Kamis, 23 Desember 2021

Kedamaian

*Mutiara Weda*
20/12/2021

*K E D A M A I A N*

*Umat se-dharma*, Kesabaran, kedamaian dan ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak serta mulia yang harus tertanam dan terjaga  pada diri setiap umat Hindu dalam meningkatkan kualitas rohani menuju tingkatan spiritualitas yang mengandung kekuatan  dalam menangkal  berbagai cobaan dan godaan hidup

Segala sifat keras hati, yang penuh  *EGO*  hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat, Lebur Dening Pangastuti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas  rohani  dengan  pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan jalan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya*. Niscaya kedamaian hidup akan dapat terwujud  guna meningkatnya kualitas spiritual menuju *sahaja samadhi* dan *maha samadhi* atau kamoksan nantinya.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bahasa dalam Meyadnya

*Mutiara Weda*
19/ 12 / 2021

*Bahasa dalam Meyadnya*

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka  suci Weda Samhita mengajarkan untuk selalu memanjatkan rasa syukur & angayubagya   dengan landasan ketulusan hati sebagai  wujud Bhakti dengan berbagai cara,  salah satunya dalam bentuk *meyadnya* sebagai bahasa mona dalam melakukan praktek praktek  keagamaan.

Dalam melakukan persembahan / Yadnya  menggunakan  berbagai  bentuk  bahasa seperti :

*Bahasa tulis*  :   dalam menyampaikan  Banten/ yadnya sesuai dengan kitab  suci *Weda Samhita*  dan

*Bahasa lisan* : dalam menyampaikan  dengan menggunakan bahasa sehari hari *Seha*.

*Bahasa  Mona* yaitu menggunakan  sarana dalam bentuk  Banten/ Yadnya.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban dari pustaka suci Weda untuk melaksanakan Panca Maha Yadnya atau Banten dengan landasan pikian yang tulus, suci, bulat dan jangkep. *Ikang yadnya Ingaranan Pakahyunan sane hening suci, tulus tur jangkep. Niscaya hakekat meyadnya akan bisa diwujudkan yaitu terwujudnya kedamaian, ketentraman Bhuana Agung dan Bhuana Alit.
(kitab Yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kesabaran

*Mutiara Weda*
20/ 12 /2021

*K E S A B A R A N*

*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan  hidup ini ibaratkan  *berjalan jauh* dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan atau  jalur jalan yang semestinya  dilalui dengan harapan sampai  ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.

Proses memilih jalan pintas akan terasa  menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya, Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya. Begitu juga dalam keseharian, Sangatlah mustahil  rasanya  akan mampu mengeluarkan Tutur kata yang selalu terjaga, sopan & santun dengan intonasi yang enak didengar tatkala  di dalam hati sanubarinya tidak memiliki *kesabaran atau Ksama*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu melatih kesabaran dan membangun rasa damai dalam hati . Niscaya seluruh tindakan akan dilandasi dengan ketulusan hati menuju kebahagiaan nantinya.
(SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Sadhana

*Mutiara Weda*
21/ 12 /2021

*Tri Sadhana*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan  akhirnya  bersatunya atman dengan Brahman  atau Kamoksan, baik *jiwan mukti* ( Kebebasan yang di capai di dunia), *Karma mukti*  /  *wideha mukti* (kebebasan dimana sang Atman posisi  sama dengan Brahman) maupun *Purna mukti* ( kebebasan tertinggi dimana sang Atman bersatu dengan-Nya) dengan  menggunakan   tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.

Tri Sadhana atau Tri Karana merupakan tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani  Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik  dalam bentuk *jiwan mukti* , *wideha mukti*  maupun *Purna mukti*
melalui jalan menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta  menjalankan ajaran Tri sadhana / Tri Karana dengan benar. Niscaya akan dapat tercapainya  kebebasan dari keterikatan menuju Jagadhita dan Kamoksan nantinya.
(Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Satya Dharma

*Mutiara Weda*
22/12/2021

*Satya-dharma*

*Umat Se-dharma*, dalam susastra Hindu  ada menyebutkan  : *Nasti Satyam paro dharmo, Nanrtam patakam param* : tidak ada *Dharma*   kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran  *Satya*,  tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta. Dimana ada *Satya* disana pasti ada *Dharma*,  Kebenaran dan Kebajikan tidak dapat dipisahkan *Satya-Dharma*

Hilang & lenyapnya kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan umat manusia akibat diabaikannya kebenaran / *satya* dan kebajikan / *Dharma*.

*Oleh karena itu*,  mulat sarira, sadar *suluh Ikang Prabha* menjadi suatu keharusan  bagi setiap umat Hindu serta  memegang teguh ajaran Dharma dalam kehidupan sehari harinya,  mengingat ; dari Dharma datangnya sukses, dari Dharma  pula datangnya bahagia, dengan Dharma memberikan segalanya dan Dharma adalah Inti sari dunia. *Niscaya*,  kebahagiaan lahir maupun bathin, *manah santih* maupun  *Parama santih*, Jagadhita dan Kamoksan atau *Catur Purusa Artha* akan dapat diwujudkan.
(Slokantara 2.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Berbhakti Kepada Lima Ibu

*Mutiara Weda*
23/12/2021

*Rahajeng Hari Ibu 22 Desember*

*Berbhakti  kepada lima Ibu*

*Umat Se-dharma*, Dalam Susastra  ada menyebutkan : *Norana sih mangeluwihaning atanaya*, tidak ada kasih sayang yang melebihi kasih sayang  orang tua kepada anaknya., Sang *purusa* maupun sang *predana*. Kasih sayang  Ibu kepada sang anak memiliki pancaran  kasih sayang yang sangat dalam *Prema Vahini*  mengandung  nilai keteduhan, kenyamanan  dan curahan hati yang sangat dalam, demikian pula saat melakukan pemujaan  dengan landasan Curahan &  ketulusan hati.

Dalam Konsep Hindu ada kewajiban untuk berbhakti pada  lima Ibu antara lain :

*Deva Mata*,,berbhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan rasa kasih sayang untuk memujanya dalam wujud Ibu :
dewi sasraswati, dewi laksmi.

*Deha mata*, Ibu yang melahirkan sang anak atau *jaya*, sang angerupaka.

*Weda Mata*, Pustaka suci weda sebagai Ibu dari semua ilmu pengetahuan yang menuntun umat manusia dari *Avidya* menjadi *Vidya*.

*Bhumi mata*, menghormati  bumi &  seisi alam semesta sebagai Ibu Pertiwi yang memberikan kehidupan bagi setiap umat Manusia /*Mangjadma*, hewan/ *janggama* maupun  tumbuhan/ *Stavira*.

*Desa Mata*, Ibu memberikan petunjuk atau arah tentang ajaran kerohanian *Upadesa*.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk berbhakti kepada *lima Ibu* karena Ibu  sebagai sumber dari segalanya dialam semesta ini dengan Pancaran  rasa kasih sayang *Prema Vahini* dalam mencapai kebahagiaan Hidup. Niscaya  akan terbangunnya Umat Hindu yang *Satyam*, *Sivam*  & *Sundaram*.
(kitab Yadnya & Bhakti.173-214)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pratikara

*Mutiara Weda*
24/12 /2021

*Pratikara*

*Umat Se-dharma*,  Dalam Susastra Hindu ada menyebutkan ; rasa takut   itu akan selalu menghantui  sang diri manakala melakukan pelanggaran ataupun tindakan kejahatan.  Rasa takut dalam bentuk apapun akan menjauh dari dalam diri  tatkala semua tindakan berpijak pada jalan Dharma.
*yo dharmasila jitamanaraso, widyawinito naparopatapi*

Jika dilihat dari segi  kelakuannya, jika orang lain masih juga melakukan tindakan kejahatan, suka memfitnah,  menyakitinya, dan   tidak mau  meladeninya, tidak mengutuknya ataupun tidak membalas dendam serta selalu bersabar maka orang seperti ini  tergolong manusia *Utama*,  akan tetapi jika dalam hatinya  masih merasakan disakiti maka orang seperti  ini disebut golongan *Madhya*, Begitu pula sebaliknya, jika masih merasakan rasa sakit hati bahkan memperlihatkan,  menghumbar apalagi berniat untuk balas dendam maka golongan orang seperti  ini tergolong pada  tingkatan rendah atau *Kanistha*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu Hindari untuk  melakukan kejahatan, tindakan balas dendam ataupun mengumbar rasa sakit hati karena itu merupakan tindakan yang sangat rendah kualitasnya atau *Kanistha* .  Mantafkan akan keyakinan bahwa setiap kejahatan atau kesakitan yang dilakukan  akan kembali pada si pelakunya yang disebut dengan *Pratikara*. Niscaya umat Hindu akan menjadi umat yang damai, rukun dan bijak dengan Hukum Karma sebagai Bingkainya.
(Slokantara,sloka 7.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 03 Desember 2021

Kebenaran Sejati

*Mutiara Weda*
04/12/2021

*Kebenaran Sejati*

*Umat Se-dharma*, dalam sesanti  Hindu  ada tersurat bahwa *kesucian bathin*  itu  akan dapat terwujud  manakala memiliki kemampuan untuk mengintrospeksi &  mengendalikan Diri, demikian pula  dengan Kesucian diri  akan dapat   membangun *Kedamaian &  keharmonisan* dalam kehidupan, yang selanjutnya  dengan  *Keyakinan spiritual* akan dapat mewujudkan  Kebenaran sejati *Sanatana Dharma*.

Hakekat kebenaran sesungguhnya  merupakan hukum yang abadi atau  hukum Rta  ataupun Hukum Karma dengan landasan kejujuran di dalam mensinergiskan pikiran, perkataan dan perbuatan *Tri Kaya Sandhi*

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu marilah kita bangun Kesucian diri dengan  Pengendalian Indrya sehingga dapat menghindarkan diri dari balutan kegelapan pikiran  *Sapta Timira*  serta tidak menjerumuskan diri ataupun membunuh diri dengan melakukan perbuatan melanggar norma norma agama. Niscaya *Cakra Dharma* akan berputar secara Sinergis   *satyam*, *Sivam* dan *Sundaram* dalam  menata tatanan kehidupan  yang  *Damai*, *rukun* dan *Harmonis*, *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Yajur Veda.19.30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 23 November 2021

Tutur Agama Menjaga Manusia

*Mutiara Weda*
15 / 01 /2022

*Manusia Dijaga Tutur agama*

*Umat se-dharma*,  jika dilihat dalam Sesantih Hindu, Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan suatu kewajiban  bagi setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan dijaga dengan perilaku yang baik.  Sastra-sastra suci  dijaga  dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Ketampanan dan  Kecantikan  di rawat dengan kebersihannya.

Demikian pula halnya dalam  kelahiran menjelma  menjadi manusia dapat dijaga dengan tutur agama,  budi pekerti dan  etika  yang baik  serta sinergisitas dalam  berpikir, bertutur kata  begitu pula  dalam bertindak  *Tri Kaya Sandhi*

*Oleh karena itu*,  marilah sebagai umat Hindu  jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan untuk  selalu menjaga dan  merawatnya dengan  selalu *Bersyukur* atau *Angayubagya.   Niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala,  manah Santih maupun parama santih akan dapat diwujudkan.
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tutur Agama Menjaga Manusia

*Mutiara Weda*
11 / 11 /2021

*Tutur agama Menjaga Manusia*

*Umat se-dharma*,  jika dilihat dalam Sesantih Hindu, Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan suatu kewajiban  bagi setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan dijaga dengan perilaku yang baik.  Sastra-sastra suci  dijaga  dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Ketampanan dan  Kecantikan  di rawat dengan kebersihannya.

Demikian pula halnya dalam  kelahiran menjelma  menjadi manusia dapat dijaga dengan tutur agama,  budi pekerti dan  etika  yang baik  serta sinergisitas dalam  berpikir, bertutur kata  begitu pula  dalam bertindak  *Tri Kaya Sandhi*

*Oleh karena itu*,  marilah sebagai umat Hindu  jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan untuk  selalu menjaga dan  merawatnya dengan  selalu *Bersyukur* atau *Angayubagya.   Niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala,  manah Santih maupun parama santih akan dapat diwujudkan.
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Ke Angkuhan

*Mutiara Weda*
12 /11/ 2021

*Ke-Angkuhan*

*Umat se-dharma*,  Jika direnungkan  hidup menjelma menjadi manusia akan selalu  dibayang bayangi  oleh  rasa angkuh / *mada*  sebagai salah satu  bagian dari enam musuh yang ada dalam diri setiap umat manusia  *Sad Ripu* yang dapat  membelenggu & menghancurkan  jiwa  manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Oleh karena itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri *Anyekung Jnana* dengan   memantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terkendalinya Indrya dan  dapat terlepas dari pengaruh *Mada* menuju suatu kebahagiaan *Satyam, Sivam & Sundaram*
( Vreti sasana II b.78 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Damaikan Pikiran Dari Kegelapan

*Mutiara Weda*
13/11/2021

*Damaikan Pikiran dari Kegelapan*

*Umat se-dharma*, Jika direnungkan dalam sesanti ada menyebutkan  manusia sangat ditentukan oleh  pikirannya *Rajendrya*,  Sementara binatang adalah instingnya. Insting binatang bergerak ketika dibutuhkan. Jika perutnya lapar maka dia akan mencari makan, Sedangkan umat manusia,  selama belum selesai berurusan dengan pikirannya, maka selama itu pula hidupnya tidak akan pernah Nyaman & tenang karenanya agama diturunkan untuk mengatur dan mendamaikan pikirannya dari Kegelapan *Sapta Timira*

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indrya mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  jalan penyelesaiannya.

*Oleh Karena itu*, sebagai umat Hindu  hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran dengan  meningkatkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan. Niscaya, Pikiran akan selalu terpusat sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan sempurna.
(Vrti sasana II b.78 /1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Ageman dalam Beragama

*Mutiara Weda*
14/11/2021

*Ageman dalam Beragama*

*Umat Se-dharma*,   faktor yang sangat penting & menjadi  benih atau cikal bakal dalam penguatan  beragama bagi umat Hindu adalah agem ageman dalam bentuk *Sradha*,  manakala kurangnya akan keyakinan, bingung bahkan  ragu akan  agamanya dapat dipastikan rapuhnya pondasi agama yang  berdampak akan rapuhnya  pemahaman  inti sari dari ajaran agama.

Pemahaman ajaran agama secara benar menjadi suatu keharusan dan bersifat mutlak  melalui tatwa tatwa agama, Ethika agama maupun Acara agama  dengan berpegang teguh pada *sumber sumber Dharma*  serta  pokok pokok  Dasar  ajaran  sebagai inti dari Tiga kerangka dasar  ajaran  serta  menjadi roh atau jiwa  ajaran Hindu Dharma yang wajib dilaksanakan secara sinergis  *Tri Jnana Sandhi*  bagi  umat Hindu.

*Oleh karena itu*,  marilah kita sebagai Umat Hindu  untuk memegang teguh Agem ageman  dalam beragama dengan mempelajari kembali  Pustaka suci Weda secara benar, utuh dan sempurna baik  melalui *Weda Sruti* maupun *Weda Smerthi* dengan cara  belajar Weda secara  bertahap berjenjang dan komprehensif dan tidak dibenarkan belajar Weda menggunakan jalur  jalan pintas  berdalihkan praktis, simpel, mudah, sederhana  dan sejenisnya yang cenderung menyesatkan. Niscaya umat Hindu akan Ajeg dengan  Dharmanya, kuatnya Sradha  serta  kokoh akan ajarannya yang  *Sanatana Dharma* dalam mewujudkan umat Hindu yang  Jagadhita & Kamoksan nantinya.
( kitab Swastika Rana & Weda Sabda Suci Tuhan)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Pentingnya Mengendalikan Emosi

*Mutiara Weda*
15/11/2021

*Pentingnya Mengendalikan Emosi*

 *Umat se-dharma*, EMOSI yang tidak terkendali melahirkan tindakan yang membabi buta berakibat timbulnya  Kemarahan atau Krodha. Demikian pula,  Kemarahan /*Kroda*  merupakan  energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya  manakala tidak mampu untuk   mengendalikannya. tatkala pikiran *Citta* terpusat, sang jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah  / *Krodha* tersebut.Jangan Menghumbar sifat sifat Emosi.

Pelayanan  yang paling mudah untuk dilakukan adalah  dengan senyuman  karena senyuman itu adalah karunia Hyang Widhi yang  bernilai tinggi sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan. Di samping itu  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa.

*Oleh Karena itu*, sebagai umat Hindu   *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, Kendalikan Emosi, hilangkan rasa benci  dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN*  baik  *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Bhoga Swatantrya

*Mutiara Weda*
16/11/2021

*Bhoga-Swatantrya*

*Umat se-dharma*, Jika direnungkan, Pada hakekatnya  setiap manusia adalah  *penguasa*. Penguasa dari nasibnya dirinya sendiri dan menjadi  Arsitek dari keberuntungannya  sendiri, demikian  pula bertanggungjawab atas derita maupun  bahagia yang diterimanya saat ini.

Manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hasil dari perbuatannya *Bhoga Swatantrya* tapi setiap manusia memiliki kebebasan untuk menentukan penyebab dari perbuatan itu sendiri *Karma-Swatantrya*.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu berbuat dan bekerja *Mekarma* sebagai suatu kewajiban *Swadharma* dan jangan terikat pada hasil. Niscaya kebahagiaan sekala maupun niskala, Manah Santih maupun Parama Santih akan dapat diwujudkan.
(BGIII.19 & kitab Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Penguatan dalam Beragama

*Mutiara Weda*
16/11/2021

*Penguatan dalam  Beragama*

*Umat se-dharma*,   jika direnungkan, Cikal bakal dari penguatan beragama sebenarnya  terletak pada  Keyakinan /Sradha dan Kebenaran ajarannya / *Satya dharma*,  manakala   dalam keyakinan mengalami keraguan bahkan  bimbang  maka akan terjadi kerapuhan  pada pemahaman  inti sari dari ajaran  dharma. Sedangkan  Karakter dalam beragama Hindu adanya Sradha & Bhakti . Hakekat bhakti sebenarnya adalah membangun keseimbangan hidup,  baik  Jasmani -  rohani  maupun  jiwa  dan Raga.

Dalam melakukan pemujaan sebagai wujud  rasa Bhakti,  manusialah sebenarnya  yang membutuhkannya.  Ibaratkan  matahari selalu bersinar  tanpa henti dan tetap tinggal serta berputar putar  di tempat, inilah yang di sebut   dengan *hukum Rta* atau *hukum alam* yang ditetapkan Tuhan pada Matahari dan setiap  manusia membutuhkan sinar serta unsur unsur alam lainnya itu.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Sradha & Bhakti dengan  penguatan pada ajaran agama dengan menjalankan  Prawerti Marga dan Niwerti Marga  serta  menjaga kemurnian ajaran agama dengan Panca Sradha  &  Tri Kerangka dasar sebagai bingkainya.  Niscaya Sradha dan bhakti akan semakin kuat dan kokoh *Sanatana Dharma*
[ Kitab Swastika Rana]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Gayatri Chandasam Matha

Dharma Bunga Aisvarya

*Mutiara Weda*
17/11/2021

*Dharma Bunga Aisvarya*

*Umat Se-dharma*, Aisvarya merupakan kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman akan dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut sebagai kelahiran  *Deva Yoni* & Menjadikan Dharma sebagai Bunga Aisvarya.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh benih benih Adharma / kejahatan dan menentang  kebenaran / dharma apalagi  tidak mengerti akan Tattva Jnana  *Avairagya*  dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan begitu pula akan dapat mengalami proses reinkarnasi / lahir  kembali menjadi  makhluk rendahan ataupun binatang.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangkitkan  buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada buah Jnana berupa pengetahuan suci Weda. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Gayatri Chandasam Matha

*Mutiara Weda*
18 / 11 / 2021

*Gayatri Chandasam Matha*

*Umat Se-dharma*, Jika kita lihat dari sisi ajaran Ethika Hindu ada tiga sifat  *buruk* atau *kotor* yang selalu melekat dalam diri umat manusia akibat dari pengaruh buruk   *Indrya/ Nafsu*  yang tak terkendalikan yang  bertentangan dengan nilai nilai Dharma. Pengendalian gerak pikiran menjadi faktor penting  dan  penentu bagi kehidupan setiap  umat manusia  *Citta Vrtti Nirodha* dengan menempatkan dan memancarkan  Gayatri mantram  sebagai ibu dari Weda *Gayatri Chandasam Matha*

Ketiga sifat buruk dan  kotor tersebut
*Mithia Hrdaya* :  sifat yang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain
*Mithia Wecana*  :  selalu bersifat sombong dan angkuh
*Mithia Laksana*  :  berprilaku kasar dan tidak sopan.

*Oleh karena itu*, Sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu   untuk selalu mengendalikan  gerak  Laju pikiran
*Citta Vrtti Nirodha*  serta menempatkan  *Gayatri mantram* sebagai ibu dari Weda *Gayatri Chandasam Matha* dengan   Ethika Agama sebagai pijakan dalam pengejewantahannya.   Niscaya tidak akan menemui hambatan dalam menjalankan  *Tri Kaya Sandhi* sehingga  hidup akan  Nyaman, aman,  Damai dan Harmonis.
(Kitab Widhi Sastra & Manu Smrthi.IV.256)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jnana Sakti

*Mutiara Weda*
19/11/2021

*Jnana Sakti*

*Umat se-dharma*, di dalam susastra  ada mengungkapkan tak akan ada orang yang Dalam  menjalani  proses kehidupan selalu  berbuat   kebajikan  akan mendapatkan kesengsaraan & Penderitaan, begitu pula tidak ada orang yang bijak yang menemui ajalnya dengan jalan yang Buruk,Tuhan maha Tahu dan maha mengetahui   kelemahan  serta  usaha usaha yang telah dilakukannya dalam mengatasi  kehidupan di mayapada ini  *Jnana Sakti*

Berbuat kebajikan dan bermanfaat untuk orang banyak menjadi suatu kewajiban  bagi setiap umat manusia di alam samsara ini.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk  selalu berbuat kebajikan  berlandaskan *Dharma* serta  meyakini dan menuruti  tuntunan ajaran ajaran pustaka suci Weda Samhita  baik Weda *Sruti*  yaitu *Catur Weda* maupun Weda *Smerti* atau *Dhamasastra* begitu pula tidak  mudah berputus asa tat kala kegagalan menghampirinya dan itupun sejatinya merupakan keberhasilan serta berkeyakinan  tak ada usaha yang tulus akan berlalu tanpa berpahala. Niscaya akan mengetahui hakekat hidup menjelma menjadi manusia yaitu   selalu belajar dan membenahi diri. ( Gde Puja BG.IV.40 & SS. 37)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kuningan

*Mutiara Weda*
20 /11 /2021

*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani

*Umat se-dharma*, Pada  hari  ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan  yang jatuh pada hari ke 10  setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat  Hindu melakukan persembahan dan pemujaan  kehadapan  SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.

Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan  pada pagi hari  sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu  ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari  berlalu memasuki *masa pralina*  energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.

*Oleh karena itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha*  dengan memperbanyak   introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. Niscaya akan dapat  terbangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri.

*Tityang  Sekeluarga Mengucapkan Rahajeng Hari Suci Kuningan Dumogi Rahayu Sareng Sami*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Dharmaning Hidup

*Mutiara Weda*
21/11/2021

*Dharmaning Hidup*

*Umat Se-dharma*,  Umat Hindu dalam menjalankan *Dharmaning hidup*  memiliki kewajiban suci  yang di sebut *Dharmaning Agama* yaitu berkewajiban untuk  mempelajari,  memahami dan memancarkan isi kitab suci Weda  *Dharma Vahini*  serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga* atau *Vruh ring sarva Jnana*  sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik.

Umat Hindu dalam  Berpikir, bertutur kata serta berbuat dalam menjalankan aktifitasnya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  serta teropongan  dari  ajaran kebajikan *Sesana* dan  kepatuhan terhadap guru Wisesa  yaitu *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam membangun
keluhuran dan kemuliaan budhi *paramita*  dan  keharmonisan dalam hidup *sundaram* dengan jalan  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  kebenaran *Sesana*  serta taat  & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Menabur Benih Benih Dharma

*Mutiara Weda*
22 / 11 /2021

*Menabur Benih  Benih Dharma*

*Umat se-dharma*, Jika di  renung renungkan, Orang  yang memiliki kebajikan / *Dharma* dalam dirinya  dapat dipastikan dia akan selalu  memancarkan ajaran kebenaran  dalam hidupnya *Dharma Vahini*.

Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukkan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai kalau di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan Amarah/ Krodha.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti  menabur  kebajikan  *Benih Dharma*,  membangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam  hati  *Manah Santih maupun Parama Santih* dengan  memperkokoh Dasar Keyakinan Hindu *Panca Sradha* serta Penguatan pokok  ajaran agama Hindu *Tri Kerangka Dasar* (Tatwa, Susila & Acara Agama) secara sinergis / seimbang *Tri Jnana Sandhi*.  Niscaya  Kebahagiaan dalam hidup ini akan dapat terwujud.
(kitab Swastikarana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tyaga

*Mutiara Weda*
23/11/2021

*Tyaga*

*Umat Se-dharma*, jika di lihat dalam Susastra Hindu ada menguraikan : *Nasti jnanasamam drawyam, nasti krodhasamo ripuh...* 
Tidak ada kekayaan yang menyamai pengetahuan, tidak ada musuh sejahat kemarahan *Krodah*,  tidak ada kesengsaraan yang menyamai kelobaan, tidak ada kebahagiaan yang menyamai kemampuan dalam  melepaskan diri dari nafsu /*tyaga*.

jika nafsu atau  Indrya sudah dapat dikendalikan secara otomatis hidup akan Bahagia, begitu pula manakala kemarahan sudah dapat dikendalikan maka hilanglah musuh yang ada dalam diri.

*Oleh karena itu*,  marilah kita sebagai umat Hindu untuk  selalu  Berlatih mengendalikan Diri ,  Bersihkan pikiran dengan kebenaran atau *Manah satyena sudhyanti*,  karena pikiran merupakan unsur penentu dari perasaan kata hati  *Padma Hrdaya*. Niscaya akan mampu mengendalian Indrya *Dharana* serta  terpusatnya pikiran *Dhyana*.
(Slokantara 39.54 & SS  79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 03 Agustus 2021

Pancaran Rwa Bhineda

*Mutiara Weda*
02/08/2021

*Pancaran Rwa Bhineda*

*Umat Se-dharma*,  Jika direnungkan hidup menjelma menjadi  manusia,  selalu dibayang  bayangi & dibelenggu oleh siklus rwa bhineda, manakala pikiran gelap dan perasaan  mati, dapat dipastikan tidak akan dapat  menjalankan *Wiweka*  menimbang nimbang membedakan  antara yang baik dan  buruk, antara benar maupun  yang salah.

*Rwa bhineda* dengan kemasan *Bhineka tunggal Ika* sebagai dua tattwa yang bersepupu karena keduanya mengajarkan dan membimbing umat Hindu  untuk menghargai suatu perbedaan,  berbeda beda  namun tetap menjadi satu dan menghindarkan diri dari sikap saling mencurigai  yang dapat menjadi ramuan faham fanatisme yang berujung pada permusuhan dan perkelahian.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi suatu kewajiban untuk memahami akan hakekat *Tattwa rwa Bhineda* dan *Bhineka Tunggal Ika* dengan penuh kesadaran dan ketulusan hati berlandaskan ajaran Dharma  dengan pustaka suci Weda sebagai satu satunya Pijakan  serta menggunakan  *Wiweka* dalam menentukan  pilihan  hidup, baik memilih menggunakan jalan aman dan tanpa hambatan *whrite dharma*  maupun  memilih jalan yang penuh hambatan dan rintangan *Nishiddha* yang wajib dihindari.  Niscaya Pancaran rwa Bhineda akan dapat memberikan Energi positif bagi setiap umat Hindu dalam membagun umat Hindu yang penuh kedamaian, *Manah Santih maupun Parama santih.  (BG.XIV.13  &  SS.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Niwerti & Prawerti Marga

*Mutiara Weda*
01/08/2021

*Niwerti & Prawerti Marga*

*Umat se-dharma*,  Cikal bakal dari penguatan beragama sebenarnya adalah Keyakinan, manakala   dalam keyakinan mengalami keraguan dan bimbang  maka akan terjadi kerapuhan akan inti sari dari ajaran agamanya. Sedangkan  Karakter dalam beragama Hindu  adalah  adanya Sradha & Bhakti . Hakekat bhakti sebenarnya adalah membangun keseimbangan hidup baik jiwa maupun Raga.

Dalam melakukan pemujaan sebagai Wujud  rasa Bhakti,  manusialah sebenarnya  yang membutuhkannya.  Ibaratkan  matahari bersinar yang tanpa henti dan tetap tinggal serta berputar putar  di tempat, inilah yang di sebut   dengan *hukum Rta* atau *hukum alam* yang ditetapkan Tuhan pada Matahari serta manusia membutuhkan sinar dan unsur unsur alam lainnya itu.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Sradha & bhakti dengan  penguatan pada ajaran agama dengan menjalankan ajaran Niwerti marga dan Prawerti Marga.
*Niwerti Marga*, suatu jalan atau cara yang utama untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan jalan  tekun melakukan yoga dan samadhi.
*Prawrtti Marga*, suatu jalan atau cara  untuk mewujudkan rasa bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi  Wasa dengan tekun melakukan tapa, yajna, dan kirti  yasa serta menjaga kemurnian ajaran agama dengan Panca Sradha  dan  Tri Kerangka dasar sebagai bingkainya.  Niscaya Sradha dan bhakti akan semakin kuat dan kokoh.
[ Reg Veda X.121.2]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Nirahamkara

*Mutiara Weda*
31/07/2021

*Nirahamkara*

*Umat se-dharma, Dalam ajaran agama Hindu, kelahiran  menjelma menjadi manusia sangatlah utama, mulia,  dan sangat sulit untuk diperolehnya. Menjelma menjadi manusia sebagai  makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna  dengan Tri Premananya  guna menjalankan *Wiweka*  menimbang nimbang  mana yang baik dan mana  yang buruk, sehingga dapat mengendalikan pengaruh dari  kegelapan -  kegelapan  pikiran *Nirahamkara*. Demikian pula halnya dalam hidup ini, sebenarnya  sudah dibekali dengan empat bekal hidup yang di sebut  *Catur Bekal Dumadi* antara lain  :

*Suka* : perasaan  yang selalu senang, suka dan bahagia

*Dukha* :  Rasa sedih ataupun rasa  dukha selalu menyelimuti setiap umat manusia.

*lara*,  Tak seorangpun manusia dapat terhindar dari Kesengsaraan  karena hidup pada dasarnya adalah menderita.

*Pati*, setiap umat manusia  tak luput dari  Siklus kematian  atau Pralina.

*Oleh karena itu*, sebagai  umat Hindu jalankan proses  hidup dengan rasa syukhur/ Angayubagya, pergunakan kesempatan menjelma  menjadi manusia  untuk selalu berbuat Kebajikan / *Subha Karma*,  serta  sadar bahwa  proses kehidupan akan mengalami siklus perputaran *Tri Kona*  : *Utpeti*, stithi,  Pralina dengan rwa bhineda selalu mendampinginya.   Jangan terlalu berbangga dan berbesar hati manakala mendapatkan  kebahagiaan dan jangan pula terlalu bersedih hati tatkala mendapatkan  rasa dukha dan penderitaan,  jalankan hidup ini dengan landasan  Lascarya, *Citta sudhi* / Pikiran yang bersih, *Nirahamkara*/kendalikan emosi emosi gelap, laksanakan dhyana yoga/samadhi. Niscaya akan dapat menuju  target Utama menjelma menjadi manusia yaitu *Kesadaran  sejati*,  memutus siklus samsara menuju *Moksa*.
(SS.473-474)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sarva Nukramani

*Mutiara Weda*
30/07/2021

*Sarva Nukramani*

*Umat Se-dharma*,  Jika di renung renungkan situasi dan kondisi dewasa ini ;  konsentrasi  masyarakat dunia tertuju pada munculnya Wabah Virus Corona Covid 19,  yang  cenderung mengakibatkan  keresahan dan kegelisahan dikalangan masyarakat  yang  berdampak luas terhadap seluruh  tatanan kehidupan umat manusia.  Seolah olah saat ini, Pengendalian diri *Tapa*,  *Kesabaran*,  *Ketabahan*  dan *Kesadaran* dari umat sedharma sedang diuji oleh-Nya.

 *Sarva Nukramani*  yaitu  setiap umat manusia berkewajiban  menguncarkan doa doa atau mantram menjadi faktor yang sangat penting yang tidak bisa ditinggalkan untuk dilakukan,   seolah olah sang maha Pencipta *mengingatkan*  agar setiap umat manusia selalu ingat pada-Nya  *Smaranam* dan  mohon kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa agar wabah  Virus Corona Covid 19 segera dapat teratasi,  reda dan hilang.

*Oleh karena itu*,  Marilah sebagai umat Hindu  dimanapun  berada,  dalam situasi dan kondisi  apapun jangan pernah berhenti untuk memanjatkan Doa  atau  *Sarva Nukramani* sebagai  *Kavaca Gaib* atau Benteng diri  mohon Perlindungan-Nya. Niscaya Wabah Virus Corona Covid 19 akan segera dapat diatasi  sehingga umat manusia  terhindar dari Bencana  dan  akan selalu  berada dalam lindungan-Nya.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13) 

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kuatkan Kavaca Gaib

*Mutiara Weda*
03/08/2021

*Kuatkan Kavaca Gaib*

*Umat  Sedharma*,  melibatkan Ida SangHyang Widhi Wasa pada setiap kegiatan menjadi suatu keharusan  bagi umat Hindu dengan selalu Memanjatkan Doa atau Mantram kehadapan-Nya  sebagai suatu  kewajiban dan kebutuhan pokok  serta menjadi faktor penentu serta penyelamat  kehidupan umat manusia  menjadi Benteng dalam diri atau *kawaca Gaib*.

Wabah Virus Covid' 19 masih belum reda,  melanda bhumi dan seisi alam semesta.

Marilah kita sebagai umat Hindu   dimanapun berada selalu  memanjatkan doa doa atau Mantram  mohon kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi beliau sebagai  SangHyang Surya dengan kekuatan SangHyang Indra   agar Wabah Virus Covid' 19 dan Virus menular lainnya  sirna dan kageseng oleh kekuatan Beliau  sehingga seluruh umat manusia terhindar dari  wabah Virus  Covid'19,  sehat, selamat dan Rahayu.  

Om Swastyastu,
Om Avighnamastu Namo Siddham

*Om Drstan ca ghnam adrstan ca,
sarvan ca pramrnam krimin* (Atharva Weda V.23.6)

*Indrah Suryasya rasmibhir nyarasanam osati*  (Reg Veda VIII.12.9)

Om Santih,Santih Santih Om
Dumogi Sami Sehat lan Rahayu

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 29 Juli 2021

Tri Dharma Sandhi

*Mutiara Weda*
29/07/2021

*Tri Dharma Sandhi*

*Umat Se-dharma*, Umat Hindu dalam mencapai Tujuan hidupnya yaitu kebahagian lahir -  bathin , manah Santih maupun Parama Santih dengan Tuntunan Pustaka Suci Weda, baik Weda Sruti maupun Weda Smerthi.

Catur  Weda  merupakan Weda Sruti  sebagai Weda Inti  atau Weda Sirah  dan *Smerthi*  merupakan Dharma Sastra,  keduanya harus diyakini kebenarannya  sehingga  tindakan dalam bidang Dharma menjadi sempurna.
Apa yang diajarkan oleh *Sruti* disebut Dharma begitu pula  semua yang diajarkan dalam *Smerthi* pun dharma pula namanya, demikian pula tingkah laku sang  *Sistacara*  yang memberikan ajaran Kebenaran & kesucian  Dharma pula namanya sehingga di sebut *Tri Dharma Sandhi*

*Oleh Karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk yakin dan menjalankan Tri Dharma  atau tiga Dharma ; Sruti, Smerthi dan Sistacara secara sinergis dan seimbang *Tri Dharma Sandhi*.  Niscaya  seluruh Pikiran, perkataan dan perbuatan  akan selalu  sinergis,  terkontrol serta  terkendali *Tri Kaya Sandhi*  ( S.S.40-42)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 27 Juli 2021

Sadhu Budhi

*Mutiara Weda*
28/07/2021

*Sadhu Budhi*

*Umat se-dharma*, dalam pustaka suci agama Hindu   ada mengungkapkan 
"Kuneng laksana sang sadhu, tan agirang yan inalem, tan alara yan inindã, tan kataman krodha....dst",
Menjadi manusia utama  sang Sadhu Budhi /  Sadhu Gunawan  menjadi  tujuan utama menjelma menjadi manusia.

Sang Sadhu Budhi  tidak akan  terlalu bergembira tatkala  mendapatkan pujian  pun  tidak terlalu bersedih jika dicela begitu pula tidak marah  tatkala  dicaci maki  dan dibenci, tetap teguh serta  berpikiran suci  & bersih.  Menjadi Sang Sadhu Budhi tidaklah mudah, penuh dengan pantangan dan cobaan serta  Sadhu Budhi  menjadi harapan dan tujuan bagi setiap umat Hindu 

*Oleh karena itu*,   sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu berbuat kebajikan *Daivisampad* dan menghindarkan diri dari tindakan kejahatan *Asuri Sampad*  dengan landasan belajar Pustaka suci Weda dengan baik dan benar, serta berbhakti kehadapan   Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan berbagai manifestasinya. Niscaya  umat Hindu akan selalu berada pada jalan dharma  sehingga dapat membersihkan dan mensucikan diri  menuju kualitas kesucian rohani dalam mewujudkan  kebahagiaan  serta kedamaian  hidup nantinya. (Sarasamuscaya, 306)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Hukum Kehidupan

*Mutiara Weda*
27/07/2021

*Hukum Kehidupan*

*Umat  Se-dharma*, dalam susastra Hindu  ada mengungkapkan "Sukhasyanantaran duhkhasyanantaran sukham...dst"  ;  Apa yang diberikan  itulah yang akan didapatkannya, seberapa yang diberikan segitu   pula yang akan  diterimanya, apa yang di pinjam itu  pulalah yang dikemblikan inilah yang disebut *Hukum  Kehidupan*

Dunia ini bukanlah Dunia jika tidak dikuasai oleh perputaran  suka maupun duka. Kedukaan akan datang setelah kesukaan, semua makhluk  mengalami proses hidup kemudian menunggu  kematian, Tak satupun luput dari kekuasaan suka dan  Duka

*Oleh karena itu*,  Bagi setiap umat Hindu dalam hidup ini untuk selalu menjalan Tapa,  Brata, Yoga dan samadhi dengan landasan  Dharma sehingga dapat memperkecil kedukaan baik dalam kehidupan ini  maupun pada kelahiran yang akan datang. *Niscaya*  umat Hindu akan merasakan kebahagian hidup, tidak terlalu bersedih tatkala mendapatkan kedukaan,  cobaan dan tidak terlalu berbangga hati manakala mendapatkan kesukaan. (Slokantara,84.76)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Eka Citta

*Mutiara Weda*
26/07/ 2021

*Eka Citta*

*Umat se -dharma*, Menyatukan semua tattwa yang ada di bawah Buddhi di sebut Eka Citta atau Eka Buddhi. Tattwa yang ada di bawah buddhi adalah
Ego :  Ahangkara tattwa, Pikiran : Raja Indrya tattwa dan Dasendrya tattwa.

Ketika semua tattwa  itu menyatu maka seluruh obyek tidak akan kelihatan lagi, sehingga Citta atau pikiran bisa disatukan untuk tujuan yang lebih tinggi dari citta yang disebut dengan *Purusha*.

*Oleh karena itu*, bersihkan citta atau  pikiran, kendalikan  Indrya dengan selalu  mulat sarira *Suluh Ikang Prabha*  dan  sadar akan adanya keadaan alam pikiran *Citta*  Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya  Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri masing masing sehingga terwujudnya alam citta yang maha tinggi , *Purusha* serta dapat menampakkan prilaku atau tindakan berdasarkan atas Dharma atau *Dharma Laksana*
(Kitab  wrhaspati tattwa. 16)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Karma & Yadnya

*Mutiara Weda*
25/ 07/2021

*Karma  &   Yadnya*

*Umat se-dharma*,,  Hakekat dari karma  sebenarnya   adalah sebuah  *Yadnya suci*, “Bekerja demi kewajiban *Swadharma*, bukan demi hasil perbuatan,  jangan pahala menjadi motif dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri , berpangku tangan tanpa kerja.

Orang yang mempersembahkan semua kerjanya kepada Brahman dan bekerja tanpa motif keinginan apa-apa, orang seperti itu, tak akan  terjamah oleh dosa, laksana daun teratai tak akan basah oleh air

*Oleh karena itu*,  bagi setiap umat Hindu untuk  dapat memegang teguh prinsip dasar ajaran Karma Yoga, menjalankan hidup yang semestinya dan memenuhi segala kebutuhannya agar hidup di dunia menjadi  bahagia (jagadhita) dan menikmati kebahagiaan dengan Berkarma sebagai suatu swadharma. Niscaya kebahagiaan lahir dan batin, "Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma" akan  dapat terwujud nantinya.
( BG.II.47 ,  BG V.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Metapa dalam Ujian

*Mutiara Weda*
24/07/2021

*Metapa dalam Ujian*

*Umat se-dharma*,  dalam sebuah Paribhasa ada mengungkapkan ;
semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya . Demikian pula dalam hal perbuatan,  semakin banyak  melakukan tindakan atau perbuatan maka akan terasa semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan  dihadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*, termasuk wabah  Pandemi Virus Civid'19  yang belum reda, Jalan Dharma ,  dan  berpasrahkan diri kehadapan Ida SangHyang  Widhi Wasa menjadi suatu keharusan yang wajib dilakukan begitu pula  *Metapa*  bentuk pengendalian dan pengekangan diri  sedang diuji  ketulusan dalam menjalankannya.

Ketaatan & kepatuhan terhadap ajaran agama menjadi satu satunya Benteng dan pelindung diri. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*. Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu berjalan  pada jalan kebenaran/ Dharma, Mendekatkan diri Kehadapan-Nya  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yang menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur *Dharmena Vidrtah prajah*. Niscaya dengan jalan Dharma dan selalu Ingat Pada-Nya  setiap permasalahan  akan dapat  teratasi menuju   kebahagiaan lahir & bathin.
(Santi Parwa ,109.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

sad sangga Bhuana

*Mutiara Weda*
23/07/2021

*Sad Sangga Bhuana*

*Umat Se dharma*, Dalam mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup umat Hindu  menggunakan  Pustaka suci Weda sebagai tuntunan dan menjadi  tolok ukurnya sedangkan ibu pertiwi akan menjadi kokoh, ajeg dan tegak  di muka bumi ini dengan pijakan  *Sad Sangga Bhuana*  yaitu  enam  penyangga Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

Adapun *Sad Sangga Bhuana* antara Lain :

*Satyam* :   kebenaran, Kebajikan

*Rtam* :  hukum alam sehingga berjalan sesuai dengan ketentuannya.

*Diksa* :   Pensucian diri baik lahir maupun bathin.

*Tapa* :   cara hidup yang sederhana

*Yadnya* :   Kemampuan dan kemauan untuk melakukan persembahan

*Brahmana* : Mereka yang bertugas untuk mengawal  kitab suci Weda dan mengajarkan kebajikan.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu  tumbuhkan rasa damai, Harmonis dalam diri  dengan Bingkai  ajaran Tri Hita Karana dengan *Sad Sangga Bhuana* sebagai tiang penyangganya .  Niscaya  akan mendapatkan kebahagiaan, kedamaian, keseimbangan dan kesempurnaan  hidup  lahir maupun bathin atau Catur Purusa Artha.
( Santi parwa 167.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 21 Juli 2021

Mule Keto

*Mutiara Weda*
22/07/2021

*Mule Keto*

*Umat sedharma*, Jika direnung renungkan Istilah *mule keto*  yang digunakan dan dipopulerkan oleh para leluhur pada jaman dahulu bukanlah    sekedar   istilah semata mata  dan bukan pula suatu kelemahan ataupun pembodohan melainkan  suatu   *Teknik*, *Cara* , *Methoda* serta  *Strategi*  yang sangat luar biasa yang diterapkan leluhur  guna menanamkan dan menyelamatkan serta mengamankan ajaran Hindu sesuai dengan situasi dan kondisi  pada masa itu  sehingga ajaran Hindu  bisa  diwariskan pada generasi muda  dengan Bali sebagai Centralnya serta dipancarkan  kembali menusantara atau membumi   *Dharma Vahini*

Istilah Mule keto dan menjadi   Gugon Tuwon mengandung makna bahwa ajaran Hindu tidak boleh diragukan kebenarannya karena bersifat mutlak, pun tidak bisa dirasiokan karena ajaran Hindu merupakan suatu  keyakinan sehingga  disebut kitab agama dengan  berbagai karakteristik  : Anandi Anantha, Fleksibel, Universal dan sanatana Dharma begitu pula bukanlah buatan manusia *Apaurusya*

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu Untuk  yakin akan  kemutlakan Pustaka suci Weda  dan  mempelajari serta menjalankannya dengan baik   melalui  jalan secara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan beserta sumber sumber Dharma lainnya : Sruti, Smerthi, Sila,Sistacara dan Atmanastute. Niscaya ajaran Hindu akan tetap ajeg,  Langgeng  *Sanatana Dharma*, menuju  umat Hindu yang  kuat, kokoh akan  Sradha -  Bhaktinya serta berputarnya  *Cakra Dharma*  secara sinergis :  Satyam, Sivam dan Sundaram (Weda Samhita  & Cautilya Nitisastra. IV.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Tri Jnana sandhi

*Mutiara Weda*
20/ 07/2021

*Tri Jnana Sandhi*

*Umat se-dharma*,  Panca Sradha dan Tiga Kerangka  Dasar sebagai pokok pokok  ajaran agama Hindu   menjadi  pondasi dasar maupun  karakter  bagi umat  Hindu, begitu pula menempatkan  keyakinan   yang dapat  menjangkau semua dimensi kehidupan baik di dunia sekala maupun dalam dunia  Niskala.

Sebagai pondasi dasar dalam suatu  Keyakinan atau Sradha  sudah barang tentu ada pemahaman yang bisa diterima oleh akal dan ada kondisi yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran , yang mengharuskan umat Hindu menerima secara lapang dada  sebagai suatu keyakinan yang mewajibkan umat  untuk berpuas diri dengan  Keyakinan  atau Sradhanya  menjadi kata kuncinya. Dalam konteks ini bukan berarti akal / Rasio tidak perlu, akan tetapi perkembangan akal jangan sampai mengaburkan keyakinan yang dapat menyebabkan seseorang tidak beragama,  sangatlah berbahaya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan keyakinan akan agama, hilangkan perasaan bimbang,  ragu apalagi abu abu,  pelajari dan pahami isi kandungan pustaka suci Weda secara utuh dan sempurna baik dalam Weda  Sruti / *Catur Weda* maupun Weda smerthinya / *Dharmasastra* dengan cara  bertahap, berjenjang dan berlanjut  serta  mensinergiskan  pokok pokok ajaran   ;  Tatwa, susila dan Upacara agama dalam pelaksanaannya   menjadi  *Tri Jnana Sandhi*. Niscaya, akan sirna dan lenyapnya keragu raguan serta kebimbangan yang dapat mengaburkan keyakinan sehingga sradha dan bhakti dari umat se-dharma semakin kuat,  kokoh dan mantap sehingga dapat terwujudnya umat Hindu yang  Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Kitab Swastika rana &  Panca sradha, hal.4-5)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kelahiran Deva Yoni

*Mutiara Weda*
21/07/2021

*Kelahiran Deva Yoni*

*Umat Se-dharma*, Aisvarya merupakan kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman akan dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut sebagai kelahiran  *Deva Yoni* & Menjadikan Dharma sebagai Bunga Aiswaryanya.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh bibit Adharma / kejahatan dan menentang dharma *Avairagya*, tidak mengetahui akan *Tattva Jnana* dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan begitu pula akan dapat mengalami proses reinkarnasi / lahir  kembali menjadi  makhluk rendahan ataupun binatang.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada buah Jnana berupa pengetahuan suci Weda. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bhakti Marga

*Mutiara Weda*
19/07/2021

*Bhakti Marga*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam  mewujudkan rasa cinta kasih yang suci dan tulus kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dikenal dengan nama *Bhakti marga* baik pada tataran  *Para Bhakti* maupun *Apara Bhakti* dalam doa mantram dikenal dengan *Subhasita*

Bentuk bhakti atau *bhavabhakti* secara mendalam, suci ,tulus dan sejati  dalam ajaran Hindu dikenal dengan nama *maduryabhawa* sebagai bentuk bhakti yang paling utama  dan tertinggi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas bhakti dengan meningkatkan kualitas rohani berupa penyerahan diri secara tulus dan sejati kepada-Nya dengan jalan selalu mengingat dan menyebut kebesarannya/ *namasmaranam*, mengulang ulang secara konstan terus menerus/ *berjapa* ataupun mengucapkan doa/ lagu pujaan *mantram* serta melantunkan Dharma gita atau *Bhujana*.
(Reg Veda,VIII. & BG XVIII.65)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Seva

*Mutiara Weda*
18/07/2021

*Seva* :  Sumber Kesucian

*Umat sedharma* , seva atau pengabdian merupakan bagian dari kerja atau  Karma dan dari pengabdian itu pula,  akan dapat terbangunnya kesucian dalam diri sebagai pondasi dalam mengarungi  kehidupan bagi setiap umat  umat Hindu.

Dari kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemulyaan  akan mendapatkan kehormatan dan dengan kehormatan pula  akan dapat memperoleh kebenaran atau *Satya*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bangunlah kesucian dalam diri, baik lahir maupun bathin dengan didasari semangat pengabdian/ Seva,  berlandaskan  pada  ajaran Dharma  serta mengedepankan ajaran *Tresna asih* sesuai ajaran *Tri Parartha* yaitu :'  *Asih*,  *Punia* dan *Bhakti*. Niscaya  akan dapat terbangunnya umat Hindu Yang  Satyam, Sivam dan Sundaram  menuju umat Hindu  kebahagiaan.  (Yajur Veda, 19.30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Ngiring selalu berdoa

*Mutiara Weda*
17/07/2021

*Ngiring Selalu Berdoa*

*Umat  se-dharma*,  dimanapun berada dan dalam kondisi apapun mari setiap saat kita  pancarkan doa   dari rumah masing masing dengan  tulus dari hati nurani yang paling dalam mohon kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  dalam manifestasinya sebagai sangHyang Surya dengan kekuatan SangHyang Indra agar Pandemi Covid'19 segera reda, sirna kageseng oleh kekuatan  Beliau.

Om Swastyastu,
Om Avighnamastu Namo Siddham

*Om Drstan ca ghnam adrstan ca,
sarvan ca pramrnam krimin* (Atharva Weda V.23.6)

*Indrah Suryasya rasmibhir nyarasanam osati*  (Reg Veda VIII.12.9)

Ngiring umat Se-dharma,  dari rumah masing masing jangan berhenti  memancarkan doa dengan tulus, kusuk  dari hati nurani yang paling dalam, baik dengan menggunakan bahasa  Mantram  seperti diatas maupun  menggunakan  bahasa sehari hari atau bahasa Seha mogi mogi Covid'19 segera reda, oleh kekuatan-Nya....astungkara svaha.

Dumogi  kita semua umat se-dharma,  Sehat , Rahayu sareng sami lan selalu berada dalam Lindungan Ida SangHyang Widhi Wasa.

Om Santih, Santih, Santih Om

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Sadhana

*Mutiara Weda*
16/ 07 /2021

*Tri Sadhana*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan  akhirnya  yaitu bersatunya atman dengan Brahman  atau Kamoksan, baik *jiwan mukti* ( Kebebasan yang di capai di dunia), *Karma mukti* atau *wideha mukti* (kebebasan dimana sang Atman posisi  sama dengan Brahman) maupun *Purna mukti* ( kebebasan tertinggi dimana sang Atman bersatu dengan-Nya) dengan  menggunakan   tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.

Tri Sadhana atau Tri Karana merupakan tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani  Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik  dalam bentuk *jiwan mukti* , *wideha mukti*  maupun *Purna mukti*
melalui jalan menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta  menjalankan ajaran Tri sadhana / Tri Karana dengan benar. Niscaya akan dapat tercapainya  kebebasan dari keterikatan menuju Jagadhita dan Kamoksan nantinya.
(wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 14 Juli 2021

Prema Vahini

*Mutiara Weda*
15/ 07/2021

*Prema Vahini*

*Umat se-sedharma*,  dalam sebuah sesanti ada menguraikan “Cabang  dari pohon itu  akan  merunduk tatkala dipenuhi oleh *Buah*,  demikian juga *Awan*  akan merendah manakala dipenuhi oleh *Uap*, demikian pula halnya  dengan  orang *Bijak* menjadi berhati lembut, sabar, tenang dan penuh pengampunan karena *kesucian bathinnya*".

Membersihkan serta mensucikan  bathin sudah menjadi keharusan bagi setiap  umat Hindu. Jangan biarkan  sifat iri hati dan dengki
bersemayam dalam  lubuk  hati   yang menyebabkan  munculnya *rasa benci* dan *Kroda* yang membabi buta berakibat  hancur  dan hilangnya  kehormatan diri. Manakala sifat iri hati dan rasa benci ada dalam hati nurani  maka  sudah tidak perlu lagi membuat dosa karena sifat iri dan rasa benci itu adalah *dosa besar*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah  berhenti  menumbuhkan  sifat kedewataan dalam diri *Daivi Vak* dengan penguatan  pada persaudaraan sejati
*Vasudhaiva Kutumbakam*, tampakkan  rasa  cinta kasih *Prema Vahini*  serta  membuang jauh jauh kegelapan pikiran :  rasa Benci, serakah  dan Iri hati *Asuri Sampad*. Niscaya akan terhindar dari Dosa   & malapetaka.
(Atharva Veda X.6.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Madakaranam

*Mutiara Weda*
14 /07 / 2021

*Tri Madakaranam*

*Umat se-dharma*,  dalam susastra Hindu  ada menguraikan   ;  "Sura, saraswati, laksmi ityeta madakaranam...dst", mengandung makna  ada tiga  penyebab kemabukan  pada diri umat manusia yang dapat menghancurkan sang jiwa  manakala tidak mampu mengendalikan Indryanya.

Ketiga sumber sumber  kemabukan *Tri Madakaranam*   yang menyebabkan manusia mengalami  kebingungan tatkala tidak mampu mengendalikan Indryanya antara lain :

*Sura*:  suka meminum minuman keras yang mengandung alkohol.

*Saraswati  atau Vidya  mada* :   Kepandaian /Merasa diri paling Pintar 

*Laksmi  atau Dana Mada* :  kekayaan, merasa diri paling kaya sehingga lupa akan dirinya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu mengendalikan Indrya dengan jalan  *mulat sarira* dan sadar akan diri dengan   memantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya  pikiran akan selalu terpusat *dhyana* sehingga seluruh Indrya akan terkendali  dan  terlepas dari kebingungan *Moha* serta terhindar dari pengaruh  *Mada*
( Vreti sasana II b.78 & Slokantara 68.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Nyasa -Rupa

*Mutiara Weda*
13/07/2021

*Nyasa-Rupa*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu  melakukan pemujaan dalam berhubungan dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa memiliki berbagai keterbatasan, sehingga untuk mempermudah  berkonsentrasi  dengan menggunakan  sarana simbol simbol  atau  *Nyasa- Rupa*.

Penggunaan *Nyasa -Rupa* dalam melakukan hubungan  bagi umat Hindu merupakan suatu  medianya dengan menggunakan bentuk atau simbol yang disebut dengan *Yatra atau Rekha* baik dalam bentuk *Arca* maupun dalam bentuk *Aksara Suci*.

*Oleh karena itu*, Dalam tuntunan agama Hindu menggunakan Nyasa -Rupa atau simbol simbol  untuk mempermudah konsentrasi dalam melakukan pemujaan  dengan  sarana  *Rupa* atau menggunakan bentuk tertentu dalam berkonsentrasinya sedangkan sifat Tuhan diwujudkan dalam bentuk *Nyasa* berupa mantram ataupun aksara suci *Kirtanam*, *Smaranam* maupun *Arcanam* dalam mencapai tujuan hidup beragama. Niscaya Umat Hindu dalam melakukan pemujaan  dengan pikiran terpusat atau Dhyana.
(Weda Parikrama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 11 Juli 2021

Tri Karana Suddhi

*Mutiara Weda*
12/07/2021

*Tri Karana Suddhi*

*Umat se-dharma*, Orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  menampakkan sinar / Cahaya dalam hidupnya  dan mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata bathin menjadi terang serta bersinar *Buka kata hati* dan bangun  *Padma Hrdaya* dalam diri.

Membangun Padma Hrdaya dalam diri dengan landasan *Tri Karana Suddhi* yaitu pensucian *Pikiran, Perkataan dan Perbuatan. Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci /*Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  untuk membuka mata bathinnya dan membangun *Padma Hrdaya* dalam diri serta pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin. Niscaya akan dapat tumbuhnya padma Hrdaya dan  bathin akan tetap bercahaya serta terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 09 Juli 2021

Pokok ajaran Hindu dengan Tri Jnana Sandhi

*Mutiara Weda*
10/07/2021

*Pokok  Ajaran Hindu  dengan Tri Jnana Sandhi*

*Umat Se-dharma*,   faktor yang sangat penting & menjadi  benih atau cikal bakal dalam penguatan  beragama bagi umat Hindu adalah Sradha,  manakala kurangnya akan keyakinan, bingung ataupun ragu akan  agamanya dapat dipastikan rapuhnya pondasi agama berdampak rapuhnya  pemahaman  inti sari dari ajaran agama.

Pemahaman ajaran agama secara benar menjadi suatu keharusan dan bersifat mutlak  melalui tatwa tatwa agama dengan berpegang teguh pada sumber sumber Dharma dan pokok pokok ajaran
*Tattwa*, *Etika*,  dan *Upakara  agama*  sebagai inti dari Tiga kerangka dasar   ajaran agama Hindu serta  menjadi roh atau jiwa  ajaran Hindu Dharma yang wajib dilaksanakan secara sinergis  *Tri Jnana Sandhi* bagi  umat Hindu.

*Oleh karena itu*,  marilah kita sebagai Umat Hindu untuk mempelajari kembali  Pustaka suci Weda secara benar, utuh dan sempurna baik  melalui *Weda Sruti* maupun *Weda Smerthi* dengan cara  belajar Weda secara  bertahap berjenjang dan komprehensif dan tidak dibenarkan belajar Weda menggunakan jalur  jalan pintas  dengan  Dalih praktis, simpel, mudah, sederhana  dan sejenisnya yang cenderung menyesatkan. Niscaya umat Hindu akan Ajeg dengan  Dharmanya, kuat Sradhanya dan kokoh akan ajarannya yang  *Sanatana Dharma* dalam mewujudkan umat Hindu yang  Jagadhita & Kamoksan.
( kitab Swastika Rana & Weda Sabda Suci Tuhan)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 08 Juli 2021

Cakra Dharma -roda Dharma

*Mutiara Weda*
09 / 07 /2021

*Cakra Dharma - roda Dharma*

*Umat se-dharma*, Jika dicamkan kesadaran akan sang  diri  menjadi faktor penentu  dalam menapaki kehidupan di mayapada ini sehingga   hidup menjadi terkontrol dan  mampu memutar  jalannya  *Cakra Dharma* atau  *roda Dharma* dengan baik  *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram* ,  demikian pula  mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya atau   *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat, demikian juga selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna bagi diri sendiri serta berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri  lahir maupun bathin *Yama  & Nyama*

*Oleh karena itu*, bangun kesadaran  diri dengan memutar roda Dharma atau Cakra Dharma dengan baik  serta mampu menampakkan nilai kebenaran,  keindahan dan  kebajikan ; Satyam, Sivam & Sundaram.   Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yaitu  *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma  menuju  *Bhumi Kertha*.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 07 Juli 2021

Indrya Mata : Sumber Keakuan

*Mutiara Weda*
07/ 07/2021

*Indrya Mata : Sumber KeAkuan*

*Umat se-dharma*, Jika diamati, hidup menjelma menjadi manusia di mayapada ini penuh dengan  cobaan & godaan yang diakibatkan oleh  kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* 

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indrya mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  satu satunya jalan dalam penyelesaiannya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu mari  Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan tentang  kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  akan  pikiran yang selalu   dibayang bayangi   kegelapan. Niscaya dalam mengarungi kehidupan ini dijiwai oleh  rasa kedamaian baik lahir maupun bathin, manahsantih maupun paramasantih.
(Vrti sasana II b.78 /1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Yadnya Patni

*Mutiara Weda*
30/06/2021

*Yadnya Patni*

*Umat Se-dharma*, penggunaan *Daksina*  tak pernah lepas dari rangkaian kegiatan  keagamaan  bagi umat Hindu sebagai unsur yang sangat penting dalam melaksanakan  *Panca Maha Yadnya* sebagai perlambang kekuatan sakti   *Yadnya Patni*

Daksina selain  sebagai lambang kekuatan atau kesaktian juga merupakan lambang Bhuwana Agung  sebagai Sthana Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Oleh karena itu*,   sudah menjadi kewajiban  bagi setiap umat Hindu dalam melaksanakan upakara Yadnya dengan landasan  ketetapan hati dan kelanggengan pikiran  *Atmanastuti* dan menempatkan Daksina sebagai salah satu unsur penting.   Betapapun besarnya  persembahan  akan menjadi  hampa dan sia - sia manakala tanpa ketetapan dan kelanggengan pikiran. Niscaya setiap pelaksanaan  Panca Maha Yadnya akan mendapatkan  kualitas persembahan  yang Satvika yadnya
( kitab Yadnya prakerti )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Guna Dharma

*Mutiara Weda*
29/ 06/2021

*Guna Dharma*

*Umat se-dharma*, perlu disadari bahwa  Orang yang tidak menjalankan ajaran Dharma dengan baik ibarat seperti padi  hampa ataupun  telur busuk, yang kenyataan ada namun tiada gunanya *Hana Tan Hana* ada tapi tiada guna.

Menjadi orang  yang meguna  sebagai suatu keharusan setiap umat manusia, dalam arti  yang lebih luas tidak hanya berupa hasil atau manfaat yang diperolehnya  melainkan  juga  faedah atau  manfaat secara pribadi karena telah mampu mengendalikan diri dan melaksanakan petunjuk  ajaran kitab suci Weda Samhita.

*Oleh karena itu*, Jadilah orang yang *meguna* dalam menjalankan  *sumber sumber ajaran Dharma*  sesuai dengan  swa dharma  masing -  masing, dengan jalan memegang teguh ajaran kebenaran *Satya* . Niscaya akan menjadi orang yang berguna.
( Slokantara,2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri kala -Tri Sandhya

*Mutiara Weda*
28/06/2021

*Tri Kala - Tri Sandhya*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam melakukan pemujaan ,  mendekatkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa  dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di kenal dengan nama *Sandya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.

Waktu Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :

*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit  bermakna Penguatan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.

*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.

*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur Tamas, sifat malas, lamban bodoh dan sejenisnya.

*Oleh karena  itu*, sudah menjadi kewajiban bagi umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menjalankan Sandhya Vandanam atau  Tri Sandhya  dengan baik sehingga  proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya hakekat dari Suatu pemujaan bagi  umat Hindu  akan dapat terwujud menuju kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis  di alam semesta ini , mikrokosmos maupun  makrokosmos, *Satyam, Sivam dan Sundaram*
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Indrya Mata

*Mutiara Weda*
07/ 07/2021

*Indrya Mata : Sumber KeAkuan*

*Umat se-dharma*, Jika diamati, hidup menjelma menjadi manusia di mayapada ini penuh dengan  cobaan & godaan yang diakibatkan oleh  kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana*

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indrya mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  satu satunya jalan dalam penyelesaiannya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu mari  Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan tentang  kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  akan  pikiran yang selalu   dibayang bayangi   kegelapan. Niscaya dalam mengarungi kehidupan ini dijiwai oleh  rasa kedamaian baik lahir maupun bathin, manahsantih maupun paramasantih.
(Vrti sasana II b.78 /1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kebenaran itu kekal

*Mutiara Weda*
06/ 07 /2021

*Kebenaran itu kekal*

*Umat se-dharma, Jika  direnung renungkan dalam sebuah sesanti :  kebajikan -  kebenaran itu  ibaratkan  Emas, walaupun dia dipanasi berkali kali dia akan tetap cemerlang,  mengeluarkan sinar / cahaya, demikian juga,  kayu Cendana, walaupun dia di gosok gosok berulang kali, dia akan tetap mengeluarkan  aroma harumnya.

sama halnya dengan kebenaran dan kebajikan dia tidak akan pernah luntur, kekal dan tak akan  berubah walaupun sampai akhir jaman.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu  berpegang teguh  pada ajaran  Dharma/ kebajikan  dan kebenaran *Satya* dengan sungguh sungguh serta  taat & patuh pada tuntunan Pustaka  Suci Weda *Sanatana Dharma*. Niscaya akan dapat tercapainya tujuan hidup *Catur Purusaartha*.
(Slokantara, 12. 75 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Hakekat Hidup

*Mutiara Weda* 
05/07/2021

*Hakekat Hidup*

*Umat se-dharma*, Hakekat hidup  menjelma menjadi manusia  sebenarnya   adalah  Belajar. Belajar untuk membenahi dan memperbaiki  diri.

Belajar  Membenahi diri walaupun teramat berat, Belajar  untuk Mensyukuri walaupun   tidak rela.  Belajar sabar walaupun di hujat. Belajar  memberikan doa & restu walaupun di benci, di caci dan di maki.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat  Hindu  dalam menjalani proses samsara ini  untuk selalu mawas diri, Anyekung Jnana, *Suluh Ikang Prabha*, membenahi diri serta selalu memanjatkan rasa Anayubagya, bersyukur, berlapang dada *Lascarya* dalam mengarungi kehidupan di mayapada ini yang  penuh dengan Dinamika,  godaan dan cobaan serta  berpasrah kepada-Nya dan memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma. niscaya akan menemukan arti hidup yang sebenarnya yaitu untuk Membenahi dan memperbaiki diri dalam jalan Dharna.
(Kitab Ramayana , SS. 1-2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Dhyana : membangun kualitas rohani

*Mutiara Weda*
04 / 07/ 2021

*Dhyana : Membangun Kualitas Rohani*

*Umat se-dharma*, sumber kebocoran energi yang paling besar dan sangat berbahaya bagi umat Manusia terletak pada tak terkendalinya Manah /  alam pikiran sehingga cenderung liar, berakibat rendahnya tingkatan rohani berujung  rapuhnya  spiritualitas seseorang.

Tidak terpusatnya alam pkiran dan tak terkendalinya Indrya secara otomatis  akan menyebabkan   sulitnya  dalam mengatasi gangguan,  godaan dan cobaan  hidup sehingga pemusatan  pikiran / *Dhyana* menjadi faktor penentu  dalam membangun kualitas rohani.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu, pegang teguh ajaran agama secara benar, perkokoh kualitas  mental Rohani melalui  pemusatan  pikiran *Dhyana* dengan selalu menjaga kestabilan tiga komponen dasar yang ada dalam diri sitiap umat manusia;
*Vihara* : kualitas Intelektual
*Ahara* : Kualitas Mental, moral dan.budhi pekerti
*Ausadha* : Postur dan kesehatan lahiriahnya. Niscaya akan selalu dapat mengendalikan Indrya   dari pengaruh - pengaruh Sad Ripu.
[Kitab Wraspati Tatwa]

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Nastika ,-Niskriya

*Mutiara Weda*
03/07/2021

*Nastika & Niskriya*

*Umat Se-dharma*, orang  yang ragu ragu, binggung  dalam menjalankan ajaran agamanya  dan  bahkan tidak yakin akan  Sraddhanya, orang seperti ini  disebut dengan  *Nastika* .

Orang  Nastika merupakan orang yang tidak menjalankan swadharmanya dengan baik atau orang yang tidak melakukan aktifitas / kerja *Niskriya*

*Oleh karena itu* sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan menjalankan  swadharma  masing masing serta yakin akan  ajaran Weda sebagai kebenaran Mutlak  dalam  menuju jalan keagungan  *Vibhuti Marga*. Niscaya akan dapat tercapainya tujuan hidup yaitu Kebahagiaan lahir maupun bathin ,  Catur Purusa Artha akan terwujud. .( SS.114-116)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sad ripu pintu gerbangnya cobaan

*Mutiara Weda*
02/07/2021

*Sad Ripu* : Pintu Gerbang dari  Cobaan & Godaan Hidup

*Umat se-dharma,  Jika di renung renungkan, musuh paling  utama  manusia   bukanlah orang lain melainkan  ada dalam diri   masing masing  *Sad Ripu* dan menjadi pintu gerbangnya berbagai  Cobaan dan.godaan hidup.

Diantara enam musuh ada dua yang paling berat yaitu *Kama* dan *Krodha*. Keduanya  ibarat dua wajah dari berbagai nafsu dan kedua duanya adalah musuh yang mematikan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia kendalikan nafsu dan amarah dengan memantapkan  Kesabaran *Ksama* sehingga pintu pintu gerbang dari cobaan akan tetap terjaga . Niscaya kemuliaan dalam hidup ini akan dapat terwujud.
(SS.10, 93 & Ramayana Kekawin)

Dumogi Kita umat Se-dharma selalu berada dalam Lindungan Ida SangHyang Widhi Wasa
"Om Dirgayur astu tad astu astu svaha"

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Sakti

Mutiara Weda*
01/07/2021

*Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dirinya,  ketiga sifat  itu  di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu bangun kekuatan yang ada dalam diri  *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna  dengan tetap berbingkaikan ajaran Dharma sehingga terlatihnya kesabaran  & Ketenangan  dalam diri. Niscaya akan dapat terbangunnya kualitas umat Hindu Yang berkarakter Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Weda Samhita & BG.XII.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Catur Dharma Sadhana

*Mutiara Weda*
27/06/2021

*Catut Dharma Sadhana*

*Umat se-dharma*,  Menurut keyakinan umat Hindu dalam mengarungi  kehidupan yang sempurna  *Krtakrtya*, penuh dengan limpahan kesenangan dan kebahagiaan  *Atmarati* tidak bisa lepas dari Penerapan  nilai nilai ajaran Dharma.  Mengamalkan  & mengaplikasikasi  ajaran Agama  pada diri  seseorang untuk  menuju sang maha Pencipta  disebut  *Dharma Sadhana* atau *Catur Dharma  Sadhana  sebagai  *_Sesarining Dharma_*.

Empat  bentuk pengamalan ajaran agama yang tergolong *Catur Dharma Sadhana* antara lain  :

*Jnana kanda*  :'pikiran yang terbebas dari dualitas, 

*Bhakti Kanda*  :' sikap welas asih dan kebaikan yang tak terbatas pada semua makhluk,

 *Yoga Kanda* :  pikiran yang terbebas dari  pengaruh Sad ripu,

 *Karma Kanda*  :' Dapat  melaksanakan swadharma dengan baik.

*oleh karena itu*, sebagai umat Hindu wujudkan dan  realisasikan serta amalkan ajaran  kesucian atau  Dharma  dalam diri masing masing  melalui latihan latihan rohani dengan tahapan  *Astangga yoga*  secara sistematis dan praktis sehingga terbina, terpupuk Budhi pekerti dan kesucian bathin. Niscaya akan mampu mengamalkan nilai nilai Dharma dengan baik sehingga menjadi seorang *Sadhaka* dan mencapai *Jiwan Mukti* atau kebahagian di dunia serta Kesempurnaan dalam kehidupan *KrtaKertya*
(reg Weda VIII.69.8 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tapa Manasa

*Mutiara Weda*
26/06/2021

 *Tapa Manasa*
 
*Umat se-dharma*, Banten prayascita yang menyertai setiap pelaksanaan  upakara Yadnya merupakan suatu bahasa Mona yang  mengandung makna  *Pensucian Pikiran* atau *Tapa Manasa* dari  unsur unsur  *Panca Mala*

Pensucian  Pikiran / *Tapa Manasa*  dari berbagai kekotoran / *Panca Mala* yaitu :

*Sarwa rogha* : segala penyakit.
*Sarwa vighna* : segala halangan.
*Sarwa Satru" : segala musuh. *papa Klesa* : mengotori hidup. dan *Sarwa dusta* : berbagai bencana dari orang jahat.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu menjaga kebersihan dan kesucian   pikiran *Tapa Manasa* sehingga dapat menjalankan *Wiweka*  dengan baik serta  sempurna  berlandaskan ajaran ajaran Dharma sehingga terhindar dari  berbagai macam kekotoran *Panca Mala*.( Kitab Taru Pramana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Mohanya Karma

*Mutiara Weda*

25/06/2021

*Mohanya Karma*

*Umat sedharma*,  Hukum karma  yang mengatur dinamika kehidupan semua makhluk hidup di alam semesta ini, yang mengakibatkan adanya proses kelahiran  baik dalam kelahiran sorga maupun kelahiran Neraka dengan Karma Wesana sebagai pengikut setianya.  

Ketidakmampuan mengendalikan nafsu Indrya  *Mohanya Karma*
 berakibat  kaburnya kesadaran umat manusia yang dapat  menghambat peningkatan kualitas kesadaran yang membuatnya jatuh kedalam gelap yang tanpa ada cahaya sehingga tidak dapat melihat mana yang disebut baik atau pun buruk. 

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu kendalikan Indrya sebagai sumber dari  *Mohanya Karma* sehingga terhindar dari karma buruk dan memahami bahwa setiap umat  manusia serta  semua makhluk hidup sepenuhnya bebas dan memiliki kehendak begitu pula bertanggungjawab atas semua perbuatannya sendiri menjadi  penentu dari karma dalam  kehidupannya *Svatantrya Katah*
[Kitab Samsara & Weda Samhita]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tyaga

*Mutiara Weda*
24/06/2021

*Tyaga*

*Umat Se-dharma*, jika kita lihat dalam Susastra Hindu ada menguraikan : *Nasti jnanasamam dravyam, nasti krodhasamo ripuh...* 
Tidak ada kekayaan yang menyamai pengetahuan, tidak ada musuh sejahat kemarahan, tidak ada kesengsaraan yang menyamai kelobaan, tidak ada kebahagiaan yang menyamai kemampuan dalam melepaskan diri dari nafsu  *Tyaga*.

jika nafsu atau  Indrya sudah dapat dikendalikan  maka akan mendapatkan kebahagiaan sejati, begitu pula manakala kemarahan sudah dapat dikendalikan maka hilanglah musuh yang ada dalam diri kita.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu  untuk selalu mengendalikan Indrya *Nyekung Jnana* ,  membersihkan pikiran dengan kebenaran  *Satya, karena pikiran merupakan unsur penentu dari perasaan hati  maupun dalam berbuat *Manah satyena sudhyanti*. Niscaya akan mampu mengendalikan pikiran *Dharana* menuju *Dhyana*  terpusatnya pikiran.
(Slokantara 39.54 & SS  79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 23 Juni 2021

Berlatih Membersihkan Bhusana dalam diri

*Mutiara Weda*
23/06/2021

*Berlatih Membersihkan Bhusana dalam Diri*

*Umat se-dharma*, Jika direnung renungkan  pada dinamika  kehidupan saat ini, terasa mulai  teramat jarang  terdengar ungkapan tutur  kata yang  sopan & santun yang penuh  bertata krama.   Terasa  redup alam pikiran manusia  tatkala akan bertutur kata. Sesungguhnya  bukanlah perhiasan yang dapat menambah kecantikan sesorang,  melainkan selarasnya Pikiran, Ucapan dan Tindakan *Tri Kaya Sandhi*

Sesungguhnya Perkataan itu ibaratkan sebuah pisau yang sangat tajam apabila  digunakan sesuai dengan fungsinya akan sangat bermanfaat,  namun justru akan dapat merugikan bahkan menjerumuskan  tatkala tidak diimbangi dengan landasan  ajaran Dharma.  Dari perkataan akan mendapatkan kebahagiaan,  dari 
perkataan  akan menemui ajal
dan dari perkataan pula akan mendapatkan kesusahan.
Demikian juga dari perkataan  akan mendapatkan sahabat sejati.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  dari pustaka suci Weda untuk melatih diri menselaraskan Manah, Vak dan Kaya. Membersihkan busana busana dalam diri ;  Mensucikan pikiran dengan pengetahuan suci *Manah Satyena Suddhyanti*  serta jauhkan diri dari sifat sifat iri hati *Irsya* ,  mengingat  Pikiran sang penentu kata hati  dalam mengungkapkan  suatu  perkataan dan tindakan dengan penguatan  pada  pengekangan & Pengendalian  *Panca Indrya* sehingga terhindar dari  perbuatan melanggar dan Tercela.  Niscaya, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang bijak, Sopan dan Santun  serta penuh Ethika  dalam  Berpikir, Bertutur kata serta  dalam Bertindak.
(Isa Upanisad hal.16 & Nitisastra Sargah V.3)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Metapah

*Mutiara Weda*
22/06/2021

*Metapah*

*Umat  Sedharma*,  selalu melibatkan Ida SangHyang Widhi Wasa pada setiap kegiatan menjadi suatu keharusan  bagi umat Hindu dengan selalu Memanjatkan Doa atau Mantram kehadapan-Nya dan pengendalian diri , Ngret Sarira  *Tapah*  sebagai suatu  kewajiban dan kebutuhan pokok  serta menjadi faktor penentu serta penyelamat  kehidupan umat manusia  menjadi Benteng dalam diri atau kawaca Gaib.

Wabah Virus Covid' 19 masih melanda bhumi dan seisi alam semesta.

Marilah  sebagai umat Hindu   dimanapun berada selalu  memanjatkan doa doa atau Mantram  mohon kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi beliau sebagai  SangHyang Surya dengan kekuatan SangHyang Indra   agar Wabah Virus Covid' 19 dan Virus menular lainnya  sirna dan kageseng oleh kekuatan Beliau  sehingga seluruh umat manusia terhindar dari  wabah Virus  Covid'19,  sehat, selamat dan Rahayu.  

Om Swastyastu,
Om Avighnamastu Namo Siddham

*Om Drstan ca ghnam adrstan ca,
sarvan ca pramrnam krimin* (Atharva Weda V.23.6)

*Indrah Suryasya rasmibhir nyarasanam osati*  (Reg Veda VIII.12.9)

Om Santih,Santih Santih Om
Dumogi Sami Sehat lan Rahayu

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.