Sabtu, 31 Oktober 2020

Tri Sakti

*Mutiara Weda*
01/11/2020

*Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dirinya,  ketiga sifat  itu  di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu bangun kekuatan yang ada dalam diri   *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna  dengan melatih kesabaran dan ketenangan sehingga terhindar dari Prilaku  prilaku  buruk atau Asubha Karma. ( Weda Samhita & BG.XII.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 30 Oktober 2020

Prema Vahini

*Mutiara Weda*
31/10/2020

*Prema Vahini*

*Umat se-dharma*, Jika direnungkan dalam kehidupan ini  selalu dihadapkan dan  bergandengan  dua hal yang berbeda *rwa bhineda*, tidak bisa *disamaratakan*  satu sama lainnya, sudah dibekali yang namanya  Perbedaan, Kebhinekaan, serta kemajemukan,  yang  perlu dijaga, dirawat, dipelihara dan dilestarikan, manakala Kedamaian & Keharmonisan mulai diabaikan,  luntur dan bahkan Sirna dapat dipastikan akan mengalami kekacauan yang berujung pada  kehacuran bagi kehidupan setiap umat manusia. Jadikan kedamaian dan keharmonisan sebagai penyangga kehidupan.

Tanpa memegang konsep ber-Tat Tvam Asi/ bertoleransi,  jiwa manapun akan hancur hangus terbakar manakala dalam hatinya blm tertanam *rasa cinta kasih sayang* _PREMA_ pada sesama, Yang cendrung dapat menimbun  benih - benih penyakit di dalam hati.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bangun tatanan kehidupan yang   Satyam (Kebenaran), Sivam ( Kesucian) dan Sundaram  (Keindahan / Keharmonisan) serta tanamkan Ajaran ber-Tat Tvam Asi dengan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi : Adigang, Adigung dan Adiguna.  Niscaya tatanan kehidupan umat Hindu  yang   damai, rukun dan harmonis serta saling  Asah, Asih dan  Asuh / *Prema Vahini*  terwujud  dengan   pegangan Pustaka suci Weda  Sebagai  pedoman &  perisainya .  ( SS.302-304 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 29 Oktober 2020

Belajar Bertutur Kata

*Mutiara Weda*
30 / 10 /2020

*Belajar Bertutur Kata*

*Umat se-dharma* mengungkapkan suatu perasaan / kata hati dalam bentuk ucapkan / perkataan  tidaklah mudah. Perlu belajar dalam bertutur kata. kesalahan & kekeliruan  dalam berucap akan dapat berakibat malapetaka. Di dalam susastra Hindu Ada Menguraikan ;

*Wasita nimittanta manemu laksmi,
Wasita nimittanta pati kapangguh,
Wasita nimittanta manemu duka,
Wasita nimittanta manemu mitra.
mengandung makna ;
Dari perkataan  akan mendapatkan Kebahagiaan dan
dari perkataan akan  dapat menemui Ajalnya.
Dari perkataan pula  akan mendapatkan Kesusahan. Demikian  juga  dari perkataan akan mendapatkan sahabat sejati.

Hendaknya ia mengatakan apa yang benar / Wacika, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang dan jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma pada kehidupan sehari hari dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar serta  enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(Nitisastra. V.3 / SS.119)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 28 Oktober 2020

Kroda & Sasmitha

*Mutiara Weda*
29/10 /2020

*Kroda  & Sasmitha*

 *Umat se-dharma*, Jika direnungkan pada  diri setiap umat manusia telah bersemayam tiga unsur *Tri Guna*  : Satvam, Rajas dan Tamas, yang berpengaruh terhadap tingkatan  kualitas seseorang termasuk  tingkatan Emosional seseorang. sesungguhnya  emosi  itu merupakan kondisi budhi rohani yang menampakkan diri dalam wujud  perasaan dan prilaku.

EMOSI yang tidak terkendali melahirkan tindakan yang membabi buta berakibat timbulnya  Kemarahan atau Krodha. Demikian pula,  Kemarahan /*Kroda*  merupakan  energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya  manakala tidak mampu   mengendalikannya. tatkala pikiran *Citta* terpusat, sang jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah  / *Krodha* , atasi Krodha dengan Sasmitha.

Pelayanan *Seva*  yang paling mudah untuk dilakukan adalah  *SASMITHA / SENYUM* karena senyum itu adalah karunia Hyang Widhi yang  bernilai tinggi, 
Senyuman tidak saja sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tapi juga jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan.
Senyuman  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa, Jangan  pelit dengan senyuman. 

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu   *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, Kendalikan Emosi, hilangkan rasa benci  dan dendam *Dwesa*.  niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia akan terwujud  *KEBAHAGIAAN*  dalam bentuk  *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(SS. 96-109  & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Selasa, 27 Oktober 2020

Irsya : Iri Hati

*Mutiara Weda*
28/10/2020

*Irsya* :  iri hati

*Umat Se-dharma*, Jika direnungkan dalam kehidupan ini, setiap umat manusia tidak bisa lepas dari yang namanya tabiat. terhadap tabiat yang menginginkan atau menghendaki milik orang lain, menaruh rasa dengki / iri hati akan kebahagiaan orang lain  sebagai suatu tindakan kejahatan *atatayi*.

Orang yang memiliki sifat *Irsya /iri hati* tidak akan pernah merasakan kenyamanan & kedamaian dalam hidupannya karena di dalam hatinya akan  selalu bergejolak unsur Rajas & tamas. Meninggalkan tabiat iri hati dan dengki  sebagai salah satu pilihan menuju  kebahAgiaan sejati.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  untuk selalu  berbuat dengan penguatan pada rasa cinta kasih kepada sesama  dengan dominasi unsur *Satvam*, membuang jauh jauh sifat iri hati dan dengki melalui pengendalian pikiran dengan mengikat *Panca Indrya* sehingga  pikiran tidak terlekati oleh penderitaan yang tidak terobati *Sada samahitam citta naro bhutesu dharayet*. Niscaya akan terhindar dari Kesengsaraan dan penderitaan menuju kebahagiaan lahir maupun bathin,  Manah Santih  maupun  Parama Santih.
(SS.88-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 26 Oktober 2020

Bhakti Pada Lima Ibu

*Mutiara Weda*
27/10/2020

*Bhakti Pada lima Ibu*

*Umat Se-dharma*, Jika kita lihat dalam Susastra  Hindu  ada menguraikan  *Norana sih mangeluwihaning atanaya*, tidak ada kasih sayang yang melebihi kasih sayang  orang tua kepada anaknya., Sang *purusa* maupun sang *predana*. Kasih sayang  Ibu kepada sang anak memiliki pancaran  kasih sayang yang sangat dalam *Prema Vahini*  mengandung  nilai keteduhan, kenyamanan  dan curahan hati yang sangat dalam, demikian pula saat melakukan pemujaan  dengan landasan Curahan &  ketulusan hati. 

Dalam Konsep Hindu ada kewajiban untuk berbhakti pada  lima Ibu antara lain :

*Deva Mata*,,berbhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan rasa kasih sayang untuk memujanya dalam wujud Ibu :
dewi sasraswati, dewi laksmi.

*Deha mata*, Ibu yang melahirkan sang anak atau *jaya*, sang angerupaka.

*Weda Mata*, Pustaka suci weda sebagai Ibu dari semua ilmu pengetahuan yang menuntun umat manusia dari *Avidya* menjadi *Vidya*.

*Bhumi mata*, menghormati  bumi &  seisi alam semesta sebagai Ibu Pertiwi yang memberikan kehidupan bagi setiap umat Manusia /*Mangjadma*, hewan/ *janggama* maupun  tumbuhan/ *Stavira*.

*Desa Mata*, Ibu memberikan petunjuk atau arah tentang ajaran kerohanian *Upadesa*.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk berbhakti kepada *lima Ibu* karena Ibu  sebagai sumber dari segalanya dialam semesta ini dengan Pancaran  rasa kasih sayang *Prema Vahini* dalam mencapai kebahagiaan Hidup. Niscaya  akan terbangunnya Umat Hindu yang *Satyam*, *Sivam*  & *Sundaram*.
(kitab Yadnya & Bhakti.173-214)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 25 Oktober 2020

Bhakti Marga Yoga

*Mutiara Weda*
26/10/2020

*Bhakti Marga Yoga*

*Umat Se-dharma*,  ajaran Bhakti Marga merupakan salah satu dari ajaran *Catur Marga Yoga*,  dan Bhakti Marga merupakan wujud  bhakti  umat Hindu  dengan menggunakan  sarana *Rasa*, yang berlandaskan cinta kasih  sayang  sebagai bentuk ketaatan dan kepatuhan dari  bhaktinya  tersebut.  Dalam pelaksanaanya melalui dua jalan yaitu *Niwrtti marga* dan *Prawrtti Marga*.

*Niwrtti marga*  :  suatu jalan yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  dalam wujud tekun serta taat melakukan *Yoga* dan *Samadhi*.

 *Prawrtti Marga* :  cara atau jalan dalam berhubungan dengan Tuhan dengan tekun melaksanakan ; *Tapa*, *Yadnya* dan *Yasa Kerti*

*Tapa* : Pengendalian dan pengekangan diri, 
*Yadnya* :  taat, tekun dan tulus melakukan pemujaan serta persembahan.
*Yasa Kirti*  : melakukan perbuatan perbuatan suci  berkarma dengan landasan  pengabdian  / *Seva*.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu jalankan ajaran Bhakti Marga  Yoga dengan baik dan Sempurna, dengan landasan  rasa bhakti  baik melalui  jalan *Para bhakti* maupun *Apara Bhakti* sehingga dapat terbangunnya Kedamaian & Keharmonisan umat Hindu  yang berfalsafahkan  *Tri Hita Karana* serta mampu menampakkan cahaya atau Vibrasi dalam membangkitkan  ajaran *Siwa Lingga* atau konsep ajaran *Siwa Membumi* terbangun. Niscaya akan dapat terwujudnya umat Hindu yang BAHAGIA, Lahir -Bathin,  Jagadhita dan Moksah atau Bhumi Kerta akan terwujud. (Bagavata Purana.VII.5.23 dan BG. IX.26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 24 Oktober 2020

Tresna

*Mutiara Weda*
25/10/2020

*Tresna*

*Umat se-dharma*, dalam susastra Hindu ada menyebutkan *tresna hi sarvapapista nityodvegakari mata* sifat rakus ,  loba dan Serakah  merupakan sumbernya Bencana. Segala macam bentuk  bencana atau kejahatan yang ditimbulkan  oleh sifat rakus dan sejenisnya yang menyebabkan kebencian dan ketakutan orang lain disebut *Tresna*

Tak ada sesuatu di dunia ini yang dapat memenuhi *Tresna*, orang yang tresnanya sangat kuat tidak bedanya dengan samudera yang akan selalu dapat menampung jumlah Air darimanapun sumbernya.  Demikian juga  ibaratkan kekayaan atau kemewahan yang selalu bertambah menyebabkan keinginanpun akan  menjadi semakin besar yang cenderung menjadi loba, rakus dan tamak.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk selalu menjaga kesucian *Budhi* melalui pengetahuan suci
*Buddhirjnana suddyati* &
 mengendalikan seluruh Indrya  serta menghilangkan segala bentuk kejahatan yang mengakibatkan kebencian dan ketakutann. Niscaya akan dapat terbangunnya kebahagiaan rohani *Nistresna*  menuju kebahagiaan sejati   *Tresnasayasukha*
(SS.448-485)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sembahyang Tiga Waktu

Jumat, 23 Oktober 2020

Sembahyang Tiga Waktu

*Mutiara Weda*
24/ 10 /2020

*Tri Sandhya : Sembahyang Tiga Waktu*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandhya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.

Sembahyang  tiga  Waktu / Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :

*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.

*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.

*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau  Tri Sandhya  dengan baik sehingga  proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun  makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 22 Oktober 2020

Tyaga :kendalikan nafsu

*Mutiara Weda*
23/10/2020

*Tyaga : Kendalikan nafsu*

*Umat Se-dharma*, jika kita lihat dalam Susastra Hindu ada menguraikan : *Nasti jnanasamam drawyam, nasti krodhasamo ripuh...* 
Tidak ada kekayaan yang menyamai pengetahuan, tidak ada musuh sejahat kemarahan, tidak ada kesengsaraan yang menyamai kelobaan, tidak ada kebahagiaan yang menyamai kemampuan dalam melepaskan diri dari nafsu /*tyaga*.

jika nafsu atau  Indrya sudah dapat dikendalikan  maka akan mendapatkan kebahagiaan sejati, begitu pula manakala kemarahan sudah dapat dikendalikan maka hilanglah musuh yang ada dalam diri kita.

*Oleh karena itu*,  marila kita selalu mengendalikan Indrya ,  membersihkan pikiran dengan kebenaran atau *Satya, karena pikiran merupakan unsur penentu dari perasaan hati  maupun dalam berbuat *Manah satyena sudhyanti*. Niscaya akan mampu mengendalian pikiran *Dharana* menuju *Dhyana*  terpusatnya pikiran.
(Slokantara 39.54 & SS  79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 21 Oktober 2020

Pikiran Penyebab Keterikatan

*Mutiara Weda*
22/10/2020

*Pikiran Penyebab Keterikatan*

*Umat Se-dharma*,jika kita renungkan sesungguhnya segala bentuk pemujaan dan Tapa hanyalah untuk mengendalikan pikiran.  Pikiran  sebagai penyebab keterikatan atau kebebasan dan pikiran pula sebagai rajanya nafsu *Rajendrya*, setiap  umat manusia harus mengarahkan pikiran agar tenang & terkendali *Nirodha* sehingga  terpusat pada-Nya *Dhyana*

Orang yang disayang Tuhan  sesungguhnya  orang yang tidak membenci siapapun.*Adwesta sarva bhutanam* , jangan melihat yang jahat, lihatlah yang baik. Jangan mendengar yang jahat, dengarlah yang baik.  Jangan membicarakan yang jahat, berbicaralah dengan baik.  Jangan memikirkan yang jahat, pikirlah hanya yang baik. Jangan melakukan yang jahat, lakukanlah yang baik,  semuanya ini sebagai jalan menuju-Nya.

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  mengendalikan dan menjaga kesucian pikiran. pikiran menjadi penyebab akan adanya perbedaan dalam perbuatan / berkarma, pikiran merupakan unsur yang menentukan mulai dari perkataan dan perbuatan *Karmana Pascat pradhanam vai Manastatah*.  Niscaya,  pikiran akan selalu terkendali, melahirkan perbuatan baik serta  selalu berada dalam Lindungan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Sat Sanggha*
( SS 79-87 & BG XII.13.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Panca Pilar dalam Sat Karma

*Mutiara Weda*
21/ 10 /2020

*Panca Pilar dalam Sat Karma*

*Umat se-dharma*, membangun kualitas diri menjadi suatu keharusan bagi setiap umat Hindu dalam  menjalankan kehidupan untuk mencapai tujuan Hidupnya *Catur Purusa Artha*  kebahagiaan lahir maupun bathin , Jagadhita ataupun Kamoksan dengan landasan *Tri Karma*. Bila cinta kasih yang mengisi pikiran, dia akan menjelma menjadi *Kebenaran*, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Untuk membangun kualitas diri bagi umat Hindu Sangat tergantung dari tindakan atau prilaku yang wajib dilakukannya   atau  *Tri Karma*  yaitu:

*Karma Mental* ; selalu menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma Spiritual*  ; menggunakan suksme sarira, rasa maupun sebagai pemeran utamanya.

*Sat Karma* ;  setiap  melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran,
 *Dharma* ; kebajikan, 
*Prema* ; cinta kasih, 
*Santih* ; damai dan
 *Ahimsa*; tidak menyakiti

*Oleh Karena itu*, setiap umat berkewajiban untuk  meningkatkan kesadaran akan dirinya  bahwa  dengan selalu menerapkan dan mengamalkan ajaran  cinta kasih *Prema*  yang sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, *Merasakan* cinta kasih adalah  *Santih*.  Niscaya akan dapat terbentuknya umat  yang *Sat Karma* yaitu berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 )

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 19 Oktober 2020

Nama Lain kitab suci Weda

*Mutiara Weda*
20/10/2020

*Nama  Lain kitab suci Weda*

*Umat se-dharma*, di dalam susastra Hindu ada menguraikan *Vedo khilo dharma mulam, smrtih sile ca tad vidam, acarasca iva sadhunam, atmanastustir eva ca*.  Veda adalah sumber dari segala Dharma, kemudian barulah smerti, disamping sila, Acara dan Atmanastuti.

Para Maha Rsi menghimpun pustaka suci Weda melalui kemekaran Instuisinya *Mantradrsta*, dengan menggunakan bahasa Sansekerta maupun dalam bahasa Jawa kuno dan memiliki berbagai nama nama lain dari kitab suci Weda,  antara lain :

*Kitab Sruti*: merupakan wahyu langsung dari Ida SangHyang Widhi Wasa yang diterima  oleh Para maha rsi  karena kesucian bathinnya *Mantradrsta* sehingga menjadikan Weda bukan  buatan manusia *Apauruseya*

*Kitab Catur Weda* : menunjukkan kitab suci weda merupakan himpunan *samhita* dari reg, sama, yajur dan Atharva Weda.

*Kitab Rahasya* : mengandung ajaran yang bersifat rahasya yakni ajaran kelepasan atau kamoksan dan Penciptaan  Alam semesta Bhuana Agung (makrokosmos) & Bhuana  Alit (mikrokosmos)

*Kitab Agama* : menunjukkan bahwa  kebenaran Weda bersifat mutlak dan harus diyakini kebenarannya.

*Kitab Mantra* :  kitab suci Weda berbentuk mantram yang dapat dilagukan dengan landasan pikiran yang  bersih &  suci.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk  belajar  kitab suci Weda secara utuh &  sempurna dengan pemahaman secara bertahap, berjenjang dan komprehensip dengan dijelaskan melalui Itihasa maupun purana.  *Itihasa puranabhyam vedam samupabrmhayet, bibhetyalpasrutad Vedo mamayam praharisyati*. Niscaya, umat Hindu akan kokoh dengan Dharmanya serta dapat memahami isi pustaka suci Weda dengan benar dan memancarkannya *Dharma Vahini*
(Penghantar Weda 19-28, MDS. II.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Minggu, 18 Oktober 2020

Satya dharma

Mutiara Weda*
19/10/2020

*Satya-dharma*

*Umat Se-dharma*, dalam susastra Hindu  ada menyebutkan  : *Nasti Satyam paro dharmo, Nanrtam patakam param* : tidak ada *Dharma*   kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran  *Satya*,  tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta. Dimana ada *Satya* disana pasti ada *Dharma*,  Kebenaran dan Kebajikan tidak dapat dipisahkan *Satya-Dharma*

Hilang & lenyapnya kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan uma manusia akibat diabaikannya kebenaran / *satya* dan kebajikan / *Dharma*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  selalu *sadar* dan memegang teguh ajaran Dharma dalam kehidupan sehari harinya, mengingat ; dari Dharma datangnya sukses, dari Dharma  pula datangnya bahagia, dengan Dharma memberikan segalanya dan Dharma adalah Inti sari dunia. *Niscaya*,  kebahagiaan lahir maupun bathin, *manah santih* maupun  *Parama santih*, Jagadhita dan Kamoksan atau *Catur Purusa Artha* akan dapat diwujudkan.
(Slokantara 2.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 17 Oktober 2020

Setiap kejahatan akan kembali pada pelakunya.

*Mutiara Weda*
18/10 /2020

*Setiap Kejahatan akan kembali Pada Pelakunya*

*Umat Se-dharma*, di dalam sesanti Hindu ada menguraikan bahwa ;  Burung Murai itu dihargai karena suaranya, wanita dipandang tinggi karena kesetiaannya dan kehalusan budhinya, dalam semua ajaran Gurulah yang paling berharga demikian pula dalam hal memaafkan, ketinggian dan keluhuran budhilah yang paling dikagumi. 

Bagi orang  yang memiliki dan mendalami pengetahuan suci tentang Dharma tak akan pernah terlintas dalam pikirannya untuk melakukan balas dendam begitu juga  tidak akan pernah menghiraukan segala usaha tipu muslihat, rajapisuna atau niat jahat dari orang lain yang ingin menjatuhkannya.  Orang yang bijak dan penuh dengan yasa Kerti tidak akan pernah melakukan balas dendam walupun di caci maki, dianiaya dan disakiti, balaslah lemparan  kotoran dengan bunga, Balaslah  Cacian dan makian dengan Doa.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  tanamkan selalu nilai nilai  keluhuran budhi dan membuang jauh jauh sifat iri hati *Matsarya* dengan mempertebal keyakinan bahwa  setiap tindakan kejahatan akan kembali kepada pelakunya *Pratikara* dan setiap prilaku kejahatan dapat dipastikan akan membawa penderitaan / *Papa*  &  Kutukan / *Upeksa* . Niscaya akan terbangunnya sifat bijak dan budi luhur dalam diri masing masing.
(Slokantara, 7 hal.27)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 13 Oktober 2020

Parama Santih

*Mutiara Weda*
13/ 10 /2020

*Parama Santih*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan hidup menjelma menjadi manusia sesunguhnya adalah Ujian, Ujian dalam mengarungi Kehidupan. Tanpa adanya  ombak yang ganas, tak akan pernah tahu kemahirannya dalam bermain peselancar. Begitu pula, Tanpa adanya  cobaan dan godaan hidup ,  tidak akan pernah tahu kualitas kedewasaan  dan tingkat kesabaran yang  dimilikinya.

Cobaan dan godaan hidup  bisa datang   setiap saat,  manusia perlu bersahabat dengan *ketenangan bathin / Parama Santih*  belajar  bercermin dari layang-layang yang dibuat  naik oleh angin yang kencang. Ingat, hanya kolam yang tenang yang bisa membuat lotus jadi mekar.

*Oleh karena itu* , bangunlah *ketenangan bathin* dan *kesabaran hati* dengan menjauhkan diri  dari *EGO* dan  menjadikan  kesalahan dari masa  lalu sebagai suatu pengalaman hidup yang sangat berarti  perbaiki terus langkah-langkah ke depan,  bangun kedamaian dalam hati. Niscaya kehidupan yang *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram*  , manah santih maupun parama santih akan dapat terwujud. (Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Biasakan Berkata Yang Benar

*Mutiara Weda*
14/10/2020

*Biasakan Berkata yang Benar*
(Wacika Parisudha)

*Umat Se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang, Dan jangan membenarkan yang biasa, biasakan yang benar.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai ajaran Dharma di dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 11 Oktober 2020

Kama & Kroda : Pintu Gerbang dari Godaan

*Mutiara Weda*
12/10/2020

*Kama  & Kroda* : Pintu Gerbang dari Godaan

*Umat se-dharma,  Jika di renung renungkan, penyebab utama orang berbuat dosa adalah ketidakmampuan mengendalikan *Nafsu* dan *amarahnya*. Orang yang dikuasai oleh nafsu / *kama* dan amarah / *kroda*  menjadi musuh terberat yang ada dalam diri setiap  umat manusia yang  terlahir dari sifat *Rajas*  dan  merupakan bagian dari  *Sad Ripu* serta menjadi pintu gerbangnya berbagai  Cobaan dan.godaan hidup.

 *Kama* dan *Krodha*. Keduanya  ibarat dua wajah dari berbagai nafsu dan kedua duanya adalah musuh yang mematikan.
Kama / hawa nafsu  dan Kroda / sifat pemarah  diibaratkan  api, jika di tambahkan sedikit minyak ke dalamnya, maka dengan cepat api akan membesar, jika api sudah membesar, masalah pun mulai muncul, yakni betapa sulitnya mengendalikan api yang sudah membesar

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu kendalikan nafsu dan amarah melalui  pensucian pikiran dengan ajaran Kebenaran 
*Manah satyena sudhyanti* serta timgkatkan  Kesabaran *Ksama* sehingga pintu pintu gerbang dari cobaan akan tetap terjaga . Niscaya kemuliaan dalam hidup ini akan dapat terwujud. (SS.10, 93 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 10 Oktober 2020

Istri-Ibu : Rajapatni

*Mutiara Weda*
11/ 10 /2020

*Istri-Ibu* : Rajapatni

*Umat se dharma*,  Dalam susastra Hindu ada menguraikan bahwa seorang ibu atau istri dalam  keluarga Hindu memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia, sebagai pelita atau suluh yang memberikan sinar / cahaya bagi seluruh anggota keluarga dalam menuju keharmonisan  baik secara lahir maupun bathin sehingga ibu sering di juluki *Ratu dalam rumah tangga* atau *Rajapatni*

Peran dan kedudukan seorang  Ibu / Istri dalam keluarga Hindu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat suci dan mulia terlihat ketika  mengandung atau proses kehamilan sudah dihadapkan  dengan proses pendidikan yang wajib dilakukan dan sangat menentukan bagi kualitas sang anak dengan berkewajiban mentaati berbagai pantangan atau brata seperti :

*Wak Capala* : tidak sombong, rakus, angkuh dll dan

*wak purusya* : tidak berkata kasar dan keras, tidak mencaci maki dan sejenisnya sebagai pendidikan pertama dan utama bagi sang jabang bayi.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu haruslah menyadari bahwa begitu besar dan mulia tugas dan tanggungjawab seorang Ibu/ istri dalam  keluarga Hindu membimbing serta mendidik anak anaknya mulai dari  sejak masih berada dalam kandungan dengan  melaksanakan proses upakara Garbhadhana samskara dan menjadi barometer terbentuknya karakter / budi pekerti sang anak nantinya dengan  melakukan pengendalian diri, Tapa &  Brata.
(Kitab Manusmerthi XI,26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 09 Oktober 2020

Suka-Duka Kehidupan

Mutiara Weda*
10/10/2020

*Suka - Duka Kehidupan*

*Umat Se-dharma*, jika kita renungkan,  nasib atau takdir yang dialami  oleh setiap umat manusia menunjukkan  kepada  kita  bahwa ada yang lebih tinggi  dan mengatur segalanya yaitu Ida SangHyang Widhi Wasa,  Demikian pula  *Rwa Bhineda*  suka maupun duka dalam  kehidupan selalu berdampingan dan datangnya silih berganti.

*Kedukaan* datang setelah *kesukaan*, Kesukaan mengikuti Kedukaan dan semua makhluk hidup mengalami perputaran siklus *suka* maupun  *duka* dan  ini  sudah menjadi hukum Rta /kodrat alam bahwa seberapa yang kita berikan sedemikian pula yang akan kita terima,apa yang dipinjam itu pulalah yang dikembalikan, tatkala kita menyakiti orang lain,  kitapun akan disakiti oleh orang lain.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu  menempatkan nilai nilai kebajikan sebagai Benteng dalam diri untuk mendapatkan Karma Baik *Subha Karma*  melalui  *Tapa* pengekangan atau pengendalian diri dan selalu mendekatkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa *Yoga* dengan landasan *Dharma*. Niscaya akan selalu berada dalam jalan kebajikan untuk menuju tujuan dari kehidupan yaitu *Karma Baik*.
(Slokantara 84.hal.297-299)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .


Kamis, 08 Oktober 2020

Bangun Manah Santih

*Mutiara Weda*
09/10/2020

*Bangun Manah Santih*

*Umat Se-dharma*,  jika kita renungkan, senyuman *sasmitha* serta tutur kata yang sopan & Santun yang menyejukkan,  terasa akan sulit untuk keluar dari hati nurani  tatkala di dalam hatinya selalu diselimuti oleh rasa Iri hati,   Dengki  &  Serakah, rakus serta  sifat  *krodha* &  *Matsarya*  lainnya.

begitu pula halnya dengan  Keindahan, ketenangan  dan rasa aman  serta kedamaian  hidup, takkan pernah mampu terlihat dari pikiran yang penuh dengan *Prasangka* dan *Praduga*.

Betapa keringnya perasaan  manakala  *anggapan benar* tidak lagi dikaji oleh yang namanya  *hati nurani*.

Ketaatan dan kepatuhan itu sebenarnya hanyalah sebuah *tempat ataupun wadah* , 
Rasa cinta kasih,  saling Asah, Asih dan Asuh serta  saling menghargai & menghormati  satu sama lainnya adalah isinya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan hati nurani dan sucikan  pikiran  dengan jalan mengendalikan *Sad ripu* dan membuang jauh -jauh kegelapan Pikiran *Sapta Timira*  dan sifat kejam / bengis lainnya yg ada dalam dalam diri setiap umat manusia *Sadatatayi*. Niscaya Kedamaian, Ketenangan bathin akan terwujud.
(SS. 79-81).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .


Dharma Sadhana & Desa Mawecara

*Mutiara Weda*
08/10/2020

*Dharma Sadhana & Desa Mawacara*

*Umat se dharma*,  dalam Pustaka suci ada menyebutkan ;
*Šrutistu vedo vijñeyo dharmaṡāstram tu vai smṛtih
te sarvātheṣva mimāmsye tābhyāṁ dharmohi nirBabhau*

Artinya :
Yang dimaksud dengan Sruti, ialah Veda dan dengan Smrti adalah Dharmasastram, kedua  pustaka suci ini tak boleh diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya sumber Dharma.

Melalui Dharma Sadhana ajaran Hindu diimplementasikan dengan memperhatikan konsep  *Desa mawecara *atau  *Desa*, *Kala* dan *Patra* dengan menempatkan keanekaragaman / Bhineka Tunggal Ika sebagai suatu nilai praksisnya *Sistacara*.  hal ini bukan berarti  memiliki kitab suci yang berbeda beda dan bukan pula   suatu kebebasan atau perbedaan tanpa batas melainkan tetap mengacu dan berpedoman pada Kitab Suci  agama  yaitu pustaka suci Weda, baik *Weda Sruti* maupun *Weda Smerthinya*  sebagai suatu *kebenaran mutlak* dan karenanya menjadi *kitab Agama*. Demikian pula,  dasar keyakinan yaitu *Panca Sradha* dan *pokok pokok ajaranya Tiga Kerangka Dasar* sebagai  pedoman dalam Beragama Hindu.

*Oleh karena itu*   sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meningkatkan kualitas  *Sradhanya* dan pokok pokok ajaranya dengan  berfalsafahkan *Bhineka Tunggal Ika* ;' berbeda suku, berbeda budaya, berbeda adat ataupun Tradisi  tetapi tetap satu pegangannya yaitu *Kitab Suci Weda*.  Sebagai umat Hindu memiliki kewajiban suci yaitu  *memahami*,  *mempelajari* dan *mengamalkan* serta *mengamankan* ajaran agama Hindu dengan pustaka Wedanya. Niscaya akan dapat terwujudnya Umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis. ( MDS. II.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 06 Oktober 2020

rwa bhineda dalam siklus samsara

Mutiara Weda*
19/08/ 2020

*Rwa Bhineda Dalam Siklus Samsara*

*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan , Orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya pastilah tak akan pernah mengeluh pun tak akan pernah menyesal dengan  apa yang sedang dialaminya, melainkan menerimanya sebagai suatu Anugerah dari Ida SangHyang Widhi Wasa, yang wajib dijalankannya dengan landasan ketulusan *Lascarya* dan rwa bhineda akan selalu melekat dalam siklus samsara.

Demikian pula,  hidup menjelma menjadi manusia, tak akan pernah  lepas  dari konsep *rwa bhineda*, dua hal yang selalu  berbeda yang selalu berdampingan ; *kebaikan & keburukan*, *suka & duka* selalu  silih berganti ,begitu juga halnya dengan lahir- hidup dan  kematian hanya bersumber dari- Nya dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*.

*Oleh karena itu* , sebagai umat Hindu, jangan pernah ragu dalam menjalankan Swadharma,  yakin  bahwa Ida SangHyang Widhi Wasa melihat apa yang dilakukannya, Ida SangHyang Widhi Wasa ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan segala galanya adalah Tuhan di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Karma Patha

Bahasa Dalam Meyadnya

*Mutiara Weda*
12 / 09 / 2020

*Bahasa dalam Meyadnya*

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka  suci Weda Samhita mengajarkan untuk selalu memanjatkan rasa syukur & angayubagya  sebagai  wujud Bhakti dengan berbagai cara,  salah satunya  caranya dalam bentuk *meyadnya* sebagai bahasa mona dalam melakukan praktek praktek  keagamaan.

Dalam mempersembahkan Banten/ Yadnya  menggunakan  berbagai  bentuk  bahasa seperti :

*Bahasa tulis* yaitu  dalam menyampaikan  Banten/ yadnya sesuai dengan kitab  suci *Weda Samhita*  dan

*bahasa lisan* yaitu dalam menyampaikan  dengan menggunakan bahasa sehari hari / Seha.

 *Bahasa  Mona* yaitu menggunakan  sarana dalam bentuk  Banten/ Yadnya. 

*Oleh Karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban dari pustaka suci Weda untuk melaksanakan Panca Maha Yadnya atau Banten dengan landasan pikian.yang tulus, suci, bulat dan jangkep. *Ikang yadnya Ingaranan Pakahyunan sane hening suci, tulus tur jangkep*. Niscaya hakekat meyadnya akan bisa diwujudkan yaitu  kedamaian, keharmonisan dan  ketentraman lahir -  bathin, Sekala maupun Niskala,   Bhuana Agung (Makrokosmos)  dan  Umat Manusia (Bhuana Alit).
( Kitab Yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Karma Patha

*Mutiara Weda*
13/09/2020

*Karma Patha* 

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah  memiliki  tingkatan kesadaran akan diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat   melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu  memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna  bagi diri sendiri dan  berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Oleh karena  itu*, tumbuhkan kesadaran  diri  dengan menampakkan nilai  keindahan dan  keluhuran  budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya  *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali duhka akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta.



Rawatlah Anugerah Tuhan

*Mutiara Weda*
21 / 09 /2020

*Rawatlah  Anugerah Tuhan*

*Umat se-dharma*,  Menjaga dan merawat  anugerah dari Ida SangHyang Widhi Wasa merupakan kewajiban setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan kita jaga dengan perilaku yang baik.  Sastra-sastra suci  kita  jaga 
dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Demikian pula halnya dengan Ketampanan, Kecantikan dan kerupawanan  di jaga dengan kebersihan

Kelahiran menjadi manusia mulia  dan bijak dapat dijaga dengan tutur agama dan budi pekerti,  etika serta  tata susila yang baik dalam bentuk cara berpikir,bertutur kata dan cara berbuat.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan dengan  selalu *Bersyukur* dan *Angayubagya* , jaga  dan rawatlah dengan sebaik- baiknya apa yang telah dianugerahkan-Nya dengan landasan petunjuk pustaka suci  *Weda Samhita* , Tatwa, Susila dan Acara agama secara terintegrasi *Tri Jnana Sandhi* .  Niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala akan dapat terwujud .
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sapta Amartha

*Mutiara Weda*
22/09/2020

*Sapta Amarta*

*Umat Se-dharma*,  Jika di lihat dalam susastra Hindu ada  menguraikan bahwa   tujuh Amrta yang merupakan buah atau hasil  dari sesuatu dalam kehidupan  yang sering disebut Saptamrta  meliputi  : 
*Suara*  : terdengar, *Sentuhan* : terasa, *Bentuk* : terlihat,  *Rasa* : dikecap, *Bau* : Tercium dan *Pikiran* : berpikir serta *Pengetahuan suci* : dipelajari.

Segala apa yang dipikirkan olehnya dan kemudian dikendalikan pula olehnya. Pikiran sang penentu segalanya,  terkendali atas perintah Dharana, Dhyana dan Samadhi. 

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu Pusatkan selalu pikiran kepada Tuhan *Smaranam*  secara terus menerus tanpa henti  *Sada Samahita*,  sehingga akan memiliki kualitas kesadaran  *Samyagjnana*. Niscaya akan dapat terbangunnya kedamaian &  pura dalam diri atau Hyang Widhi Bersthana dalam dalam Sang Jiwa.
(Wraspati Tattwa,, 64. Hal.67)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Memetik buah dari Perbuatan

*Mutiara Weda*
23/09/2020

*Memetik Buah dari Perbuatan*

*Umat Se-dharma*, jika kita renung renungkan dalam pustaka Weda ada Sesanti  mengatakan
Apa yang kita  tanam itulah yang akan kita petik nantinya, jagung yang ditanam maka jagung  pulalah yang akan dipetiknya ,  Padi yang ditanam maka padi pulalah yang akan dituainya demikian juga halnya dalam perbuatan  jika  tidak pernah berbuat kebajikan pada orang lain mana mungkin  akan mendapat kebaikan dari orang lain pula dan setiap umat manusia akan memetik hasil dari semua perbuatannya  dalam bentuk karma baik maupun karma buruk dikelahirannya yang akan datang pada tingkat umur yang sama.

Perbuatan baik yang diperbuatnya dimasa kanak kanak akan dinikmati  juga hasilnya nanti manakala lahir menjadi anak anak kembali begitu pula sebaliknya manakala berbuat jahat maka buah dari kejahatan itu pun akan diterima nantinya pada umur yang sama.

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu dalam mengarungi kehidupan menjelma menjadi manusia sudah semestinya untuk berbuat kebajikan dari sejak kanak sampai umur tua. *Niscaya* akan dapat  tercapainya tujuan hidup menjelma menjadi manusia yaitu Catur Purusa artha, Jagadhita lan Kamoksan ataupun  kelahiran Sorga .
(Slokantara, 14.hal.47)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Pratikara

*Mutiara Weda*
24/09/2020

*Pratikara*

*Umat Se-dharma*, Jika direnung renungkan dalam sesanti Hindu ada menguraikan bahwa ;  Burung Murai itu dihargai karena suaranya, wanita dipandang tinggi karena kesetiaannya dan kehalusan budhinya, dalam semua ajaran Gurulah yang paling berharga demikian pula dalam hal memaafkan, ketinggian dan keluhuran budhilah yang paling dikagumi. 

Bagi orang  yang memiliki dan mendalami pengetahuan suci tentang Dharma tak akan pernah terlintas dalam pikirannya untuk melakukan balas dendam begitu juga  tidak akan pernah menghiraukan segala usaha tipu muslihat, rajapisuna atau niat jahat dari orang lain yang ingin menjatuhkannya.  Orang yang bijak dan penuh dengan yasa Kerti tidak akan pernah melakukan balas dendam walupun di caci maki, dianiaya dan disakiti, balaslah lemparan  kotoran dengan bunga, Balaslah  Cacian dan makian dengan Doa.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  tanamkan selalu nilai nilai  keluhuran budhi dan membuang jauh jauh sifat iri hati *Matsarya* dengan mempertebal keyakinan bahwa  setiap kejahatan akan kembali kepada pelakunya *Pratikara* dan setiap prilaku kejahatan dapat dipastikan akan membawa penderitaan / *Papa*  &  Kutukan / *Upeksa* . Niscaya akan terbangunnya sifat bijak dan budi luhur dalam diri masing masing.
(Slokantara, 7 hal.27)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sarvodaya

*Mutiara Weda*
25/09/2020

*Sarvodaya* : berbuat & bermanfaat  untuk Orang Banyak.

*Umat Se-dharma*, dalam pustaka suci Weda menyebutkan ;
Sesungguhnya  semua umat manusia memiliki kebebasan, bebas menentukan kehendaknya  dan sepenuhnya pula bertanggung jawab atas semua perbuatannya sendiri *Svatantra Katah*. Demikian pula, tak satupun manusia bisa
 luput dari kerja walaupun hanya sesaat,  oleh hukum alam  manusia dibuat tidak berdaya  untuk selalu bekerja.

 Kualitas perbuatan  menentukan kehidupan sekarang maupun kehidupan dimasa yang akan datang,  begitu juga  se- kecil apapun perbuatan yang dilakukan jika dilandasi dengan hati yang tulus, lascarya akan membawa kebaikan yang luar biasa seperti  *Sebutir Biji pohon Beringin* yang jika tumbuh, dirawat dengan baik setelah besar akan dapat menjadi tempat berteduh bagi semua umat manusia. 

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  mantafkan kualitas *Sradha* dan *Bhakti* dengan  melakukan kerja tanpa ikatan *Visudha Karma* sehingga terwujudnya *Pencapain tertinggi* yaitu *Kamoksan* atau *Kelepasan*, terbebas dari keterikatan,  bekerja sebagai suatu kewajiban, dengan pijakan Bekerja  untuk semua  *Sarvodaya*. Niscaya, akan terhindar dari Karma buruk /  Karma Jahat *Wikarma*.
( Slokantara Sloka 19 ,4 & BG V.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

KUNINGAN

*RAHAJENG HARI SUCI KUNINGAN TINGKATKAN KUALITAS  ROHANI  &  KUATKAN  BENTENG SERTA KAVACA GAIB DLM DIRI*

*Mutiara Weda*
26/09/2020

*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani

*Umat se-dharma*, Pada  hari  ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan  yang jatuh pada hari ke 10  setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat  Hindu melakukan persembahan dan pemujaan  kehadapan  SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.

Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan  pada pagi hari  sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu  ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari  berlalu memasuki *masa pralina*  energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.

*Oleh karena itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha*  dengan memperbanyak   introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. Niscaya akan dapat  terbangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri.

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .

Kebenaran : Dharma yg Tertinggi

*Mutiara Weda*
28/09/2020

*Kebenaran :' Dharma yang Tertinggi*

*Umat se-dharma*, jika kita amati dalam kehidupan sehari hari, Terkadang orang sering dikelabui oleh sikap merasa benarnya, dengan mengabaikan kebenaran yang sesungguhnya, dengan menonjolkan sikap KeAKUannya, mengakibatkan manusia cenderung merasa paling benar sendiri.

*Kearifan* akan membuat seorang menjadi Benar, tetapi *bukan* Merasa Benar. Biasakan benar dan Jangan membenarkan yang biasa .

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran dharma dan kebenaran hendaknya tidak dilanggar,  tidak ada Dharma atau kewajiban suci yang lebih tinggi dari Kebenaran *Satya* Jadilah orang yang benar dan jauhkan diri dari sikap merasa benar, sehingga selalu dapat introspeksi ,mawas diri dan Amulatsarira. (Weda Samhita & Slokantara, 3.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Rna & Tri Parartha

*Mutiara Weda*
27/09/2020

*Tri Rnam & Tri Parartha Dasar Dlm Meyadnya*

*Umat Se-dharma*,  Jika  dilihat dalam susastra Hindu bahwa  *Tri jnana Sandhi* merupakan Tiga  Pokok ajaran agama Hindu yang terintegrasi menjadi satu kesatuan yang utuh. *Tatwa*  menjadi landasan teologis dari semua bentuk pelaksanaan ajaran Dharma, *Susila* menjadi landasan etis dari semua prilaku umat Hindu dalam hubungannya dengan Ida SangHyang Widhi Wasa, sesama manusia dan dengan alam Lingkungannya , sedangkan *Acara agama* sebagai implementasi  dari tatwa dan susila dalam wujud tata keagamaan yang dalam tindakan pelaksanaan Yadnya lebih dikenal dengan nama *Upakara yadnya*.

*Tri Rnam*  dan *Tri Parartha*  menjadi dasar dilaksanakannya  *Yadnya* bagi Umat Hindu.
 Tri Rnam merupakan tiga hutang  menjadi bekal hidup setiap umat Hindu yang wajib dibayar selama hidupnya  melalui pelaksanaan Yadnya yaitu *Dewa Rnam*,  *Rsi Rnam* dan *Pitra Rnam*

*Tri Parartha* yaitu  tiga yang menyebabkan kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan umat Hindu yaitu Asih,  Punia dan Bhakti.

*Asih* : melakukan pemeliharaan terhadap alam dan Sarvaprani dengan penuh rasa asih sebagai Yadnya.

*Punia* : Yadnya pada sesama umag manusia berupa pelayanan agar umat termotivasi secara spiritual melayani *Svanam* dan manusa Yadnya.

*Bhakti* : Pemujaan kehadapan Ida  SangHyang Widhi  Wasa agar memiliki daya spiritual.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi Umat Hindu untuk melaksanakan Panca Yadnya sebagai bentuk pembayaran hutang Tri Rnam dan sebagai bentuk kewajiban & pengamalan ajaran pustaka suci Weda. Niscaya
Akan dapat  terwujudnya kehidupan yang, damai, sejahtera dan bahagia.Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Kitab Swastika rana, hal.157-161)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Hidup Ibaratkan Roda Pedati

*Mutiara Weda*
06 / 10/2020

*Hidup  Ibaratkan Roda Pedati*

*Umat se-dharma*,  hidup  menjelma menjadi manusia di maya.pada ini ibarat   * roda pedati* yang selalu berputar putar, terkadang diatas dan terkadang pula dibawah.

Demikian pula halnya dalam menapaki  kehidupan ini ;' suka dan duka selalu datang  silih berganti, penuh dengan dinamika hidup yg diselimuti  dan diwarnai berbagai nafsu / keinginan .

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk selalu memanjatkan rasa syukur dan angayubagya kehadapan sang maha pencipta atas anugerah-Nya sehingga dapat mengarungi proses kehidupan ini dengan landasan kesucian .  Niscaya akan mengerti akan hakekat hidup yang sebenarnya yaitu membenahi diri  dan menyadari kehidupan adalah suatu penderitaan yang disebabkan oleh dosa ataupun karma wesananya. ( SS.80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

DOA : Benteng diri

*Mutiara Weda*
05/10/2020

*DOA* : Benteng / Kavaca Gaib dalam diri

*Umat Se-dharma*, Memanjatkan Doa atau Mantram kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa merupakan kewajiban dan kebutuhan pokok  serta menjadi faktor penentu serta penyelamat  kehidupan umat manusia. menguncarkan  *doa / Mantram* sesungguhnya adalah *Kavaca Gaib* yang menjadi Benteng diri dan  menentukan kualitas hidup  serta tak akan pernah lepas dari jati diri setiap umat manusia  dalam mengarungi kehidupan dalam mencapai tujuan hidupnya.  Demikian pula dalam memghadapi  berbagai persoalan atau mara bahaya dalam  kehidupan ini termasuk Pandemi Copid' 19.

Doa / Mantram  baik dalam bentuk  stuti, stava, stotra maupun puja mantram bermakna   mengagungkan keagungan  kebesaran Tuhan/Hyang Widhi dan menjadi pelindung diri  *Kavaca  gaib* yang membentengi tubuh dan pikiran kita dari kekuatan-kekuatan negatif.

*Oleh karena itu*,sebagai umat manusia jangan pernah  berhenti dan lepas dari *Doa* , ucapkan dengan sungguh sungguh,  pahami  arti dan makna   yang sebenarnya,  baik melalui *mantram*, *Japa* maupun *Seha* .  Niscaya Hyang Widhi  akan selalu berada dalam diri kita masing masing.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sapta Rsi & Catur Weda

Mutiara Weda*
04/09/2020

*Sapta Rsi  & Catur Veda*

*Umat Se-dharma*,  Jika  dicamkan dalam susastra Hindu bahwa  Pustaka suci Weda diwahyukan oleh Ida SangHyang Widhi Wasa sebelum alam semesta ini diciptakan-Nya dan disabdakan atau diwahyukannya tidak  dalam satu abad melainkan berabad abad  lamanya demikian pula penerima wahyu/ sabda suci   bukanlah seorang maha rsi melainkan tujuh orang Maha Rsi atau Sapta Rsi penerima Wahyu.   Kitab suci Weda  merupakan.Pengetahuan Suci yang mengandung  ajaran kesucian *Kedyatmikan* dalam  menuntun Umat Hindu mencapai tujuan Hidup yaitu  *Catur Purusa Artha*, *Jagadhita lan Kamoksan*.  *Ista prapy anista parihara yoralaukikam upayam yogranto Vedayati sa Vedah*.

Kitab suci Weda merupakan sabda suci  atau wahyu langsung dari Ida SangHyang Widhi Wasa  yang diterima   secara lisan oleh para Maha Rsi karena kematangan / kemekaran  Instuisinya yang dikenal  dengan nama  Sapta Rsi penerima Wahyu / Tujuh Maha rsi sebagai penerima Wahyu antara Lain :  Maha rsi Grtsamada, Maha Rsi  Visvamitra, Maha Rsi Wamadewa,, Maha Rsi Atri, Maha Rsi  Bharadwaja,  Maha Rsi Wasista dan Maha Rsi  Kanwa  dan selanjutnya  ditulis kembali atau dihimpun kembali oleh *Maha Rsi Vyasa* dengan  dibantu para sisyanya dan menjadi *Catur Veda*  sebagai *Weda Sruti* atau Weda Inti atau Weda Sirah.

Maha Rsi  penghimpun catur Veda  Sirah :

*Reg Veda* disusun oleh Maha Rsi Pulaha

*Sama Veda* oleh Maha  Rsi Jaimini

*Yajur Veda* oleh Maha Rsi Vaisampayana

*Atharva Veda* di susun oleh Maha Rsi Sumantu.

Dalam *Catur Weda*  mengalir nilai-nilai kebenaran yang kemudian dikembangkan dalam *kitab-kitab Smrti* seperti *Itihasa*, *Purana*, *Tantra*, *Darsana* dan *Tattwa-tattwa agama*. Ada beberapa karakateristik  kitab suci Veda:

*Veda tidak berawal*,  karena merupakan sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya.

*Veda tidak berakhir*, karena ajarannya berlaku sepanjang jaman sehingga di sebut *Anadi-Anantha*.

Veda bersifat *Apauruseyam*, weda bukan buatan manusia melainkan Wahyu langsung yang diterima & dihimpun oleh para Maha rsi karena kemekaran Instuisinya.

*Universal* , dikarenakan weda  berlaku untuk  seisi alam semesta, siapapun dan tidak akan memandang terhadap apapun.

*Sanatana Dharma* ,  kitab suci Weda bersifat kekal abadi

*Sebagai Kitab Agama* ,   Kitab suci Weda menunjukkan bahwa kebenaran Weda adalah mutlak dan harus diyakini kebenarannya.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai Umat Hindu pegang teguh Pustaka suci Weda dengan Benar, utuh dan sempurna  dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan hidup  sehingga pikiran menjadi bersih dan suci menuju pada tingkatan spiritualitas.  Niscaya  Umat se dharma tidak akan mengalami keragu raguan dan yakin  akan kebenaran Weda sehingga ajaran Hindu akan tetap Ajeg diwariskan pada generasi muda Hindu *Yowana Dharma Laksana*.
( Penghantar Weda  26-28 & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Krtakertya-Atmarati

*Mutiara Weda*
07/10/2020

*Krtakertya-Atmarati*

*Umat se-dharma*,  Dalam Susastra agama Hindu ada mengatakan bahwa dalam mengarungi  kehidupan yang sempurna  *Krtakrtya*, penuh dengan limpahan kesenangan dan kebahagiaan  *Atmarati* tidak bisa lepas dari Penerapan  nilai nilai ajaran Dharma.  Mengamalkan  & mengaplikasikasi  ajaran Dharma  pada diri sendiri dan   umat se-dharma  untuk  menuju sang maha Pencipta  disebut  *Dharma Sadhana* atau *Catur Dharma  Sadhana  sebagai  *_Sesarining Dharma_*.

Empat  bentuk pengamalan ajaran agama yang tergolong *Catur Dharma Sadhana* antara lain  :

*Jnana kanda*  :'pikiran yang terbebas dari dualitas, 

*Bhakti Kanda*  :' sikap welas asih dan kebaikan yang tak terbatas pada semua makhluk,

 *Yoga Kanda* :  pikiran yang terbebas dari  pengaruh Sad ripu,

 *Karma Kanda*  :' Dapat  melaksanakan swadharma dengan baik.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu wujudkan dan  realisasikan serta amalkan ajaran  kesucian atau  Dharma  dalam diri masing masing  melalui latihan latihan rohani dengan tahapan  *Astangga yoga*  secara sistematis dan praktis sehingga terbina, terpupuk Budhi pekerti dan kesucian bathin. Niscaya akan mampu mengamalkan nilai nilai Dharma dengan baik sehingga menjadi seorang *Sadhaka* dan mencapai *Jiwan Mukti* atau kebahagian di dunia serta Kesempurnaan dalam kehidupan *KrtaKertya*
(reg Weda VIII.69.8 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rajendra : Pikiran Rajanya Indrya

*Mutiara Weda*
06/10/2020

*Rajendra* : Pikiran Rajanya Indrya

*Umat Se-dharma* , Jika kita dicamkan & renungkan Apa sesungguhnya yang di cari dalam kehidupan ini : nafsu angkara yang tak terkendali penyebab kebingungan *Moha*  pada umat manusia,   Hidup di Pantai  merindukan untuk hidup di Gunung, begitu  hidup di gunung merindukan  untuk hidup dipantai. Demikian pula,  ingin berdiam dirumah muncul niat untuk pergi  dan begitu Pergi  timbul keinginan  untuk diam di rumah lagi. Ternyata sesuatu kelihatan  tampak Indah dan nikmat karena belum bisa dimilikinya.

Kapan kita bisa hidup *Bahagia* manakala dalam hidup ini *hanya memikirkan hal hal yang belum kita miliki*  dan  *mengabaikan  apa yang telah kita miliki*, jadilah pribadi pribadi  yang selalu bersyukur. Jika diamati  sangatlah tidak mungkin sehelai daun bisa menutupi alam semesta yang begitu luas, akan tetapi manakala mata kita ditutupi oleh sehelai daun  maka semuanyapun  akan tertutup.  Begitu pula jika hati  manusia ditutupi oleh pikiran buruk maka semuanyapun akan kelihatan buruk.  Jangan biarkan pikiran pikiran ditutupi oleh hal hal buruk walaupun hanya sehitam  kuku maka semuanya akan menjadi buruk.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu, jangan biarkan  pikiran pikiran buruk bersemayam dalam hati, pikiran sebenarnya yang mengetahui sebab maka pikiranlah yang memegang peranan penting dan menjadi rajanya Indrya *Rajendria*, jagalah selalu kesucian pikiran dengan ajaran Kebenaran *Manah Satyena Suddhyati*. Niscaya pikiran akan selalu terkendali *Citta Nirodha* sehingga terbangunnya Kesucian dan keheningan bathin.
(SS.79-87 & MDS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 04 Oktober 2020

Jnanavan atau Gunamantha

*Mutiara Weda*
30/09/2020

*Jnanavan atau Gunamantha*

*Umat se-dharma*, Jika direnung renungkan dalam sesanti  Hindu ada mengungkapkan ;
Lalat  itu memiliki bisa atau racun dikepala  letaknya, demikian pula Kalajengking memiliki bisa diujung ekor letaknya, lain halnya ular  memiliki bisa ditaring letaknya, begitu juga  orang yang jahat seluruh tubuhnya diliputi oleh racun atau bisa.

Orang yang bijak *Jnanavan atau Gunamantha*  tidak akan pernah  terlintas dalam pikiranya untuk melakukan  tindakan kejahatan dan menjadikan dharma sebagai benteng dalam dirinya serta  menjadikan Dharma sebagai pedoman dan tuntunan hidupnya *Dharanad Dharma Ityahur Dharmena Vidhrtah Prajah*

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu selalu berbuat kebajikan  dan menghindarkan diri dari  tindakan kejahatan dengan jalan mensucikan Budhi dengan pengetahuan suci.
*Buddhirjnanena Suddhyati*. Niscaya akan terbangunnya umat Hindu Yang Bijak *Jnanavan atau Gunamantha*
(Slokantara 32.8 & Santi Parwa (109,11).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Vibrasi Janur

*Mutiara Weda*
01/ 10 /2020

*Vibrasi Janur*

*Umat se-dharma*, dalam setiap kegiatan keagamaan umat Hindu tidak pernah lepas dari penggunaan Janur sebagai sarana pokoknya terutama dalam majejahitan  membuat sarana banten / upakara yadnya oleh sang sarati banten.

Janur sesuai warnanya berwarna kuning melambangkan kemakmuran dan kesemarakan serta  mengandung Vibrasi dan kesucian, serta berbagai macam bentuk tetuasan melambangkan kelanggengan dan kesungguhan hati sang Yajamana, di samping itu membuang bagian tepi dari janur sbg perlambang  membuang keangkuhan, keserakahan dan kesombongan dalam meyadnya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban setiap pelaksanaan upacara yadnya menggunakan janur dari daun Kelapa ,mengingat kelapa mengandung makna filosopi yang sangat dalam bagi umat Hindu di mana  buah kelapa yang menunjukan kematangan ternyata di dalamnya mengandung air yang selalu dijaga kemurniannya dan memberikan kehidupan. Batang dari pohon kelapa mencerminkan kedewasaan sebagai  inspirasi ketika dewasa baru akan diberikan buah untuk di jaga sampai buahnya matang, dan ini juga sebagai cermin bagi umat  Hindu selalu menjalankan proses kehidupan sesuai dengan Tahapan tahapan hidup sesuai  *Catur Asrama*. ( usana Bali )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Nyasa-Rupa

Upacara Menek Deha

*Mutiara Weda*
02/10/2020

*Upacara Menek Deha*  atau *Menek Kelih*

*Umat Se-dharma*, salah satu kewajiban suci bagi  para orang tua dalam menjalankan fungsi sebagai *Saha Dharmani*  yaitu melaksanakan upacara Menek deha atau menek kelih terhadap putra maupun Putrinya  disaat menginjak remaja  yang dikenal dengan nama Upacara  *Ngeraja Singa* bagi anak laki laki dan *Ngeraja Swala* bagi  anak anak
Perempuan.

Upacara *Ngeraja Singa* dan *Nge- Sewala*   merupakan upacara yang sangat penting dan sangat menentukan kehidupan Sang anak selanjutnya dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.  Upacara Menek Deha atau menek kelih  sebagai wujud rasa Angayubagya/syukur, memohon keselamatan kehadapan *SangHyang Samara Ratih* dan *Kamajaya* agar anak dituntun,  diberikan jalan yang baik / benar dalam kehidupan selanjutnya serta di jauhkan dari Marabahaya dan  hal hal yang menyesatkan. 

*Oleh karena itu,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu khususnya para  orang tua  untuk melaksanakan upacara Menek deha/ upacara Menek Kelih (meningkat remaja) baik upacara Ngeraja Singa  maupun Ngeraja Swala sebagai suatu kewajiban dari Pustaka suci Weda dalam membentuk anak yang   *Suputra*. (Weda Welaka & Manusia Yadnya) 

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Nyasa-Rupa

*Mutiara Weda*
03/10/2020

*Nyasa-Rupa*

*Umat se-dharma*,  dalam melakukan pemujaan  untuk berhubungan dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa memiliki berbagai keterbatasan, sehingga untuk mempermudah pikiran  berkonsentrasi  diperlukan adanya simbol simbol  *Nyasa- Rupa*.

Penggunaan *Nyasa -Rupa* dalam melakukan hubungan  bagi umat Hindu merupakan suatu  medianya dengan menggunakan bentuk atau simbol yang disebut dengan *Yatra atau Rekha* baik dalam bentuk *Arca* maupun dalam bentuk *Aksara Suci*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk mempermudah konsentrasi dalam melakukan pemujaan  selalu menggunakan sarana  *Rupa* atau menggunakan bentuk tertentu dalam berkonsentrasinya sedangkan sifat Tuhan diwujudkan dalam bentuk *Nyasa* berupa mantram ataupun aksara suci *Kirtanam*, *Smaranam* maupun *Arcanam* dalam mencapai tujuan hidup beragama.
(Weda Parikrama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta


Hilangkan Buruk Sangka

*Mutiara Weda*
04/ 10 /2020

*Hilangkan Buruk Sangka*

*Umat se-dharma*,  salah satu sumber ketidaknyaman bathin adanya sikap praduga dan prasangka buruk terhadap orang lain.  Segala bentuk praduga & prasangka terhadap orang  lain haruslah dihilangkan, Selama  jiwa masih dibelenggu oleh  prasangka dan praduga dapat dipastikan, tidak akan pernah  mendapatkan *Kenyamanan, ketenangan & kedamaian bathin* dalam mengarungi kehidupan.

Manakala nilai - nilai dharma meredup dan bahkan  luntur dalam kehidupan umat manusia maka  dapat dipastikan keributan dan kekacauan  akan terjadi, cahaya  kejujuran, keadilan, ketenangan dan kedamaian, akan berhenti bersinar   berujung pada *kebencian, perselisihan dan bahkan pertumpahan darah.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan buruk sangka  dengan belajar *Anyekung Jnana* mengendalikan Indrya ataupun pikiran  melalui *Tapa*. Niscaya akan dapat terwujudnya keleluasan dalam mencari jalan dharma *Satyam,Sivam dan Sundaram*. ( SS.37)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

DOA : Benteng / Kavaca Gaib dlm Diri

*Mutiara Weda*
05/10/2020

*DOA* : Benteng / Kavaca Gaib dalam diri

*Umat Se-dharma*, Memanjatkan Doa atau Mantram kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa merupakan kewajiban dan kebutuhan pokok  serta menjadi faktor penentu serta penyelamat  kehidupan umat manusia. menguncarkan  *doa / Mantram* sesungguhnya adalah *Kavaca Gaib* yang menjadi Benteng diri dan  menentukan kualitas hidup  serta tak akan pernah lepas dari jati diri setiap umat manusia  dalam mengarungi kehidupan dalam mencapai tujuan hidupnya.  Demikian pula dalam memghadapi  berbagai persoalan atau mara bahaya dalam  kehidupan ini termasuk Pandemi Copid' 19.

Doa / Mantram  baik dalam bentuk  stuti, stava, stotra maupun puja mantram bermakna   mengagungkan keagungan  kebesaran Tuhan/Hyang Widhi dan menjadi pelindung diri  *Kavaca  gaib* yang membentengi tubuh dan pikiran kita dari kekuatan-kekuatan negatif.

*Oleh karena itu*,sebagai umat manusia jangan pernah  berhenti dan lepas dari *Doa* , ucapkan dengan sungguh sungguh,  pahami  arti dan makna   yang sebenarnya,  baik melalui *mantram*, *Japa* maupun *Seha* .  Niscaya Hyang Widhi  akan selalu berada dalam diri kita masing masing.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Dharma Bunga Aiswarya

*Mutiara Weda*
20/09/2020

*Dharma Bunga Aiswarya*

*Umat Se-dharma*, Aisvarya merupakan kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman akan dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut sebagai kelahiran  *Deva Yoni* & Menjadikan Dharma sebagai Bunga Aiswarya.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh bibit Adharma / kejahatan dan menentang dharma *Avairagya*, tidak mengetahui akan *Tattva Jnana* dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan begitu pula akan dapat mengalami proses reinkarnasi / lahir  kembali menjadi  makhluk rendahan ataupun binatang.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada buah Jnana berupa pengetahuan suci Weda. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Kedamaian Bhusana dari Ilmu Pengetahuan

*Mutiara Weda*
01/08/2020

*Kedamaian  Bhusana dari Jnana*

*Umat Se-dharma*,  dalam susastra Hindu ada menyebutkan  Ilmu Pengetahuan  suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemashyuran dan kebahagiaan umat manusia serta menempatkan  Kedamaian menjadi Busananya dari Ilmu Pengetahuan suci / *Jnana*

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup,  bagaikan dewa yang dapat mengabulkan setiap keinginan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *Kedyatmikan* sebagaimana yang tertuang dalam pustaka suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .