Kamis, 30 April 2020

Berkarma sebagai Yadnya

*Mutiara Weda*
01/ 05/2020

*Berkarma sebagai  Yadnya*

*Umat se-dharma*,,  Hakekat dari Karma yang sebenarnya   adalah sebuah  *Yadnya suci*, “Bekerja demi kewajiban *Swadharma*, bukan demi hasil perbuatan,  jangan sekali  kali pahala menjadi motif dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri , berpangku tangan tanpa kerja.

Orang yang mempersembahkan semua kerjanya kepada Brahman dan bekerja tanpa motif keinginan apa-apa, orang seperti itu, tak akan  terjamah oleh dosa, laksana daun teratai tak akan basah oleh air

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  dapat memegang teguh prinsip dasar ajaran Karma Yoga, menjalankan hidup yang semestinya dan memenuhi segala kebutuhannya agar hidup di dunia menjadi  bahagia ( Jagadhita) dan menikmati kebahagiaan dengan Berkarma sebagai suatu swadharma. Niscaya kebahagiaan lahir dan batin, "Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma" akan  dapat terwujud nantinya.
( BG.II.47 / BG V.10 & kitab  Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .









Rabu, 29 April 2020

Kecerdasan & Kesadaran Sejati

*Mutiara Weda*
30/ 04/2020

*Kecerdasan & Kesadaran Sejati*

*Umat Se-dharma*,  Jika kita renungkan,  Tatkala kesadaran Diri melebur dengan kesadaran Sejati / Yang Maha Agung , maka yang tersisa hanyalah kebahagiaan yang tanpa batas. Membangun *Kecerdasan* sangatlah penting bagi setiap umat manusia dalam mengarungi kehidupan di mayapada ini, dengan menempatkan *kecerdasan Intelektual* sebagai inti dasarnya, yang diperhalus  *Kecerdasan Emosional* dan *Kecerdasan Spiritual* menuju  pada  *Kesadaran sejati* dengan *Bhusana* atau  *Kavaca* sebagai Pengikatnya.

Sebagai *Busana kekayaan* adalah Keramahan, dan  *Busana orang Kuat* adalah Ucapan atau Perkataan yang  halus,  serta sebagai *Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian,  sedangkan sebagai *Busana orang yang belajar Agama* adalah Kerendahan hati  sebagai Kavaca Dharmanya, demikian pula sebagai  *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf &  pengampun.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun Gunakan  *Kavaca Dharma dan bangkitkan *Bhusana* yang ada dalam diri dengan membangun Kesadaran  diri dan ketika kesadaran sudah melewati kesadaran materi dengan Kecerdasan Intelektual ( IQ) dan Kecerdasan Emosional ( EQ) maka akan dapat  menuju pada kesadaran Jiwa melalui Kecerdasan Spiritual ( SQ) menuju pada kesadaran yang paling hakiki, bersemayam & berwujudnya  Tuhan dalam diri dengan landasan Pengendalian diri lahir maupun bathin.  Niscaya akan mampu menapaki hidup yang rendah hati, bijak dan mampu mengendalikan serta mengelola emosi menuju pada Kesadaran Sejati.
(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 28 April 2020

Telu Pratekaning Bape

*Mutiara Weda*
29/04/2020

*Telu Pratekaning Bape*

*Umat se-dharma*, Dalam ajaran agama Hindu, orang tua  atau ayah memiliki peran, tugas,  kewajiban dan tanggungjawab  yang sangat  berat namun mulia yaitu merawat, membesarkan, mendidik dan membimbing  anak anaknya yang sering di sebut *Telu Pratekaning Bape* yaitu tiga kewajiban utama dari seorang ayah.

Ketiga kewajiban dari sang ayah *Telu Pratekaning Bape* antara lain :

*Sarira Krta* :'  Seorang ayah berkewajiban  menjaga kesahatan badan dan pisik dari sang anak, yang dalam Brahma Purana ; badan atau sarira sering di sebut dengan *Sadhana* yaitu sebagai alat dalam mencapai Tujuan hidup *Catur Purusa Artha* [ Dharma, Artha, Kama & Moksa]

*Pranadata / Mapunya Urip* : seorang ayah  berkewajiban memberikan rasa nyaman terhadap kejiwaan  / psychis sang anak karena  memang sang anak merupakan pecahan  jiwa dari orang tuanya. 

*Annadata* : Orang tua / ayah berkewajiban  memberikan makan dan mengasuh sang anak sehingga tumbuh  menjadi anak yang sehat dan dewasa

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu dalam membangun keluarga yang bahagia *Sukhino*  tidak bisa lepas dari peran orang tua/ ayah dalam keluarga Hindu yaitu menjalankan kewajiban atau swadharma dengan baik dan benar, sehingga sang anak memiliki  *Guna Vidya*  yaitu  agar anak memiliki pengetahuan, kemampuan, profesi  yang memadai  untuk dapat hidup mandiri  dalam memenuhi kebutuhan hidup nantinya, disamping itu,  agar sang anak juga dapat  memiliki *Tattwa Adyatmika* yaitu memiliki ilmu pengetahuan agama , rohani yang kuat yang dapat menuntun dirinya dalam mengarungi kehidupan masa depannya.  Niscaya akan dapat terbentuknya anak yang suputra menuju keluarga Hindu  yang  bahagia lahir maupun bathin *Sukhino*
( Brahma purana. 228.45 & SS.242)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 27 April 2020

sakti / Prakerti

*Mutiara Weda*
28/04/2020

*Sakti / Prakrti*

*Umat Se-dharma*, * Aji Kedyatmikan* atau *Aji Kamoksan* merupakan salah satu Sradha dalam ajaran agama Hindu sebagai tujuan hidup tertinggi dan kebahagiaan sejati  *Suka Tanpa Wali dukha* serta  mampu melepasnya semua bentuk ikatan keduniawian yang di kenal dengan nama  *Sakti / Prakerti*

Kebahagiaan sejati  akan dapat dicapai  tattkala terlepasnya Atma dari ikatan *Maya* dan menyatu pada *Brahman/  sang maha Pencipta* dengan melepaskan semua bentuk ikatan keduniawian yang sering di kenal dengan nama  *sakti / prakerti*. 

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi  kewajiban untuk memegang teguh ajaran *Kedyatmikan*, *Kelepasan*,  *Keparamarthan* atau *Kamoksan* sebagai salah satu Sradha dalam mewujudkan Kebahagiaan sejati *Sat, Sit dan Ananda* melalui pelaksanaan    Catur Marga Yoga secara utuh serta membebaskan diri dari pengaruh  Tri Guna [ *Satvam*, *Rajas* dan *Tamas* ] sehingga *tubuh / Angga sarira*,  betul betul dapat dijadikan alat untuk mencapai  Moksa *Moksanam Sariram Sadhanam*.
( Brahma Purana, 228.45 dan BG. XVIII.54)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Minggu, 26 April 2020

Panca Widha

*Mutiara Weda*
27/04/2020

*Panca Widha*
[ Lima jasa orang Tua Yang  Tidak boleh diabaikan ]

*Umat Se-dharma*, jika kita camkan  dan kita renungkan  dalam
susastra  Hindu   : Ada Lima Jasa Orang tua  yang tidak boleh dilupakan dan diabaikan oleh sang Anak  *Panca Widha*.  Begitu besar jasa orang tua terhadap anak anaknya, walaupun dalam seribu kali  kelahiran,  belumlah tentu  sang anak dapat membalas hutang atau Rna  kepada orang tuanya . Jasa jasa  orang tua  terhadap anaknya sangatlah besar  yaitu   sebagai  *guru reka*, Guru rupaka ,*sang  Ngerupaka* yang melahirkan sang anak.  Sangatlah durhaka, dosa besar,  *mahapataka* manakala sang anak melupakan & mengabaikan jasa jasa dari orang tuanya *Panca Widha*( lima macam jasa dari orang tua)

Kelima Jasa Orang tua terhadap anak *Panca Widha* tetsebut antara lain :

*Ametwaken* : telah.melahirkan putra dan putrinya dan menempatkan orang tua sebagai Widhi sekala.

*Matulung urip* : telah  berjasa menolong jiwa anak anaknya  dari mara bahaya

*Maweh Bhijodana* : berjasa karena telah memberi makan dan minuman pada anak sehingga tumbuh sehat.

*Anyangaskara* : orang tua berjasa telah membuatkan upacara keagamaan panca maha yadnya sehingga putra putrinya tumbuh sehat  baik secara sekala mauoun niskala.

*Mangupadhyaya* : orang tua telah berjasa membimbing dan mendidik dan menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak anaknya.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu Dalam membentuk   anak  yang  Suputra,   Berbhakti pada sang *Catur Guru* sebagai landasan yang paling mendasar  serta  selalu berusaha menjalankan *Swadharmaning Agama* dan *Swadharmaning Negara* secara seimbang.  *Niscaya*, akan dapat terbentuknya anak yang *SUPUTRA* yang  taat dan patuh kepada kedua orang tuanya  *Catur Guru Bhakti*,  menjadi  cahaya atau penerang bagi keluarga, *Memadangi kulawarga saha sadhu Gunawan wandu wandawa* dan terhindar dari *Maha Pataka*
(Kitab putra sasana II.1.  dan  Nitisastra IX.2, )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .








Sabtu, 25 April 2020

Sadar & Disiplin Diri

*Mutiara Weda*
26/04/2020

*SADAR & DISIPLIN DIRI*

*Umat se-dharma*, Mentaati aturan, Anjuran dan Himbauan Pemerintah untuk tetap  Tinggal di rumah *Stay at Home*  dengan  :  *Belajar dari Rumah*,  *Bekerja dari Rumah* dan *Beribadah dari rumah* sebagai bentuk  Bhakti kepada  sang *Catur Guru* yaitu Pemerintah atau Guru  Wisesa, dalam  upaya memutus  mata rantai penyebaran  Pandemi Virus Covid"19

*Untuk itu*,  Marilah kita sebagai umat Hindu untuk taat dan patuh  serta  berbhakti kepada Pemerintah atau Guru Wisesa dengan  *SADAR* dan *DISIPLIN DIRI* untuk tetap tinggal di rumah masing masing  sehingga wabah Covid"19 segera dapat diatasi . Niscaya,  tatanan kehidupan  dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kembali stabil menuju masyarakat  Indonesia yang tenang, aman dan tenteram.

*Mari kita umat se-dharma, patuhi dan taati Himbauan serta Anjuran Pemerintah Untuk *Keselamatan diri*,  *Keluarga* dan *Masyarakat sekitar*

*Ngiring Sareng sareng memanjatkan DOA ,  Mogi mogi segera dapat teratasinya.....astungkara svaha*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .






Jumat, 24 April 2020

Sad Paramitha

*Mutiara Weda*
25/04/2020

*Sad Paramitha*

*Umat Se-dharma*, Di dalam Pustaka agama Hindu  menyebutkan bahwa dalam mencapai tujuan hidup  menjelma menjadi manusia Catur Putusa Artha, 
*Dharmartha kama  moksanam sariram sadhanam*, tidak bisa ditinggalkan dari luhurnya budhi dan  mulianya hati  sebagai faktor penting dan  menentukan  yaitu *Sad Paramitha* yaitu enam sifat baik, sifat bijak dan sifat utama  sebagai ajaran Etika atau susila Hindu.

Keenam sifat luhur dan mulia *Sad Paramitha*  antara lain :

*Dana Paramitha*, memberikan dana /materi maupun non materi untuk kebaikan umat manusia.

*Sila Paramitha* : berpikir, bertutur kata dan bertindak yang baik dan luhur  untuk kebaikan diri sendiri maupun bagi orang lain.

*Ksanthi Paramitha* : pikira yang selalu tenang dan damai

*Dhyana Paramitha*: seluruh pikiran, perkataan dan perbuatan tertuju Pada Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Wirya Paramitha* : Teguh dan setianya dengan pendirian serta selalu setia dengan pikiran, perkataan begitu pula perbuatannya, satunya kata dengan perbuatan.

*Pradnya Paramitha* : Bijaksana dalam mempertimbangkan sesuatu dalam mencapai kebenaran *Wiweka*

*Oleh karena itu*, Marilah  Sebagai umat Hindu Bangun kesucian bathin, keluhuran  budhi, ketenangan dan ketentraman hati serta  kemuliaan dari sifat,  tabiat dan watak . *Niscaya* akan dapat terwujudnya kebahagiaan sejati, hidup yang  rukun dan damai berlandaskan *Tri Parartha* [ *Asih*,  *Punia* dan *Bhakti*] sehingga  dapat terwujudnya kebahagiaan yang kekal abadi  :  *Suka Tanpa Wali Dukha* / Kamoksan .[Brahma Purana 228.45 & Weda Samhita]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .





Kamis, 23 April 2020

Intensitas Tri Guna & alam Pikiran

*Mutiara Weda*
24/ 04 /2020

*Intensitas Tri Guna & Alam Pikiran*

 *Umat Se-dharma*, Ida SangHyang Widhi Wasa baru  akan bisa   direalisasikan  manakala  seseorang telah membersihkan diri dan pikirannya  *Citta*  baik Lahir  maupun bathin,  tidak lagi berada dalam kegelapan, terbebas dari segala jenis ikatan dan mampu mengendalikan diri dari  keadaan alam pikiran.

Ada lima keadaan pikiran, keadaan yang ditentukan oleh intensitas *Sattwam*, *Rajas* dan *Tamas*. Kelima keadaan pikiran itu antara lain:

 *Ksipa* :   tidak mau berdiam,

 *Mudha* :  Lamban dan Malas,

 *Wiksipta* :  bingung dan Kacau,

 *Ekagra* :  Terpusat, 

*Niruddha*  :  terkendali,

*Oleh karena itu*,  bersihkan  pikiran, kendalikan  *Indrya*  dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan adanya keadaan alam pikiran *Citta* Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya  Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri.
(Kitab Yajurveda: 17.31 & Dharma Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Rabu, 22 April 2020

Karma Pengikat Manusia

*Mutiara Weda*
23/04/2020

*Karma  Pengikat Manusia*

*Umat Se-dharma*,  umat Hindu memiliki keyakinan bahwa setiap Perbuatan yang dilakukan oleh umat manusia bersifat   Mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. 
Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  Gunakan *Wiweka* sebagai unsur Penting dalam kehidupan,  selalu *Ingat* dan *Sadar* akan perbuatan yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat buruk *Asubha Karma* serta  menempatkan ajaran agama sebagai  tuntunan dan pedoman hidup . *Niscaya*, hidup yang bahagia baik lahir dan bathin atau Bhumi Santih akan terwujud.(Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .



Selasa, 21 April 2020

Atmanivedanam

*Mutiara Weda*
22 / 04 /2020

*Atmanivedanam* 

*Umat Se-dharma*, Menjadi orang yang Baik  &   orang  Bijak merupakan Harapan dan keinginan luhur   dari  setiap umat manusia yang hidup di dunia mayapada ini,  Orang yang  Baik & bijak  Pantang  untuk melakukan perbuatan Hina dan Tercela walaupun  sedang dalam kondisi Kesusahan &  Kekurangan sekalipun,   dia tak akan pernah melakukan pekerjaan hina dan tercela, Ibaratkan  *Seekor Harimau, walaupun dipotong kakinya dia  tak akan pernah mau memakan rumput*.

Demikian halnya,  Setiap umat manusia sudah semestinya memegang  teguh ajaran Dharma dijadikan Pegangan, Pedoman dan Tuntunan dalam hidupnya serta Kokoh  dalam.pengamalan nilai nilai Dharma yang menjadi penguatannya   *Sevaka Dharma*. Manakala,  perbuatan menyimpang dari ajaran  *Dharma*  dapat dipastikan  hidupnya akan kehilangan arah, kehilangan pedoman ; *Bagaikan perahu berlayar tanpa Kemudi*  dan *Ibarat Kapal Tanpa Nahkoda*, akan selalu terombang ambing tak tentu arahnya   cendrung akan  mendapatkan  Bencana dan malapetaka.

*Oleh karena  itu*, Marilah kita sebagai Umat Hindu tingkatkan dan mantapkan kualitas beragama  dengan baik  & benar melalui  Pemahaman &' Pengamalan ajaran Dharma serta  Penyerahan diri secara total kepada-Nya *Atmanivedanam*   berlandaskan rasa  Cinta-Kasih *Bhakti*  dengan Pijakan  Pustaka suci Weda / Pengetahuan suci *Abhideya-Jnana*
(Sabdakalpadruma III.463b)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Senin, 20 April 2020

Hiasi Hidup Dengan Kebajikan

Mutiara Weda*
21/04/2020

*Hiasi Hidup dengan Kebajikan*

*Umat se-dharma*, jika dicamkan  dalam kehidupan sehari hari,  Sesungguhnya  tatkala dalam kehidupan ini   miskin akan  nilai - nilai kebenaran dan miskin akan  nilai - nilai kebajikan  sama nilainya  dengan orang yang sudah "mati " tiada guna.

Hidup yang tanpa  Guna adalah hidup tanpa nilai kebajikan  ibaratkan padi tanpa isi dan bagaikan upacara keagamaan tanpa doa - doa pujaan.

*Maka dari itu*,  sebagai umat Hindu, Tanamkan nilai - nilai kebenaran dan kebajikan *Satyam* dalam diri   dengan selalu  berpikir, bertutur kata dan bertindak yang baik dan benar *Subha Karma* serta menjadikan ajaran agama sebagai penuntunnya. Niscaya dalam menjalankan proses kehidupan akan selalu terkontrol & terarah sehingga tujuan hidup mencapai  kebahagiaan baik lahir maupun bathin,  Catur Purusaartha,  jagadhita dan moksa  akan dapat terwujud.
(  M.DS .138/ SS.280 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Minggu, 19 April 2020

Kuatkan Tiga Kerangka Dasar

*Mitiara Weda*
20/ 04 /2020

*Kuatkan Tiga Kerangka  Dasar*

*Umat Se-dharma*, Umat Hindu dalam  Belajar agama  tidak bisa lepas dari  yang namanya  *Tri Kerangka Dasar* sebagai pokok dasar  ajaran  [ *Tattwa*, *Susila* dan *Acara agama* ] . Sangatlah mustahil  rasanya  akan bisa  memahami  isi kitab suci  Weda secara   *Utuh* & *sempurna*   manakala tidak berpegang teguh pada Kerangka dasar ajaran agama dengan baik dan benar. 

Sulit dibayangkan  bisa  memiliki  *Kualitas Spiritual* yang kuat *Samyagjnana* tanpa di landasi dengan   *kualitas rohani* yang memadai  dan sangat tidak mungkin  bisa memiliki *Kualitas Rohani* tanpa Pijakan *Ajaran agama yang Benar*. Demikian  juga halnya tidak mungkin kita bisa memahami  Ajaran agama dengan baik  & Benar manakala tanpa  mempelajari *teori agamanya* atau *ilmu  ilmu agamanya* secara benar. 

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  dalam meningkatkan & memantafkan kualitas *Sradha* & *Bhakti* dengan jalan  memahami  terhadap  isi pustaka suci Weda   secara *Utuh* dan *Menyeluruh* dengan cara *Bertahap*, *Berjenjang* dan *Berlanjut* , dengan penguatan pada Pondasi dasar ajaran agama *Tri  Kerangka Dasar*  [ *Tattwa*, *Susila* dan *Upakara agama*] yang pelaksanaannya  secara  *Sinergis* dan *Seimbang* atau  *Tri Jnana Sandhi*.  Niscaya,  kualitas Sradha dan  Bhakti akan semakin kuat dan kokoh dalam menghadapi setiap perkembangan jaman,   untuk menuju  tingkatan Spiritualitas yang  *Samyagjnana*
(Kitab Swastika Rana & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 18 April 2020

Meyadnya Kewajiban suci

*Mutiara Weda*
19 / 05/ 2020

*Meyadnya  Kewajiban suci*

*Umat Se-dharma*, umat Hindu  dalam Memanjatkan rasa syukur / rasa angayubagya kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan jalan melaksanakan Panca Maha Yadnya sebagai  suatu kewajiban suci dari  pustaka suci Weda.

Dalam Persembahan *Panca Maha Yadnya*   menggunakan  berbagai  bentuk  bahasa seperti :

*Bahasa tulis* :  dalam melakukan persembahan  dalam bentuk  Banten/ yadnya sesuai dengan petunjuk  kitab  suci *Weda Samhita* .

*Bahasa lisan* :  dalam melakukan persembahan atau pemujaan  dengan menggunakan bahasa sehari hari *Seha*.

 *Bahasa  Mona* :  Umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan  sarana upakara  dalam bentuk  Banten/ Yadnya. 

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu, mari kita  jalan kewajiban agama dengan baik dan benar dengan penguatan *Sradha* dan *Bhakti* melalui peksanaan Panca Maha Yadnya  dengan landasan *Lascarya*. Niscaya hakekat *meyadnya* akan dapat diwujudkan, Kuat dan  kokohnya *Sradha - Bhakti*,   terbangunnya kedamaian dan  keharmonisan  dalam  Bhuana Agung maupun  Bhuana Alit.
( Lontar Yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Jumat, 17 April 2020

Catur Vida Bhayanta

*Mutiara Weda*
18/ 04 /2020

*Catur Vida Bhayanta*

*Umat se-dharma*,  jika kita lihat dalam Susastra Hindu ada menyebutkan ;  Dalam melakukan pemujaan Kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa   *Kualitas rasa Bhaktinya*  sangat ditentukan oleh cara ataupun jalan yang digunakan oleh *para Bhaktanya*, yang disebut  *Catur Vida Bhayanta* .

Keempat  cara  yang  menentukan kualitas  rasa bhakti *Catur Vida Bhayanta*   antara lain : 

*Artah* :  orang yang memuja atau sembahyang kepada Tuhan karena  kesakitan atau kesusahan.

*Artha Rthi* : menyembah atau memuja Ida SangHyang Widhi Wasa,  dengan tujuan mendapatkan keuntungan materi atau kekayaan.

*Jijnasuh*: melakukan pemujaan dengan tujuan  mengharapkan jabatan atau kedudukan, kepandaian atau pengetahuan.

*Jnani* :  melakukan pemujaan kehadapan Ida  SangHyang Widhi Wasa,  dengan tujuan menyerahkan diri sepenuhnya atau secara total sebagai bentuk rasa  bhakti.

*Untuk itu*, marilah kita  sebagai umat Hindu dalam melakukan pemujaan betul betul dengan rasa bhakti  yang tulus *Jnani* dan melakukan hubungan dengan landasan cinta kasih dan rasa kasih sayang yang tulus atau *Prema Vahini*.  *Niscaya* nantinya dapat terwujudnya kualitas bhakti yang utama yaitu   tingkatan *Tyaga* dan *Sunyasin* tidak terikat akan hal hal yang bersifat duniawi.
( BG. VII.16 & kitab Yadnya-Bhakti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 16 April 2020

Wanita Hindu :Rajapatni

*Mutiara Weda*
17/04/2020

*Wanita Hindu : Rajapatni*

*Umat Se-dharma*,  Dalam membangun keluarga  Hindu yang *SUKHINO*, Wanita Hindu memiliki peranan yang sangat penting dan menentukan  keberhasilan dalam keluarga Hindu, bagaikan Ratu dalam keluarga *Rajapatni*. Lebih jauh  dalam Pustaka suci Catur Weda Samhita  menyebutkan bahwa  *Wanita Hindu* memiliki  peranan & kedudukan yang sangat  *mulia & Suci*  “di mana wanita dihormati, disanalah para dewa merasa senang, tapi dimana wanita tidak dihormati  tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala “  

Ada beberapa Kewajiban  wanita Hindu  yang menempatkan Wanita Hindu memiliki kedudukan yang sangat suci & mulia yaitu : 

*Jaya* :  wanita Hindu memiliki kewajiban suci melahirkan anak yang Suputra.

 *Dharmapatni* :  Wanita Hindu berkewajiban  menjalankan  kegiatan  keagamaan di dalam rumah tangga / keluarga Hindu. 

*Ardha Anggani*  : Wanita Hindu  menjadi belahan jiwa dari sang Suami atau belahan jiwa  dari  keluarganya.

*Saha Dharmani* : Bersama sama suami menjalankan kegiatan kegiatan keagamaan.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu dalam membentuk keluarga Hindu  yang Bahagia lahir maupun
bathin, dengan menempatkan Wanita Hindu pada peran,  fungsi dan kedudukannya dengan landasan  *Catur purusaartha* [*Dharma*, *Artha*, *Kama* dan *Moksa*]. *Niscaya*, akan dapat terwujudnya keluarga Hindu yang *Sukhino*,  *kuat*, *kokoh*  dalam mengemban SangHyang Dharma.
( MDS.56 &  Satapata Brh IV.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 15 April 2020

Sarva Nukramani

*Mutiara Weda*
16/04/2020

*Sarva Nukramani*

*Umat Se-dharma*,  Jika kita renung renungkan situasi dan kondisi dewasa ini ;  konsentrasi  masyarakat dunia tertuju pada munculnya Wabah Virus Corona Covid 19,  yang  cenderung mengakibatkan  keresahan dan kegelisahan dikalangan masyarakat  yang  berdampak luas terhadap seluruh  tatanan kehidupan umat manusia.  Seolah olah saat ini *Kesabaran*,  *Ketabahan*  dan *Kesadaran* dari umat sedharma sedang diuji oleh-Nya.

 *Sarva Nukramani*  yaitu  setiap umat manusia berkewajiban  menguncarkan doa doa atau mantram menjadi faktor yang sangat penting yang tidak bisa ditinggalkan untuk dilakukan,   seolah olah sang maha Pencipta *mengingatkan*  agar setiap umat manusia selalu ingat pada-Nya  *Smaranam* dan  mohon kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa agar wabah  Virus Corona Covid 19 segera dapat diatasi.

*Oleh karena itu*, Marilah kita  sebagai umat Hindu  dimanapun  berada,  dalam situasi dan kondisi  apapun jangan pernah berhenti untuk memanjatkan Doa  atau  *Sarva Nukramani* sebagai  *Kavaca Gaib* atau Benteng diri  mohon Perlindungan-Nya. Niscaya Wabah Virus Corona Covid 19 akan segera dapat diatasi  sehingga umat manusia  terhindar dari Bencana  dan  akan selalu  berada dalam lindungan-Nya.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13) 

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Dharma & Hukum Rta

*Mutiara Weda*
15/04/2020

*Dharma &  Hukum  Rta*

*Umat Se-dharma*,  Jika kita renungkan  bahwa  yang menjadi  inti dalam  beragama itu sebenarnya adalah *Keyakinan* atau *Sradha* dan keikhlasan yang mendalam  atas seluruh ajaran Dharma,,demikian pula  keyakinan akan Keesaan  terhadap  Ida SangHyang  Widhi Wasa   dengan landasan rasa bhakti,  berserah diri secara total pada hukum Tuhan yaitu  : *Rta* dan *Dharma*.

*Hukum Rta* sebagai Hukum Tuhan yang mengatur keseimbangan alam semesta / makrokosmos,  sedangkan hukum Tuhan yang mengatur kedamaian dan keharmonisan umat manusia dalam kehidupan di dunia maya pada ini di kenal dengan nama *Dharma*.

*Maka dari itu*,  sebagai umat Hindu laksanakan swadharma dengan baik ,penuh dengan Keyakinan / kepercayaan, ikhlas serta tanpa di bayang bayangi perasaan ragu,  dengan dasar berserah diri secara total dengan memegang konsep ; bekerjalah atas dasar keiklasan tanpa memikirkan hasilnya, karena hasilnya sudahlah pasti berada dalam kerja itu sendiri. Niscaya perputaran roda kehidupan di alam jagad raya ini berjalan dengan baik dengan Karma sebagai tali pengikatnya.
(BG.III 35 & Manawa Dharmasastra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Senin, 13 April 2020

Jangan Membenarkan yang Biasa, Biasakan yang Benar

*Mutiara Weda*
14 /04/2020

*Jangan Membenarkan yang biasa, Biasakan yang Benar*.

*Umat Se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang, Dan jangan membenarkan yang biasa, biasakan yang benar.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai ajaran Dharma di dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 12 April 2020

Ageng Yasa - AgengGoda

*Mutiara Weda*
13/ 04/2020

*Ageng Yasa - Ageng Goda*

*Umat se-dharma*, Jika kita renung renungkan,  Semakin Tinggi Pepohonan maka akan  Semakin Lebat Buahnya, Semakin Kencang pula  Angin akan Menerpanya. Demikian juga halnya, 
semakin banyak kita berbuat  maka akan semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan kita alami *Ageng Yase, Ageng Goda*. 

Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*. Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  marilah  untuk  selalu berpijak pada jalan  kebenaran/ Dharma. Dengan Dharma semua makhluk beserta seisi alam semesta diatur  *Dharmena widrtah prajah*. *Dharma*  akan   menghantarkan umat manusia  menuju   kebahagiaan lahir & bathin sedangkan  *Adharma* akan menjerumuskan umat manusia pada jurang kesengsaraan dan penderitaan  yang berujung pada kehancuran.
(Santi Parwa ,109.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 11 April 2020

Kesadaran Diri

Mutiara Weda*
12 /04/2020

*Kesadaran Diri*

*Umat se-dharma*,  Dalam susastra Hindu ada tersirat bahwa orang  yang  memiliki  tingkatan *kesadaran diri*  dalam hidupnya, dapat dipastikan akan  melakukan perbuatan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu  memancarkan ajaran ajaran kesucian *Kedyatmikan* dalam setiap  kehidupannya.

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna  bagi diri sendiri , berguna bagi keluarga dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara.

*Maka dari  itu*, mantapkan kesadaran  diri  dengan penuh, Kedamaian,, keindahan dan  keluhuran  budhi di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan umat Hindu yang Santih, Damai, rukun dan harmonis,  bahagia lahir maupun bathin serta berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara.
(Cautilya Nitisastra. IV.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Jumat, 10 April 2020

Gunakan Wiweka

*Mutiara Weda*
11/ 04 /2020

*Gunakan Wiweka*

*Umat  Se-dharma*, di dalam Sesanti Hindu ada disebutkan ; Jika  diberikan  madu bercampur dengan Racun,  harus dapat memilah untuk mengambil madunya,  begitu pula,  jika emas berada dalam kubangan lumpur bercampur  dengan  kotoran  kita pun harus dapat memilah  mengambil emasnya.

Demikian juga  halnya  dengan Ilmu  pengetahuan,  Budhi pekerti, Etika, kitapun harus bisa  mengambil dan memetiknya walaupun dari mana  sumber & asalnya.

*Untuk itu*  sebagai umat Hindu selalu  berpegang teguh pada kebenaran *Satyam*,  gunakan selalu *Wiweka* memilah milah perbuatan yang baik  untuk dijadikan penerang  dlm keseharian pada  kehidupan  keluarga dan masyarakat  *Memadangi kulawarga Saha wandu wandawa*. Niscaya, akan selalu dapat berpikir bersih, bertutur kata  yang santun serta bertingkah laku yang suci ,  murni sesuai ajaran Dharma.
(Slokantara 56 & Nitisastra IV. 1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 09 April 2020

Sad Sangga Bhuana

*Mutiara Weda*
10/04/2020

*Sad Sangga Bhuana*

*Umat Se dharma*, Dalam keyakinan umat Hindu , Kitab catur Weda Samhita menjadi  tolok ukur dalam mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup sedangkan ibu periwi akan menjadi kokoh, ajeg dan tegak  di muka bumi ini dengan pijakan  *Sad Sangga Bhuana*  yaitu  enam  penyangga Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

Adapun *Sad Sangga Bhuana* antara Lain :

*Satyam* :   kebenaran, Kebajikan

*Rtam* :  hukum alam sehingga berjalan sesuai dengan yang
 ditentukannya

*Diksa* :   Pensucian diri baik lahir maupun bathin.

*Tapa* :   cara hidup yang sederhana

*Yadnya* :   Kemampuan dan kemauan untuk melakukan persembahan

*Brahmana* : Mereka yang bertugas untuk mengawal  kitab suci Weda dan mengajarkan kebajikan.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu  mari  pegang teguh dan aplikasikan ajaran Tri Hita Karana dalam  membangun kehidupan yang harmonis di dunia ini melalui   *Sad Sangga Bhuana*  :  Satya, rta, Diksa , Tapa, Brahmana dan yadnya. Niscaya  akan mendapatkan kebahagiaan, kedamaian, keseimbangan dan kesempurnaan  hidup  lahir maupun bathin atau Catur Purusa Artha.
(Atharva Veda.XII.1.1 & Santi parwa 167.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 08 April 2020

Dharma Raksaka

*Mutiara Weda*
09 / 04/ 2020

*Dharma Raksaka*

*Umat se-dharma*, Jika kita renung renungkan *Emas* itu walaupun dipanasi dan ditimpa berkali kali  dia akan tetap mengeluarkan cahaya atau sinarnya, demikian juga Kayu *Cendana* walaupun di gosok gosok berulang kali dia tetap mengeluarkan bau harumnya, begitu juga halnya dengan ajaran Dharma,  kebajikan/kebenaran tidak akan pernah luntur dan tak akan berubah sepanjang jaman.

Tidak ada kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran *Satya* dan tidak ada neraka yang lebih menyeramkan dari kawah *Candradimuka*.   Mari kita pegang teguh ajaran agama *Dharma Raksaka* .

*Oleh karena itu*, Marilah kita sebagai umat Hindu selalu memegang teguh ajaran Dharma *Dharma Raksaka*, dalam kehidupan sehari hari dengan jalan selalu berbuat yang baik dan benar *Subha Karma* agar tidak terjerumus ke dalam kelahiran rendah atau Neraka /*Maharorawa* dan menjauhkan diri dari dari ketidak mengertian akan ajaran Dharma /  *Niraya* (Slokantara,01 .12.75 & Ramayana*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 07 April 2020

Kebencian & Doa

Mutiara Weda*
08/04/2020

*Kebencian  &  DOA*

*Umat se dharma*,  Dalam ajaran agama Hindu mengajarkan untuk selalu berbuat kebajikan *Subha Karma*,  "Berbaik baik hatilah pada  semua orang* ,  jangan pernah berpikiran Benci  pada sesama apalagi  Dendam. Balaslah kebencian  dengan Doa karena itu Sebagai  cobaan dan ujian bagi  sifat *Ksama*  / kesabaran sehingga menjadi lebih  dewasa serta menjadi lebih baik.

Tanpa adanya gangguan, godaan, cobaan  dan tantangan  maka perjalanan hidup *spiritual* bagaikan *nelayan tanpa laut*, *nahkoda tanpa kapal*, *supir tanpa kendaraan*

*Oleh karena itu*,  Mantapkan dan tingkatkan  kesabaran *Ksama*, selalu perlakukan mereka dengan baik dan ramah, sempatkan untuk berdoa agar perjalanan jiwa mereka selamat. Jangan sekali kali berpikiran untuk Balas dendam. Niscaya kita akan dilindungi oleh kekuatan  Hyang Widhi.
(Reg Weda X.10.1 & Sutasoma kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 06 April 2020

Sulabaning Klesa

*Mutiara Weda*
07/04/2020

*Sulabaning Klesa*

*Umat se-dharma*, jika kita renung  renungkan dalam kehidupan ini menjelma menjadi manusia sebenarnya merupakan  kumpulan dari berbagai masalah , yang selalu menemani  hidup manusia di maya pada ini. Munculnya berbagai persoalan yang dapat mengotori kehidupan umat manusia  di sebut dengan *Sulabaning Klesa*, yang penyebab  dan pengaruh utamanya  adalah  Unsur  *Panca Klesa*

*Panca Klesa*  merupakan lima jenis kekotoran dalam kehidupan  umat manusia antara Lain:

*Avidya* : kegelapan pikiran yang sumbernya dari *Sapta Timira* dan *Sad Ripu*.

*Asmita* : sifat EGO dan selalu mementingkan diri sendiri

*Raga* : Mengumbar hawa nafsu atau Indria

*Dwesa* :  sifat Pendendam

*Abhiniwesa* : hidup yang selalu diselimuti rasa takut akan berbagai gejolak dunia.

*Untuk itu*, marilah kita sebagai umat Hindu dalam  menghadapi berbagai persoalan hidup dengan menempatkan *Kesabaran* sebagai Kunci Utamanya serta mensinergiskan tiga alat bathin manusia yaitu  *Tri Antah Karana* ( *Budhi*, *Manas* dan *Ahamkara* ) yang bersumber dari *Dasendrya*  baik dalam bentuk *Panca Budhi Indrya* / Organ yang merasakan, dan melihat dalam diri manusia maupun *Panca Karmendrya* / Unsur penggerak pada diri manusia. Niscaya akan dapat terbangunnya umat Hindu   yang  *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram* menuju umat Hindu yang *Satwika*.
(SS.474' & Taiterya Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta




Minggu, 05 April 2020

Tirta Pangentas &Tirta Panembak

*Mutiara Weda*
05/04/2020

*Tirta Pangentas & Tirta Penembak*

*Umat  Se-dharma*, Upacara Pitra Yadnya *Ngaben*  bermakna  mempercepat proses kembalinya  unsur  unsur Panca Maha Bhuta / *Sthula Sarira*  keasal,  tidak bisa lepas dari penggunaan  *Tirta Penembak* dan *Tirta Pengentas* sebagai sarana penting dan menentukan dalam proses Pengabenan.

*Tirta Penembak*  Merupakan Tirta yang diambil dari campuhan mata air pada  tengah malam  dalam kegelapan tanpa menggunakan sarana lampu / Penerang,  diambil oleh sanak keluarga  mengandung makna *ketulusan hati* dari keluarga, dilandasi dalam   keheningan,  ketenangan pikiran  dan tidak bersuara,  sebagai  ujian dari rasa bhakti anak terhadap orang tuanya atau  keluarga yang meninggal.

*Tirta Pangentas*  perlambang pemutus dan penghilang *Tresna* agar kembali  kekuatan *Amertha* ke *Siwa Merta* atau *memutus ikatan purusa*  dan  *Predana* /*Prekerti*  guna dikembalikan ke asalnya menuju  *Sunya loka* dan dilengkapi dengan *Tirta Siwa* atau *Tirta Kawitan*  sebagai *Tirta Penuntun* dalam menerangi jalan.

*Maka dari  itu*, Marilah kita  sebagai umat Hindu  memahami hakekat Ngaben yang sebenarnya mempercepat proses  kembalinya Unsur unsur *Panca Maha Bhuta*/ *Sthula Sarira*  ke asal dan melepas pembungkus *Suksme Sarira* yaitu Unsur *Panca Maya Kosa* sehingga jalan menuju Sunya Loka Menjadi terang dan lapang  dengan sarana  *Tirta Pangentas* dan *Tirta Penembak* sebagai unsur penting secara Religius maupun Tattwa agama. 
(Lontar tutur Suksme dan Aji Palayon)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Mengapa Wajib Memakai Canang Sari?

*Mutiara Weda*
06/04/2020

*Mengapa Wajib Memakai Canang Sari ?*

*Umat Se dharma*,  Dalam melakukan  kegiatan Keagamaan umat Hindu tidak bisa lepas dari penggunaan  sarana  *Canang Sari* sebagai unsur yang paling sederhana / *Kanistha* namun menjadi  *Inti*  & *Utama* sebagai bahasa *Mona*  dalam berhubungan dengan Ida SangHyang Widhi Wasa, yang didalamnya mengandung Konsep penyatuan Siwa Siddhanta  dalam penggunaan sarana, Bentuk dan pemujaan  kehadapan-Nya dalam manifestasinya  sebagai  Brahma, Wisnu dan Iswara.

Demikian Juga, Jika dilihat dari susunan  *Canang sari* sebagai alasnya berupa *Ceper* berbentuk segi empat sebagai simbol  *Kekuatan Ardha Candra*, dan Penataan bunganya berdasarkan *Pengideran Bhuana*, *Panca Dewata* dengan runtutan menggunakan dedudonan *Murwa Daksina* , arah timur ke selatan dengan susunannya sebagai berikut :

*Bunga putih* menghadap  arah timur sebagai simbol diutusnya widyadari *Gagarmayang* oleh prabawanya atau kekuatan SangHyang Iswara agar memercikan *Tirta Sanjiwani* untuk menganugerahkan kekuatan kesucian sekala maupun Niskala.

*Bunga Merah*: disusun menghadap arah selatan perlambang diutusnya widyadari *Saraswati* oleh prabhawanya atau kekuatan dariSangHyang Brahma agar memercikan *Tirta Kamandalu* untuk menganugerahkan kekuatan kepradnyanan dan kewibawaan.

*Bunga Kuning* : disusun menghadap kearah barat sebagai perlambang diutusnya widyadari *ken sulasih* oleh kekuatan dari SangHyang Mahadewa agar memercijan *Tirta Kundalini* untuk menganugerahkan kekuatn instuisi.

*Bunga Hitam / Biru*:  disusun menghadap ke utara sebagai perlambang mohon diutusnya widyadari *Nilotama* oleh prabhawa / kekuatan dari SangHyang Wisnu agar memercikan *Tirta Pawitra* guna menganugerahkan kekuatan peleburan segala bentuk kekotoran jiwa dan raga.

*Bunga rampe dan Pandan arum*  di susun di tengah sebagai simbol diutusnya widyadari *Supraba* oleh kekuatan SangHyang Siwa agar memercikan *Tirta Maha Merta* untukenganugerahkan kekuatan pembebasan aatau kamoksan.

*Oleh karena itu*,  Sebagai umat Hindu  dalam melakukan kegiatan agama Wajib menggunakan Canang Sari dan tidak mengabaikan akan inti  hakekatnya  mohon *kekuatan Widya* atau pengetahuan suci  untuk keselamatan, kedamaian dan keharmonisan *Bhuana Agung* dan *Bhuana Alit*,  *Makrokosmos* maupun *Mikrokosmos* dengan landasan Ketekunan dan  keteguhan hati untuk meyadnya disamping itu juga  merupakan sthana dari  Ida SangHyang Widhi Wasa dalam prabhawanya sebagai *Dewata Nawa Sangga*.
(Kitab Yadnya Prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta




Sabtu, 04 April 2020

Tirta Pangentas &Tirta Panembak

*Mutiara Weda*
05/04/2020

*Tirta Pangentas & Tirta Penembak*

*Umat  Se-dharma*, Upacara Pitra Yadnya *Ngaben*  bermakna  mempercepat proses kembalinya  unsur  unsur Panca Maha Bhuta / *Sthula Sarira*  keasal,  tidak bisa lepas dari penggunaan  *Tirta Penembak* dan *Tirta Pengentas* sebagai sarana penting dan menentukan dalam proses Pengabenan.

*Tirta Penembak*  Merupakan Tirta yang diambil dari campuhan mata air pada  tengah malam  dalam kegelapan tanpa menggunakan sarana lampu / Penerang,  diambil oleh sanak keluarga  mengandung makna *ketulusan hati* dari keluarga, dilandasi dalam   keheningan,  ketenangan pikiran  dan tidak bersuara,  sebagai  ujian dari rasa bhakti anak terhadap orang tuanya atau  keluarga yang meninggal.

*Tirta Pangentas*  perlambang pemutus dan penghilang *Tresna* agar kembali  kekuatan *Amertha* ke *Siwa Merta* atau *memutus ikatan purusa*  dan  *Predana* /*Prekerti*  guna dikembalikan ke asalnya menuju  *Sunya loka* dan dilengkapi dengan *Tirta Siwa* atau *Tirta Kawitan*  sebagai *Tirta Penuntun* dalam menerangi jalan.

*Maka dari  itu*, Marilah kita  sebagai umat Hindu  memahami hakekat Ngaben yang sebenarnya mempercepat proses  kembalinya Unsur unsur *Panca Maha Bhuta*/ *Sthula Sarira*  ke asal dan melepas pembungkus *Suksme Sarira* yaitu Unsur *Panca Maya Kosa* sehingga jalan menuju Sunya Loka Menjadi terang dan lapang  dengan sarana  *Tirta Pangentas* dan *Tirta Penembak* sebagai unsur penting secara Religius maupun Tattwa agama. 
(Lontar tutur Suksme dan Aji Palayon)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Jumat, 03 April 2020

Sasih Kedasa Bermakna Pembersihan

*Mutiara Weda*
04/04/2020

*Sasih Kedasa  Bermakna Pembersihan*

*Umat sedharma*,  menurut Keyakinan Umat Hindu setelah melewati *Sasih Kesanga*, umat Hindu Melaksanakan Upacara Tawur  di *Catus Pata* dan Catur Brata Panyepian akan memasuki   *Sasih Kedasa*  yang diyakini   akan membawa perubahan yang Positif bagi  tatanan kehidupan umat manusia dan seisi alam semesta *mikrokosmos* /*Makrokosmos*  yang dimaknai sebagai sasih yang mengandung unsur *Pembersihan* dan  *Pensucian* serta diharapkan dunia ini terbebas dari penyebaran berbagai  wabah penyakit / Gering sebagai  awalan baru setelah melewati  sasih *Kesanga* yang dianggap *Gelap* dan *Kotor*, bergolak melawan Bhuta Kala, hawa nafsu dan perbuatan buruk serta munculnya berbagai wabah.

Pada sasih *Kedasa*  / bulan  *Waisaka* bersthananya Ida SangHyang Widhi Wasa,  yang ditandai  bumi akan terang dan bersih sebagai hari yang baik untuk melakukan upacara *Panca Maha Yadnya*

*Maka dari itu*, sebagai umat Hindu pada sasih Kedasa ini melakukan pemujaan kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  di pura pura atau rumah masing masing memohon  kesehatan dan keselamatan umat manusia dan seisi alam semesta serta terhindar dari berbagai mara bahaya menuju kelahiran atau penerangan yang sempurna dan melakukan pembersihan. Niscaya  pada sasih kedasa akan mengalami perubahan Positif dan  kehidupan umat manusia akan kembali Bersih.
(Kitab Lebur Gangsa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Kamis, 02 April 2020

Annapurna: Ibu dari jagad raya

*Mutiara Weda*
03/04/2020

*Annapurna* : Ibu Dari Jagad raya

*Umat sedharma*,
Memancarkan   *DOA*  / Mantram 
Gayatri sebagai  Salah satu mantram yang memiliki kekuatan   yang luar biasa  sebagai *Annapurna* atau *ibu* dari Jagad raya ini 

Kewajiban suci yang sangat penting  dan harus dilakukan saat ini. Dengan menguncarkan Mantram Gayatri  dengan  menggunakan  beberapa cara :

*Vaikari*  : ucapan mantram terdengar oleh orang lain.

*Upamsu* : berbisik-bisik, bibir bergerak, namun suara tidak terdengar.

*Manasika* : Terucap hanya di dalam hati, mulut tertutup rapat.

*Seha*,*japa* dan *Mantram*

*Oleh karena itu*,   Marilah kita sebagai umat Hindu *Tingkatkan Kesadaran diri*,  *Kesabaran* dan *Mantafkan Kualitas Keimanan*  melalui   *Pancarkan  selalu Gayatri Mantram*  secara terus menerus, mengingat  Gayatri Mantram sebagai inti dari segala macam  Mantram yang mengandung kekuatan yang luar biasa *Kavaca Gaib* dan menjadi *Benteng diri*  dengan  tujuan  mohon  keselamatan dan  Perlindungan-Nya.  Niscaya akan terhindar dari  marabahaya.

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Rabu, 01 April 2020

Hindu Tidaklah Rumit

*Mutiara Weda*
02/04/2020

*Hindu Tidaklah Rumit*

*Umat Se-dharma*, jika kita lihat dalam tatanan kehidupan sehari  hari umat   Hindu,   ada berkembang  *Opini*  bahwa  menjadi Orang Hindu *Rumit*,  *Ribet*  dan *Sulit*.  Pandangan ini sangatlah keliru.  Praktek praktek  ajaran agama Hindu akan terasa  sulit, ribet dan rumit manakala belum dipelajari ,  dan belum dipahaminya isi kitab *Agama* secara *Baik*, *Benar* dan  *Utuh*' *Jangan pernah merasa rumit dan ribet menjadi Hindu* . Justru menjadi orang Hindu sangatlah membanggakan mengingat ajaran Hindu  memiliki karakteristik yang sangat Luar biasa :  *Sempurna*, *Simpel*, *Mudah* dan pelaksanaanya sangatlah *Luwes* & *Fleksibel* demikian juga sangat *Universal*.*Bangga Menjadi Hindu*

Ajaran agama Hindu dengan Pustaka  Suci Weda memiliki karakteristik yang sangat Khas  antara lain :

*Fleksibelitas* : Dalam mengimplementasikan ajaran agama Hindu tidaklah kaku , dapat disesuaikan  dengan desa Kala dan Partra serta dalam penerapannya berpegang pada *Catur Drsta* :  Purwa Drsta /Kuna Drsta, loka Drsta, Desa Drsta dan Sastra Drsta.

*Sanatana Dharma* : kitab agama memiliki  sifat langgeng, kekal abadi dan  berlaku untuk seluruh jaman :' Kerta Yuga / Satya Yuga, Treta Yuga, Dwapara yuga dan Kali yuga.

*Universal* : ajaran agama Hindu Mengatur seluruh tatanan  kehidupan umat manusia dan se- isi alam semesta.

*Upakara.atau Acara Agama* sangatlah luwes , ukurannya   disesuaikan dengan kemampuan masing masing, Kanista, Madya dan Utama begitu juga pelaksanaannya disesuaikan dengan Lokal Genius, Desa, Kala dan Patra.

*Untuk itu*, Marilah sebagai umat Hindu jangan ragu dan bimbang dalam beragama, mantafkan  Sraddha dan Bahkti dengan *Belajar agama yang  Benar*.  Niscaya,  tidak akan pernah mengalami Kesulitan dan Keragu raguan  serta  Kebimbangan  bahkan Kegamangan sehingga kegiatan keagamaan akan menjadi lebih *Yakin* dan *Mantaf* / *Sraddha  maupun Bhaktinya*.
(Kitab Catur Weda Samhita dan Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta