulisan diatas dapat dimpulkan bahwa alam semesta beserta isinya termasuk manusia lahir dan mengalir dari tubuh  Tuhan, sehingga pada saatnya nanti  kembali ketubuh-Nya yang sunyi  ,  suci dan disinilah letak  hubungan manusia  deng sang maha Pencipta di mana Hyang Widhi adalah sangkan Paraning Dumadi.

Andrayuga: pahami ajaran kitab suci Weda

*Mutiara Weda*
04//10/2017

*Andrayuga : pahami ajaran kitab suci Weda*

Setiap umat  Hindu haruslah menyadari bahwa,  memahami dan menguasai  isi ajaran Dharma dan  isi kitab suci *Weda* secara benar  *Andrayuga* merupakan setiap umat Hindu sebagai bagian dari perbuatan *Nawa Sanga* serta tahu akan apa yang baik dan apa yang buruk *Wiweka* dalam mewujudkan kebahagiaan hidup.

Untuk  mengamalkan  perbuatan *Nawa Sanga* tidak bisa lepas dari  sangkut paut  dan teropongan   dari ajaran *Sesana* dan  ajaran *Niti* dalam membentuk  perbuatan yang *Dharma sesana*

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia wajib untuk  memahami dan mengamalkan ajaran Sesana dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  Kebenaran *Dharma*  serta taat & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup dan akan dapat terwujudnya perbuatan *Dharma Sesana*
( Slokantara, 34 dan 84)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Banten : simbol Angga sarira

*Mutiara Weda*
06/10/2017

*Banten : simbol Angga sarira*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa, Bebantenan merupakan  bahasa *Mona* _*Sahananing Bebanten pinaka ragantha tuwi*_ semua Banten  simbol Angga sarira. Ada berfungsi sebagai kepala *Ulu*, ada sebagai  Badan *Angga* dan  ada sebagai kaki  *Suku* serta ada berfungsi sebagai *perut*

*Di samping itu*, Banten dalam konsep Hindu  juga sebagai _*Warnaning Rupanira Ida Bhatara*_  Sbg perwujudan dari Ida Hyang Widhi,  sebagai  bentuk pendalaman *Sraddha* dan *bhakti* terhadap Hyang Widhi. Mengingat Beliau yang bersifat Nirguna dan rahasia, untuk memudahkannya dalam konteks *bhakti* maka Beliau  dipuja dalam wujud *Sekala* dengan memakai berbagai sarana, salah satunya adalah *Banten* dlm bahasa *Mona*

*Oleh karena itu*. Sebagai umat HINDU  laksanakan Yadnya dengan landasan ketulusan , Apapun jenis  Banten pastilah memiliki  fungsi & kedudukan, Baik itu  sebagai perwujudan Hyang Widhi, lingga/ linggih bhatara,   maupun perwujudan alam semesta *Anda Bhuvana*
(Kitab Yadjna Prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Annasewa yadnya

*Mutiara Weda*
05/10/2017

*Annasewa Yadnya*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa  dalam setiap penyelengaraan  upacara keagamaan *Yadnya*, memberikan perjamuan berupa makanan atau prasadam  *Annasewa* sangatlah penting sebagai salah satu cara dalam mewujudkan kualitas Yadnya yang *Satwika*

Tat Kala sang Yajamana dapat Memberikan suguhan perjamuan berupa makanan terhadap *atitiyadnya* atau *tamu yadnya* bagi para pamedek berupa suguhan  makanan *Prasadam* dengan tulus dapat digolongkan *Nara Yadnya*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk melaksanakan upacara Yadnya yang *Satwika* melalui peningkatan kualitas Yadnya dengan melakukan *annasewa* sesuai dengan kemampuan masing masing  sebagai perlambang unsur keseimbangan  antara *kewajiban* dengan konsep *Ngayah*   yang  pelaksanaannya disesuaikan dengan ketulusan dan kemampuan sehingga terwujudnya kualitas  yadnya yang Satwika.
(Agastya Parwa  & Satapatha Brahmana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sewaka Dharma

*Sewaka Dharma*

Setiap umat manusia haruslah memahami i bahwa Orang yang Baik dan kuat  itu walaupun ia miskin sekalipun dia tak akan pernah melakukan pekerjaan hina dan tercela, ibarat  seekor harimau,walaupun dipotong kakinya dia  tak akan pernah mau memakan rumput, Swadharma sebagai pegangan hidupnya dengan  pengamalan nilai nilai Dharma  kekuatannya *Sevaka Dharma*

Memegang teguh  dan mengaplikasikan norma agama merupakan suatu kewajiban *Swadharma*  setiap umat manusia. Manakala,  perbuatan menyimpang dari ajaran  *dharma*  maka dapat dipastikan  hidupnya akan kehilangan arah,  menderita,  dan cendrung  mendapatkan kehancuran,  bencana  serta malapetaka.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia tunjukkan dan mantapkan kualitas beragama  dengan baik melalui Pengamalan, penyerahan diri secara total, *Atmanivedanam*  serta memantapkan hubungan cinta-kasih *bhakti* dengan Hyang Widhi berlandaskan pada Pengetahuan suci *abhideya-jnana*
(Sabdakalpadruma III.463b
& Ramayana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Hidup Ibarat Kereta Kuda

*Mutiara Weda*
08/10/2017

*Hidup Ibarat Kereta Kuda*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa jalan hidup manusia ini ibarat sebuah kereta, lancar dan tidaknya sangat tergantung pada unsur unsur dari kereta  kuda tersebut.

Indria itu adalah kudanya, sasaran Indria adalah jalan,
roh / Atma dihubungkan dengan sang badan, sedangkan Indria dan pikiran yang menikmatinya.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia pahami dan  jalankan fungsi dari unsur unsur yang membentuk diri manusia;  Pribadi harus punya tujuan yang jelas, tubuh harus sehat,  kebijaksanaan harus cemerlang,  pikiran sebagai tali kendali haruslah kuat mengendalikan Indria yang selalu bergerak bebas bagaikan kuda. Sedangkan sasaran Indria harus baik dan tidak merusak Indria itu sendiri.  Niscaya, tujuan dan sasaran hidup setiap umat manusia akan selamat dan  tercapai.
(Kitab Katha Upanisad I. 3-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Hakekat Hidup:Mengabdi dan Pengorbanan

*Mutiara Weda*
09/10/2017

*Hakekat Hidup : Mengabdi  dan Pengorbanan*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa hakekat hidup yang sebenarnya adalah pengabdian dan pengorbanan dan sudah menjadi kewajiban setiap umat manusia untuk bekerja dan berbuat yang baik terhadap sesama  manusia sesuai dengan kemampuan masing masing.

Setiap  manusia berkewajiban  melaksanakan Dharmanya  sesuai dengan fungsi, tugas dan bakatnya masing masing, tak seorangpun  luput dari tindakan kerja walaupun hanya sesaat, Karena dengan tidak bekerja manusia dibuat tak berdaya oleh hukum alam *Rta*

*Untuk itu*, Pergunakanlah kesempatan hidup menjelma menjadi manusia dengan  selalu berbuat yang Baik dengan landasan *Tri Premana* dan laksanakan Dharma untuk kepentingan diri  sendiri maupun orang banyak. Niscaya kesempurnaan dan kesejahteraan hidup baik lahir maupun batin akan terwujud.
( BG.VIII.45 & SS. Sloka  4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Ilmu Pengetahuan:Artha Tersembunyi

*Mutiara Weda*
11/10/2017

*Ilmu Pengetahuan : Artha Tersembunyi*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, Ilmu Pengetahuan  suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran dan kebahagiaan.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam amenyelesaikan setiap persoalan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Beragama: Bukan alat untuk Menyingkirkan orang Lain

Mutiara Weda*
10/10/2017

*Beragama : bukan alat untuk menyingkirkan orang lain*

Setiap umat manusia haruslah menyadari  bahwa beragama bukanlah alat untuk menyingkirkan  orang lain dan bukan pula alat untuk menjatuhkan orang lain, melainkan sebagai pegangan, pedoman  dan tuntunan hidup bagi setiap individu dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam  mencapai Tujuan hidupnya *Catur Purusaartha*

Manakala  dalam penerapan ajaran agama  mengakibatkan sakit dan menderitanya  orang lain, dapat dipastikan adanya kesalahan dalam pemahaman dan penerapan  nilai nilai  ajaran Dharma  sebagai cermin rendahnya tingkat spiritual yang berujung pada malapetaka dan  kehancuran.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia belajarlah agama dengan baik dan benar guna memperhalus jiwa dan memperkokoh budhi. Niscaya Kedamaian , kenyamanan  dan keharmonisan hidup akan dapat terwujud. (Lontar Panca Siskanya Angaji)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Mengapa Menggunakan Bunga ??

*Mutiara Weda*
12/10/2017

*Mengapa Menggunakan Bunga ???

Setiap umat Hindu haruslah memahami bahwa  pada setiap kegiatan keagamaan tidak pernah lepas dengan  penggunaan *bunga / kembang* sebagai sarananya. Bunga  sebagai  perlambang  Tuhan,  ketulusan  dan kesucian hati untuk menghadap-Nya.

Bunga memiliki  Nyasa yang penuh dengan makna baik dalam penyucian roh leluhur *Puspa lingga* maupun dalam penaburan bunga/ berbadan bunga pada Angga sarira *Puspa Sarira* sebagai sarana  bersatunya ke alam Ketuhanan *Mur Amungsi  Maring Siwa Buda Loka*

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu dalam melakukan persembahan gunakan Bunga/ kembang  Yang Baik yakni bunga yang bersih ,wangi dan harum. Niscaya hakekat persembahan akan terwujud *Terbangunnya hubungan yang harmonis dengan sang Maha Pencipta/ Hyang Widhi Wasa.
(Kitab Agastya Parwa & Kekawin Negara Kertagama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jalankan swadharma dengan Lascarya

*Mutiara Weda*
13/10/2017

*Jalankan Swadharma  dengan Lascarya*

Setiap umat  manusia haruslah menyadari bahwa orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya tak akan pernah menyesal akan apa yang dialami,  melainkan menerimanya sebagai suatu anugerah Hyang Widhi yang wajib dijalankannya dengan landasan *Lascarya*

Semua kebaikan, keburukan, suka dan duka  yang dialami dalam kehidupan ini, dan begitu pula  kematian hanya bersumber dari- Nya dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*. Kesabaran dan pengendalian diri akan menjadi  terlatih manakala setiap umat manusia memahami akan arti Lascaraya dan kesederhanaan .

*Untuk itu* , dalam hidup ini, Jalankan Swadharma, yakin  bahwa Tuhan melihat apa yang dilakukannya, Tuhan ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan segala galanya adalah Tuhan di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pikiran Sang Penentu Karma

*Mutiara Weda*
14/10/2017

*Pikiran Sang  Penentu Karma*

Bagi setiap umat manusia haruslah memahami bahwa, Pikiran  sumber dari  seluruh perbuatan dalam kehidupan ini. Pikiran pula, menentukan hasil suka  maupun  duka dalam setiap  *KARMA*

Pikiran yang dilandasi  dgn kesucian dan ketulusan  serta kemuliaan maka akan membuahkan karma yang baik dan mulia pula, demikian juga  sebaliknya , perbuatan yang dilandasi  dengan pikiran yg kotor dan hina, niscaya akan membuahkan karma  buruk, kotor dan hina pula.

*Untuk itu*,  Pusatkan pikiran sehingga  benar benar menjadi pengendali  utama pada setiap kehidupan sehingga melahirkan  Karma  baik , mulia menuntun manusia pada kehidupan yang baik  "Moksartham jagadhita" dan terhindar dari karma buruk, kotor dan  hina yang dapat menjerumuskan manusia pada jurang  *kehancuran / malapetaka*. (S.S.79.87).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Daksina : Yadnya Patni

*Mutiara Weda*
15/10/2017

*Daksina : Yadnya Patni*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa, penggunaan *Daksina*  tak pernah lepas dari rangkaian  penyelenggaraan keagamaan  bagi umat Hindu sebagai unsur yang sangat penting dalam *Panca Yadnya* sebagai perlambang kekuatan sakti   *Yadnya Patni*

Daksina selain  sebagai lambang kekuatan atau kesaktian juga merupakan lambang Bhuwana Agung  sebagai Sthana Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Untuk itu*,  bagi setiap umat Hindu  mantapkan ketetapan hati dan kelanggengan pikiran dalam *Yadnya Patni*   melalui *ketetapan hati*  dan *kelanggengan pikiran*, betapapun besarnya  persembahan  akan menjadi  hampa dan sia - sia manakala tanpa ketetapan dan kelanggengan pikiran.
( Yajur Veda dan Lontar Yadnya prakerti )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Anyekung jnana

*Mutiara Weda*
16/10/2017

*Anyekung Jnana*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa Segala bentuk praduga & prasangka terhadap orang  lain harus dihilangkan, Selama  jiwa masih dibelenggu oleh  prasangka dan praduga niscaya  tidak akan pernah  mendapatkan *Kenyamanan, ketenangan & kedamaian bathin* .

Manakala nilai - nilai dharma meredup dan bahkan  luntur dalam kehidupan umat manusia maka  dapat dipastikan keributan dan kekacauan  akan terjadi, cahaya  kejujuran, keadilan, ketenangan dan kedamaian, akan berhenti bersinar   berujung pada *kebencian, perselisihan dan bahkan pertumpahan darah.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan buruk sangka  dengan belajar *Anyekung Jnana* mengendalikan Indrya ataupun pikiran  melalui *Tapa*. Niscaya akan dapat terwujudnya keleluasan dalam mencari jalan dharma *Satyam,Sivam dan Sundari*  (kitab Sundarigama & SS.37)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Suradira jayengningrat Lebur dening pangastuti

*Mutiara Weda*
17/10/2017

*Sura Dira jayengningrat Lebur dening Pangastuti*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa  *Kesabaran dan ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas spiritual, yang mengandung kekuatan  dalam menangkal nafsu  Angkara murka.

Segala sifat keras hati, yang penuh  angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat, Lebur Dening Pangastuti*

*Untuk itu*, setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani  dengan  pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya*. Niscaya kedamaian hidup akan dapat terwujud.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Weda:Petunjuk spiritual Sejati

*Mutiara Weda*
18/10/2017

*Weda:  Petunjuk Spiritual sejati*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa Segala aktifitas yang berkaitan dengan spiritual semuanya bersumber dari  Ida SangHyang Widhi Wasa/ Sang Maha Pencipta  dan pada masanya akan kembali kepada-Nya.

Manakala seseorang telah maju kehidupan spiritualnya dengan mentaati ketentuan yang benar akan mudah merealisasikan sang atman dalam dirinya, dengan ditandai  berseminya rasa cinta kasih  yang sejati *Prema* dan yakin semua makhluk adalah bersaudara Vasudhaiva kutumbakam Dengan demikian  akan mampu merealisasikan maha vakya "aham Brahma asmi* aku adalah perwujudan Brahman dan  segala sesuatu sesungguhnya adalah *Sarvam Idham Kalu Brahman*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam memantapkan spiritual  dengan jalan yakin akan kebenaran ajaran kitab suci Weda mengingat Weda adalah sumber dari segala Dharma, Sruti,  smerti, sila, acara dan Atmanastuti)  yang menyebabkan manusia dapat berpikir, bertutur kata dan bertindak, dengan landasan Satya (Kebenaran), Rta (hukum), Diksa( pensucian), Tapa (Pengendalian) dan Brahma/Yadnya (Pemujaan). Niscaya Weda menjadi petunjuk Spiritual sejati.   (Brhadaranyaka Upanisad,  I.4.10 & Chandogya Upanisad, III.14.3)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Manusia dapat menentukan Penyebab dari perbuatannya

*Mutiara Weda*
19/10/2017

*Manusia dapat Menentukan Penyebab dari perbuatannya*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa perbuatan di masa silam menentukan kehidupan kita sekarang ini *Sancita Karma phala* dan perbuatan sekarang menentukan kehidupan  di masa yang akan datang *Kryamana Karma phala*

Manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hasil dari perbuatannya *Bhoga Swatantrya* , akan tetapi manusia memiliki kemampuan untuk menentukan penyebab dari perbuatannya *Karma Swatantrya*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu taburkan benih benih  perbuatan *Kayika Parisudha*,  sehingga menghasilkan *kebiasaan*, tebarkan *kebiasaan* sehingga melahirkan *Karakter* dengan jalan selalu berpikiran bersih *Sauca*, tunjukan pemikiran mulia dan lakukan perbuatan yang bijak. Niscaya akan mendapatkan Karma yang Baik *Subha Karma*
(Kitab Arjuna Wiwaha, BG III.19)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kawaca Dharma: Kerendahan Hati

*Mutiara Weda*
20/10/2017

*Kawaca Dharma: Kerendahan Hati*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa membangun *Kecerdasan* merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai faktor dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*.  *Busana/Kawaca* dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus, *Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian, *Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharma* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, Bangunlah Kawaca Dharma yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang, sehingga mampu menapaki hidup yang rendah hati, ceria selalu tersenyum, dan mampu mengendalikan emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tumbuhkan sikap saling Memaafkan

*Mutiara Weda*
21/10/2017

*Tumbuhkan Sikap saling Memaafkan*

Setiap umat manusia haruslah menyadari  bahwa, sangatlah tidak mungkin  pohon yg  besar itu tumbuh  tanpa ada benihnya.
Begitu pula dalam kehidupan Manusia, sangatlah   mustahil   orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri

Tumbuhkan sikap saling memaafkan, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati. *Satyam*, *Siwam* dan *Sundaram*.

*Maka dari  itu*, Bangunlah  kesadaran  dan jati diri yang sejati, belajar saling memaafkan,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran* dengan landasan tutur kata yg santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta