Kamis, 27 April 2023

Ketidakrakusan

*Mutiara Weda*
25 / 04 /2023

*Ketidakrakusan*

*Umat Se-dharma*,
Sifat Lobha  merupakan salah satu dari enam musuh yang ada dalam diri setiap umat manusia  *Sad Ripu* .  Setiap  manusia sudah  semestinya   berpikir terhadap   kekayaan dan cara memperolehnya  dengan menunjukkan sikap bijak, hormat dan santun  kepada-Nya dengan  berlandaskan  pada ajaran  Dharma.

Jika direnungkan  sifat  “Lobha” juga  memiliki  dampak,  baik yang  bersifat  positif maupun negatif terhadap diri sendiri serta  orang lain. Lobha yang berdampak negatif sudah dimasuki unsur  rajas dan tamas dan tak terkendali  yang dapat  merugikan diri sendiri maupun orang lain.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu  dalam membangun kedamaian dan keharmonisan menuju kebahagiaan lahir maupun bathin , sekala maupun niskala dengan  mengendalikan  sifat sifat rakus menuju Ketidakrakusan  *Nirlobha*  dengan menggunakan  Wiweka serta  unsur  unsur Satwika . Niscaya akan dapat tercapainya Tujuan hidup yaitu Catur Purusa Artha.
(Reg Veda. 10.31.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Nilai dharma Membentuk Karakter

*Mutiara Weda*
26  / 04 /2023

*Nilai Dharma Membentuk  Karakter*

*Umat Se-dharma*,  Dalam sebuah sesanti ada menyebutkan ;  *Madhu Wisakusemebhyo jayate pathyametat....dst* ,   Madu yang  sering  dipake Obat asalnya  atau sumbernya dari binatang lebah yang berbisa. Begitu pula halnya susu,  minuman yang sangat berguna  bagi tubuh manusia datangnya dari daging dan darah sapi , demikian juga  bunga seroja yang demikian harum tumbuhnya dari Lumpur.

Begitu pula halnya manusia memiliki karakter serta budhi pekerti luhur yang dapat memancarkan nilai kebajikan *Dharma Vahini* sumbernya bukanlah berasal dari faktor  kelahirannya melainkan suatu proses pembelajaran  akan  nilai nilai ajaran Dharma atau  *Dharma Sastra*

*Oleh karena itu*,   Sudah menjadi kewajiban  bagi setiap umat Hindu untuk selalu berusaha mencari kebenaran berdasarkan pada *Tri Pramana Telu* serta menjalankan ajaran  Dharma dengan baik *Dharma Sastra* .  Niscaya akan mampu menolong dirinya dalam mewujudkan kebahagiaan  baik manah santih maupun parama santih, sekala lan Niskala  dengan landasan  perbuatan yang baik  *Subha Karma*
( Slokantara, 55.25)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Rabu, 26 April 2023

Bangun Keserasian Pikiran

*Mutiara Weda*
27/04/2023

*Bangun Keserasian Pikiran*

*Umat Sedharma*, Dalam susastra Hindu  ada tersurat  bahwa  *Kamas tad agre samavartata, mamaso rerah prathamam yad asit*. Sesungguhnya *kekuatan dan kemauan* adalah inti sari dari pikiran dan menjadi sarana  penghubung utama  setiap aktifitas kehidupan  bagi setiap umat manusia.

Memfungsikan pikiran dengan sarana berpikir yang benar dengan dominasi pada :  *Rasa*, *kesadaran* serta pengetahuan suci *Samyagjnana* menjadi suatu keharusan bagi  setiap umat sedharma dalam menjalankan proses samsara guna  mengiplemtasikan  setiap Prilaku menjadi  Tri Kaya Parisudha.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bangun keserasian dalam berpikir *Yunjante mana uta yunjante dhiyah*,  fungsikan pikiran secara  benar agar dapat   menjaga dan mengawasi peran dan kerja  alat alat Indera. *Niscaya*,  Pikiran akan selalu terpusat  *Dhyana* serta  dapat  didudukan di dalam hati atau jantung *Padma Hrdaya* menjadikan perantara atau penghubung  yang  sangat cerdas dan  cepat nantinya .
(Atharva Veda XIX.52.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Selasa, 25 April 2023

Pryavacana

*Mutiara Weda*
15/10/2021

*Pryavacana*

*Umat se-dharma*,  jika  di renung renungkan, manakala memiliki rasa  benci  pada  orang lain sama nilainya dengan  meminum racun, membuat hidup   akan terbebani secara  terus menerus selama  belum bisa  memaafkannya dan akan terus menempati ruang di hati  secara gratis menyebabkan terganggunya proses berpikir, bertindak sehingga tidak mampu untuk mengeluarkan tuturkata yang santun  *Pryavacana*

Sulit rasanya  orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri
Tumbuhkan sikap saling mengampuni, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati * Manah Santih*

*Oleh karena  itu*,  sebagai umat Hindu mari kita Bangkitkan  kesadaran   dan jati diri malalui  belajar saling memaafkan / Ksama,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran*. Niscaya akan dapat terbangunnya manah Santih   sehingga terwujudnya cara  berpikir , bertindak dan  bertutur kata yang santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bersahabat dengan Kesabaran

*Mutiara Weda*
17/ 10 /2021

*Bersahabat  dengan Kesabaran*

*Umat se-dharma*, jika dicamkan  hidup  menjelma menjadi manusia di dunia ini  Ibaratkan *Cakramanggilingan* yang selalu berputar  putar, silih berganti, terkadang diatas pun terkadang dibawah selalu bergantian dan  penuh  dengan berbagai cobaan dan tantangan Hidup.
Tanpa adanya  ombak yang Ganas, tak akan pernah tahu kemahirannya dalam bermain peselancar. Begitu pula, Tanpa adanya  cobaan, tantangan dan godaan hidup ,  tidak akan pernah tahu kualitas kedewasaan  dan tingkat kesabaran yang  dimilikinya.

Cobaan dan Godaan hidup bisa datang setiap saat dan setiap waktu,  umat manusia perlu bersahabat dengan ketenangan dan Kesabaran tersebut,   belajar  bercermin dari layang-layang yang dibuat  naik oleh angin yang kencang, demikian pula,  hanya kolam yang tenang yang bisa membuat lotus menjadi mekar.

*Oleh karena itu* , sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk membangun  kesucian diri baik lahir maupun  bathin dengan landasan ketenangan,  kesabaran dan kedamaian  hati.  Niscaya kehidupan yang *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram*, Manah santih maupun Parama santih  akan dapat terwujud. (Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Membangun kesadaran rohani

*Mutiara Weda*
29  /01/2023

*Membangun Kesadaran Rohani*

*Umat Sedharma*, Pikiran yang bulat dan terpusat memudahkan dalam menyatukan akan pemahaman terhadap sesuatu,  akan tetapi  manakala pikiran  bercabang  cabang dapat dipastikan akan  meninbulkan pikiran  yang dualisme, keragu raguan serta  ketidakteguhan akan pikiran.

Memusatkan pikiran pada kerja,  tugas dan kewajiban serta tetap teguh  baik dalam keberhasilan maupun di saat dalam  kegagalan sehingga nantinya tidak goyah serta  mampu  bersikap Netral pada apa yang didengar dan apa yang akan didengar.

*Oleh karena itu*, pusatkan selalu pikiran pada kemahakuasaan Hyang Widhi dengan bekerja tanpa mengharapkan hasil semata mata dari perbuatan  sebagai motifnya,  dengan  jalan mensinergiskan unsur unsur Triguna dalam diri. *Niscaya* akan dapat mencapai *kesadaran spiritual*   menuju kesadaran Tuhan *samadhi*  serta  merealisasikan  sang Diri *Yoga* dalam mencapai kebahagiaan sejati nantinya.
(BG II.43-53)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Minggu, 23 April 2023

Kebenaran sejati

*Mutiara Weda*
20 /01/2023

*Kebenaran Sejati*

*Umat Se-dharma*, Kesucian bathin  itu  akan dapat terwujud  manakala memiliki kemampuan untuk mengintrospeksi &  mengendalikan Diri, demikian pula  dengan Kesucian diri  akan dapat   membangun *Kedamaian &  keharmonisan* dalam kehidupan, yang selanjutnya  dengan  *Keyakinan spiritual* akan dapat mewujudkan  Kebenaran sejati *Sanatana Dharma*.

Hakekat kebenaran sesungguhnya  merupakan hukum yang abadi atau  hukum Rta  ataupun Hukum Karma dengan landasan kejujuran di dalam mensinergiskan pikiran, perkataan dan perbuatan *Tri Kaya Sandhi*

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu marilah kita bangun Kesucian diri dengan  Pengendalian Indrya sehingga dapat menghindarkan diri dari balutan kegelapan pikiran  *Sapta Timira*  serta tidak menjerumuskan diri ataupun membunuh diri dengan melakukan perbuatan melanggar norma norma agama. Niscaya *Cakra Dharma* akan berputar secara Sinergis   *satyam*, *Sivam* dan *Sundaram* dalam  menata tatanan kehidupan  yang  *Damai*, *rukun* dan *Harmonis*, *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Yajur Veda.19.30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Hidup untuk Mekarma

*Mutiara Weda*
21 / 01 /2023

*Hidup Untuk  Mekarma*

*Umat sedharma*,  Hidup menjelma menjadi manusia sesungguhnya adalah  untuk bekerja.  Tanpa kerja orang tak akan pernah  mencapai kebebasan, demikian juga tak akan pernah  mencapai kesempurnaan hidup  tatkala  menghindari  kerja.

Menyerahkan seluruh aktivitas kerjanya   kepada  Ida SangHyang Widhi Wasa secara  *tulus & total*  tanpa kemelekatan  inilah sesungguhnya  ajaran *Karma Yoga*. Demikian juga sebaliknya  manakala perbuatan yang dilakukan penuh dengan harapan, kepentingan pribadi atau pamerih, perbuatan seperti ini tidak ada  bedanya dengan *penyakit*  atau  *Roga dalam Karma*

*Oleh Karena itu*,  bagi setiap umat Hindu  dalam melakukan  perbuatan  selalu  dilandasi dengan sikap tanpa pamerih, tanpa keinginan untuk menikmati hasilnya dan  melatih diri untuk selalu  mengembangkan sifat *ketidakterikatan* pada segala kegiatan  &  kewajiban *Annaasakti* sehingga seluruh perbuatan menjadi Suci.  *Niscaya*,  kualitas kerja  guna  mencapai tujuan hidup yaitu kebahagiaan  sekala maupun  Niskala akan dapat diwujudkan.
(BG III.4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dosa Penyebab Kelahiran Kembali

*Mutiara Weda*
22 /01/2023

*Dosa Penyebab  Kelahiran Kembali*

*Umat se-dharma*,  Dalam ajaran agama Hindu proses kehidupan yang selalu berputar  putar / berulang ulang  lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara /Punarbhawa. Terlahir kembali *Reinkarnasi/ samsara Punarbhawa*  pada dasarnya  adalah suatu  penderitaan, menderita disebabkan karena Dosa.

Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain  atau yang baru dengan disertai karma wesana sebagai pengikutnya setianya.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk yakin  bahwa sesungguhnya   samsara Punarbhawa itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi,  lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* jalan menuju alam kamoksan. Niscaya umat Hi du akan memahami  hakekat hidup yang sebenarnya  suatu penderitaan yang disebabkan dosa dari   Karma Wesananya.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Panca Indera & Wiweka

*Mutiara Weda*
23 / 01 /2023

*Panca Indera & Wiweka*

*Umat Sedharma*.  Lidah merupakan  salah satu dari bagian Panca Indera   dari  tubuh  manusia  yang memiliki  fungsi Ganda yaitu kemampuan bicara dan  kemampuan   cita rasa.

Dalam sebuah Paribhasa ada Ungkapan ;
*Mulut satu,  lidah Bertopang* atau Ibaratkan *Lidah Tanpa Tulang*, Begitu mudah  dan  leluasanya  menggerakan  fungsi Lidah  akan  sangat membahayakan tatkala tidak dikendalikan  sehingga  menempatkan  unsur *Pengendalian*  sebagai faktor penting   serta menjadikan  Pintu utama dalam mendekatkan diri kehadapan Ida  SangHyang Widhi Wasa.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk mengendalikan fungsi  lidah baik dalam berbicara maupun dalam menikmati cita rasa,  dengan menjalankan *Wiweka* dan  mengembangkan  *Cita Budhi* untuk membedakannya mana yg kekal dan mana yang tidak  kekal serta  mana yang punya rasa dan mana  yang tidak  punya rasa. *Niscaya*,  umat Hindu dalam menjalankan praktek keagamaan akan  selalu dapat menggunakan wiwekanya dengan landasan *Tri Jnana Sandhi* ( Kayika, Wacika & Manacika)  dalam berhubungan  dengan-Nya *Bhakti  Marga*
(Jalan menuju Tuhan.hal.64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Sradha Menjadi Benteng dalam Beragama

*Mutiara Weda*
24 / 01 /2023

*Sradha   Menjadi Benteng dalam Beragama*

*Umat se-dharma*,   Cikal bakal dari penguatan beragama sebenarnya  terletak pada  Keyakinan /Sradha dan Kebenaran ajarannya / *Satya dharma*,  manakala   dalam keyakinan mengalami keraguan bahkan  bimbang  maka akan terjadi kerapuhan  pada pemahaman  inti sari dari ajaran  agamanya. Sedangkan  Karakter dalam beragama Hindu adanya Sradha & Bhakti . Hakekat bhakti sebenarnya adalah membangun keseimbangan hidup,  baik  Jasmani -  rohani  maupun  jiwa  dan Raga.

Dalam melakukan pemujaan sebagai wujud  rasa Bhakti,  manusialah sebenarnya  yang membutuhkannya.  Ibaratkan  matahari selalu bersinar  tanpa henti dan tetap tinggal serta berputar putar  di tempat, inilah yang di sebut   dengan *hukum Rta* atau *hukum alam* yang ditetapkan Tuhan pada Matahari dan setiap  manusia membutuhkan sinar serta unsur unsur alam lainnya itu.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Sradha & Bhakti dengan  penguatan pada ajaran agama dengan menjalankan  Prawerti Marga dan Niwerti Marga.
*Niwrtti Marga* yaitu suatu jalan atau cara yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan tekun melakukan yoga dan samadhi. sedangkan *Prawrtti Marga*  merupakan  jalan atau cara yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan tekun melakukan tapa, yajña, dan yasa kirti,
serta  menjaga kemurnian ajaran agama dengan Panca Sradha  &  Tri Kerangka dasar sebagai bingkainya.  Niscaya Sradha dan bhakti akan semakin kuat dan kokoh *Sanatana Dharma*
[ Kitab Swastika Rana]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jangan Biarkan rasa Benci

*Mutiara Weda*
25/  01 / /2023

*Jangan Biarkan rasa Benci Bersemi dalam Diri*

*Umat se-dharma*, Membangun sebuah  hubungan  *Menyama-Mebraye*  & ikatan  persahabatan dengan sesama umat manusia dan   makhluk ciptaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa lainnya  sangatlah penting  *Vasudhaiva  Kutumbakam* dengan  hidup secara berdampingan, saling asah, asih dan asuh dalam suatu  persahabatan.

Hubungan akan stabil  manakala   norma  norma  agama, etika, sopan santun  dan tata Krama menjadi Bingkainya.  Tatkala  hubungan   didasari atas *nafsu belaka*,  maka dapat dipastikan lambat laun  akan berubah menjadi  saling  hina  & saling  membenci ,saling menjatuhkan, bahkan menggunakan jalan pintas yaitu   pembunuhan karakter sebagai perbuatan hina , keji dan biadab serta tergolong dosa berat *Mahapataka*.   Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda   sudah bersemayamnya benih  kebencian di dalam dirinya, akan tetapi orang  yang memiliki  nilai nilai kebajikan  dapat dipastikan  akan memancarkan ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini*  dalam hidupnya.  Hanya orang orang  yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukkan, menentramkan & damai manakala di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, dengki,  benci dan dendam.

*Oleh karena  itu*,    marilah  sebagai umat Hindu  bangun   dan tumbuhkan benih benih  *kedamaian* dalam  hati dengan Berhenti menabur kebencian, berhenti mencari kesalahan orang lain serta berhenti melakukan tindakan nista apalagi  terhadap upaya pembunuhan karakter  yang cenderung dilandasi dengan penuh  Dusta &  fitnah dengan jalan selalu mengintrospeksi  & mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Metapa, Mebrata, Meyoga dan Mesamadhi.  Niscaya hidup yang Damai , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud sesuai dengan Hakekat  Masesantih yaitu terbangunnya Kedamaian menuju Persaudaraan sejati. (  Atharvaveda X.6.1 & Slokantara 77-78)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tiga Bentuk Kebahagiaan

*Mutiara Weda*
26/01/2023

*Tiga Bentuk Kebahagiaan*

*Umat Sedharma*, Tujuan hidup menjelma  menjadi manusia sesungguhnya adalah  untuk mendapatkan *Kebahagiaan*, baik kebahagiaan *Sekala* maupun kebahagiaan *Niskala*  dengan menempatkan kesucian  pikiran menjadi  barometer dalam mencapainya.  

Kebahagiaan jika dilihat dari sifatnya  dapat diklasifikasikan dalam  tiga  bentuk  yaitu : 
Kebahagiaan yang timbul dari hubungan antara Indra dengan obyek duniawi disebut dengan kebahagiaan yang bersifat *rajasa* sedangkan kebahagiaan yang mengakibatkan penderitaan, kesesatan jiwa disebut  dengan kebahagiaan *Tamasa*, begitu pula kebahagiaan dengan landasan tanpa keterikatan, keteguhan hati,  tidak mudah  goyah selalu berada   dalam jalan  dharma inilah yang disebut dengan  kebahagiaan yang  *Satvika*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  Bangun kebahagiaan dalam diri baik  *Manah santih* maupun *parama santih* dengan jalan selalu menjaga dan membersihkan  pikiran sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik, terkendali serta   terbebas dari  berbagai bentuk keterikatan  menuju kebahagiaan yang  Satvika.   *Niscaya* Tujuan hidup menjelma menjadi manusia akan dapat diwujudkan yaitu Catur Purusa Artha,Jagadhita lan Kamoksan nantinya.
(BG.XVIII.25-37)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Dharmaning agama

*Mutiara Weda*
17 /09/ 2023

*Dharmaning Agama*

*Umat Se-dharma*,  Umat Hindu dalam menjalankan *Dharmaning hidup*  memiliki kewajiban suci  yang di sebut *Dharmaning Agama* yaitu berkewajiban untuk  mempelajari,  memahami dan memancarkan isi kitab suci Weda  *Dharma Vahini*  serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga* atau *Vruh ring sarva Jnana*  sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik.

Umat Hindu dalam  Berpikir, bertutur kata serta berbuat dalam menjalankan aktifitasnya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  serta teropongan  dari  ajaran kebajikan *Sesana* dan  kepatuhan terhadap guru Wisesa  yaitu *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam membangun
keluhuran dan kemuliaan budhi *paramita*  dan  keharmonisan dalam hidup *sundaram* dengan jalan  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  kebenaran *Sesana*  serta taat  & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Membangun kesadaran rohani

*Mutiara Weda*
29  /01/2023

*Membangun Kesadaran Rohani*

*Umat Sedharma*, Pikiran yang bulat dan terpusat memudahkan dalam menyatukan akan pemahaman terhadap sesuatu,  akan tetapi  manakala pikiran  bercabang  cabang dapat dipastikan akan  meninbulkan pikiran  yang dualisme, keragu raguan serta  ketidakteguhan akan pikiran.

Memusatkan pikiran pada kerja,  tugas dan kewajiban serta tetap teguh  baik dalam keberhasilan maupun di saat dalam  kegagalan sehingga nantinya tidak goyah serta  mampu  bersikap Netral pada apa yang didengar dan apa yang akan didengar.

*Oleh karena itu*, pusatkan selalu pikiran pada kemahakuasaan Hyang Widhi dengan bekerja tanpa mengharapkan hasil semata mata dari perbuatan  sebagai motifnya,  dengan  jalan mensinergiskan unsur unsur Triguna dalam diri. *Niscaya* akan dapat mencapai *kesadaran spiritual*   menuju kesadaran Tuhan *samadhi*  serta  merealisasikan  sang Diri *Yoga* dalam mencapai kebahagiaan sejati nantinya.
(BG II.43-53)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dharmaning Hidup

*Mutiara Weda*
27 /01/ 2023

*Dharmaning  Hidup*

*Umat Se-dharma*,  Umat Hindu dalam menjalankan *Dharmaning hidup*  memiliki kewajiban suci  yang di sebut *Dharmaning Agama* yaitu berkewajiban untuk  mempelajari,  memahami , mengamalkan dan mengamankan Pustaka suci Weda serta memancarkannya  *Dharma Vahini*. 

Setiap  umat Hindu  berkewajiban untuk mempelajari dan  memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga* atau *Vruh ring sarva Jnana*  sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik dalam  Berpikir, bertutur kata serta berbuat dalam menjalankan aktifitasnya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  serta teropongan  dari  ajaran kebajikan *Sesana* dan  kepatuhan terhadap guru Wisesa  yaitu *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam membangun
keluhuran dan kemuliaan budhi *paramita*  dan  keharmonisan dalam hidup *sundaram* dengan jalan  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  kebenaran *Sesana*  serta taat  & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kendalikan Pikiran dari Balutan Indrya

*Mutiara Weda*
28/ 01 /2023

*Kendalikan Pikiran dari Balutan Indrya*

*Umat Se-dharma*, setiap umat manusia tidak  terlepas dengan  yang namanya tabiat. terhadap tabiat yang  menaruh rasa dengki / iri hati akan kebahagiaan orang lain  sebagai suatu tindakan kejahatan *atatayi*.

Orang yang memiliki sifat *Irsya /iri hati* tidak akan pernah merasakan kenyamanan  & kedamaian dalam hidupannya karena di dalam hatinya akan  selalu bergejolak unsur Rajas & tamas. Meninggalkan tabiat iri hati dan dengki  sebagai salah satu pilihan menuju  kebahagiaan sejati.

*Oleh karena itu*, marilah  sebagai umat Hindu  untuk selalu  berbuat dengan landasan kebajikan, membuang jauh jauh sifat iri hati dan dengki dengan pengendalian pikiran dari ikatan atau balutan  *Indrya*, sehingga  pikiran tidak terlekati oleh penderitaan yang tidak terobati *Sada samahitam citta naro bhutesu dharayet*. Niscaya akan terhindar dari Kesengsaraan dan penderitaan menuju kebahagiaan lahir maupun bathin, Jagadhita lan Kamoksan nantinya.
(SS.88-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Brahman Atma Aikhyam

*Mutiara Weda*
01 /02/2023

*Brahman Atman Aikyam*.

*Umat Se-dharma*,  mereka yang bahagia sesungguhnya adalah mereka yang  percaya akan dirinya sendiri, begitu pula di dalam  mencapai kebebasan  selalu  berusaha dengan   keluhuran budhi.

Ida SangHyang Widhi Wasa,  akan bersemayam didalam lubuk atau relung hati  *Brahman Atman Aikyam*, manakala dilandasi dengan  keluhuran Budhi serta hati  yang Nyaman,  damai & Indah

*Oleh kerena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kedamaian & Keharmonisan mulai dari  dalam diri  masing masing  dengan  landasan keluhuran Budhi, Jadikan  tubuh dan hati selalu  Damai serta harmonis dengan jalan selalu menjaga  sinergisitas Unsur Tri Guna yang ada  dalam diri ( *Satvam*, *Rajas*  &  *Tamas*) serta mengimplementasikan ajaran *Tri Hita Karana* dalam keseharian . Niscaya akan terwujudnya  rasa damai ,  harmonis dalam diri sehingga  Ida SangHyang Widhi Wasa  akan selalu bersemayam di dalam hati *Brahman Atman Aikyam*.
( Reg Veda.I.85.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bhakti Landasan dalam Meyadnya

*Mutiara Weda*
08 /02/2023

*Bhakti landasan dalam  Meyadnya*

*Umat Sedharma*, Jika direnungkan dalam susastra ada tersurat bahwa Dalam menjalankan Tri Kaya Sandhi,  perbuatan atau persembahan  janganlah  semata mata hanya  karena  mengharapkan hasilnya atau  pahalanya , memang dirasa sulit  didapat dalam melakukan  perbuatan  tanpa dilandasi keinginan atau pahala dijaman ini.

Demikian juga  halnya  dengan ajaran ajaran  Weda  yang diajarkan,  untuk disadari karena adanya  rasa Keinginan. Keinginan untuk mendapatkan pahala pada hakekatnya bersumber pada akar  pemikiran dan bahkan perbuatan itu harus mendapatkan pahala melalui perbuatan dalam bentuk .*Meyadnya*

*Oleh karena itu*,  bagi setiap umat Hindu dalam  melakukan persembahan ataupun perbuatan  dengan landasan  pengabdian dan berpasrahkan diri  kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Bhakti Marga* serta  dalam pelaksanaannya dengan pijakan  pustaka suci Weda serta sumber sumber Dharma lainnya. *Niscaya*, umat Hindu akan dapat mewujudkan Tujuan hidupnya yaitu Catur purusa Artha,  kebahagiaan sekala maupun niskala,  bersatunya atman dengan Brahman atau Manunggaling Kawula lan Gusti, sangkan paraning dumadi, *Moksartham Jagadhita ya ca Iti Dharmah*.
(MDS. II. 2-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Hukum Karma

*Mutiara Weda*
03/02/2023

*Hukum Karma*

*Umat se-dharma*, setiap perbuatan yang dilakukan oleh umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. 
Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang berputar terbalik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma Phala*

Bekas bekas  *Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Oleh karena  itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk menyadari bahwa  hakekat hidup  yang sesungguhnya adalah  untuk   berbuat  kebajikan  *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat buruk *Asubha karma* dengan jalan  memegang Teguh Ageman Ageman  dalam beragama secara benar.  *Niscaya*  umat Hindu dalam menjalankan kehidupan sehari hari dapat  menampakkan  nilai nilai Kebenaran /Dharma  menuju  *Kebahagiaan*  baik lahir maupun  bathin atau Bhumi Kerta  akan dapat diwujudkan.( Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bhakti Landasan dalam Meyadnya

*Mutiara Weda*
08 /02/2023

*Bhakti landasan dalam  Meyadnya*

*Umat Sedharma*, Jika direnungkan dalam susastra ada tersurat bahwa Dalam menjalankan Tri Kaya Sandhi,  perbuatan atau persembahan  janganlah  semata mata hanya  karena  mengharapkan hasilnya atau  pahalanya , memang dirasa sulit  didapat dalam melakukan  perbuatan  tanpa dilandasi keinginan atau pahala dijaman ini.

Demikian juga  halnya  dengan ajaran ajaran  Weda  yang diajarkan,  untuk disadari karena adanya  rasa Keinginan. Keinginan untuk mendapatkan pahala pada hakekatnya bersumber pada akar  pemikiran dan bahkan perbuatan itu harus mendapatkan pahala melalui perbuatan dalam bentuk .*Meyadnya*

*Oleh karena itu*,  bagi setiap umat Hindu dalam  melakukan persembahan ataupun perbuatan  dengan landasan  pengabdian dan berpasrahkan diri  kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Bhakti Marga* serta  dalam pelaksanaannya dengan pijakan  pustaka suci Weda serta sumber sumber Dharma lainnya. *Niscaya*, umat Hindu akan dapat mewujudkan Tujuan hidupnya yaitu Catur purusa Artha,  kebahagiaan sekala maupun niskala,  bersatunya atman dengan Brahman atau Manunggaling Kawula lan Gusti, sangkan paraning dumadi, *Moksartham Jagadhita ya ca Iti Dharmah*.
(MDS. II. 2-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Empat golongan orang yang menikmati Kebahagiaan

*Mutiara Weda*
07/02/2023

*Empat  Golongan orang yang menikmati  Bahagia*

*Umat Sedharma*, sesungguhnya ada empat golongan manusia yang menikmati  kebahagiaan hidup ini, 

Keempat golongan orang yang dapat menikmati kebahagiaan hidup yaitu Orang  yang tahu tujuan dan cara hidup, Orang yang memiliki keberanian, orang yang Bijaksana dan orang yang pandai dalam berbicara atau diplomasi.

Oleh karena itu, sebagai umat Hindu bangun kebahagiaan dalam diri baik manah santih maupun parama santih dengan memahami dan mendalami  ajaran agama dan semua petatah petitih tutur tutur agama *Krtavidya*. Niscaya akan dapat terwujudnya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur Puruartha*
(Slokantara,10(38)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jana Kertih

*Mutiara Weda*
06/11/2022

*Jana Kertih*

*Umat sedharma*, dalam susastra ada mengungkapkan ; Orang yang memiliki keinginan  untuk  berbuat bebas tanpa  *keakuan* dapat dipastikan akan mendapatkan kedamaian serta  keharmonisan dalam hidupnya.

Orang yang berjiwa sabar, Tenang  & Tulus Ibaratkan  air yang masuk kedalam Samudera, walaupun  terus menerus namun tetap tenang tak bergerak,  demikian juga halnya dengan  orang  yang berjiwa  sabar & tenang akan mencapai kedamaian, walaupun semua kesenangan ada padanya tetapi bukan berarti mengumbar  hawa nafsunya.

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk selalu meningkatkan serta menegakkan kesucian  diri masing masing  *Jana Kertih*  serta  membangkitkan    kesucian jiwa dengan menjalankan ajaran *Tingkahing Brata*  melalui  pemusatan pikiran dan pengendalian *panca Indera* dari segala obyek keinginan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu  yang bijak dan memiliki  Aura atau  vibrasi energi positif yang kuat.
(BG II.65-72)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

 demikian juga halnya dengan  orang  yang berjiwa  sabar & tenang akan mencapai kedamaian, walaupun sesunguhnya  semua kesenangan ada padanya tetapi bukan berarti mengumbar  hawa nafsunya.

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk selalu meningkatkan serta menegakkan kesucian  diri masing masing  *Jana Kertih*  serta  membangkitkan    kesucian jiwa dengan menjalankan ajaran *Tingkahing Brata*  melalui  pemusatan pikiran dan pengendalian *panca Indera* dari segala obyek keinginan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu  yang bijak dan memiliki  Aura atau  vibrasi energi positif yang kuat di dalam diri masing masing.
(BG II.65-72)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pupuk rasa Ketidakpuasan dengan nilai Kebajikan

*Mutiara Weda*
07 /02/2023

*Pupuk rasa Ketidakpuasan dengan Nilai Kebajikan*

*Umat Sedharma*, dalam susastra ada tersurat  bahwa  *na trpti rajno dhanasangrahena...dst* ; seorang  raja,  tidak akan pernah puas pada harta bendanya yang telah diperolehnya,  demikian juga halnya   dengan Samudera   tidak akan pernah puas dengan air- air sungai  yang membanjirinya, begitu pula halnya dengan orang yang  bijaksana tidak akan pernah merasa  puas dengan ilmu  pengetahuan yang telah  dimilikinya .

Sesungguhnya tidak semua ketidakpuasan itu baik ataupun buruk namun setiap umat haruslah mampu membedakan mana yang baik  yang wajib dilakukan dan mana  perbuatan buruk  yang dapat menjerumuskan.

*Oleh karena itu*, Sebagai umat Hindu bangun &  pupuk rasa   ketidakpuasan dalam berbuat  suatu kebajikan serta  mengejar ilmu pengetahuan rohani *Kedhyatmikan*  untuk mencapai kesempurnaan hidup dengan landasan ajaran *Wiweka*. *Niscaya*, Umat Hindu akan selalu berada pada jalan Dharma *Yasa Kerti* dan terhindar dari kejahatan *Duryasa*. (Slokantara.44 & SS.320)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bhakti Landasan dalam Berkarma

*Mutiara Weda*
08 /02/2023

*Bhakti landasan dalam Berkarma*

*Umat Sedharma*, Jika direnungkan dalam susastra ada tersurat bahwa Dalam mengimplementasikan ajaran Ethika Hindu  *Tri Kaya Parisudha* dalam berbuat  melakukan  persembahan  janganlah  semata mata hanya  karena  mengharapkan hasilnya atau  pahalanya , memang dirasa sulit  didapat dijaman ini  dalam melakukan  perbuatan  tanpa dilandasi keinginan atau pahala.

Demikian juga  halnya  dengan ajaran ajaran  Weda  yang diajarkan,  untuk disadari karena adanya  rasa Keinginan. Keinginan untuk mendapatkan pahala pada hakekatnya bersumber pada akar  pemikiran dan bahkan perbuatan itu harus mendapatkan pahala melalui perbuatan dalam bentuk .*Meyadnya*

*Oleh karena itu*,  bagi setiap umat Hindu dalam  melakukan persembahan ataupun perbuatan  dengan landasan  pengabdian dan berpasrahkan diri  kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Bhakti Marga* serta  dalam pelaksanaannya dengan pijakan  pustaka suci Weda serta sumber sumber Dharma lainnya. *Niscaya*, umat Hindu akan dapat mewujudkan Tujuan hidupnya yaitu Catur purusa Artha,  kebahagiaan sekala maupun niskala,  bersatunya atman dengan Brahman atau Manunggaling Kawula lan Gusti, sangkan paraning dumadi, *Moksartham Jagadhita ya ca Iti Dharmah*.
(MDS. II. 2-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bhakti Jalan Berserah Diri

*Mutiara Weda*
10 /02/2023

*Bhakti : Jalan Berserah Diri*

*Umat se-dharma*, Bhakti  marga  merupakan bentuk  penyerahan diri secara tulus sebagai salah satu sarana atau jalan dalam berhubungan & mendekatkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa / Sang Maha Pencipta.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*. Sedangkan rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi dengan cara  membuat simbol simbol / *Nyasa* di sebut  *Prapatti Bhakti*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam  berhubungan  dengan-Nya  dengan landasan penyerahan diri  melalui pemantapan kualitas  rohani *Bhakti*,  *Parama Prema Bhakti* dan Prapatti Bhakti*, serta  selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini menemui kebahagiaan dan  terhindar dari bencana dan Malapetaka. ( BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tyaga: Jauhkan diri Dari Prilaku Buruk

*Mutiara Weda*
09 / 02 / 2023

*Tyaga : Jauhkan diri Dari Prilaku Buruk*

*Umat Se-dharma*,  Perenungan hidup yang wajib dilakukan bagi setiap  umat Hindu  sebagai rambu rambu yang sangat penting untuk diperhatikan agar tidak terbelenggu rasa takut dan tenang, tabah dalam menjalani kehidupan yang dikenal dengan *Sad Anu Darsana*.

Keenam perenungan hidup yang pasti dialami setiap manusia  tersebut :

*Janma* : kelahiran

*Mrtyu*   : kematian

*Jara*     : usia tua

*Vyadi*   : Sakit, bangun hidup sehat sejak dini.

*Dukha* : penderitaan sbg dinamika hidup

*Dosa*   : menjauhkan hidup ini pada hidup bahagia.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu pergunakan kesempatan hidup menjelma menjadi manusia dengan baik dengan merealisasikan ajaran Dharma dalam kehidupan sehari hari berdasarkan keyakinan dalam bingkai Panca Sradha, dan membiasakan diri untuk berkarma Baik *Abhyasa* serta senantiasa meninggalkan perbuatan atau prilaku buruk *Tyaga* dengan lebih menampakan ajaran bhakti dalam kehidupan sehari hari.
( BG.XIII.8 & SS. 2-6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bhakti Jalan Berserah Diri

*Mutiara Weda*
10 /02/2023

*Bhakti : Jalan Berserah Diri*

*Umat se-dharma*, Bhakti  marga  merupakan bentuk  penyerahan diri secara tulus sebagai salah satu sarana atau jalan dalam berhubungan & mendekatkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa / Sang Maha Pencipta.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*. Sedangkan rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi dengan cara  membuat simbol simbol / *Nyasa* di sebut  *Prapatti Bhakti*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam  berhubungan  dengan-Nya  dengan landasan penyerahan diri  melalui pemantapan kualitas  rohani *Bhakti*,  *Parama Prema Bhakti* dan Prapatti Bhakti*, serta  selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini menemui kebahagiaan dan  terhindar dari bencana dan Malapetaka. ( BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Berbuat dengan KetanpaAkuan

*Mutiara Weda*
11 /02/2023

*Berbuat dengan KetanpaAkuan*

*Umat sedharma*, dalam susastra ada mengungkapkan ; Orang yang memiliki keinginan  untuk  berbuat bebas tanpa  *keakuan* dapat dipastikan akan mendapatkan kedamaian serta  keharmonisan dalam hidupnya.

Orang yang berjiwa sabar, Tenang  & Tulus Ibaratkan  air yang masuk kedalam Samudera, walaupun  terus menerus namun tetap tenang tak bergerak,  demikian juga halnya dengan  orang  yang berjiwa  sabar & tenang akan mencapai kedamaian, walaupun semua kesenangan ada padanya tetapi bukan berarti mengumbar  hawa nafsunya.

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk selalu meningkatkan serta menegakkan kesucian  diri masing masing  *Jana Kertih*  serta  membangkitkan    kesucian jiwa dengan menjalankan ajaran *Tingkahing Brata*  melalui  pemusatan pikiran dan pengendalian *panca Indera* dari segala obyek keinginan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu  yang bijak dan memiliki  Aura atau  vibrasi energi positif yang kuat di dalam diri masing masing *suksme Sarira*.
(BG II.65-72)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Karakter dan Budhi Pekerti

*Mutiara Weda*
10  / 02 /2023

*Karakater &  Budhi Pekerti  Dibentuk  dari Nilai Dharma*

*Umat Se-dharma*,  Dalam sebuah sesanti ada menyebutkan ;  *Madhu Wisakusemebhyo jayate pathyametat....dst* ,   Madu yang  sering  dipake Obat asalnya  atau sumbernya dari binatang lebah yang berbisa. Begitu pula halnya susu,  minuman yang sangat berguna  bagi tubuh manusia datangnya dari daging dan darah sapi , demikian juga  bunga seroja yang demikian harum tumbuhnya dari Lumpur.

Begitu pula halnya manusia memiliki karakter serta budhi pekerti luhur yang dapat memancarkan nilai kebajikan *Dharma Vahini* sumbernya bukanlah berasal dari faktor  kelahirannya melainkan suatu proses pembelajaran  akan  nilai nilai ajaran Dharma atau  *Dharma Sastra*

*Oleh karena itu*,   Sudah menjadi kewajiban  bagi setiap umat Hindu untuk selalu berusaha mencari kebenaran berdasarkan pada *Tri Pramana Telu* serta menjalankan ajaran  Dharma dengan baik *Dharma Sastra* .  Niscaya akan mampu menolong dirinya dalam mewujudkan kebahagiaan  baik manah santih maupun parama santih, sekala lan Niskala  dengan landasan  perbuatan yang baik  *Subha Karma*
( Slokantara, 55.25)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Berbuat dengan KetanpaAkuan

*Mutiara Weda*
11 /02/2023

*Berbuat dengan KetanpaAkuan*

*Umat sedharma*, dalam susastra ada mengungkapkan ; Orang yang memiliki keinginan  untuk  berbuat bebas tanpa  *keakuan* dapat dipastikan akan mendapatkan kedamaian serta  keharmonisan dalam hidupnya.

Orang yang berjiwa sabar, Tenang  & Tulus Ibaratkan  air yang masuk kedalam Samudera, walaupun  terus menerus namun tetap tenang tak bergerak,  demikian juga halnya dengan  orang  yang berjiwa  sabar & tenang akan mencapai kedamaian, walaupun semua kesenangan ada padanya tetapi bukan berarti mengumbar  hawa nafsunya.

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk selalu meningkatkan serta menegakkan kesucian  diri masing masing  *Jana Kertih*  serta  membangkitkan    kesucian jiwa dengan menjalankan ajaran *Tingkahing Brata*  melalui  pemusatan pikiran dan pengendalian *panca Indera* dari segala obyek keinginan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu  yang bijak dan memiliki  Aura atau  vibrasi energi positif yang kuat di dalam diri masing masing *suksme Sarira*.
(BG II.65-72)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pentingnya Kesadaran Pikiran

*Mutiara Weda*
13 / 02/2023

*Pentingnya  Kesadaran Pikiran*

*Umat se-dharma*,Jika direnungkan,  sesungguhnya terjadinya *Karma* itu diawali dari  proses Bepikir.  Pikiran menjadi penentu tatkala akan bertutur kata dan bertindak agar  menghasilkan  Karma baik atau *Subha Karma* nantinya.

Mengarahkan  & memperbaiki pola pikir menjadi suatu keharusan  sehingga  pikiran  dapat terkendali  &  berkonsentrasi  serta Terpusat *Dhyana* kepada Ida SangHyang Widhi Wasa sehingga  akan lebih mudah dalam  menumbuhkan *Kesadaran Pikiran*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu memusatkan pikiran *Dharana*  dan  membangun *Kesadaran Pikiran* yang berlandaskan *Budhi*   sehingga dapat  menjalankan *Wiweka* dengan sempurna. *Niscaya*, pikiran, perkataan dan perbuatan akan selalu  Sinergis dan  terkontrol  sehingga menampakkan prilaku suci serta  Bersih  *Tri Kaya Parisudha*.
(kitab Panca Sradha, hal.146-148)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta 

Bangun Manah Santih

*Mutiara Weda*
12  /02/2023

*Bangun Manah Santih*

*Umat Sedharma*, dalam sebuah  sesanti   ada menguraikan ; Tundukkan kemarahan itu   dengan kesabaran,  tundukan setiap kejahatan dengan nilai nilai kebenaran &  kebajikan, begitu juga Kelicikan dapat ditundukkan   dengan keikhlasan, ketulusan dan  kerelaan, Serta dengan  kejujuran dan kepolosan  hancurkan segala Tipu daya dan berbagai bentuk  kebohongan.

Janganlah  Membalas pukulan dengan pukulan begitu pula  jangan  membalas cacian dengan cacian sebagai  sikap bijak implementasi  dari  ajaran Ethika Hindu. Sesungguhnya Dendam adalah racun penghancur hati dan bagian terburuk dari rencana penghancuran masa depan diri sendiri.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu, untuk selalu membangun Kedamaian *Manah Santih* mulai dari dalam Diri masing masing dengan  menumbuhkan sikap *Ksamavrata* kesediaan untuk saling memaafkan  kepada sesama dan *Pritivrata*,  kemampun untuk menunjukkan  sifat welas asih terhadap sesama serta membangun kualitas  diri dengan menjaga stabilitas  Mental, Intelektual dan Kesehatan (Ahara, Vihara dan Ausadha) secara sinergis. *Niscaya*, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang berkarakter dan berwawaskan nilai nilai Dharma.
(kitab Slokantara,Sloka 83 hal.293)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pentingnya Kesadaran Pikiran

*Mutiara Weda*
13 / 02/2023

*Pentingnya  Kesadaran Pikiran*

*Umat se-dharma*,Jika direnungkan,  sesungguhnya terjadinya *Karma* itu diawali dari  proses Bepikir.  Pikiran menjadi penentu tatkala akan bertutur kata dan bertindak agar  menghasilkan  Karma baik atau *Subha Karma* nantinya.

Mengarahkan  & memperbaiki pola pikir menjadi suatu keharusan  sehingga  pikiran  dapat terkendali  &  berkonsentrasi  serta Terpusat *Dhyana* kepada Ida SangHyang Widhi Wasa sehingga  akan lebih mudah dalam  menumbuhkan *Kesadaran Pikiran*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu memusatkan pikiran *Dharana*  dan  membangun *Kesadaran Pikiran* yang berlandaskan *Budhi*   sehingga dapat  menjalankan *Wiweka* dengan sempurna. *Niscaya*, pikiran, perkataan dan perbuatan akan selalu  Sinergis dan  terkontrol  sehingga menampakkan prilaku suci serta  Bersih  *Tri Kaya Parisudha*.
(kitab Panca Sradha, hal.146-148)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta 

Jangan Pernah Berhenti Menabur Kebajikan

*Mutiara Weda*
14 / 02 /2023

*Jangan Pernah Berhenti Menabur Kebajikan*

*Umat se-dharma*, Jika di  renung renungkan, Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda bahwa dia hanya memiliki kebencian di dalam dirinya, akan tetapi, orang  yang memiliki kebajikan /*Dharma* dapat dipastikan dia akan memancarkan ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini*  dalam hidupnya.

Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai kalau di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan dendam.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti dalam menabur kebajikan,  bangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam  hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi.  Niscaya hidup yang Santih , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud.
(kitab Ramayana & Panca Siskanya Angaji)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta 

Sauca Pangkal dari Kebenaran

Karma Wesana sang Pengikut setia

*Mutiara Weda*
15/02/2023

*Karma Wesana Sang Pengikut Setia*

*Umat se-dharma,  Kualitas Karma itu  sangat menentukan kehidupan umat manusia  baik dalam kehidupan  terdahulu (atita),  kehidupan sekarang (Wartamana) maupun kehidupan yang akan datang (Nagata) dalam *Tri Samaya*.
 proses kehidupan yang selalu berputar  putar / berulang ulang  lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara punarbhawa. Samsara pada dasarnya  adalah suatu  penderitaan.  menderita disebabkan karena Dosa.

Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain  atau yang baru dengan disertai *karma wesana* sebagai pengikut  setianya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu haruslah paham secara betul bahwa samsara punarbhawa  itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi,  lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan dengan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* sebagai  jalan menuju alam kamoksan. Niscaya  umat  Hindu akan mengerti hakekat  Karma sebagai sang penentu kehidupan dalam  Tri samaya : Atita,  Nagata lan wartamana.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Sauca Pangkal dari Kebenaran

*Mutiara Weda*
16 / 02 / 2023

*Sauca   Pangkal dari Kebenaran*

*Umat sedharma* , seva atau pengabdian merupakan bagian dari kerja atau  Karma dan dari pengabdian itu pula,  akan dapat terbangunnya kesucian dalam diri sebagai pondasi dalam mengarungi  kehidupan bagi setiap umat  umat Hindu.

Dari kesucian Diri *Sauca* akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemulyaan  akan mendapatkan kehormatan dan dengan kehormatan pula  akan dapat memperoleh kebenaran atau *Satya*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bangunlah kesucian dalam diri, baik lahir maupun bathin dengan didasari semangat pengabdian/ Seva,  berlandaskan  pada  ajaran Dharma  serta mengedepankan ajaran *Tresna asih* sesuai ajaran *Tri Parartha* yaitu :'  *Asih*,  *Punia* dan *Bhakti*. Niscaya  akan dapat terbangunnya umat Hindu Yang  Satyam, Sivam dan Sundaram  menuju umat Hindu  kebahagiaan.  (Yajur Veda, 19.30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jangan Mengabaikan Budhi Baik dari Orang

*Mutiara Weda*
17 / 02 /2023

*Jangan Mengabaikan  Budhi Baik  dari Orang*

*Umat se-dharma*, Mengucapkan rasa angayubagya,  bersyukur atau mengucapkan rasa terimakasih  terhadap jasa dan budhi baik orang merupakan suatu  kewajiban,  manakala  orang yang  tidak pernah mengucapkan  rasa terimakasih atas kebaikan orang lain di sebut  *Krtaghna*  merupakan dosa besar dan tidak ada obatnya.  Sesungguhnya Hidup menjelma menjadi manusia ibaratkan Roda pedati yang selalu berputar putar, silih berganti,  suka maupun duka, tak satupun manusia mampu menahan dan merubah Kuasa Tuhan.

Rasa Suka  maupun  Duka  akan selalu berdampingan dan datangnyapun silih berganti  begitu juga Kebahagiaan  yang dianugerahkan-Nya itupun tidak bisa diukur dari seberapa banyak yang dimilikinya, melainkan seberapa rasa angayubagya dan rasa syukhur  yang bisa diungkapkannya .

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu Mangayubagya dan memanjatkan rasa syukur serta berterimakasih  kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa apapun yang dianugerahkan-Nya  dan jangan pernah untuk tidak tahu berterimakasih *Krtaghna*,  begitu pula beliaulah yang mengatur alam semesta beserta isinya   *ya nah pita janita yo nidhata dhanani Vedo bhuvanani Vistha*. Niscaya umat se dharma akan menemukan hakekat dari  kebahagiaan itu sendiri.
(Kitab Slokantara, 84.76.hal. 297 & SS. 322)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bunga Bunga Dharma

*Mutiara Weda*
18 /02/2023

*Bunga Bunga Dharma*

*Umat Se-dharma*,  Kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut sebagai kelahiran  *Deva Yoni* atau  
*Aisvarya* & Menjadikan sebagai Buah atau bunga bunga Dharma.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh benih Adharma / kejahatan dan menentang dharma *Avairagya*, tidak mengetahui akan *Tattva Jnana* dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan bahkan samsara Punarbhawa.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada *buah Jnana* berupa pengetahuan suci Weda Samhita. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Hindu Agama Wahyu

*Mutiara Weda*
19/ 02 /2023

*Hindu agama Wahyu*

*Umat se-dharma*, agama Hindu dengan Pustaka suci Weda  yang menjadi  pegangan dan pedoman hidup  bagi umat Hindu, bukanlah buatan manusia  *Apauruseya*, melainkan sabda suci Tuhan / wahyu langsung  dari Ida SangHyang Widhi Wasa  yang diterima dan di himpun  oleh para maha rsi karena kemekaran dan kematangan instuisinya *Aparoksa-Anubhuti*.

Kitab suci Weda memiliki beberapa Karakteristik atau sifat sifat:

*Bersifat Universal*, merupakan santapan rohani dan menjadi pegangan,  pedoman  dan tuntunan hidup bagi setiap umat manusia.

*Sanatana dharma*  &  *Vaidika dharma*:  bersifat kekal abadi serta  bersumber dari kitab suci Weda Samhita.

*Fleksibel*:  berlaku sepanjang dan  seluruh jaman, Baik jaman *Satya /kerta Yuga*, *Treta yuga* , *Dwapara yuga* maupun pada jaman *Kali yuga*.

*Anandi Ananta* : kitab suci weda bersifat tidak berawal dan pula tidak berakhir serta dipelajari sepanjang jaman.

*Oleh karena  itu*, Bagi  setiap umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk belajar kitab suci Weda secara baik dan benar sesuai dengan sumber sumber Dharma  yaitu Kitab *Sruti*,  *smerti*, *Sila*, *Acara /Sistacara*, dan *Atmanastuti*,  dengan cara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan. Niscaya akan mampu memperkokoh ajaran dharma dalam diri setiap umat Hindu. (Kitab Suci Weda Sabda suci)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tri Dharma Sandhi

*Mutiara Weda*
20  /02/2023

*Tri Dharma Sandhi*

*Umat Se-dharma*,  Pustaka suci  Weda yang menjadi pegangan, pedoman  dan Tuntunan hidup  bagi umat Hindu  memiliki  dua bagian besar  yaitu *Weda Sruti* dan *Weda Smerthi*.   Kitab  Catur Weda tergolong dalam *Weda Sruti* dan  menjadi *Weda Inti* atau *Weda Sirah*  sedangkan  kitab Weda  *Smerthi* merupakan *Dharma Sastra*, keduanya harus diyakini , ditaati serta  dipatuhi ajaran ajarannya sehingga  tindakan dalam bidang Dharma menjadi sempurna.

Apa yang diajarkan oleh *Sruti* disebut Dharma, semua yang diajarkan dalam *Smerthi* pun dharma pula namanya, demikian pula tingkah laku sang *Sistacara* yang memberikan ajaran Kebenaran & kesucian  Dharma pula namanya sehingga di sebut *Tri Dharma Sandhi*

*Oleh Karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meyakini dan menjalankan Tri Dharma Sandhi  atau Tiga Dharma ;  Sruti, Smerthi  dan Sistacara secara sinergis dan seimbang *Tri Dharma Sandhi*. *Niscaya* seluruh Indrya dan hawa nafsu akan dapat dikendalikan begitu pula segala tindakan akan selalu berlandaskan Dharma atau  *Dharma Laksana* ( S.S.40-42)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bebaskan Diri dari Balutan Panca Wisaya

*Mutiara Weda*
21/02/2023

*Bebaskan Diri  dari Balutan Panca Wisaya*

*Umat Sedharma*, jika direnungkan sesungguhnya  proses kehidupan  *Suka dan Duka*  yang dialami  datangnya silih Bergantian, terkadang diatas dan terkadang di bawah  ibaratkan *Cakraning Manggilingan* atau rodanya pedati.  Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang  maka akan semakin tinggi tingkat kesadaran  yang dimilikinya sehingga akan semakin  sulit akan dilekati oleh kesenangan  maupun  kesedihan dalam pikiran.  Tidak bersedih hati tatkala mengalami kesusahan pun tidak terlalu bergirang dan berbangga  hati manakala  mendapatkan rasa  senang dan bahagia.

Membebaskan diri dari   Balutan  *Panca Wisaya*  atau kenikmatan duniawi  dan menjauhkan diri dari sentuhan halus yang dapat merangsang,  merusak  serta  menjadi racun dalam diri manusia  menjadi suatu keharusan.

*Oleh Karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan pikiran dengan ilmu pengetahuan suci  atau kearifan Budhi  sehingga segala noda pikiran dapat dihilangkan ataupun dilenyapkan  sehingga  suci bersih Budhi pikirannya menampakkan sifat sifat yang penuh Satvika. Niscaya umat sedharma akan dapat terbangunnya kedamaian dalam diri dan terbebas  dari  unsur  panca Wisaya / segala kenikmatan serta keterikatan duniawi.
(SS.502-509)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tiga sifat Buruk pada diri Manusia

*Mutiara Weda*
22 / 02 / 2023

*Tiga sifat Buruk Pada Diri Manusia*

*Umat Se-dharma*, Jika di lihat dari sisi ajaran Ethika Hindu ada tiga sifat  *buruk* atau *kotor* yang selalu melekat dalam diri umat manusia akibat dari pengaruh buruk   *Indrya/ Nafsu*  yang tak terkendalikan yang  bertentangan dengan nilai nilai Dharma. Pengendalian gerak pikiran menjadi faktor penting  dan  penentu bagi kehidupan setiap  umat manusia  *Citta Vrtti Nirodha*.

Ketiga sifat buruk dan  kotor tersebut :
*Mithia Hrdaya* :  sifat yang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain
*Mithia Wecana*  :  selalu bersifat sombong dan angkuh
*Mithia Laksana*  :  berprilaku kasar dan tidak sopan.

*Oleh karena itu*, Sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu   untuk selalu mengendalikan  gerak  Laju pikiran
*Citta Vrtti Nirodha*  serta menempatkan  *Gayatri mantram* sebagai ibu dari Weda *Gayatri Chandasam Matha* dengan   Ethika Agama sebagai pijakan dalam pengejewantahannya.   *Niscaya*  tidak akan menemui hambatan dalam  membangun  kualitas rohani  pada  diri serta  dalam  menjalankan  ajaran *Tri Kaya  Parisudha*  sehingga  hidup akan  Nyaman, Aman,  Damai dan Harmonis.
(Kitab Widhi Sastra & Manu Smrthi.IV.256)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kebenaran Dharma Tertinggi

*Mutiara Weda*
24/02/2023

*Kebenaran Dharma  Tertinggi*

*umat Sedharma*,  Dharma merupakan  kewajiban suci yang harus di dengar,  dipahami dan dilaksanakan  tatkala ingin mengerti akan arti dan makna  kehidupan  menjelma menjadi manusia 

Dalam sesanti  ada diungkapkan :  Diantara sesama manusia, sang Brahmana warna  yang tertinggi  / sang Wruh ring Sarwa Jnana yang paham akan pengetahuan suci Weda dan jika dilihat dari   sumber cahaya  mataharilah yang utama  demikian juga  jika di lihat dari susunan tubuh     atau   Angga sarira  dari manusia  maka  kepala itulah yang paling  utama  begitu pula halnya dalam  hal Dharma,  kebenaranlah yang paling tertinggi .

*Oleh Karena itu*,  sebagai umat Hindu dalam menjalankan kewajiban suci *Dharma*  dengan  menempatkan nilai  nilai  Kebenaran sebagai penyangga utama kehidupan. Tidak ada Dharma ( kewajiaban suci) yang lebih tinggi dari Kebenaran/Satya. *Niscaya* Umat sedharma  dalam menjalankan proses Kehidupan / Samsara akan pageh dan  ajeg dengan Dharmanya serta mendapatkan   kebahagiaan hidup  lahir dan bathin,  sekala maupun  niskala nantinya.
(Slokantara Sloka 1 -3)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta


Selaraskan Unsur Tri Gunatatwa dalam diri

*Mutiara Weda*
23 /02/2023

*Selaraskan Unsur Tri Gunatattwa Dalam Diri*

*Umat Se-dharma*, jika kita renungkan, *Krodha* atau  sifat pemarah, sifat mudah  Emosi  sering menggerogoti jiwa umat manusia yang tanpa disadarinya.  Dan emosi merupakan perkara yang  dianggap sangat sulit untuk dikendalikan, manakala emosi terlampau di tekan maka akan terciptanya suatu kebosanan dan bila tidak dikendalikan  akan dapat melahirkan sifat ekstrem dan dendam  yang terus menerus secara membabi buta   yang  dapat mengakibatkan timbulnya   berbagai  macam penyakit dalam diri yang bersangkutan.

Sesungguhnya Akar persoalan timbulnya  *Emosi* akibat dari ketidakmampuan menyelaraskan Unsur unsur  *Tri Guna*  ( Satwam, rajas dan tamas) yang ada dalam diri.  Tri Guna yang ada dalan diri manusia akan melahirkan kecendrungan sikap dan  prilaku serta cara Berpikir seseorang, apapun macam *Guna*  yang mempengaruhi.  Jadi Emosi sangat ditentukan oleh kecenderungan kecenderungan  unsur *Guna* yang menguasainya, manakala  dikuasai oleh unsur *rajas* maka sifat  pemarah dan geram akan menunggangi & menyelimuti jiwanya.

*Oleh karena itu*. Sebagai umat Hindu Sinergiskan unsur Tri Gunatattwa dalam diri dan  kendalikan  sifat emosi  pengaruh  dari unsur  *rajas* itu dengan menyusupkan kecendrungan  *Satwika guna* atau mengendalikan unsur *Rajas* dengan unsur *Satwam* serta selalu  berusaha mengimplementasikan ajaran Ethika Hindu dengan prioritas pada kemampuan dalam  pengendalian diri lahir & bathin *Yama* dan *Nyama*.  Niscaya *Emosi* perlahan lahan akan terkendali menuju Kedamaian *Manah  Santih*  maupun *Parama Santih*. (Tattwa Jnana 10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kebenaran Dharma Tertinggi

*Mutiara Weda*
24/02/2023

*Kebenaran Dharma  Tertinggi*

*umat Sedharma*,  Dharma merupakan  kewajiban suci yang harus di dengar,  dipahami dan dilaksanakan  tatkala ingin mengerti akan arti dan makna  kehidupan  menjelma menjadi manusia 

Dalam sesanti  ada diungkapkan :  Diantara sesama manusia, sang Brahmana warna  yang tertinggi  / sang Wruh ring Sarwa Jnana yang paham akan pengetahuan suci Weda dan jika dilihat dari   sumber cahaya  mataharilah yang utama  demikian juga  jika di lihat dari susunan tubuh     atau   Angga sarira  dari manusia  maka  kepala itulah yang paling  utama  begitu pula halnya dalam  hal Dharma,  kebenaranlah yang paling tertinggi .

*Oleh Karena itu*,  sebagai umat Hindu dalam menjalankan kewajiban suci *Dharma*  dengan  menempatkan nilai  nilai  Kebenaran sebagai penyangga utama kehidupan. Tidak ada Dharma ( kewajiaban suci) yang lebih tinggi dari Kebenaran/Satya. *Niscaya* Umat sedharma  dalam menjalankan proses Kehidupan / Samsara akan pageh dan  ajeg dengan Dharmanya serta mendapatkan   kebahagiaan hidup  lahir dan bathin,  sekala maupun  niskala nantinya.
(Slokantara Sloka 1 -3)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta


Tutur Agama Menjaga Manusia

*Mutiara Weda*
25 / 02 /2023

*Tutur Agama Menjaga Manusia*

*Umat se-dharma*,  Menjaga & merawat  anugerah Tuhan merupakan suatu kewajiban  bagi setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan dijaga dengan perilaku yang baik. Begitu pula  Sastra-sastra suci  dijaga  dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.

Demikian juga halnya dalam  kelahiran menjelma  menjadi manusia dapat dijaga dengan tutur agama,  budi pekerti dan  etika  yang baik.

*Oleh karena itu*,  marilah sebagai umat Hindu  jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan ,menjaga dan  merawatnya dengan   melatih diri untuk selalu *Bersyukur* atau *Angayubagya.   Niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala,  manah Santih maupun parama santih akan dapat diwujudkan.
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Mohanya Karma

*Mutiara Weda*
25 /02/2023

*Mohanya Karma*

*Umat sedharma*,  Hukum karma  yang mengatur dinamika kehidupan semua makhluk hidup di alam semesta ini, yang mengakibatkan adanya proses kelahiran  baik dalam kelahiran sorga maupun kelahiran Neraka dengan Karma Wesana sebagai pengikut setianya.

Ketidakmampuan mengendalikan nafsu Indrya  *Mohanya Karma*
berakibat  kaburnya kesadaran umat manusia yang dapat  menghambat peningkatan kualitas kesadaran yang membuatnya jatuh kedalam gelap yang tanpa ada cahaya sehingga tidak dapat melihat mana yang disebut baik atau pun buruk.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu kendalikan Indrya sebagai sumber dari  *Mohanya Karma* sehingga terhindar dari karma buruk dan memahami bahwa setiap umat  manusia serta  semua makhluk hidup sepenuhnya bebas dan memiliki kehendak begitu pula bertanggungjawab atas semua perbuatannya sendiri menjadi  penentu dari karma dalam  kehidupannya *Svatantrya Katah*
[Kitab Samsara & Weda Samhita]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jangan Ragu Dalam Mepunia

*Mutiara Weda*
26 /02/2023

*Jangan Ragu  Dalam  Mepunia*

*Umat Se-dharma*, Dalam susastra ada menyebutkan salah satu jalan untuk  membangun kesucian bathin serta  Melepaskan diri dari ikatan duniawi  *Tyaga*  guna  mendapatkan kebahagiaan sekala maupun Niskala dengan  jalan  *Medana Punia*

Menghaturkan  Dana Punia  atau Dana Suci  dengan  ketulusan  hati sesuai  kemampuan masing masing menjadi suatu kewajiban suci bagi setiap umat Hindu. Medana Punia tanpa dilandasi ketulusan, lebih lebih  diperciki oleh perasaan  marah, unsur pamer ataupun prilaku kotor lainnya diisebut dengan  *Danabhagana*.

Secara umum Ada tiga jenis Dana Punia  antara lain:

*Artha Dana* : Pemberian berupa  harta benda atau materi

*Abhaya Dana* : Pemberian berupa perlindungan rasa aman.

*Brahma Dana* : Pemberian berupa Ilmu Pengetahuan suci.

*Oleh karena itu*,  Sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk   melaksanakan  *Punia bhakti*  atau   *Dana suci dengan landasan ketulusan hati sesuai dengan kemampuan masing masing  dan menghindarkan pemberian Dana  Punia yang  bersifat *Rajasika* maupun *Tamasika*  atau  *Danabhagana*. *Niscaya* dengan ketulusan & keluhuran budhi   akan mendapatkan kualiatas  Punia Bhakti yang *Satvika*  serta mampu  menumbuhkan sifat kedewataan atau Daivi sampad sehingga terwujudnya  kebahagiaan  *Sekala*  & *Niskala* nantinya.
( BG. VIII. 5  & Slokantara, 20.5)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Ilmu & Racun Dalam Diri

*Mutiara Weda*
01 /03/2023

*Ilmu & Racun dalam Diri*

*Umat sedharma*, Jika direnung renungkan  dalam sebuah paribasa , pengetahuan yang tidak digunakan  itu sesungguhnya adalah racun dalam diri, begitu pula halnya  makanan  akan menjadi racun tatkala pencernaannya yang kurang baik, Demikian  juga  dalam hal  berdiskusi *Tarkawada*  ibaratkan menjadi  racun bagi orang yang miskin atau kurang ilmunya .

Orang yang tahu, tetapi tidak tahu bahwa dirinya tahu paribasa ini mencerminkan  prilaku   pemalas  ibaratkan orang lagi  tertidur yang harus dibangunkan, diingatkan lagi  agar mempergunakan ilmu pengetahuannya  dengan baik *Sarva Jnana* dan memancarkannya atau mengaplikasikannya *Sarva Karya*  agar  tidak menjadi racun.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bangun kekuatan dalam diri , tumbuhkan sifat bijak sebagaimana tertuang  dalam Pustaka suci Weda atau *Krtawidya* tampilkan pribadi yang berbudhi luhur *priyamwada*. Niscaya akan mencapai kelegaan yang maha sempurna dan terhindar dari kesedihan atau  ketidaklegaan.
(MDS.hal.215 & Slokantara,10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Berlatih Menghilangkan Keterikatan

*Mutiara Weda*
29 / 02  / 2023

*Berlatih menghilangkan keterikatan*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan   hidupnya   yaitu bersatunya sang  atman dengan Paramatma ,  Manunggaling Kawula lan Gusti  atau Kamoksan, baik *Jiwan Mukti* maupun  *Purna mukti*  dengan  menggunakan   tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.

Tri Sadhana atau Tri Karana  sebagai  tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka* : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga* : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya* : mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani  Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik  dalam bentuk *jiwan mukti* , *Wideha  Mukti*  maupun *Purna  Mukti* dengan selalu berlatih  menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Vairagya* serta  menggunakan jalan Tri sadhana / Tri Karana dengan benar sebagai pijakannya. *Niscaya* akan dapat tercapainya  kebebasan dari keterikatan menuju Jagadhita dan Kamoksan nantinya.
(Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Atmanastuti

*Mutiara Weda*
28 / 02 /2023

*Atmanastuti*

*Umat se-dharma*,  Memperkokoh Keyakinan  dalam beragama  *Sradha & Bhakti*  dengan  selalu  merawat dan Menjaga  anugerah  dari Ida SangHyang Widhi Wasa  merupakan suatu kewajiban  bagi setiap umat  Hindu.

Kebenaran dan kebajikan dijaga dengan perilaku yang baik. Begitu pula  Sastra-sastra suci  dijaga  dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Demikian juga halnya dalam  kelahiran menjelma  menjadi manusia di mayapada ini  dijaga dengan tutur agama,  budi pekerti dan  etika  yang baik.

*Oleh karena itu*,  marilah sebagai umat Hindu  jangan pernah mengabaikan anugrah dari Ida SangHyang Widhi Wasa,   Menjaga dan  merawatnya dengan selalu mengucapkan rasa syukhur / rasa Angayubagya.   *Niscaya*,  akan dapat  terbangunnya  rasa damai dan kemantapan hati  *Atmanastuti*  serta kuatnya sradha dan Bhakti  beragama dalam diri.
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tri Premana Telu pijakan Dalam Berwiweka

*Mutiara Weda*
02/03/2023

*Tri Pramana Telu Pijakan dalam Berwiweka*

*Umat sedharma*, dalam  susastra  ada mengungkapkan, Jika  diberi Madu  bercampur dengan  Racun, kita harus bisa  mengambil madunya,  demikian juga jika emas itu jatuh ke dalam  kubangan  lumpur  pun kita harus  bisa mengambil emasnya,  Begitu pula halnya dengan  Air Kehidupan *Amrta*  walaupun asalnya dari racun  kitapun harus bisa memilah  memetiknya .

Kebenaran tetaplah Benar, Kekal dan langgeng, bukanlah asal atau  kelahiran dan  bukan pula tempat   yang  menentukan taraf dan kualitas kebenaran dan   kebajikan melainkan karakter  serta  kemampuan untuk mensinergisnya unsur  Tri Kaya Pari sudha dalam diri  sebagai tolok ukurnya.

*Oleh Karena itu*,  marilah sebagai umat Hindu Gunakan selalu  Wiweka dalam mencari  dan menentukan  kebenaran  dengan menempatkan  Tri Pramana Telu sebagai pijakannya. Niscaya akan dapat terbangunnya umat Hindu yang  *Satya*  memegang teguh  Kebenaran  serta  Tanggap lan Tanggon  berfalsafahkan *Tata*, *Titi*,  *Titis* lan *Tatas*.
(Slokantara 55 & 56)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta


Jangan Abaikan kebaikan orang Lain

*Mutiara Weda*
05/ 03/2023

*Jangan  Abaikan Kebaikan Orang Lain*

*Umat se-dharma*, menemukan kebahagiaan & kesenangan  bathin dengan cara mencari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibarat menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.

Sebagai umat manusia yang penuh dengan keterbatasan untuk selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain, jangan membiasakan  mencari kekurangan,  kesalahan dan kelemahan  dari orang lain begitu pula, Jangan mengabaikan kebaikan dari orang lain.

*Oleh karena  itu*,  sebagai umat Hindu Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu ketika pasti  akan berjumpa dengan bagian dari  diri kita yang terindah dengan memantapkan   kesadaran diri melalui peningkatan kualitas rohani *Samyag Jnana* . *Niscaya*,  dalam menjalalankan kehidupan akan selalu mendapatkan  kedamaian & Kebahagiaan.  (SS.341-345)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tri Rnam & Tri Parartha

*Mutiara Weda*
04 /03/2023

*Tri Rnam &  Tri Parartha landasan dalam Mekarma*

*Umat Se-dharma*,   Tri jnana Sandhi  merupakan Tiga  Pokok ajaran agama Hindu yang terintegrasi menjadi satu kesatuan yang utuh. *Tatwa*  menjadi landasan teologis dari semua bentuk pelaksanaan ajaran Dharma, *Susila* menjadi landasan etis dari semua prilaku umat Hindu dalam hubungannya dengan Ida SangHyang Widhi Wasa, sesama manusia dan dengan alam Lingkungannya , sedangkan *Acara agama* sebagai implementasi  dari tatwa dan susila dalam wujud tata keagamaan yang dalam tindakan pelaksanaan Yadnya lebih dikenal dengan nama *Upakara yadnya*.

Tri Rnam  dan  Tri Parartha menjadi dasar dalam Mekarma menjalankan praktek agama dalam  *Meyadnya* bagi Umat Hindu.  Tri Rnam merupakan tiga hutang  menjadi bekal hidup setiap umat Hindu yang wajib dibayar selama hidupnya  melalui pelaksanaan Yadnya yaitu *Dewa Rnam*,  *Rsi Rnam* dan *Pitra Rnam*

*Tri Parartha* yaitu  tiga yang menyebabkan kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan umat Hindu yaitu Asih,  Punia dan Bhakti.

*Asih* : melakukan pemeliharaan terhadap alam dan Sarvaprani dengan penuh rasa asih sebagai Yadnya.

*Punia* : Yadnya pada sesama umag manusia berupa pelayanan agar umat termotivasi secara spiritual melayani *Svanam* dan manusa Yadnya.

*Bhakti* : Pemujaan kehadapan Ida  SangHyang Widhi  Wasa agar memiliki daya spiritual.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi Umat Hindu untuk melaksanakan Panca Yadnya sebagai bentuk pembayaran hutang Tri Rnam dan sebagai bentuk kewajiban & pengamalan ajaran pustaka suci Weda. Niscaya
Akan dapat  terwujudnya kehidupan yang, damai, sejahtera dan bahagia.Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Kitab Swastika rana, hal.157-161)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jangan Abaikan kebaikan orang Lain

*Mutiara Weda*
05/ 03/2023

*Jangan  Abaikan Kebaikan Orang Lain*

*Umat se-dharma*, menemukan kebahagiaan & kesenangan  bathin dengan cara mencari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibarat menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.

Sebagai umat manusia yang penuh dengan keterbatasan untuk selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain, jangan membiasakan  mencari kekurangan,  kesalahan dan kelemahan  dari orang lain begitu pula, Jangan mengabaikan kebaikan dari orang lain.

*Oleh karena  itu*,  sebagai umat Hindu Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu ketika pasti  akan berjumpa dengan bagian dari  diri kita yang terindah dengan memantapkan   kesadaran diri melalui peningkatan kualitas rohani *Samyag Jnana* . *Niscaya*,  dalam menjalalankan kehidupan akan selalu mendapatkan  kedamaian & Kebahagiaan.  (SS.341-345)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kejujuran Landasan Menuju Manah santih

*Mutiara Weda*
06 / 03 / 2023

*Kejujuran Landasan Menuju Manah Santi*

*Umat se-dharma*,  Dalam Pustaka suci Weda mengajarkan untuk selalu Setia, Jujur dan memegang teguh Kebenaran dalam menuju ketenangan  Pikiran *Manah Santih* dan kedamaian Bathin *Parama Santih*

Satyam Eva jayate Nanrtham, Sura Dira Jayengningrat Lebur dening pangastute

Kebenaran dan kejujuran menjadi sifat dan hakekat ke-Tuhanan *Sat, Cit, Ananda Brahman* sebagai bagian dari dasar  keyakinan atau Sraddha Dalam ajaran agama Hindu. Kesetiaan dan kejujuran itu timbul bukan dari orang lain melainkan tumbuh dari dalam diri  masing masing.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk   membangun & memupuk  kesetiaan , kejujuran dan rasa tanggungjawab akan kebenaran melalui pengamalan ajaran Kesetiaan  *Panca Satya* :  Satya Wecana, Satya Hrdaya, Satya Mitra, satya Samaya dan satya Laksana serta membuang jauh jauh sifat angkuh  &  sombong  *wak Purusya*. *Niscaya* akan dapat menumbuhkan sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*  yang ada dalam diri, sehingga terwujudnya *Lalita Hita Karana* jalan menuju kamoksan/kebebasan yang abadi.
(Sarasamuscaya ,130-131)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tutur Kata Mencerminkan Karakter

*Mutiara Weda*
07 /03/2023

*Tutur Kata Mencerminkan Karakter*

*Umat se-dharma*, dalam pustaka suci Weda ada menguraikan : Vadanam bahuwakyam nam wacanani punah punah....dst, mencaci maki, membual, berbohong  dan berbagai perkataan kotor  lainnya   begitu pula mengumbar  hawa  nafsu  semestinya dihindari bagi setiap umat hindu dalam membangun kedamaian dan kebahagiaan hidup di mayapada ini  dengan menempatkan unsur Perkataan atau  cara bertutur kata sebagai faktor pentingnya.

Perkataan merupakan lukisan gambaran pribadi seseorang, setajam tajamnya pedang masih lebih tajam lidah manusia yang sangat menyakitkan,  sulit untuk disembuhkannya  dan merasuk kedalam lubuk  hati yang paling Dalam.  Dari kata kata mendapatkan kebahagiaan, dari perkataan menemui ajal, dari kata kata mendapatkan penderitaan dan dari perkataan pula mendapatkan sahabat sejati.

*Oleh Karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu untuk selalu  mewaspadai setiap ucapan atau perkataan, jangan biasakan *menanam tebu dibibir*, selalu memegang teguh ajaran ethika Hindu dengan baik dan benar berlandaskan ajaran  *Tri Kaya Sandi* (Manacika, Wacika dan Kayika) dalam keseharian.  Dalam paribhasa ada  tersurat Panasnya api menyala itu melebihi  panas matahari di dunia ini, akan tetapi kata kata orang jahat itu duakali lipat melebihi kepanasan api itu. *Niscaya*, dengan demikian  akan dapat terbangunnya umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis  serta sinergisnya unsur *Cakra Dharma* dalam diri  :  Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Slokantara, 60.39)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Lima Unsur Penting dalam Meyadnya

*Mutiara Weda*
08 / 03 /2023

*Lima unsur penting dalam Meyadnya*

*Umat Se-dharma*, melaksanakan Panca  Yadnya merupakan kewajiban suci  bagi umat Hindu sesuai   petunjuk  Pustaka  suci Weda Samhita.

Ada lima unsur penting dalam *Meyadnya* :

*Mantra* : Terpancarkannya  doa doa suci  yang wajib  diucapkan oleh umat dalam menggelar upacara Yadnya dengan  pinandita sesuai  tingkatannya.

*Yantra* :  Menggunakan simbol simbol keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesuciannya.

*Tantra* :  selalu membangkitkan  kekuatan suci  *Usana Vayu* yang ada dalam diri  dengan  tuntunan  kitab suci Weda.

*Yadnya* : pengorbanan dan pengabdian yang tulus atas dasar kesadaran dalam persembahan sesuai dengan kemampuan masing masing sesuai dengan sumber sumber Dharma.

*Yoga* :  Mengendalikan gelombang pikiran dalam alam pikiran  sehingga pikiran terpusat *Dhyana* untuk dapat berhubungan dengan Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan sradha dan bhakti dengan berkeyakinan bahwa demi kepentingan hidup,  kesempurnaan dan kebahagian,   umat Hindu melaksanakan panca Maha Yadnya dengan landasan Tri Premana (sastratah, Gurutah dan Svatah) dengan memperhatikan Catur Drstha :  Kuna Drstah, Sastra Drstha, Loka Drstha dan Desa Drstha. Niscaya akan dapat terwujudnya  tujuan hidup menjelma menjadi   manusia yaitu kebahagiaan sekala dan niskala.
(Agastya  Parwa & BG.III.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Belajar Berbuat dengan KetanpaAkuan

*Mutiara Weda*
09  /03/2023

*Belajar  Berbuat dengan KetanpaAkuan*

*Umat sedharma*, dalam susastra ada mengungkapkan ; Orang yang memiliki keinginan  untuk  berbuat bebas tanpa  *keakuan* dapat dipastikan akan mendapatkan kedamaian serta  keharmonisan dalam hidupnya.

Orang yang berjiwa sabar, Tenang  & Tulus Ibaratkan  air yang masuk kedalam Samudera, walaupun  terus menerus namun tetap tenang tak bergerak,  demikian juga halnya dengan  orang  yang berjiwa  sabar & tenang akan mencapai kedamaian, walaupun semua kesenangan ada padanya tetapi bukan berarti mengumbar  hawa nafsunya.

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk selalu meningkatkan serta menegakkan kesucian  diri masing masing  *Jana Kertih*  serta  membangkitkan    kesucian jiwa dengan menjalankan ajaran *Tingkahing Brata*  melalui  pemusatan pikiran dan pengendalian *panca Indera* dari segala obyek keinginan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu  yang bijak dan memiliki  Aura atau  vibrasi energi positif yang kuat di dalam diri masing masing *suksme Sarira*.
(BG II.65-72)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Ke-angkuhan

*Mutiara Weda*
14 /03/ 2023

*Ke-Angkuhan*

*Umat se-dharma*,  Hidup menjelma menjadi manusia akan selalu  dibayang bayangi  oleh  rasa angkuh  sebagai salah satu  bagian dari enam musuh yang ada dalam diri setiap umat manusia  *Sad Ripu* yang dapat  membelenggu & menghancurkan  jiwa  manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Oleh karena itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri *Anyekung Jnana* dengan   memantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terkendalinya Indrya dan  dapat terlepas dari pengaruh *Mada* menuju suatu kebahagiaan *Satyam, Sivam & Sundaram*
( Vreti sasana II b.78 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Orang Jahat seluruh Tubuhnya Beracun

*Mutiara Weda*
10/  03/2023

*Orang jahat Seluruh Tubuhnya Beracun*

*Umat Se-dharma*, Dalam sesanti ada menyebutkan  Binatang  Kalajengking itu memiliki racun  terletak di ekornya, Begitu pula binatang  ular memiliki   Racun berbisa ditaring letaknya, Berbeda halnya dengan orang yang  licik, picik dan  jahat seluruh tubuhnya diliputi oleh racun yang sangat  berbisa

Melakukan tindakan  kejahatan atau perbuatan   buruk  *Asubha karma*  dapat dipastikan dalam hidupnya akan mendapatkan penderitaan,  malapetaka bahkan  kehancuran  *Neraka  Cyuta* dan  Setiap kejahatan  akan kembali kepada pelakunya *Pratikara* dan  menjadi orang baik dan bijak *Sadhujadma*  menjadi tujuan hidup menjelma menjadi manusia.

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu Jauhkan diri dari prilaku kejahatan, tumbuhkan sifat sifat Bijak *Daivi Sampad* dalam diri  agar terhindar dari kelahiran Candala serta tidak  terjerumus ke dalam  *Neraka Maharorawa* dan mengerti akan ajaran Dharma. Niscaya  setiap umat sedharma akan selalu berada dalam jalan Dharma menuju *Sadhu Jadma*
(kitab Nitisastra II.9)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tumbuhkan kesadaran Prilaku

*Mutiara Weda*
11/03/2023

*Tumbuhkan Kesadaran Prilaku*

*Umat Sedharma*, Orang yang memiliki tingkatan kualitas  kerohanian *Samyagjnana* dan memahami  akan berbagai pengetahuan suci  *Vruh ring Sarva Jnana* tidak akan pernah menghiraukan  niat  niat jahat  dan  tipu muslihat dari orang yang berhati jahat.

Sesungguhnya sumber kejahatan itu  terletak pada hati  nurani  masing masing  *rihati ya tonggwanya tan Madoh riawak* yang perlu diwaspadai dengan kesadaran  prilaku yang bijak atau *Meyasakerti*

*Oleh karena itu*, sebagi umat Hindu bangun selalu  kesadaran  prilaku budhi luhur dengan landasan ajaran etika dengan jalan menjauhkan diri dari unsur unsur prilaku kotor *Dwesa*  dengan berkeyakinan bahwa setiap niat jahat dan kotor akan mendapatkan penderitaan, papa atau *Upeksa* , Niscaya akan dapat terbangunnya umat  Hindu yang damai  dan rukun, bahagia secara Sekala maupun Niskala nantinya.
(kitab slokantara, 7. hal.26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pentingnya Medharma santih

*Mutiara Weda*
23/ 03 /2023

*Pentingnya Medharma Santih*

*Umat sedharma*,  sesungguhnya pikiran atau manah  merupakan  penyebab dari penderitaan & kesengsaraan  manakala pikiran di belenggu oleh yang namanya   hawa nafsu *Ahangkara Jnana*.  Apabila pikiran itu bersih dan suci  tidak dihinggapi kekacauan,  tidak dibelenggu oleh  nafsu  serta  berbagai kecemaran *Satvika Vidya*, itulah sebenarnya hakekat Kedamaian dalam agama Hindu *Medharma Santih*  landasan  menuju  kebebasan sejati *Kamoksan* nantinya.

Proses kehidupan Suka maupun duhka yang dialami , pangkalnya adalah kebodohan, kebodohan ditimbulkan oleh kelobaan dan kelobaan itu asal dari kebodohan oleh karenanya kebodohanlah asal mula kesengsaraan.

*Oleh karena itu*,   bagi setiap umat Hindu untuk membangun kualitas diri  membersihkan pikiran dengan kejujuran dan kebenaran *Manah Satyena Sudhyanti*  serta  menghilangkan kebodohan dan melenyapkan  kelobaan atau kerakusan   *Ahangkara jnana* yang  menjadi sumber dari kesengsaraan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu yang Tenang dan Damai  serta bebas   dari penderitaan &  kesengsaraan baik dalam  proses kelahiran maupun kematian nantinya. *Prasiddhamentas ing bhawarnawa*
( SS.399-402)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta