Rabu, 14 Februari 2018

Satvika Widya

*Mutiara Weda*
08/02/2018

*Satvika Widya*

Setiap umat Hindu hendaklah  memahami bahwa Tingkatan getaran pikiran menentukan tingkatan spiritual seseorang dan menempatkan pikiran sebagai pemeran utama yg membawanya kedalam kelahiran kembali, ke alam roda samsara maupun dalam mencapai moksa atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokshayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Maka dari  itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Dharma sadhanam

*Mutiara Weda*
09/02/2018

*Dharma Sadhanam*

Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa mengamalkan dan mengaplikasikasi  ajaran Dharma pada diri seseorang dalam menuju jalan-Nya  disebut dengan *Dharma Sadhana* dan catur Dharma  Sadhana atau empat Sadhana  sebagai  *_sesarining Dharma_*.

Keempat Sadhana tersebut yakni  ; *Jnana kanda* /pikiran yang terbebas dari dualitas, *Bhakti Kanda* / sikap welas asih dan kebaikan yang tak terbatas pada semua makhluk, *Yoga Kanda*/pikiran yang bebas dari sad ripu, *Karma Kanda* / melaksanakan swadharma dengan baik.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu wujudkan dan realisasikan kesucian Dharma/ Sadhaka dalam diri masing masing  melalui latihan latihan rohani dengan tahapan  *Astangga yoga*  secara sistematis dan praktis sehingga terbina, terpupuk Budhi pekerti dan kesucian bathin. Niscaya akan mampu mengamalkan nilai nilai Dharma dengan baik sehingga menjadi *Sadhaka* dan mencapai *Jiwan Mukti*
(reg Weda VIII.69.8 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tumbuhkan kedamaian dalam Hati

*Mutiara Weda*
10/02/2018

*Tumbuhkan kedamaian dalam Hati*.

Setiap umat Hindu  hendaknya memahami bahwa, Diantara semua permata yang ada, yang paling bercahaya itu sebenarnya adalah *rasa  hati yang nyaman,damai dan indah*serta Diantara semua bunga yang pernah mekar,harum dan wangi, juga sebetulnya  yang paling  tersentuh adalah  *rasa   hati yang indah* , Bangun rasa damai dalam hati.

Sulit rasanya akan mendapatkan sentuhan rasa Hati yang nyaman dan  Indah tatkala dalam hatinya selalu bergejolak, penuh dengan praduga dan prasangka.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  tanamkan rasa   hati yang  *indah*  , *Nyaman* dan *SANTIH* agar memiliki  sentuhan  & kehalusan budhi  dengan cara menanamkan ajaran Budhi pekerti  luhur. niscaya  rasa hati yang indah akan selalu tetap tertanam selama-lamanya".
(SS. 135-148 & Dharma Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Indrya mata

*Mutiara Weda*
11/02/2018

*Indrya Mata : Mata Nafsu*

Setiap umat manusia hendaklah menyadari bahwa hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan  cobaan & godaan yang diakibatkan oleh  kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* / *Dasa Mala*.

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  jalan penyelesaiannya.

*Untuk itu*, Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran
dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan.
( Vreti sasana II b.78/1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Hukum Karma

*Mutiara Weda*
12/02/2018

*Hukum Karma*

Setiap umat Hindu hendaknya menyadari  bahwa setiap perbuatan yang dilakukan bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Phala Karma*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Vyapaka Sauca

*Mutiara Weda*
13/02/2018

*Vyapaka Saoca*

Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa membersihkan diri ataupun mengatur suhu badan *Vyapaka Saoca* sebagai salah satu dari tahapan awal  yang sangat penting dalam berhubungan dengan sang maha Pencipta.

*Vyapaka Saoca* merupakan  Mandi membersihkan badan dan menjaga kestabilan pisik / lahiriah  yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai rangsangan keinginan dan dapat kehilangan keseimbangan mental ataupun kualitas mental rohani.

*Untuk itu* sebagai umat Hindu selalu melakukan pensucian diri baik lahir maupun bathin *Yama maupun Nyama*, dengan jalan membersihkan diri atau *Vyapaka Saoca* sebelum melakukan Hubungan dengan Sang maha Pencipta/ Hyang Widhi  baik dalam Semadhi maupun dalam melakukan Asanas. termasuk mengatur suhu tubuh atau Angga sarira (Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Upacara Wana Kertih

*Mutiara Weda*
14/02/2018

*Upacara Wana Kertih*: Pensucian Alam

Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa upacara wana kertih merupakan salah satu upacara penting bagi umat Hindu yang mengandung makna terjaganya kesucian, keharmonisan manusia dengan alam  lingkungan dan merupakan bagian dari Sad Kertih atau enam upacara Yadnya dalam menjaga keharmonisan jagad yaitu ; *Atma kertih*, *Danu Kertih*, *Wana Kertih*, *Samudra Kertih*, *Jana Kertih* dan *jagad Kertih*.

Di samping itu ,Upacara  Wana kertih juga merupakan  sumber pensucian alam/ Bhuana agung, dimana *Patra*/ tumbuhan dan *Pertiwi* (tanah)  merupakan pelebur dari segala yang kotor di dunia ini dan yakin bahwa tanpa terlindunginya sumber sumber alam, manusia tidak akan pernah mendapatkan kehidupan yang aman ,damai , tentram dan harmonis di dunia ini *Idryaya dyava osadhir Uta appah rayim raksanti jiyaro vanani*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk melakukan upacara Wana Kertih dan  memuja kebesaran Ida SangHyang Widhi Wasa dalam wujudnya sebagai dewa *Wisnu* dan *Dewi Wasundari*, sehingga hidup manusia menjadi Damai, rukun, tentram dan harmonis terwujud.
(Reg Veda,III.51.5 & Bhuana kosa, VIII.2-3)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri mala Paksa

*Mutiara Weda*
15/02/2018

*Tri Mala Paksa*

Setiap umat Hindu hendaknya memahami bahwa ada  tiga kekotoran yang sering  melekat pada jiwa manusia  akibat dari pengaruh buruk nafsu / Indrya yang tak terkendalikan yang dapat menghambat perkembangan setiap manusia dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*  yang di sebut  *Tri Mala Paksa*.

*Tri Mala Paksa* meliputi :
*Kasmala*; perbuatan yang hina dan Kotor,
*Mada* ; perkataan dusta dan kotor,
*Moha* ; pikiran / perasaan angkuh dan sombong.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu kendalikan Indrya/ *mata nafsu* dan pegang teguh ajaran *Tri Kaya Pari sudha* atau *Tri Kaya Sandhi* sehingga terhindar dari prilaku *Asubha Karma*, baik  dalam berpikir, bertutur kata, dan dalam berbuat / *Tri Mala Paksa*. Niscaya akan terwujudnya prilaku *Subha Karma* serta melahirkan Karma Baik terhindar dari Malapetaka.. ( Kitab Widhi Sastra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 06 Februari 2018

Niskama Karma

*Mutiara Weda*
02/02/2018

*Niskama Karma*

Setiap umat Hindu hendaklah menyadari bahwa ajaran Bhakti merupakan puncak dari   karma dan jnana marga. segala pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa dilaksanakannya Karma karena harus dilaksanakan dengan *Niskama Karma*.

Niskama Karma sebagai perbuatan yang dilakukan dengan tanpa Pamerih dan Bhakti merupakan  muara dari ajaran Jnana  marga dan Karma marga.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas Bhakti dengan memegang teguh ajaran *Nava Veda Bhakti*, melalui pemahaman dan  pengamalan terhadap  isi kitab suci Weda *Wandanam* secara benar.
(Bhagawata Purana.VII.5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta ..

Menyejukkan sbg Cermin orang Beragama

*Mutiara Weda*
03/02/2018

*Menyejukkan sebagai cermin orang beragama*

Setiap  umat Hindu hendaknya  memahami bahwa Ida Sanghyang Widhi Wasa menurunkan agama ke dunia ini, bukan sebagai media untuk saling merendahkan, saling menjatuhkan, saling membenci  dan  saling  memfitnah  bahkan saling membunuh satu sama lainnya.

Ida Hyang Widhi Wasa menurunkan agama dengan kitab suci Weda ke dunia ini justru untuk dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan bagi setiap umatnya dalam membangun nilai  moral , etika , Karakter dan Budhi pekerti  luhur  sehingga dalam hidup  terpancar suasana yang nyaman, damai  dan menyejukkan bagi semua orang.
*Untuk itu*,   setiap umat Hindu memiliki rasa   malu pada Tuhan kalau agama yang diwahyukannya itu disalahgunakan  untuk saling menjatuhkan,  membenci , menghujat dan bahkan saling  membunuh dan selalu berusaha untuk mengendalikan musuh musuh  yang ada dalam.diri setiap manusia *Sad Ripu*,* Sadatatayi* dan *Sapta Timira*
( Panca Siskanya Angaji &  Ramayana kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta ..

Canang sari: sarin kesucian manah

*Mutiara Weda*
04/02/2018

*Canang Sari : Sarin kesucian Manah*

Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa sebenarnya canang sari merupakan Inti dari pikiran/ manah suci sebagai pertanda Bhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi  Wasa dalam meyadnya.
_*Canang sari inggih punika sarin kasucian Kayun/ manah Bhakti ring Hyang Widhi*_

Unsur unsur canang sari  sepert :  *Ceper* sebagai lambang Angga sarira dengan empat sisinya sebagai simbol  Panca Maha Bhuta, Panca Tan Matra, Panca Budhindrya, dan panca Karmendrya, keempatnya ini menyebabkan jadi terbentuknya Angga sarira ( badan Kasar),  *Beras* simbol Benih benih / SangHyang Atma yang menyebabkan badan kasar  menjadi hidup, *Porosan* lambang *Tri Permana* ( Bayu, Sabda dan Idep. Sirih /Wisnu, Jambe/Gambir/Brahma dan Kapur/ Pamor lambang Siwa )

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam melaksanakan persembahan dengan Canang sari sebagai intinya mengingat dalam canang sari tertuang unsur kesempurnaan seperti ; *Dahram* ; kebijaksanaan, *Satyam* / kebenaran atau kesetiaan, *Pasupati* / ketajaman Intelektual,
*Kama* / kesenangan, *Eswarya* / kepemimpinan atau kesatrya, *Krodha* / emosional,
*Mrtyu* / kedengkian/dendam serta  *Kala*/ kekuatan
(Lontar Mpu Lutuk Alit)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Panca Tirta

*Mutiara Weda*
05/02/2018

*Panca Tirta*

Setiap Umat Hindu hendaklah  menyadari bahwa dalam setiap kegiatan keagamaan Hindu tidak akan pernah  lepas dengan penggunaan sarana  *Air*. Air yang telah disucikan disertai  dengan doa  pujaan atau mantram disebut *Tirta*. Tirta bukanlah air biasa melainkan benda materi yang sangat sakral yang mampu menumbuhkan perasaan dan pikiran yang suci yang disebut *Panca Tirta* : Tirta Kamandalu,Tirta Sanjiwani, Tirta Kundalini, Tirta Pawitra dan Tirta Amerta.

*Tirta kamandalu*   diyakini sebagai air kehidupan ciptaan dewa *Brahma* untuk kesucian sebagai landasan terjadinya penciptaan. *Tirta Sanjiwani* dipandang sebagai air kehidupan ciptaan dewa *Iswara* untuk kesucian yang membangkitkan rasa damai di hati, *Tirta Kundalini* diyakini sebagai ciptaan dewa  *Maha dewa* untuk membangkitkan kesadaran dan *Tirta Pawitra* ciptaan dewa  *Wisnu* untuk membangkitkan keseimbangan alam serta *Tirta Amerta* ciptaan dewa *Siwa* untuk kesucian Bhuana agung dan Bhuana alit.

*Untuk itu*, sebagai umat beragama Hindu haruslah memahami  bahwa fungsi Tirta yang sebenarnya sebagai lambang pensucian, pengurip Urip/ penciptaan, sebagai pemelihara serta berfungsi untuk membersihkan diri dari kotoran maupun kecemaran pikiran dalam memperkokoh *Bayu*, *sabda* dan *Idep*
( Rg Veda I. 5  &  XII,65 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Mepunia : pemberian secara Tulus

*Mutiara Weda*
06/02/2018

*Mepunia : Pemberian Secara Tulus*

Setiap umat Hindu hendaklah  menyadari bahwa medana Punia merupakan kewajiban dari  kitab suci Weda yang mengandung makna pemberian yang tulus dan suci sebagai salah satu bentuk pengamalan dari ajaran Dharma.

Berdasarkan cara Pemberian dana Punia dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : *Dana Punia Desa* ; Pemberian berupa tempat, desa/ tanah untuk kepentingan orang banyak. *Dana Punia Agama* ; pemberian berupa isi ajaran agama , ilmu pengetahuan dan *Dana Punia Drewya* ;  Punia berupa Artha benda yang menjadi kebutuhan .

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu lakukan Dana Punia tersebut dengan penuh Sradha dan bhakti Dengan landasan Dharma,  Artha  dan Kama secara Seimbang. (Atharwa Weda ,VI.81 & SS.261-263)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Mesegeh

*Mutiara Weda*
07/02/2018

*Mesegeh*: suguhan / sego
( om Sarva bhuta Preta byo namah swaha)

Setiap umat Hindu hendaknya memahami bahwa Mesegeh merupakan salah satu kewajiban umat Hindu dalam menyuguhkan /  menyomya para butha  kala agar tidak mengganggu manusia dalam mewujudkan ketentraman hidup. Mesegeh biasanya dilakukan  pada tiga tempat  yaitu  *natar merajan*, *natah rumah* dan *lebuh/ pintu masuk rumah  menggambarkan  tiga aspek dalam diri  manusia.

Mesegeh di *Natar merajan* menggambarkan *kepala manusia* simbol dari *nalar manusia/pepineh*, sedangkan *natah rumah* menggambarkan *rongga dada* simbol *perasaan/ tingkatan emosional atau pengerasa*, sedangkan *lebuh* menggambarkan *rongga perut* yang mewakili *insting/ naluri manusia* atau *kleteg Bayu*.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu melaksanakan upacara Bhuta Yadnya sebagai  bentuk upacara Bhuta Yadnya  yg paling sederhana pada tingkatan keluarga mesegeh pada tiga tempat *Natar Merajan*, *Natah Rumah*, dan *Lebuh* sehingga Semua pikiran, perkataan dan perbuatan menjadi terarah dan menetralisir hal hal yg negatif sehingga hidup umat manusia menjadi tenang, damai dan Harmonis
( Kitab Kala Tattwa dan Bhama krtih)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .