Minggu, 04 Desember 2022

Vairagya : Berlatih Menghilangkan keterikatan

*Mutiara Weda*
04/ 12 /2022

*Vairagya* :  berlatih menghilangkan akan keterikatan

*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan   hidupnya   yaitu bersatunya sang  atman dengan Paramatma ,  Manunggaling Kawula lan Gusti  atau Kamoksan, baik *jiwan mukti* maupun  *Purna mukti*  dengan  menggunakan   tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.

Tri Sadhana atau Tri Karana  sebagai  tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka* : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga* : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani  Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik  dalam bentuk *jiwan mukti* , *wideha mukti*  maupun *Purna mukti* dengan selalu berlatih  menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Vairagya* serta  menggunakan jalan Tri sadhana / Tri Karana dengan benar sebagai pijakannya. Niscaya akan dapat tercapainya  kebebasan dari keterikatan menuju Jagadhita dan Kamoksan nantinya.
(Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jumat, 02 Desember 2022

Mulut Satu, lidah Bertopang

*Mutiara Weda*
03 / 12 /2022

*Mulut Satu, Lidah Bertopang*

*Umat Sedharma*.  Lidah merupakan  bagian tubuh  manusia  yang memiliki  fungsi Ganda yaitu kemampuan bicara dan  kemampuan   cita rasa.

Dalam sebuah Paribhasa ada Ungkapan ;
*Mulut satu,  lidah Bertopang* atau Ibaratkan *Lidah Tanpa Tulang*, Begitu mudah  dan  leluasanya  menggerakan  fungsi Lidah  akan  sangat membahayakan tatkala tidak dikendalikan  sehingga  menempatkan  unsur *Pengendalian*  sebagai faktor penting   serta menjadikan  Pintu utama dalam mendekatkan diri kehadapan Ida  SangHyang Widhi Wasa.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk mengendalikan fungsi  lidah baik dalam berbicara maupun dalam menikmati cita rasa,  dengan menjalankan *Wiweka* dan  mengembangkan  *Cita Budhi* untuk membedakannya mana yg kekal dan mana yang tidak  kekal serta  mana yang punya rasa dan mana  yang tidak  punya rasa. *Niscaya*,  umat Hindu dalam menjalankan praktek keagamaan akan  selalu dapat menggunakan wiwekanya dengan landasan *Tri Jnana Sandhi* ( Kayika, Wacika & Manacika)  dalam berhubungan  dengan-Nya *Bhakti  Marga*
(Jalan menuju Tuhan.hal.64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Membangun Kualitas Karma

*Mutiara Weda*
02 / 12 /2022

*Membangun Kualitas Karma*

*Umat se-dharma*,  Bila cinta kasih  mengisi pikiran  manusia maka akan menjelma menjadi kebenaran *Satya*, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Pada hakekatnya melaksanakan  cinta kasih itu  adalah perbuatan  *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Oleh karena  itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun  Karakter  diri dengan memperhatikan kualitas Karma :

*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran, *Dharma* ; kebajikan, *Prema* ; cinta kasih,*Santih* ; damai dan *ahimsa*; tidak menyakiti. Niscaya akan.dapat terbangunnya umat Hindu  terbentuknya manusia yang   berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 & weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Membangun Kualitas Karma

*Mutiara Weda*
02 / 12 /2022

*Membangun Kualitas Karma*

*Umat se-dharma*,  Bila cinta kasih  mengisi pikiran  manusia maka akan menjelma menjadi kebenaran *Satya*, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Pada hakekatnya melaksanakan  cinta kasih itu  adalah perbuatan  *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Oleh karena  itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun  Karakter  diri dengan memperhatikan kualitas Karma :

*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran, *Dharma* ; kebajikan, *Prema* ; cinta kasih,*Santih* ; damai dan *ahimsa*; tidak menyakiti. Niscaya akan.dapat terbangunnya umat Hindu  terbentuknya manusia yang   berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 & weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kelapa :Anda Bhuana

*Mutiara  Weda*
01 / 12 /2022

*Kelapa : Andha Bhuana*

*Umat Sedharma*, Umat Hindu dalam  menggelar upacara  Panca  Yadnya  tidak pernah lepas dari penggunaan kelapa sebagai unsur pentingnya sebagai  perlambang Tirta Pawitra / air keabadian / amertha ataupun simbol alam semesta sapta petala, sapta Loka atau  *Andha Bhuana*

Kelapa memiliki tujuh lapisan kedalam dan tujuh lapisan keluar.

Lapisan  *Kedalam*  pada kelapa bermakna *sapta Petala*   yaitu :

*Air*,   lambang  mahatala

*isi lembutnya*,   lambang  tala tala,

Isi  kelapanya,  lambang  Tala

*lapisan pada isinya*,   lambang atala

*lapisan  isi yang keras*,  lambang *sutala*,

*lapisan tipis paling dalam*,  lambang  vitala.

*Batoknya*,  lambang  rasa tala

Sedangkan *lapisan keluar* bermakna *sapta Loka*  pada kelapa yaitu :

*Bulu Batok* kelapa lambang Bhur Loka.

*serat saluran*,  lambang  Bvah loka

*serat serabut yg basah*,  lambang  svah loka.

*serabut basah*, lambang  maha loka.

*serabut kering*,   lambang Janah loka

*kulit serat kering*,  lambang Tapah Loka

*kulit kering*,  lambang  satya loka.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu dalam menggunakan kelapa  sebagai Pedaksinan dikupas dengan bersih  sebagai lambang Bhuana agung sthana dari Ida Sanhyang Widhi Wasa yang tentunya harus bersih dari unsur pengikat indrya/ serabut kelapa.Sehingga kelapa yang digunakan mengikuti proses upacara dan memiliki kekuatan dewata atau energi postif dalam penyucian, penyupatan dan pasupati. Niscaya umat Hindu secara bertahap  akan memiliki kesadaran   tentang tatwa jnana  dan Hakekat dari Uparengga dari  pelaksanaan upakara Yadnya. (kitab tegesing sarva Banten dan Yadnya Prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Rabu, 30 November 2022

Kelapa simbol Andha Bhuana

"Mutiara Weda*
12 /01/2022

*Kelapa simbol Andha Bhuana*

*Umat Sedharma*, Umat Hindu dalam  menggelar upacara  yadnya  tidak pernah lepas dari penggunaan kelapa sebagai unsur pentingnya,   perlambang Tirta Pawitra / air keabadian / amertha ataupun simbol alam semesta sapta petala, sapta Loka atau  *Andha Bhuana*

Kelapa memiliki tujuh lapisan kedalam dan tujuh lapisan keluar.
*Lapisan  kedalam* bermakna sapta Petala ;

*Air* lambang  mahatala

*isi lembutnya* lambang  tala tala,

Isinya lambang  Tala

*lapisan pada isinya* lambang atala

*lapisan  isi yang keras* lambang *sutala*,

*lapisan tipis paling dalam* lambang  vitala.

*Batoknya* lambang  rasa tala

Sedangkan *lapisan keluar* bermakna sapta Loka pada kelapa yaitu :
*Bulu Batok* kelapa lambang Bhur Loka.

*serat saluran* lambang  Bvah loka

*serat serabut yg basah* lambang  svah loka.

*serabut basah* lambang  maha loka.

*serabut kering*  lambang Janah loka

*kulit serat kering* lambang Tapah Loka

*kulit kering* lambang  satya loka.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu dalam menggunakan kelapa  sebagai pe-Daksina dikupas dengan bersih  sebagai lambang Bhuana agung stahana dari Ida Sanhyang Widhi Wasa yang tentunya harus bersih dari unsur pengikat indrya/ serabut kelapa.Sehingga kelapa yang digunakan mengikuti proses upacara dan memiliki kekuatan dewata atau energi postif dalam penyucian, penyupatan dan pasupati. (kitab tegesing sarva Banten dan Yadnya Prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 29 November 2022

Hindari Unsur Balas Dendam

*Mutiara Weda*
30 / 11 /2022

*Hindari Unsur Balas Dendam*

*Umat sedharma*, dalam susastra Hindu ada mengungkapkan : Ring Sruti Dharmasastra guru vaktra kinalewihaken, ring ksamarupa sang paramapandita linekihaken, jika di lihat dalam ajaran ajaran kerohanian atau kedyatmikan maka  gurulah yang paling berharga sedangkan dalam hal memaafkan ketinggian budhilah yang dapat dikagumi.

Dalam ajaran Ethika Hindu, sesungguhnya  Balas-dendam merupakan racun penghancur hati dan bagian terburuk dari rencana penghancuran masa depan diri. Jangan  membalas pukulan dengan pukulan, begitu pula hendaknya  jangan membalas cacian dengan cacian,  jangan melawan daya upaya nista dengan nista.Tetapi hujanilah dengan doa & restu sebagai balasannya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  bangun  kekuatan dan keberanian  dalam diri *Udana Vayu* dan Hindari unsur balas Dendam serta  pupuklah sifat sifat kesabaran, kebajikan dengan ketulus ikhlasan  serta  saling memaafkan dengan  berkeyakinan bahwa setiap  hasil perbuatan akan kembali pada pelakunya *Pratikara*. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu yang memegang teguh ajaran Dharma   yaitu *Berbudi* dan *Yasa kerti*.
(Nitisastra II.6 & Slokantara .7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tiga Bentuk Kebahagiaan

*Mutiara Weda*
29/11/2022

*Tiga Bentuk Kebahagiaan*

*Umat Sedharma*, Tujuan hidup menjelma  menjadi manusia sesungguhnya adalah  untuk mendapatkan *Kebahagiaan*, baik kebahagiaan *Sekala* maupun kebahagiaan *Niskala*  dengan menempatkan kesucian  pikiran menjadi  barometer dalam mencapainya.  

Kebahagiaan jika dilihat dari sifatnya  dapat diklasifikasikan dalam  tiga  bentuk  yaitu : 
Kebahagiaan yang timbul dari hubungan antara Indra dengan obyek duniawi disebut dengan kebahagiaan yang bersifat *rajasa* sedangkan kebahagiaan yang mengakibatkan penderitaan, kesesatan jiwa disebut  dengan kebahagiaan *Tamasa*, begitu pula kebahagiaan dengan landasan tanpa keterikatan, keteguhan hati,  tidak mudah  goyah selalu berada   dalam jalan  dharma inilah yang disebut dengan  kebahagiaan yang  *Satvika*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  Bangun kebahagiaan dalam diri baik  *Manah santih* maupun *parama santih* dengan jalan selalu menjaga dan membersihkan  pikiran sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik, terkendali serta   terbebas dari  berbagai bentuk keterikatan  menuju kebahagiaan yang  Satvika.   *Niscaya* Tujuan hidup menjelma menjadi manusia akan dapat diwujudkan yaitu Catur Purusa Artha,Jagadhita lan Kamoksan nantinya.
(BG.XVIII.25-37)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta




Senin, 28 November 2022

Yadnya Patni

*Mutiara Weda*
11/ 09 /2022

*Yadnya Patni*

*Umat Se-dharma*, penggunaan *Daksina*  tak pernah lepas dari rangkaian kegiatan  keagamaan  bagi umat Hindu sebagai salah satu unsur penting dalam melaksanakan  *Panca Maha Yadnya* sebagai perlambang kekuatan sakti   *Yadnya Patni*

Daksina selain  sebagai lambang kekuatan atau kesaktian juga merupakan lambang Bhuwana Agung  sebagai Sthana Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Oleh karena itu*,   sudah menjadi kewajiban  bagi setiap umat Hindu dalam melaksanakan upakara Yadnya dengan landasan  ketetapan hati dan kelanggengan pikiran  *Atmanastuti* dan menempatkan Daksina sebagai salah satu unsur penting.   Betapapun besarnya  persembahan  akan menjadi  hampa dan sia - sia manakala tanpa dilandasi  ketetapan dan kelanggengan pikiran. Niscaya umat Hindu dalam melaksanakan   Panca Maha Yadnya akan mendapatkan  kualitas persembahan  yang Satvika yadnya dalam mewujudkan rasa Bhakti.
( kitab Yadnya prakerti )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketidakpuasan

*Mutiara Weda*
13/09/2022

*Ketidakpuasan*

*Umat Sedharma*, dalam susastra ada tersurat  bahwa  *na trpti rajno dhanasangrahena...dst* ; seorang  raja,  tidak akan pernah puas pada harta bendanya yang telah dimilikinya,  demikian juga halnya   dengan Samudera   tidak akan pernah puas dengan air- air sungai  yang membanjirinya, begitu pula halnya dengan orang yang  bijaksana tidak akan pernah merasa  puas dengan ilmu  pengetahuan yang telah  dimilikinya .

Sesungguhnya tidak semua ketidakpuasan itu baik ataupun buruk namun setiap umat haruslah mampu membedakan mana yang baik  yang wajib dilakukan dan mana  perbuatan buruk  yang dapat menjerumuskan.

*Oleh karena itu*, Sebagai umat Hindu bangun &  pupuk rasa   ketidakpuasan dalam berbuat  suatu kebajikan serta  mengejar ilmu pengetahuan rohani *Kedhyatmikan*  untuk mencapai kesempurnaan hidup dengan landasan ajaran *Wiweka*. *Niscaya*, Umat Hindu akan selalu berada pada jalan Dharma *Yasa Kerti* dan terhindar dari kejahatan *Duryasa*. (Slokantara.44 & SS.320)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tri Parartha Landasan dlm Mekarma

*Mutiara Weda*
15 /09/2022

*Tri Parartha landasan dalam Mekarma*

*Umat Se-dharma*,   Tri jnana Sandhi  merupakan Tiga  Pokok ajaran agama Hindu yang terintegrasi menjadi satu kesatuan yang utuh. *Tatwa*  menjadi landasan teologis dari semua bentuk pelaksanaan ajaran Dharma, *Susila* menjadi landasan etis dari semua prilaku umat Hindu dalam hubungannya dengan Ida SangHyang Widhi Wasa, sesama manusia dan dengan alam Lingkungannya , sedangkan *Acara agama* sebagai implementasi  dari tatwa dan susila dalam wujud tata keagamaan yang dalam tindakan pelaksanaan Yadnya lebih dikenal dengan nama *Upakara yadnya*.

Tri Rnam  dan  Tri Parartha menjadi dasar Mekarma menjalankan praktek agama dalam  *Meyadnya* bagi Umat Hindu.  Tri Rnam merupakan tiga hutang  menjadi bekal hidup setiap umat Hindu yang wajib dibayar selama hidupnya  melalui pelaksanaan Yadnya yaitu *Dewa Rnam*,  *Rsi Rnam* dan *Pitra Rnam*

*Tri Parartha* yaitu  tiga yang menyebabkan kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan umat Hindu yaitu Asih,  Punia dan Bhakti.

*Asih* : melakukan pemeliharaan terhadap alam dan Sarvaprani dengan penuh rasa asih sebagai Yadnya.

*Punia* : Yadnya pada sesama umag manusia berupa pelayanan agar umat termotivasi secara spiritual melayani *Svanam* dan manusa Yadnya.

*Bhakti* : Pemujaan kehadapan Ida  SangHyang Widhi  Wasa agar memiliki daya spiritual.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi Umat Hindu untuk melaksanakan Panca Yadnya sebagai bentuk pembayaran hutang Tri Rnam dan sebagai bentuk kewajiban & pengamalan ajaran pustaka suci Weda. Niscaya
Akan dapat  terwujudnya kehidupan yang, damai, sejahtera dan bahagia.Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Kitab Swastika rana, hal.157-161)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rwa Bhineda

*Mutiara Weda*
14 /09/ 2022

*Rwa  Bhineda*

*Umat Se-dharma*, jika kita renungkan,  nasib atau takdir yang dialami  oleh setiap umat manusia menunjukkan  kepada  kita  bahwa ada yang lebih tinggi  dan mengatur segalanya yaitu Ida SangHyang Widhi Wasa,  Demikian pula  *Rwa Bhineda*  suka maupun duka dalam  kehidupan selalu berdampingan dan datangnya silih berganti.

Kedukaan  datang setelah kesukaan ,  Kesukaan mengikuti Kedukaan dan semua makhluk hidup mengalami perputaran siklus *suka* maupun  *duka* dan  ini  sudah menjadi hukum Rta /kodrat alam bahwa seberapa yang kita berikan sedemikian pula yang akan kita terima,apa yang dipinjam itu pulalah yang dikembalikan, tatkala kita menyakiti orang lain,  kitapun akan disakiti oleh orang lain.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu  menempatkan nilai nilai kebajikan sebagai Benteng dalam diri untuk mendapatkan Karma Baik *Subha Karma*  melalui  *Tapa* pengekangan atau pengendalian diri dan selalu mendekatkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa *Yoga* dengan landasan *Dharma*. Niscaya akan selalu berada dalam jalan kebajikan untuk menuju tujuan dari kehidupan yaitu Karma Baik *Subha Karma*
(Slokantara 84.hal.297-299)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Wanita Hindu yang Sadhvi

*Mutiara Weda*
16/09/2022

*Wanita Hindu yang Sadhvi*

*Umat Sedharma*, Dalam susastra ada mengungkapkan ;  Wanita Hindu memiliki kedudukan yang sangat suci dan  Mulia,  dimana wanita tidak dihormati  dengan sewajarnya dengan selalu  mengeluarkan  kata kata yang tidak sopan,  mengumpat  bahkan dengan  kata kata kutukan lambat laun keluarga itu akan mengalami  kehancuran. 

Di Mana wanita dihormati disanalah para dewa merasa senang, tetapi di mana wanita tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun yang berpahala.

*Oleh Karena itu*, marilah sebagai  umat Hindu dalam membangun keluarga Hindu yang  bahagia *sukino*  dengan menempatkan  serta  memberikan kedudukan  bagi setiap wanita Hindu sebagai *Raja patni*  sehingga dapat  terbentuknya  Wanita Hindu yang *Sadhvi*  yang bisa dan mampu mengendalikan  Pikiran, Perkataan  serta Perbuatannya . Niscaya akan dapat terbangunnya wanita Hindu yang suci dan mulia  menuju  keluarga Hindu yang Bahagia  *Sukino*  serta  Dharmapatni nantinya.  (MDS IX.29  &  III. 56, 58)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Dharmaning Agama

*Mutiara Weda*
17 /09/ 2022

*Dharmaning Agama*

*Umat Se-dharma*,  Umat Hindu dalam menjalankan *Dharmaning hidup*  memiliki kewajiban suci  yang di sebut *Dharmaning Agama* yaitu berkewajiban untuk  mempelajari,  memahami dan memancarkan isi kitab suci Weda  *Dharma Vahini*  serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga* atau *Vruh ring sarva Jnana*  sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik.

Umat Hindu dalam  Berpikir, bertutur kata serta berbuat dalam menjalankan aktifitasnya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  serta teropongan  dari  ajaran kebajikan *Sesana* dan  kepatuhan terhadap guru Wisesa  yaitu *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam membangun
keluhuran dan kemuliaan budhi *paramita*  dan  keharmonisan dalam hidup *sundaram* dengan jalan  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  kebenaran *Sesana*  serta taat  & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kedamaian Landasan Menuju Jagadhita

Tri Pramana Telu Bingkai Dharma

*Mutiara Weda*
18/09/2022

*Tri Pramana Telu Bingkai Dharma*

*Umat se-dharma*, jika  dicermati,  Terkadang orang sering dikelabui oleh sikap merasa benarnya, dengan mengabaikan kebenaran yang sesungguhnya, cenderung  menonjolkan sikap EGO / KeAKUannya, mengakibatkan manusia cenderung merasa paling benar sendiri.

Kearifan  dan  Kebajikan serta kepatuhan terhadap norma norma  akan membuat seorang menjadi Benar, tetapi bukan  Merasa Benar. 

*Oleh karena itu*, marilah sebagai umat Hindu  untuk selalu  memegang teguh ajaran Dharma  dengan benar dan *Tri Premana Telu* (Agama, Pratyaksa & Anumana Pramana)  sebagai bingkainya serta  kebenaran hendaknya tidak dilanggar.  Tidak ada Dharma atau kewajiban suci yang lebih tinggi dari Kebenaran *Satya* Jadilah orang yang benar dan jauhkan diri dari sikap merasa benar, sehingga selalu dapat introspeksi ,mawas diri dan Amulatsarira. Niscaya akan terbangunnya umat yang kuat & kokoh akan Dharmanya menuju Jagadhita lan Kamoksan nantinya. (Weda Samhita & Slokantara, 3.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta


Kedamaian Landasan Menuju Jagadhita

*Mutiara Weda*
19/09/2022

*Kedamaian Landasan Menuju Jagadhita*

*Umat se-dharma*, orang orang  Bijak   mengatakan :  di jaman *Kaliyuga* musuh yang paling utama bukan orang lain, melainkan  diri sendiri akibat  belum sinergisnya unsur *Tri Guna*  serta tidak terkendalinya pengaruh *Sad Ripu* dalam diri  dalam bentuk Ego, Ambisi, Emosi,  serakah, loba dan sejenisnya yang harus diperangi dengan *Tapa*  sebagai Pijakannya.

 Kesabaran dan  kedamaian Serta ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak serta mulia yang harus tertanam dan terjaga  pada diri setiap umat Hindu guna meningkatkan kualitas rohani menuju tingkatan spiritualitas yang mengandung kekuatan  dalam membangun kerukunan Umat Hindu . Segala sifat keras hati, yang penuh  *EGO*  hanya bisa dikalahkan dengan sikap  amulat sarira, anyekung Jnana dan mengendalikan diri Suluh nikang Prabha.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  mari bangun kedamaian dan ketukunan mulai dalam diri masing masing, tingkatkan  kualitas  rohani  dengan  pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan jalan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya* dengan mensinergiskan Unsur *Trigunatattwa* dalam diri. Niscaya kedamaian dan kerukunan dalam hidup akan dapat terwujud sebagai landasan  menuju  *Maha samadhi* atau alam  kamoksan nantinya.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta




Jadikan Dharma Benteng dalam Diri

*Mutiara Weda*
20/09/2022

*Jadikan Dharma sebagai  Benteng dalam Diri*

*Umat se-dharma*,  dalam sebuah Paribhasa ada mengungkapkan ;
semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya . Demikian pula dalam hal perbuatan,  semakin banyak  melakukan tindakan atau perbuatan maka akan terasa semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan  dihadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*

Ketaatan & kepatuhan terhadap ajaran agama menjadi satu satunya Benteng dan pelindung diri. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*. Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu berjalan  pada jalan kebenaran/ Dharma  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yang menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur *Dharmena Vidrtah prajah*. Niscaya akan dapat   menghantarkan umat Hindu mencapai  kebahagiaan , baik sekala maupun Niskala nantinya & terhindar dari perbuatan *Adharma*
(Santi Parwa ,109.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tarkawada

*Mutiara Weda*
22/09/2022

*Tarkawada*

*Umat sedharma*, Jika direnungkan  dalam sebuah paribasa , pengetahuan yang tidak digunakan sesungguhnya adalah racun, begitu pula makanan  akan menjadi racun tatkala pencernaannya yang kurang baik, Demikian juga halnya  dalam berdiskusi *Tarkawada*  ibaratkan racun bagi orang yang miskin ilmunya atau kurang ilmunya .

Orang yang tahu, tetapi tidak tahu bahwa dirinya tahu paribasa ini mencerminkan  prilaku   pemalas  ibaratkan orang lagi  tertidur yang harus dibangunkan, diingatkan lagi  agar mempergunakan ilmu pengetahuannya  dengan baik *Sarva Jnana* dan memancarkannya atau mengaplikasikannya *Sarva Karya*  agar  tidak menjadi racun.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bangun kekuatan dalam diri , tumbuhkan sifat bijak sebagaimana tertuang  dalam Pustaka suci Weda atau *Krtawidya* tampilkan pribadi yang berbudhi luhur *priyamwada*. Niscaya akan mencapai kelegaan yang maha sempurna dan terhindar dari kesedihan atau  ketidaklegaan.
(MDS.hal.215 & Slokantara,10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Kejujuran Timbul Dari Dalam Diri

*Mutiara Weda*
21 / 09 / 2022

*Kejujuran Timbul dari Dalam Diri*

*Umat se-dharma*,  Dalam Pustaka suci Weda mengajarkan untuk selalu Setia, Jujur dan memegang teguh Kebenaran dalam menuju ketenangan dan kedamaian Bathin *Parama Santih*

Satyam Eva jayate Nanrtham, Sura Dira Jayengningrat Lebur dening pangastute

Kebenaran dan kejujuran menjadi sifat dan hakekat ke-Tuhanan *Sat, Cit, Ananda Brahman* sebagai bagian dari dasar  keyakinan atau Sraddha Dalam ajaran agama Hindu. Kesetiaan dan kejujuran itu timbul bukan dari orang lain melainkan tumbuh dari dalam diri  masing masing.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk   membangun & memupuk  kesetiaan , kejujuran dan rasa tanggungjawab akan kebenaran melalui pengamalan ajaran *Panca Satya* :  Satya Wecana, Satya Hrdaya, Satya Mitra, satya Samaya dan satya Laksana serta membuang jauh jauh sifat angkuh  &  sombong  *wak Purusya*. *Niscaya* akan dapat menumbuhkan sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*  yang ada dalam diri, sehingga terwujudnya *Lalita Hita Karana* jalan menuju kamoksan/kebebasan yang abadi.
(Sarasamuscaya ,130-131)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tiada Musuh Sejahat Kemarahan

*Mutiara Weda*
23/09/2022

*Tiada Musuh sejahat Kemarahan*

*Umat Se-dharma*, jika kita lihat dalam Susastra Hindu ada menguraikan : *Nasti jnanasamam dravyam, nasti krodhasamo ripuh...* 
Tidak ada kekayaan yang menyamai pengetahuan, tidak ada musuh sejahat kemarahan, tidak ada kesengsaraan yang menyamai kelobaan, tidak ada kebahagiaan yang menyamai kemampuan dalam melepaskan diri dari nafsu  *Tyaga*.

jika nafsu atau  Indrya sudah dapat dikendalikan  maka akan mendapatkan kebahagiaan sejati, begitu pula manakala kemarahan sudah dapat dikendalikan maka hilanglah musuh yang ada dalam diri kita.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu  untuk selalu mengendalikan Indrya *Nyekung Jnana* ,  membersihkan pikiran dengan kebenaran  *Satya, karena pikiran merupakan unsur penentu dari perasaan hati  maupun dalam berbuat *Manah satyena sudhyanti*. Niscaya akan mampu mengendalikan pikiran *Dharana* menuju  terpusatnya pikiran *Dhyana*.
(Slokantara 39.54 & SS  79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta




Jnana Artha Tersembunyi

*Mutiara Weda*
24/ 09 /2022

*Jnana*: Artha tersembunyi

*Umat sedharma*, Setiap umat Hindu  haruslah menyadari bahwa, Ilmu Pengetahuan  suci  *Jnana* tersebut  merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi serta  menjadi sumber dari kemasyhuran dan kebahagiaan.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Oleh karena  itu*, marilah sebagai  umat Hindu  jangan pernah berhenti untuk  *Belajar*. Belajar tentang  berbagai  ilmu pengetahuan suci  Weda  *Sarva Jnana*  dalam membangun umat Hindu yang berkualitas,  berkarakter *Mahyun Tuha Jadma*.  Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian*   akan dapat  terwujud serta terbangunnya umat Hindu yang Satyam, Sivam & Sundaram, Jagadhita lan Kamoksan Nantinya.
(Kitab Nitisatakam).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Waspadai Tanda Jaman Kaliyuga

*Mutiara Weda*
14/07/2022

*Waspadai Tanda  Jaman Kaliyuga*

*Umat Sedharma*, jika di lihat dinamika kehidupan saat ini , Artha , Uang ataupun kekayaan seolah olah menjadi  satu satunya tujuan hidup dan  segala galanya bagi kehidupan,   Gemerlapan  Artha  dan tumpukan   kekayaan yang menggunung  masih terasa menjadi priotas utama yang  menyilaukan dan sangat sangat dihargai di jaman ini oleh  sebagian umat manusia , begitu juga halnya dengan   orang orang pandai   cenderung mengabdi pada orang kaya, disisi lain dikalangan anak anak dan generasi muda memiliki  kebiasaan  untuk melakukan penipuan  serta mengumpat  para  orang  tuanya, seolah olah Dunia terasa  kehilangan akan kesuciannya.

Jika kita amati dalam keseharian   orang yang suka berderma justru   jatuh miskin,  begitu pula para penjahat mendapatkan  umur yang panjang  akan tetapi orang baik cenderung  lekas mati, tingkah laku orang  hina dianggap mulia, demikian sebaliknya  orang bodoh dianggap bijaksana serta  orang  berbudhi  rendah dianggap mulia. Inilah beberapa karkater   dari Jaman Kali yuga yang wajib diwaspadai.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu  mewaspadai kecenderungan  kecenderungan dari pengaruh   jaman Kalisengara  yang membawa  berbagai  macam cobaan dan godaan  lahir maupun godaan bathin dengan memantapkan kembali  tatanan  kehidupan   beragama yang benar  dengan mengimplementasikan nilai nilai Tapa, brata , yoga dan samadhi dalam keseharian  serta selalu meyasa Kerthi. Niscaya akan dapat terhindar dari pengaruh jaman  menuju kebahagiaan sekala maupun Niskala nantinya.
(Slokantara, 81. 65)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bhakti Landsan dlm Mekarma

*Mutiara Weda*
25 /09/2022

*Bhakti landasan dalam Mekarma*

*Umat Sedharma*, Jika direnungkan dalam susastra ada tersurat bahwa Dalam menjalankan Tri Kaya Sandhi,  perbuatan atau persembahan  janganlah  semata mata hanya  karena  mengharapkan hasilnya atau  pahalanya , memang dirasa sulit  didapat dalam melakukan  perbuatan  tanpa dilandasi keinginan atau pahala dijaman ini.

Demikian juga  halnya  dengan ajaran ajaran  Weda  yang diajarkan,  untuk disadari karena adanya  rasa Keinginan. Keinginan untuk mendapatkan pahala pada hakekatnya bersumber pada akar  pemikiran dan bahkan perbuatan itu harus mendapatkan pahala melalui perbuatan dalam bentuk .*Meyadnya*

*Oleh karena itu*,  bagi setiap umat Hindu dalam  melakukan persembahan ataupun perbuatan  dengan landasan  pengabdian dan berpasrahkan diri  kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Bhakti Marga* serta  dalam pelaksanaannya dengan pijakan  pustaka suci Weda serta sumber sumber Dharma lainnya. *Niscaya*, umat Hindu akan dapat mewujudkan Tujuan hidupnya yaitu Catur purusa Artha,  kebahagiaan sekala maupun niskala,  bersatunya atman dengan Brahman atau Manunggaling Kawula lan Gusti, sangkan paraning dumadi, *Moksartham Jagadhita ya ca Iti Dharmah*.
(MDS. II. 2-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta


Aisvarya Bunga Dharma

*Mutiara Weda*
26/09/2022

*Aisvarya Bunga Dharma*

*Umat Se-dharma*,  Kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman akan dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut sebagai kelahiran  Deva Yoni  di sebut dengan *Aisvarya* & Menjadikan sebagai Buah atau bunga bunga Dharma.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh bibit Adharma / kejahatan dan menentang dharma *Avairagya*, tidak mengetahui akan *Tattva Jnana* dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan begitu pula akan dapat mengalami proses reinkarnasi / lahir  kembali menjadi  makhluk rendahan ataupun binatang.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada *buah Jnana* berupa pengetahuan suci Weda. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Jnana Sakti

*Mutiara Weda*
27/09/2022

*Jnana  Sakti*

*Umat sedharma*, Dalam sesanti ada mengungkapkan ; Kerupawanan Paras, ketampanan dan kecantikan  begitu pula   keturunan mulia  serta  kebangsawanan  jika tidak memiliki pengetahuan,  air mukanya akan kelihatan  Suram tanpa Cahaya ibaratkan bunga sepatu yang hanya indah dipandang dari luar yang tanpa harum sama sekali.

 Keagungan & Kemuliaan  seseorang itu tersembunyi di dalam pengetahuannya yang luas karena pengetahuan *Jnana*  itu merupakan kekuatan atau *Sakti*.

*Oleh karena itu*, bagi  setiap umat Hindu  untuk selalu meningkatkan kualitas rohani dengan menggunakan ilmu pengetahuan suci  yang dimilikinya  guna  membangun karakter,  kepribadian serta budhi pekerti luhur dan bukan sebaliknya dengan kekuatan ilmu pengetahuan menghancurkan sesama umat manusia dan   menjadi racun bagi sang diri. Niscaya kedamaian dan keharmosnisan hidup  akan dapat diwujudkan serta  berputarnya Unsur Cakra Dharma  secara Sinergis.
(Slokantara ,28 & 31)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Stithaprajna

*Mutiara Weda*
28/09/2022

*Stithaprajna*

*Umat sedharma*, dalam Pustaka suci Weda ada mengingkapkan bahwa  Dimana ada Dharma,  kebajikan dan  kewajiban  serta kebenaran dipatuhi disana akan ada kemenangan. Demikian juga halnya   orang yang melindungi Dharma akan dilindungi oleh Dharma pula.  Untuk melindungi orang yang baik dan memusnahkan orang orang yang jahat, Dharma pulalah menjadi Bentengnya .

Manakala Dharma mengalami kelunturan, kemerosotan dan Tirani merajalela  dapat dipastikan menuai  penderitaan maupun  kesengsaraan dan orang seperti ini disebut orang kesasar dan tersesat dari jalan kebenaran *Ika Kabancana Ngaranya*

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk menyadari bahwa karakter  dan pengaruh jaman Kaliyuga begitu besar ; manusia cenderung menjadi kegila gilaan, suka bertengkar , berebut kekuasaan dan tidak mengenal akan dunianya sendiri , bergumul dengan saudara sendiri dan mencari perlindungan pada orang lain, sehingga  memahami, mengamalkan dan  menegakkan  ajaran  agama  secara  benar sebagai  satu satunya pilihan  serta menjadikan pustaka suci Weda  sebagai landasan atau pijakan yang bersifat mutlak.   *Niscaya* akan terbangunnya umat Hindu yang bijaksana dan mampu mengendalikan Inderanya *Stithaprajna* menuju umat Hindu yang  *Satyam*,  *Sivam* & *Sundaram*.
(BG IV.8 & Nitisastra IV.10.hal.274)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Dosa Penyebab Samsara

*Mutiara Weda*
29/09/2022

*Dosa Penyebab Samsara*

*Umat se-dharma,  Kualitas Karma sangat menentukan kehidupan umat manusia  baik dalam kehidupan  terdahulu (atita),  kehidupan sekarang (Wartamana) maupun kehidupan yang akan datang (Nagata) dalam *Tri Samaya*.
 proses kehidupan yang selalu berputar  putar / berulang ulang  lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara punarbhawa. *Samsara* pada dasarnya  adalah suatu  penderitaan.  menderita disebabkan karena Dosa.

Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain  atau yang baru dengan disertai karma wesana sebagai pengikutnya setianya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu haruslah paham secara betul bahwa samsara punarbhawa  itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi,  lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan dengan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* sebagai  jalan menuju alam kamoksan. *Niscaya*  umat  Hindu akan mengerti hakekat  Karma sebagai sang penentu kehidupan dalam  Tri samaya : Atita,  Nagata lan wartamana.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dharma Vahini

*Mutiara Weda*
30 / 09 /2022

*Dharma Vahini*

*Umat se-dharma*,  Orang  yang memiliki kebajikan / *Dharma* dalam dirinya  dapat dipastikan dia akan selalu  memancarkan ajaran kebenaran  dalam hidupnya *Dharma Vahini*.

Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukkan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai kalau di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan Amarah/ Krodha.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti  menabur  kebajikan  *Benih Dharma*,  membangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam  hati  *Manah Santih maupun Parama Santih* dengan  memperkokoh & penguatan pada pokok pokok  Dasar ajaran Dharma.  Niscaya  Kebahagiaan dalam hidup ini akan dapat terwujud.
(kitab Swastikarana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

siklus samsara

*Mutiara Weda*
01/10/2022

*Siklus Samsara*

*Umat Se-dharma*, Lahir kembali menjelma menjadi manusia menjalankan  siklus *Samsara Punarbhawa*  sesungguhnya memanfaatkan  waktu dan menggunakan setiap  kesempatan untuk lahir kembali  dengan baik    guna memperbaiki diri serta menjadi penentu  keberhasilan dalam mencapai tujuan hidup  yaitu  *Catur purusa Artha*

Jangan sia siakan Waktu & kesempatan  dengan melakukan perbuatan hina dan tercela,  demikian pula 
Jangan biarkan waktu  berlalu tanpa guna, berilah kesempatan agar benar benar bermanfaat, berfaedah  dan berguna serta bernilai positif dengan melaksanakan Dharma, Artha dan Kama.

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu  mempergunakan waktu dan kesempatan  menjelma menjadi manusia dengan baik untuk berbuat Kebajikan,  jangan  membuang buang  waktu untuk tidak berbuat kebajikan  dan tegakkan ajaran kebenaran *Satya* serta perkokoh ajaran *Dharma* dalam  diri. Niscaya Tujuan hidup menjelma menjadi manusia akan dapat diwujudkan  yaitu  menuju Kebahagiaan sejati.
(Slokantara,80 / SS.269)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Berbicarapu Harus Belajar

*Mutiara Weda*
02/10/2022

*Berbicarapun harus Belajar*

*Umat se-dharma*, dalam pustaka suci Weda ada menguaraikan : Vadanam bahuwakyam nam wacanani punah punah....dst, mencaci maki, membual, berbohong  begitu pula mengumbar  hawa  nafsu  semestinya dihindari oleh umat se-dharma. Belajar bertutur kata yang baik dan benar *Wacika Parisuda*.

Perkataan merupakan lukisan gambaran pribadi seseorang, setajam tajamnya pedang masih lebih tajam lidah manusia yang sangat menyakitkan,  sulit untuk disembuhkannya  dan merasuk kedalam lubuk  hati yang paling Dalam.  Dari kata kata mendapatkan kebahagiaan, dari perkataan menemui ajal, dari kata kata mendapatkan penderitaan dan dari perkataan pula mendapatkan sahabat sejati.

*Oleh Karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu untuk selalu  mewaspadai setiap ucapan atau perkataan, jangan biasakan *menanam tebu dibibir*, selalu memegang teguh ajaran ethika Hindu dengan baik dan benar berlandaskan ajaran  *Tri Kaya Sandi* (Manacika, Wacika dan Kayika) dalam keseharian.  Dalam paribhasa ada  tersurat Panasnya api menyala itu melebihi  panas matahari di dunia ini, akan tetapi kata kata orang jahat itu duakali lipat melebihi kepanasan api itu. Niscaya, dengan demikian  akan dapat terbangunnya umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis  serta sinergisnya unsur *Cakra Dharma* dalam diri  :  Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Slokantara, 60.39)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Meyadnya LandasanMenuju Jagadhita

*Mutiara Weda*
03/10/2022

*Meyadnya Landasan Menuju Jagadhita*

*Umat Sedharma*, jika direnungkan sesungguhnya keinginan untuk mendapatkan *kesenangan*, *kenikmatan* dan  *kebahagiaan*  dalam menjalankan proses *Samsara* di dunia ini telah  diberikan  oleh Ida SangHyang Widhi  Wasa karena *Meyadnya*. Sedangkan dia yang telah memperoleh kesenangan, kenikmatan  dan kebahagiaan dalam kehidupan ini  tanpa memberikan *Yadnya* sesungguhnya  mereka adalah *Pencuri*.

Demikian pula halnya,   bagi mereka yang tidak memberikan persembahan  dalam bentuk Panca Maha Yadnya kehadapan sang maha Pencipta, orang seperti ini diibaratkan   sudah mati   walaupun  masih bernafas ataupun  manusia hidup tanpa berkepala.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  untuk melaksanakan Upakara  Panca Yadnya dengan lima ukuran penting  dalam pelaksanaannya  yaitu :

*Ahuta* : mengucapkan doa mantram dari  pustaka suci Weda.

*Huta* :  Melakukan Persembahan dengan homa yadnya.

*Prahuta* :  melaksanakan upacara atau wali yang dihaturkan diatas tanah kepada para Bhuta.

*Brahmahuta* : menerima dan menghaturkan  sang Brahmana dengan  rasa hormat.

*Prasita*  : melakukan persembahan Tarpana kepada para pitara atau para  leluhur. *Niscaya*, akan dapat  terbangunnya umat Hindu yang bahagia  lahir maupun bathin.
(BG.III.12 & MDS.III.74)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tampilkan selalu sifat Daivi Vak

*Mutiara Weda*
04 /10 /2022

*Tampakan selalu  sifat Daivisampad*

*Umat se-dharma*, dalam pustaka suci agama Hindu   ada mengungkapkan
"Kuneng laksana sang sadhu, tan agirang yan inalem, tan alara yan inindã, tan kataman krodha....dst",
Menjadi manusia utama  sang Sadhu Budhi /  Sadhu Gunawan  menjadi  tujuan utama menjelma menjadi manusia.

Sang Sadhu Budhi  tidak akan  terlalu bergembira tatkala  mendapatkan pujian  pun  tidak terlalu bersedih jika dicela begitu pula tidak marah  tatkala  dicaci maki  dan dibenci, tetap teguh serta  berpikiran suci  & bersih.  Menjadi Sang Sadhu Budhi tidaklah mudah, penuh dengan pantangan dan cobaan serta  Sadhu Budhi  menjadi harapan dan tujuan bagi setiap umat Hindu

*Oleh karena itu*,   sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu menampakkan sifat sadhu Budhi dengan pijakan Tri  Kaya Sandhi (Manacika, Wacika maupun Kayika) secara sinergis berlandaskan sifat  *Daivisampad* dan menghindarkan diri dari tindakan kejahatan *Asuri Sampad* . Niscaya  umat Hindu akan selalu berada pada jalan dharma  sehingga dapat membersihkan dan mensucikan diri  menuju kualitas kesucian rohani dalam mewujudkan  kebahagiaan  serta kedamaian  hidup nantinya. (Sarasamuscaya, 306)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Brahman Atman Aikhyam

*Mutiara Weda*
05/10/2022

 *Brahman Atman Aikyam*.

*Umat Se-dharma*, jika direnung renungkan  mereka yang bahagia sesungguhnya adalah mereka yang  percaya akan dirinya sendiri, begitu pula di dalam  mencapai kebebasan  selalu  berusaha dengan   keluhuran budhi.

Ida SangHyang Widhi Wasa,  akan bersemayam didalam lubuk atau relung hati  *Brahman Atman Aikyam*, manakala dilandasi dengan  keluhuran Budhi serta hati  yang Nyaman,  damai & Indah 

*Oleh kerena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kedamaian & Keharmonisan mulai dari  dalam diri  masing masing  dengan  landasan keluhuran Budhi, Jadikan  tubuh dan hati selalu  Damai serta harmonis dengan jalan selalu menjaga  sinergisitas Unsur Tri Guna yang ada  dalam diri ( *Satvam*, *Rajas*  &  *Tamas*) serta mengimplementasikan ajaran *Tri Hita Karana* dalam keseharian . Niscaya akan terwujudnya  rasa damai ,  harmonis dalam diri sehingga  Ida SangHyang Widhi Wasa  akan selalu bersemayam di dalam hati *Brahman Atman Aikyam*.
( Reg Veda.I.85.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta




Dharmasastra

*Mutiara Weda*
06 / 10 /2022

*Dharmasastra*

*Umat Se-dharma*,  Dalam sebuah sesanti ada menyebutkan ;  *Madhu Wisakusemebhyo jayate pathyametat....dst* ,   Madu yang  sering  dipake Obat asalnya  atau sumbernya dari binatang lebah yang berbisa. Begitu pula halnya susu,  minuman yang sangat berguna  bagi tubuh manusia datangnya dari daging dan darah sapi , demikian juga  bunga seroja yang demikian harum tumbuhnya dari Lumpur.

Begitu pula halnya manusia memiliki karakter serta budhi pekerti luhur yang dapat memancarkan nilai kebajikan *Dharma Vahini* sumbernya bukanlah berasal dari faktor  kelahirannya melainkan suatu proses pembelajaran  akan  nilai nilai ajaran Dharma atau  *Dharma Sastra*

*Oleh karena itu*,   Sudah menjadi kewajiban  bagi setiap umat Hindu untuk selalu berusaha mencari kebenaran berdasarkan pada *Tri Pramana Telu* serta menjalankan ajaran  Dharma dengan baik *Dharma Sastra* .  Niscaya akan mampu menolong dirinya dalam mewujudkan kebahagiaan  baik manah santih maupun parama santih, sekala lan Niskala  dengan landasan  perbuatan yang baik  *Subha Karma*
( Slokantara, 55.25)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dharma Landasan Dlm Berwiweka

*Mutiara Weda*
07/10/2022

*Dharma Landasan dalam Berwiweka*

*Umat Se-dharma*,  Jika direnungkan hidup menjelma menjadi  manusia,  selalu dibayang  bayangi & dibelenggu oleh siklus rwa bhineda, manakala pikiran gelap dan perasaan  mati, dapat dipastikan tidak akan dapat  menjalankan *Wiweka*  menimbang nimbang membedakan  antara yang baik dan  buruk, antara benar maupun  yang salah.

*Rwa bhineda* dengan kemasan *Bhineka tunggal Ika* sebagai dua tattwa yang bersepupu karena keduanya mengajarkan dan membimbing umat Hindu  untuk menghargai suatu perbedaan,  berbeda beda  namun tetap menjadi satu dan menghindarkan diri dari sikap saling mencurigai  yang dapat menjadi ramuan faham fanatisme yang berujung pada permusuhan dan perkelahian.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi suatu kewajiban untuk memahami akan hakekat *Tattwa rwa Bhineda* dan *Bhineka Tunggal Ika* dengan penuh kesadaran dan ketulusan hati berlandaskan ajaran *Dharma*  dengan pustaka suci *Weda* sebagai satu satunya Pijakan  serta menggunakan  *Wiweka* dalam menentukan  pilihan  hidup, baik memilih menggunakan jalan aman dan tanpa hambatan *whrite dharma*  maupun  memilih jalan yang penuh hambatan dan rintangan *Nishiddha* yang wajib dihindari.  Niscaya Pancaran rwa Bhineda akan dapat memberikan Energi positif bagi setiap umat Hindu dalam membangun umat Hindu yang penuh kedamaian, *Manah Santih maupun Parama santih.  (BG.XIV.13  &  SS.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta


Weda Samhita & Sapta Rsi

*Mutiara Weda*
09/10/2022

*Weda Samhita & Sapta Rsi*

*Umat Se-dharma*,  Pustaka suci Weda diwahyukan oleh Ida SangHyang Widhi Wasa sebelum alam semesta ini diciptakan-Nya dan disabdakan atau diwahyukannya tidak  dalam satu abad melainkan berabad abad  lamanya. Demikian pula penerima wahyu/ sabda suci   bukanlah seorang maha rsi melainkan tujuh orang Maha Rsi atau Sapta Rsi penerima Wahyu.   Kitab suci Weda  merupakan.Pengetahuan Suci yang mengandung  ajaran kesucian *Kedyatmikan* dalam  menuntun Umat Hindu mencapai tujuan Hidup yaitu  *Catur Purusa Artha*, *Jagadhita lan Kamoksan*.  *Ista prapy anista parihara yoralaukikam upayam yogranto Vedayati sa Vedah*.

Kitab suci Weda merupakan sabda suci  atau wahyu langsung dari Ida SangHyang Widhi Wasa  yang diterima   secara lisan oleh para Maha Rsi karena kematangan / kemekaran  Instuisinya yang dikenal  dengan nama  Sapta Rsi penerima Wahyu / Tujuh Maha rsi sebagai penerima Wahyu antara Lain :  Maha rsi Grtsamada, Maha Rsi  Visvamitra, Maha Rsi Wamadewa,, Maha Rsi Atri, Maha Rsi  Bharadwaja,  Maha Rsi Wasista dan Maha Rsi  Kanwa  dan selanjutnya  ditulis kembali atau dihimpun kembali oleh *Maha Rsi Vyasa* dengan  dibantu para sisyanya dan menjadi *Catur Veda*  sebagai *Weda Sruti* atau Weda Inti atau Weda Sirah.

Maha Rsi  penghimpun catur Veda  Sirah :

*Reg Veda* disusun oleh Maha Rsi Pulaha

*Sama Veda* oleh Maha  Rsi Jaimini

*Yajur Veda* oleh Maha Rsi Vaisampayana

*Atharva Veda* di susun oleh Maha Rsi Sumantu.

Dalam *Catur Weda*  mengalir nilai-nilai kebenaran yang kemudian dikembangkan dalam *kitab-kitab Smrti* seperti *Itihasa*, *Purana*, *Tantra*, *Darsana* dan *Tattwa-tattwa agama*. Ada beberapa karakateristik  kitab suci Veda:

*Veda tidak berawal*,  karena merupakan sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya.

*Veda tidak berakhir*, karena ajarannya berlaku sepanjang jaman sehingga di sebut *Anadi-Anantha*.

Veda bersifat *Apauruseyam*, weda bukan buatan manusia melainkan Wahyu langsung yang diterima & dihimpun oleh para Maha rsi karena kemekaran Instuisinya.

*Universal* , dikarenakan weda  berlaku untuk  seisi alam semesta, siapapun dan tidak akan memandang terhadap apapun.

*Sanatana Dharma* ,  kitab suci Weda bersifat kekal abadi

*Sebagai Kitab Agama* ,   Kitab suci Weda menunjukkan bahwa kebenaran Weda adalah mutlak dan harus diyakini kebenarannya.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai Umat Hindu pegang teguh Pustaka suci Weda dengan Benar, utuh dan sempurna  dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan hidup  sehingga pikiran menjadi bersih dan suci menuju pada tingkatan spiritualitas.  Niscaya  Umat se dharma tidak akan mengalami keragu raguan dan yakin  akan kebenaran Weda sehingga ajaran Hindu akan tetap Ajeg diwariskan pada generasi muda Hindu *Yowana Dharma Laksana*.
( Penghantar Weda  26-28 & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tiga Sifat Buruk dlm Diri Manusia

*Mutiara Weda*
09/ 10 / 2022

*Tiga sifat Buruk Pada Diri Manusia*

*Umat Se-dharma*, Jika kita lihat dari sisi ajaran Ethika Hindu ada tiga sifat  *buruk* atau *kotor* yang selalu melekat dalam diri umat manusia akibat dari pengaruh buruk   *Indrya/ Nafsu*  yang tak terkendalikan yang  bertentangan dengan nilai nilai Dharma. Pengendalian gerak pikiran menjadi faktor penting  dan  penentu bagi kehidupan setiap  umat manusia  *Citta Vrtti Nirodha* dengan menempatkan dan memancarkan  Gayatri mantram  sebagai ibu dari Weda *Gayatri Chandasam Matha*

Ketiga sifat buruk dan  kotor tersebut
*Mithia Hrdaya* :  sifat yang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain
*Mithia Wecana*  :  selalu bersifat sombong dan angkuh
*Mithia Laksana*  :  berprilaku kasar dan tidak sopan.

*Oleh karena itu*, Sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu   untuk selalu mengendalikan  gerak  Laju pikiran
*Citta Vrtti Nirodha*  serta menempatkan  *Gayatri mantram* sebagai ibu dari Weda *Gayatri Chandasam Matha* dengan   Ethika Agama sebagai pijakan dalam pengejewantahannya.   Niscaya tidak akan menemui hambatan untuk  membangun  kualitas rohani dalam diri serta  dalam  menjalankan  *Tri Kaya Sandhi* sehingga  hidup akan  Nyaman, aman,  Damai dan Harmonis.
(Kitab Widhi Sastra & Manu Smrthi.IV.256)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jaga Kesucian Bathin

*Mutiara Weda*
10/10/2022

*Jaga Kesucian Budhi*

*Umat se-dharma*, dalam susastra Hindu ada menyebutkan *tresna hi sarvapapista nityodvegakari mata* ; sifat rakus ,  loba dan Serakah  merupakan sumbernya Bencana. Segala macam bentuk  bencana atau kejahatan yang ditimbulkan  oleh sifat rakus dan sejenisnya yang menyebabkan kebencian dan ketakutan orang lain disebut *Tresna*

Tak ada sesuatu di dunia ini yang dapat memenuhi *Tresna*, orang yang tresnanya sangat kuat tidak bedanya dengan samudera yang akan selalu dapat menampung jumlah Air darimanapun sumbernya.  Demikian juga  ibaratkan kekayaan atau kemewahan yang selalu bertambah menyebabkan keinginanpun akan  menjadi semakin besar yang cenderung menjadi loba, rakus dan tamak.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk selalu menjaga kesucian *Budhi* melalui pengetahuan suci
*Buddhirjnana suddyati* &
mengendalikan seluruh Indrya  serta menghilangkan segala bentuk kejahatan yang mengakibatkan kebencian dan ketakutann. Niscaya akan dapat terbangunnya kebahagiaan rohani *Nistresna*  menuju kebahagiaan sejati   *Tresnasayasukha*
(SS.448-485)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jalankan swadharma dengan Baik

*Mutiara Weda*
11 /10/ 2022

*Jalankan Swadharma dengan Baik*

*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan , Orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya pastilah tak akan pernah mengeluh pun tak akan pernah menyesal dengan  apa yang sedang dialaminya, melainkan menerimanya sebagai suatu Anugerah dari Ida SangHyang Widhi Wasa, yang wajib dijalankannya dengan landasan ketulusan *Lascarya* dan berbuat sesuai dengan swadharma masing masing.

Demikian pula,  hidup menjelma menjadi manusia, tak akan pernah  lepas  dari *rwa bhineda*, dua hal yang  berbeda yang selalu berdampingan ; *kebaikan & keburukan*, *suka & duka* selalu  silih berganti ,begitu juga halnya dengan lahir- hidup dan  kematian hanya bersumber dari- Nya dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*.

*Oleh karena itu* , sebagai umat Hindu, jangan pernah ragu dalam menjalankan Swadharma,  yakin  bahwa Tuhan melihat apa yang dilakukannya, Tuhan ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan segala galanya adalah Tuhan di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tri Dharma Sandhi

*Mutiara Weda*
12 /10/2022

*Tri Dharma Sandhi*

*Umat Se-dharma*, setiap umat Hindu haruslah memahami  bahwa Pustaka suci  Weda terdiri dari dua bagian yaitu Weda Sruti dan Weda Smerthi.   Kitab suci  Catur Weda tergolong dalam *Weda Sruti* dan  menjadi *Weda Inti* atau *Weda Sirah* dan *Smerthi* merupakan *Dharma Sastra*, keduanya harus diyakini ,ditaati serta  dipatuhi ajaran ajarannya sehingga  tindakan dalam bidang Dharma menjadi sempurna.

Apa yang diajarkan oleh *Sruti* disebut Dharma, semua yang diajarkan dalam *Smerthi* pun dharma pula namanya, demikian pula tingkah laku sang *Sistacara* yang memberikan ajaran Kebenaran & kesucian  Dharma pula namanya sehingga di sebut *Tri Dharma Sandhi*

*Oleh Karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meyakini dan menjalankan Tri Dharma  atau tiga Dharma ; Sruti, Smerthi dan Sistacara secara sinergis dan seimbang *Tri Dharma Sandhi*. *Niscaya* seluruh Indrya dan hawa nafsu akan dapat dikendalikan begitu pula segala tindakan akan selalu berlandaskan Dharma atau  *Dharma Laksana* ( S.S.40-42)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Semuanya Berpulang pada Karma

*Mutiara Weda*
14 /10/2022

*Semuanya akan Berpulang Pada Karma*

*Umat sedharma*,  Hukum karma  yang mengatur dinamika kehidupan semua makhluk hidup di alam semesta ini, yang mengakibatkan adanya proses kelahiran  baik dalam kelahiran sorga maupun kelahiran Neraka dengan Karma Wesana sebagai pengikut setianya. 

Ketidakmampuan mengendalikan nafsu Indrya  *Mohanya Karma*
berakibat  kaburnya kesadaran umat manusia yang dapat  menghambat peningkatan kualitas kesadaran yang membuatnya jatuh kedalam gelap yang tanpa ada cahaya sehingga tidak dapat melihat mana yang disebut baik atau pun buruk.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu kendalikan Indrya sebagai sumber dari  *Mohanya Karma* sehingga terhindar dari karma buruk dan memahami bahwa setiap umat  manusia serta  semua makhluk hidup sepenuhnya bebas dan memiliki kehendak begitu pula bertanggungjawab atas semua perbuatannya sendiri menjadi  penentu dari karma dalam  kehidupannya *Svatantrya Katah*
[Kitab Samsara & Weda Samhita]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta


Brata : Bentuk Janji atas Diri

*Mutiara Weda*
15/10/2022

*Brata :  bentuk Janji atas diri*

*Umat Sedharma*, Jika kita renungkan,  selama ketidak jujuran menjadi dasar dalam melakukan perbuatan  maka dapat dipastikan bencana dan malapetaka akan menimpanya sehingga tidak mampu  untuk melepaskan diri  dari  belenggu ikatan duniawi.  Akan tetapi manakala ketulusan hati *Arjawa* sebagai dasar dalam  berpikir, Bertutur kata dan dalam  perbuatan dapat dipastikan  akan mendapatkan *kekuatan pikiran*. 

Sesungguhnya Tidak mementingkan diri sendiri *Anresangsya* itulah  dharma  yang utama dan sifat *Tahan uji* merupakan *kesaktian* yang maha dasyat, begitu pula  kepandaian & kemampuan mengendalikan diri sebagai  hakekat  dari ajaran Brata dan menjadi  Janji atas diri.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bangun ketenangan dalam  hati *Dama*,  dan tampakkan  kesucian diri baik lahir maupun bathin *Danta*. Niscaya umat Hindu akan selalu sadar, sabar serta  dapat  mengendalikan diri *Suluh Nikang Prabha*  sehingga tidak  mengalami kesesatan dalam menjalankan *Tri kaya Sandhi*
(SS 65,66)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

satvika yadnya

*Mutiara Weda*
16/10/2022

*Satvika  Yadnya*

*Umat Se-dharma*, melaksanakan Panca Maha Yadnya merupakan kewajiban suci dari  petunjuk  Pustaka  suci Weda Samhita sebagai penyangga Bumi, alam semesta beserta isinya, karena alam dan manusia diciptakan Ida SangHyang Widhi Wasa melalui *Yadnya*

Ada lima unsur penting dalam *Meyadnya* :

*Mantra* : doa doa yang harus diucapkan oleh umat, pinandita sesuai dengan tingkatannya.

*Yantra* : simbol simbol keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesuciannya.

*Tantra* : kekuatan suci yang ada dalam diri dibangkitkan dengan cara yang ditetapkan dalam kitab suci Weda.

*Yadnya* : pengorbanan dan pengabdian yang tulus atas dasar kesadaran dalam persembahan sesuai dengan kemampuan.

*Yoga* : Mengendalikan gelombang pikiran dalam alam pikiran untuk berhubungan dengan Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan sradha dan bhakti dengan berkeyakinan bahwa demi kepentingan hidup,  kesempurnaan dan kebahagian,   umat Hindu melaksanakan panca Maha Yadnya  yang Satvika dengan landasan Tri Premana (sastratah, Gurutah dan Svatah) dengan tetap  memperhatikan Catur Drstha :  Kuna Drstah, Sastra Drstha, Loka Drstha dan Desa Drstha. Niscaya akan terwujudnya  tujuan hidup umat manusia yaitu kebahagiaan sekala dan niskala, Jagadhita lan Kamoksan nantinya.
(Agastya  Parwa & BG.III.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta






Sadhu Jadma

*Mutiara Weda*
17/10/2022

*Sadhu Jadma*

*Umat Se-dharma*, jika direnungkan dalam  sebuah sesantih ;  Binatang  Kalajengking itu memiliki racun di ekornya, Begitu pula binatang  ular memiliki   Racun berbisa ditaring letaknya, Demikian juga  halnya  dengan  orang yang jahat seluruh tubuhnya diliputi oleh racun yang sangat  berbisa 

Melakukan tindakan  kejahatan atau perbuatan   buruk  *Asubha karma*  dapat dipastikan dalam hidupnya akan mendapatkan penderitaan,  malapetaka bahkan  kehancuran  *Neraka  Cyuta*. Setiap kejahatan  akan kembali kepada pelakunya *Pratikara* dan  menjadi orang baik dan bijak *Sadhujadma*  menjadi tujuan hidup menjelma menjadi manusia.

*Oleh karena itu*,sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk  selalu berbuat kebajikan agar terhindar dari kelahiran Candala serta tidak  terjerumus ke dalam  *Neraka Maharorawa* dan mengerti akan ajaran Dharma. Niscaya  setiap umat sedharma akan selalu berada dalam jalan Dharma menuju *Sadhu Jadma*
(kitab Nitisastra II.9)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Satvika Dana

*Mutiara Weda*
18/10/2022

*Satvika Dana*

*Umat Sedharma*, dalam susastra Hindu ada menguraikan ;  *anandam kanistam ca dhanadanam  madyamam ca widyadanamanantakam* : Punia bhakti merupakan pemberian yang suci dan tulus sebagai suatu kewajiban suci bagi setiap umat Hindu.  Jika dilihat dari segi kualitasnya pemberian  berupa makanan memiliki mutu terkecil dan pemberian berupa uang mutunya menengah dan pemberian berupa ilmu pengetahuan mengatasi semuanya serta membawakan pada kebajikan besar.

Ada beberapa macam jenis pemberian  Punia dalam agama Hindu seperti :
*Abhayadana* : pemberian kesempatan untuk mencari ketinggian Jiwa sampai moksa

*Brahma Vidya* : Pemberian berupa Ilmu Pengetahuan

*Artha dana*: pemberian berupa  artha benda, makanan, pakaian termasuk sawah maupun ladang.

*Oleh Karena itu*,  Bagi setiap umat Hindu Dalam  *Mepunia Bhakti*  dilandasi dengan  ketulusan hati,  di samping itu,  tetap memperhatikan  hakekat, maksud dan tujuan serta  cara dalam  memberikannya. Sehingga punia  memiliki kualitas utama  yaitu  *punia  yang bersifat putih atau Satvika dana* dan menghindarkan  pemberian yang  bersifat merah atau rajasika dana  begitu pula dengan  pemberian  yang  bersifat Hitam atau Tamasika dana. *Niscaya*, umat Hindu  dalam menjalankan punia bhakti dapat memahami makna dan hakekat   mepunia  yang sebenarnya  yaitu sebagai  wujud  rasa Bhakti  dan sebagai suatu  kewajiban suci dalam menjalankan  serta mengamalkan   ajaran Dharma.
(kitab Slokantara,  21 .67.)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Dharma Benteng dlm Hidup

*Mutiara Weda*
19 / 10/ 2022

*Dharma Menjadi  Benteng dalam Kehidupan*

*Umat sedharma*, dalam susastra ada tertuang bahwa Dimana ada Dharma,  kebajikan dan  kewajiban  serta kebenaran dipatuhi disana akan ada kemenangan begitu pula  orang yang melindungi Dharma akan dilindungi oleh Dharma pula.  Untuk melindungi orang yang baik dan memusnahkan orang orang yang jahat, Dharma pulalah menjadi Bentengnya .

Manakala Dharma mengalami kelunturan, kemerosotan dan Tirani merajalela  dapat dipastikan menuai  penderitaan maupun  kesengsaraan dan orang seperti ini disebut orang kesasar dan tersesat dari jalan kebenaran *Ika Kabancana Ngaranya*

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk menyadari bahwa karakter  dan pengaruh jaman Kaliyuga begitu besar ; manusia cenderung menjadi kegila gilaan, suka bertengkar , berebut kekuasaan dan tidak mengenal akan dunianya sendiri , bergumul dengan saudara sendiri dan mencari perlindungan pada orang lain, sehingga  memahami, mengamalkan dan  menegakkan  ajaran  agama  secara  benar sebagai  satu satunya pilihan  serta menjadikan pustaka suci Weda  sebagai landasan atau pijakan yang bersifat mutlak.   *Niscaya* akan terbangunnya umat Hindu yang bijaksana dan mampu mengendalikan Inderanya *Stithaprajna* menuju umat Hindu yang  *Satyam*,  *Sivam* & *Sundaram*.
(BG IV.8 & Nitisastra IV.10.hal.274)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta





Jangan Biarkan Benih Kebencian ada dlm Diri

*Mutiara Weda*
21 10/ /2022

*Jangan Biarkan Benih Kebencian ada dalam Diri*

*Umat se-dharma*, Jika direnungkan  membangun sebuah  hubungan  *Menyama-Mebraye*  & ikatan  persahabatan dengan sesama umat manusia dan   makhluk ciptaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa lainnya  sangatlah penting  *Vasudhaiva  Kutumbakam* dengan  hidup secara berdampingan, saling asah, asih dan asuh dalam suatu  persahabatan.

Hubungan akan stabil  manakala   norma  norma  agama, etika, sopan santun  dan tata Krama menjadi Bingkainya.  Tatkala  hubungan   didasari atas *nafsu belaka*,  maka dapat dipastikan lambat laun  akan berubah menjadi  saling  hina  & saling  membenci. Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda   sudah bersemayamnya benih  kebencian di dalam dirinya, akan tetapi orang  yang memiliki  nilai nilai kebajikan  dapat dipastikan  akan memancarkan ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini*  dalam hidupnya.  Hanya orang orang  yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukkan, menentramkan & damai manakala di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, dengki,  benci dan dendam.

*Oleh karena  itu*,    marilah kita sebagai umat Hindu  bangun   dan tumbuhkan benih benih  *kedamaian* dalam  hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Metapa, Mebrata, Meyoga dan Mesamadhi.  Niscaya hidup yang Damai , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud sesuai dengan Hakekat  Masesantih yaitu terbangunnya Kedamaian menuju Persaudaraan sejati. (  Atharvaveda X.6.1) 

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Saraswati

*RAHAJENG HARI SUCI SARASWATI*

*Mutiara Weda*
22 / 10  /2022

*Pengetahuan suci  Guru Utama*

*Umat se-dharma*, Ilmu Pengetahuan  suci *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemashyuran
serta  kebahagiaan.

pada hari suci Saraswati umat Hindu  melakukan pemujaan  kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai SangHyang Aji Saraswati  sebagai hari turunnya Ilmu Pengetahua suci atau Pustaka suci Weda Samhita atau *Payogan* SangHyang Aji Saraswati.  Begitu pula,  Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  Weda karena Weda Bersifat  *Sanatana Dharma* dan  *Anandi-anantha*, bersifat kekal,, tidak berawal pun tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tri Karana

*Mutiara Weda*
24/ 10 /2022

*Tri  Karana*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan  akhirnya  yaitu bersatunya sang  atman dengan Ida SangHyang Widhi Wasa, Manunggaling Kawula lan Gusti  atau Kamoksan, baik *jiwan mukti* ( Kebebasan yang di capai di dunia), *Karma mukti* atau *wideha mukti* (kebebasan dimana sang Atman posisi  sama dengan Brahman) maupun *Purna mukti* ( kebebasan tertinggi dimana sang Atman bersatu dengan-Nya) dengan  menggunakan   tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.

Tri Sadhana atau Tri Karana merupakan tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka* : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani  Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik  dalam bentuk *jiwan mukti* , *wideha mukti*  maupun *Purna mukti*
melalui jalan menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta  menjalankan ajaran Tri sadhana / Tri Karana dengan benar. Niscaya akan dapat tercapainya  kebebasan dari keterikatan menuju Jagadhita dan Kamoksan nantinya.
(wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Ngunduh Wohing Pakarti

*Mutiara Weda*
23/10 /2022

*Ngunduh Wohing Pakarti*

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada menyebutkan, burung murai itu dihargai karena suaranya, begitu pula jika dilihat  Dalam semua ajaran , Gurulah yang paling berharga. Demikian juga  dalam hal memaafkan,  ketinggian dan keluhuran budilah yang paling dikagumi.

Orang yang mendalami ajaran  kerohanian atau kedyatmikan pastilah memahami isi  ajaran agama yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastikan berkeyakinan bahwa dalam proses kehidupan ini selalu dibayang bayangi oleh Hukum Karma Phala serta pahala dari  prilaku jahat  itu akan berbalik kepada  asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani *Samyagjanana* dengan perkuatan pada pondasi dasar ajaran agama dengan  selalu memancarkan ajaran Kebajikan *Satyam*  serta membuang jauh jauh prilaku jahat .Niscaya dalam menjalankan proses Samsara menjalankan  kehidupan dengan Nyaman  & Damai,  manah Santih maupun parama santih dapat terwujud.
( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Budhi Pijakan dalam Berpikir

*Mutiara Weda*
25/10/2022

*Budhi Pijakan  Dalam Berpikir*

*Umat se-dharma*,Jika direnungkan,  sesungguhnya terjadinya *Karma* itu diawali dari  proses Bepikir.  Pikiran menjadi penentu tatkala akan bertutur kata dan bertindak agar  menghasilkan  Karma baik atau *Subha Karma* nantinya.

Mengarahkan  & memperbaiki pola pikir menjadi suatu keharusan  sehingga  pikiran  dapat terkendali  &  berkonsentrasi kepada Ida SangHyang Widhi Wasa sehingga  akan lebih mudah dalam  menumbuhkan *Kesadaran Pikiran*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu memusatkan pikiran dan  membangun *Kesadaran Pikiran* yang berlandaskan *Budhi*   sehingga dapat  menjalankan *Wiweka* dengan sempurna. *Niscaya*, pikiran, perkataan dan perbuatan akan selalu  terkontrol & Sinergis *Tri Kaya Sandhi*
(kitab Panca Sradha, hal.146-148)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta 

Pagerwesi

*Mutiara Weda*
26 / 10 /2022

*Rahajeng hari suci  Pagerwesi* dumogi kita semua Selalu berada pada jalan Dharma...*Perkokoh Benteng* sajeroning  Adnyana  ....astungkara svaha.

*Pagerwesi : Benteng Diri*

*Umat se-dharma*,  setiap enam bulan (210 hari) tepatnya pada Rabu, Kliwon wuku Sinta,, umat Hindu merayakan hari suci Pagerwesi sebagai  rangkaian dari hari raya Saraswati, dengan
Pemujaan ditujukan   kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai  Sang Hyang Pramesti Guru,

Hakekat Pagerwasi  sebagai perlambang Benteng dan pelindung yang kokoh di dalam diri  berupa ilmu pengetahuan Suci  *Samyagjnana* dalam menghadapi godaan dan cobaan hidup. Ilmu Pengetahuan  suci  *Samyagjanana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran dan kebahagiaan. Ilmu Pengetahuan suci  merupakan guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan para Dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* mengingat  pustaka  suci Weda Bersifat *Sanatana Dharma* & *Anandi-anantha*, tidak berawal dan tidak berakhir, Jadikan
Ilmu Pengetahuan suci  sebagai guru serta  sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.
Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tiga Siklus Hidup Manusia

*Mutiara Weda*
27 / 10 /2022

*Tiga Siklus  Hidup Manusia*

*Umat se-dharma*, Jika disadari, sesungguhnya setiap umat manusia tidak akan pernah lepas dari Tiga Siklus  alur Proses Kehidupan  :   *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina*, kelahiran, kehidupan dan akhirnya menuju  Kematian / kembali ke asal sebagai tiga kemahakuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa *Tri Kona*

Setiap Manusia hidup kedunia ini memiliki tenaga /kekuatan yang di sebut *Udana Vayu* atau *Prana halus*.
Udana  Vayu inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, berpikir, berbuat dan bernafas dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*
(Kayika, Wacika dan Manacika).

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan dan sucikan  Udana  Vayu dengan jalan tingkatkan selalu kualitas rohani, jaga kesucian diri,  baik lahir maupun bathin  *Yama & Nyama*, mengingat seluruh Udana  Vayu adalah *Hiranyagarbha* /  Brahman di dalam diri demikian juga di saat akan kembali ke asal, meninggal atau pralina, berkewajiban membisikan nama nama dari Ida SangHyang Widhi Wasa atau *nama smaranam* , aksara aksara suci Tuhan pada telinga orang yang meninggal sangat menentukan kehidupan yang akan datang dalam proses lahir kembali  *reinkarnasi/ punarbhawa* sebagai sifat sifat dasar yang paling kuat. Niscaya *Moksa* dan *Jiwan Mukti* akan dapat dicapai. ( Sanatana Hindu Dharma hal.37-41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kuatkan Sradha dlm Beragama

*Mutiara Weda*
28 / 10 /2022

*Kuatkan Sradha dalam Beragama*

*Umat se-dharma*,   jika direnungkan, Cikal bakal dari penguatan beragama sebenarnya  terletak pada  Keyakinan /Sradha dan Kebenaran ajarannya / *Satya dharma*,  manakala   dalam keyakinan mengalami keraguan bahkan  bimbang  maka akan terjadi kerapuhan  pada pemahaman  inti sari dari ajaran  agamanya. Sedangkan  Karakter dalam beragama Hindu adanya Sradha & Bhakti . Hakekat bhakti sebenarnya adalah membangun keseimbangan hidup,  baik  Jasmani -  rohani  maupun  jiwa  dan Raga.

Dalam melakukan pemujaan sebagai wujud  rasa Bhakti,  manusialah sebenarnya  yang membutuhkannya.  Ibaratkan  matahari selalu bersinar  tanpa henti dan tetap tinggal serta berputar putar  di tempat, inilah yang di sebut   dengan *hukum Rta* atau *hukum alam* yang ditetapkan Tuhan pada Matahari dan setiap  manusia membutuhkan sinar serta unsur unsur alam lainnya itu.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Sradha & Bhakti dengan  penguatan pada ajaran agama dengan menjalankan  Prawerti Marga dan Niwerti Marga.
*Niwrtti Marga* yaitu suatu jalan atau cara yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan tekun melakukan yoga dan samadhi. sedangkan *Prawrtti Marga*  merupakan  jalan atau cara yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan tekun melakukan tapa, yajña, dan yasa kirti,
serta  menjaga kemurnian ajaran agama dengan Panca Sradha  &  Tri Kerangka dasar sebagai bingkainya.  Niscaya Sradha dan bhakti akan semakin kuat dan kokoh *Sanatana Dharma*
[ Kitab Swastika Rana]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Niskama Karma

*Mutiara Weda*
29/ 10 /2022

*Niskama Karma*

Umat se-dharma,  ajaran Bhakti merupakan puncak dari  ajaran  karma dan jnana marga. Segala pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa dilaksanakannya Karma karena harus dilaksanakan dengan *Niskama Karma*.

*Niskama Karma*  merupakan perbuatan yang dilakukan secara tulus atau lascarya  dengan tanpa Pamerih.. Begitu pula  Bhakti merupakan  muara dari ajaran Jnana  marga dan Karma marga.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas Bhakti dengan memegang teguh ajaran *Nava Veda Bhakti*, melalui pemahaman dan  pengamalan terhadap  isi kitab suci Weda *Wandanam* secara benar. Niscaya umat Hindu akan dapat mengimplementasikan ajaran Weda dengan Baik menuju kualitas   Bhakta.
(Bhagawata Purana.VII.5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pura Vaikuntha Vyomantara Lanud Adi'S -Yogyakarta .

Krtaghna

*Mutiara Weda*
30/ 10 /2022

*Krtaghna*

*Umat se-dharma*, Mengucapkan rasa angayubagya,  bersyukur atau mengucapkan rasa terimakasih  terhadap jasa dan budhi baik orang merupkan suatu  kewajiban,  manakala  orang yang  tidak pernah mengucapkan  rasa terimakasih atas kebaikan orang lain di sebut  *Krtaghna*  merupakan dosa besar dan tidak ada obatnya.  Sesungguhnya Hidup menjelma menjadi manusia ibaratkan Roda pedati yang selalu berputar putar, silih berganti,  suka maupun duka, tak satupun manusia mampu menahan dan merubah Kuasa Tuhan.

Rasa Suka  maupun  Duka  akan selalu berdampingan dan datangnyapun silih berganti  begitu juga Kebahagiaan  yang dianugerahkan-Nya itupun tidak bisa diukur dari seberapa banyak yang dimilikinya, melainkan seberapa rasa angayubagya dan rasa syukhur  yang bisa diungkapkannya .

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu Mangayubagya dan memanjatkan rasa syukur serta berterimakasih  kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa apapun yang dianugerahkan-Nya  dan jangan pernah untuk tidak tahu berterimakasih *Krtaghna*,  begitu pula beliaulah yang mengatur alam semesta beserta isinya   *ya nah pita janita yo nidhata dhanani Vedo bhuvanani Vistha*. Niscaya umat se dharma akan menemukan hakekat dari  kebahagiaan itu sendiri.
(Kitab Slokantara, 84.76.hal. 297 & SS. 322)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Sevaka Dharma

*Mutiara Weda*
31/10/2022

*Sevaka Dharma*

*Umat Se-dharma*,-Jika kita renung  renungkan dalam sebuah pelayanan atau *Seva* yang dilakukan atas dasar Rasionalitas maka disana akan ada  terselip motivasi pamerih dan penuh harap sebagai suatu tindakan yang tidak relevan dengan Ajaran kerja tanpa pamerih/ Lascarya dalam agama Hindu.

Umat Hindu dalam melakukan pelayanan yang maksimal *Sevaka Dharma* dengan menempatkan ketulusan / Lascarya sebagai nilai dasar tatkala akan menjalankan  tiga aspek  kehidupan yaitu : *Melayani /Seva* ,  dalam Membina pemberdayaan umat se-dharma *sarva abhisamdaka* serta *membimbing* umat se-dharma  menuju Moksartham -Jagadhita.

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu dalam memaknai nilai  ketulusan atau Lascarya  sebagai suatu tindakan kerja tanpa Pamerih dan tanpa motivasi yang berlebihan terhadap hasil kerja.  Niscaya  Melalui Pengabdian akan memperoleh Kesucian, dengan Kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemuliaan akan mendapatkan kehormatan dan dengan kehormatan pula akan memperoleh kebenaran *Satyam*, *Sivam*  &  *Sundaram*
(Yajur Veda.19.30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Meyasa Kerti

*Mutiara Weda*
01/11/2022

*M e y a s a   k e r t i*

*Umat Sedharma*, Orang yang memiliki kualitas tingkatan kerohanian *Samyagjnana* dan memahami  akan berbagai pengetahuan suci  *Vruh ring Sarva Jnana* tidak akan pernah menghiraukan  akan  niat  niat jahat   serta berbagai tipu muslihat dari orang yang berhati jahat.

Jika direnungkan sesungguhnya sumber kejahatan itu sebenarnya  terletak pada hati  nurani  manusia  *rihati ya tonggwanya tan Madoh riawak* yang perlu diwaspadai dengan kesadaran  prilaku yang bijak atau *Meyasakerti*

*Oleh karena itu*, sebagi umat Hindu bangun selalu prilaku budhi luhur dengan landasan ajaran etika dengan jalan menjauhkan diri dari unsur balas dendam *Dwesa*  dengan berkeyakinan bahwa setiap niat jahat dan kotor akan mendapatkan penderitaan, papa atau *Upeksa* , Niscaya akan dapat terbangunnya umat  Hindu yang damai  dan rukun, bahagia secara sekala maupun niskala nantinya.
(kitab slokantara, 7. hal.26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Preya & Sreya

*Mutiara Weda*
02/11/2022

*Preya & Sreya dalam agama  Hindu*

*Umat Sedharma*,ajaran  *Yama*  & *Nyama*  merupakan landasan yang paling mendasar  bagi umat Hindu dalam membentuk serta  meningkatkan kualitas rohani  guna menyerap ajaran *Atma Vidya* dan merupakan ilmu dari segala ilmu dalam pendakian ajaran kerohanian atau Kedyatmikan.

Dalam ajaran Ethika Hindu membagi  proses pencapaian kehidupan  kerohanian dalam dua katagori yaitu *Preya* dan *Sreya*.
*Preya*,   segala yang menyenangkan dan sangat menarik perhatian  tergolong etihika berkualifikasi  rendah sedangkan *Sreya*,  kehidupan yang sejati dan abadi baik dalam tingkatan *Dharma* ( Kebajikan) maupun pada tingkatan yang utama yaitu *Amrta* atau *kamoksan* ( alam kalepasan)

*Oleh karena itu*  Marilah sebagai umat Hindu dalam mencapai tujuan Hidup Kamoksan dengan jalan landasan Amrta ataupun Dharma menjadi landasannya  *Niscaya* Tujuan hidup menjelma menjadi manusia akan dapat diwujudkan yaitu Jagadhita lan Kamosan nantinya.
(Kitab Panca Sradha hal.149)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketidakpuasan

*Mutiara Weda*
03/11/2022

*Ketidakpuasan*

*Umat Sedharma*, dalam susastra ada tersurat  bahwa  *na trpti rajno dhanasangrahena...dst* ; seorang  raja,  tidak akan pernah puas pada harta bendanya yang telah dimilikinya,  demikian juga halnya   dengan Samudera   tidak akan pernah puas dengan air- air sungai  yang membanjirinya, begitu pula halnya dengan orang yang  bijaksana tidak akan pernah merasa  puas dengan ilmu  pengetahuan yang telah  dimilikinya .

Sesungguhnya tidak semua ketidakpuasan itu baik ataupun buruk namun setiap umat haruslah mampu membedakan mana yang baik  yang wajib dilakukan dan mana  perbuatan buruk  yang dapat menjerumuskan.

*Oleh karena itu*, Sebagai umat Hindu bangun &  pupuk rasa   ketidakpuasan dalam berbuat  suatu kebajikan serta  mengejar ilmu pengetahuan rohani *Kedhyatmikan*  untuk mencapai kesempurnaan hidup dengan landasan ajaran *Wiweka*. *Niscaya*, Umat Hindu akan selalu berada pada jalan Dharma *Yasa Kerti* dan terhindar dari kejahatan *Duryasa*. (Slokantara.44 & SS.320)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Hidup Dalam Samsara

*Mutiara Weda*
04 /11/2022

*Hidup dalam Samsara*

*Umat Sedharma*, jika direnungkan  menjelma menjadi manusia sesungguhnya adalah menderita, walaupun telah melaksanakan Ajaran Dharma namun belum mampu melepaskan diri dari ikatan   kelahiran (Utpeti)  maupun  kematian (Pralina), orang semacam ini masih berada dalam proses kehidupan  samsara atau Menderita.

Manakala diberikan kesempatan lahir menjadi manusia ingkar akan pelaksanaan ajaran Dharma hanya mengejar  mengejar Artha dan kepuasan nafsu menjadi prioritas orang seperti ini disebut Jadma  kesasar.

*Oleh karena itu*, Bagi setiap umat Hindu pergunakanlah kesempatan menjelma menjadi manusia dengan baik dengan memegang teguh ajaran Dharma  untuk  mencapai tujuan hidup, dalam mencari Artha dan memenuhi keinginan  Kama selalu berlandaskan Dharma. Niscaya Tujuan hidup menjelma menjadi manusia yaitu Bahagia lahir bathin, jagadhita lan kamosan akan dapat diwujudkan.
(SS. Sloka 9-12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta