Kamis, 23 Desember 2021
Kedamaian
Bahasa dalam Meyadnya
*Mutiara Weda*
19/ 12 / 2021
*Bahasa dalam Meyadnya*
*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita mengajarkan untuk selalu memanjatkan rasa syukur & angayubagya dengan landasan ketulusan hati sebagai wujud Bhakti dengan berbagai cara, salah satunya dalam bentuk *meyadnya* sebagai bahasa mona dalam melakukan praktek praktek keagamaan.
Dalam melakukan persembahan / Yadnya menggunakan berbagai bentuk bahasa seperti :
*Bahasa tulis* : dalam menyampaikan Banten/ yadnya sesuai dengan kitab suci *Weda Samhita* dan
*Bahasa lisan* : dalam menyampaikan dengan menggunakan bahasa sehari hari *Seha*.
*Bahasa Mona* yaitu menggunakan sarana dalam bentuk Banten/ Yadnya.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban dari pustaka suci Weda untuk melaksanakan Panca Maha Yadnya atau Banten dengan landasan pikian yang tulus, suci, bulat dan jangkep. *Ikang yadnya Ingaranan Pakahyunan sane hening suci, tulus tur jangkep. Niscaya hakekat meyadnya akan bisa diwujudkan yaitu terwujudnya kedamaian, ketentraman Bhuana Agung dan Bhuana Alit.
(kitab Yadnya prakerti)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Kesabaran
*Mutiara Weda*
20/ 12 /2021
*K E S A B A R A N*
*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan hidup ini ibaratkan *berjalan jauh* dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan atau jalur jalan yang semestinya dilalui dengan harapan sampai ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.
Proses memilih jalan pintas akan terasa menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya, Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya. Begitu juga dalam keseharian, Sangatlah mustahil rasanya akan mampu mengeluarkan Tutur kata yang selalu terjaga, sopan & santun dengan intonasi yang enak didengar tatkala di dalam hati sanubarinya tidak memiliki *kesabaran atau Ksama*
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu melatih kesabaran dan membangun rasa damai dalam hati . Niscaya seluruh tindakan akan dilandasi dengan ketulusan hati menuju kebahagiaan nantinya.
(SS.92-95)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Tri Sadhana
*Mutiara Weda*
21/ 12 /2021
*Tri Sadhana*
*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan akhirnya bersatunya atman dengan Brahman atau Kamoksan, baik *jiwan mukti* ( Kebebasan yang di capai di dunia), *Karma mukti* / *wideha mukti* (kebebasan dimana sang Atman posisi sama dengan Brahman) maupun *Purna mukti* ( kebebasan tertinggi dimana sang Atman bersatu dengan-Nya) dengan menggunakan tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.
Tri Sadhana atau Tri Karana merupakan tiga jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :
*Jnanabhyudreka : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.
*Indrya yoga marga : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.
*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.
*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik dalam bentuk *jiwan mukti* , *wideha mukti* maupun *Purna mukti*
melalui jalan menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta menjalankan ajaran Tri sadhana / Tri Karana dengan benar. Niscaya akan dapat tercapainya kebebasan dari keterikatan menuju Jagadhita dan Kamoksan nantinya.
(Wrhaspati Tattwa)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Satya Dharma
Berbhakti Kepada Lima Ibu
*Mutiara Weda*
23/12/2021
*Rahajeng Hari Ibu 22 Desember*
*Berbhakti kepada lima Ibu*
*Umat Se-dharma*, Dalam Susastra ada menyebutkan : *Norana sih mangeluwihaning atanaya*, tidak ada kasih sayang yang melebihi kasih sayang orang tua kepada anaknya., Sang *purusa* maupun sang *predana*. Kasih sayang Ibu kepada sang anak memiliki pancaran kasih sayang yang sangat dalam *Prema Vahini* mengandung nilai keteduhan, kenyamanan dan curahan hati yang sangat dalam, demikian pula saat melakukan pemujaan dengan landasan Curahan & ketulusan hati.
Dalam Konsep Hindu ada kewajiban untuk berbhakti pada lima Ibu antara lain :
*Deva Mata*,,berbhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan rasa kasih sayang untuk memujanya dalam wujud Ibu :
dewi sasraswati, dewi laksmi.
*Deha mata*, Ibu yang melahirkan sang anak atau *jaya*, sang angerupaka.
*Weda Mata*, Pustaka suci weda sebagai Ibu dari semua ilmu pengetahuan yang menuntun umat manusia dari *Avidya* menjadi *Vidya*.
*Bhumi mata*, menghormati bumi & seisi alam semesta sebagai Ibu Pertiwi yang memberikan kehidupan bagi setiap umat Manusia /*Mangjadma*, hewan/ *janggama* maupun tumbuhan/ *Stavira*.
*Desa Mata*, Ibu memberikan petunjuk atau arah tentang ajaran kerohanian *Upadesa*.
*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk berbhakti kepada *lima Ibu* karena Ibu sebagai sumber dari segalanya dialam semesta ini dengan Pancaran rasa kasih sayang *Prema Vahini* dalam mencapai kebahagiaan Hidup. Niscaya akan terbangunnya Umat Hindu yang *Satyam*, *Sivam* & *Sundaram*.
(kitab Yadnya & Bhakti.173-214)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Pratikara
*Mutiara Weda*
24/12 /2021
*Pratikara*
*Umat Se-dharma*, Dalam Susastra Hindu ada menyebutkan ; rasa takut itu akan selalu menghantui sang diri manakala melakukan pelanggaran ataupun tindakan kejahatan. Rasa takut dalam bentuk apapun akan menjauh dari dalam diri tatkala semua tindakan berpijak pada jalan Dharma.
*yo dharmasila jitamanaraso, widyawinito naparopatapi*
Jika dilihat dari segi kelakuannya, jika orang lain masih juga melakukan tindakan kejahatan, suka memfitnah, menyakitinya, dan tidak mau meladeninya, tidak mengutuknya ataupun tidak membalas dendam serta selalu bersabar maka orang seperti ini tergolong manusia *Utama*, akan tetapi jika dalam hatinya masih merasakan disakiti maka orang seperti ini disebut golongan *Madhya*, Begitu pula sebaliknya, jika masih merasakan rasa sakit hati bahkan memperlihatkan, menghumbar apalagi berniat untuk balas dendam maka golongan orang seperti ini tergolong pada tingkatan rendah atau *Kanistha*.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu Hindari untuk melakukan kejahatan, tindakan balas dendam ataupun mengumbar rasa sakit hati karena itu merupakan tindakan yang sangat rendah kualitasnya atau *Kanistha* . Mantafkan akan keyakinan bahwa setiap kejahatan atau kesakitan yang dilakukan akan kembali pada si pelakunya yang disebut dengan *Pratikara*. Niscaya umat Hindu akan menjadi umat yang damai, rukun dan bijak dengan Hukum Karma sebagai Bingkainya.
(Slokantara,sloka 7.7)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Jumat, 03 Desember 2021
Kebenaran Sejati
Selasa, 23 November 2021
Tutur Agama Menjaga Manusia
*Mutiara Weda*
15 / 01 /2022
*Manusia Dijaga Tutur agama*
*Umat se-dharma*, jika dilihat dalam Sesantih Hindu, Menjaga dan merawat anugerah Tuhan merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat manusia. Kebenaran dan kebajikan dijaga dengan perilaku yang baik. Sastra-sastra suci dijaga dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran. Ketampanan dan Kecantikan di rawat dengan kebersihannya.
Demikian pula halnya dalam kelahiran menjelma menjadi manusia dapat dijaga dengan tutur agama, budi pekerti dan etika yang baik serta sinergisitas dalam berpikir, bertutur kata begitu pula dalam bertindak *Tri Kaya Sandhi*
*Oleh karena itu*, marilah sebagai umat Hindu jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan untuk selalu menjaga dan merawatnya dengan selalu *Bersyukur* atau *Angayubagya. Niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala, manah Santih maupun parama santih akan dapat diwujudkan.
(Kitab Swastika Rana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Tutur Agama Menjaga Manusia
*Mutiara Weda*
11 / 11 /2021
*Tutur agama Menjaga Manusia*
*Umat se-dharma*, jika dilihat dalam Sesantih Hindu, Menjaga dan merawat anugerah Tuhan merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat manusia. Kebenaran dan kebajikan dijaga dengan perilaku yang baik. Sastra-sastra suci dijaga dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran. Ketampanan dan Kecantikan di rawat dengan kebersihannya.
Demikian pula halnya dalam kelahiran menjelma menjadi manusia dapat dijaga dengan tutur agama, budi pekerti dan etika yang baik serta sinergisitas dalam berpikir, bertutur kata begitu pula dalam bertindak *Tri Kaya Sandhi*
*Oleh karena itu*, marilah sebagai umat Hindu jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan untuk selalu menjaga dan merawatnya dengan selalu *Bersyukur* atau *Angayubagya. Niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala, manah Santih maupun parama santih akan dapat diwujudkan.
(Kitab Swastika Rana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Ke Angkuhan
*Mutiara Weda*
12 /11/ 2021
*Ke-Angkuhan*
*Umat se-dharma*, Jika direnungkan hidup menjelma menjadi manusia akan selalu dibayang bayangi oleh rasa angkuh / *mada* sebagai salah satu bagian dari enam musuh yang ada dalam diri setiap umat manusia *Sad Ripu* yang dapat membelenggu & menghancurkan jiwa manakala tidak mampu untuk mengendalikannya.
Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :
*Vidya mada* ; angkuh atau sombong karena pengetahuan atau kecerdasannya.
*Dhana mada*; Keangkuhan atau mabuk karena kekayaan,
*Kula mada* ; keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*
*Oleh karena itu*, kendalikan keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri *Anyekung Jnana* dengan memantapkan pengetahuan rohani *Jnana* dan Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terkendalinya Indrya dan dapat terlepas dari pengaruh *Mada* menuju suatu kebahagiaan *Satyam, Sivam & Sundaram*
( Vreti sasana II b.78 )
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Damaikan Pikiran Dari Kegelapan
Ageman dalam Beragama
Pentingnya Mengendalikan Emosi
Bhoga Swatantrya
Penguatan dalam Beragama
Dharma Bunga Aisvarya
Gayatri Chandasam Matha
*Mutiara Weda*
18 / 11 / 2021
*Gayatri Chandasam Matha*
*Umat Se-dharma*, Jika kita lihat dari sisi ajaran Ethika Hindu ada tiga sifat *buruk* atau *kotor* yang selalu melekat dalam diri umat manusia akibat dari pengaruh buruk *Indrya/ Nafsu* yang tak terkendalikan yang bertentangan dengan nilai nilai Dharma. Pengendalian gerak pikiran menjadi faktor penting dan penentu bagi kehidupan setiap umat manusia *Citta Vrtti Nirodha* dengan menempatkan dan memancarkan Gayatri mantram sebagai ibu dari Weda *Gayatri Chandasam Matha*
Ketiga sifat buruk dan kotor tersebut
*Mithia Hrdaya* : sifat yang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain
*Mithia Wecana* : selalu bersifat sombong dan angkuh
*Mithia Laksana* : berprilaku kasar dan tidak sopan.
*Oleh karena itu*, Sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu mengendalikan gerak Laju pikiran
*Citta Vrtti Nirodha* serta menempatkan *Gayatri mantram* sebagai ibu dari Weda *Gayatri Chandasam Matha* dengan Ethika Agama sebagai pijakan dalam pengejewantahannya. Niscaya tidak akan menemui hambatan dalam menjalankan *Tri Kaya Sandhi* sehingga hidup akan Nyaman, aman, Damai dan Harmonis.
(Kitab Widhi Sastra & Manu Smrthi.IV.256)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Jnana Sakti
Kuningan
*Mutiara Weda*
20 /11 /2021
*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani
*Umat se-dharma*, Pada hari ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan yang jatuh pada hari ke 10 setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat Hindu melakukan persembahan dan pemujaan kehadapan SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.
Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari berlalu memasuki *masa pralina* energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.
*Oleh karena itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha* dengan memperbanyak introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. Niscaya akan dapat terbangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri.
*Tityang Sekeluarga Mengucapkan Rahajeng Hari Suci Kuningan Dumogi Rahayu Sareng Sami*
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .
Dharmaning Hidup
Menabur Benih Benih Dharma
*Mutiara Weda*
22 / 11 /2021
*Menabur Benih Benih Dharma*
*Umat se-dharma*, Jika di renung renungkan, Orang yang memiliki kebajikan / *Dharma* dalam dirinya dapat dipastikan dia akan selalu memancarkan ajaran kebenaran dalam hidupnya *Dharma Vahini*.
Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukkan, kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai kalau di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan Amarah/ Krodha.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti menabur kebajikan *Benih Dharma*, membangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam hati *Manah Santih maupun Parama Santih* dengan memperkokoh Dasar Keyakinan Hindu *Panca Sradha* serta Penguatan pokok ajaran agama Hindu *Tri Kerangka Dasar* (Tatwa, Susila & Acara Agama) secara sinergis / seimbang *Tri Jnana Sandhi*. Niscaya Kebahagiaan dalam hidup ini akan dapat terwujud.
(kitab Swastikarana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Tyaga
Selasa, 03 Agustus 2021
Pancaran Rwa Bhineda
Niwerti & Prawerti Marga
Nirahamkara
*Mutiara Weda*
31/07/2021
*Nirahamkara*
*Umat se-dharma, Dalam ajaran agama Hindu, kelahiran menjelma menjadi manusia sangatlah utama, mulia, dan sangat sulit untuk diperolehnya. Menjelma menjadi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dengan Tri Premananya guna menjalankan *Wiweka* menimbang nimbang mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga dapat mengendalikan pengaruh dari kegelapan - kegelapan pikiran *Nirahamkara*. Demikian pula halnya dalam hidup ini, sebenarnya sudah dibekali dengan empat bekal hidup yang di sebut *Catur Bekal Dumadi* antara lain :
*Suka* : perasaan yang selalu senang, suka dan bahagia
*Dukha* : Rasa sedih ataupun rasa dukha selalu menyelimuti setiap umat manusia.
*lara*, Tak seorangpun manusia dapat terhindar dari Kesengsaraan karena hidup pada dasarnya adalah menderita.
*Pati*, setiap umat manusia tak luput dari Siklus kematian atau Pralina.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jalankan proses hidup dengan rasa syukhur/ Angayubagya, pergunakan kesempatan menjelma menjadi manusia untuk selalu berbuat Kebajikan / *Subha Karma*, serta sadar bahwa proses kehidupan akan mengalami siklus perputaran *Tri Kona* : *Utpeti*, stithi, Pralina dengan rwa bhineda selalu mendampinginya. Jangan terlalu berbangga dan berbesar hati manakala mendapatkan kebahagiaan dan jangan pula terlalu bersedih hati tatkala mendapatkan rasa dukha dan penderitaan, jalankan hidup ini dengan landasan Lascarya, *Citta sudhi* / Pikiran yang bersih, *Nirahamkara*/kendalikan emosi emosi gelap, laksanakan dhyana yoga/samadhi. Niscaya akan dapat menuju target Utama menjelma menjadi manusia yaitu *Kesadaran sejati*, memutus siklus samsara menuju *Moksa*.
(SS.473-474)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Sarva Nukramani
Kuatkan Kavaca Gaib
Kamis, 29 Juli 2021
Tri Dharma Sandhi
Selasa, 27 Juli 2021
Sadhu Budhi
Hukum Kehidupan
Eka Citta
*Mutiara Weda*
26/07/ 2021
*Eka Citta*
*Umat se -dharma*, Menyatukan semua tattwa yang ada di bawah Buddhi di sebut Eka Citta atau Eka Buddhi. Tattwa yang ada di bawah buddhi adalah
Ego : Ahangkara tattwa, Pikiran : Raja Indrya tattwa dan Dasendrya tattwa.
Ketika semua tattwa itu menyatu maka seluruh obyek tidak akan kelihatan lagi, sehingga Citta atau pikiran bisa disatukan untuk tujuan yang lebih tinggi dari citta yang disebut dengan *Purusha*.
*Oleh karena itu*, bersihkan citta atau pikiran, kendalikan Indrya dengan selalu mulat sarira *Suluh Ikang Prabha* dan sadar akan adanya keadaan alam pikiran *Citta* Serta mantapkan pengetahuan rohani *Jnana* dan Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri masing masing sehingga terwujudnya alam citta yang maha tinggi , *Purusha* serta dapat menampakkan prilaku atau tindakan berdasarkan atas Dharma atau *Dharma Laksana*
(Kitab wrhaspati tattwa. 16)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Karma & Yadnya
*Mutiara Weda*
25/ 07/2021
*Karma & Yadnya*
*Umat se-dharma*,, Hakekat dari karma sebenarnya adalah sebuah *Yadnya suci*, “Bekerja demi kewajiban *Swadharma*, bukan demi hasil perbuatan, jangan pahala menjadi motif dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri , berpangku tangan tanpa kerja.
Orang yang mempersembahkan semua kerjanya kepada Brahman dan bekerja tanpa motif keinginan apa-apa, orang seperti itu, tak akan terjamah oleh dosa, laksana daun teratai tak akan basah oleh air
*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk dapat memegang teguh prinsip dasar ajaran Karma Yoga, menjalankan hidup yang semestinya dan memenuhi segala kebutuhannya agar hidup di dunia menjadi bahagia (jagadhita) dan menikmati kebahagiaan dengan Berkarma sebagai suatu swadharma. Niscaya kebahagiaan lahir dan batin, "Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma" akan dapat terwujud nantinya.
( BG.II.47 , BG V.10)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Metapa dalam Ujian
*Mutiara Weda*
24/07/2021
*Metapa dalam Ujian*
*Umat se-dharma*, dalam sebuah Paribhasa ada mengungkapkan ;
semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya . Demikian pula dalam hal perbuatan, semakin banyak melakukan tindakan atau perbuatan maka akan terasa semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan dihadapi *Ageng Yase Ageng Goda*, termasuk wabah Pandemi Virus Civid'19 yang belum reda, Jalan Dharma , dan berpasrahkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa menjadi suatu keharusan yang wajib dilakukan begitu pula *Metapa* bentuk pengendalian dan pengekangan diri sedang diuji ketulusan dalam menjalankannya.
Ketaatan & kepatuhan terhadap ajaran agama menjadi satu satunya Benteng dan pelindung diri. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*. Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman dan tantangan sekalipun.
*Oleh karena itu*, sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu berjalan pada jalan kebenaran/ Dharma, Mendekatkan diri Kehadapan-Nya dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yang menyebabkan Dharmapun akan semakin menjauh, dengan Dharma semua makhluk diatur *Dharmena Vidrtah prajah*. Niscaya dengan jalan Dharma dan selalu Ingat Pada-Nya setiap permasalahan akan dapat teratasi menuju kebahagiaan lahir & bathin.
(Santi Parwa ,109.11)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
sad sangga Bhuana
*Mutiara Weda*
23/07/2021
*Sad Sangga Bhuana*
*Umat Se dharma*, Dalam mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup umat Hindu menggunakan Pustaka suci Weda sebagai tuntunan dan menjadi tolok ukurnya sedangkan ibu pertiwi akan menjadi kokoh, ajeg dan tegak di muka bumi ini dengan pijakan *Sad Sangga Bhuana* yaitu enam penyangga Bhuana Agung dan Bhuana Alit.
Adapun *Sad Sangga Bhuana* antara Lain :
*Satyam* : kebenaran, Kebajikan
*Rtam* : hukum alam sehingga berjalan sesuai dengan ketentuannya.
*Diksa* : Pensucian diri baik lahir maupun bathin.
*Tapa* : cara hidup yang sederhana
*Yadnya* : Kemampuan dan kemauan untuk melakukan persembahan
*Brahmana* : Mereka yang bertugas untuk mengawal kitab suci Weda dan mengajarkan kebajikan.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu tumbuhkan rasa damai, Harmonis dalam diri dengan Bingkai ajaran Tri Hita Karana dengan *Sad Sangga Bhuana* sebagai tiang penyangganya . Niscaya akan mendapatkan kebahagiaan, kedamaian, keseimbangan dan kesempurnaan hidup lahir maupun bathin atau Catur Purusa Artha.
( Santi parwa 167.10)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Rabu, 21 Juli 2021
Mule Keto
Tri Jnana sandhi
Kelahiran Deva Yoni
Bhakti Marga
Seva
Ngiring selalu berdoa
Tri Sadhana
*Mutiara Weda*
16/ 07 /2021
*Tri Sadhana*
*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu bersatunya atman dengan Brahman atau Kamoksan, baik *jiwan mukti* ( Kebebasan yang di capai di dunia), *Karma mukti* atau *wideha mukti* (kebebasan dimana sang Atman posisi sama dengan Brahman) maupun *Purna mukti* ( kebebasan tertinggi dimana sang Atman bersatu dengan-Nya) dengan menggunakan tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.
Tri Sadhana atau Tri Karana merupakan tiga jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :
*Jnanabhyudreka : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.
*Indrya yoga marga : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.
*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.
*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik dalam bentuk *jiwan mukti* , *wideha mukti* maupun *Purna mukti*
melalui jalan menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta menjalankan ajaran Tri sadhana / Tri Karana dengan benar. Niscaya akan dapat tercapainya kebebasan dari keterikatan menuju Jagadhita dan Kamoksan nantinya.
(wrhaspati Tattwa)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Rabu, 14 Juli 2021
Prema Vahini
*Mutiara Weda*
15/ 07/2021
*Prema Vahini*
*Umat se-sedharma*, dalam sebuah sesanti ada menguraikan “Cabang dari pohon itu akan merunduk tatkala dipenuhi oleh *Buah*, demikian juga *Awan* akan merendah manakala dipenuhi oleh *Uap*, demikian pula halnya dengan orang *Bijak* menjadi berhati lembut, sabar, tenang dan penuh pengampunan karena *kesucian bathinnya*".
Membersihkan serta mensucikan bathin sudah menjadi keharusan bagi setiap umat Hindu. Jangan biarkan sifat iri hati dan dengki
bersemayam dalam lubuk hati yang menyebabkan munculnya *rasa benci* dan *Kroda* yang membabi buta berakibat hancur dan hilangnya kehormatan diri. Manakala sifat iri hati dan rasa benci ada dalam hati nurani maka sudah tidak perlu lagi membuat dosa karena sifat iri dan rasa benci itu adalah *dosa besar*.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti menumbuhkan sifat kedewataan dalam diri *Daivi Vak* dengan penguatan pada persaudaraan sejati
*Vasudhaiva Kutumbakam*, tampakkan rasa cinta kasih *Prema Vahini* serta membuang jauh jauh kegelapan pikiran : rasa Benci, serakah dan Iri hati *Asuri Sampad*. Niscaya akan terhindar dari Dosa & malapetaka.
(Atharva Veda X.6.1)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Tri Madakaranam
*Mutiara Weda*
14 /07 / 2021
*Tri Madakaranam*
*Umat se-dharma*, dalam susastra Hindu ada menguraikan ; "Sura, saraswati, laksmi ityeta madakaranam...dst", mengandung makna ada tiga penyebab kemabukan pada diri umat manusia yang dapat menghancurkan sang jiwa manakala tidak mampu mengendalikan Indryanya.
Ketiga sumber sumber kemabukan *Tri Madakaranam* yang menyebabkan manusia mengalami kebingungan tatkala tidak mampu mengendalikan Indryanya antara lain :
*Sura*: suka meminum minuman keras yang mengandung alkohol.
*Saraswati atau Vidya mada* : Kepandaian /Merasa diri paling Pintar
*Laksmi atau Dana Mada* : kekayaan, merasa diri paling kaya sehingga lupa akan dirinya.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu mengendalikan Indrya dengan jalan *mulat sarira* dan sadar akan diri dengan memantapkan pengetahuan rohani *Jnana* dan Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya pikiran akan selalu terpusat *dhyana* sehingga seluruh Indrya akan terkendali dan terlepas dari kebingungan *Moha* serta terhindar dari pengaruh *Mada*
( Vreti sasana II b.78 & Slokantara 68.21)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Nyasa -Rupa
Minggu, 11 Juli 2021
Tri Karana Suddhi
Jumat, 09 Juli 2021
Pokok ajaran Hindu dengan Tri Jnana Sandhi
Kamis, 08 Juli 2021
Cakra Dharma -roda Dharma
*Mutiara Weda*
09 / 07 /2021
*Cakra Dharma - roda Dharma*
*Umat se-dharma*, Jika dicamkan kesadaran akan sang diri menjadi faktor penentu dalam menapaki kehidupan di mayapada ini sehingga hidup menjadi terkontrol dan mampu memutar jalannya *Cakra Dharma* atau *roda Dharma* dengan baik *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram* , demikian pula mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya atau *Dharma Vahini*.
Selama badan masih kuat dan sehat, demikian juga selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan yang berguna bagi diri sendiri serta berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri lahir maupun bathin *Yama & Nyama*
*Oleh karena itu*, bangun kesadaran diri dengan memutar roda Dharma atau Cakra Dharma dengan baik serta mampu menampakkan nilai kebenaran, keindahan dan kebajikan ; Satyam, Sivam & Sundaram. Niscaya akan dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yaitu *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma menuju *Bhumi Kertha*.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Rabu, 07 Juli 2021
Indrya Mata : Sumber Keakuan
Yadnya Patni
Guna Dharma
*Mutiara Weda*
29/ 06/2021
*Guna Dharma*
*Umat se-dharma*, perlu disadari bahwa Orang yang tidak menjalankan ajaran Dharma dengan baik ibarat seperti padi hampa ataupun telur busuk, yang kenyataan ada namun tiada gunanya *Hana Tan Hana* ada tapi tiada guna.
Menjadi orang yang meguna sebagai suatu keharusan setiap umat manusia, dalam arti yang lebih luas tidak hanya berupa hasil atau manfaat yang diperolehnya melainkan juga faedah atau manfaat secara pribadi karena telah mampu mengendalikan diri dan melaksanakan petunjuk ajaran kitab suci Weda Samhita.
*Oleh karena itu*, Jadilah orang yang *meguna* dalam menjalankan *sumber sumber ajaran Dharma* sesuai dengan swa dharma masing - masing, dengan jalan memegang teguh ajaran kebenaran *Satya* . Niscaya akan menjadi orang yang berguna.
( Slokantara,2)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Tri kala -Tri Sandhya
Indrya Mata
*Mutiara Weda*
07/ 07/2021
*Indrya Mata : Sumber KeAkuan*
*Umat se-dharma*, Jika diamati, hidup menjelma menjadi manusia di mayapada ini penuh dengan cobaan & godaan yang diakibatkan oleh kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana*
Kegelapan pikiran itulah, yang mempunyai *indrya mata* yang disebut *mata nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung menggunakan *KeAkuan* Sebagai satu satunya jalan dalam penyelesaiannya.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mari Hilangkan kekotoran & kegelapan pikiran dengan jalan mantapkan pengetahuan rohani *Jnana* dan tingkatkan Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* serta mengingatkan akan pikiran yang selalu dibayang bayangi kegelapan. Niscaya dalam mengarungi kehidupan ini dijiwai oleh rasa kedamaian baik lahir maupun bathin, manahsantih maupun paramasantih.
(Vrti sasana II b.78 /1)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Kebenaran itu kekal
*Mutiara Weda*
06/ 07 /2021
*Kebenaran itu kekal*
*Umat se-dharma, Jika direnung renungkan dalam sebuah sesanti : kebajikan - kebenaran itu ibaratkan Emas, walaupun dia dipanasi berkali kali dia akan tetap cemerlang, mengeluarkan sinar / cahaya, demikian juga, kayu Cendana, walaupun dia di gosok gosok berulang kali, dia akan tetap mengeluarkan aroma harumnya.
sama halnya dengan kebenaran dan kebajikan dia tidak akan pernah luntur, kekal dan tak akan berubah walaupun sampai akhir jaman.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu berpegang teguh pada ajaran Dharma/ kebajikan dan kebenaran *Satya* dengan sungguh sungguh serta taat & patuh pada tuntunan Pustaka Suci Weda *Sanatana Dharma*. Niscaya akan dapat tercapainya tujuan hidup *Catur Purusaartha*.
(Slokantara, 12. 75 )
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Hakekat Hidup
Dhyana : membangun kualitas rohani
*Mutiara Weda*
04 / 07/ 2021
*Dhyana : Membangun Kualitas Rohani*
*Umat se-dharma*, sumber kebocoran energi yang paling besar dan sangat berbahaya bagi umat Manusia terletak pada tak terkendalinya Manah / alam pikiran sehingga cenderung liar, berakibat rendahnya tingkatan rohani berujung rapuhnya spiritualitas seseorang.
Tidak terpusatnya alam pkiran dan tak terkendalinya Indrya secara otomatis akan menyebabkan sulitnya dalam mengatasi gangguan, godaan dan cobaan hidup sehingga pemusatan pikiran / *Dhyana* menjadi faktor penentu dalam membangun kualitas rohani.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu, pegang teguh ajaran agama secara benar, perkokoh kualitas mental Rohani melalui pemusatan pikiran *Dhyana* dengan selalu menjaga kestabilan tiga komponen dasar yang ada dalam diri sitiap umat manusia;
*Vihara* : kualitas Intelektual
*Ahara* : Kualitas Mental, moral dan.budhi pekerti
*Ausadha* : Postur dan kesehatan lahiriahnya. Niscaya akan selalu dapat mengendalikan Indrya dari pengaruh - pengaruh Sad Ripu.
[Kitab Wraspati Tatwa]
*Made Worda Negara*
BINROH HINDU TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Nastika ,-Niskriya
*Mutiara Weda*
03/07/2021
*Nastika & Niskriya*
*Umat Se-dharma*, orang yang ragu ragu, binggung dalam menjalankan ajaran agamanya dan bahkan tidak yakin akan Sraddhanya, orang seperti ini disebut dengan *Nastika* .
Orang Nastika merupakan orang yang tidak menjalankan swadharmanya dengan baik atau orang yang tidak melakukan aktifitas / kerja *Niskriya*
*Oleh karena itu* sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan menjalankan swadharma masing masing serta yakin akan ajaran Weda sebagai kebenaran Mutlak dalam menuju jalan keagungan *Vibhuti Marga*. Niscaya akan dapat tercapainya tujuan hidup yaitu Kebahagiaan lahir maupun bathin , Catur Purusa Artha akan terwujud. .( SS.114-116)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta