Kamis, 31 Agustus 2017

Falsafah Tri Hita Karana Sarana Membangun Karakter dan Budi Pekerti Luhur

Falsafah Tri Hita Karana sarana Membangun
Karakter dan Budi Pekerti Luhur.
Made Worda Negara


Pendahuluan

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, bangsa yang beradab, bangsa majemuk, bangsa yang masyarakatnya menganut agama yang mnjadi pegangan dan pegoman hidupnya. ,bangsa  yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang terbentang dari sabang sampai merauke ini sebagai cermin bahwa Kemajemukan ,Pluralisme dan kebinekaan adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi keberadaannya di muka bumi Indosenia dan ini harus dijaga secara  bersama-sama dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI.
Max Muller seorang ahli filsafat barat mengatakan bahwa Manusia Hindu sangat dikenal memiliki sikap yang tabah, polos, jujur, tenang, damai dan harmonis serta  memiliki sikap gotong royong dan kebersamaan yang sangat tinggi dan semuanya itu ditopang dengan  krakter, budhi pekerti luhur.
Namun dalam kenyataannya kalau kita lihat dalam  tatanan kehidupan  bermasyarakat,  berbangsa  dan bernegara seperti sekarang ini terasa memprihatinkan. Perkelahian, pertengkaran dan konflik berkepanjangan sampai terjadinya pertumpahan darah , umat manusia seolah-olah sudah kehilangan rasa kasih dan sayangnya, etika,tata krama, sopan santun dan budhi pekerti yang diwariskan nenek moyang kita jaman dahulu sudah dilupakan  , tradisi dan ceritra - cerita para orang tua diabaikan begitu saja,  begitu pula dalam menyampaikan pendapat / saran-saran seolah-olah tidak memiliki etika, tata krama, sopan santun, susila. penggunaan kekerasan telah menjadi satu satunya pilihan dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Dalam mengantisifasi hal tersebut penanaman terhadap Budhi pekrti luhu dalam membentuk karakter masyrakat yang berbudaya salah satu jalannyah adalah menerapkan  Konsep Tri Hita Karana perlu ditanamkan kembali melalui pemantapan awig-awig desa adat atau desa Pekraman.
 kita bertanya- tanya dalam hati kita yang paling dalam,mengapa hal ini dapat terjadi,barangkali  akibat dari sebagaian umat manusia belum siap menerima perubahan jaman yang disebut dengan jaman Kaliyuga/ kali sengara atau orang sering menyebut dengan  jaman edan. Di  dalam kitab suci Roga Sengara  Bumi disebutkan bahwa semua kejadian diatas merupakan ciri-ciri atau tanda tanda dari dari jaman kali yuga tersebut. Umat Hindu harus memahami jaman ini dan  seharusnya tahu apa yang harus dilakukan dalam jaman ini, sehingga  tidak larut dalam jaman kaliyuga. sebagai umat Hindu dimanapun berada,dan dalam kondisi apapun harus mampu mengimplementasikan  falsafah Tri Hita karana dalam hati nurani masing-masing dalam upaya membentuk budhi pekerti luhur, membangun karakter dalam upaya meningkatkan kualitas moral,mental sehingga memiliki ketahanan mental yang kuat, sehingga betul-betul menjadi benteng bagi diri masing-masing umat Hindu sehingga dapat berperan dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dalam menjaga keutuhan umat dan NKRI.

Dalam kitab suci Bhagawadgitha percakapan X, hal. 97 menyebutkan:  Bila cinta kasih dan kasih sayang dikaitkan dengan pikiran,ia menjadi kebenaran, bila rasa kasih sayang dijadikan dasar perbuatan maka perbuatan akan menjadi dharma, bila perasaanmu  dijiwai oleh  cinta kasih sayang maka hatimu akan penuh dengan kedamaian yan g tertinggi dan bila engkau menjadikan cinta kasih dan sayang sebagai penuntun pengertian dan cara berpikirmu maka akal budhimu akan dijiwai oleh sikap tanpa kekerasan.Karena itu cinta kasih dan rasa kasih sayang adalah kebenaran.Jika cinta kasih  tidak menjiwai perbuatanmu tidak akan ada dharma.jika engkau tidak merasakan cinta kasih dalam hatimu tidak akan ada kedamaian.dan jika engkau tidak melandasi pikiranmu dengan cinta kasih,tanpa kekerasan tidak akan menetap dalam akal budimu.demikian juga cinta kasih adalah bahan pokok untuk satya”Kebenaran”, Dharma “Kebajikan”,Santhi ”Kedamaian” dan Ahimsa “tanpa Kekerasan”. Dengan cinta kasih kita akan dapat dengan mudah mengalahkan kebencian dan kemarahan.Karena itu hiduplah dengan cinta kasih dan kedamaian.

Lebih lanjut dalam kitab suci Agastya Parwa disebutkan : Kunang ikang marin swarga mwan manjadma manusa wisesa manke sila nika nuni :tapo yajna surambharyam,akarot su va janmani,aho svargam avapnuyat... artinya orang akan dapat masuk sorga dan menjelma menjadi manusia utama,perbuatannya dulu adala sebagai berikut,ada tiga macam perbuatan yang menyebabkan surga yaitu Tapa,Yadnya dan Meyase kerti.

Tri Hita karana 

Konsep Tri Hita Karana  merupakan falsafah hidup yang sangat tangguh. Falsafah dalam  membangun kedamaian, keharmosisan hidup umat manusia dan berjiwa toleransi yang tingggi ditengah hantaman globalisasi dan homogenisasi yang demikian deras. Ajaran Tri Hita Karana  menekankan membangun hubungan yang harmonis pada;
Manusia dengan Sang  Maha Pencipta atau Parhyangan, antara  manusia dengan sesame Pawongan dan manusia dengan alam lingkungannya Palemahan. Tri Hita Karana sebaga landasan yang paling  mendasar bagi  Umat Hindu dalam bergaul  dalam kehidupan sehari-hari baik dalam berpikir, bertutur kata maupun dalam perbuatan yang realisasi pelaksanaannya  lebih kepada    Panca Yadnya : dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Bhuta Yadnya.
Konsep ajaran  Tri Hita Karana yang diterapkan dibali mengarah kepada  termanifestasikan dalam budaya dan tradisi bali, yang tentunya tidak semata-mata timbul karena pemahamannya pada atas ajaran hindu, tapi juga karena tantangan jaman. Umat hindu harus mampu mengimplementasikan dan mengamalkan konsep Tri Hita Karana secara total dan dalam semua aspek kehidupan sampai pada unsur terkecil dalam bentukn keluarga yaitu konsep Palemahan yaitu yang membuat umat Hindu mencintai tanah kelahirannya, Pawongan yaitu moral,etika dan tatar krama umat hindu dan taat pada hukum adat dan dresta dan Parhyangan yaitu selalu mendekatkan diri kehadapan Ida sanghyang Widhi Wasa dalam membangun masyarakat yang memiliki karakter dan berbudi pekerti luhur.

Tat Twam asi

Dalam pengertiannya ajaran Tat Twam Asi “ itu adalah kamu juga” Merupakan filsafat Hindu yang mengajarkan kesosialan dan keharmonian yang tanpa batas karena diketahui bahwa “Ia adalah kamu” saya dalah Kamu dan segala mahluk adalah sama,sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain juga berarti menyakiti diri sendiri. Antara saya dan kamu sesungguhnya bersaudara. Hakekat atman yang menjadikan hidup diantara saya dan kamu berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Atman yang  menghidupkan tubuh makhluk hidup merupakan percikan terkecil dari Tuhan. Kita sama-sama makhluk ciptaaan Tuhan. Sesungguhnya filsafat tattwam asi ini mengandung makna yang sangat dalam. Tatwam asi mengajarkan agar kita senantiasa mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti apa bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekali-kali menyakiti hati orang lain. Dan sebaliknya bantulah orang lain sedapat mungkin kamu membantunya, karena sebenarnya semua tindakan kita juga untuk kita sendiri. Bila dihayati dan diamalkan dengan baik, maka akan terwujud suatu kerukunan. Dalam upanisad dikatakan: “Brahma atma aikhyam”, yang artinya Brahman (Tuhan) dan atman adalah tunggal.Filsapat hidup Tat Twam Asi juga merupakan dasar susila hindu,yaitu tingkah laku baik dan mulia ya ng selaras dengan ketentuan-ketentuan dharma dan yadnya.Makna Tat Twam Asi mengajak kita semua untuk lebih menahan diri dan mengendalikan diri.dengan menyadari filsafat tat Twam Asi diharapkan setiap langkah,gerak yang dilakukan sudah melalui pertimbangan yang cermat dan berhati-hati demi kebaikan bersama dan untuk mencapai tujuan yang luhur.

Menyame Mebraya

Menyame mebraye mengandung makna Memiliki ikatan persaudaraan yang kuat,  memperlakukan orang lain yang bukan saudara seperti saudara sendiri. Penerapan ajaran Tri HIta Karana menjadi sangat penting dalam melakukan Pendidikan agama Hindu bagi masyarakat Hindu dalam menghadapi perkembangan jaman yang  modern, pluralistik dan turbulent. 
 Dalam menumbuhkan dan membangun karakter bagi Masyarakat Hindu  khususnya bagi para generasi muda  dalam mengimplementasi Tri Hita sangatlah penting dengan menggunakan pendekatan yang tepat guna dan tepat sasaran. Ada beberapa pendekatan yang digunakan seperti : Pendekatan Keagamaan, Satya/Jujur, Toleransi,Disiplin, dan Kreatif  dan Mandiri.
 Keagamaan/religeus,  sikap dan peilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
Satya/Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan;
Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tidakan orang lain yang berbeda dari dirinya; 
Disiplin, tindakan   yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; Kerja Keras; perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 
Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Kesimpulan

·         Marilah kita sebagai umat Hindu selalu Introspeksi diri, mengendalikan diri,dan Implementasikan nilai – nilai  yang terkandung dalam Konsep Tri Hita Karana,Tatwam Asi, konsep menyama mebraya, dalam membangun umat Hindu yang memiliki Budhi pekerti luhur,berkarakter dalam berprilaku dalam kehidupan sehari hari bermasyarakat, berbangsa dan bernegara , sehingga terwujudnya masyarakat yang sejahtra lahir dan bhatin, Manah santih dan Parama Santih “Moksartham Jagadhita ya Ca iti dharma”

·         Menjadikan diri sebagai insan yang memiliki sradha dan bhakti yang kuat, insan sosial yang baik dalam bernasyarakat, berbangsa dan bernegara serta  selalu berusaha melaksanakan petunjuk ajaran Dharma Tapa,Yadnya dan mekerti dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat terwujudnya umat Hindu yang harmonis, damai/santih,beretika,bermoral serta bermartabat memiliki mental yang Prima.

Daftar Pustaka
Sarasamuscaya,I NYoman Kajeng dkk,paramita, 1997
Lontar Tutur Tapeni Yadnya, 72-73).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar