Minggu, 26 Februari 2017

Kejujuran Kunci Kebahagiaan

*Mutiara Weda*
27/02/2017

*Kejujuran Kunci Kebahagiaan*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, Kunci Kebahagiaan  dalam kehidupan ini berpangkal pada Kejujuran. Dalam kejujuran Bersamayam ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan.

Kejujuran sumber ketenangan, sementara kebohongan sumbernya kegelisahan  Dengan kejujuran, ketentraman keluarga, masyarakat,  bangsa dan negara bisa terwujud. Sebaliknya, tanpa kejujuran, suatu bangsa dan negara dapat dipastikan  akan mengalami  kehancuran dalam kenistaan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia sudah semestinya untuk selalu *bersikap jujur* dan memegang teguh ajaran *Panca Satya* utamanya,  tatkala kondisi tidak nyaman dan tidak menentu/ menghimpit, Kebohongan sepertinya akan menyelamatkan diri. Di sinilah kualitas  keiman dan *Sradha* diuji dan dipertaruhkan, mengingat kunci segala kebahagiaan berpangkal pada kejujuran. (Kitab Panca Siskanya Angaji)

_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmita-Yogyakarta

*Bangun Militansi Hindu*

Sabtu, 25 Februari 2017

Suka cita anandam

*Mutiara Weda*
26/02/2017

*Sukacita Anandam*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa,"Tidak semua awan akan jatuh menjadi hujan dengan cara yang sama pun Tidak semua rasa takut dan ragu akan menjadi kenyataan sangat  tergantung dari langkah -langkah  yang  lakukan. Mantapkan kebahagiaan *Suka Cita Anandam*, Sejuk dan damai *Santa*

Manakala sang jiwa diselimuti oleh  rasa takut, bersahabatlah dengan *ketenangan* di setiap langkah, gunakan payung kasih sayang *Prema*, dalam menerangi  sang jiwa.

*Untuk itu*, hilangkan rasa takut, tumbuhkan rasa kasih sayang *Prema*. Niscaya akan terwujudnya  kebahagiaan yang langgeng *sukacita anandam*.
(Yajur Weda/ Gita Rudra)

_Astungkara Swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

_*Bangun Hindu Militan*_

Hidup yg Indah dan Nyaman

*Mutiara Weda*
25/02/2017

*Hidup  yang Indah & Nyaman*

Setiap Umat manusia haruslah memahami bahwa dalam hidup ini  tidak bisa lepas dengan falsafah-falsafah  kehidupan : *Kupu-kupu itu  bisa terbang dengan tenang dan indahnya  bukan saja karena memiliki sayap, tapi juga karena bersahabat dengan alam  lingkungan sekitarnya*.

Demikian juga halnya dengan *sang jiwa*, manakala ingin terbang *indah* dan *nyaman*  tidak hanya memerlukan sayap *keikhlasan*, tapi juga memerlukan *persahabatan* dengan kehidupan. Memaafkan yang sudah lewat dan menerima hidup  dengan apa adanya,  selalu *angayubagya* dan *tersenyum* dengan setiap kekinian.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu  membangun dan menjalin  *persahabatan* dengan landasan *ketulusan* *Catur Paramita*, jalankan falsafah hidup *Tri Hita Karana* dengan baik dalam keseharian  dan  jangan hanya sekedar untaian falsafah belaka. Niscaya hidup akan menjadi *indah* dan *nyaman*.
(Lontar Bhuana Kosa & BG III.10)

_Astungkara Swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmita-Yogyakarta

_*bangun hindu militans*_

Kamis, 23 Februari 2017

Indryanigraha : Kendalikan Nafsu

*Mutiara Weda*
22/02/2017

*Indriyanigraha :  Kendalikan Nafsu*

Setiap umat manusia  haruslah menyadari bahwa
"Di mana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang menegakkan dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci lahir & bathin. Kehidupan  suci  lahir dan batin  terwujud manakala  nafsu /keinginan terkendali  *Indrya nigraha* sebagai bagian dari  ajaran *Dasa Dharma*.

*Kama atau nafsu*   yang terkendali  akan dapat lebih mudah mencapai ketenangan baik lahir maupun batin. Batin yang tenang dan tentram akan lebih mudah menghantarkan seseorang pada jalan kebenaran *Satya*

*Oleh karena itu*. Sebagai umat manusia  untuk selalu  memerangi  dan mengendalikan hawa nafsu  dengan jalan memantapkan *Tapa / disiplin* dan melakukan kebiasaan yang baik *abhyasa*  serta  berusaha melaksanakan usaha pembebasan diri atau tidak terikat pada keinginan *wairagya*. ( SS. 92-93 & BG.VI.35)

*Astungkara  Swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bangun Ketenangan Bathin

*Mutiara Weda*
24/02/2017

*Bangun Ketenangan Hati*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, dalam kehidupan ini, *Tanpa adanya  ombak yang ganas, tak akan pernah tahu kemahirannya dalam bermain peselancar. Begitu pula, Tanpa adanya  cobaan dan godaan hidup ,  tidak akan pernah tahu kualitas kedewasaan  dan tingkat kesabaran yang  kita dimiliki*

Kapan saja, cobaan dan godaan hidup datang   setiap manusia perlu bersahabat dengan *ketenangan*   belajar  bercermin dari layang-layang yang dibuat  naik oleh angin yang kencang. Ingat, hanya kolam yang tenang yang bisa membuat lotus jadi mekar".

*Untuk itu* , bangunlah *ketenangan* dan *kesabaran hati* dengan menjauhkan diri  dari *EGO* dan  menjadikan
kesalahan dari masa  lalu sebagai suatu pengalaman hidup yg sangat berarti  perbaiki terus langkah-langkah ke depan,  bangun kedamaian dalam hati. Niscaya kehidupan yg *Satyam*, *Siwam* dan *Sundaram*  akan terwujud. (Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

_Astungkara Swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 18 Februari 2017

Empat Tahapan Hidup

*Mutiara Weda*
18/02/2017

*Empat Tahapan Hidup*

Setiap umat manusia haruslah memahami bahwa, ada empat tahapan hidup yang wajib dilalui oleh umat manusia dalam mencapai tujuan hidupnya  yaitu masa Brahmacari, Grehastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/ Sunyasin *Catur Asrama*.

Keempat Tahapan hidup wajib dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan runtutannya. Manakala keempat tahapan hidup  Dilanggar, Niscaya akan mengalami kehancuran  bagi  kehidupan  umat manusia.

*Untuk itu*. Bagi setiap umat manusia sudah menjadi kewajiban dari kitab suci Weda untuk melaksanakan keempat Tahapan hidup  *Catur Asrama*,Jalan Hidup *Catur Marga* dan Tujuan Hidup *Catur Purusa Artha*  secara teratur. Niscaya  tujuan hidup yang  *Moksartham Jagadhita ya Ca Iti dharma*  akan terwujud. _(Kitab Swastika Rana,139,143)_

*Astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Majejahitan simbol ketetapan Hati

*Mutiara Weda*
19/02/2017

*Majejahitan simbol  dari Ketetapan Hati*

Setiap umat Hindu  haruslah menyadari dan memahami  bahwa,  praktek keagamaan, tidak pernah lepas dengan yang namanya  *Majejahitan*, *matetuwasan*, *mareringgitan* sebagai perlambang  *ketetapan hati* dan *kelanggengan pikiran* dalam melakukan persembahan kehadapan Ida Sanghyang Widhi  Wasa dalam bentuk *Yadnya*

*Ketetapan hati*,  *kelanggengan*,  *ketulusan* serta  *kebulatan pikiran* sebagai unsur *Inti* atau *Pokok* dalam melakukan    *yadnya*.  _Ikang Yadnya Ingaranan  Pakahyunan sane hening, suci, tulus tur jangkep_

*Untuk itu*,  bagi setiap umat Hindu  mantapkan ketetapan hati dan kelanggengan pikiran dalam beryadnya melalui  *mejejahitan* atau *matetuasan*. Tanpa *ketetapan hati*  dan *kelanggengan pikiran*, berapapun besarnya  persembahan  akan menjadi sia sia begitu pula,  gangguan dan godaan  akan  selalu mengancam yang berakibat pada kurang nyaman & tentramnya kehidupan manusia.
( Lontar Yadnya Prakerti)
*Astungkara Swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 15 Februari 2017

Bangun Manah Santi & Parama Santi

*Mutiara Weda*
16/02/2017

*BANGUN  MANAH SHANTI  & PARAMA SHANTI*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, Kebahagiaan lahir & bathin *MANAH SHANTI* dan *PARAMA SHANTI* akan dapat terwujud tatkala *pikiran*, *Perkataan*   dan *perbuatan* tumbuh dalam harmoni *Tri Kaya Sandi*

Bilamana  terwujudnya keseimbangan  di dalam  berpikir, bertutur kata dan  berbuat maka akan muncul *cahaya/ sinar*, berupa magnet dalam bentuk *karisma*/ *Taksu* yang  dapat membuat  penerangan dari berbagai macam  bentuk  *kegelapan*.

*Untuk itu*, bangunlah keharmonisan  dan kedamaian dalam *berpikir*, *bertutur kata* dan  *berbuat* pada kehidupan sehari- hari dengan menjalankan  ajaran *Tri Kaya Sandhi* secara *Seimbang*, *Sinergis* dan *Terintegrasi*. Niscaya akan dapat terwujudnya  kebahagiaan yang lahir maupun bathin *MANAH SHANTI & PARAMA SHANTI* atau  *Jiwan Mukti* akan terwujud.
( Kitab  Ramayana  & Swastika Rana)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bangkitkan Sifat Ksatrya

*Mutiara Weda*
15/02/2017

*Bangkitkan Sifat Ksatrya*

Setiap umat manusia dalam kehidupan ini selalu memegang teguh falsafah  " Majulah terus tanpa  menyingkirkan, naiklah tinggi  tanpa menjatuhkan orang lain, jadilah baik tanpa  menjelek - jelekkan dan jadilah benar tanpa  menyalahkan"  *Bangkitkan  sifat Ksatrya yang ada dalam diri*.

*Untuk itu*,  sebagai  umat  manusia  bangkitkan sifat-sifat Ksatrya dengan  memegang teguh kebenaran *Satya*, hilangkan sifat  *praduga dan prasangka*  *tingkatkan spiritualitas dan turunkan Ego*. niscaya masyarakat yang *damai* dan *harmonis* akan terwujud.
_(kekawin Bharatayudha)_

*Astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
*Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta*

Selasa, 14 Februari 2017

Berhati hati dgn orang yg berpura pura Baik

*Mutiara Weda*
14/02/2017

*Hati- hati dengan orang yg berpura - pura Baik*

Setiap umat manusia haruslah memahami bahwa, *ORANG JAHAT ITU TIDAK MENAKUTKAN, ORANG YANG MENAKUTKAN ORANG YANG BERPURA PURA BAIK*

*Untuk itu*. Sebagai umat manusia untuk selalu berhati hati, gunakan *Wiweka*  dalam setiap  gerak dan langkah kehidupan dalam jaman ini.
(  Panca Siskanya Angaji)
_Astungkara swaha_

*Selamat hari Valentine semoga semua  Berbahagia*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 13 Februari 2017

Hidup Terlalu Singkat

*Mutiara Weda*
14/02/2017

*Hidup Terlalu Singkat*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa  Memiliki Rumah mewah bagaikan istana, harta benda yang melimpah, dan jabatan serta  kedudukan tinggi.
Namun , Ketika  ajal  tiba *sebatang jarum pun* tidak bisa dibawa pergi. *Sehelai benang pun* tidak bisa kita bawa. Yang bisa kita bawa sampai ke alam sana hanyalah *Karma Wesana*.  Apa yang harus diperebutkan dan Apalagi yang mau disombongkan.

Hidup  menjelma menjadi  manusia sangatlah pendek dan singkat , sesingkat sinarnya kilat.  jalani hidup dengan rendah hati.Jangan dihiasi hidup yang singkat ini dengan *Irihati, dengki dan Dendam* pada sesama apalagi terhadap mereka yang telah  menanam *jasa* dan  *Budhi*.

*Untuk itu*. Sebagai umat manusia  untuk selalu
*Belajar*. Belajar  membenahi diri walaupun dalam kondisi  teramat berat, Belajar  Mensyukuri walaupun   tidak rela.  Belajar sabar walaupun  di caci dan diimaki dan belajar  memberikan doa & restu walaupun disakiti. Niscaya kita akan memahami hakekat hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya.( kitab Ramayana/ SS. 1-2)
_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Nafsu : musuh utama

*Mutiara Weda*
13/02/2017

*Nafsu : Musuh Utama*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, musuh yang paling  utama  bukanlah orang lain tapi ada dalam diri kita, tidak jauh dari badan kita letaknya _*" rihati yatonggwanya tan madoh riawak..."*_.

Di Dalam kitab suci  Itihasa,  *Jaman ramayana* musuh itu ada jauh  di luar sana diseberang lautan,  pada
*Jaman mahabarata* musuh ada di dalam lingkungan keluarga  sendiri, sedangkan   *pada jaman sekarang ini* ternyata musuh bukan di mana mana tapi  ada di dalam diri kita masing masing dalam bentuk *nafsu/ Indrya*

*Untuk itu*, kendalikan nafsu/ Indrya tersebut, dengan jalan pengekangan diri *Tapa* dan pengendalian diri lahir maupun batin  *Yama & Nyama*. manakala  nafsu / Indrya tidak mampu dikendalikan secara otomatis pikiran  akan dibelenggu olehnya yang berujung pada malapetaka dan hancurnya kehidupan manusia.
( Kitab Ramayana kekawin)
_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-yogyakarta

Minggu, 12 Februari 2017

Karma pengikat & pangikat setia

*Mutiara Weda*
12/02/2017

*Karma  Pengikat dan Pengikut Setia*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa  *kekayaan* yang kita miliki  dan kita timbun  bertahun tahun  akan tertinggal di rumah manakala meninggal nantinya, begitu pula halnya dengan teman teman dan sanak keluarga hanya mengikuti  sampai  *dikuburan* dan hanya  *Karmalah* yang akan menyertai  dan menghantarkan sampai kealam sana.

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya *Hukum Karma*. manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma.(Slokantara, 13.10)
_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 09 Februari 2017

Belajar dari AKAR Pohon

*Mutiara Weda*
10/02/2017

*Belajar dari AKAR Pohon*

Setiap umat manusia haruslah memahami bahwa, *AKAR* itu sangatlah *GIGIH* mencari air, *MENEMBUS*  tanah, batu karang yang begitu  *KERAS* , *TEBAL*dan *KOKOH*, demi  untuk sebatang pohon. Ketika pohon *TUMBUH*, *BERBUNGA*  dan *BERBUAH  LEBAT* ,  banyak orang memujinya  padahal  pohon tumbuh karena  *AKAR*.

Begitulah kerja  dan pengabdian dari *AKAR*, tak kenal lelah,tak pernah mengeluh, tak butuh pujian, tetap tak mau menampakan dirinya selalu bersembunyi di dasar  tanah.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia belajarlah tentang ketulusan Budhi dan kerendahan hati seperti  *Akar*, buang jauh jauh sifat *Adigang*, *Adigung* dan *Adiguna*,  pegang teguh  falsafah hidup yang  *Tata*, *Titi*,*Titis*  lan "Tatas*. Niscaya akan dapat memantapkan *ketulusan Budhi* dan *kerendahan hati*. (SS.88-91 & Slokantara)
_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 08 Februari 2017

Aborsi: Himsa Karma

*Mutiara Weda*
09/02/2017

*Aborsi : Himsa Karma*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa  tindakan  *Aborsi* menggugurkan bayi dalam kandungan dalam ajaran agama Hindu sebagai  suatu tindakan yang  sangat terlarang *Himsa Karma* penuh dengan noda & dosa  *Maha pataka*.

Perlu diketahui, saat cabang bayi berusia 20 hari  *Kanda-Pat* berubah nama menjadi  *Anta, Preta,  Kala, dan  Dengen*. Setelah janin berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai: Ari-ari, Lamad, Getih, dan Yeh-nyom.yang selanjutnya disebut
*Nyama Bajang*. Jika Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara fisik, maka Nyama Bajang  bertugas menguatkan atma atau roh dalam tubuh jabang  bayi.

Oleh karena itu, sebagai umat manusia  jangan sekali kali berniat melakukan tindakan *aborsi* yang sangat berbahaya bagi diri  sendiri dan keturunannya  serta  sangat menentukan proses kehidupan dan reinkarnasi  selanjutnya. mengingat  di dalam  jabang bayi sudah bersemayam roh/ sang atma.  (Rgveda &  Atharvaveda )
_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 07 Februari 2017

Bangun Keluarga yang kokoh

*Mutiara Weda*
8/02/2017

*Bangun keluarga yang kokoh*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa melangsungkan upacara *Wiwaha  Samskara* merupakan  sakramen perkawinan yang suci, sakral dan terjadi hanya sekali dalam seumur hidup sebagai suatu kewajiban dari kitab suci Weda, yang harus terjaga dan terawat dalam memasuki masa *Grehastha Asrama*

Sakramen perkawinan  *Prajapatya wiwaha* dianggap sebagai  cara perkawinan yang mulia, di mana pihak perempuan menyerahkan putrinya pada pihak laki2 disertai dengan wejangan Dharma dan restu dari  ke dua orang tua yang  akan memasuki masa *Grehasthin*.

Untuk itu, jaga & rawatlah masa *Grehastha* Berumah tangga  sesuai tuntunan pustaka suci _swadharmaning sang grehasthin_. Niscaya ikatan *Wiwaha Samskara* akan berdiri kokoh & langgeng. Demikian sebaliknya,  Manakala ikatan perkawinan tidak dapat terjaga dengan baik dapat dipastikan malapetaka akan menimpa keluarga tersebut.
( Lontar Grhya Sutra)
_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-yogyakarta

Senin, 06 Februari 2017

Pengampun,senyum dan Sabar

*Mutiara Weda*
07/02/2017

*Pengampun, senyum & Sabar*

Bagi setiap umat manusia  haruslah menyadari bahwa,  dalam hidup ini ; 
Pilihlah sikap *pengampun* dari pada *dendam*.
Pilihlah  *senyum* ketimbang *amarah / krodha*.
Pilihlah sikap *sabarrr* ketimbang  *angkuh  dan sombong*.

Untuk itu, sebagai umat manusia buanglah jauh- jauh  prilaku yang bertentangan dengan  ajaran *Etika / tata susila*,  bangun  kesadaran, kedamaian dan keharmonisan  di dalam hati,  dengan penuh *pengampunan*, *senyum*, dan *sabar*  jalankan ajaran  *Tri Kaya Sandhi*  secara sinergis & *Terintegrasi*.

Apa yang terpikirkan,  itulah yang dikatakan dan apa yang dikatakan itu pulalah yang diperbuatnya, *Satunya kata dengan perbuatan* dengan landasan keluhuran Budhi. Niscaya kita akan mengerti tentang hakekat hidup  menjadi manusia yang sebenarnya.
_(Kitab Swastika Rana)_
Astungkara swaha

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha_yogyakarta

Minggu, 05 Februari 2017

Pikiran bersih

*Mutiara Weda*
05/02/2017

*Pikiran Bersih : hati yang sabar & Santun*

Setiap Umat manusia harus memahami bahwa  tutur kata yang sopan & Santun yang menyejukkan,  takkan pernah mampu keluar dari hati nurani  yg penuh dengan Iri Hati,   kedengkian & keserakahan  dan diselimuti rasa *krodha*

begitu pula halnya dengan  Keindahan, ketenangan  dan rasa aman  serta kedamaian  hidup, takkan pernah mampu terlihat dari pikiran yang penuh dengan *Prasangka* dan *Praduga*.

Betapa keringnya perasaan  manakala  *anggapan benar* tidak lagi dikaji oleh yang namanya  *hati nurani*.

Ketaatan dan kepatuhan itu sebenarnya hanyalah sebuah *tempat ataupun wadah* ,
Rasa cinta kasih,  saling Asah, Asih, Asuh dan  kepedulian serta  saling menghargai & menghormati  satu sama lainnya adalah isinya.

Untuk itu, bersihkan hati nurani dan sucikan  pikiran  dengan jalan mengendalikan *Sad ripu* dan membuang jauh -jauh kegelapan Pikiran *Sapta Timira*  dan sifat kejam / bengis lainnya yg ada dalam dalam diri setiap umat manusia *Sadatatayi*
(SS. 79-81).
_Astungkara Swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 04 Februari 2017

Tumpek Landep

Mutiara Weda*
04/02/2017

*Tumpek Landep*
_((Landeping Idep, Vak mwah Kaya)_

*Saniscara Kliwon Wuku Landep* umat Hindu merayakan hari suci yang  disebut *Tumpek Landep* sebagai wujud  rasa bhakti kehadapan Hyang Pasupati atas segala ciptaanya.  Mengasah ketajaman *Jnana*
( pikiran, logika dan ilmu pengetahuan)  Sebagai  spirit kemanusiaan, membangun kearifan  dalam memanfaatkan teknologi yang mengandung besi.

Umat Hindu berkeyakinan bahwa, peralatan yang digunakan untuk mengolah isi alam, harus tetap terjaga kesuciannya, sehingga selalu dapat digunakan dengan baik tanpa merusak alam atau menyakiti makhluk lainnya.

Untuk itu, sebagai umat Hindu selalu memegang teguh kebenaran  *Tri Permana Telur* dan bangun kesadaran sejati  dengan jalan mengasah ketajaman pikiran meningkatkan kecerdasan akal  _landeping Idep, Landeping Vak mwah Landeping Kaya_dengan selalu berpegang teguh pada  isi kitab suci Weda secara utuh.
( Kitab Sundarigama )
_Astungkara swaha_

*RAHAJENG HARI SUCI      TUMPEK LANDEP*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmtha-Yogyakarta

Kamis, 02 Februari 2017

Sanggah cucuk

*Mutiara Weda*
03/02/2017

*Sanggah Cucuk*

Setiap umat Hindu haruslah memahami bahwa,  *Sanggah Cucuk*  yang dipergunakan pada kegiatan keagamaan mengandung makna yang sangat dalam.
*Sanggah* :  penyangga dan *Cucuk* : Pemucuk.
pertemuan antara Penyangga dengan Pemucuk  menjadi segitiga. Jadi bukan dalam bentuk bulatan.
sanggah cucuk sebagai  simbol penyeimbang alam  dari  tiga kekuatan  *Bhuta*, *Kala* dan *Dhurga*.

Tangkai sanggah cucuk yang ditancapkan pada  ibu pertiwi sebagai simbol sikap *mesuku tunggal* dan memiliki sifat *krodha* (memurti), sehingga ketiga kekuatan  di atas dapat mengganggu keseimbangan
Bhuana Agung dan Bhuana Alit, Yang dapat mempengaruhi keseimbangan atau pola pikir manusia yang disebut *Bhucari*. Dari sinilah ketiga kekuatan diatas mendapat sebutan  *Bhuta Bhucari*, *Kala Bhucari* dan *Durgha Bhucari* yang perlu dinetralisir melalui pelaksanaan *bhuta yajna* agar menjadi *Bhuta Hita*, *Kala Hita* dan *Durgha Hita*.

Untuk itu, sebagai umat Hindu harus mengerti dan memahami  makna  sanggah Cucuk yang sebenarnya sebagai simbolis stananya Sang Hyang Ibu Pertiwi atau perwujudan Dhurga  atau penetralisir dari kekuatan *Bhuta Bhucari*, *Kala Bhucari* dan *Durgha Bhucari* dengan swabhawanya sebagai *Sang Hyang Sri Basundari*.
dalam menjaga keseimbangan Bhuana agung dan Bhuana alit yang  selaras, serasi, seimbang damai dan harmonis.
( Lontar Bhama Kertih & lontar Aji Gurnita)
_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 01 Februari 2017

Canang Sari : Inti Upakara

*Mutiara Weda*
02/02/17

*Canang Sari : Inti Upakara*

Setiap umat Hindu haruslah memahami bahwa, canang sari yang digunakan oleh setiap umat Hindu pada saat melakukan persembahan ternyata   memiliki makna  yang sangat penting dalam ritual keagamaan umat Hindu, sehingga sering  disebut dengan  *Kanista* atau  *inti* dari upakara.

Canang sari  sebagai  inti dari upakara  dilandasi  dgn niat,pikiran yang suci dan tulus sebagai sujud rasa bhakti kehadapan Hyang Widhi Wasa ketika ada kekurangan saat sedang melakukan persembahan. Sebesar apapun upakara tersebut  tidak akan menjadi lengkap manakala tidak diisi  *Canang Sari*

Untuk itu, sebagai umat Hindu dalam melakukan persembahan wajib menyertakan canang sari sebagai unsur intinya dalam persembahan serta   memahami akan  Canang Sari  sebagai suatu *simbol /lambang/ Nyasa*  untuk memohon kekuatan *Widya* kehadapan Sang Hyang Widhi beserta *Prabhawa* Nya baik secara sekala maupun niskala , Bhuana Alit dan Bhuana Agung.( lontar Mpu Lutuk) Astungkara swaha

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta