Minggu, 22 Mei 2022

Pikiran sang Penentu Karma

*Mutiara Weda*
21 / 04 /2022

*Pikiran  Sang Penentu Karma*

*Umat Sedharma*, Dunia ini akan mengalami kehancuran tatkala tidak menjalankan proses berpikir dengan baik *Manasika*.

Sesungguhnya Karma itu telah dimulai ketika terbangunnya  proses  berpikir.
Bila berpikir akan hal hal baik maka akan menjadi senang dan bahagia,  begitu pula sebaliknya jika berpikir akan hal hal buruk maka akan menjadi terbebani  dan bahkan stress  semuanya karena pengaruh Pikiran.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk  selalu Mekarma dengan landasan *Tri Kaya Sandhi*  (Manacika, Wacika dan Kayika) secara sinergis  serta mampu  menumbuhkan  akan  kesadaran pikiran sehingga dapat menjalankan *wiwekanya* dengan Baik.  Niscaya akan dapat menjalankan
*Wiweka Jnananya* dengan baik  sehingga melahirkan Karma baik *Subha Karma*
(BG  III. 24 & kitab Swastikarana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Ksamavrata & Pritivrata

*Mutiara Weda*
20/04/2022

*Ksamavrata & Pritivrata*

*Umat Sedharma*, dalam sebuah  sesanti   ada menguraikan ; Tundukkan kemarahan  dengan kesabaran,  tundukan setiap kejahatan dengan nilai nilai kebenaran &  kebajikan, begitu juga Kelicikan dapat ditundukkan   dengan keikhlasan, ketulusan dan  kerelaan, Serta dengan  kejujuran dan kepolosan  hancurkan segala Tipu daya dan berbagai bentuk  kebohongan.

Janganlah  Membalas pukulan dengan pukulan begitu pula  jangan  membalas cacian dengan cacian sebagai  sikap bijak dari implementasi  ajaran Ethika Hindu. Sesungguhnya Dendam adalah racun penghancur hati dan bagian terburuk dari rencana penghancuran masa depan diri sendiri.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu, untuk selalu menumbuhkan sikap *Ksamavrata* kesediaan untuk saling memaafkan  kepada sesama dan *Pritivrata*,  kemampun untuk menunjukkan  sifat welas asih terhadap sesama serta membangun kualitas  diri dengan menjaga stabilitas  Mental, Intelektual dan Kesehatan (Ahara, Vihara dan Ausadha) secara sinergis. *Niscaya*, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang berkarakter dan berwawaskan nilai nilai Dharma.
(kitab Slokantara,Sloka 83 hal.293)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Tanamkan selalu Kedamaian

*Mutiara Weda*
15/ 04 /2022

*Tanamkan selalu Kedamaian*

*Umat se-dharma*,  jika  di renung renungkan, manakala memiliki rasa  benci  pada  orang lain sama nilainya dengan  meminum racun, membuat hidup   akan terbebani secara  terus menerus selama  belum bisa  memaafkannya dan akan terus menempati ruang di hati  secara gratis menyebabkan terganggunya proses berpikir, bertindak sehingga tidak mampu untuk mengeluarkan tuturkata yang santun  *Pryavacana*

Sulit rasanya  orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri
Tumbuhkan sikap saling mengampuni, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati * Manah Santih*

*Oleh karena  itu*,  sebagai umat Hindu mari kita Bangkitkan  kesadaran   dan jati diri malalui  belajar saling memaafkan / Ksama,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran*. Niscaya akan dapat terbangunnya manah Santih   sehingga terwujudnya cara  berpikir , bertindak dan  bertutur kata yang santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Ksamavrata & Pritivrata

Citta Vrtti Niroda

*Mutiara Weda*
10 / 04 / 2022

*Citta Vrtti Nirodha*

*Umat Se-dharma*, Jika kita cermati dari sisi ajaran Ethika Hindu ada tiga sifat  *buruk* atau *kotor* yang selalu melekat dalam diri umat manusia sebagai  akibat dari pengaruh buruk   *Indrya/ Nafsu*  yang tak terkendalikan dan bertentangan dengan nilai nilai Dharma. Pengendalian gerak pikiran menjadi faktor penting  dan  penentu bagi kehidupan setiap  umat manusia  *Citta Vrtti Nirodha*.

Ketiga sifat buruk dan  kotor tersebut
*Mithia Hrdaya* :  sifat yang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain
*Mithia Wecana*  :  selalu bersifat sombong dan angkuh
*Mithia Laksana*  :  berprilaku kasar dan tidak sopan.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu  untuk selalu mengendalikan  gerak  Laju pikiran
*Citta Vrtti Nirodha*, tempatkan dan pancarkan *Gayatri mantram* sebagai ibu dari *Weda*
*Gayatri Chandasam Matha” serta gunakan  Ethika Agama setiap melakukan tindakan sehingga terhindar dari pengaruh *Tri Mala Paksa* [ *Kasmala* : perbuatan kotor, *Mada*: Perkataan yang kotor dan *Moha*: berpikiran Kotor].  Niscaya tidak akan menemui hambatan dalam menjalankan  *Tri Kaya Sandhi* sehingga  hidup akan  Nyaman, aman,  Damai dan Harmonis.
(Kitab Widhi Sastra & Manu Smrthi.IV.256)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kendalikan Panca Indera

*Mutiara Weda*
19/05/2022

*Kendalikan Panca Indera*

*Umat Sedharma*, dalam susastra ada menguraikan bahwa  sesungguhnya orang yang dapat mengendalikan *Panca Inderanya*  dari segala obyek keinginan  merupakan karakter dari orang yang memiliki *Kedamaian* dalam dirinya  serta memiliki sikap  bijak *Sadhu Budhi* dan   *Sadhu Gunawan*

Kemampuan  mengendalikan Panca Indera  diIbaratkan memasukkan air kedalam  lautan, walaupun secara terus menerus tak akan pernah berubah. Demikian juga  halnya dengan  orang yang berjiwa tenang akan  mencapai kedamaian dalam dirinya walaupun semua kesenangan ada padanya,  tak akan  pernah menghumbar hawa nafsunya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu  membangun kedamaian dalam diri *Manah Santih* maupun  *Parama Santih* dengan melakukan  Tapa, Brata, yoga dan samadhi, Anyekung Jnana *Suluh Ikang Prabha*. *Niscaya*, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang memiliki kualitas rohani & kesucian  bathin serta kedamaian dalam diri , begitu pula akan dapat q berputarnya Cakra Dharma secara sinergis *Satyam*, *Sivam*   &  *Sundaram*.
(BG.II  68 -71)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Habis Gelap Terbitlah Terang

*Mutiara Weda*
22/04/2022

*Habis Gelap Terbitlah Terang*

*Umat Se-dharma*,  Buku Habis gelap terbitlah terang sebuah Untaian kalimat indah yang  sarat akan  makna filosofi,  memberikan gambaran bagi setiap  umat manusia  bahwa  nasib ataupun takdir yang dialami  ada  yang mengatur  yaitu Ida SangHyang Widhi Wasa,  Demikian pula  *Rwa Bhineda*  suka maupun duka dalam  kehidupan selalu akan berdampingan  silih berganti.

Kedukaan  datang setelah kesukaan,  Kesukaan mengikuti Kedukaan dan semua makhluk hidup mengalami perputaran siklus *suka* maupun  *duka* dan  ini  sudah menjadi hukum Rta /kodrat alam,  seberapa yang  diberikan sedemikian pula yang akan  diterimanya, apa yang dipinjam itu pulalah yang dikembalikan.

*Oleh karena itu*, marilah sebagai  umat Hindu  bangun kedamaian dan keharmonisan dalam diri dengan kesadaran akan  konsep rwa bhineda  melalui mantafkan  kesadaran akan  diri  dengan cara  *Metapah &  Mebrata*. Niscaya akan dapat terwujudnya manah santih dan paramasantih serta  mengerti akan arti dan makna kehidupan menjelma menjadi manusia.
(Slokantara 84.hal.297-299)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

PSN Daerah Istimewa Yogyakarta
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 18 Mei 2022

Kendalikan Panca Indera

*Mutiara Weda*
19/05/2022

*Kendalikan Panca Indera*

*Umat Sedharma*, dalam susastra ada menguraikan bahwa  sesungguhnya orang yang dapat mengendalikan *Panca Inderanya*  dari segala obyek keinginan  merupakan karakter dari orang yang memiliki *Kedamaian* dalam dirinya  serta memiliki sikap  bijak *Sadhu Budhi* dan   *Sadhu Gunawan*

Kemampuan  mengendalikan Panca Indera  diIbaratkan memasukkan air kedalam  lautan, walaupun secara terus menerus tak akan pernah berubah. Demikian juga  halnya dengan  orang yang berjiwa tenang akan  mencapai kedamaian dalam dirinya walaupun semua kesenangan ada padanya,  tak akan  pernah menghumbar hawa nafsunya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu  membangun kedamaian dalam diri *Manah Santih* maupun  *Parama Santih* dengan melakukan  Tapa, Brata, yoga dan samadhi, Anyekung Jnana *Suluh Ikang Prabha*. *Niscaya*, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang memiliki kualitas rohani & kesucian  bathin serta kedamaian dalam diri , begitu pula akan dapat q berputarnya Cakra Dharma secara sinergis *Satyam*, *Sivam*   &  *Sundaram*.
(BG.II  68 -71)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Sat Karma

*Mutiara Weda*
14/10/2021

*SAT KARMA*

*Umat se-dharma*, Jika direnungkan, Bila cinta kasih itu yang mengisi pikiran maka akan menjelma menjadi kebenaran, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Pada hakekatnya melaksanakan  cinta kasih itu sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Oleh karena  itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kualitas diri melalui :

*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran, *Dharma* ; kebajikan, *Prema* ; cinta kasih,*Santih* ; damai dan *ahimsa*; tidak menyakiti. Niscaya akan.dapat terbentuknya manusia yang *Sat Karma* yaitu Manusia Dewa atau manusia berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 & weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sarvodaya

*Mutiara Weda*
13/10/2021

*Sarvodaya*

*Umat Se-dharma*, dalam pustaka suci Weda menyebutkan ;
Sesungguhnya  semua umat manusia memiliki kebebasan, bebas menentukan kehendaknya  dan sepenuhnya pula bertanggung jawab atas semua perbuatannya sendiri *Svatantra Katah*. Demikian pula, tak satupun manusia bisa
 luput dari kerja walaupun hanya sesaat,  oleh hukum alam  manusia dibuat tidak berdaya  untuk selalu bekerja.

 Kualitas perbuatan  menentukan kehidupan sekarang maupun kehidupan dimasa yang akan datang,  begitu juga  se- kecil apapun perbuatan yang dilakukan jika dilandasi dengan hati yang tulus, lascarya akan membawa kebaikan yang luar biasa seperti  *Sebutir Biji pohon Beringin* yang jika tumbuh, dirawat dengan baik setelah besar akan dapat menjadi tempat berteduh bagi semua umat manusia. 

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  mantafkan kualitas *Sradha* dan *Bhakti* dengan  melakukan kerja tanpa ikatan *Visudha Karma* sehingga terwujudnya *Pencapain tertinggi* yaitu *Kamoksan* atau *Kelepasan*, terbebas dari keterikatan,  bekerja sebagai suatu kewajiban, dengan pijakan Bekerja  untuk semua  *Sarvodaya*. Niscaya, akan terhindar dari Karma buruk /  Karma Jahat *Wikarma*.
( Slokantara Sloka 19 ,4 & BG V.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Penguatan Dalam Beragama

*Mutiara Weda*
11/10/2021

*Penguatan dalam  Beragama*

*Umat se-dharma*,   jika direnungkan, Cikal bakal dari penguatan beragama sebenarnya  terletak pada  Keyakinan /Sradha dan Kebenaran ajarannya / *Satya dharma*,  manakala   dalam keyakinan mengalami keraguan bahkan  bimbang  maka akan terjadi kerapuhan  pada pemahaman  inti sari dari ajaran  dharma. Sedangkan  Karakter dalam beragama Hindu adanya Sradha & Bhakti . Hakekat bhakti sebenarnya adalah membangun keseimbangan hidup,  baik  Jasmani -  rohani  maupun  jiwa  dan Raga.

Dalam melakukan pemujaan sebagai wujud  rasa Bhakti,  manusialah sebenarnya  yang membutuhkannya.  Ibaratkan  matahari selalu bersinar  tanpa henti dan tetap tinggal serta berputar putar  di tempat, inilah yang di sebut   dengan *hukum Rta* atau *hukum alam* yang ditetapkan Tuhan pada Matahari dan setiap  manusia membutuhkan sinar serta unsur unsur alam lainnya itu.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Sradha & Bhakti dengan  penguatan pada ajaran agama dengan menjalankan  Prawerti Marga dan Niwerti Marga  serta  menjaga kemurnian ajaran agama dengan Panca Sradha  &  Tri Kerangka dasar sebagai bingkainya.  Niscaya Sradha dan bhakti akan semakin kuat dan kokoh *Sanatana Dharma*
[ Kitab Swastika Rana]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Yadnya Patni

*Mutiara Weda*
10/10 /2021

*Yadnya Patni*

*Umat Se-dharma*, penggunaan *Daksina*  tak pernah lepas dari rangkaian kegiatan  keagamaan  bagi umat Hindu sebagai unsur yang sangat penting dalam melaksanakan  *Panca Maha Yadnya* sebagai perlambang kekuatan sakti   *Yadnya Patni*

Daksina selain  sebagai lambang kekuatan atau kesaktian juga merupakan lambang Bhuwana Agung  sebagai Sthana Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Oleh karena itu*,   sudah menjadi kewajiban  bagi setiap umat Hindu dalam melaksanakan upakara Yadnya dengan landasan  ketetapan hati dan kelanggengan pikiran  *Atmanastuti* dan menempatkan Daksina sebagai salah satu unsur penting.   Betapapun besarnya  persembahan  akan menjadi  hampa dan sia - sia manakala tanpa ketetapan dan kelanggengan pikiran. Niscaya setiap pelaksanaan  Panca Maha Yadnya akan mendapatkan  kualitas persembahan  yang Satvika yadnya
( kitab Yadnya prakerti )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Catur Vida Bhayantha

*Mutiara Weda*
27 / 03 /2022

*Catur Vida Bhayanta*

*Umat se-dharma*,  jika kita lihat dalam Susastra Hindu ada menyebutkan ;  Dalam melakukan pemujaan Kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa   *Kualitas rasa Bhaktinya*  sangat ditentukan oleh cara ataupun jalan yang digunakan oleh *para Bhaktanya*, yang disebut  *Catur Vida Bhayanta* .

Keempat  cara  yang  menentukan kualitas  rasa bhakti *Catur Vida Bhayanta*   antara lain :

*Artah* :  orang yang memuja atau sembahyang kepada Tuhan karena  kesakitan atau kesusahan.

*Artha Rthi* : menyembah atau memuja Ida SangHyang Widhi Wasa,  dengan tujuan mendapatkan keuntungan materi atau kekayaan.

*Jijnasuh*: melakukan pemujaan dengan tujuan  mengharapkan jabatan atau kedudukan, kepandaian atau pengetahuan.

*Jnani* :  melakukan pemujaan kehadapan Ida  SangHyang Widhi Wasa,  dengan tujuan menyerahkan diri sepenuhnya atau secara total sebagai bentuk rasa  bhakti.

*Untuk itu*, marilah kita  sebagai umat Hindu dalam melakukan pemujaan betul betul dengan rasa bhakti  yang tulus *Jnani* dan melakukan hubungan dengan landasan cinta kasih dan rasa kasih sayang yang tulus atau *Prema Vahini*.  *Niscaya* nantinya dapat terwujudnya kualitas bhakti yang utama yaitu   tingkatan *Tyaga* dan *Sunyasin* tidak terikat akan hal hal yang bersifat duniawi.
( BG. VII.16 & kitab Yadnya-Bhakti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Beragama Jangan lepas dari Ageman

*Mutiara Weda*
29/03 /2022

*Beragama Jangan Lepas dari Ageman*

*Umat Se-dharma*,   faktor yang sangat penting & menjadi  benih atau cikal bakal dalam penguatan  beragama bagi umat Hindu sesungguhnya  adalah *agem ageman* dalam bentuk *Sradha*,  manakala kurangnya akan keyakinan, bingung bahkan  ragu akan  agamanya dapat dipastikan rapuhnya pondasi agama yang  berdampak pula pada rapuhnya  pemahaman  inti sari dari ajaran agama.

Pemahaman ajaran agama secara benar menjadi suatu keharusan dan bersifat mutlak  melalui  *Tattwa Tattwa agama, Ethika agama maupun Acara agama*  dengan berpegang teguh pada *sumber sumber Dharma*  serta  pokok pokok  Dasar  ajaran  Tiga kerangka dasar  ajaran  serta  menjadi roh atau jiwa  ajaran Hindu Dharma yang wajib dilaksanakan secara sinergis  *Tri Jnana Sandhi*  bagi  umat Hindu.

*Oleh karena itu*,  marilah kita sebagai Umat Hindu  untuk memegang teguh *Agem ageman * dalam beragama   dengan mempelajari kembali  Pustaka suci Weda secara benar, utuh dan sempurna baik  melalui *Weda Sruti* maupun *Weda Smertih* dengan cara  belajar Weda secara  bertahap berjenjang dan komprehensif serta  tidak dibenarkan belajar Weda menggunakan jalur  jalan pintas  dengan  berdalihkan praktis, simpel, mudah, sederhana  dan sejenisnya yang cenderung menyesatkan. Niscaya umat Hindu akan Ajeg dengan  Dharmanya, kuatnya Sradha  serta  kokoh akan ajarannya yang  *Sanatana Dharma* dalam mewujudkan umat Hindu yang  S A N T I H  *manah santih* maupun *paramasantih*,  kebahagiaan Sekala maupun Niskala,  Jagadhita & Kamoksan nantinya.
( kitab Swastika Rana & Weda Sabda Suci Tuhan)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Pagerwesi

*Mutiara Weda*
30 /03/2022

Rahajeng hari suci  *Pagerwesi* dumogi kita semua Selalu berada pada jalan Dharma...*Perkokoh Benteng* sajeroning  Adnyana  dalam Diri ....astungkara svaha.

*Pagerwesi : Benteng Diri*

*Umat se-dharma*,  setiap enam bulan (210 hari) tepatnya pada Rabu, Kliwon wuku Sinta,, umat Hindu merayakan hari suci Pagerwesi sebagai  rangkaian dari hari raya Saraswati, dengan
Pemujaan ditujukan   kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai  Sang Hyang Pramesti Guru,

Hakekat Pagerwasi  sebagai perlambang Benteng dan pelindung yang kokoh di dalam diri  berupa ilmu pengetahuan Suci  *Samyagjnana* dalam menghadapi godaan dan cobaan hidup. Ilmu Pengetahuan  suci  *Samyagjanana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran dan kebahagiaan. Ilmu Pengetahuan suci  merupakan guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan para Dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* mengingat  kitab suci Weda Bersifat *Sanatana Dharma* & *Anandi-anantha*, tidak berawal dan tidak berakhir, Jadikan
Ilmu Pengetahuan suci  sebagai guru serta  sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.
Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Ksamawan

*Mutiara Weda*
31/03 /2022

*Ksamawan*

"Umat se-dharma*, Kesabaran hati merupakan kekayaan yang  paling mulia dan tak ternilai, ibaratkan emas dan permata yang mampu memerangi kekuatan hawa nafsu  tiada yang melebihi kemuliaannya.

Tatkala kurangnya  Kesabaran dan ketenangan hati *Ksama*  tidak akan pernah ada yang namanya kepastian akan adanya persahabatan melainkan *jiwa murka* akan menyelubunginya karenanya pasti  akan bertengkar satu sama lainnya berujung pada perkelahian dan permusuhan serta saling membenci.

*Oleh karena itu* sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk menumbuhkan nilai kesabaran dalam diri dengan mengkikis habis   serta menghilangkan sifat sifat *amarah  / kroda*,  ibaratkan keadaan ular yang meninggalkan kulit luarnya ( kulesnya) dan tidak akan kembali lagi. mengingat  orang yang dikuasai oleh nafsu  kemarahan segala rupa barang  dan Tapa serta persembahan  yang dilakukannya  tidak akan pernah  mendapatkan hasil dan  pahala. Niscaya  akan dapat menampakkan Kesabaran dalam hati  sehingga dapat menampilkan karakter umat Hindu yang Berbudhi Luhur. (SS 104-114)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Tri sadhana

*Mutiara Weda*
01/ 04 /2022

*Tri Sadhana*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan  akhirnya  yaitu bersatunya sang  atman dengan Ida SangHyang Widhi Wasa, Manunggaling Kawula lan Gusti  atau Kamoksan, baik *jiwan mukti* ( Kebebasan yang di capai di dunia), *Karma mukti* atau *wideha mukti* (kebebasan dimana sang Atman posisi  sama dengan Brahman) maupun *Purna mukti* ( kebebasan tertinggi dimana sang Atman bersatu dengan-Nya) dengan  menggunakan   tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.

Tri Sadhana atau Tri Karana merupakan tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka* : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani  Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik  dalam bentuk *jiwan mukti* , *wideha mukti*  maupun *Purna mukti*
melalui jalan menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta  menjalankan ajaran Tri sadhana / Tri Karana dengan benar. Niscaya akan dapat tercapainya  kebebasan dari keterikatan menuju Jagadhita dan Kamoksan nantinya.
(wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Berwiweka dalam rwa Bhineda

*Mutiara Weda*
02/03/2022

*Berwiweka dalam  Rwa Bhineda*

*Umat Se-dharma*,  Jika direnungkan hidup menjelma menjadi  manusia,  selalu dibayang  bayangi & dibelenggu oleh siklus rwa bhineda, manakala pikiran gelap dan perasaan  mati, dapat dipastikan tidak akan dapat  menjalankan *Wiweka*  menimbang nimbang membedakan  antara yang baik dan  buruk, antara benar maupun  yang salah.

*Rwa bhineda* dengan kemasan *Bhineka tunggal Ika* sebagai dua tattwa yang bersepupu karena keduanya mengajarkan dan membimbing umat Hindu  untuk menghargai suatu perbedaan,  berbeda beda  namun tetap menjadi satu dan menghindarkan diri dari sikap saling mencurigai  yang dapat menjadi ramuan faham fanatisme yang berujung pada permusuhan dan perkelahian.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi suatu kewajiban untuk memahami akan hakekat *Tattwa rwa Bhineda* dan *Bhineka Tunggal Ika* dengan penuh kesadaran dan ketulusan hati berlandaskan ajaran Dharma  dengan pustaka suci Weda sebagai satu satunya Pijakan  serta menggunakan  *Wiweka* dalam menentukan  pilihan  hidup, baik memilih menggunakan jalan aman dan tanpa hambatan *whrite dharma*  maupun  memilih jalan yang penuh hambatan dan rintangan *Nishiddha* yang wajib dihindari.  Niscaya Pancaran rwa Bhineda akan dapat memberikan Energi positif bagi setiap umat Hindu dalam membangun umat Hindu yang penuh kedamaian, *Manah Santih maupun Parama santih.  (BG.XIV.13  &  SS.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jalankan swadharma dengan Baik

*Mutiara Weda*
03 /04/ 2022

*Jalankan Swadharma dengan Baik*

*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan , Orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya pastilah tak akan pernah mengeluh pun tak akan pernah menyesal dengan  apa yang sedang dialaminya, melainkan menerimanya sebagai suatu Anugerah dari Ida SangHyang Widhi Wasa, yang wajib dijalankannya dengan landasan ketulusan *Lascarya* dan berbuat sesuai dengan swadharma masing masing.

Demikian pula,  hidup menjelma menjadi manusia, tak akan pernah  lepas  dari konsep *rwa bhineda*, dua hal yang selalu  berbeda yang selalu berdampingan ; *kebaikan & keburukan*, *suka & duka* selalu  silih berganti ,begitu juga halnya dengan lahir- hidup dan  kematian hanya bersumber dari- Nya dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*.

*Oleh karena itu* , sebagai umat Hindu, jangan pernah ragu dalam menjalankan Swadharma,  yakin  bahwa Tuhan melihat apa yang dilakukannya, Tuhan ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan segala galanya adalah Tuhan di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sevaka Dharma

*Mutiara Weda*
05/04/2022

*Sevaka Dharma*

*Umat Se-dharma*,-Jika kita renung  renungkan dalam sebuah pelayanan atau Seva yang dilakukan atas dasar Rasionalitas maka disana akan ada  terselip motivasi pamerih dan penuh harap sebagai suatu tindakan yang tidak relevan dengan Ajaran melakukan.kerja tanpa pamerih/ Lascarya dalam agama Hindu.

Umat Hindu dalam melakukan pelayanan yang maksimal *Sevaka Dharma* dengan menempatkan ketulusan / Lascarya sebagai nilai dasar tatkala akan menjalankan  tiga aspek  kehidupan yaitu : *Melayani /Seva* ,  dalam Membina pemberdayaan umat se-dharma *sarva abhisamdaka* serta *membimbing* umat se-dharma  menuju Moksartham -Jagadhita.

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu dalam memaknai nilai  ketulusan atau Lascarya  sebagai suatu tindakan kerja tanpa Pamerih dan tanpa motivasi yang berlebihan terhadap hasil kerja.  Niscaya  Melalui Pengabdian akan memperoleh Kesucian, dengan Kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemuliaan akan mendapatkan kehormatan dan dengan kehormatan pula akan memperoleh kebenaran *Satyam*, *Sivam*  &  *Sundaram*
(Yajur Veda.19.30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Pramana Bekal Manusia Hidup

*Mutiara Weda*
05/04/2022

*Tri  Pramana  Bekal Manusia Hidup*

*Umat Se-dharma*, jika di lihat dalam Susastra Hindu ; sesungguhnya  Hidup menjelma menjadi manusia  di maya pada ini untuk menjalankan proses *samsara*  dan  Hidup  menjelma menjadi manusia  sesungguhnya adalah  penderitaan, menderita disebabkan karena dosa *Karma wesana*.  Walaupun demikian  menjelma menjadi manusia  sangatlah Mulia,  Utama &  Sempurna  karena dibekali dengan *Tri Premana* ( Bayu, Sabda  & Idep)

*Sabda* :  kemampuan berbicara   dan bertutur kata.

*Bayu*   :  kemampuan untuk bertindak,  berbuat  dan bergerak .

*Idep*     :  kemampuan untuk  berpikir  atau  olah Prana  sehingga setiap manusia dapat menjalankan *Wiwekanya* secara sempurna  dengan Dharma  sebagai  sang penuntunnya.  Manakala manusia dalam hidup ini  miskin akan  nilai - nilai  kebenaran *Satyam*  dan miskin akan  nilai - nilai kebajikan  *Dharma*   sama nilainya  dengan orang yang sudah  *mati* tiada guna. Hidup yang tanpa  Guna adalah hidup tanpa nilai kebajikan  ibaratkan padi tanpa isi dan bagaikan upacara keagamaan tanpa doa - doa pujaan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  pergunakanlah kesempatan  hidup menjelma menjadi  manusia dengan baik dan benar  untuk  berbuat kebajikan  *Subha karma*  sesuai dengan Swadharma masing masing  dan menghindarkan diri dari tindakan kejahatan  *Asubha Karma*. *Niscaya*,  akan menjadi orang yang  bermanfaat  bagi  diri sendiri,  berguna bagi keluarga dan Orang Banyak dalam  menuju tujuan hidup  yaitu  *Catur Purusa Artha*.
(  M.DS .138/ SS.280 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pentingnya Mengendalikan Emosi

*Mutiara Weda*
06/ 04/2022

*Pentingnya Mengendalikan Emosi*

*Umat se-dharma*, EMOSI yang tidak terkendali melahirkan tindakan yang membabi buta berakibat timbulnya  Kemarahan atau Krodha. Demikian pula,  Kemarahan /*Kroda*  merupakan  energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya  manakala tidak mampu untuk   mengendalikannya. tatkala pikiran *Citta* terpusat, sang jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah  / *Krodha* tersebut.Jangan Menghumbar sifat sifat Emosi.

Pelayanan  yang paling mudah untuk dilakukan adalah  dengan senyuman  karena senyuman itu adalah karunia Hyang Widhi yang  bernilai tinggi sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan. Di samping itu  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa.

*Oleh Karena itu*, sebagai umat Hindu   *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, Kendalikan Emosi, hilangkan rasa benci  dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN*  baik  *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kedamaian Landasan menuju Jagadhita

*Mutiara Weda*
06/04/2022

*Kedamaian Landasan Menuju Jagadhita*

*Umat se-dharma*, orang orang  Bijak   mengatakan :  di jaman *Kaliyuga* musuh yang paling utama bukan orang lain, melainkan  diri sendiri akibat  belum sinergisnya unsur *Tri Guna*  serta tidak terkendalinya pengaruh *Sad Ripu* dalam diri  dalam bentuk Ego, Ambisi, Emosi,  serakah, loba dan sejenisnya yang harus diperangi dengan *Tapa*  sebagai Pijakannya.

 Kesabaran dan  kedamaian Serta ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak serta mulia yang harus tertanam dan terjaga  pada diri setiap umat Hindu guna meningkatkan kualitas rohani menuju tingkatan spiritualitas yang mengandung kekuatan  dalam membangun kerukunan Umat Hindu . Segala sifat keras hati, yang penuh  *EGO*  hanya bisa dikalahkan dengan sikap  amulat sarira, anyekung Jnana dan mengendalikan diri Suluh nikang Prabha.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  mari bangun kedamaian dan ketukunan mulai dalam diri masing masing, tingkatkan  kualitas  rohani  dengan  pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan jalan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya* dengan mensinergiskan Unsur *Trigunatattwa* dalam diri. Niscaya kedamaian dan kerukunan dalam hidup akan dapat terwujud sebagai landasan  menuju  *Maha samadhi* atau alam  kamoksan nantinya.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bangun Manah Santih

*Mutiara Weda*
07/04/2022

*Bangun Manah santih*

*Umat se-dharma*, Dalam sebuah sesanti ada mengungkapkan ; Diantara semua permata yang ada, yang paling bercahaya itu sesungguhnya adalah  rasa  hati yang indah  dan Diantara semua  bebungaan yang pernah mekar, harum dan wangi, juga sebetulnya  yang paling  tersentuh adalah  *rasa   hati yang indah* pula.

Sulit rasanya akan mendapatkan sentuhan rasa Hati yang nyaman dan  Indah tatkala dalam hatinya selalu bergejolak, penuh dengan sifat irihati, dengki,  praduga dan prasangka.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  tanamkan selalu rasa   hati yang  indah  dan Nyaman  *Manah Santih* agar memiliki  sentuhan  rasa Damai  & kehalusan budhi  dengan cara menanamkan ajaran Budhi pekerti  luhur.  Niscaya  rasa hati yang penuh  dengan kedamaian  akan selalu tetap tertanam dalam diri  selama-lamanya, baik lahir maupun bathin, manah santih lan Paramasantih.
(SS. 135-148 & Dharma Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kuatkan Kavaca Gaib

*Mutiara Weda*
08/04/2022

*Kuatkan Kavaca Gaib*

*Umat  Sedharma*,  melibatkan Ida SangHyang Widhi Wasa pada setiap kegiatan menjadi suatu keharusan  bagi umat Hindu dengan selalu Memanjatkan Doa atau Mantram kehadapan-Nya  sebagai suatu  kewajiban dan kebutuhan pokok  serta menjadi faktor penentu serta penyelamat  kehidupan umat manusia  menjadi Benteng dalam diri atau *kawaca Gaib*.

Wabah Virus Covid' 19 masih belum reda,  melanda bhumi dan seisi alam semesta.

Marilah kita sebagai umat Hindu   dimanapun berada selalu  memanjatkan doa doa atau Mantram  mohon kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi beliau sebagai  SangHyang Surya dengan kekuatan SangHyang Indra   agar Wabah Virus Covid' 19 dan Virus menular lainnya  sirna dan kageseng oleh kekuatan Beliau  sehingga seluruh umat manusia terhindar dari  wabah Virus  Covid'19,  sehat, selamat dan Rahayu.  

Om Swastyastu,
Om Avighnamastu Namo Siddham

*Om Drstan ca ghnam adrstan ca,
sarvan ca pramrnam krimin* (Atharva Weda V.23.6)

*Indrah Suryasya rasmibhir nyarasanam osati*  (Reg Veda VIII.12.9)

Om Santih,Santih Santih Om
Dumogi Sami Sehat lan Rahayu

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Bangun Kawasan suci dalam diri

*Mutiara Wieda*
08 /04/2022

*Bangun Kawasan suci Dalam Diri*

*Umat Se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita  ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang, Dan jangan membenarkan yang biasa, biasakan yang benar sebagai salah satu ajaran Etika Hindu  *Suluh  nikang Prabha* selalu melihat kedalam diri guna membangun kawasan suci atau *Udana Vayu*.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani ,  perhalus Budhi dengan Nilai - nilai  Dharma, selalu  Amulat sarira  *Suluh nikang Prabha* di dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar  *Tri Kaya Sandhi*.   Niscaya  akan  dapat Anyekung Jnana dan memancarkan   Aura Positif  dalam diri dalam bentuk  *Prana Halus* atau *Udana Vayu*
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tumpek Landep

*Mutiara Weda*
09/ 04/ 2022

*Tumpek Landep*
_((Landeping Idep, Vak Lan Kaya)_

*Umat se-dharma*, pada Saniscara Kliwon Wuku Landep umat Hindu merayakan hari suci yang  disebut *Tumpek Landep*, sebagai wujud  rasa bhakti kehadapan Ida SangHyang Pasupati atas segala ciptaannya.  Mengasah ketajaman *Jnana*
( pikiran, logika dan ilmu pengetahuan)  Sebagai  spirit kemanusiaan, membangun kearifan  dalam memanfaatkan teknologi yang mengandung besi.

Umat Hindu berkeyakinan bahwa, peralatan yang digunakan untuk mengolah isi alam, harus tetap terjaga kesuciannya, sehingga selalu dapat digunakan dengan baik tanpa merusak alam atau menyakiti makhluk lainnya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu selalu memegang teguh kebenaran  *Tri Permana Telu* dan bangun kesadaran sejati  dengan jalan mengasah ketajaman pikiran meningkatkan kecerdasan akal  _landeping Idep, Landeping Vak mwah Landeping Kaya_  dengan selalu berpegang teguh pada  isi kitab suci Weda secara utuh. Niscaya akan dapat terbangunnya kualiatas rohani umat Hindu sehingga memiliki keteguhan dalam menghadapi fluktuasi suka dan Duhka  di jaman Kaliyuga ini
*sama duhkha-sukham dhiram*
( Kitab Sundarigama )

*RAHAJENG HARI SUCI      TUMPEK LANDEP*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Citta Vrtti Niroda

*Mutiara Weda*
10 / 04 / 2022

*Citta Vrtti Nirodha*

*Umat Se-dharma*, Jika kita cermati dari sisi ajaran Ethika Hindu ada tiga sifat  *buruk* atau *kotor* yang selalu melekat dalam diri umat manusia sebagai  akibat dari pengaruh buruk   *Indrya/ Nafsu*  yang tak terkendalikan dan bertentangan dengan nilai nilai Dharma. Pengendalian gerak pikiran menjadi faktor penting  dan  penentu bagi kehidupan setiap  umat manusia  *Citta Vrtti Nirodha*.

Ketiga sifat buruk dan  kotor tersebut
*Mithia Hrdaya* :  sifat yang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain
*Mithia Wecana*  :  selalu bersifat sombong dan angkuh
*Mithia Laksana*  :  berprilaku kasar dan tidak sopan.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu  untuk selalu mengendalikan  gerak  Laju pikiran
*Citta Vrtti Nirodha*, tempatkan dan pancarkan *Gayatri mantram* sebagai ibu dari *Weda*
*Gayatri Chandasam Matha” serta gunakan  Ethika Agama setiap melakukan tindakan sehingga terhindar dari pengaruh *Tri Mala Paksa* [ *Kasmala* : perbuatan kotor, *Mada*: Perkataan yang kotor dan *Moha*: berpikiran Kotor].  Niscaya tidak akan menemui hambatan dalam menjalankan  *Tri Kaya Sandhi* sehingga  hidup akan  Nyaman, aman,  Damai dan Harmonis.
(Kitab Widhi Sastra & Manu Smrthi.IV.256)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Dharma Raksaka

*Mutiara Weda*
11 / 04/ 2022

*Dharma Raksaka*

*Umat se-dharma*, Jika  direnungkan dalam sebuah sesanti :   *Emas* itu walaupun dipanasi dan ditimpa berkali kali  dia akan tetap mengeluarkan cahaya atau sinarnya, demikian juga Kayu *Cendana* walaupun di gosok gosok berulang kali dia tetap mengeluarkan bau harumnya, begitu juga halnya dengan ajaran Dharma,  kebajikan/kebenaran tidak akan pernah luntur dan tak akan pernah berubah sepanjang jaman.

Tidak ada kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran *Satya* dan tidak ada neraka yang lebih menyeramkan dari kawah *Candradimuka*.

*Oleh karena itu*, Marilah  sebagai umat Hindu Pancarkan selalu  ajaran Dharma *Dharma Vahini* dan pegang teguh dalam keseharian *Dharma Raksaka*  dengan jalan selalu berbuat yang baik dan benar *Subha Karma* agar tidak terjerumus ke dalam kelahiran rendah atau Neraka /*Maharorawa* dan menjauhkan diri dari dari ketidak mengertian akan ajaran Dharma /  *Niraya*. Niscaya akan dapat terbangunnya umat Hindu yang  Ajeg akan Dharmanya menuju  *Bhumi Kerta*, Jagadhita lan Kamoksan nantinya.  (Slokantara,01 .12.75 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Belajar Bertutur Kata

*Mutiara Weda*
12/04/2022

*Belajar Bertutur Kata*

*Umat se-dharma*, dalam pustaka suci Weda ada menguaraikan : Vadanam bahuwakyam nam wacanani punah punah....dst, mencaci maki, membual, berbohong  begitu pula mengumbar  hawa  nafsu  semestinya dihindari oleh setiap  umat se-dharma dengan Belajar bertutur kata.

Perkataan merupakan  gambaran pribadi seseorang, setajam tajamnya pedang masih lebih tajam lidah manusia yang sangat menyakitkan,  sulit untuk disembuhkannya  dan merasuk kedalam lubuk  hati yang paling Dalam.  Dari kata kata mendapatkan kebahagiaan, dari perkataan menemui ajal, dari kata kata mendapatkan penderitaan dan dari perkataan pula mendapatkan sahabat sejati.

*Oleh Karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu untuk selalu  mewaspadai setiap ucapan atau perkataan, jangan biasakan *menanam tebu dibibir*, selalu memegang teguh ajaran ethika Hindu dengan baik dan benar berlandaskan ajaran  *Tri Kaya Sandi* (Manacika, Wacika dan Kayika) dalam keseharian.  Dalam paribhasa ada  tersurat Panasnya api menyala itu melebihi  panas matahari di dunia ini, akan tetapi kata kata orang jahat itu duakali lipat melebihi kepanasan api itu. Niscaya, dengan demikian  akan dapat terbangunnya umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis  serta sinergisnya unsur *Cakra Dharma* dalam diri  :  Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Slokantara, 60.39)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pentingnya upacara Ngenteg Linggih


*Mutiara Weda*
13/04/2022

*Pentingnya Upacara Ngenteg Linggih*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam menata Tempat suci / bangunan suci  *Pura* agar lebih menampakan aura  atau kharismanya  secara  Niskala melalui upacara *Ngenteg Linggih*, *Mamungkah* dan *Padudusan* yang  wajib dilaksanakan  dalam kurun  waktu 10 sampai 15 tahun.  Ada dua bentuk karya Ngenteg Linggih yaitu : *Ngenteg Linggih Mamungkah* dan *Ngenteg Linggih Mamupuk Pedagingan*'

*Karya Ngenteg Linggih*, *Mamungkah* dan *Padudusan* tergolong upacara Dewa Yadnya yang mengandung makna ngentegang linggih /menetapkan linggih/ Memantapkan stana dari Ida SangHyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya secara Niskala pada pelinggih atau bangunan suci yang sudah dibangun dan disertai  dengan upacara *Mamungkah* sebagai perlambang memohon kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa berkenan bersthana dibangunan suci atau Padmasana serta dilengkapi dengan upacara  *Padudusan* yang bermakna Pensucian.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  dalam menata Bangunan Suci atau Pura dengan dedudonan upacara  *Ngenteg Linggih*,  *Mamungkah* dan *Padudusan* dengan betul betul dilandasi  *manah lega dadi ayu*  yang dilaksanakan dengan landasan *Tri Premana Telu* dengan pijakan pustaka suci Weda atau *Dewa Tattwa*;  Kramanya Sang Kuminkin akarya sanistha, madyotama, manah lega dadi hayu, aywa ngalem drewya mwang  kumagutaning kaliliraning mwang atuha, aywa angambek Rodra mwang ujar gangsul,, ujar menak juga kawedar denira, mangkana kramanya sang  angarepang Karya ayu, yang mengandung makna ;

Prilaku  umat se-dharma, sang yajamana  saat akan melaksanakan karya agung Ngenteg Linggih, Mamungkah dan Padudusan  ataupun Panca Maha yadnya dalam bentuk nista, madya maupun utama,  hendaknya dilandasi dengan manah suci /  pikiran yang bersih, lascarya /tulus/ikhlas, hindari berbicara kasar, Kroda / marah,  serta selalu mengusahakan prilaku yang baik. Niscaya,   Karya Ngenteg Linggih yang akan dilasanakan memiliki kualitas  yang utama yaitu *Satwika Yadnya* atau  Labda Karya  dan Agungnya suatu Karya.
( Lontar Bhama Krtih, Dewa Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Niti & Sesana

*Mutiara Weda*
14/04/2022

*NITI  &  SESANA*

*Umat se-dharma*, setiap umat Hindu  memiliki kewajiban  untuk mempelajari,  memahami dan memancarkan isi pustaka  suci Weda  *Dharma Vahini* serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga*  demikian pula berkewajiban untuk mengetahui   akan mana yang baik &  mana  yang buruk *Wiweka* dalam menjalankan kehidupan di mayapada ini.

Umat Hindu dalam mempraktekan dan  mengamalkan setiap   perbuatannya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  dan teropongan  dari  ajaran *Sesana* dan  ajaran *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian &  Asuci laksana  *Purwa gama Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  Kebenaran *Dharma*  serta taat & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tanamkan selalu Kedamaian

*Mutiara Weda*
15/ 04 /2022

*Tanamkan selalu Kedamaian*

*Umat se-dharma*,  jika  di renung renungkan, manakala memiliki rasa  benci  pada  orang lain sama nilainya dengan  meminum racun, membuat hidup   akan terbebani secara  terus menerus selama  belum bisa  memaafkannya dan akan terus menempati ruang di hati  secara gratis menyebabkan terganggunya proses berpikir, bertindak sehingga tidak mampu untuk mengeluarkan tuturkata yang santun  *Pryavacana*

Sulit rasanya  orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri
Tumbuhkan sikap saling mengampuni, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati * Manah Santih*

*Oleh karena  itu*,  sebagai umat Hindu mari kita Bangkitkan  kesadaran   dan jati diri malalui  belajar saling memaafkan / Ksama,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran*. Niscaya akan dapat terbangunnya manah Santih   sehingga terwujudnya cara  berpikir , bertindak dan  bertutur kata yang santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Mule Keto

*Mutiara Weda*
16/04/2022

*Mule Keto*

*Umat sedharma*, Jika direnung renungkan Istilah *mule keto*  yang digunakan dan dipopulerkan oleh para leluhur pada jaman dahulu bukanlah    sekedar   istilah semata mata  dan bukan pula suatu kelemahan ataupun pembodohan melainkan  suatu   *Teknik*, *Cara* , *Methoda* serta  *Strategi*  yang sangat luar biasa yang diterapkan leluhur  guna menanamkan dan menyelamatkan serta mengamankan ajaran Hindu sesuai dengan situasi dan kondisi  pada masa itu  sehingga ajaran Hindu  bisa  diwariskan pada generasi muda  dengan Bali sebagai Centralnya serta dipancarkan  kembali menusantara atau membumi   *Dharma Vahini*

Istilah Mule keto dan menjadi   Gugon Tuwon mengandung makna bahwa ajaran Hindu tidak boleh diragukan kebenarannya karena bersifat mutlak, pun tidak bisa dirasiokan karena ajaran Hindu merupakan suatu  keyakinan sehingga  disebut kitab agama dengan  berbagai karakteristik  : Anandi Anantha, Fleksibel, Universal dan sanatana Dharma begitu pula bukanlah buatan manusia *Apaurusya*

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu Untuk  yakin akan  kemutlakan Pustaka suci Weda  dan  mempelajari serta menjalankannya dengan baik   melalui  jalan secara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan beserta sumber sumber Dharma lainnya : Sruti, Smerthi, Sila,Sistacara dan Atmanastute. Niscaya ajaran Hindu akan tetap ajeg,  Langgeng  *Sanatana Dharma*, menuju  umat Hindu yang  kuat, kokoh akan  Sradha -  Bhaktinya serta berputarnya  *Cakra Dharma*  secara sinergis :  Satyam, Sivam dan Sundaram (Weda Samhita  & Cautilya Nitisastra. IV.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Visudha Karma

*Mutiara Weda*
16/04/2022

*Visudha Karma*

*Umat Se-dharma*, dalam pustaka suci Weda menyebutkan ;
Sesungguhnya  semua umat manusia memiliki kebebasan, bebas menentukan kehendaknya  dan sepenuhnya pula bertanggung jawab atas semua perbuatannya sendiri *Svatantra Katah*. Demikian pula, tak satupun manusia bisa
 luput dari kerja walaupun hanya sesaat,  oleh hukum alam  manusia dibuat tidak berdaya  untuk selalu bekerja.

 Kualitas perbuatan  menentukan kehidupan sekarang maupun kehidupan dimasa yang akan datang,  begitu juga  se- kecil apapun perbuatan yang dilakukan jika dilandasi dengan hati yang tulus, lascarya akan membawa kebaikan yang luar biasa seperti  *Sebutir Biji pohon Beringin* yang jika tumbuh, dirawat dengan baik setelah besar akan dapat menjadi tempat berteduh bagi semua umat manusia. 

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  mantafkan kualitas *Sradha* dan *Bhakti* dengan  melakukan kerja tanpa ikatan *Visudha Karma* sehingga terwujudnya *Pencapain tertinggi* yaitu *Kamoksan* atau *Kelepasan*, terbebas dari keterikatan,  bekerja sebagai suatu kewajiban, dengan pijakan Bekerja  untuk semua  *Sarvodaya*. Niscaya, akan terhindar dari Karma buruk /  Karma Jahat *Wikarma*.
( Slokantara Sloka 19 ,4 & BG V.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Dharma Sandhi

*Mutiara Weda*
17 /04/2022

*Tri Dharma Sandhi*

*Umat Se-dharma*, setiap umat Hindu haruslah memahami  bahwa Pustaka suci  Weda terdiri dari dua bagian yaitu Weda Sruti dan Weda Smerthi.   Kitab suci  Catur Weda tergolong dalam *Weda Sruti* dan  menjadi *Weda Inti* atau *Weda Sirah* dan *Smerthi* merupakan *Dharma Sastra*, keduanya harus diyakini ,ditaati serta  dipatuhi ajaran ajarannya sehingga  tindakan dalam bidang Dharma menjadi sempurna.

Apa yang diajarkan oleh *Sruti* disebut Dharma, semua yang diajarkan dalam *Smerthi* pun dharma pula namanya, demikian pula tingkah laku sang *Sistacara* yang memberikan ajaran Kebenaran & kesucian  Dharma pula namanya sehingga di sebut *Tri Dharma Sandhi*

*Oleh Karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meyakini dan menjalankan Tri Dharma  atau tiga Dharma ; Sruti, Smerthi dan Sistacara secara sinergis dan seimbang *Tri Dharma Sandhi*. *Niscaya* seluruh Indrya dan hawa nafsu akan dapat dikendalikan begitu pula segala tindakan akan selalu berlandaskan Dharma atau  *Dharma Laksana* ( S.S.40-42)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Beragama Jangan Lepas dari Ageman

*Mutiara Weda*
18/04/2022

*Beragama Jangan Lepas dari Ageman*

*Umat se dharma*,  dalam Pustaka suci ada menyebutkan ;
*Šrutistu vedo vijñeyo dharmaṡāstram tu vai smṛtiá
te sarvātheṣva mimāmsye tābhyāṁ dharmohi nirBabhau*

Artinya :
Yang dimaksud dengan Sruti, ialah Veda dan  Smrti adalah Dharmasastram, kedua  pustaka suci ini tak boleh diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya sumber Dharma.

Kebhinekaan dalam Hindu bukan berarti  memiliki kitab suci yang berbeda beda dan bukan pula   suatu kebebasan atau perbedaan tanpa batas atau tanpa ikatan  melainkan perbedaan yang  *berbingkaikan* pada pustaka suci  Weda sebagai  satu satunya *Ageman yang bersifat mutlak*.  Pustaka Suci Weda menjadi Identitas dan Karakter agama Hindu sebagai  Kitab suci, baik Weda Sruti maupun Weda Smerthinya   sebagai suatu *kebenaran mutlak* dan menjadi *kitab Agama*. Demikian pula,  dasar keyakinan yaitu *Panca Sradha* dan  pokok pokok ajaranya *Tri Kerangka Dasar* sebagai  pedoman Dasar  dalam Beragama Hindu. Manakala Berbeda dalam *Agemannya* dapat dipastikan akan menimbulkan kerancuan, perbedaan  dan  kerapuhan dalam pemahaman  ilmu agamanya  yang   dapat mengganggu kenyamanan  dan kedamaian umat Hindu  berujung pada *Perkelahian* dan *pertengkaran*.

*Oleh karena itu*   sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meningkatkan kualitas  *Sradhanya* dan pokok pokok ajaranya dengan  berfalsafahkan *Bhineka Tunggal Ika* ;' berbeda suku, berbeda budaya, berbeda adat ataupun Tradisi  tetapi tetap satu pegangannya yaitu *Kitab Suci Weda*.  Sebagai umat Hindu memiliki kewajiaban suci yaitu  *memahami*,  *mempelajari* dan *mengamalkan* serta *mengamankan* ajaran agama Hindu dengan pustaka Wedanya. Niscaya akan dapat terwujudnya Umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis. ( MDS. II.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Sakti

*Mutiara Weda*
19/04/2022

*Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dirinya,  ketiga sifat  itu  di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Oleh karena  itu* , sebagai umat Hindu bangun  kekuatan yang ada dalam diri   *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna tattwa   dengan melatih kesabaran dan ketenangan pikiran *Citta* sehingga terhindar dari Prilaku  prilaku  buruk atau Asubha Karma. *Niscaya*  akan dapat terbangunnya Kedamaian dan Kebahagiaan sekala maupun Niskala.  ( Weda Samhita & BG.XII.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Ksamavrata & Pritivrata

*Mutiara Weda*
20/04/2022

*Ksamavrata & Pritivrata*

*Umat Sedharma*, dalam sebuah  sesanti   ada menguraikan ; Tundukkan kemarahan  dengan kesabaran,  tundukan setiap kejahatan dengan nilai nilai kebenaran &  kebajikan, begitu juga Kelicikan dapat ditundukkan   dengan keikhlasan, ketulusan dan  kerelaan, Serta dengan  kejujuran dan kepolosan  hancurkan segala Tipu daya dan berbagai bentuk  kebohongan.

Janganlah  Membalas pukulan dengan pukulan begitu pula  jangan  membalas cacian dengan cacian sebagai  sikap bijak dari implementasi  ajaran Ethika Hindu. Sesungguhnya Dendam adalah racun penghancur hati dan bagian terburuk dari rencana penghancuran masa depan diri sendiri.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu, untuk selalu menumbuhkan sikap *Ksamavrata* kesediaan untuk saling memaafkan  kepada sesama dan *Pritivrata*,  kemampun untuk menunjukkan  sifat welas asih terhadap sesama serta membangun kualitas  diri dengan menjaga stabilitas  Mental, Intelektual dan Kesehatan (Ahara, Vihara dan Ausadha) secara sinergis. *Niscaya*, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang berkarakter dan berwawaskan nilai nilai Dharma.
(kitab Slokantara,Sloka 83 hal.293)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Pikiran sang Penentu Karma

*Mutiara Weda*
21 / 04 /2022

*Pikiran  Sang Penentu Karma*

*Umat Sedharma*, Dunia ini akan mengalami kehancuran tatkala tidak menjalankan proses berpikir dengan baik *Manasika*.

Sesungguhnya Karma itu telah dimulai ketika terbangunnya  proses  berpikir.
Bila berpikir akan hal hal baik maka akan menjadi senang dan bahagia,  begitu pula sebaliknya jika berpikir akan hal hal buruk maka akan menjadi terbebani  dan bahkan stress  semuanya karena pengaruh Pikiran.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk  selalu Mekarma dengan landasan *Tri Kaya Sandhi*  (Manacika, Wacika dan Kayika) secara sinergis  serta mampu  menumbuhkan  akan  kesadaran pikiran sehingga dapat menjalankan *wiwekanya* dengan Baik.  Niscaya akan dapat menjalankan
*Wiweka Jnananya* dengan baik  sehingga melahirkan Karma baik *Subha Karma*
(BG  III. 24 & kitab Swastikarana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Habis Gelap Terbitlah Terang

*Mutiara Weda*
22/04/2022

*Habis Gelap Terbitlah Terang*

*Umat Se-dharma*,  Buku Habis gelap terbitlah terang sebuah Untaian kalimat indah yang  sarat akan  makna filosofi,  memberikan gambaran bagi setiap  umat manusia  bahwa  nasib ataupun takdir yang dialami  ada  yang mengatur  yaitu Ida SangHyang Widhi Wasa,  Demikian pula  *Rwa Bhineda*  suka maupun duka dalam  kehidupan selalu akan berdampingan  silih berganti.

Kedukaan  datang setelah kesukaan,  Kesukaan mengikuti Kedukaan dan semua makhluk hidup mengalami perputaran siklus *suka* maupun  *duka* dan  ini  sudah menjadi hukum Rta /kodrat alam,  seberapa yang  diberikan sedemikian pula yang akan  diterimanya, apa yang dipinjam itu pulalah yang dikembalikan.

*Oleh karena itu*, marilah sebagai  umat Hindu  bangun kedamaian dan keharmonisan dalam diri dengan kesadaran akan  konsep rwa bhineda  melalui mantafkan  kesadaran akan  diri  dengan cara  *Metapah &  Mebrata*. Niscaya akan dapat terwujudnya manah santih dan paramasantih serta  mengerti akan arti dan makna kehidupan menjelma menjadi manusia.
(Slokantara 84.hal.297-299)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

PSN Daerah Istimewa Yogyakarta
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Krtavidya

*Mutiara Weda*
23/04/2022

*Krtavidya*

*Umat sedharma*, Jika direnungkan  dalam sebuah paribasa , pengetahuan yang tidak digunakan sesungguhnya adalah racun, begitu pula makanan  akan menjadi racun tatkala pencernaannya yang kurang baik, Demikian juga halnya  dalam berdiskusi *Tarkawada*  ibaratkan racun bagi orang yang miskin ilmunya atau kurang ilmunya .

Orang yang tahu, tetapi tidak tahu bahwa dirinya tahu paribasa ini mencerminkan  prilaku   pemalas  ibaratkan orang lagi  tertidur yang harus dibangunkan, diingatkan lagi  agar mempergunakan ilmu pengetahuannya  dengan baik *Sarva Jnana* dan memancarkannya atau mengaplikasikannya *Sarva Karya*  agar  tidak menjadi racun.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bangun kekuatan dalam diri , tumbuhkan sifat bijak sebagaimana tertuang  dalam Pustaka suci Weda atau *Krtawidya* tampilkan pribadi yang berbudhi luhur *priyamwada*. Niscaya akan mencapai kelegaan yang maha sempurna dan terhindar dari kesedihan atau  ketidaklegaan.
(MDS.hal.215 & Slokantara,10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Sabha Welaka PHDI -Daerah Istimewa - Yogyakarta

Kendalikan Pikiran dari Balutan Indrya

*Mutiara Weda*
24/ 04 /2022

*Kendalikan Pikiran dari Balutan Indrya*

*Umat Se-dharma*, Jika direnungkan, setiap umat manusia tidak  terlepas dengan  yang namanya tabiat. terhadap tabiat yang  menaruh rasa dengki / iri hati akan kebahagiaan orang lain  sebagai suatu tindakan kejahatan *atatayi*.

Orang yang memiliki sifat *Irsya /iri hati* tidak akan pernah merasakan kenyamanan  & kedamaian dalam hidupannya karena di dalam hatinya akan  selalu bergejolak unsur Rajas & tamas. Meninggalkan tabiat iri hati dan dengki  sebagai salah satu pilihan menuju  kebahagiaan sejati.

*Oleh karena itu*, marilah  sebagai umat Hindu  untuk selalu  berbuat dengan landasan kebajikan, membuang jauh jauh sifat iri hati dan dengki dengan pengendalian pikiran dari ikatan atau balutan  *Indrya*, sehingga  pikiran tidak terlekati oleh penderitaan yang tidak terobati *Sada samahitam citta naro bhutesu dharayet*. Niscaya akan terhindar dari Kesengsaraan dan penderitaan menuju kebahagiaan lahir maupun bathin, Jagadhita lan Kamoksan nantinya.
(SS.88-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Sabha Welaka PHDI
Daerah Istimewa  Yogyakarta

Tri Kaya Sandhi

*Mutiara  Weda*
25 / 04 / 2022

*Tri Kaya Sandhi*

*Umat Sedharma*, Jika direnungkan Pikiran atau *Citta* merupakan titik pusat bagi roda kehidupan setiap umat manusia. Sebagai suatu titik pusat  sumber dari berbagai kegiatan duniawi,  Ketidakterikatan *Vairagya* menjadi faktor pentingnya .

Ketidakterikatan pikiran dan Indera dari obyek obyek duniawi menjadi faktor penentu  yang harus dikendalikan. Pikiran dapat menutupi sang diri begitu pula pikiran  dapat digambarkan sebagai selubung diri, demikian juga dapat menjadi selubung kekaburan bathin. Pikiran terikat oleh Panca Indera dan Panca Indera tertarik oleh obyek obyek  Indera sekaligus terikat olehnya.

"Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu Bersihkan  pikiran dengan kejujuran *manah satyena sudhyanti*, bersihkan dari berbagai  keterikatan  *Vairagya* , amalkan dan aplikasikan  ajaran ajaran Weda dalam kehidupan sehari hari  *Abhyasa* melalui penguatan pada  pengekangan dan pengendalian diri  *Metapah*. Niscaya  Pikiran akan bersih dan suci  selaras dengan tutur kata  demikian pula  dalam berbuat *Tri Kaya Sandhi*  menuju pikiran yang terkendali dan terpusat *Dhyana*.
(Kirab menuju Tuhan. hal.117)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Sabha Walaka PHDI
Daerah Istimewa  Yogyakarta


Annaasakti

*Mutiara Weda*
26/04/2022

*Annaasakti*

*Umat sedharma*, dalam pustaka suci  ada tersurat ;  Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, Begitu pula  tak akan  pernah mencapai kesempurnaan tatkala  menghindari  kerja.

 Menyerahkan seluruh aktivitas kerjanya   kepada  Ida SangHyang Widhi Wasa secara  *tulus & total*  tanpa kemelekatan  inilah sesungguhnya  ajaran *Karma Yoga*. Demikian juga sebaliknya  manakala perbuatan yang dilakukan penuh dengan harapan, kepentingan pribadi atau pamerih, perbuatan seperti ini tidak ada  bedanya dengan penyakit  atau  *Roga* 

*Oleh Karena itu*,  bagi setiap umat Hindu  dalam melakukan  perbuatan  selalu  dilandasi dengan sikap tanpa pamerih, tanpa keinginan untuk menikmati hasilnya dan  melatih diri untuk selalu  mengembangkan sifat *ketidakterikatan* pada segala kegiatan  &  kewajiban *Annaasakti* sehingga seluruh perbuatan menjadi Suci.  *Niscaya*,  kualitas kerja  guna  mencapai tujuan hidup yaitu kebahagiaan  sekala maupun  Niskala akan dapat diwujudkan.
(BG III.4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman  Walaka PHDI 
Daerah Istimewa  Yogyakarta




Stithaprajna

*Mutiara Weda*
27/04/2022

*Stithaprajna*

*Umat sedharma*, dalam susastra ada tertuang bahwa Dimana ada Dharma,  kebajikan dan  kewajiban  serta kebenaran dipatuhi disana akan ada kemenangan begitu pula  orang yang melindungi Dharma akan dilindungi oleh Dharma pula.  Untuk melindungi orang yang baik dan memusnahkan orang orang yang jahat, Dharma pulalah menjadi Bentengnya .

Manakala Dharma mengalami kelunturan, kemerosotan dan Tirani merajalela  dapat dipastikan menuai  penderitaan maupun  kesengsaraan dan orang seperti ini disebut orang kesasar dan tersesat dari jalan kebenaran *Ika Kabancana Ngaranya*

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk menyadari bahwa karakter  dan pengaruh jaman Kaliyuga begitu besar ; manusia cenderung menjadi kegila gilaan, suka bertengkar , berebut kekuasaan dan tidak mengenal akan dunianya sendiri , bergumul dengan saudara sendiri dan mencari perlindungan pada orang lain, sehingga  memahami, mengamalkan dan  menegakkan  ajaran  agama  secara  benar sebagai  satu satunya pilihan  serta menjadikan pustaka suci Weda  sebagai landasan atau pijakan yang bersifat mutlak.   *Niscaya* akan terbangunnya umat Hindu yang bijaksana dan mampu mengendalikan Inderanya *Stithaprajna* menuju umat Hindu yang  *Satyam*,  *Sivam* & *Sundaram*.
(BG IV.8 & Nitisastra IV.10.hal.274)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman  Walaka PHDI 
Daerah Istimewa  Yogyakarta




Jana Kertih

*Mutiara Weda*
28/04/2022

*Jana Kertih*

*Umat sedharma*, dalam susastra ada mengungkapkan ; Orang yang memiliki keinginan  untuk  berbuat bebas tanpa  *keakuan* dapat dipastikan akan mendapatkan kedamaian serta  keharmonisan dalam hidupnya.

Orang yang berjiwa sabar, Tenang  & Tulus Ibaratkan  air yang masuk kedalam Samudera, walaupun  terus menerus namun tetap tenang tak bergerak,  demikian juga halnya dengan  orang  yang berjiwa  sabar & tenang akan mencapai kedamaian, walaupun semua kesenangan ada padanya tetapi bukan berarti mengumbar  hawa nafsunya.

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk selalu meningkatkan serta menegakkan kesucian  diri masing masing  *Jana Kertih*  serta  membangkitkan    kesucian jiwa dengan menjalankan ajaran *Tingkahing Brata*  melalui  pemusatan pikiran dan pengendalian *panca Indera* dari segala obyek keinginan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu  yang bijak dan memiliki  vibrasi energi positif yang kuat.
(BG II.65-72)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman  Walaka PHDI 
Daerah Istimewa  Yogyakarta

Selasa, 17 Mei 2022

Ahangkara Jnana

*Mutiara Weda*
29/04/2022

*Ahangkara Jnana*

*Umat sedharma*, Jika direnungkan   Manah atau Pikiran  itu  sesungguhnya  penyebab dari penderitaan & kesengsaraan  tatkala pikiran dicemari oleh hawa nafsu dan berbagai kekotoran *Ahangkara Jnana*.  Apabila pikiran itu bersih dan suci  tidak dihinggapi kekacauan,  tidak dibelenggu oleh  nafsu  serta  berbagai kecemaran *Satvika Vidya*, itulah sebenarnya hakekat Kedamaian dalam agama Hindu *Medharma Santih*  landasan  menuju  kebebasan sejati *Kamoksan* nantinya.

Proses kehidupan Suka maupun duhka yang dialami , pangkalnya adalah kebodohan, kebodohan ditimbulkan oleh kelobaan dan kelobaan itu asal dari kebodohan oleh karenanya kebodohanlah asal mula kesengsaraan.

*Oleh karena itu*,   bangun kualitas diri dengan menghilangkan kebodohan dan melenyapkan  kelobaan atau kerakusan   *Ahangkara jnana* yang  menjadi sumber dari kesengsaraan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu yang Tenang dan Damai  serta bebas   dari penderitaan &  kesengsaraan baik dalam  proses kelahiran maupun kematian nantinya. *Prasiddhamentas ing bhawarnawa*
( SS.399-402)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman  Walaka PHDI
Daerah Istimewa  Yogyakarta

Citta - Budhi

*Mutiara Weda*
30/04/2022

*Citta - Budhi*

*Umat Sedharma*.  Pintu utama dalam mendekatkan diri kehadapan Ida  sangHyang Widhi Wasa terletak pada kemampuan dalam pengendalian Lidah, Tanpa pengendalian lidah sangatlah sulit untuk  mengikuti jalan menuju Ida  SangHyang Widhi  Wasa .

setiap  alat Indera  yang dimiliki  mempunyai satu kegunaan khusus dan berbeda halnya dengan lidah diberikan kemampuan Ganda yaitu kemampuan bicara dan kemampuan cita rasa .

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk mengendalikan fungsi  lidah baik dalam berbicara maupun dalam menikmati cita rasa,  dengen mengembangkan  *Cita Budhi* untuk membedakannya mana yg kekal dan mana yang tidak  kekal dan mana yang punya rasa dan mana  yang tidak  punya rasa. *Niscaya*,  umat Hindu dalam menjalankan praktek keagamaan akan  selalu dapat menggunakan wiweka  dalam berhubungan  dengan-Nya *Bhakti  Marga*
(jalan menuju Tuhan.hal.64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman  Walaka PHDI 
Daerah Istimewa  Yogyakarta


Satvika Dana

*Mutiara Weda*
01/05/2022

*Satvika Dana*

*Umat Sedharma*, dalam susastra Hindu ada menguraikan ;  *anandam kanistam ca dhanadanam  madyamam ca widyadanamanantakam* : Punia bhakti merupakan pemberian yang suci dan tulus sebagai suatu kewajiban suci bagi setiap umat Hindu.  Jika dilihat dari segi kualitasnya pemberian  berupa makanan memiliki mutu terkecil dan pemberian berupa uang mutunya menengah dan pemberian berupa ilmu pengetahuan mengatasi semuanya serta membawakan pada kebajikan besar.

Ada beberapa macam jenis pemberian  Punia dalam agama Hindu seperti :
*Abhayadana* : pemberian kesempatan untuk mencari ketinggian Jiwa sampai moksa

*Brahma Vidya* : Pemberian berupa Ilmu Pengetahuan

*Artha dana*: pemberian berupa  artha benda, makanan, pakaian termasuk sawah maupun ladang.

*Oleh Karena itu*,  Bagi setiap umat Hindu Dalam  *Mepunia Bhakti*  dilandasi dengan  ketulusan hati,  di samping itu,  tetap memperhatikan  hakekat, maksud dan tujuan serta  cara dalam  memberikannya. Sehingga punia  memiliki kualitas utama  yaitu  *punia  yang bersifat putih atau Satvika dana* dan menghindarkan  pemberian yang  bersifat merah atau rajasika dana  begitu pula dengan  pemberian  yang  bersifat Hitam atau Tamasika dana. *Niscaya*, umat Hindu  dalam menjalankan punia bhakti dapat memahami makna dan hakekat   mepunia  yang sebenarnya  yaitu sebagai  wujud  rasa Bhakti  dan sebagai suatu  kewajiban suci dalam menjalankan  serta mengamalkan   ajaran Dharma.
(kitab Slokantara,  21 .67.)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman  Walaka PHDI 
Daerah Istimewa  Yogyakarta

Advestha sarva Bhutanam

*Mutiara Weda*
02/05/2022

*Advestha sarva bhutanam*

*Umat sedharma*, Orang yang disayang Tuhan adalah mereka yang tidak mementingkan dirinya sendiri, orang yang mampu  melepaskan segala keterikatan dan bersikap sama dalam  menghadapi suka maupun duka. Membutuhkan kesiapan rohani dalam melepaskan diri dari keterikatan serta rasa *keakuannya*.

Sesungguhnya menjelma menjadi manusia ibaratkan perahu suci yang dapat membawa ketempat tujuan menyeberangi  samudera luas atau lautan  samsara dengan selamat sampai ke tempat  tujuan.

*Oleh karena itu*,  Bagi setiap Umat Hindu bangun kekuatan rohani dengan jalan menjaga kesucian diri baik lahir maupun bathin,  hilangkan sifat irihati, dengki dan sifat suka membenci *Advestha sarva bhutanam* sehingga dapat  terbangunnya keseimbangan rohani melalui menyucikan perasaan dengan kesabaran *Ksama*, mengingat kesabaran inti dari kebajikan.  Niscaya akan dapat terbangunnya kesucian bathin , kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan.
(kitab jalan menuju Tuhan hal.44)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman  Walaka PHDI 
Daerah Istimewa  Yogyakarta

Pahala & Keinginan

*Mutiara Weda*
03/05/2022

*Pahala & Keinginan*

*Umat Sedharma*, Jika direnungkan dalam susastra ada tersurat bahwa Dalam melakukan perbuatan atau persembahan  sangatlah tidak  terpuji   tatkala  dalam pelaksanaannya  semata mata hanya  karena  mengharapkan hasilnya atau  pahalanya ,akan tetapi sebaliknya perbuatan tanpa keinginanpun terasa amat sulit didapatkan  dijaman ini. 

Demikian juga  halnya  dengan ajaran ajaran  Weda  yang diajarkan,  untuk disadari karena adanya  rasa Keinginan. Keinginan untuk mendapatkan pahala pada hakekatnya bersumber pada akar  pemikiran dan bahkan perbuatan itu harus mendapatkan pahala melalui perbuatan dalam bentuk .*Meyadnya* 

*Oleh karena itu*,  bagi setiap umat Hindu dalam  melakukan persembahan ataupun perbuatan  dengan landasan  pengabdian dan berpasrahkan diri  kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Bhakti Marga* serta  dalam pelaksanaannya dengan pijakan  pustaka suci Weda serta sumber sumber Dharma lainnya. *Niscaya*, umat Hindu akan dapat mewujudkan Tujuan hidupnya yaitu Catur purusa Artha,  kebahagiaan sekala maupun niskala,  bersatunya atman dengan Brahman atau Manunggaling Kawula lan Gusti, sangkan paraning dumadi, *Moksartham Jagadhita ya ca Iti Dharmah*.
(MDS. II. 2-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman  Walaka PHDI 
Daerah Istimewa  Yogyakarta


Mari Belajar dari sebutir Pohon Beringin

*Mutiara Weda*
04/05/2022

*Mari Belajar  dari Sebutir Pohon Beringin*

*Umat Se-dharma*, dalam pustaka suci Weda menyebutkan ;
Sesungguhnya  semua umat manusia memiliki kebebasan, bebas menentukan kehendaknya  dan sepenuhnya pula bertanggung jawab atas semua perbuatannya sendiri *Svatantra Katah*. Demikian pula, tak satupun manusia bisa
 luput dari kerja walaupun hanya sesaat,  oleh hukum alam  manusia dibuat tidak berdaya  untuk selalu bekerja.

 Kualitas perbuatan  menentukan kehidupan sekarang maupun kehidupan dimasa yang akan datang,  begitu juga  se- kecil apapun perbuatan yang dilakukan jika dilandasi dengan hati yang tulus atau *lascarya* akan membawa kebaikan yang luar biasa seperti  *Sebutir Biji pohon Beringin* yang jika tumbuh, dirawat dengan baik setelah besar akan dapat menjadi tempat berteduh bagi semua umat manusia. 

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  mantafkan kualitas Rohani dengan penguatan pada  *Sradha* dan *Bhakti* dengan  melakukan kerja tanpa ikatan *Visudha Karma* sehingga tercapainya tujuan hidup yaitu *Kebahagiaan* ,  baik di alam sekala maupun Niskala, *Jagadhita*  lan  *Kamoksan* atau *Kelepasan*, terbebas dari keterikatan,  bekerja sebagai suatu kewajiban, dengan landasan  Bekerja  untuk semua  *Sarvodaya*. *Niscaya*,  bagi setiap umat  Hindu akan terhindar dari Karma buruk /  Karma Jahat *Wikarma*.
( Slokantara Sloka 19 ,4 & BG V.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma DIY

Abhideya Jnana

*Mutiara Weda*
05 / 05 /2022

*Abhideya-Jnana*

*Umat Se-dharma*, Menjadi orang   Baik  &   Bijak merupakan Harapan dan keinginan luhur   dari  setiap umat manusia,  Orang yang  Baik & bijak  Pantang  untuk melakukan perbuatan Hina dan Tercela walaupun  sedang dalam kondisi Kesusahan &  Kekurangan sekalipun,   dia tak akan pernah melakukan pekerjaan hina dan tercela, Ibaratkan  *Seekor Harimau, walaupun dipotong kakinya dia  tak akan pernah mau memakan rumput*.

Demikian halnya,  Setiap umat manusia sudah semestinya memegang  teguh ajaran Dharma dijadikan Pegangan, Pedoman dan Tuntunan dalam hidupnya serta Kokoh  dalam.pengamalan nilai nilai Dharma yang menjadi penguatannya   *Sevaka Dharma*. Manakala,  perbuatan menyimpang dari ajaran  *Dharma*  dapat dipastikan  hidupnya akan kehilangan arah, kehilangan pedoman ; *Bagaikan perahu berlayar tanpa Kemudi*  dan *Ibarat Kapal Tanpa Nahkoda*, akan selalu terombang ambing tak tentu arahnya   cendrung akan  mendapatkan  Bencana dan malapetaka.

*Oleh karena  itu*, Marilah  sebagai Umat Hindu tingkatkan dan mantapkan kualitas beragama  dengan baik  & benar melalui  Pemahaman &' Pengamalan ajaran Dharma serta  Penyerahan diri secara total kepada-Nya / Atmanivedanam  berlandaskan rasa  Cinta-Kasih *Bhakti*  dengan Pijakan  Pustaka suci Weda / Pengetahuan suci *Abhideya-Jnana*
(Sabdakalpadruma III.463b)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bersihkan Pikiran dengan Kebenaran

*Mutiara Weda*
06/05/2022

*Bersihkan Pikiran Dengan Kebenaran*

*Umat Se-dharma*, jika kita lihat dalam Susastra Hindu ada menguraikan : *Nasti jnanasamam dravyam, nasti krodhasamo ripuh...* 
Tidak ada kekayaan yang menyamai pengetahuan, tidak ada musuh sejahat kemarahan, tidak ada kesengsaraan yang menyamai kelobaan, tidak ada kebahagiaan yang menyamai kemampuan dalam melepaskan diri dari nafsu  *Tyaga*.

jika nafsu atau  Indrya sudah dapat dikendalikan  maka akan mendapatkan kebahagiaan sejati, begitu pula manakala kemarahan sudah dapat dikendalikan maka hilanglah musuh yang ada dalam diri kita.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu  untuk selalu mengendalikan Indrya *Nyekung Jnana* ,  membersihkan pikiran dengan kebenaran  *Satya, karena pikiran merupakan unsur penentu dari perasaan hati  maupun dalam berbuat *Manah satyena sudhyanti*. Niscaya akan mampu mengendalikan pikiran *Dharana* menuju *Dhyana*  terpusatnya pikiran.
(Slokantara 39.54 & SS  79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Dharana

*Mutiara Weda*
06/05/2022

*Dharana*

*Umat Se-dharma*, jika di lihat dalam Susastra  ada menguraikan : *Nasti jnanasamam dravyam, nasti krodhasamo ripuh...* 
Tidak ada kekayaan yang menyamai pengetahuan, tidak ada musuh sejahat kemarahan, tidak ada kesengsaraan yang menyamai kelobaan, tidak ada kebahagiaan yang menyamai kemampuan dalam melepaskan diri dari nafsu  *Tyaga*.

jika nafsu atau  Indrya sudah dapat dikendalikan  maka akan mendapatkan kebahagiaan sejati, begitu pula manakala kemarahan sudah dapat dikendalikan maka hilanglah musuh yang ada dalam diri kita.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu  untuk selalu mengendalikan Indrya *Nyekung Jnana* ,  membersihkan pikiran dengan kebenaran  *Satya, karena pikiran merupakan unsur penentu dari perasaan hati  maupun dalam berbuat *Manah satyena sudhyanti*. Niscaya akan mampu mengendalikan pikiran *Dharana* menuju *Dhyana*  terpusatnya pikiran.
(Slokantara 39.54 & SS  79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Paruman Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma DIY

Siklus rwa bhineda

*Mutiara Weda*
07/05/2022

*Siklus  rwa Bhineda*

*Umat Se-dharma*,  Sesungguhnya  nasib atau takdir yang dialami  oleh setiap umat manusia menunjukkan  kepada  umat manusia  bahwa ada yang lebih tinggi  dan mengatur segalanya yaitu Ida SangHyang Widhi Wasa,  Demikian pula,   dua hal yang berbeda  *Rwa Bhineda*  suka maupun duka dalam  kehidupan selalu berdampingan dan datangnyapun  silih berganti.

*Kedukaan* datang setelah *kesukaan*, Kesukaan mengikuti Kedukaan dan semua makhluk hidup mengalami perputaran siklus *suka* maupun  *duka* dan  ini  sudah menjadi hukum Rta /kodrat alam bahwa seberapa yang kita berikan sedemikian pula yang akan kita terima,apa yang dipinjam itu pulalah yang dikembalikan, tatkala kita menyakiti orang lain,  kitapun akan disakiti oleh orang lain.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu  menempatkan nilai nilai kebajikan sebagai Benteng dalam diri untuk mendapatkan Karma Baik *Subha Karma*  melalui  *Tapa* pengekangan atau pengendalian diri dan selalu mendekatkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa *Yoga* dengan landasan *Dharma*. Niscaya akan selalu berada dalam jalan kebajikan untuk menuju tujuan dari kehidupan yaitu *Karma Baik*.
(Slokantara 84.hal.297-299)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Paruman Sabha Walaka Parisada Hindu Dharma DIY

Perkokoh Keyakinan dalam Beragama

*Mutiara Weda*
08/05/2022

*Perkokoh  Keyakinan dlm Beragama*

*Umat se-dharma*,   jika direnungkan, Cikal bakal dari penguatan beragama sebenarnya  terletak pada  Keyakinan /Sradha dan Kebenaran ajarannya / *Satya dharma*,  manakala   dalam keyakinan mengalami keraguan bahkan  bimbang  maka akan terjadi kerapuhan  pada pemahaman  inti sari dari ajaran  agamanya. Sedangkan  Karakter dalam beragama Hindu adanya Sradha & Bhakti . Hakekat bhakti sebenarnya adalah membangun keseimbangan hidup,  baik  Jasmani -  rohani  maupun  jiwa  dan Raga.

Dalam melakukan pemujaan sebagai wujud  rasa Bhakti,  manusialah sebenarnya  yang membutuhkannya.  Ibaratkan  matahari selalu bersinar  tanpa henti dan tetap tinggal serta berputar putar  di tempat, inilah yang di sebut   dengan *hukum Rta* atau *hukum alam* yang ditetapkan Tuhan pada Matahari dan setiap  manusia membutuhkan sinar serta unsur unsur alam lainnya itu.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Sradha & Bhakti dengan  penguatan pada ajaran agama dengan menjalankan  Prawerti Marga dan Niwerti Marga.
*Niwrtti Marga* yaitu suatu jalan atau cara yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan tekun melakukan yoga dan samadhi. sedangkan *Prawrtti Marga*  merupakan  jalan atau cara yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan tekun melakukan tapa, yajña, dan yasa kirti, 
 serta  menjaga kemurnian ajaran agama dengan Panca Sradha  &  Tri Kerangka dasar sebagai bingkainya.  Niscaya Sradha dan bhakti akan semakin kuat dan kokoh *Sanatana Dharma*
[ Kitab Swastika Rana]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangun Kualitas Rohani

*Mutiara Weda*
09/05/2022

*Bangun Kualitas Rohani*

*Umat  Se-dharma*, dalam susastra ada tersurat bahwa umat Hindu  dalam membangun kualitas rohaninya dengan jalan menyempurnakan  seluruh *Indrianya*  dan  perlu diketahui yang  lebih sempurna dari Indria sebenarnya  adalah *Pikiran*,   akan tetapi yang lebih utama dari pikiran   adalah  *Kesadaran Budhi* demikian  juga   yang *Tersuci"  sesungguhnya adalah *Atman* yang ada  dalam diri.

Atman yang suci akan dapat terimplementasikan  oleh *Budhi* sedangkan *Manah* mengendalikan *Indria*,  manakala *Indria*, *manah* dan *Budhi* berhasil dikendalikan maka Atman yang selalu suci tak terhalang dalam mengekspresikan kesucian *Pikiran, perkataan  dan perbuatan*  dalam kehidupan  sehari hari.

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk selalu  menempa diri dengan jalan *melatih pikiran*  agar selalu  berpegang teguh  pada kebenaran *Satya*,  begitu pula melatih *kesadaran Budhi* dan *nurani* dengan pengetahuan suci *Jnana* sedangkan sang jiwa atau atman dijaga dengan Kesuciannya melalui  *Widya* dan *Tapa*. Niscaya akan dapat terbangunnya kesadaran diri menuju kualitas rohani bagi setiap  umat Hindu secara Individu.
( kitab swastika rana hal.251-254)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Berpikir adalah Mekarma

*Mutiara Weda*
10/05/2022

*Berpikir adalah Mekarma*

*Umat se-dharma*,Jika direnungkan,  sesungguhnya terjadinya *Karma* itu diawali dari  proses Bepikir.  Pikiran menjadi penentu tatkala akan bertutur kata dan bertindak agar  menghasilkan  Karma baik atau *Subha Karma* nantinya.

Mengarahkan  & memperbaiki pola pikir menjadi suatu keharusan  sehingga  pikiran  dapat terkendali  &  berkonsentrasi kepada Ida SangHyang Widhi Wasa sehingga  akan lebih mudah dalam  menumbuhkan *Kesadaran Pikiran*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu memusatkan pikiran dan  membangun *Kesadaran Pikiran* yang berlandaskan *Budhi*   sehingga dapat  menjalankan *Wiweka* dengan sempurna. *Niscaya*, pikiran, perkataan dan perbuatan akan selalu  terkontrol & Sinergis *Tri Kaya Sandhi*
(kitab Panca Sradha, hal.146-148)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Himsa Karma & Penyupatan

*Mutiara Weda*
13/05/2022

*Himsa Karma & Penyupatan*

*Umat Sedharma*, dalam susastra ada  Mengajarkan  *Ahimsa  Ngaranya Tanpa mati mati* ;  menyakiti dan  membunuh makhluk hidup   dengan semena mena,  tidak dibenarkan dalam ajaran agama Hindu.  Namun Melakukan  *Himsa Karma*  perbuatan membunuh dengan tujuan hal hal  kesucian sebagai suatu  kewajiban  dari pustaka suci Weda. 

Dalam kitab  suci *Vrti sasana* tersurat bahwa;  melakukan perbuatan  Himsa  Karma  atau membunuh makhluk hidup dengan tujuan tertentu  dan Niat  kesucian   dapat dilakukan dalam bentuk : 

*Dewa puja* :  untuk  Persembahan, Pemujaan terhadap Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Atithipuja* :  untuk Perjamuan  para Tamu atau Nara Yadnya.

*Walikramapuja* : Untuk Pecaruan. 

Di samping itu,  melakukan tindakan pembunuhan  guna
Mempertahankan  dan menyelamatkan diri  atau  Menbela Negara  dari berbagai ancaman, gangguan dan  tantangan  sebagai suatu kewajiban suci ;  *Sang sura amenangi rananggana mamukti sukha wibawa bhoga wiryawan...dst*

*Oleh Karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu, dalam melakukan  korban suci  *Himsa Karma*  benar benar dilandasi dengan niat suci &  ketulusan bathin agar mendapatkan  kualitas Yadnya yang *Satvika* serta   dengan unsur  unsur *Penyupatan*  didalamnya. *Niscaya*, Kualitas dalam melakukan Yadnya  atau korban suci akan dapat  terwujud serta terbangunnya umat Hindu yang Damai,  rukun dan Harmonis.
(Nitisastra.IV.2  & Slokantara hal.195)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tumbuhkan sifat Daivi Vak

*Mutiara Weda*
11/ 05/2022

*Tumbuhkan sifat Daivi Vak*

*Umat se-sedharma*, Jika direnungkan   dalam sebuah sesanti ;  cabang  dari pohon   akan  merunduk tatkala dipenuhi oleh *Buah*,  demikian juga *Awan*  akan merendah manakala dipenuhi oleh *Uap*, Begitu pula halnya  dengan  orang *Bijak* menjadi berhati lembut, sabar, tenang dan penuh pengampunan karena *kesucian bathinnya*".

Membersihkan serta mensucikan  bathin sudah menjadi keharusan bagi setiap  umat Hindu. Jangan biarkan  sifat iri hati dan dengki
bersemayam dalam  lubuk  hati   yang menyebabkan  munculnya *rasa benci* dan *Kroda* yang membabi buta berakibat  hancur  dan hilangnya  kehormatan diri. Manakala sifat iri hati dan rasa benci ada dalam hati nurani  maka  sudah tidak perlu lagi membuat dosa karena sifat iri dan rasa benci itu adalah *dosa besar*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah  berhenti  menumbuhkan  sifat kedewataan dalam diri *Daivi Vak*   serta  membuang jauh jauh kegelapan pikiran :  rasa Benci, serakah  dan Iri hati *Asuri Sampad*. Niscaya, umat Hindu  akan terhindar dari Dosa   & malapetaka.
(Atharva Veda X.6.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Tri Karana

*Mutiara  Weda*
12/ 05 /2022

*Tri Karana*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai  tujuan hidupnya yaitu bersatunya atman dengan Brahman   *Kamoksan*, baik  Jiwan mukti, Wideha Mukti maupun Purna Mukti.
*Jiwan Mukti* :  Kebebasan yang di capai di dunia,

*Karma mukti*  /  *wideha mukti*  : kebebasan dimana sang Atman posisi  sama dengan Brahman.

*Purna mukti* : kebebasan tertinggi dimana sang Atman bersatu dengan-Nya) atau  Manunggaling Kawulo lan Gusti dengan  menggunakan   tiga jalan   *Tri Karana*.

Tri Karana merupakan tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka* : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga* : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohaninya  yaitu bersatunya atman dengan Brahman  dengan  jalan menghilangkan  segala bentuk keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta  melaksanakan praktek praktek keagamaan dengan jalan  Tapa, Brata, Yoga & Samadhi. Niscaya akan dapat tercapainya  kebebasan dari keterikatan menuju Jagadhita lan  Kamoksan nantinya.
(Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta