Selasa, 05 September 2017

Peranan Dan Kedudukan Wanita Hindu



Peranan dan Kedudukan wanita  Hindu

Pendahuluan
 Dalam kehidupan bermasyarkat seperti sekarang ini terasa memprihatinkan, perkelahian terjadi di mana-mana, manusia seolah-olah kehilangan rasa cinta kasih sayangnya, kebohongan, kecurangan, penipuan, pengkianatan, pembunuhan dan pemerkosaan serta pemakaian obat terlarang semakin merajalela sehingga  situasi kini semakin komplek, baik terhadap kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karena itu,perlu diciptakan ketahanan keluarga sebagai antisipasi terhadap dampak negatif modernisasi dan globalisasi merupakan tuntutan yang mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi,lebih-lebih dalam menghadapi tatanan dunia baru yang modern,teknologis,konsumtif,rasional dan materialistis.
Dalam kerangka berpikir Hindu,menciptakan ketahanan keluarga merupakan inti amanat yang mendapat perhatian utama dalam tugas dan tanggung jawab dalam suatu keluarga. Institusi keluarga adalah cermin dan kwalitas budaya atau peradaban manusia,moralitas dan integritas serta sumber daya manusia terbentuk dan terbina dalam menciptakan rumah tangga atau keluarga adiguna tak lepas dari nilai-nilai agama dan peranan serta kedudukan wanita dalam suatu rumah tangga.
Dalam harkat kehidupan,wanita memang memiliki harkat yang dominan.Wanita hindu mengemban tiga kerepotan yang esensial yang bersifat kodrati yang mengaju ke masalah intern dan ektern.haid,kehamilan serta melahirkan termasuk hal yang kodrati,kemudian mengasuh anak,mengurus rumah tangga adalah merupakan tanggung jawab intern, sedangkan membantu suami mencari nafkah,mendampingi suami,merawat anak,dalam dunia spiritual merupakan tanggung jawab Ektern.
Dalam menciptakan dan meningkatkan ketahanan keluarga dan berbagai macam ancaman,gangguan,hambatan dan tantangan dalam kehidupan bermasyrakat,berbangsa dan bernegara haruslah dilandasi dengan nilai-nilai dharma seperti :
·         Sila artinya kebajikan dan kesusilaan
·         Yadnya artinya melakukan persembahan,pengorbanan dan amal untuk orang banyak
·         Tapa artinya pemupukan rasa disiplin hidup dan tahan uji dalam segala keadaan
·         Brata artinya menghindari kehidupan duniawi yang berlebihan
·         Yoga artinya selalu memusatkan perhatian dan pikiran kepada Ida sangHyang Widhi Wasa.
·         Samadi artinya melakukan renungan suci

Keutamaan ajaran dharma menghantarkan seseorang mencapai sorga atau moksa sebagai yang diwedarkan oleh Begawan Katyayana dalam kitab suci sarasamuscaya sloka 14 sebagai berikut :
“Ikang dharma ngaranya,hetuning mara ring swarga ika,kadi gatining prahu banyaga nentasing tasik” artinya
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga,seperti halnya perahu,sesungguhnya merupakan alat bagi pedagang untuk mengarungi lautan.
Dengan demikian,keluarga merupakan konsep keselamatan yang dalam terminologi hindu disebut mencapai moksa atau  kebebasan yang kekal abadi”
Moksa adalah bagian dari Catur Purusa Artha yaitu empat tujuan hidup manusia menjelma lahir ke dunia yaitu :
·         Dharma  artinya kebajikan atau kebenaran
·         Artha artinya kekayaan atau material
·         Kama artinya nafsu atau keinginan
·         Moksa artinya kelepasan
Berdasarkan hakekat tujuan hidup manusia yang disebut Catur Purusa Artha itu hindu ingin membentuk keluarga berdasarkan atas perkawinan yang sah,yang mampu memnuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,bertakwa kepada Hyang Widhi Wasa,memiliki hubungan yang serasi,selaras dan seimbang antara :
·         Anggota keluarga dengan anggota keluarga
·         Antara anggota keluarga dengan masyarakat sekitar
·         Antara anggota keluarga dengan Ida sangHyang widhi wasa
Peranan dan Kedudukan wanita Hindu
Dalam  kitab suci Kutara Manawa III 56 ada disebutkan, “di mana wanita dihormati,disanalah para dewa merasa senang,tapi dimana mereka tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala“
Masyarakat  hindu dalam mencapai tujuan hidupnya yang disebut Catur Purusa Artha yaitu Dharma,Artha,Kama dan Moksa,ada empat tahapan yang harus dilalui yang di sebut catur Asrama.
Untuk terciptanya ketahanan keluarga, wanita hindu mempunyai empat kedudukan dalam membina rumah ta ngga antara lain :
a.         Wanita sebagai Ardha Anggani
Dalam masa-masa kehidupan manusia masih memiliki prilaku yang biadab terhadap faktor seks sangatlah menonjo; sehingga timbul raksasa wiwaha,Paisaca wiwaha yang merupakan bentuk-bentuk perkawinan secara paksa dengan obat-obatan atau jenis lainnya seperti guna-guna lainnya. Namun setelah kehidupan manusia semakin beradab,manusia tidak lagi memakai kekerasan dan mulai menyadari arti dari sebuah perkawinan,yang diterima baik oleh masyarakat. Tujuan utama perkawinan itu adalah untuk mendapatkan keturunan,kedudukan,atau peranan istri tidak lagi pemuas nafsu sek suami saja tetapi yang penting adalah sebagai partner yang harmonis yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.wanita  adalah sebagai ardha anggani bagi suami yaitu wanita adalah belahan yang tidak bisa dipisahkan dari badan atau badan suaminya.
Dalam pustaka suci Satapata brahmana bab IV ayat 2 disebutkan “Selama pria itu tidak mempunyai istri,ia tidak akan mendapatkan keturunan,selama itu pula ia tidak sempurna” Lebih lanjut kitab Satapata Bab I ayat 2 menyebutkan “Dalam hal peranan wanita terhadap kehidupan suami,sang suami merasakan dirinya lebih sempurna sejak ia mendapatkan seorang istri”.
Konsep Ardha Anggani ini adalah cetusan perasaan umat hindu yang mengakui kebenaran hidup bahwa tidak ada pria yang sempurna dengan dirinya sendiri tanpa didampingi oleh seorang wanita.
Pria itu mempunyai watak untuk mencegah hilangnya kehidupan manusia dan rangsangan seks dalam suatu perkawinan adalah merupakan suatu usaha untk mempertahankan keseimbangan hidup di dunia,ia merasa puas akan dapat hidup di dunia,ia merasa puas akan dapat menyambung kehidupan manusia sebagai keturunannya.
Konsep ardha Anggani merupakan pengakuan bahwa peranan dan kedudukan wanita dan suami itu sama dan sejajar sehingga tidak ada tempat dan waktu untuk adanya perpisahan keduanya setelah mereka diikat dalam suatu perkawinan.
b.         Wanita sebagai “Jaya”
Kata jaya dengan huruf a pendek berarti menang,tapi kata jaya dengan huruf a panjang berarti wanita yang melahirkan,kalau hanya melahirkan anak sudahlah lumrah bagi seorang wanita atau istri.
Tetapi dalam agama Hindu istilah  “Jaya “ mempunyai arti yang lebih dari itu yaitu melahirkan dirinya sendiri bersama suaminya dalam bentuk anak yang dia lahirkan.
Dalam kitab suci Aetaria brahmana ayat 33 mengatakan “Tad jaya-jaya brahwati tad asyam jayate punah” artinya ia yang melahirkan menjadi jaya karena ia melahirkan dirinya sendiri kembali ,semua orang tahu bahwa anak yang lahir itu akibat pertemuan sperma sang suami dengan ovom sang istri jadi logislah dikatakan bahwa suami - istri lahir kembali dalam diri anaknya. Sang suami merasa bahwa dirinya sendirilah yang dilahirkan oleh istrinya.
Dalam pustaka suci Reg Weda V 4.5 ada diungkapkan permohonan kepada Ida SangHyang Widhi Wasa yang  mengandung maksud : “mudah-mudahan  saya mengalami hidup langgeng melalui keturunan saya “
Hanya istilah yang memenuhi keinginan badaniah dan permohonan rohaniah sang suami,dalam melahirkan seorang anak yang tidak lain adalah percampuran dirinya dengan suaminya. Hal inilah yang melatar belakangi tata kehidupan keluarga Hindu agar suami menghormati istrinya sebagaimana dia menghormati sirinya sendiri dan inilah sebabnya kenapa istri itu diangkat sebagai “Jaya”
c.         Wanita sebagai Saha Dharmani
Wanita itu ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam sebuah keluarga,karena ia tidak dapat dipisahkan dengan suaminya,dia harus memegang teguh peranan yang sama dalam kewajiban sosial dan keagamaan.Wanita adalah pemegang peranan terpenting dalam pemujaan dan persembahan kehadapan Hyang Widhi.Rumah tangga tanpa istri tidak punya arti dalam kehidupan rumah tangga. Para suami – Istri harus secara bersama-sama menjalankan kewajiban Dharma/agama.

d.         Wanita sebagai Dharma Patni
Konsep  Saha Dharmani menuntun keluarga menuju konsep wanita sebagai Dharma Patni,wanita atau istri di namai Patni karena ia merupakan pemegang peranan penting dalam melaksanakan agama, melaksanakan pemujaan kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa. Peranan wanita sangat penting dan haruslah dikembangkan tanpa mengorbankan nilai-nilai moral atau kesucian. Sedemikian tinggi pengakuan keluarga Hindu terhadap keberadaan wanita,sehingga dalam mewujudkan keluarga yang damai,rukun dan harmonis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sangat tergantung pada tingkat ketahanan mental dalam sebuah keluarga.

Penutup
Demikian makna dan kedudukan wanita Hindu memegang peranan.yang sangat penting dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara dalam membentuk karakter dan anak dalam rumah ttangga sebagai Ardha anggani , Dharma Patni, jaya dan Saha Dharmani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar