Selasa, 31 Maret 2020

Niwrtti & Prawrtti Marga

*Mutiara Weda*
01/04/2020

*Niwrtti  & Prawrtti Marga*

*Umat Se-dharma*,  ajaran Bhakti Marga merupakan salah satu dari ajaran *Catur Marga Yoga*,  dan Bhakti Marga merupakan wujud  bhakti  umat Hindu  dengan menggunakan  sarana *Rasa*, yang berlandaskan cinta kasih  sayang  sebagai bentuk ketaatan dan kepatuhan dari  bhaktinya  tersebut.  Dalam pelaksanaanya melalui dua jalan yaitu *Niwrtti marga* dan *Prawrtti Marga*.

*Niwrtti marga*  :  suatu jalan yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  dalam wujud tekun serta taat melakukan *Yoga* dan *Samadhi*.

 *Prawrtti Marga* :  cara atau jalan dalam berhubungan dengan Tuhan dengan tekun melaksanakan ; *Tapa*, *Yadnya* dan *Yasa Kerti*

*Tapa* : Pengendalian dan pengekangan diri, 
*Yadnya* :  taat, tekun dan tulus melakukan pemujaan serta persembahan.
*Yasa Kirti*  : melakukan perbuatan perbuatan suci  berkarma dengan landasan  pengabdian  / *Seva*.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu jalankan ajaran Bhakti Marga  Yoga dengan baik dan Sempurna, dengan landasan  rasa bhakti  baik melalui  jalan *Para bhakti* maupun *Apara Bhakti* sehingga dapat terbangunnya Kedamaian & Keharmonisan umat Hindu  yang berfalsafahkan  *Tri Hita Karana* serta mampu menampakkan cahaya atau Vibrasi dalam membangkitkan  ajaran *Siwa Lingga* atau konsep ajaran *Siwa Membumi* terbangun. Niscaya akan dapat terwujudnya umat Hindu yang BAHAGIA, Lahir -Bathin,  Jagadhita dan Moksah atau Bhumi Kerta akan terwujud. (Bagavata Purana.VII.5.23 dan BG. IX.26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Senin, 30 Maret 2020

Emosi & Tri Guna

Mutiara Weda*
31/03/2020

 *Emosi & Tri Guna*

*Umat Se-dharma*, sifat mudah  Emosi dan lekas marah  sering menggerogoti jiwa umat manusia yang tanpa disadarinya.  Dan emosi merupakan perkara yang  dianggap sangat sulit untuk dikendalikan, manakala emosi terlampau di tekan maka akan terciptanya suatu kebosanan dan bila tidak dikendalikan  akan dapat melahirkan sifat ekstrem  yang terus menerus secara membabi buta   yang  dapat mengakibatkan timbulnya   berbagai  macam penyakit dalam diri yang bersangkutan.

Dalam tuntunan ajaran agama Hindu ;  sesunguhnya yang menjadi akar persoalan timbulnya  *Emosi* adalah ketidakmampuan menyelaraskan Unsur unsur  *Tri Guna*  ( Satwam, rajas dan tamas).  Tri Guna yang ada dalan diri manusia akan melahirkan kecendrungan sikap dan  prilaku serta cara Berpikir seseorang, apapun macam *Guna*  yang mempengaruhi,  begitulah sifat dari pikiran seseorang. Jadi Emosi sangat ditentukan oleh kecenderungan kecenderungan  unsur *Guna* yang menguasainya, manakala  dikuasai oleh unsur *rajas* maka sifat  pemarah dan geram akan menunggangi & menyelimuti jiwanya.

*Oleh karena itu*. Sebagai umat Hindu kendalikan  sifat emosi  pengaruh  dari unsur  *rajas* itu dengan menyusupkan kecendrungan  *Satwika guna* atau mengendalikan unsur *Rajas* dengan unsur *Satwam* serta berusaha mengimplementasikan ajaran pengendalian diri lahir & bathin *Yama* dan *Nyama*.  Niscaya *Emosi* perlahan lahan akan terkendali. (Tattwa Jnana 10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Minggu, 29 Maret 2020

makanan Sukla dan Satvika

Mutiara weda*
30/03/2020

*Makanan  Sukla & Satvika*

*Umat se-dharma*, dalam pustaka suci Bhagawadgitha ada menyebutkan : mereka yang makan makanan suci setelah melalui persembahan akan mencapai Brahman yang abadi demikian sebaliknya, mereka yang makan makanan yang belum dipersembahkan  tak ubahnya seorang pencuri.

Jadi kualitas asupan makanan ke dalam tubuh menjadi faktor  yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas rohani dengan tetap memperhatikan kesuciannya. Makanan yang suci bukanlah terletak pada banyaknya makanan yang dimakan, melainkan kualitas dan nilai  dari asupan makanan  kedalam tubuh.

Ada tiga nilai kualitas makanan  yaitu  *Rasa*, *Virya* dan *Vipaka*.

*Rasa* : apa yang dirasakan oleh indra pengecap atau lidah yang mengandung *Sad rasa* : *Swadu/manis*, *Amla/asam*, *Tikta/pahit*, *lawana/asin*, *Katu/pedas* dan *Kasaya/ Sepet*

*Virya* : asupan makanan memiliki kemampuan untuk menghangatkan suhu tubuh

*Vipaka* : adanya rasa dari makanan.yang muncul setelah di cerna mengalami suatu proses 

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam memantapkan kualitas rohani & intelektual, lahir maupun bathin, dengan memastikan asupan makanan yang *Satvika* dan  *sukla*  kedalam tubuh dengan tetap memperhatikan ketiga nilai makanan *rasa*, *Virya* dan *Vipaka* tersebut. Niscaya Sthula sarira dan Suksme sarira menjadi stabil, sehat lahir dan bathin, *Vihara*, 
Ahara* dan *Ausadha* menjadi seimbang. (Ayur veda & BG IV.31)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Sabtu, 28 Maret 2020

Pengabenan Swastha Geni

*Mutiara Weda*
29/03/2020

*Pengabenan Swastha Geni*

*Umat sedharma*, Upacara pengabenan Swastha Geni merupakan bentuk perabuan Jenasah yang dilakukan umat Hindu pada tataran  yang paling sederhana  dan sering di sebut dengan mekingsan ring Geni dengan tujuan menuntun atma  sang Palatra  sampai di Brahma Loka yang selanjutnya sewaktu waktu dapat dilanjutkan dengan upacara Atma Wedana  : Nyekah atau memukur.

Dalam kitab Weda Puja Pitra Siwa ada menguraikan  bahwa pengabenan Swastha Geni di mana sang Atma akan di antar ke arah  Daksina/selatan dan bila  sang Palatra dalam masa kehidupannya selalu berbuat kebajikan akan mendapatkan tempat disisi dewa Brahma atau sorganya Brahma *Brahma Cyuta* serta memperoleh kebahagiaan yang abadi dan disambut oleh bidadari Gagarmayang. Demikian pula sebaliknya, manakala dalam kehidupannya selalu berbuat kejahatan Asubha karma maka arwahnya akan masuk neraka yang teramat panas *Neraka Cyuta* karena dipenuhi oleh bara api  dan di sambut oleh Cikrabala dan para bhuta.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam  menjalankan proses kehidupan di dunia ini untuk selalu berbuat kebajikan *Subha Karma* dan akan  kembali keasal nantinya dengan  melakukan perawatan jenasah atau sang Palatra  menggunakan tuntunan yang benar sehingga proses pengembalian unsur  unsur Panca Maha Bhuta  kepada asalnya tidak menghalangi perjalanan sang Atma menuju Sunya Loka dan memutus keterikatannya dengan badan duniawi  /*Stula Sarira*
(Kitab  Aji Kamoksan & Yama Purwana Tattwa.3.a)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakartaw

Jumat, 27 Maret 2020

Catur Dharma

*Mutiara Weda*
28/03/2020

*Catur Dharma*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam mewujudkan tujuan hidup    *moksartham  & Jagadhita ya ca Iti Dharma*/  *Catur Purusa Artha*,  tidak bisa lepas dari pelaksanaan *Catur Dharma* yaitu  Empat  kewajiban atau swadharma  yang wajib dijalankan oleh setiap umat Hindu   dengan baik dan benar.

Keempat Catur Dharma itu antara lain :

*Rama Desa* : kewajiban untuk berbhakti dan taat pada pemerintah dan bisa memberikan pertolongan kepada orang yang patut di tolong

*Rama Tantu* : Tahu tentang asal usul kelahiran dirinya /kawitannya.

*Rama Punta* : Tahu tentang adat istiadat dan selalu berbuat kebajikan  kepada setiap orang.

*Rama Bahu*: berani beryadnya, menolong sang Wiku /pinandita dan dapat membedakan baik maupun yang buruk *Wiweka*

*Oleh karena itu, sebagai umat Hindu dalam mewujudkan tujuan hidup *Bahagia lahir & bathin,  moksartham & jagadhita / Catur Purusa artha dengan menjalankan ajaran Catur Dharma dengan baik. Niscaya  tujuan hidup menjelma menjadi manusia  bahagia lahir- bathin, manah santih maupun parama santih akan dapat terwujud.
(Kitab tutur Kamoksan & Sundarigama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 26 Maret 2020

Wuku Wala -Wadi

*Mutiara Weda*
27/03/2020

*Wuku Wala - Wadi*

*Umat Se-dharma*,  Dalam melakukan setiap kegiatan keagamaan umat Hindu tidak bisa lepas dari  Pertimbangan Ala ayuning Dewasa,  baik - buruknya suatu hari  dalam penyelenggaraan Panca Maha Yadnya oleh sang Sadaka

Ada lima hal pokok yang  menjadi unsur penting   guna menentukan padewasan yaitu :  *Wewaran*, *Wuku*, *Pananggal-Pangelong*, *Sasih*  dan *Dauh*. Demikian pula, Dalam menentukan sasih yang baik dicari berdasarkan  *Penanggal / pangelongnya* ataupun mencari  *Purnama*  dan *Tilem*. Hari yang dianggap baik jika banyak mengandung unsur Dewanya begitu pula sebaliknya   hari atau Wuku yang  dianggap kurang baik manakala mengandung banyak unsur kala atau raksasa  yang lebih dikenal dengan  nama  *Wuku  Wala Wadi*.

*Oleh Karena itu*, sebagai Umat Hindu  dalam menggelar acara agama  tetap memegang teguh Wariga  dalam menentukan ala ayuning Dewasa, baik -  buruknya suatu  hari. Walaupun sesungguhnya dalam situasi dan kondisi  tertentu dapat  menggunakan yang  namanya  *Alahing Sasih*   ;  *Wewaran alah dening Wuku*,  *Wuku alah dening penanggal /Pangelong*, *Penanggal/ pangelong* alah dening Sasih*, *Sasih alah dening dauh*, *Dauh alah dening SangHyang Trayodasa saksi* masudnya sejelek jeleknya  Padewasan  dapat diruwat dengan  banten yang disebut dengan *Pamarisudha Mala Dewasa* asal tidak bertentangan dengan sastra agama ataupun Hukum Hukum  Hindu.
(Kitab Aji Swamandala)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 25 Maret 2020

Karakteristik Sasih Kesanga

*Mutiara Weda*
26/03/2020

*Karakteristik Sasih Kesanga*

*Umat se-dharma*, kalau kita lihat di dalam kitab *Palalindon* ada tersirat bahwa Sasih Kesanga atau bulan kesembilan disetiap tahun Saka,  menurut keyakinan  umat Hindu  sebagai bulan yang penuh dengan  *kekotoran* atau *Mala* dan dikenal  pula sebagai *Sasih Bhuta*  karena pada  saat ini tepat beryoganya Bhatari Durga yang memiliki kekuatan Negatif  yang Luar bisa dalam bentuk   berbagai macam wabah penyakit di muka bumi ini yang disebabkan oleh *Bhuta Paksi*,*Kebo raja*, *Bayu Raja* dan *Toya Raja*.

Melakukan *Pamahayu Bhumi* menjadi faktor yang sangat penting, Menjaga keseimbangan alam semesta *makrokosmos*  dan  keberadaan  setiap umat manusia *Mikrokosmos* dengan melakukan pensucian diri sehingga kekuatan - kekuatan  dari Catur Yuga dapat membersihkan seisi alam semesta ini ,  *Stula sarira* (Badan kasar),  *Suksme Sarira* (badan halus) dan *Antahkarana sarira* (badan penyebab/Atma)

*Oleh karena  itu*, sebagai  Umat Hindu dalam memasuki Sasih Kesanga betul betul  selalu ingat  dengan mensucikan diri  *Suci Laksana*,   melalui *Tapa*, *Brata*, *Yoga* dan *Samadhi* serta melakukan   Bhuta yadnya dalam bentuk  *Caru* ataupun *Tawur Kesanga* sebagai bentuk persembahan. Niscaya berbagai macam  penyakit yang muncul pada sasih kesanga ini dapat teratasi dan bersih kembali menuju pada *Purnamaning Sasih Kedasa*' (Kitab Palalindon & Kitab Purwana Tattwa Wariga)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 24 Maret 2020

Tri Guna

*Mutiara Weda*
20/ 02 /2020

*TRI GUNA*

*Umat se-dharma*,  dalam ilmu kejiwaan faktor lingkungan  menentukan baik dan buruknya *sikap* dan *Perilaku* umat  manusia, namun dalam susastra Hindu sesungguhnya perilaku manusia sangat ditentukan oleh tiga unsur Guna yang di sebut *Tri Guna*  yaitu Satwam, Rajas dan Tamas.

Pikiran yang ringan, tenang dan terang itu adalah *Satwam*, pikiran yang bergerak cepat itu *Rajas*  dan pikiran yang gelap / berat itu *Tamas*. Tak seorangpun luput dari pengaruh *Tri Guna*, demikian juga tak seorangpun dalam penampilannya tidak diwarnai oleh ketiga sifat itu dan selalu bekerja dalam diri manusia.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  selalu *mawas diri/ Ngret Sarira* dengan mengendalikan *Indrya* mengingat  indrya / nafsu sebagai penggerak utama dalam kehidupan ini dengan menghilangkan sifat keraksasaan *Asuri Sampad* yang penuh dengan kejahatan dan bangkitkan sifat *Raja* yang penuh dengan kesucian dan kebijaksanaan.
( kitab Wrhaspati Tattwa,15  dan Ramayana, II.41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Citta Sang penentu Kehidupan

Mutiara Weda*
21/02/ 2020

*Citta : Sang Penentu Kehidupan*

*Umat se -dharma*, Menyatukan semua tattwa yang ada di bawah Buddhi di sebut Eka Citta atau Eka Buddhi atau Nunggalang Idep. Tattwa yang ada di bawah buddhi adalah  *Ego* / Ahangkara tattwa, *Pikiran* / Raja Indrya tattwa dan Dasendrya tattwa.

Ketika semua tattwa  itu menyatu maka seluruh obyek tidak akan kelihatan lagi, sehingga Citta atau pikiran bisa disatukan dan terpusat *Dhyana*
Pikiran  sebagai sang Penentu  kehidupan umat manusia, pikiran yang menyebabkan sang pribadi mendapatkan sorga maupun neraka, pikiran menyebabkan menjadi binatang ataupun manusia, pikiran juga  menyebabkan mendapat kemenangan, pikiran pulalah  yang menyebabkan  kelepasan.atau Kamoksan

*Untuk itu*, bersihkan citta atau  pikiran, kendalikan  *Indrya* dengan selalu *mulat sarira* dan *sadar akan adanya keadaan alam pikiran *Citta* Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya  Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri kita masing masing sehingga terwujudnya alam citta yang maha tinggi ,,*Purusha*.
(Kitab Yajurveda: 17.31 & wrhaspati tattwa. 16)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

kitab agama Kekal abadi

*Mutiara Weda*
22/ 02/2020

*Kitab Agama : Kekal abadi*
(Bersifat Sanatana Dharma)

*Umat se-dharma*, ilmu Pengetahuan  suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi serta menjadi sumber dari kemashyuran dan kebahagiaan umat manusia.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah ragu dengan kitab suci  agama yang bersifat Sanatana Dharma / kekal abadi, demikian juga,  jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda Samhita* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud. ( Kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Hukum Karma

*Mutiara Weda*
23/ 02 /2020

*Hukum Karma*

*Umat Se-dharma*, Hukum karma phala merupakan salah satu dari lima dasar keyakinan umat Hindu sebagai hukum sebab akibat yang bersifat *universal*  berlaku untuk semua makhluk hidup di alam semesta ini dan keberadaannya bersifat *kekal abadi* berlaku mulai saat alam semesta ini diciptakan dan berakhir di saat  pralaya serta tak seorangpun tahu kapan penciptaan dan kapan berakhirnya   menjadi rahasya Tuhan.

Setiap Karma meninggalkan bekas perbuatan dalam bentuk *Karma wesana* yang akan menentukan  proses kehidupan selanjutnya menuju  kelahiran sorga atau kelahiran Neraka dalam penjelmaan nantinya. 

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran Dharma, selalu berbuat subha Karma, baik dalam sekala maupun niskala dan menghindari perbuatan asubha Karma yg bersifat memuaskan nafsu Duniawi *Panca Bhaya Tusti* (SS.XI.12 & Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Bhusana dalam diri

Mutiara Weda*
24/ 02/2020

*Bhusana Bhusana Dalam Diri*

*Umat se-dharma*, Membangun *Kecerdasan* merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan setiap umat manusia dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai inti dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*. Kesemuanya sebagai  *Busana dalam diri*

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus, *Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian, *Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharmanya* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun Gunakan  *Kavaca Dharma dan bangkitkan *Bhusana* yang ada dalam diri dengan landasan  tumbuhkan kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang. Niscaya akan mampu menapaki hidup yang rendah hati, bijak dan mampu mengendalikan serta mengelola emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Amratistha Pavana

Mutiara Weda*
26/02/2020

 *Amratistha Pavana*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam  melaksanakan konsep Tri Hita Karana   dengan  kewajiban  menjaga kelestarian, kebersihan dan kesucian alam semesta beserta isinya *Amratistha Pavana* secara seimbang serta serasi dengan jalan melaksanakan ajaran  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan, Kesucian

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta 

Lalita Hira Karana

*Mutiara Weda*
27/ 02/ 2020

*Lalita Hita Karana* 

*Umat se-dharma*, , Dalam Pustaka suci Weda mengajarkan untuk selalu Setia, Jujur dan memegang teguh Kebenaran *Satya* dalam menuju ketenangan dan kedamaian Bathin *Parama Santih*

*Satyam Eva jayate Nanrtham*, *Sura Dira Jayengningrat Lebur dening pangastute*.

Kebenaran dan kejujuran menjadi sifat dan hakekat ke-Tuhanan *Sat, Cit, Ananda Brahman* sebagai bagian dari dasar  keyakinan atau Sraddha Dalam ajaran agama Hindu. Kesetiaan dan kejujuran itu timbul bukan dari orang lain melainkan tumbuh dari dalam diri  masing masing.

*Untuk itu*, pupuklah kesetiaan , kejujuran dan rasa tanggungjawab akan kebenaran melalui pengamalan ajaran *Panca Satya : Satya Wecana, Satya Hrdaya, Satya Mitra, satya Samaya dan satya Laksana serta membuang jauh jauh sifat angkuh, sombong dan pembohong *wak Purusya*.Niscaya akan dapat menumbuhkan sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*  yang ada dalam diri, sehingga terwujudnya *Lalita Hita Karana* jalan menuju kamoksan/kebebasan yang abadi.
(Sarasamuscaya ,130-131)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bangun Kehidupan Yang Santih

*Mutiara Weda*
28/  02 /2020

*Bangun Kehidupan Yang Santih*

*Umat se-dharma*,  jika kita renung renungkan dalam Hidup ini menjelma menjadi manusia amatlah  pendek, singkat dan hanya sekejap,  sekejap cahaya kilat , Demikian pula, tidaklah mudah dan teramat sulit untuk didapatkan, penuh dgn cobaan, godaan,  kesemuan, ketidakpastian dan  bahkan ketidak sempurnaan, Membangun Kehidupan Yang Damai *Santih* menjadi dambaan setiap umat manusia.

*Untuk itu*,   sebagai umat manusia jangan hiasi hidup yg pendek dan singkat ini  dengan *_menebar rasa  benci_* &  *_menabur  sikap antipati_* pada  orang  lain, pupuklah rasa damai, rasa tenang dan rasa tentram  dlm hati masing masing.  Niscaya kenyamanan, kedamaian & ketentraman  hidup  baik lahir maupun batin /Manah santih  maupun parama santih akan dapat terwujud. 
( _Yajur Veda ,XI.6_ )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Cuntaka

Mutiara Weda*
01/03/2020

*Cuntaka* 

*Umat se-dharma*  jika di lihat dalam ajaran agama Hindu dan berdasarkan hasil pesamuan Agung PHDI Pusat  no 15/Tap/PA/PHDI P/1984, suatu keadaan tidak suci,  leteh, sebel dan hal hal lain yang dipandang kotor di sebut *Cuntaka* , baik cuntaka karena diri sendiri maupun  dikarenakan orang lain. Sehingga Orang Cuntaka tidak diperbolehkan /di larang memasuki tempat tempat suci  atau *Pura* serta tidak diperbolehkan melakukan kegiatan kegiatan suci keagamaan dan semacamnya.

Jika di renungkan , Apapun yang terjadi di dunia ini karena adanya hubungan sebab dan akibat yang sangat berpengaruh terhadap seluruh tatanan kehidupan di alam semesta / maya pada ini.Demikian juga halnya dengan Cuntaka ada penyebabnya dan ada masanya.
Ada beberapa faktor penyebab dan batasan masa  dari Cuntaka antara lain :

*Cuntaka akibat Kematian* , disesuaikan desa,kala dan Patra setempat.

 *Cuntaka karena Haids/datang bulan*,  sampai dengan berhenti mengalirnya darah haidnya.

*Cuntaka akibat  Bersalin atau melahirkan*, sekurang kurangnya 42 hari atau setelah mendapatkan Tirta Pabersihan sedangkan suaminya sampai kepus tali puser sang bayinya.

*Cuntaka akibat Keguguran Kandungan*, sekurang kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapatkan tirta pabersihan.

*Cuntaka akibat Perkawinan* yang belum dibersihkan dengan upacara pensucian atau sampai tirta pabyakaonan.

*Cuntaka karena Gamyagamana* (Melakukan hubungan dengan orang tua/saudara) disesuaikan dengan desa,kala dan patra.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu setelah mengalami kacuntakan, Kasebelan atau kaletehan segera melakukan upacara pensucian sebagai suatu usaha pengembalian keadaan tidak suci /kotor  menjadi bersih dan suci kembali sehingga dapat melakukan kegitan dan praktek keagamaan secara selaras, seimbang, tertib dan aman. Niscaya terhindar dari Bencana dan Malapetaka.
(Lontar Siwa Sasana dan  Yama Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Dosa & Karma

Mutiara Weda*
02/03/2020

*Dosa  & Karma*

*Umat se-dharma*,  hidup menjelma menjadi manusia pada dasarnya adalah Menderita /  *Klesa* yang  disebabkan oleh  *Dosa*. Demikian juga *Dosa* pada dasarnya hasil dari *tindakan / Karma* yang dilakukan tidak selaras dengan hukum rta /hukum alam semesta dan melekat serta menjadi pengikut setia  kemanapun kita pergi dalam.bentuk *Karma Wesana* , yang bersumber  dari tiga hal yaitu  *Avidya* (kegelapan bathin), *papa Bija* (benih benih dari reaksi dosa) dan *papa* (reaksi dosa itu sendiri).

Avidya sumber dari perbuatan Dosa /asubha Karma, dari asubha karma akan muncul *Papa-bija* yaitu dosa yang belum menampakan efeknya dan selanjutnya Kepapaan merupakan reaksi dosa berupa Penderitaan, kesengsaraan dan.malapetaka /duhkha.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam mengarungi kehidupan ini tingkatkan kualitas *karma* sehingga melahirkan buah Karma kebajikan / *Sukrti Yuttha Anartha* dan menghindari perbuatan jahat  *Duskrti yuttha Anartha*. sehingga nantinya melahirkan  kebajikan/ Subha Karma/  Karma *Ummukthi sukrti*
(Kitab Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Sandhya

*Mutiara Weda*
03/03/2020

*Tri Sandhya : Sandhya Vandanam*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandhya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.

Waktu Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :

*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.

*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.

*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau  Tri Sandhya  dengan baik sehingga  proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun  makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Catur Bekal Numadi

Mutiara Weda*
04/03/2020

*Catur Bekal Dumadi*
[ empat bekal kita hidup]

*Umat se-dharma*, Dalam ajaran agama Hindu, lahir menjelma menjadi manusia sangatlah mulia, sangatlah  utama dan sangatlah sulit untuk diperolehnya,  karena dengan menjelma menjadi manusia dapat  menimbang nimbang  mana yang baik dan mana  yang buruk / *Wiweka*  Demikian pula halnya dalam hidup ini, sebenarnya  sudah dibekali dengan empat bekal hidup yang di sebut  *Catur Bekal Dumadi* antara lain  :

*Suka* : perasaan  yang selalu senang, suka dan bahagia

*Dukha* :  Rasa sedih ataupun rasa  dukha selalu menyelimuti setiap umat manusia.

*lara*,  Tak seorangpun manusia dapat terhindar dari Kesengsaraan  karena hidup pada dasarnya adalah menderita.

*Pati*, setiap umat manusia  tak luput dari  Siklus kematian  atau Pralina.

*Untuk itu*, sebagai  umat Hindu jalankan proses  hidup dengan rasa Angayubagya, pergunakan kesempatan menjelma  menjadi manusia  untuk selalu berbuat Kebajikan / *Subha Karma*,  serta  sadar bahwa  proses kehidupan akan mengalami siklus perputaran *Tri Kona*  : *Utpeti*, stithi,  Pralina dengan rwa bhineda selalu mendampinginya.   Jangan terlalu berbangga dan berbesar hati manakala mendapatkan  kebahagiaan dan jangan pula terlalu bersedih hati tatkala mendapatkan  rasa dukha dan penderitaan,  jalankan hidup ini dengan landasan  Lascarya, Citta sudhi / Pikiran yang bersih, Nirahamkara/kendalikan emosi emosi gelap, laksanakan dhyana yoga/samadhi. Niscaya akan dapat menuju  target Utama menjelma menjadi manusia yaitu *Kesadaran  sejati*,  memutus siklus samsara menuju *Moksa*.
( SS.3-6. & SS.473-474)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Seva

Mutiara Weda*
05/ 04/2020

*Seva* 

*Umat se-dharma*, karma yang kita  dilakukan dengan kerja keras tanpa Pamerih  atas dasar penyerahan diri sebagai bentuk pengabdian *Seva*.

Dengan  pengabdian  yang dilakukan akan memperoleh kesucian, dari  kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemuliaan akan mendapatkan kehormatan, demikian juga   dengan kehormatan  akan mendapatkan kebenaran *Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun kesucian bathin, tingkatkan pengabdian melalui kerja *Seva* dan jadikan kebenaran sebagai hukum Keberadaan-Nya . Niscaya setiap umat manusia akan mampu memberikan perlindungan  dalam mencapai tujuan hidupnya *Catur Purusa Artha*.
(Atharva Veda I.24.1. dan Yajur Veda, 19,. 30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Hakekat Reinkarnasi

Mutiara Weda*
06/03/2020

*Hakekat Reinkarnasi*

*Umat se-dharma*, Kalau kita renungkan dalam hidup ini terlahir kembali dalam menjalankan proses *Reinkarnasi* di alam *Samsara*,  menjelma menjadi manusia, memanfaatkan  waktu dan menggunakan setiap  kesempatan  dengan baik  dan benar  dengan berlandaskan ajaran Dharma memegang  peranan yang sangat penting  dan menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan hidup menurut ajaran agama Hindu  yaitu  *Catur purusa Artha*

Jangan sia siakan Waktu dengan melakukan perbuatan hina dan tercela demikian pula 
Jangan biarkan waktu  berlalu tanpa guna, berilah kesempatan agar benar benar bermanfaat, berfaedah  dan berguna serta bernilai positif dengan melaksanakan Dharma, Artha dan Kama.

*Untuk  itu*, pergunakanlah waktu dan kesempatan  dalam hidup ini dengan baik dengan berbuat yang baik *Subha karma*, jangan  membuang buang  waktu untuk tidak berbuat kebajikan,  tampakkan sifat sabar *Ksama* dan tegakkan ajaran kebenaran *Satya* dan perkokoh ajaran *Dharma* dalam mengarungi kehidupan di maya pada ini.
(Slokantara,80 / SS.269)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Upakara

*Mutiara Weda*
06/ 03 /2020

*UPAKARA*

*Umat se-dharma*,  setiap pelaksanaan kegiatan keagamaan umat Hindu tak pernah lepas dengan  praktek praktek keagamaan *Acara  agama*  dalam bentuk  *UPAKARA* .*Upa* berarti berhubungan, *Kara* berarti perbuatan / pekerjaan tangan, Upakara merupakan bentuk pelayanan yang diwujudkan dari hasil kegiatan kerja berupa materi yang dipersembahkan  dalam suatu upacara keagamaan. 

Bahan-bahan upakara semuanya  bersumber dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis seperti :

*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan. 

*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya. 

*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang , binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu wajib untuk melakukan upakara agama dalam bentuk persembahan *Panca Maha  Yadnya* dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan para Dewa juga bermakna saling memelihara dapat mencapai kabaikan yang maha tinggi. Singkatnya hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah Tri Hita Karana  dan Tat twam Asi. 
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Weda : Pengetahuan suci

*Mutiara Weda*
07/03/2020

*Weda* : Pengetahuan Suci

*Umat se-dharma*, Ida SangHyang Widhi Wasa menurunkan agama ke dunia ini, bukan sebagai media untuk saling merendahkan, saling menjatuhkan, saling membenci  dan  saling  memfitnah  bahkan saling membunuh satu sama lainnya.

Ida Hyang Widhi Wasa menurunkan agama dengan kitab suci Weda Samhita sebagai suatu Pengetahuan Suci ke dunia ini justru untuk dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan bagi setiap umatnya dalam membangun nilai  moral , etika , Karakter dan Budhi pekerti  luhur  sehingga dalam hidup  terpancar suasana yang nyaman, damai  dan menyejukkan bagi semua orang.

*Untuk itu*,   setiap umat Hindu wajib untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan isi kandungan kitab suci Weda secara benar serta  memiliki rasa   malu pada Hyang Widhi Wasa manakala agama yang diwahyukannya itu disalahgunakan  untuk saling menjatuhkan,  membenci serta saling menghujat  dan selalu berusaha untuk mengendalikan musuh musuh  yang ada dalam.diri setiap manusia *Sad Ripu*,* Sadatatayi* dan *Sapta Timira*
( kitab Upadesa &  Ramayana kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta ..

Prema : Tumbuhkan rasa Kasih Sayang

*Mutiara Weda*
09/03/2020

*PREMA* : Tumbuhkan rasa Kasih Sayang

*Umat se-dharma*, Hidup Menjelma menjadi manusia di muka bumi ini tidak bisa *disamaratakan*  satu sama lainnya, sudah dibekali yang namanya  Perbedaan, Kebhinekaan, keberanekaragaman, serta kemajemukan,  yang  perlu dijaga, dirawat, dipelihara dan dilestarikan, manakala Kedamaian & Keharmonisan mulai diabaikan,  luntur dan bahkan Sirna dapat dipastikan akan mengalami kekacauan yang berujung pada  kehacuran bagi kehidupan setiap umat manusia. Jadikan kedamaian dan keharmonisan sebagai penyangga kehidupandengan  Kebhinekaan sebagai bingkainya berlandaskan Falsafah  Satyam, Sivam dan Sundaram.

Tanpa memegang konsep ber-Tat Tvam Asi/ bertoleransi,  jiwa manapun akan hancur hangus terbakar manakala dalam hatinya blm tertanam *rasa cinta kasih sayang* _PREMA_ pada sesama, Yang cendrung dapat menimbun  benih - benih penyakit di dalam hati.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun tatanan kehidupan yang berlandaskan pada  Satyam (Kebenaran), Sivam ( Kesucian) dan Sundaram  (Keindahan, Keharmonisan) serta tanamkan Ajaran Tat Tvam Asi/ toleransi dengan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi : Adigang, Adigung dan Adiguna.  Niscaya tatanan kehidupan  bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang   damai, harmonis, rukun, tata / tentram serta saling  Asah, Asih dan  Asuh  terwujud  dengan  Pancasila Sebagai  perisainya  dan Bhineka Tunggal Ika sebagai Falsafah hidupnya.  ( SS.302-304 & Serat Wulang reh).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Guna Dharma

*Mutiara Weda*
10/ 03/2020

*Guna Dharma*

*Umat se-dharma*, Orang yang tidak menjalankan ajaran Dharma dengan baik ibarat seperti padi yang hampa ataupun  telur busuk, yang kenyataan ada namun tiada gunanya *Hana Tan Hana* ada tapi tiada guna.

Menjadi orang  berguna  *Sadguna Dharma* sebagai suatu keharusan setiap umat manusia, dalam arti  yang lebih luas tidak hanya berupa hasil atau manfaat yang diperoleh seseorang dari upaya mengendalikan sadripu yang negatif menjadi positif, tetapi juga  berfaedah atau bermanfaat secara pribadi karena telah melaksanakan ajaran kitab suci Weda Samhita.

*Untuk itu*, Jadilah orang yang *meguna* dalam menjalankan  *Sad Guna Dharma* sesuai dgn  swa dharma  masing -  masing,* dengan jalan memegang teguh ajaran kebenaran *Satya* 
( Slokantara,2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta




Rwa Bhineda

*Mutiara Weda*
11/ 03/2020

*Rwa Bhineda*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan  hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini di ibaratkan seperti Roda pedati yang selalu berputar putar, silih berganti,  suka maupun duka  *Rwa Bhineda*, tak satupun manusia mampu menahan dan merubah Kuasa Tuhan.

Rasa Suka  dan Duka  akan selalu datang silih berganti dan selalu  berdampingan serta Kebahagiaan  yang dianugerahkan-Nya itu tidak bisa diukur dari seberapa banyak yang dimilikinya, melainkan seberapa rasa angayubagya yang bisa diungkapkannya . 

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk wajib selalu bersyukur dan memanjatkan rasa angayubagya apapun yang di anugrahkan Hyang Widhi dan menyadari bahwa Hyang Widhilah yang mengatur semuanya dengan *Karma Wesana* sebagai tolok ukurnya.*Karma svatantrya*.
(Kitab Slokantara, 84.76.hal. 297)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

setiap Karma pasti Berbekas

*Mutiara Weda*
13/ 03 /2020

*Setiap Karma pasti Berbekas*

*Umat Se-dharma*, Hukum karma phala merupakan salah satu dari lima dasar keyakinan umat Hindu sebagai hukum sebab akibat yang bersifat *universal*  berlaku untuk semua makhluk hidup di alam semesta ini dan keberadaannya bersifat *kekal abadi* berlaku mulai saat alam semesta ini diciptakan dan berakhir di saat  pralaya serta tak seorangpun tahu kapan penciptaan dan kapan berakhirnya   menjadi rahasya Tuhan.

Setiap Karma meninggalkan bekas perbuatan dalam bentuk *Karma wesana* yang akan menentukan  proses kehidupan selanjutnya menuju  kelahiran sorga atau kelahiran Neraka dalam penjelmaan nantinya. 

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran Dharma, selalu berbuat subha Karma, baik dalam sekala maupun niskala dan menghindari perbuatan asubha Karma yg bersifat memuaskan nafsu Duniawi *Panca Bhaya Tusti* (SS.XI.12 & Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Prana Halus

*Mutiara Weda*
13/ 03/2020

*Prana Halus*

*Umat se-dharma*, setiap umat manusia tidak akan pernah lepas dari Siklus  *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina*, kelahiran, kehidupan dan akhirnya menuju  Kematian / kembali ke asal sebagai tiga kemahakuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa *Tri Kona*

Setiap Manusia hidup kedunia ini memiliki tenaga /kekuatan yang di sebut *Udana Wayu* atau *Prana halus*.
Udana Wayu inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, berpikir, berbuat dan bernafas dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*
(Kayika, Wacika da Manacika).

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan dan sucikan  Udana Wayu dengan jalan tingkatkan selalu kualitas rohani, jaga kesucian diri,  baik lahir maupun bathin  *Yama & Nyama*, mengingat seluruh Udana Wayu adalah *Hiranyagarbha* / *Brahman* di dalam diri demikian juga di saat akan kembali ke asal, meninggal atau pralina, berkewajiban membisikan nama nama dari Ida SangHyang Widhi Wasa atau *nama smaranam* , aksara aksara suci Tuhan pada telinga orang yang meninggal sangat menentukan kehidupan yang akan datang dalam proses lahir kembali  *reinkarnasi/ punarbhawa* sebagai sifat sifat dasar yang paling kuat. Niscaya *Moksa* dan *Jiwan Mukti* akan dapat dicapai. ( Sanatana Hindu Dharma hal.37-41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bangun Pura Dalam Diri

Mutiara Weda*
14 / 03 /2020

*Bangun  PURA  dalam Diri*

*Umat se-dharma*,  membangun kawasan suci atau  membangun pura dalam diri amatlah penting dalam menata sang diri agar termotivasi untuk berprilaku baik/subha karma yang berdasarkan pada hukum *Rta* dan *Dharma*.

Perilaku  Baik yang berdasar atas *Rta*  adalah perilaku yang taat dan patuh pada  hukum alam sehingga Bhuana agung /makrokosmos  tidak terganggu hak azasi alaminya *Tri Canda* ( udara, Air dan tumbuhan), sedangkan perilaku  baik berdasar *Dharma* merupakan perilaku yang selalu berada pada Garis Kebenaran *Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Bangun pura atau Kawasan Suci dalam diri dengan  menjaga kesucian bathin melalui terjaganya tindakan.dan.prilaku, dengan selalu berpegang teguh pada  hukum *Rta* dan *Dharma* sehingga dapat terkontrolnya dinamika berperilaku pada jalan kebenaran *Dharma*.
(Kitab Reg Veda dan Yoga Sutra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

padma Hrdaya

*Mutiara Weda*
15/ 03/ 2020

*Padma Hrdaya* : Pancarkan.Energi Positif dalam Diri

*Umat se-dharma*,jika kita  camkan dan kita renungkan *Bunga Seroja  demikian Wanginya namun  dia punya kelemahan tangkainya berbulu dan sangat menggatalkan, *Gunung Himalaya* yang  menjulang tinggi,  sangat mempesonakan ternyata dia punya kelemahan yaitu ditutupi salju. *Demikian juga  halnya dengan  *dewa Siwa sebagai raja dari para Dewa memiliki kekurangan kerongkongannya *berwarna Hitam*.

Menjelma menjadi manusia  dalam kehidupan ini penuh dengan keterbatasan,  tak ada manusia sempurna dilahirkan di muka bumi ini *Tan hana wwang suastha anulus, pasti memiliki kekurangan dan pasti memiliki kelemahan.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam menjalankan kehidupan ini untuk selalu *Belajar* , *mengenali*,  *memetakan diri* dan memposisikan diri sesuai  dengan  Identitas atau *swadharmanya* masing masing serta menggunakan *Wiweka* dengan baik dalam kesehariannya. Pancarkan  selalu energi positif yang ada dalam diri / *Padma Hrdaya*, belajar menerima kekurangan diri sendiri dan belajar pula  menerima ketidaksempurnaan orang lain. 
(kitab Vedanta & Slokantara 80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Dharma Penyangga Bhuana

*Mutiara Weda* 
16/03/2020

*Dharma* : Penyangga Bhuana alit & Bhuana Agung

*Umat se-dharma*, seluruh  alam semesta beserta isinya  diatur oleh Dharma *Dharanad Dharma Ityahur Dharmena Vidrtah Prajah*.Dharma penyangga jagad raya / bhuana alit dan bhuana Agung.

Manakala Dharma dilanggar dapat dipastikan akan digilas oleh Dharma, demikian pula sebaliknya tatkala umat manusia memegang teguh ajaran Dharma dia  akan di jaga dan dilindungi oleh Dharma pula.

*Untuk itu* jadikan Dharma dengan kitab suci Weda sebagai tolok ukur untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup  *Weda pramanakah Sreyah sadhanam Dharmah*. ( Santi Parwa 167.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Doa : Kavaca Gaib

*Mutiara Weda*
17/03/2020

*DOA*  :  Kavaca Gaib

*Umat se-dharma*,  mengucapkan atau menguncarkan  *doa / Mantram* merupakan faktor yang sangat  penting dan menentukan bagi setiap kehidupan umat manusia serta  sesungguhnya merupakan.*Kavaca Gaib* yang menjadi Benteng diri dalam mengarungi kehidupan serta berpasrah diri pada Hyang widhi, Baik dalam bentuk stuti, stava, stotra  maupun puja.

Mantram-mantram berfungsi sebagai stuti, stava, stotra maupun puja bermakna   mengagungkan kebesaran  Hyang Widhi dan memohon perlindungan diri, sehingga mantram  dapat berfungsi sebagai Kavaca (baju gaib) yang melindungi tubuh dan pikiran kita dari kekuatan-kekuatan negatif.

*Untuk itu*,  ucapkan doa / mantram  dgn sungguh sungguh dan jangan sekali kali mengabaikan   akan arti dan makna sebuah "Doa" atau  mantram demikian pula menguncarkanya dengan  baik dan benar  melalui :
*Vaikari*  : ucapan mantram terdengar oleh orang lain.

*Upamsu* : berbisik-bisik, bibir bergerak, namun suara tidak terdengar.

*Manasika* : Terucap hanya di dalam hati, mulut tertutup rapat.

*Seha*,*japa* dan *Mantram*
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Ke Angkuhan

*Mutiara Weda*
18 /03/ 2020

*Ke-Angkuhan*

*Umat se-dharma*,  Jika direnung renungkan hidup di dunia ini  akan selalu  diselimuti oleh rasa keangkuhan / *mada* sebagai salah satu bagian dari Sad Ripu yang menjadi musuh yang ada dalam diri setiap umat manusia  yang dapat menghancurkan  jiwa  manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Ada beberapa penyebab dari Keangkuhan atau Kesombongan itu  :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Untuk itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri dengan   mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terlepas dari pengaruh *Mada*
( Vreti sasana II b.78 & Wedanta)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Dharma Sadhanam

Mutiara Weda*
19/03/2020

*Dharma Sadhanam*

*Umat se-dharma,* mengamalkan dan mengaplikasikasi  ajaran Dharma pada diri seseorang dalam menuju jalan-Nya  disebut dengan *Dharma Sadhana*  Dan lebih di kenal dengan nama catur Dharma  Sadhana atau empat Sadhana  sebagai  *_sesarining Dharma_*.

Keempat Sadhana tersebut yakni  ; *Jnana kanda* /pikiran yang terbebas dari dualitas, *Bhakti Kanda* / sikap welas asih dan kebaikan yang tak terbatas pada semua makhluk, *Yoga Kanda*/pikiran yang bebas dari sad ripu, *Karma Kanda* / melaksanakan swadharma dengan baik.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu wujudkan dan realisasikan kesucian Dharma/ Sadhaka dalam diri masing masing  melalui latihan latihan rohani dengan tahapan  *Astangga yoga*  secara sistematis dan praktis sehingga terbina, terpupuk Budhi pekerti dan kesucian bathin. Niscaya akan mampu mengamalkan nilai nilai Dharma dengan baik sehingga menjadi *Sadhaka* dan mencapai *Jiwan Mukti*
(reg Weda VIII.69.8 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

selalu Berdoa

*Mutiara Weda*
20/03/2020

*Selalu Berdoa*

*Umat se-dharma*,  mengucapkan atau menguncarkan  *doa / Mantram* merupakan faktor yang sangat  penting dan menentukan bagi setiap kehidupan umat manusia serta  sesungguhnya merupakan.*Kavaca Gaib* yang menjadi Benteng diri dalam mengarungi kehidupan serta berpasrah diri pada Hyang widhi, Baik dalam bentuk stuti, stava, stotra  maupun puja.

Mantram-mantram berfungsi sebagai stuti, stava, stotra maupun puja bermakna   mengagungkan kebesaran  Hyang Widhi dan memohon perlindungan diri, sehingga mantram  dapat berfungsi sebagai Kavaca (baju gaib) yang melindungi tubuh dan pikiran kita dari kekuatan-kekuatan negatif.

*Untuk itu*,  ucapkan doa / mantram  dgn sungguh sungguh dan jangan sekali kali mengabaikan   akan arti dan makna sebuah "Doa" atau  mantram demikian pula menguncarkanya dengan  baik dan benar  melalui :
*Vaikari*  : ucapan mantram terdengar oleh orang lain.

*Upamsu* : berbisik-bisik, bibir bergerak, namun suara tidak terdengar.

*Manasika* : Terucap hanya di dalam hati, mulut tertutup rapat.

*Seha*,*japa* dan *Mantram*
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Bhakti , Parama Prema Bhakti

*Mutiara Weda*
21/03/2020

*Bhakti, Parama Prema Bhakti dan Prapatti Bhakti*

*Umat se-dharma*, Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa jalan   Bhakti  marga yaitu  penyerahan diri secara tulus sebagai salah satu sarana atau jalan untuk mendekatkan diri kehadapan Sang Maha Pencipta.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*. Sedangkan rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi dengan cara  membuat simbol simbol / *Nyasa* di sebut  *Prapatti Bhakti*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam  berhubungan  dengan-Nya  dengan landasan penyerahan diri  melalui pemantapan kualitas  rohani *Bhakti*,  *Parama Prema Bhakti* dan Prapatti Bhakti*, serta  selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini akan terhindar dari bencana dan Malapetaka. (Ramayana & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Segehan :Suguhan /Sego

*Mutiara Weda*
24/03/2020

*Segehan* : suguhan / sego
( om Sarva bhuta Preta byo namah swaha)

*Umat Se-dharma*,  Mesegeh merupakan salah satu kewajiban umat Hindu dalam menyuguhkan /  menyomya para butha  kala agar tidak mengganggu manusia dalam mewujudkan ketentraman hidup. Mesegeh biasanya dilakukan  pada tiga tempat  yaitu  *natar merajan*, *natah rumah* dan *lebuh/ pintu masuk rumah  menggambarkan  tiga aspek dalam diri  manusia.

Mesegeh di *Natar merajan* menggambarkan *kepala manusia* simbol dari *nalar manusia/pepineh*, sedangkan *natah rumah* menggambarkan *rongga dada* simbol *perasaan/ tingkatan emosional atau pengerasa*, sedangkan *lebuh* menggambarkan *rongga perut* yang mewakili *insting/ naluri manusia* atau *kleteg Bayu*.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu melaksanakan upacara Bhuta Yadnya sebagai  bentuk upacara Bhuta Yadnya  yg paling sederhana pada tingkatan keluarga mesegeh pada tiga tempat *Natar Merajan*, *Natah Rumah*, dan *Lebuh* sehingga Semua pikiran, perkataan dan perbuatan menjadi terarah dan menetralisir hal hal yg negatif sehingga hidup umat manusia menjadi tenang, damai dan Harmonis
( Kitab Kala Tattwa dan Bhama krtih)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta 

Bhakti , Parama Prema Bhakti

*Mutiara Weda*
21/03/2020

*Bhakti, Parama Prema Bhakti dan Prapatti Bhakti*

*Umat se-dharma*, Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa jalan   Bhakti  marga yaitu  penyerahan diri secara tulus sebagai salah satu sarana atau jalan untuk mendekatkan diri kehadapan Sang Maha Pencipta.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*. Sedangkan rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi dengan cara  membuat simbol simbol / *Nyasa* di sebut  *Prapatti Bhakti*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam  berhubungan  dengan-Nya  dengan landasan penyerahan diri  melalui pemantapan kualitas  rohani *Bhakti*,  *Parama Prema Bhakti* dan Prapatti Bhakti*, serta  selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini akan terhindar dari bencana dan Malapetaka. (Ramayana & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

mari selalu Pancarkan Doa

*Mutiara Weda*
22/03/2020

*Mari Selalu Pancarkan DOA*

*Umat Se-dharma*, menguncarkan  *doa / Mantram* sesungguhnya adalah *Kavaca Gaib* yang menjadi Benteng diri dan  menentukan kualitas hidup  serta tak akan pernah lepas dari jati diri setiap umat manusia  dalam mengarungi kehidupan dalam mencapai tujuan hidup yang sebenarnya *Catur Purusaartha* .Demikian pula dalam memghadapi  berbagai persialan dalam  kehidupan ini.

Doa / Mantram  baik dalam bentuk  stuti, stava, stotra maupun puja mantram bermakna   mengagungkan keagungan  kebesaran Tuhan/Hyang Widhi dan menjadi pelindung diri  *Kavaca  gaib* yang membentengi tubuh dan pikiran kita dari kekuatan-kekuatan negatif.

*Untuk itu*,sebagai umat manusia jangan pernah  berhenti dan lepas dari *Doa* , ucapkan dengan sungguh sungguh,  pahami  arti dan makna   yang sebenarnya,  baik melalui
*Vaikari*  *Upamsu*  maupun *Manasika*.Niscaya Hyang Widhi  akan selalu berada dalam diri kita masing masing.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


selalu Berpikir Bijak

*Mutiara Weda*
23/ 03 /2020

*Selalu Berpikir  Bijak*

*Umat se-dharma*,  Segala bentuk praduga & prasangka terhadap orang  lain haruslah dihilangkan, Selama  jiwa masih dibelenggu oleh  prasangka dan praduga dapat dipastikan, tidak akan pernah  mendapatkan *Kenyamanan, ketenangan & kedamaian bathin* dalam mengarungi kehidupan, Selalu berpikiran yang Bijak.

Manakala nilai - nilai dharma meredup dan bahkan  luntur,  maka  dapat dipastikan keributan dan kekacauan  akan terjadi, cahaya  kejujuran, keadilan, ketenangan dan kedamaian, akan berhenti bersinar   berujung pada *kebencian, perselisihan  dan pertengkaran.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan buruk sangka  dengan selalu berpikir yang bijak,  belajar *Anyekung Jnana* mengendalikan Indrya ataupun pikiran  melalui *Tapa*. Niscaya akan dapat terwujudnya keleluasan dalam mencari jalan dharma *Satyam, Sivam dan Sundaram*. (kitab Sundarigama & SS.37)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta 

Berlatih sabar

Mutiara Weda*
24/ 03 /2020

*Berlatih sabar*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan  hidup ini ibaratkan  berjalan jauh dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan/ jalur jalan yang semestinya  dilalui dengan harapan sampai  ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.

Proses memilih jalan pintas akan terasa  menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya. Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya.
Sangatlah mustahil  rasanya orang  akan mampu mengeluarkan Tutur kata yg selalu terjaga dengan intonasi yang enak didengar tatkala tidak memiliki kesabaran,

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tanamkan selalu  kesabaran dalam hati dan selalu untuk melatih diri serta  jadilah orang yang sabar Sehingga  tutur kata dan Ucapan akan selalu indah, enak di dengar dan mengalir dalam *Wacika Parisudha* dengan landasan ketulusan hati.
(SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .