Minggu, 30 Juni 2019

Karma sang Pengikut Setia

Mutiara Weda*
21/ 03/2019

*Karma Sang Pengikut Setia*

*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan  umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma.Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai.menuju alam Kamoksan nantinya. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Bangun Kecerdsan Diri

Mutiara Weda*
25/03/2019

*Bangun Kecerdasan  Diri*

*Umat se-dharma*, Membangun *Kecerdasan* merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan setiap umat manusia dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai inti dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*. Kesemuanya sebagai  *Busana/Kawaca* Benteng dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus,
*Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian,
*Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharmanya* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun Gunakan  *Kavaca Dharma dan bangun *Bhusana* yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang. Niscaya akan mampu menapaki hidup yang rendah hati, bijak dan mampu mengendalikan serta mengelola emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Rurub Kajang

Mutiara Weda*
11/04/2019

*Rurub Kajang*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam melaksanakan upacara Pitra Yadnya tidak bisa lepas  dengan penggunaan rurub kajang atau kerudung kajang sebagai salah satu *Upa rengga*   yang sangat penting  dan menentukan dalam proses upacara Pitra Yadnya atau  pengabenan / perabuan yang dibuat  oleh Sang Sulinggih / sang Dwijati.

Rurub kajang sebagai simbol perjalanan dari  sang Atman akan menemui para leluhurnya untuk menuju alam Swarga atau alam Kamoksan agar tidak mendapat rintangan atau halangan dalam perjalanannya  yang dilukiskan dengan berbagai Aksara suci  baik *Panca aksara*, *Panca Brahma* maupun aksara *Dasa Bayu* dan akasara suci  lainnya  yang penggunaannya diletakkan diatas jenasah atau peti jenasah sebagai perlambang adanya restu dari sanak keluarga, sang sulinggih dan Betari Kawitan/leluhurnya terhadap kepergian Sang Palatra  manunggal dengan Sang Maha Pencipta.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam setiap penyelenggaraan upacara Pitra Yadnya atau Perabuan atau Ngaben tetap memperhatikan penggunaan rurub Kajang atau kerudung kajang dengan menggunakan aksara suci sebagai *Sandhi*  dari angga sarira sang Palatra *Sarira Kosha* dengan harapan kesucian dan kebahagiaan abadi dapat tercapai dalam wujud alam Kalepasan atau  alam Kamoksan. ( kitab Pitra Puja dan kitab Sawa Wedana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kebenaran itu kekal

Mutiara Weda*
14/ 04 /2018

*Kebenaran itu  Kekal*

*Umat se-dharma,  kalau kita renung renungkan Dharma/ kebajikan dan  kebenaran ;  ibaratkan  Emas, walaupun dia dipanasi berkali kali dia akan tetap cemerlang dan mengeluarkan sinar / cahaya,  begitu pula kayu Cendana, walaupun dia di gosok gosok berulang kali, dia akan tetap mengeluarkan bau harumnya.

Demikian juga halnya dengan kebenaran dan kebajikan dia tidak akan pernah luntur dan berubah walaupun sampai akhir jaman.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia untuk selalu  berpegang teguh  pada ajaran  Dharma/ kebaikan  dan kebenaran *Satya* dengan sungguh sungguh serta  taat & patuh pada tuntunan kitab Suci Weda, Niscaya akan tercapainya tujuan hidup *Catur Purusaartha*  &  dilindungi oleh Sang maha Pencipta.
(Slokantara, 12. 75 )

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Dosa Penyebab Samsara

Mutiara Weda*
15/04/2019

*Dosa Penyebab Samsara*

*Umat se-dharma,  Dalam ajaran agama Hindu proses kehidupan yang selalu berputar  putar / berulang ulang  lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara. Samsara pada dasarnya  adalah suatu  penderitaan.  menderita disebabkan karena Dosa.

Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain  atau yang baru dengan disertai karma wesana sebagai pengikutnya setianya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu harus paham betul bahwa samsara itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi,  lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* jalan menuju alam kamoksan.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sad Pertivi Daryante

Mutiara Weda*
28/03/2019

*Sad Pertivi Daryante*

*Umat se-dharma, umat Hindu dalam  mengembangkan  kehidupan dan menjaga alam semesta beserta  isinya secara serasi dan seimbang   di kenal dengan nama  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan.

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Mala

Mutiara Weda*
30/03/2019

*Tri Mala*

*Umat Se-dharma*,  Tiga bentuk prilaku umat manusia yang bertentangan dengan ajaran Tri Kaya Sandhi yang  melekat pada jiwa manusia akibat dari pengaruh buruk dari Nafsu /Indrya yang di sebut dengan Tri Mala.

Tri Mala  yang dapat menggerogoti jiwa umat manusia itu antara lain :

*Kasmala* : Perbuatan yang hina.dan kotor / leteh

*Mada* : Perkataan yang hina, dusta dan kotor

*Moha* : perasaan yang bohong, curang dan angkuh.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu jauhkan diri dari perbuatan  asubha karma /Tri Mala tersebut  dengan jalan pengendalian diri. Niscaya akan terhindar dari  malapetaka dan perbuatan Dosa. (Kitab Widhi Sastra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selalu Berpikiran Positif

Mutiara Weda*
31/ 03 /2019

*Selalu berpikiran Positif*

*Umat se-dharma*, Tingkatan getaran pikiran /Instuisi  menentukan tingkatan kualitas  spiritual seseorang dan menempatkan pikiran sebagai pemeran utama yang membawanya ke alam  kelahiran kembali, ke alam roda samsara maupun dalam mencapai kamoksan atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokshayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran / selalu berpikira Positif atau *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Untuk itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kirtanam

Mutiara Weda*
01/04/2019

*Kirtanam*

*Umat se-dharma, umat Hindu dalam melakukan pemujaan kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dengan jalan menyanyikan lagu lagu  pujaan atau doa doa pujaan di sebut dengan *Kirtanam* sebagai bagian dari *Nava Vida Bhakti*

Melalui Kirtanam umat Hindu melaksanakan   *bhakti* guna membuka pintu *Padma Hrdaya* untuk menstanakan Tuhan di dalam diri yang diucapkan dengan tiga cara yaitu :

*Vaikhari*, dengan cara suara yang jelas dan dapat di dengar

*Upamsu*, dengan gerakan lidah  tanpa suara.

*Manasika*, diucapakan dalam hati yang paling dalam.

*Untuk itu*, Sebagai umat Hindu lakukan Kirtanam sebagai wujud rasa Bhakti sehingga sang jiwa dapat menguasai Budhi, Budhi menguasai Manah  serta Manah menguasai Indrya.  Niscaya setiap manusia akan mampu mengendalikan diri sehingga sadar serta selalu berbuat yang baik dan benar.
(Bhagavata Purana, VII, 5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Dosa Penyebab Samsara

Mutiara Weda*
15/04/2019

*Dosa Penyebab Samsara*

*Umat se-dharma,  Dalam ajaran agama Hindu proses kehidupan yang selalu berputar  putar / berulang ulang  lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara. Samsara pada dasarnya  adalah suatu  penderitaan.  menderita disebabkan karena Dosa.

Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain  atau yang baru dengan disertai karma wesana sebagai pengikutnya setianya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu harus paham betul bahwa samsara itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi,  lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* jalan menuju alam kamoksan.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Bangun Kesadaran Diri

Mutiara Weda*
16 / 04 /2019

*Bangun Kesadaran Diri*

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah memiliki tingkatan kesadaran akan sang  diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat, demikian juga selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna bagi diri sendiri serta berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri dengan menampakkan nilai keindahan dan  keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali dukha akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Bangun Kesadaran Diri

Mutiara Weda*
16 / 04 /2019

*Bangun Kesadaran Diri*

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah memiliki tingkatan kesadaran akan sang  diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat, demikian juga selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna bagi diri sendiri serta berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri dengan menampakkan nilai keindahan dan  keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali dukha akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kesabaran

Mutiara Weda*
17/04/2019

*Kesabaran*

*Umat se dharma*,  "Berbaik hatilah pada  semua orang  termasuk pada  orang-orang yang suka mencaci maki begitu pula pada orang yang suka melukai, janganlah Dendam dan balaslah dengan Doa, Sebagai  cobaan dan ujian bagi kesabaran kita menjadi lebih  dewasa serta menjadi lebih baik.

Tanpa adanya gangguan, godaan, cobaan  dan tantangan  maka perjalanan hidup *spiritual* bagaikan *nelayan tanpa laut*, *nahkoda tanpa kapal*, *supir tanpa kendaraan*

*Maka dari itu*,  Mantapkan dan tingkatkan  kesabaran, selalu perlakukan mereka dengan baik dan ramah, sempatkan untuk berdoa agar perjalanan jiwa mereka selamat. Jangan sekali kali berpikiran untuk Balas dendam. Niscaya kita akan dilindungi oleh kekuatan  Hyang Widhi.
(Reg Weda X.10.1 & Sutasoma kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*SELAMAT MENJALANKAN DHARMA NEGARA KPD SELURUH UMAT SE DHARMA*

Tiga kerangka ajaran agama Hindu

Mutiara Weda*
19/ 04/2019

*Tiga Kerangka Ajaran Hindu*

*Umat se-dharma*, panca sradha dan Tri Kerangka  sebagai  pondasi dasar ajaran agama Hindu  tentang keyakinan bagi umat sedharma   yang menjangkau semua dimensi kehidupan baik di dunia sekala maupun Niskala.

Sebagai fondasi dasar sudah barang tentu, ada pemahaman yang diterima oleh akal dan ada kondisi yang tidak mampu dijangkau oleh akal , yang mengharuskan umat Hindu menerima sebagai suatu keyakinan yang mewajibkan seseorang untuk berpuas diri dengan  *KEYAKINAN /SRADHA* menjadi kata kuncinya. dalam konteks ini bukan berarti akal / Rasio tidak perlu, akan tetapi perkembangan akal jangan sampai mengaburkan keyakinan yang dapat menyebabkan seseorang tidak beragama dan sangatlah berbahaya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan keyakinan akan agama hilangkan keragu raguan,  pegang teguh  dan pahami isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna dengan cara  bertahap, berjenjang dan berlanjut. Niscaya, akan sirna dan lenyapnya keragu raguan serta kebimbangan yang dapat mengaburkan keyakinan sehingga sradha dab bhakti dari umat se-dharma semakin kokoh dan mantap.
(Vayu Purana dan kitab Panca sradha, hal.4-5)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Tumbuhkan Kepribadian Yang Satvika

Mutiara Weda*
18/04/2019

*Tumbuhkan Kepribadian yang Satvika*

*Umat se-dharma,  Kesabaran dan ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas spiritual,  dalam menangkal perbuatan perbuatan negatif / nafsu  Angkara murka.

Segala sifat keras hati, yang penuh  angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat, Lebur Dening Pangastuti*

*Untuk itu*, setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani  dengan meningkatkan kualitas kesabaran dan  pengekangan  diri *Tapa*  serta menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya*. Niscaya kedamaian hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  akan dapat diwujudkan.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Semaya

Mutiara Weda*
20/ 04 /2019

*Tri Semaya*

*Umat se-dharma*, Dalam sistem filsafat Hindu ada tiga konsep  ruang waktu yang berorientasi pada kelangsungan  kehidupan umat manusia dari masa ke masa yang di sebut  *Tri Semaya*.

Orang  orang bijak terhadap apa yang terjadi di masa lalu, dan menjaga apa  yang ada sekarang, serta bisa mengantisipasinya apa yang akan terjadi di masa depan.

*Untuk itu* , sebagai umat manusia dalam melangsungkan kehidupan selalu berorientasi pada  Apa yang kita lakukan dewasa ini (Wartamana),  masa lampau (Atita), demikian juga dalam merumuskan harapan masa depan (Nagata). Niscaya pemahaman  hakekat  kehidupan akan dapat terwujud sehingga kehidupan bisa dinikmati tanpa terikat akan rasa takut  dan ketidakpastian masa depan (Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Upacara Ngenteg Linggih

Mutiara Weda*
21/04/2019

*Upacara Ngenteg Linggih*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam menata Tempat suci / bangunan suci  *Pura* agar lebih menampakan aura  atau kharismanya  secara niskala melalui upacara *Ngenteg Linggih*, *Mamungkah* dan *Padudusan* yang  wajib dilaksanakan  dalam kurun  waktu 10 sampai 15 tahun.  Ada dua bentuk karya Ngenteg Linggih yaitu : *Ngenteg Linggih Mamungkah* dan *Ngenteg Linggih Mamupuk Pedagingan*'

*Karya Ngenteg Linggih*, *Mamungkah* dan *Padudusan* tergolong upacara Dewa Yadnya yang mengandung makna ngentegang linggih /menetapkan linggih/ Memantapkan stana dari Ida SangHyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya secara Niskala pada pelinggih atau bangunan suci yang sudah dibangun dan disertai  dengan upacara *Mamungkah* sebagai perlambang memohon kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa berkenan bersthana dibangunan suci atau Padmasana serta dilengkapi dengan upacara  *Padudusan* yang bermakna Pensucian.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  dalam menata Bangunan Suci atau Pura dengan dedudonan upacara  *Ngenteg Linggih*,  *Mamungkah* dan *Padudusan* dengan betul betul dilandasi  *manah lega dadi ayu*  yang dilaksanakan dengan landasan *Tri Premana Telu* dengan landasan isi kitab suci *Dewa Tattwa*;  Kramanya Sang Kuminkin akarya sanistha, madyotama, manah lega dadi hayu, aywa ngalem drewya mwang  kumagutaning kaliliraning mwang atuha, aywa angambek Rodra mwang ujar gangsul,, ujar menak juga kawedar denira, mangkana kramanya sang  angarepang Karya ayu, yang mengandung makna ;

Prilaku  umat se-dharma, sang yajamana  saat akan melaksanakan karya agung Ngenteg Linggih, Mamungkah dan Padudusan  ataupun Panca Maha yadnya dalam bentuk nista, madya maupun utama,  hendaknya dilandasi dengan manah suci /  pikiran yang bersih, lascarya /tulus/ikhlas, hindari berbicara kasar, Kroda / marah,  serta selalu mengusahakan prilaku yang baik. Niscaya,   Karya Ngenteg Linggih yang akan dilasanakan memiliki kualitas  yang utama yaitu *Satwikam Yadnya* atau  Labda Karya  dan Agungnya suatu Karya.
( Lontar Bhama Krtih, Dewa Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tumbuhkan rasa kasih sayang

Mutiara Weda*
22/04/2019

*Tumbuhkan Rasa Kasih Sayang*

*Umat se-dharma*,  jika dicamkan,  Hidup Menjelma menjadi manusia di muka bumi ini tidak bisa *disamaratakan*  satu sama lainnya, sudah dibekali  dengan yang namanya  perbedaan, Kebhinekaan, keberanekaragaman, serta kemajemukan,  yang  perlu dijaga, dirawat, dipelihara dan dilestarikan, dengan cara membangun jiwa Toleransi dan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi sebagai benih Radikalisme. Tumbuhkan rasa kasih sayang.

Tanpa memegang konsep ber-Tat Tvam Asi/ toleransi,  jiwa manapun akan hancur hangus terbakar manakala dalam hatinya blm tertanam *rasa cinta kasih sayang* _PREMA_ pada sesama, Yang cendrung dapat menimbun  benih - benih penyakit di dalam hati.

*Untuk itu*, tanamkan Ajaran Tat Tvam Asi/ toleransi dengan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi : Adigang, Adigung dan Adiguna.  niscaya tatanan kehidupan yang   damai, harmonis, rukun, tata / tentram serta saling  Asah, Asih dan  Asuh  terwujud  dengan  Pancasila Sebagai  perisainya  dan Bhineka Tunggal Ika sebagai Falsafah hidup dalam kehidupan sehari hari dalam     bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. ( SS.302-304 & Serat Wulang reh).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Taburkan selalu Kebajikan

Mutiara Weda*
22 / 04 /2019

*Taburkan selalu Kebajikan*

*Umat se-dharma*, Kalau di  renung renungkan, Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda bahwa dia hanya memiliki kebencian di dalam hatinya, akan tetapi, orang  yang memiliki kebajikan /*Dharma* dapat dipastikan dia akan  selalu memancarkan ajaran kebajikan, ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini*  dalam hidupnya.

Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai manakala di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan dendam.

*Untuk itu*,   sebagai umat Hindu bangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam  hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi.  Niscaya hidup yang Santih , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud.
(kitab Ramayana & Panca Siskanya Angaji)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Sakti

Mutiara Weda*
23/04/2019

*Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dirnya,  ketiga sifat  itu  di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu bangun kekuatan yang ada dalam diri  manusia *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna  dengan melatih kesabaran dan ketenangan sehingga terhindar dari Prilaku  prilaku  buruk atau Asubha Karma. ( Weda Samhita & BG.XII.11)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Wacika : Berkata yang benar

Mutiara Weda*
27 /04/2019

*Wacika :Berkatalah Yang Benar*

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang /*Wacika Parisudha*

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Seva : Pengabdian

Mutiara Weda*
24/ 04/2019

*Seva* :  Pengabdian

*Umat se-dharma, karma yang kita  dilakukan dengan kerja keras tanpa Pamerih  atas dasar penyerahan diri sebagai bentuk pengabdian *Seva*.

Dengan  pengabdian  yang dilakukan akan memperoleh kesucian, dari  kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemuliaan akan mendapatkan kehormatan, demikian juga   dengan kehormatan  akan mendapatkan kebenaran *Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun kesucian bathin, tingkatkan pengabdian melalui kerja *Seva* dan jadikan kebenaran sebagai hukum Keberadaan-Nya . Niscaya setiap umat manusia akan mampu memberikan perlindungan  dalam mencapai tujuan hidupnya *Catur Purusa Artha*.
(Atharva Veda I.24.1. dan Yajur Veda, 19,. 30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sradha Inti Dalam Beragama

Mutiara Weda*
25 /04/2019

*Sradha Inti dalam Beragama*

*Umat se-dharma*,  inti dari beragama itu sebenarnya adalah *Sradha / Keyakinan* dan keikhlasan yang mendalam terhadap kepercayaan akan keesaan Tuhan / Ida SangHyang  Widhi Wasa / monotheisme dengan landasan rasa bhakti serta berserah diri secara total pada hukum Tuhan : *Rta* dan *Dharma*.

Hukum Tuhan yang mengatur keseimbangan alam semesta / makrokosmos ini kita kenal dengan nama *Rta*, sedangkan hukum Tuhan yang mengatur kedamaian dan keharmonisan umat manusia dalam kehidupan di dunia maya pada ini di kenal dengan nama *Dharma*.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu laksanakan swadharma dengan baik ,penuh dengan kepercayaan, ikhlas serta tanpa di bayang bayangi perasaan ragu,  dengan dasar berserah diri secara total dengan memegang konsep ; bekerjalah atas dasar keiklasan tanpa memikirkan hasilnya, karena hasilnya sudahlah pasti berada dalam kerja itu sendiri. Niscaya perputaran roda kehidupan di alam jagad raya ini berjalan dengan baik dengan Karma sebagai tali pengikatnya.(BG.III 35 & MDS)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Pupuklah rasa Damai dalam hati

Mutiara Weda*
28 /04/2019

*Pupuklah  rasa  damai di dalam hati*

*Umat se-dharma, Pada dasarnya  hidup  ini  adalah suatu  pengabdian dan pengorbanan begitu pula, menjelma menjadi manusia sangatlah pendek dan singkat. Mempergunakan kesempatan menjelma menjadi manusia dengan baik suatu hal yang tidak bisa di tawar tawar lagi dengan  menjalankan Swadharma,  bekerja dan berbuat   sesuai dengan  tugas, wewenang dan kemampuan masing masing.

Demikian pula,,  hidup ini  hanya sekejap  dan teramat sulit  untuk didapatkannya serta penuh dengan cobaan,  kesemuan, ketidakpastian, bahkan ketidak sempurnaan.

*Untuk itu*,  sebagai umat manusia jangan hiasi hidup yang pendek dan singkat ini  dengan *menebar rasa  benci* &  *menabur  sikap antipati* pada  orang  lain, pupuklah rasa damai, rasa tenang dan rasa tentram di dalam hati masing masing. Niscaya kenyamanan, kedamaian & ketentraman  hidup, baik lahir maupun batin  akan dapat terwujud.
( _Yajur Veda ,XI.6_ )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Hidup Ibarat kereta Kuda

Mutiara Weda*
26/ 04/2019

*Hidup Ibarat Kereta Kuda*

*Umat se-dharma*, jika dicamkan proses kehidupan  umat manusia  ibarat sebuah kereta kuda, lancar dan tidaknya sangat tergantung pada unsur unsur dari kereta  kuda tersebut.

Indria itu adalah kudanya, sasaran Indria adalah jalan,
roh / Atma dihubungkan dengan sang badan, sedangkan Indria dan pikiran yang menikmatinya.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia pahami dan  jalankan fungsi dari unsur unsur yang membentuk diri manusia;  Pribadi harus punya tujuan yang jelas, tubuh harus sehat,  kebijaksanaan harus cemerlang,  pikiran sebagai tali kendali haruslah kuat mengendalikan Indria yang selalu bergerak bebas bagaikan kuda. Sedangkan sasaran Indria harus baik dan tidak merusak Indria itu sendiri.  Niscaya, tujuan dan sasaran hidup setiap umat manusia akan selamat dan  tercapai.
(Kitab Katha Upanisad I. 3-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bhakti Marga

Mutiara Weda*
29/04/019

*Bhakti Marga*

*Umat se-dharma*, masyarakat Hindu dalam  mewujudkan rasa cinta kasih yang suci dan tulus kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dikenal dengan nama *Bhakti marga* baik pada tataran  *Para Bhakti* maupun *Apara Bhakti* dalam doa mantram dikenal dengan *Subhasita*

Bentuk bhakti atau *bhavabhakti* secara mendalam, suci ,tulus dan sejati  dalam ajaran Hindu dikenal dengan nama *maduryabhawa* sebagai bentuk bhakti yang paling utama  dan tertinggi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas bhakti dengan meningkatkan kualitas rohani berupa penyerahan diri secara tulus dan sejati kepada-Nya dengan jalan selalu mengingat dan menyebut kebesarannya/ *namasmaranam*, mengulang ulang secara konstan terus menerus/ *berjapa* ataupun mengucapkan doa/ lagu pujaan *mantram* serta melantunkan Dharma gita atau *Bhujana*.
(Reg Veda,VIII. & BG XVIII.65)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Yadnya :Wujud Rasa bhakti

Mutiara Weda*
06/05/ 2019

*Yadnya : wujud rasa bhakti *

*Umat se-dharma,  Dalam kitab suci Weda mengajarkan umatnya untuk selalu Angayubagya & mewujudkan rasa Bhakti kehadapan sang maha Pencipta dengan  cara    *meyadnya* sebagai bentuk bahasa *Mona*

Di samping bahasa Mona, dalam meyadnya juga mengenal bahasa tulis yaitu kitab suci *Weda Samhita* serta menggunakan bahasa sehari-hari *Seha*

*Oleh karena itu*,  membuat Yadnya  merupakan kewajiban dari kitab suci Weda, dengan pemikiran yang lengkap, bulat, *dilaksanakan sesuaikan dengan Kemampuan* yang dilandasi hati yang tulus dan suci *Ikang yadnya Ingaranan Pakahyunan sane hening suci, tulus tur jangkep*
( Lontar Yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Ngunduh Wohong Pakerti

Mutiara Weda*
30 / 04 /2019

*Ngunduh Wohing Pakerti*

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada menyebutkan, burung murai itu dihargai karena suaranya. Dalam semua ajaran , Gurulah yang paling berharga. Demikian pula,  dalam hal memaafkan,  ketinggian budilah yang paling dikagumi.

Orang yang mendalami ajaran suci kerohanian pastilah memahami isi  ajaran Dharma yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastkan berkeyakinan kejahatan itu akan berbalik kembali pada asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani dengan memupuk rasa saling memaafkan serta membuang jauh jauh prilaku Kejahatan, rasa benci dan rasa dendam / Dwesa .Niscaya hidup yang Nyaman dan Damai / manah Santih dan parama santih dapat terwujud.
( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bangun Pura Dalam Diri

Mutiara Weda*
01 / 05 /2019

*Bangun *PURA*  dalam Diri*

*Umat se-dharma*,  membangun kawasan suci atau  membangun pura dalam diri amatlah penting dalam menata sang diri agar termotivasi untuk berprilaku baik/subha karma yang berdasarkan pada hukum *Rta* dan *Dharma*.

Perilaku  Baik yang berdasar atas *Rta*  adalah perilaku yang taat dan patuh pada  hukum alam sehingga Bhuana agung /makrokosmos  tidak terganggu hak azasi alaminya *Tri Canda* ( udara, Air dan tumbuhan), sedangkan perilaku  baik berdasar *Dharma* merupakan perilaku yang selalu berada pada Garis Kebenaran *Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Bangun pura atau Kawasan Suci dalam diri dengan  menjaga kesucian bathin melalui terjaganya tindakan.dan.prilaku, dengan selalu berpegang teguh pada  hukum *Rta* dan *Dharma* sehingga dapat terkontrolnya dinamika berperilaku pada jalan kebenaran *Dharma*.
(Kitab Reg Veda dan Yoga Sutra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri jnana sandi

Mitiara Weda*
02/ 05 /2019

*Tri Jnana Sandi*

*Umat se-dharma*, jika kita pahami bahwa tidaklah mungkin kita  bisa memahami  isi kitab suci  Weda secara  sempurna   manakala tidak memahami  isinya secara menyeluruh  ; Tattwa agama, Susila agama dan Acara agama atau Upakara agama secara sinergis, seimbang dan berkelanjutan *Tri Jnana Sandhi*.

Sulit rasanya  bisa mempraktekan ajaran agama tanpa memahami isi dari ajaran agama dan  amatlah Mustahil kita bisa memahami isi dari ajaran agama tanpa mempelajari teori agamanya ataupun  Ilmu agamanya secara benar.

*Maka dari itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  Sebelum mempraktekkan ajaran agama diawali dengan memahami isinya sesuai petunjuk kitab suci  Weda "TRI JNANA SANDI " serta belajar agama secara bertahap, berjenjang dan berlanjut.
(Kitab Swastika Rana & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Wiweka

Mutiara Weda*
03 / 05 /2019

*Wiweka *

*Umat se-dharma*, di dalam Sesanti Hindu ada disebutkan ; Jika  diberikan  madu bercampur dengan Racun,  harus dapat memilah untuk mengambil madunya,  begitu pula,  jika emas berada dalam kubangan lumpur bercampur  dengan  kotoran  kita pun harus dapat memilah  mengambil emasnya.

Demikian juga  halnya  dengan Ilmu  pengetahuan,  Budhi pekerti, Etika, kitapun harus bisa  mengambil dan memetiknya walaupun dari mana  sumber & asalnya.

*Untuk itu*  sebagai umat Hindu selalu  berpegang teguh pada kebenaran *Satyam*,  gunakan selalu *Wiweka* memilah milah perbuatan yang baik  untuk dijadikan penerang  dlm keseharian pada  kehidupan  keluarga dan masyarakat  *Memadangi kulawarga Saha wandu wandawa*. Niscaya, akan selalu dapat berpikir bersih, bertutur kata  yang santun serta bertingkah laku yang suci ,  murni sesuai ajaran Dharma.
(Slokantara 56 & Nitisastra IV. 1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Mekarma

Mutiara Weda*
04/05/2019

*Mekarma*

*Umat se-dharma*, Melakukan tugas, kewajiban dan tanggung  jawab sendiri *Swadharma* walaupun tidak sempurna lebih mulia daripada melaksanakan tugas orang lain,  Lebih mulia mati menjalankan tugas sendiri *Drewya Yadnya* daripada mati dalam menjalankan dan melaksanakan kewajiban  orang lain / para dharma. *JANGAN PERNAH RAGU DALAM MENJALANKAN SWA DHARMA* / *Mekarma*

Melaksanakan  tugas dan kewajiban diri sendiri sesuai dengan ajaran agama  di sebut *Swadharma* sedangkan melaksanakan tugas dan kewajiban  orang lain di sebut *Para Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  pegang teguh dan sadar akan tugas dan kewajiban masing masing *Swadharma* dalam menjalankan  *Dharma agama* serta mengembangkan tatanan kehidupan umat Hindu yang baik dan benar melalui: *cara* / marga, *ukuran* : Pramana,  *Tujuan* : Artha , *karakter* : Guna, *pola kehidupan* : Ashrama, *persembahan* :Yadnya, *keyakinan* : Sradha, *kemuliaan* : Paramartha, *citta*:budhi, *keharmonisan* :Sundaram.  Niscaya akan dapat mengetahui hakekat kerja/ *karma* yang sebenarnya dan menjalankan *swa dharma* dan *para dharma* dengan baik dan benar.
( BG. III.35 & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Raja pisuna

Mutiara Weda*
16 /05/2019

*Raja Pisuna* : Fitnah

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang. Buang jauh jauh sifat  suka Memfitnah /Raja pisuna.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Mekarma

Mutiara Weda*
04/05/2019

*Mekarma*

*Umat se-dharma*, Melakukan tugas, kewajiban dan tanggung  jawab sendiri *Swadharma* walaupun tidak sempurna lebih mulia daripada melaksanakan tugas orang lain,  Lebih mulia mati menjalankan tugas sendiri *Drewya Yadnya* daripada mati dalam menjalankan dan melaksanakan kewajiban  orang lain / para dharma. *JANGAN PERNAH RAGU DALAM MENJALANKAN SWA DHARMA* / *Mekarma*

Melaksanakan  tugas dan kewajiban diri sendiri sesuai dengan ajaran agama  di sebut *Swadharma* sedangkan melaksanakan tugas dan kewajiban  orang lain di sebut *Para Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  pegang teguh dan sadar akan tugas dan kewajiban masing masing *Swadharma* dalam menjalankan  *Dharma agama* serta mengembangkan tatanan kehidupan umat Hindu yang baik dan benar melalui: *cara* / marga, *ukuran* : Pramana,  *Tujuan* : Artha , *karakter* : Guna, *pola kehidupan* : Ashrama, *persembahan* :Yadnya, *keyakinan* : Sradha, *kemuliaan* : Paramartha, *citta*:budhi, *keharmonisan* :Sundaram.  Niscaya akan dapat mengetahui hakekat kerja/ *karma* yang sebenarnya dan menjalankan *swa dharma* dan *para dharma* dengan baik dan benar.
( BG. III.35 & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Etika Dalam Meyadnya

Mutiara Weda*
05/05/2019

*Etika dalam Meyadnya*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam melakukan pemujaan terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa  memiliki berbagai keterbatasan, sehingga untuk mempermudah  memusatkan pikiran untuk  berkonsentrasi diperlukan adanya simbol atau perlambang yang di sebut : *Nyasa- Rupa*.

Demikian pula halnya dalam  melaksanakan  *Panca Maha Yadnya* tak bisa lepas dengan Etika atau tata krama seperti :  *Upasana*, *Upacara*, *Upakara*, dan *Uparengga*.

*Upasana* merupakan atuan-atuaran atau pedoman pelaksanaan persembahyangan,

*Upacara* adalah bentuk ritual dan persembahyangan yang dilakukan oleh umat.

*Upakara* adalah sebuah sarana dalam sebuah upacara keagamaan yang dibuat dan diciptakan melalui hasil karya dari tangan,

*Uparengga* adalah sarana dan prasarana dalam membuat upakara yang digunakan sebagai pelengkap suatu upakara.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Bhakti dengan pemusatan pikiran *Dhyana* dengan menggunakan media simbol atau perlambang dalam bentuk *Rupa* pikiran manusia dalam berkonsentrasinya sedangkan sifat Tuhan diwujudkan dalam bentuk *Nyasa* berupa mantram ataupun aksara suci  serta memegang teguh Tata krama dalam.meyadnya : Upasana, Upacarap,Upakara dan Uparengga dalam pelaksanannya. Niscaya Kualitas  sradha dan Bhakti akan terwujud.
(Weda Parikrama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kebenaran : Dharma yang Tertinggi

Mutiara Weda*
07/05/2019

*Kebenaran :' Dharma yang Tertinggi*

*Umat se-dharma*, jika kita amati dalam kehidupan sehari hari, Terkadang orang sering dikelabui oleh sikap merasa benarnya, dengan mengabaikan kebenaran yang sesungguhnya, dengan menonjolkan sikap KeAKUannya, mengakibatkan manusia cenderung merasa paling benar sendiri.

*Kearifan* akan membuat seorang menjadi Benar, tetapi *bukan* Merasa Benar. Biasakan benar dan Jangan membenarkan yang biasa .

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran dharma dan kebenaran hendaknya tidak dilanggar serta tidak ada Dharma atau kewajiban suci yang lebih tinggi dari Kebenaran *Satya* Jadilah orang yg benar dan jauhkan diri dari sikap merasa benar, sehingga selalu dapat introspeksi ,mawas diri dan Amulatsarira. (Weda Samhita & Slokantara, 3.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Indrya Mata :Sbg sumber keakuan

Mutiara Weda*
08/ 05/02019

*Indrya Mata : Sumber KeAkuan*

*Umat se-dharma*, hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan  cobaan & godaan yang diakibatkan oleh  kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* / *Dasa Mala*.

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indrya mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  jalan penyelesaiannya.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan.
(Vrti sasana II b.78 /1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Beragama yang Baik dan Benar

Mutiara Weda*
09/05/2019

*Beragama yang Baik dan Benar*

*Umat se-dharma*,jika kita pahami bahwa beragama itu  bukanlah alat untuk menyakiti orang lain dan bukan pulalah alat untuk menjatuhkan orang lain, melainkan sebagai pegangan, pedoman  dan tuntunan hidup dalam memperhalus jiwa dan Budhi sebagai landasan mencapai Tujuan hidup *Catur Purusaartha*. Mari kita beragama yang  baik dan Benar!!!

Manakala  dalam penerapan ajaran agama  mengakibatkan sakit dan menderitanya  orang lain, dapat dipastikan adanya kesalahan dan kekeliruan  dalam pemahaman nilai nilai  ajaran agama  sebagai cermin rendahnya tingkat spiritual yang berujung pada malapetaka dan  kehancuran.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia belajarlah agama dengan baik dan benar guna memperhalus jiwa dan memperkokoh budhi. Niscaya Kedamaian , kenyamanan  dan keharmonisan dalam hidup akan dapat terwujud. (Lontar Panca Siskanya  Angaji)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Svatantra katah

Mutiara Weda*
10/05/2019

*Svatantra Katah*

*Umat sedharma*, pada dasarnya setiap umat manusia penuh dengan kebebasan,  bebas menentukan kehendaknya sendiri, demikian juga sepenuhnya bertanggungjawab terhadap semua perbuatan yang dilakukannya atau *Svatantra Katah*.

Begitu pula, *Karma* dalam melakukan tindakan / perbuatan yang dilakukan dengan tiga cara yaitu : melalui Pikiran, Perkataan dan melalui olah tubuh.
Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, demikian juga tak akan pernah  mencapai kesempurnaan manakala menghindari kegiatan Kerja.

*Untuk itu*,sebagai umat  beragama Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melakukan kerja atau berkarma  dengan tidak terikat akan hasilnya dengan dasar Kehendak-Nya dan Brahman sebagai sebab yang tak tersebabkan. Niscaya akan memahami hakekat hidup menjelma menjadi manusia menurut ajaran  agama Hindu yaitu berkarma.
( Kitab Samsara & BG.III.4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Sad Pertivi Daryante

Mutiara Weda*
13/05/2019

*Sad Pertivi Daryante*

*Umat se-dharma, umat Hindu dalam  mengembangkan  kehidupan dan menjaga alam semesta beserta  isinya secara serasi dan seimbang   di kenal dengan nama  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan.

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Dharma Vahini

Mutiara Weda*
12/05/2019

*Dharma Vahini*

*Umat se-dharma, Keyakinan/ *Sradha* merupakan inti  dalam beragama. Menjalankan Dharma dengan benar, penuh keyakinan, ikhlas tanpa dibayangi oleh keragu raguan.Pancarakan selalu  kitab suci Veda Samhita *Dharma Vahini*

Manakala beragama dengan landasan ragu ,  *sangatlah berbahaya*, siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, raksitah*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini*, sebagai pedoman Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai  kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud.
(Weda Samhita & BG.III.35)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Ksama :Tumbuhkan sikap saling memaafkan

Mutiara Weda*
14/05/2019

*Ksama* : Tumbuhkan sikap saling Memaafkan

*Umat se-dharma*,  jika kita renung renungkan, manakala kita Membenci orang lain sama nilainya dengan kita meminum racun, membuat hidup   akan terbebani secara  terus menerus selama  belum bisa  memaafkannya dan akan terus menempati ruang di hati kita secara gratis.  tumbuhkan sikap saling memaafkan/ *Ksama*

Sulit rasanya  orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri
Tumbuhkan sikap saling mengampuni, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati * Manah Santih*

*Untuk  itu*, Bangun  kesadaran   dan jati diri yang sejati, belajar saling memaafkan / Ksama,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran* dengan landasan berpikir dan tutur kata yang santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pagerwesi : Benteng diri

Mutiara Weda*
15/05/2019

*Pagerwesi : Benteng diri*

*Umat se-dharma*,  pada hakekatnya Hari raya Pagerwesi merupakan rangkaian dari hari raya Saraswati, dengan
Pemujaan ditujukan   kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai  Sang Hyang Pramesti Guru,

Pagerwasi  sebagai perlambang Benteng dan pelindung yang kokoh di dalam diri  berupa ilmu pengetahuan Suci  *Samyagjnana* dalam menghadapi godaan dan cobaan hidup. Ilmu Pengetahuan  suci  *Samyagjanana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran dan kebahagiaan. Ilmu Pengetahuan suci  merupakan guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* mengingat  kitab suci Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*RAHAJENG HARI SUCI PAGERWESI*

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Panca Klesa

Mutiara Weda*
17/05/2019

*Panca Klesa*

*Umat se-dharma, umat Hindu  dalam mencapai tujuan hidup nya /*Catur Purusartha dan kelanggengan hidup serta kebahagian abadi  bagi sang jiwa /*Sat Cit Ananda* , ada lima rintangan yang mesti dihadapi yang di sebut dengan *Panca Klesa*

Kelima rintangan tersebut antara lain :
*Avidya* : Kegelapan, kebodohan atau ketidaktahuan.
*Asmita* : Keangkuhan dan kesombongan
*Raga* : Keterikatan
*Abhiniwesa* : ketakutan akan kematian
*Dwesa* : Rasa Benci  pada orang lain.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam mencapai kebahagiaan hidup  lepaskan diri dari berbagai rintangan dengan meningkatkan Spiritualitas serta tampakkan suksme sarira yang lembut, bercahaya sehingga mampu melihat suksme sarira sebagai suatu *Aura*.
( BG.XIII.23 & Wrspati Tattwa.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Satvika Widya :Berpikir Positif

Mutiara Weda*
18/ 05/2019

*Satvika Vidya :  berpikir Positif*

*Umat se-dharma*, Tingkatan getaran pikiran /Instuisi  menentukan tingkatan kualitas  spiritual seseorang dan menempatkan pikiran sebagai pemeran utama yang membawanya ke alam  kelahiran kembali, ke alam roda samsara maupun dalam mencapai kamoksan atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokhsayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran / selalu berpikiran Positif atau *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Untuk itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Busana Dalam Diri

Mutiara Weda*
19/05/2019

*Busana  Dalam Diri*

*Umat se-dharma*, Membangun *Kecerdasan* merupakan faktor penting bagi keberhasilan setiap umat manusia dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai inti dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*. Kesemuanya sebagai  *Busana/Kawaca* Benteng dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus,
*Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian,
*Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharmanya* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun Gunakan  *Kavaca Dharma dan bangun *Bhusana* yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang. Niscaya akan mampu menapaki hidup yang rendah hati, bijak dan mampu mengendalikan serta mengelola emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Wujudkan rasa Damai

Mutiara Weda*
20/ 05 /2019

*Wujudkan  rasa Damai*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan Diantara semua permata yang ada, yang paling bercahaya itu sebenarnya adalah *rasa  hati yang indah* ,  Diantara semua bunga yang pernah mekar, harum dan wangi juga sebetulnya  yang paling  tersentuh adalah  *rasa   hati yang  Damai dan Indah* pula. Wujudkan  selalu rasa hati yang Damai .

Sulit rasanya akan mendapatkan sentuhan rasa Hati yang nyaman dan  Indah tatkala dalam hatinya selalu bergejolak, penuh dengan praduga dan prasangka.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  tanamkan rasa   hati yang *Damai*,  *indah*  dan *Nyaman* agar memiliki  sentuhan  & kehalusan budhi  dengan berlapanf dan berjiwa besar serta  cara tanamkan ajaran Budhi pekerti  luhur. niscaya  rasa hati yang Damai dan  indah akan selalu tetap tertanam selama-lamanya".
(SS. 135-148 & Dharma Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pusatkan Pikiran

*Mutiara Weda*
21/ 05 / 2019

*Pusatkan Pikiran*

*Umat se-dharma*,  jika kita renung renungkan sumber kebocoran energi yang paling besar dan sangat berbahaya bagi setiap umat Manusia adalah  tak terkendalinya Manah /  alam pikiran sehingga cenderung liar, berakibat rendahnya tingkatan rohani berujung rapuhnya  spiritualitas seseorang. Pusatkan pikiran *Dhyana*.

Tidak terpusatnya alam pkiran dan tak terkendalinya Indrya secara otomatis  akan menyebabkan   sulitnya  dalam mengatasi gangguan,  godaan dan cobaan  hidup.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu, pegang teguh ajaran agama secara benar, perkokoh kualitas Rohani melalui pusatkan pikiran *Dhyana* dengan selalu menjaga kestabilan tiga komponen dasar yang ada dalam diri sitiap umat manusia;
*Vihara* : kualitas Intelektual
*Ahara* : Kualitas Mental, moral dan.budhi pekerti
*Ausadha* : Postur dan kesehatan lahiriahnya. Niscaya akan selalu dapat mengendalikan Indrya   dari pengaruh Sad Ripu.
[Kitab Wraspati Tatwa]

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Tumpek Landep

Mutiara Weda*
25/05/2019

*Tumpek Landep*
_((Landeping Idep, Vak mwah Kaya)_

*Umat se-dharma*, pada Saniscara Kliwon Wuku Landep umat Hindu merayakan hari suci yang  disebut *Tumpek Landep* sebagai wujud  rasa bhakti kehadapan Hyang Pasupati atas segala ciptaanya.  Mengasah ketajaman *Jnana*
( pikiran, logika dan ilmu pengetahuan)  Sebagai  spirit kemanusiaan, membangun kearifan  dalam memanfaatkan teknologi yang mengandung besi.

Umat Hindu berkeyakinan bahwa, peralatan yang digunakan untuk mengolah isi alam, harus tetap terjaga kesuciannya, sehingga selalu dapat digunakan dengan baik tanpa merusak alam atau menyakiti makhluk lainnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu selalu memegang teguh kebenaran  *Tri Permana Telur* dan bangun kesadaran sejati  dengan jalan mengasah ketajaman pikiran meningkatkan kecerdasan akal  _landeping Idep, Landeping Vak mwah Landeping Kaya_dengan selalu berpegang teguh pada  isi kitab suci Weda secara utuh.
( Kitab Sundarigama )

*RAHAJENG HARI SUCI      TUMPEK LANDEP*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Ibu : Fitri Dewa Bhawa

Mutiara Weda*
26 / 05 / 2019

*IBU : Pitri Deva Bhava*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu kedua orang tua (bapak / Ibu)  memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia demikian juga seorang Ibu  melahirkan, membesarkan dan membimbing sang anak ibaratkan Dewa dalam Keluarga  *Pitri Deva Bhava*

Orang tua  merupakan sarana terciptanya tubuh ini dan menjadi dewa Sekala bagi sang anak, maka sudah menjadi kewajiban bagi sang anak untuk  berbhakti pada kedua orang tuanya agar mendapatkan *Pahala* dalam.bentuk  ;  *Kerti*/Kerahayuan,kebahagiaan,  *Bala*/Kekuatan, *Ayuswa*: Umur Panjang dan *Yasa Patingal Rahayu*/ menjadi contoh bagi keturunannya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk berbhakti  kepada kedua orang tua untuk mendapatkan kebahagiaan  manah santih maupun paramasanti melalui *Tiga Restu*  yaitu :

*Kebahagiaan dalam masyarakat*  melalui penghormatan pada *sang Ibu*,

*kebahagiaan  di dunia* melalui penghormatan pada *ayah* dan

*Kebahagiaan di Brahma Loka* melalui penghormatan pada *Guru atau Acarya*. Niscya akan terbentuknya anak yang suputra dan terhindar dari maha pataka atau dosa besar menuju manah santih dan parama santih, bahagia lahir dan bathin, sekala dan niskala.
( Manu Smerti, 2. 227 dan Taitirya Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Kavaca gaib

Mutiara Weda*
27/05/2019

*Kavaca Gaib*

*Umat se-dharma*,  mengucapkan atau menguncarkan  *doa / Mantram* merupakan faktor yang sangat  penting dan menentukan bagi setiap kehidupan umat manusia serta  sesungguhnya merupakan.*Kavaca Gaib* yang menjadi Benteng diri dalam mengarungi kehidupan serta berpasrah diri pada Hyang widhi, Baik dalam bentuk stuti, stava, stotra  maupun puja.

Mantram-mantram berfungsi sebagai stuti, stava, stotra maupun puja bermakna   mengagungkan kebesaran  Hyang Widhi dan memohon perlindungan diri, sehingga mantram  dapat berfungsi sebagai Kavaca (baju gaib) yang melindungi tubuh dan pikiran kita dari kekuatan-kekuatan negatif.

*Untuk itu*,  ucapkan doa / mantram  dgn sungguh sungguh dan jangan sekali kali mengabaikan   akan arti dan makna sebuah "Doa" atau  mantram demikian pula menguncarkanya dengan  baik dan benar  melalui :
*Vaikari*  : ucapan mantram terdengar oleh orang lain.

*Upamsu* : berbisik-bisik, bibir bergerak, namun suara tidak terdengar.

*Manasika* : Terucap hanya di dalam hati, mulut tertutup rapat.

*Seha*,*japa* dan *Mantram*
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Buka kata hati

Mutiara Weda*
28/05/2019

*Buka kata Hati*

*Umat se-dharma*, Orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  menampakkan sinar / Cahaya dalam hidupnya  dan mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata bathin menjadi terang serta bersinar *Buka kata hati*

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin ; Badan dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dibersihkan  dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Mada : Ke-angkuhan

Mutiara Weda*
29 /05 / 2019

*Mada* : Ke-Angkuhan

*Umat se-dharma*,  Setiap umat 'Manusia haruslah menyadari bahwa  hidup di maya pada ini  akan.selalu  diselimuti oleh rasa keangkuhan / *mada* yang dapat menghancurkan  jiwa setiap umat  manusia manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Untuk itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri dengan   mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terlepas dari pengaruh *Mada*
( Vreti sasana II b.78 & Wedanta)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Loba : Sumbernya malapataka

Mutiara Weda*
30/  05 /2019

*Loba* : Sumbernya malapetaka*

*Umat se-dharma*, jika di renung renungkan dalam  Hidup ini akan kehilangan arah & tujuannya manakala hidup ini diselimuti    oleh keserakahan /"kelobaan" yg terselubung  di dalam  hati.

Dari keserakahan akan melahirkan kejahatan serta  dari kejahatan akan mengakibatkan kesengsaraan / penderitaan yg berujung pada *DOSA* dan *_malapetaka_*.

Untuk itu, hilangkan  keserakahan  "Loba dan tamak" dengan jalan selalu sadar "Eling" , Sabar  *Ngret Sarita* & *mulat sarira* serta  menjalankan kehidupan secara sederhana *_Ahara legawa_* .
Niscaya  dalam.mengarungi kehiduoan ini akan aman, selamat dan bahagia  lahir & bhatin  terwujud._(SS.458).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Acara agama

Mutiara Weda*
10 / 12 /2018

*Acara Agama*

*Umat se-dharma*,  setiap pelaksanaan kegiatan keagamaan umat Hindu tak pernah lepas dengan  praktek praktek keagamaan *Acara  agama*  dalam bentuk upakara .*Upa* berarti berhubungan, *Kara* berarti perbuatan / pekerjaan tangan, Upakara merupakan bentuk pelayanan yang diwujudkan dari hasil kegiatan kerja berupa materi yang dipersembahkan  dalam suatu upacara keagamaan.

Bahan-bahan upakara semuanya  bersumber dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis seperti :

*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan.

*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya.

*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang , binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu wajib untuk melakukan upakara agama dalam bentuk persembahan *Panca Maha  Yadnya* dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan para Dewa juga bermakna saling memelihara dapat mencapai kabaikan yang maha tinggi. Singkatnya hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah Tri Hita Karana  dan Tat twam Asi.
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Prasadam :Nara Yadnya

Mutiara Weda*
07/06/2019

*Prasadam : Nara Yadnya

*Umat sedharma*, Dalam setiap penyelengaraan  upacara keagamaan *Yadnya*,  umat Hindu memberikan perjamuan berupa makanan atau prasadam  *Annasewa* sangatlah penting sebagai salah satu cara dalam mewujudkan kualitas Yadnya yang *Satwika*

Tat Kala sang Yajamana dapat Memberikan suguhan perjamuan berupa makanan terhadap *atitiyadnya* atau *tamu yadnya* bagi para pamedek berupa suguhan  makanan *Prasadam* dengan tulus dapat digolongkan *Nara Yadnya atau Manusa Yadnya*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk melaksanakan upacara Yadnya yang *Satwika* melalui peningkatan kualitas Yadnya dengan melakukan *annasewa* sesuai dengan kemampuan masing masing  sebagai perlambang unsur keseimbangan  antara *kewajiban* dengan konsep *Ngayah*   yang  pelaksanaannya disesuaikan dengan ketulusan dan kemampuan sehingga terwujudnya kualitas  yadnya yang Satwika.
(Agastya Parwa  & Satapatha Brahmana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Apauruseya

Mutiara Weda*
09/06/2019

*Apauruseya* : Kitab suci Weda Bukanlah Buatan Manusia

*Umat se-dharma*, Pustaka suci Weda  yang menjadi  pegangan dan pedoman hidup  bagi umat Hindu, bukanlah buatan manusia  *Apauruseya*, melainkan sabda suci Tuhan / wahyu langsung  yang diterima dan di himpun  oleh para maha rsi karena kemekaran dan kematangan instuisinya  *Aparoksa-Anubhuti*.

Kitab suci Weda memiliki beberapa Karakteristik atau sifat sifat:

*Bersifat Universal*, merupakan santapan rohani dan menjadi pegangan,  pedoman  dan tuntunan hidup bagi setiap umat manusia.

*Sanatana dharma* dan *Vaidika dharma*:  bersifat kekal abadi dan bersumber dari kitab suci Weda Samhita.

*Fleksibel*: berlaku untuk seluruh jaman, Baik jaman *Satya /kerta Yuga*, *Treta yuga* , *Dwapara yuga* maupun pada jaman *Kali yuga*.

*Anandi Ananta* : kitab suci weda bersifat tidak berawal dan pula tidak berakhir serta dipelajari sepanjang jaman.

*Maka dari itu*, Bagi  setiap umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk belajar kitab suci Weda secara baik dan benar sesuai dengan sumber sumber Dharma : Kitab *Sruti*,  kitab *smerti*, *Sila*, *Acara /Sadacara*, dan *Atmanastuti*,  dengan cara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan. Niscaya akan mampu memperkokoh ajaran dharma dalam diri setiap umat Hindu. (Kitab Suci Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Tri Semaya

Mutiara Weda*
08/06/2019

*Tri Semaya*

*Umat se-dharma*,dalam sistem filsafat Hindu ada tiga konsep  ruang waktu yang berorientasi pada kelangsungan  kehidupan umat manusia dari masa ke masa *Tri Semaya*.

Tatkala, orang bijak terhadap apa yang terjadi di masa lalu, dan menjaga apa  yang ada sekarang, serta bisa mengantisipasinya apa yang akan terjadi di masa depan.

*Untuk itu* , sebagai umat manusia dalam melangsungkan kehidupan selalu berorientasi pada  Apa yang kita lakukan dewasa ini (Wartamana),  masa lampau (Atita), demikian juga dalam merumuskan harapan masa depan (Nagata). Niscaya pemahaman  hakekat  kehidupan akan dapat terwujud sehingga kehidupan bisa dinikmati tanpa terikat akan rasa takut  dan ketidakpastian masa depan (Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Tapa : Pengekangan dan Pengendalian Diri

Mutiara Weda*
10/06/2019

*Tapa :  Pengekangan & Pengendalian Diri*

*Umat se-dharma*, Kesabaran,  ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas  rohani atau spiritual.

Segala sifat keras hati, yang penuh  EGO dan Ambisi , hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat, Lebur Dening Pangastuti*

*Untuk itu*, Setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani  dengan selalu  melakukan pengekangan dan Pengendalian  diri *Tapa* dengan menampakkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya*. Niscaya Kesabaran & kedamaian hidup akan dapat terwujud.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Prema : Bangun Rasa Kasih Sayang

Mutiara Weda*
11/06/2019

*PREMA* : Bangun Rasa  kasih Sayang
    
*Umat se-dharma*, *Tri Kaya Parisudha* merupakan salah satu  ajaran Etika, moral, budhi pekerti dan menjadi landasan yang paling mendasar  dalam mewujudkan *manah Santih* dan *Parama Santih*, dengan *Tri Permana Telu* sebagai pijakannya.

Bila cinta kasih dan rasa kasih sayang dipadukan dan  dikaitkan dengan Manah / pikiran, ia akan menjadi *kebenaran*, Bila rasa kasih sayang dijadikan dasar perbuatan maka perbuatan akan menjadi *Dharma*, bila perasaan dijiwai oleh cinta kasih sayang maka hati akan penuh dengan *kedamaian*- Tatkala cinta kasih tidak menjiwai perbuatan, tidak akan pernah ada *Dharma*, jika  kita tidak merasakan cinta kasih di dalam hati maka tidak akan pernah ada kedamaian /Santih.

*Untuk itu*, bangunlah rasa Cinta kasih  sayang *Prema* dalam diri masing masing dan tumbuhkan sifat saling memaafkan sebagai  landasan untuk mendapatkan kebenaran *Dharma*, dan *Santih* / kedamaian serta tanpa kekerasan *Ahimsa*. Niscaya  akan dapat dengan mudah mengalahkan kebencian *Dwesa* dan kemarahan *Krodha*. Hiduplah dengan Cinta kasih dan penuh kedamaian.
( BG.Percakapan X.hal.97)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Hukum Karma :Ngunduh Wohing Pakarti

Mutiara Weda*
12 / 06/2019

*Hukum Karma* : Ngunduh Wohing Pakerti

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada menyebutkan, burung murai itu dihargai karena suaranya, dalam semua ajaran ajaran ,Gurulah yang paling berharga. Demikian pula dalam hal memaafkan,  ketinggian budilah yang paling dikagumi.

orang yang mendalami ajaran suci kerohanian pastilah memahami isi  ajaran Dharma yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastkan berkeyakinan kejahatan itu akan berbalik kembali pada asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani dengan memupuk rasa saling memaafkan serta membuang jauh jauh prilaku Kejahatan, rasa benci dan rasa dendam / Dwesa .Niscaya hidup yang Nyaman dan Damai / manah Santih dan parama santih dapat terwujud.
( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Bhoga Swatantrya

Mutiara Weda*
13/06/2019

*Bhoga-Swatantrya*

*Umat se-dharma*, Pada hakekatnya  setiap manusia adalah  *penguasa*. Penguasa dari nasibnya sendiri dan menjadi  Arsitek dari keberuntungannya  sendiri serta bertanggungjawab atas derita maupun  bahagia yang diterimanya saat ini.

Manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hasil dari perbuatannya *Bhoga Swatantrya* tapi setiap manusia memiliki kebebasan untuk menentukan penyebab dari perbuatan itu sendiri *Karma-Swatantrya*.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia Laksanakanlah setiap pekerjaan sebagai suatu kewajiban *Swadharma* dan jangan terikat pada hasil serta Lakukan kerja dengan tanpa Pamrih *Seva*, niscaya kebahagiaan sejati  akan dapat terwujud.*
(BGIII.19 & kitab Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Panca Maya Kosha

Mutiara Weda*
19/06/2019

*Panca Maya Kosha*
(Lima lapisan badan spiritual)

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan tubuh manusia ini tersusun atas lapisan badan sebagai wahana sang Atma menjalankan.siklus reinkarnasi, baik sebagai maklhuk Biologis maupun  sebagai makhluk spiritual. Secara Biologis susunan tubuh manusia  terdiri dari kulit, rambut, tulang dll, sedangkan Susunan tubuh manusia secara  spiritual  sesuai dengan falsafah Hindu  terdiri atas badan kasar / stula sarira dan badan halus /suksme sarira.

Badan halus /suksme sarira, tubuh manusia dilapisi  lima lapisan badan spiritual yang di sebut  *Panca Maya Kosha* diantaranya :

*Annamaya Kosha*, lapisan paling luar dari tubuh yang terbentuk dari sat makanan.

*Pranamaya Kosha*,  lapisan badan yang tersusun dari pembentuk kehidupan yang ada di alam semesta  berupa *energi Prana*.

*Manomaya Kosha*, lapisan yang terbentuk dari energi pikiran biasa yang berupa *suksme sarira* dan *karana sarira*

*Vijnana maya Kosha*,  lapisan badan yang terbentuk dari energi pikiran yang halus dan dengan kesadaran.

*Ananda maya Kosha*, lapisan badan yang tersusun dari energi pikiran yang yransenden yg lebur dalam parama santih dan kedamaian yang sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  mantapkan kualitas rohani  dalam mencapai kebahagian hidup baik manah santih maupun parama santih, Moksartham - jagadhita  dengan landasan pengetahuan Panca Maya Kosha dalam praktek praktek ajaran kerohanian bagi umat Hindu secara Universal.
( weda Samhita dan Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Panca Pilar Dalam Sat Karma

Mutiara Weda*
21/06/2019

*Panca Pilar Dalam Sat Karma*

*Umat se-dharma*,  jika di renung renungkan, Bila cinta kasih yang mengisi pikiran manusia, dia akan menjelma menjadi kebenaran, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Dengan melaksanakan  ajaran  cinta kasih itu  sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *Satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kualitas diri melalui :

*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya*  :  kejujuran,
*Dharma*  : kebajikan,
*Prema*  : cinta kasih,
*Santih* : damai dan
*Ahimsa*  : tidak  membunuh atau menyakiti. Niscaya akan dapat terbentuknya manusia manusia yang *Sat Karma* yaitu Manusia Dewa atau manusia berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 &  Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pikiran : sang Penentu

Mutiara weda*
22/06/2019

*Pikiran* : Sang Penentu 

*Umat se-dharma*, pada dasarnya setiap  manusia wajib untuk menjaga dan mengendalikan  *Citta* atau alam Pikiran,  karena pikiranlah sangat menentukan bagi setiap umat manusia dalam mencapai tujuan hidupnya *Catur Purusa Artha*.

Kendalikan pikiran karena pikiran akan melahirkan perkataan,  kendalikan setiap perkataan, karena dari perkataan akan melahirkan Perbuatan, jagalah setiap perbuatan karena dari perbuatan akan menjadikan suatu kebiasaan dan jagalah setiap  kebiasaan kebiasaan itu karena dari kebiasaanlah akan melahirkan Karakter Manusia, Subha dan Asubha Karma.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran *Tri Kaya Sandhi*  dengan baik serta memegang teguh falsafah etika Hindu ;  Bhadram pashyantu, Bhadram Sruvantu dan Bhadram Kurvantu ; Lihatlah hal hal yang baik, dengarkan hal hal yang baik dan lakukan hal hal yang baik pula. Niscaya setiap umat Hindu akan dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu *Catur Purusa Artha*. ( Sarasamuscaya).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Nyasa Rupa

*Mutiara Weda*
23/06/2019

*Nyasa-Rupa*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam melakukan pemujaan  berhubungan dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa memiliki berbagai keterbatasan, sehingga untuk mempermudah pikiran  berkonsentrasi  diperlukan adanya simbol simbol  *Nyasa- Rupa*.

Penggunaan *Nyasa -Rupa* dalam melakukan hubungan  bagi umat Hindu merupakan suatu  medianya dalam menggunakan bentuk atau simbol yang disebut dengan *Yatra atau Rekha* baik dalam bentuk *Arca* maupun dalam bentuk *Aksara Suci*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu untuk mempermudah konsentrasi dalam melakukan pemujaan  selalu menggunakan sarana  *Rupa* pikiran manusia dalam berkonsentrasinya sedangkan sifat Tuhan diwujudkan dalam bentuk *Nyasa* berupa mantram ataupun aksara suci *Kirtanam*, *Smaranam* maupun *Arcanam* dalam mencapai tujuan hidup beragama.
(Weda Parikrama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Mohaniya Karma

*Mutiara Weda*
24/06/2019

*Mohaniya Karma*

*Umat se-dharma*, Hukum karma  yang mengatur dinamika kehidupan semua makhluk hidup di alam semesta ini, yang mengakibatkan adanya proses kelahiran sorga maupun kelahiran Neraka dengan Karma Wesana masing masing akibat dari  ketidakmampuannya dalam mengendalikan nafsu Indrya di sebut karma *Mohanya Karma*

Mohanya Karma  berdampak pada kaburnya kesadaran umat manusia atau menghambat peningkatan kualitas kesadaran yang membuatnya jatuh kedalam gelap yang tanpa ada cahaya sehingga tidak dapat melihat mana yang disebut baik atau pun buruk yang diakibatkan oleh  sifat Pemarah/Krodha, Rasa Benci /dwesa dan ketidak mampuan dalam.mengendalikan nafsu.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu kendalikan *Sad Ripu* sebagai sumber dari  Mohanya Karma sehingga terhindar dari karma buruk dan memahami bahwa setiap manusia dan semua makhluk hidup sepenuhnya bebas dan memiliki kehendak serta bertanggungjawab atas semua perbuatannya sendiri atau sebagai penentu dari karma dalam  kehidupannya *Svatantrya Katah*
[Kitab Samsara & Weda Samhita]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Matsarya :Iri hati

Mutiara Weda*
25/06/2019

*Matsarya : Iri hati*

*Umat se dharma, Dalam mengarungi kehidupan  di maya pada  ini,  jauhkan diri dari sifat dengki , iri hati *Matsarya*, menginginkan dan merindukan sesuatu yang tidak mungkin.  Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama.

Manakala bathin diselimuti oleh rasa iri hati, dengki *Matsarya* pada sesama  jika melihat kelebihan orang lain, dapat dipastikan keadaan  orang seperti inilah sesungguhnya  orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini  yang teramat sulit untuk  disembuhkannya.

*Untuk itu*, setiap umat manusia,  jangan melakukan tindakan  yang terlarang, tercela dan sukar untuk di capai, dengan jalan melakukan Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran / *Manah*.
(S.S.89-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Dosa & Karma Dalam Hindu

*Mutiara Weda*
26/06/3019

*Dosa  & Karma Dalam  Hindu*

*Umat se-dharma*,  hidup menjelma menjadi manusia pada dasarnya adalah Menderita /  *Klesa* yang  disebabkan oleh  *Dosa*. Demikian juga *Dosa* pada dasarnya hasil dari *tindakan / Karma* yang dilakukan tidak selaras dengan hukum rta /hukum alam semesta dan melekat serta menjadi pengikut setia  kemanapun kita pergi dalam.bentuk *Karma Wesana* , yang bersumber  dari tiga hal yaitu  *Avidya* (kegelapan bathin), *papa Bija* (benih benih dari reaksi dosa) dan *papa* (reaksi dosa itu sendiri).

Avidya sumber dari perbuatan Dosa /asubha Karma, dari asubha karma akan muncul *Papa-bija* yaitu dosa yang belum menampakan efeknya dan selanjutnya Kepapaan merupakan reaksi dosa berupa Penderitaan, kesengsaraan dan.malapetaka /duhkha.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam mengarungi kehidupan ini tingkatkan kualitas *karma* sehingga melahirkan buah Karma kebajikan / *Sukrti Yuttha Anartha* dan menghindari perbuatan jahat  *Duskrti yuttha Anartha*. sehingga nantinya melahirkan  kebajikan/ Subha Karma/  Karma *Ummukthi sukrti*
(Kitab Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Dharma Raksatah Raksitah

Mutiara Weda*
27/06/2019

*Dharma  Raksatah Raksitah*

*Umat se-dharma*, jika di renung renungkan  dalam kehidupan ini, jika direnungkan semakin banyak melakukan perbuatan,  akan semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan kita hadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*.

Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Untuk itu*,-sebagai umat manusia berjalanlah pada jalan kebenaran/ Dharma  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yg menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur _Dharmena widrtah prajah_, *Dharma*  mengantarkan umat manusia  untuk mendapatkan   kebahagiaan lahir & bathin sedangkan  *Adharma* mengakibatkan  kesengsaraan  & penderitaan yg berujung pada Bencana dan malapetaka.
_(Santi Parwa ,109.11)_

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Namakarana Samskara

Mutiara Weda*
28/06/2019

*Namakarana Samskara*

*Umat se-dharma*,  dalam keluarga Hindu, orang tua  dalam memberikan nama suci pada sang  anak mengandung nilai nilai spiritual yang sangat tinggi salah satunya  melalui proses upacara  *Namakarana Samskara* atau *Namadeya Samskara*, merupakan bagian dari upacara *Sarira Samskara*.Jagalah nama suci yang diberikan orang tua dengan baik.

*Upacara Namakarana samskara*  dilaksanakan di saat hari ke 10, ke 12, ataupun pada hari ke 100 atau paling lama setelah setahun kelahiran dan dapat juga dilaksanakan pada saat upacara *tiga bulanan*, mengandung makna  mesthanakan SangHyang Atma secara formal menjadikan badan sebagai sthana sucinya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam membentuk kualitas  anak yang Suputra,   berkarakter dan berbudhi pekerti luhur  diawali dengan jalan  melaksanakan salah satu upacara sarira samskara dalam bentuk upacara *Namakarana Samskara* sangatlah penting dan menjaga kehormatan dari nama yang diberikannya . Niscaya nantinya sang anak akan tumbuh menjadi anak yang baik, subudhi, berkarakter dan *Suputra*.( Grhyasutra & Yajur Weda,VII.29

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Dharma Pravrti

*Mutiara Weda*
29/ 06/2019

*Dharma Prawrtti*

*Umat se-dharma*,  dalam ajaran agama Hindu  Utpeti-Stiti-PraIina, *Tri Kona*, merupakan tiga sifat Kemahakuasaan Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa)  Menciptakan, memelihara, dan melebur , tiga sifat Kemahakuasaan Tuhan yang tiada  luput dariNya. Ketiganya melekat dalam perwujudan Tuhan sebagai Tri Murti. Demikian juga
kelahiran *Utpati*, Kehidupan *Sthiti* dan kematian *Pralina*  merupakan hukum kodrat Tuhan *Rta* bagi setiap yang hidup di alam semestan ini.

Pada dasarnya keadaan  terlahir menjadi manusia  menunggu masa kanak-kanak dan masa kanak-kanak menunggu masa muda dan setelah masa muda menunggu masa Tua demikian juga  masa Tua tercapai  menanti kematian kembali pada pangkuan ibu Pertiwi.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia pada masa kehidupan ini untuk selalu memegang teguh dan mengusahakan perbuatan berdasar pada  ajaran  kebenaran *Dharma Prawrtti* dan berbuat  selalu berlandaskan ajaran *Tri Premana Telu* menjalankan proses kehidupan melalui tahapan tahapan  hidup  *Catur Asrama* . ( sarasamuscaya,29 dan Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Tri Bhoga

Mutiara Weda*
30/ 06/2019

*Tri Bhoga*

*Umat se-dharma*, dalam mewujudkan umat Hindu yang Jagadhita ,bahagia lahir dan bathin tidak bisa lepas dari tiga kebutuhan mendasar yang wajib terpenuhi yaitu *Tri Bhoga*

Tri Bhoga  meliputi :
*Bhoga* : makanan  yang sehat dan.bergisi  sangat diperlukan oleh tubuh setiap umat manusia semenjak berada di alam maya pada ini.

*Pari bhoga* : rumah  tempat tinggal sebagai tempat melangsungkan kehidupannya.

*Upa bhoga* : bhusana atau pakaian juga sebagai kebutuhan primer dan pokok  umat manusia beserta etikanya dalam berbhusana.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangunlah keluarga  yang sukinah, keluarga yang Jagadhita dengan terpenuhinya  Tri bhoga sebagai penunjangnya. Niscaya umat Hindu yang damai, Jagadhita  menuju umat Hindu yang  santih ,bahagia lahir dan bathin , Bhumi kerta bisa terwujud. ( Maitri Upanisad VI.41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Catur Vidya

*Mutiara Weda*
30/06/2019

*Catur Vidya*

*Umat se-dharma*, dalam menjalankan Dharma Negara dan  mewujudkan tujuan hidup/ Catur Purusa Artha,  umat Hindu wajib untuk memahami isi kandungan pengetahuan suci atau ajaran kesucian yang di sebut *Catur Vidya*.

Catur Vidya merupakan empat dari cabang ilmu pengetahuan suci Weda Samhita  dalam kitab Nitisastra dalam ilmu pemerintahan  diantaranya :

*Anwiksaki* : menguraikan tentang teknologi Filsafat

*Weda Trayi* : Menguraikan tentang  ajaran agama : reg, sama dan yajur Weda.

*Wartta* : menguraikan tentang ilmu Ekonomi atau kesejahtraan umat.

*Danda niti* : Menguraikan tentang ilmu politik dan ilmu hukum.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu khususnya Generasi muda Hindu haruslah memahami keempat cabang ilmu pengetahuan yang bersumber dari Weda samhita dalam mengarungi proses kehidupan dalam menjalankan Dharma Negara untuk mencapai tujuan hidupnya.( MDS.VII.43)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Vyapi Vyapaka Nirvikara

*Mutiara Weda*
01/ 07/2019

*Vyapi Vyapaka Nirvikara*

*Umat Se-dharma*,  Ida SangHyang Widhi Wasa  maha ada  *Wibhu Sakti* dan
memiliki pengetahuan yang tak terbatas, serba jauh / serba tembus *Dura Sarwajnana*
Sehingga  mengetahui tentang apa yang telah kita perbuat  dan ada dimana mana
"Wyapi Wyapaka Nirwikara"

Berhati - hati dalam  berpikir, bertutur kata dan dalam  bertindak dengan meletakkan ajaran *Tri Kaya Sandhi*  sebagai pondamen dasar dalam setiap sendi kehidupan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia pegang teguh ajaran *Tri Kaya Sandhi* dan  berpasrahkan  diri  pada yang Maha kuasa *Bhakti*,
Perbuatan tanpa kekerasan *BERTAPA DALAM TINDAKAN* dan suci murni dalam berpikir  BERTAPA  DALAM JNANA*
( BG.III.25/XII. 14/  SS. 217 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Jumat, 28 Juni 2019

Dharma Prawrti

*Mutiara Weda*
29/ 06/2019

*Dharma Prawrtti*

*Umat se-dharma*,  dalam ajaran agama Hindu  Utpeti-Stiti-PraIina, *Tri Kona*, merupakan tiga sifat Kemahakuasaan Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa)  Menciptakan, memelihara, dan melebur , tiga sifat Kemahakuasaan Tuhan yang tiada  luput dariNya. Ketiganya melekat dalam perwujudan Tuhan sebagai Tri Murti. Demikian juga
kelahiran *Utpati*, Kehidupan *Sthiti* dan kematian *Pralina*  merupakan hukum kodrat Tuhan *Rta* bagi setiap yang hidup di alam semestan ini.

Pada dasarnya keadaan  terlahir menjadi manusia  menunggu masa kanak-kanak dan masa kanak-kanak menunggu masa muda dan setelah masa muda menunggu masa Tua demikian juga  masa Tua tercapai  menanti kematian kembali pada pangkuan ibu Pertiwi.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia pada masa kehidupan ini untuk selalu memegang teguh dan mengusahakan perbuatan berdasar pada  ajaran  kebenaran *Dharma Prawrtti* dan berbuat  selalu berlandaskan ajaran *Tri Premana Telu* menjalankan proses kehidupan melalui tahapan tahapan  hidup  *Catur Asrama* . ( sarasamuscaya,29 dan Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*RAHAJENG HARI SUCI TUMPEK WARIGA *

Jumat, 21 Juni 2019

Pikiran sang Penentu

Mutiara weda*
22/06/2019

*Pikiran* : Sang Penentu 

*Umat se-dharma*, pada dasarnya setiap  manusia wajib untuk menjaga dan mengendalikan  *Citta* atau alam Pikiran,  karena pikiranlah sangat menentukan bagi setiap umat manusia dalam mencapai tujuan hidupnya *Catur Purusa Artha*.

Kendalikan pikiran karena pikiran akan melahirkan perkataan,  kendalikan setiap perkataan, karena dari perkataan akan melahirkan Perbuatan, jagalah setiap perbuatan karena dari perbuatan akan menjadikan suatu kebiasaan dan jagalah setiap  kebiasaan kebiasaan itu karena dari kebiasaanlah akan melahirkan Karakter Manusia, Subha dan Asubha Karma.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran *Tri Kaya Sandhi*  dengan baik serta memegang teguh falsafah etika Hindu ;  Bhadram pashyantu, Bhadram Sruvantu dan Bhadram Kurvantu ; Lihatlah hal hal yang baik, dengarkan hal hal yang baik dan lakukan hal hal yang baik pula. Niscaya setiap umat Hindu akan dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu *Catur Purusa Artha*. ( Sarasamuscaya).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 20 Juni 2019

Tri kala : tiga waktu

*Mutiara Weda*
18/06/2019

*Tri Kala* : Tiga Waktu

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.

Waktu Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :

*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.

*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.

*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau  Tri Sandhya  dengan baik sehingga  proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun  makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Uparengga dlm acara agama

Mutiara Weda*
20 /06/2019

*Upa rengga  dalam Acara  Agama*

*Umat se-dharma*,  setiap pelaksanaan kegiatan keagamaan umat Hindu tak pernah lepas dengan  praktek praktek keagamaan  *Upakara agama* .*Upa* berarti berhubungan, *Kara* berarti perbuatan / pekerjaan tangan, Upakara merupakan bentuk pelayanan yang diwujudkan dari hasil kegiatan kerja berupa materi yang dipersembahkan  dalam suatu upacara keagamaan *Uparengga* dalam meyadnya.

Bahan-bahan upakara semuanya  bersumber dari  seisi alam semesta ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis seperti :

*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan.

*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya.

*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang , binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu wajib untuk melakukan upakara agama dalam bentuk persembahan *Panca Maha  Yadnya* dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan para Dewa juga bermakna saling memelihara dapat mencapai kabaikan yang maha tinggi. Singkatnya hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah Tri Hita Karana  dan Tat twam Asi.
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta