Selasa, 23 Februari 2021

Siklus Samsara

*Mutiara Weda*
24/02/2021

*Siklus Samsara*

*Umat Se-dharma*, Lahir kembali menjelma menjadi manusia menjalankan  siklus *Reinkarnasi*  sesungguhnya memanfaatkan  waktu dan menggunakan setiap  kesempatan  dengan baik    guna memperbaiki diri serta menjadi penentu  keberhasilan dalam mencapai tujuan hidup  yaitu  *Catur purusa Artha*

Jangan sia siakan Waktu & kesempatan  dengan melakukan perbuatan hina dan tercela,  demikian pula 
Jangan biarkan waktu  berlalu tanpa guna, berilah kesempatan agar benar benar bermanfaat, berfaedah  dan berguna serta bernilai positif dengan melaksanakan Dharma, Artha dan Kama.

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu  mempergunakan waktu dan kesempatan  menjelma menjadi manusia dengan baik untuk berbuat Kebajikan,  jangan  membuang buang  waktu untuk tidak berbuat kebajikan  dan tegakkan ajaran kebenaran *Satya* serta perkokoh ajaran *Dharma* dalam  diri guna mengarungi kehidupan di maya pada ini. Niscaya akan mengerti hakekat terlahir kembali yaitu untuk memperbaiki diri.
(Slokantara,80 / SS.269)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Menjaga Anugerah Tuhan

Mutiara Weda*
23 / 02 /2021

*Menjaga Anugerah Anugerah Tuhan*

*Umat se-dharma*,  jika dilihat dalam Sesantih, Menjaga dan merawat  anugerah dari Ida SangHyang Widhi Wasa  merupakan suatu kewajiban  bagi setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan dijaga dengan perilaku yang baik.  Sastra-sastra suci  dijaga  dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Ketampanan dan  Kecantikan  di rawat dengan kebersihannya.

Demikian pula halnya dalam  kelahiran menjelma  menjadi manusia dapat dijaga dengan tutur agama,  budi pekerti dan  etika  yang baik  serta sinergisitas dalam  berpikir, bertutur kata  begitu pula  dalam bertindak  *Tri Kaya Sandhi*

*Oleh karena itu*,  marilah sebagai umat Hindu  jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan untuk  selalu menjaga dan  merawatnya dengan   *Bersyukur* atau *Angayubagya.   Niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala,  manah Santih maupun parama santih akan dapat diwujudkan.
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jalankan ajaran Dharma

Mutiara Weda*
22/02/2021

*Jalankan ajaran Dharma*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan  dalam kehidupan ini Sesungguhnya Kemiskinan sumbernya penderitaan dan Kesengsaraan.  Manakala  miskin akan  nilai - nilai kebenaran dan miskin akan  nilai - nilai kebajikan  sama nilainya  dengan orang yang sudah  mati  tiada guna.

Hidup yang tanpa  Guna adalah hidup tanpa nilai kebajikan  ibaratkan padi tanpa isi dan bagaikan upacara keagamaan tanpa doa - doa pujaan.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi suatu kewajiban sebagai umat Hindu  untuk menguatkan  nilai - nilai kebenaran dan kebajikan dalam setiap kehidupan dengan selalu  berpikir,  bertutur kata dan bertindak yang baik dan benar serta memegang teguh nilai - nilai agama / Dharma dalam keseharian  " Sura Dira Jayengningrat lebur dening Pangastuti ".
(  M.DS .138/ SS.280 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Berbuat dengan Ketanpa-akuan

*Mutiara Weda*
21/ 02/2021

*Berbuat dengan Ketanpa-Akuan*

*Umat Se-dharma*,  di dalam susastra Hindu tersurat bahwa Ida SangHyang Widhi Wasa akan hadir pada setiap jiwa yang memiliki  *Keluhuran budhi*  & *Kesucian Bathin* .  Begitu pula,
Siapapun yang melayani jiwa, sesungguhnya juga melayani-Nya.   Hakekat ajaran bhakti  marga  yoga dan menjadi  puncak dari  ajaran  Karma dan Jnana marga. Segala tindakan maupun pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa *Niskama Karma*. Niskama Karma sebagai *tindakan tanpa keAkuan*,  tanpa pamrih atau tanpa keinginan, pun tanpa harapan  buah atau hasil, dan menjadi  prinsip utama dari ajaran  Karma  marga Yoga.

*Niskama karma*  bukan hanya sekedar kebajikan ataupun subha karma melainkan  tindakan *Ketanpa Akuan*,  mementingkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Orang yang mau mengorbankan kepentingan  dirinya sendiri demi kebaikan orang lain atau orang banyak.  Sesungguhnya, hanya karena *kebodohan*  dan *keterbatasan*  maupun *kelemahan*  yang menjadikan orang menyangka bahwa dirinya  telah berbuat sesuatu untuk orang lain. Padahal, apapun yang di perbuat, apapun yang diucapkan, apapun yang  dipikirkan sebenarnya bagi kebaikan dan untuk dirinya sendiri.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu Tingkatkan selalu  kualitas Bhakti dengan menghilangkan dan mengkikis  Cengkeraman   dari sifat  sifat  *Ke-akuan*  sehingga semua karma atau perbuatan menjadi Kebajikan  *Niskama Karma* serta apapun yang diperbuatnya adalah perbuatan Oleh dan dari Tuhan *Daivi Sampad*.  Niscaya, kualitas Bhakti akan dapat diwujudkan dengan Perbuatan yang Niskama Karma  *Tanpa KeAkuan* .
(Bhagawata Purana.VII.5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jalankan Wiweka

*Mutiara Weda*
20/ 02 /2021

*Jalankan Wiweka*

*Umat  Se-dharma*, di dalam Sesanti Hindu ada disebutkan ; Jika  diberikan  madu bercampur dengan Racun,  harus dapat memilah untuk mengambil madunya,  begitu pula,  jika emas berada dalam kubangan lumpur bercampur  dengan  kotoran  kita pun harus dapat memilah  mengambil emasnya.

Demikian juga  halnya  dengan Ilmu  pengetahuan,  Budhi pekerti, Etika, kitapun harus bisa  mengambil dan memetiknya walaupun dari mana  sumber & asalnya.

*Oleh karena itu*  sebagai umat Hindu selalu  berpegang teguh pada kebenaran *Satyam*,  gunakan selalu *Wiweka* memilah milah perbuatan yang baik  untuk dijadikan penerang  dlm keseharian menjalankan    kehidupan  sehari hari  dalam keluarga  *Memadangi kulawarga Saha wandu wandawa*. Niscaya, akan selalu dapat berpikir bersih, bertutur kata  yang santun serta bertingkah laku yang suci ,  murni sesuai ajaran Dharma.
(Slokantara 56 & Nitisastra IV. 1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Tri Guna.dalam Tri sarira

*Mutiara Weda*
19/02/2021

*Tri Guna dalam Tri Sarira*

*Umat Se-dharma*, jika kita renungkan  dalam susastra  Hindu, tubuh manusia ini sebenarnya  dibentuk oleh tiga unsur Lapisan  dan memiliki fungsi serta kualitas  berbeda beda yang  di sebut :  *Tri Sarira*

Tiga unsur lapisan dalam diri manusia  *Tri Sarira* meliputi :

A. *STHULA SARIRA/RAGA SARIRA*:  badan kasar yaitu jasmani yang terbentuk dari unsur *Panca Maha Bhuta* dan *Panca Maya kosa*

B. *SUKHSMA SARIRA/LINGGA SARIRA*:  badan halus  yang di bentuk  *Tri Anta karana*  atau tiga penyebab akhir yang terdiri dari unsur ;

*Budhi*,  fungsinya untuk menentukan keputusan.

*Manah*,  fungsinya untuk berpikir dan menjalankan *Wiweka*

*Ahamkara*,  fungsinya untuk merasakan dan bertindak.

C. *ANTAH KARANA SARIRA*:  badan penyebab  sebagai lapisan yang paling halus / Atman yaitu Jiwatman sebagai hidupnya hidup.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memahami akan  inti hakekat  dari  *Tri Sarira*  yang  menentukan kehidupan umat  manusia di dunia ini yang selalu dibayangi unsur  *Tri Guna*.  Tubuh manusia / *Sthula Sarira* adalah alat dari pikiran  *Sukhsma Sarira*.  Sedangkan  *Antah Karana Sarira* / Atman yang menentukan gerak pikiran manusia.  *Manakala*,  ingatan dipengaruhi oleh *Satwam*, maka seseorang akan menjadi bijaksana, pandai, pemaaf. Apabila ingatan dipengaruhi oleh unsur *Rajas* maka seseorang menjadi pemarah, pendendam serta Ambisi. Begitu juga manakala ingatan dipengaruhi oleh unsur *Tamas*, maka seseorang akan menjadi  pemalas, loba serta rakus.
(MDS I. 6 & Kitab Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 17 Februari 2021

Hindarkan diri dari sikap Merasa Paling Benar

*Mutiara Weda*
18/02/2021

*Hindarkan  diri dari sikap Merasa Paling Benar*

*Umat se-dharma*, jika  diamati dalam kehidupan sehari hari, Terkadang orang sering dikelabui oleh sikap merasa benarnya, dengan mengabaikan kebenaran yang sesungguhnya, dengan menonjolkan sikap KeAKUannya, mengakibatkan manusia cenderung merasa paling benar sendiri.

*Kearifan* akan membuat seorang menjadi Benar, tetapi *bukan* Merasa Benar. Biasakan benar dan Jangan membenarkan yang biasa .

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran dharma begitu juga kebenaran hendaknya tidak dilanggar,  tidak ada Dharma atau kewajiban suci yang lebih tinggi dari Kebenaran *Satya* Jadilah orang yang benar dan hindarkan diri dari sikap merasa paling  benar selalu introspeksi , mawas diri dan Amulatsarira. *Niscaya* akan  selalu dapat berbuat pada jalan Dharma dengan pijakan *Tri Premana Telu*.  ( Slokantara, 3.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 16 Februari 2021

Meyadnya : Nunas Sari Sarining Yadnya

*Mutiara Weda*
17/02/2021

*Meyadnya : Nunas Sari Sarining Yadnya*

*Umat Se-dharma*, Salah satu Kerangka dasar ajaran agama Hindu yaitu melaksanakan *Yadnya*  sebagai suatu   kewajiban suci  bagi  umat Hindu Nunas Sari Sarining Yadnya dalam bentuk persembahan/ pelayanan yang diwujudkan berupa hasil kerja ataupun materi yang dipersembahkan   secara tulus *Lascarya*  sesuai dengan kemampuan masing masing dengan berlandaskan pada ajaran *Tri Premana Telu*

Dalam  pelaksanaan  Panca Yadnya mengandung  Nilai Nilai  :   moral, etika, kepribadian dan spiritual yang sarananya semuanya  bersumber dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis:  *Mataya*,  *Mantiga*  & *Maharya*.

*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan. 

*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya. 

*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang ; binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu  untuk melakukan persembahan *Panca  Maha yadnya*  dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan Sang Maha Pencipta,  hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah/ sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah *Tri Hita Karana*  dan *Tat twam Asi*.
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Senin, 15 Februari 2021

Bangun Pura Dalam.diri

*Mutiara Weda*
16/02/2021

*Bangun Pura dalam Diri*

*Umat se-dharma*, jika dipahami bahwa  belajar  agama  & ajaran kedyatmikan  *spiritual* bukanlah untuk menyakiti  orang lain dan bukan pula untuk memerangi orang lain, melainkan sebagai pedoman dan tuntunan  hidup untuk memperhalus jiwa dan memperkokoh Budhi.
  
Jika  ajaran agama & ajaran kesucian *spiritual* digunakan  untuk menyakiti orang lain  apalagi  hanya sekedar memamerkan diri atau *Rajasika*, sudah dapat dipastikan cermin rendahnya kualitas rohani &  tingkatan spiritual yang  dimilikinya sehingga cendrung akan melahirkan kerasnya jiwa serta matinya rasa.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat  Hindu  sudah menjadi suatu kewajiban  untuk membangun Pura Dalam diri *Padma Hrdaya* melalui jalan meningkatkan kualitas rohani atau spiritualitas  dengan tuntunan ajaran agama  & ajaran kesucian *spiritual*  secara benar guna memperhalus jiwa dan memperkokoh  Budhi. Niscaya kehidupan yang *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram* akan  dapat terwujud. _(S.S. 14  &  MDS. IV.138)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Rajendra : Pikiran rajanya Indrya

*Mutiara Weda*
15 /02/2021

*Rajendra* : Pikiran Rajanya Indrya

*Umat Se-dharma* , Jika  direnungkan  dalam hidup ini penuh dihiasi oleh suatu  bayang bayang   atau kesemuan  dan kebingunan.   Nafsu angkara yang tak terkendali penyebab kebingungan *Moha*  pada umat manusia,   Hidup di Pantai  merindukan untuk hidup di Gunung, begitu  hidup di gunung merindukan  untuk hidup dipantai. Demikian pula,  ingin berdiam dirumah muncul niat untuk pergi  dan begitu Pergi  timbul keinginan  untuk diam di rumah lagi. Ternyata sesuatu kelihatan  tampak Indah dan nikmat karena belum bisa dimilikinya.

Kapan kita bisa hidup *Bahagia* manakala dalam hidup ini *hanya memikirkan hal hal yang belum kita miliki*  dan  *mengabaikan  apa yang telah kita miliki*, jadilah pribadi pribadi  yang selalu bersyukur. Jika diamati  sangatlah tidak mungkin sehelai daun bisa menutupi alam semesta yang begitu luas, akan tetapi manakala mata kita ditutupi oleh sehelai daun  maka semuanyapun  akan tertutup.  Begitu pula jika hati  manusia ditutupi oleh pikiran buruk maka semuanyapun akan kelihatan buruk.  Jangan biarkan pikiran pikiran ditutupi oleh hal hal buruk walaupun hanya sehitam  kuku maka semuanya akan menjadi buruk.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu, jangan biarkan  pikiran pikiran buruk bersemayam dalam hati, pikiran sebenarnya yang mengetahui sebab maka pikiranlah yang memegang peranan penting dan menjadi rajanya Indrya *Rajendria*, jagalah selalu kesucian pikiran dengan ajaran Kebenaran *Manah Satyena Suddhyati*. Niscaya pikiran akan selalu terkendali *Citta Nirodha* sehingga terbangunnya Kesucian dan keheningan bathin.
(SS.79-87 & MDS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Karma

*Mutiara Weda*
14/ 02 /2021

*Tri Karma*

*Umat se-dharma*, dalam  Susastra  Hindu ada  ada tersurat bahwa : manakala  rasa cinta kasih yang selalu mengisi pikiran umat manusia, dia akan menjelma menjadi *kebenaran*,  tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Pada hakekatnya melaksanakan  cinta kasih itu sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kualitas diri melalui Tri Karma :

*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran, *Dharma* ; kebajikan, *Prema* ; cinta kasih,*Santih* ; damai dan *ahimsa*; tidak menyakiti. Niscaya akan dapat terbentuknya manusia yang *Sat Karma* yaitu Manusia Dewa atau manusia berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 )

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Amratistha Pavana

*Mutiara Weda*
12/02/2021

*Amratistha Pavana* 

*Umat Se-dharma*,  Dalam menerapkan Konsep Tri Hita Karana  umat Hindu  tidak bisa lepas dari proses *Amratistha Pavana*  yaitu  menjaga kelestarian dan kebersihan alam  semesta  *Bhuana Agung & Bhuana Alit* serta  dalam  mengembangkan  kehidupan,  menjaga alam semesta beserta  isinya secara serasi dan seimbang   dengan menjalankan  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan.

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi   kewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tumpek Landep

*Mutiara Weda*
13/11/2021

*Tumpek Landep*
_((Landeping Idep, Vak mwah Kaya)_

*Umat se-dharma*, pada Saniscara Kliwon Wuku Landep umat Hindu merayakan hari suci yang  disebut *Tumpek Landep* sebagai wujud  rasa bhakti kehadapan Hyang Pasupati atas segala ciptaanya.  Mengasah ketajaman *Jnana*
( pikiran, logika dan ilmu pengetahuan)  Sebagai  spirit kemanusiaan, membangun kearifan  dalam memanfaatkan teknologi yang mengandung besi.

Umat Hindu berkeyakinan bahwa, peralatan yang digunakan untuk mengolah isi alam, harus tetap terjaga kesuciannya, sehingga selalu dapat digunakan dengan baik tanpa merusak alam atau menyakiti makhluk lainnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu selalu memegang teguh kebenaran  *Tri Permana Telur* dan bangun kesadaran sejati  dengan jalan mengasah ketajaman pikiran meningkatkan kecerdasan akal  _landeping Idep, Landeping Vak mwah Landeping Kaya_dengan selalu berpegang teguh pada  isi kitab suci Weda secara utuh.
( Kitab Sundarigama )

*RAHAJENG HARI SUCI      TUMPEK LANDEP*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Amratistha Pavana

*Mutiara Weda*
12/02/2021

*Amratistha Pavana* 

*Umat Se-dharma*,  Dalam menerapkan Konsep Tri Hita Karana  umat Hindu  tidak bisa lepas dari proses *Amratistha Pavana*  yaitu  menjaga kelestarian dan kebersihan alam  semesta  *Bhuana Agung & Bhuana Alit* serta  dalam  mengembangkan  kehidupan,  menjaga alam semesta beserta  isinya secara serasi dan seimbang   dengan menjalankan  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan.

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi   kewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tapah

*Mutiara Weda*
11/02/2021

*TAPAH* : Sadar  & Disiplin  Diri

*Umat se-dharma*, Mentaati aturan, Anjuran dan Himbauan Pemerintah untuk tetap  Tinggal di rumah *Stay at Home*  dengan  :  *Belajar dari Rumah*,  *Bekerja dari Rumah* dan *Beribadah dari rumah*  dan mematuhi Protokol Kesehatan sebagai bentuk  Bhakti kepada  sang *Catur Guru* yaitu Pemerintah atau Guru  Wisesa, dalam  upaya memutus  mata rantai penyebaran  Pandemi Virus Covid"19

*Oleh karena itu*,  Marilah kita sebagai umat Hindu untuk taat dan patuh  serta  berbhakti kepada Pemerintah atau Guru Wisesa dengan  *SADAR* dan *DISIPLIN DIRI* untuk tetap tinggal di rumah masing masing  sehingga wabah Covid"19 segera dapat diatasi . Niscaya,  tatanan kehidupan  dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kembali stabil menuju masyarakat  Indonesia yang tenang, aman dan tenteram.

*Mari kita umat se-dharma, patuhi dan taati Himbauan serta Anjuran Pemerintah Untuk *Keselamatan diri*,  *Keluarga* dan *Masyarakat sekitar*

*Ngiring Sareng sareng memanjatkan DOA ,  Mogi mogi segera dapat teratasinya.....astungkara svaha*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .





Kamis, 11 Februari 2021

Sistacara & Tiga Kerangka

*Mutiara Weda*
06/02/2021

*Sistacara  &  Tiga Kerangka*

*Umat se dharma*,  dalam Pustaka suci ada menyebutkan ;
*Šrutistu vedo vijñeyo dharmaṡāstram tu vai smṛtih
te sarvātheṣva mimāmsye tābhyāṁ dharmohi nirBabhau*

Artinya :
Yang dimaksud dengan Sruti, ialah Veda dan dengan Smrti adalah Dharmasastram, kedua  pustaka suci ini tak boleh diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya sumber Dharma.

Melalui Dharma Sadhana ajaran Hindu diimplementasikan dengan tetap memperhatikan konsep  *Desa mawecara * atau  Desa, Kala  dan  Patra  dengan menempatkan keanekaragaman / Bhineka Tunggal Ika sebagai suatu nilai praksisnya *Sistacara*.  Hal ini bukan berarti  memiliki kitab suci yang berbeda beda dan bukan pula   suatu kebebasan atau perbedaan tanpa batas melainkan tetap mengacu dan berpedoman pada Kitab Suci  agama  yaitu pustaka suci Weda, baik *Weda Sruti* maupun *Weda Smerthinya*  sebagai suatu *kebenaran mutlak* dan karenanya menjadi menjadi *kitab Agama*. Demikian pula,  dasar keyakinan yaitu *Panca Sradha* dan  *Tiga Kerangka* sebagai  pedoman  dasar dalam Beragama Hindu.

*Oleh karena itu*   sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meningkatkan kualitas  *Sradhanya* dan pokok pokok ajaranya dengan  berfalsafahkan *Bhineka Tunggal Ika* ;' berbeda suku, berbeda budaya, berbeda adat ataupun Tradisi  tetapi tetap satu pegangannya yaitu *Kitab Suci Weda*.  Sebagai umat Hindu memiliki kewajiban suci yaitu  *memahami*,  *mempelajari* dan *mengamalkan* serta *mengamankan* ajaran agama Hindu dengan pustaka Wedanya. Niscaya akan dapat terwujudnya Umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis. ( MDS. II.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 09 Februari 2021

Bunga Dharma & Buah Jnana

*Mutiara Weda*
10/02/2021

*Bunga Dharma  &  Buah Jnana*

*Umat Se-dharma*,  *Aisvarya* merupakan kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman akan dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut sebagai kelahiran  *Deva Yoni* & Menjadikan *Aiswarya* sebagai Buah atau bunga bunga Dharma.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh bibit Adharma / kejahatan dan menentang dharma *Avairagya*, tidak mengetahui akan *Tattva Jnana* dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan begitu pula akan dapat mengalami proses reinkarnasi / lahir  kembali menjadi  makhluk rendahan ataupun binatang.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada *buah Jnana* berupa pengetahuan suci Weda. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Sabtu, 06 Februari 2021

Sistacara & Tiga Kerangka

*Mutiara Weda*
06/02/2021

*Sistacara  &  Tiga Kerangka*

*Umat se dharma*,  dalam Pustaka suci ada menyebutkan ;
*Šrutistu vedo vijñeyo dharmaṡāstram tu vai smṛtih
te sarvātheṣva mimāmsye tābhyāṁ dharmohi nirBabhau*

Artinya :
Yang dimaksud dengan Sruti, ialah Veda dan dengan Smrti adalah Dharmasastram, kedua  pustaka suci ini tak boleh diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya sumber Dharma.

Melalui Dharma Sadhana ajaran Hindu diimplementasikan dengan tetap memperhatikan konsep  *Desa mawecara * atau  Desa, Kala  dan  Patra  dengan menempatkan keanekaragaman / Bhineka Tunggal Ika sebagai suatu nilai praksisnya *Sistacara*.  Hal ini bukan berarti  memiliki kitab suci yang berbeda beda dan bukan pula   suatu kebebasan atau perbedaan tanpa batas melainkan tetap mengacu dan berpedoman pada Kitab Suci  agama  yaitu pustaka suci Weda, baik *Weda Sruti* maupun *Weda Smerthinya*  sebagai suatu *kebenaran mutlak* dan karenanya menjadi menjadi *kitab Agama*. Demikian pula,  dasar keyakinan yaitu *Panca Sradha* dan  *Tiga Kerangka* sebagai  pedoman  dasar dalam Beragama Hindu.

*Oleh karena itu*   sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meningkatkan kualitas  *Sradhanya* dan pokok pokok ajaranya dengan  berfalsafahkan *Bhineka Tunggal Ika* ;' berbeda suku, berbeda budaya, berbeda adat ataupun Tradisi  tetapi tetap satu pegangannya yaitu *Kitab Suci Weda*.  Sebagai umat Hindu memiliki kewajiban suci yaitu  *memahami*,  *mempelajari* dan *mengamalkan* serta *mengamankan* ajaran agama Hindu dengan pustaka Wedanya. Niscaya akan dapat terwujudnya Umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis. ( MDS. II.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 05 Februari 2021

Membangun Udana Vayu

*Mutiara Weda*
05 /02/2021

*Membangun Udana Vayu*

*Umat Se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita  ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang, Dan jangan membenarkan yang biasa, biasakan yang benar sebagai salah satu ajaran Etika Hindu  *Suluh Ikang Prabha* selalu melihat kedalam diri guna membangun kawasan suci atau *Udana Vayu*.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani ,  perhalus Budhi dengan Nilai - nilai  Dharma, selalu  Amulat sarira  *Suluh Ikang Prabha* di dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar  *Tri Kaya Sandhi*.   Niscaya  akan  dapat Anyekung Jnana dan memancarkan   Aura Positif  dalam diri dalam bentuk  *Prana Halus* atau *Udana Vayu*
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Takut Karena Bersalah

*Mutiara Weda*
04/02/2021

*Takut Karena  Bersalah*

*Umat Se-dharma*,  Dalam Susastra Hindu ada menyebutkan ; rasa takut   itu akan selalu menghantui  sang diri manakala melakukan  suatu kesalahan atau perbuatan melanggar ajaran  kebenaran.  Rasa takut dalam bentuk apapun akan menjauh dari dalam diri  tatkala semua tindakan telah berpijak pada ajaran Dharma.
*yo dharmasila jitamanaraso, widyawinito naparopatapi*

Jika dilihat dari segi  kelakuannya, manakala orang lain masih juga melakukan tindakan kejahatan, suka memfitnah,  menyakitinya, dan   tidak mau  meladeninya, tidak mengutuk ataupun balas dendam serta selalu bersabar maka orang seperti ini  tergolong manusia *Utama*,  akan tetapi jika dalam hatinya  masih merasakan disakiti maka orang seperti  ini disebut golongan *Madhya*, Begitu pula sebaliknya, jika masih merasakan rasa sakit hati bahkan memperlihatkan,  menghumbar apalagi berniat untuk balas dendam maka golongan orang seperti  ini tergolong pada  tingkatan rendah atau *Kanistha*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan sekali kali melakukan tindakan balas dendam ataupun mengumbar rasa sakit hati karena itu merupakan tindakan yang sangat rendah kualitasnya atau *Kanistha*  dengan jalan mantafkan akan keyakinan bahwa setiap kejahatan atau kesakitan dan sejenis dilakukannya akan kembali pada si pelakunya yang disebut dengan *Pratikara*. Niscaya umat Hindu akan menjadi umat yang damai, rukun dan bijak dengan Hukum Karma sebagai Bingkainya.
(Slokantara,sloka 7.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 04 Februari 2021

Pagerwesi Benteng diri

*Mutiara Weda*
03 /02/2021

*Pagerwesi : Benteng Diri*

*Umat se-dharma*,  setiap enam bulan (210 hari) tepatnya pada Rabu, Kliwon wuku Sinta,, umat Hindu merayakan hari suci Pagerwesi sebagai  rangkaian dari hari raya Saraswati, dengan
Pemujaan ditujukan   kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai  Sang Hyang Pramesti Guru,

Hakekat Pagerwasi  sebagai perlambang Benteng dan pelindung yang kokoh di dalam diri  berupa ilmu pengetahuan Suci  *Samyagjnana* dalam menghadapi godaan dan cobaan hidup. Ilmu Pengetahuan  suci  *Samyagjanana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran dan kebahagiaan. Ilmu Pengetahuan suci  merupakan guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan para Dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* mengingat  kitab suci Weda Bersifat *Sanatana Dharma* & *Anandi-anantha*, tidak berawal dan tidak berakhir, Jadikan
Ilmu Pengetahuan suci  sebagai guru serta  sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.
Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*RAHAJENG HARI SUCI PAGERWESI*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selaraskan Unsur Tri Guna

*Mutiara Weda*
02/02/2021

 *Selaraskan Unsur Tri Guna*

*Umat Se-dharma*, jika dicamkan  sifat mudah  Emosi atau  lekas marah  sering menggerogoti jiwa umat manusia yang tanpa disadarinya.  Dan emosi merupakan perkara yang  dianggap sangat sulit untuk dikendalikan, manakala emosi terlampau di tekan maka akan terciptanya suatu kebosanan dan bila tidak dikendalikan  akan dapat melahirkan sifat ekstrem dan dendam  yang terus menerus secara membabi buta   yang  dapat mengakibatkan timbulnya   berbagai  macam penyakit dalam diri yang bersangkutan.

Dalam tuntunan ajaran agama Hindu ;  sesunguhnya yang menjadi akar persoalan timbulnya  *Emosi* adalah ketidakmampuan menyelaraskan Unsur unsur  *Tri Guna*  ( Satwam, rajas dan tamas).  Tri Guna yang ada dalan diri manusia akan melahirkan kecendrungan sikap dan  prilaku serta cara Berpikir seseorang, apapun macam *Guna*  yang mempengaruhi,  begitulah sifat dari pikiran seseorang. Jadi Emosi sangat ditentukan oleh kecenderungan kecenderungan  unsur *Guna* yang menguasainya, manakala  dikuasai oleh unsur *rajas* maka sifat  pemarah dan geram akan menunggangi & menyelimuti jiwanya.

*Oleh karena itu*. Sebagai umat Hindu kendalikan  sifat emosi  pengaruh  dari unsur  *rajas* itu dengan menyusupkan kecendrungan  *Satwika guna* atau mengendalikan unsur *Rajas* dengan unsur *Satwam* serta berusaha mengimplementasikan ajaran pengendalian diri lahir & bathin *Yama* dan *Nyama*.  Niscaya *Emosi* perlahan lahan akan terkendali. (Tattwa Jnana 10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bersihkan Pikiran

*Mutiara Weda*
01 /  02 /2021

*Bersihkan Pikiran*
[ Manah Satyena Suddhyati]

*Umat se-dharma*,  manakala pikiran dapat dibersihkan  & disucikan maka akan secara otomatis,  *mata bathinnya*  menjadi  terbuka serta  sinar / Cahaya   dalam diri  akan muncul dengan demikian akan mampu memandang ke dalam diri masing masing.
 
Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan  kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka,  mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *Sang Jiwa* adalah wujud Ida  SangHyang Widhi Wasa yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Oleh karena itu*, Sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat  Hindu untuk membersihkan & Menjaga kesucian pikiran serta  memancarkan  cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian dan membersihkan Pikiran diri dari kegelapan / *Sad ripu*  & *Sapta Timira* dengan Kebenaran dan kebijaksanaan sebagai landasannya. Niscaya bathin akan tetap bercahaya, bersinar dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Siklus Manumadi

*Mutiara Weda*
31/01/2021

*Siklus Manumadi*

*Umat se-dharma*,   Jika direnung renungkan hidup menjelma menjadi manusia *Manumadi*  ibaratkan sinarnya kilat,  singkat  &  sangat pendek. Begitu pula, dalam menjalani kehidupan  tidak akan pernah  terlepas dari yang namanya ;  Sakit,  Masa tua,  kemudian Mati  ( *Mrtyu*,  *Tuha* &  *Pati*),  demikian pula  tak   akan bisa menghindar  dari siklus : Utpeti,   Sthiti dan  Pralina / *Tri Kona*.

Mengerti akan hakekat kehidupan menjadi suatu keharusan bagi setiap umat Hindu.  Dalam sebuah sesanthi ada menguraikan ;  bagi seekor kijang akan sangat berbahagia saat dapat memakan rumput sedangkan perhiasan tak berguna baginya.  Demikian pula halnya bagi  setiap umat Manusia menjalankan Dharma/ berbuat kebajikan / Subhakarma menjadi suatu kebahagiaan walaupun teramat sulit dan terkadang tidak mengenakan di saat menjalankannya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  gunakan wiweka dan jalankan Swadharma serta  Karma Patha ; mengendalikan seluruh Indrya yang bersumber dari gerak Pikiran, Perkataam dan Perbuatan Tri Kaya Sandhi. Niscaya Umat Hindu akan mendapatkan kebahagiaan sekala maupun Niskala, lahir maupun bathin.
(Slokantara, 5.36  &  SS.365-377)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta