Senin, 28 Desember 2020

I R I H A T I

*Mutiara Weda*
29/12/2020

*I R I H A T I*

*Umat se dharma*,  menjauhkan diri dari rasa dengki  dan  rasa iri hati *Matsarya* sebagai suatu kewajiban dasar  dalam membangun tatanan kehidupan umat Hindu yang Satyam, Sivam dan Sundaram. Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama  *Prema Vahini* .Jangan biarkan sifat iri hati & dengki terlalu lama bercokol dalam diri.

Manakala bathin selalu diselimuti oleh rasa iri hati & dengki *Matsarya* pada sesama  jika melihat kelebihan orang lain, dapat dipastikan keadaan  orang seperti ini sesungguhnya adalah orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini yang sangat sulit untuk disembuhkannya.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi Umat Hindu untuk  menjauhkan diri dari sifat  sifat Iri hati dan Dengki *Matsarya* sebagai bagian dari tujuh macam kegelapan *Sapta Timira* yang wajib dikendalikan  dengan jalan melakukan Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran / *Manah*. Niscaya akan dapat terciptanya tatanan kehidupan yang Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Saramuscaya 89-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 26 Desember 2020

Mata Nafsu

*Mutiara Weda*
27/ 12 /2020

*Mata Nafsu*

*Umat se-dharma*, Jika dilihat dalam Susastra Hindu ;  hidup menjelma menjadi manusia sesungguhnya adalah sebuah Penderitaan, menderita disebabkan karena Dosa,  dosa dan penderitaan adalah satu bagian dari kehidupan manusia. Menderita bukan disebabkan orang lain melainkan  oleh diri sendiri.  Semuanya tidak ada yang salah dan  hilang, kembali pada pelakunya. Demikian pula hidup menjelma menjadi manusia akan selalu dihadapkan  dengan berbagai  cobaan & godaan  akibat dari Karma buruk yang sumbernya dari  kegelapan pikiran atau *Avidya*

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  jalan penyelesaiannya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu, Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran 
dengan jalan  maningkatkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan. Niscaya  Pikiran akan selalu terkendali dalam mengarungi Proses Samsara  menuju jalan kehidupan *Catur Marga Yoga*.
( Vreti sasana II b.78/1 & SS.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 25 Desember 2020

Dharma Vahini

*Mutiara Weda*
26/12/2020

*Dharma Vahini* 

*Umat se-dharma*, dalam susastra Hindu ada tersirat bahwa Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran, tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta, Dharma harus ditegakkan.*satyam nasti paro dharma*
kuatnya  *Sradha* menjadi inti hakekat   ajaran  Hindu,  jalankan ajaran Dharma dengan benar, penuh keyakinan dan kemantapan hati  tanpa dibayang  bayangi oleh  keragu raguan.

Manakala beragama dilandasi dengan perasaan ragu ,  dapat dipastikan akan rapuhnya pondasi dasar agamanya *sangatlah berbahaya*,  siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, Dharma raksitah*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan  & Perkokoh keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini* baik  * Weda Sruti maupun * Weda Smerthi* sebagai pedoman  dan pegangan Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai  kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud. 
(Slokantara ,3.7 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 24 Desember 2020

Orang Tua Dewa Dalam Keluarga

Mutiara Weda*
25 / 12 / 2020

*Orang Tua* : Dewa dalam keluarga

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu kedua orang tua (bapak / Ibu)  memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia demikian juga seorang Ibu  melahirkan, membesarkan dan membimbing sang anak ibaratkan Dewa dalam Keluarga  *Pitri Deva Bhava*

Orang tua  merupakan sarana terciptanya tubuh ini dan menjadi dewa Sekala bagi sang anak, maka sudah menjadi kewajiban bagi sang anak untuk  berbhakti pada kedua orang tuanya agar mendapatkan *Pahala* dalam.bentuk  ;  *Kerti*/Kerahayuan,kebahagiaan,  *Bala*/Kekuatan, *Ayuswa*: Umur Panjang dan *Yasa Patingal Rahayu*/ menjadi contoh bagi keturunannya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk berbhakti  kepada kedua orang tua untuk mendapatkan kebahagiaan  manah santih maupun paramasanti melalui *Tiga Restu*  yaitu :

*Kebahagiaan dalam masyarakat*  melalui penghormatan pada *sang Ibu*,

*kebahagiaan  di dunia* melalui penghormatan pada *ayah* dan

*Kebahagiaan di Brahma Loka* melalui penghormatan pada *Guru atau Acarya*. Niscya akan terbentuknya anak yang suputra dan terhindar dari maha pataka atau dosa besar menuju manah santih dan parama santih, bahagia lahir dan bathin, sekala dan niskala.
( Manu Smerti, 2. 227 dan Taitirya Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 23 Desember 2020

Manusia dijaga dengan tutur agama

*Mutiara Weda*
24 / 12 /2020

*Manusia dijaga dengan Tutur agama*

*Umat se-dharma*,  jika dilihat dalam Sesantih Hindu, Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan suatu kewajiban  bagi setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan dijaga dengan perilaku yang baik.  Sastra-sastra suci  dijaga  dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Ketampanan dan  Kecantikan  di rawat dengan kebersihannya.

Demikian pula halnya dalam  kelahiran menjelma  menjadi manusia dapat dijaga dengan tutur agama,  budi pekerti dan  etika  yang baik  serta sinergisitas dalam  berpikir, bertutur kata  begitu pula  dalam bertindak  *Tri Kaya Sandhi*

*Oleh karena itu*,  marilah sebagai umat Hindu  jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan untuk  selalu menjaga dan  merawatnya dengan   *Bersyukur* atau *Angayubagya.   Niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala,  manah Santih maupun parama santih akan dapat diwujudkan.
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 22 Desember 2020

Introspeksi Diri

*Mutiara Weda*
06/ 12 /2020

*Introspeksi Diri*

*Umat Se- dharma*, Dalam Susastra Hindu ada tertuang bahwa setiap umat manusia  diwajibkan untuk selalu berbuat   *Kebajikan* untuk mendapatkan 
kebahagiaan.  Mencari dan menemukan kebahagiaan serta kesenangan  bathin dengan cara mencari cari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibaratkan menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.

Sebagai  umat manusia sudah semestinya untuk   selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain dan menghindari  untuk mencari cari kelemahan serta kekurangan  dari orang lain.

*Maka dari  itu*,  sebagai umat Hindu, mari  Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala kita selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu ketika akan berjumpa dengan bagian dari diri kita yang terindah" dengan menampakkan   kesadaran rohani melalui peningkatan kualitas spiritual  *Samyagjnana*  dengan cara selalu melihat ke dalam diri masing masing  *Mulatsarira* & *Anyekung Jnana* / introspeksi dalam diri. (SS.341-345)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 18 Desember 2020

Mada : Ke-angkuhan

*Mutiara Weda*
19 /12/ 2020

*Mada : Ke-Angkuhan*

*Umat se-dharma*,  Jika direnungkan  hidup menjelma menjadi manusia akan selalu  dibayang bayangi  oleh  rasa angkuh / *mada*  sebagai salah satu  bagian dari enam musuh yang ada dalam diri setiap umat manusia  *Sad Ripu* yang dapat  membelenggu & menghancurkan  jiwa  manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Oleh karena itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri *Anyekung Jnana* dengan   memantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terkendalinya Indrya dan  dapat terlepas dari pengaruh *Mada* menuju suatu kebahagiaan *Satyam, Sivam & Sundaram*
( Vreti sasana II b.78 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Catur Dharma Sadhana

*Mutiara Weda*
18/12/2020

*Catur Dharma Sadhana*

*Umat Se-dharma*,  jika direnung renungkan Sesungguhnya  dilahirkan  menjadi manusia suatu anugerah karena mendapatkan kesempatan untuk membenahi diri untuk berbuat kebajikan  dan dalam mengarungi  kehidupan yang sempurna  *Krtakrtya*, penuh dengan limpahan kesenangan dan kebahagiaan  *Atmarati* tidak bisa lepas dari Penerapan  nilai nilai ajaran Dharma. 

 Mengamalkan  & mengaplikasikasi  ajaran Agama  pada diri   untuk  menuju sang maha Pencipta  disebut  *Dharma Sadhana* atau *Catur Dharma  Sadhana  sebagai  *_Sesarining Dharma_*.
Empat  bentuk pengamalan ajaran agama yang tergolong *Catur Dharma Sadhana* antara lain  :

*Jnana kanda*  :'pikiran yang terbebas dari dualitas, 

*Bhakti Kanda*  :' sikap welas asih dan kebaikan yang tak terbatas pada semua makhluk,

 *Yoga Kanda* :  pikiran yang terbebas dari  pengaruh Sad ripu,

 *Karma Kanda*  :' Dapat  melaksanakan swadharma dengan baik.

*oleh karena itu*, sebagai umat Hindu wujudkan dan  realisasikan serta amalkan ajaran  kesucian atau  Dharma  dalam diri masing masing  melalui latihan latihan rohani dengan tahapan  *Astangga yoga*  secara sistematis dan praktis sehingga terbina, terpupuk Budhi pekerti dan kesucian bathin. Niscaya akan mampu mengamalkan nilai nilai Dharma dengan baik sehingga menjadi seorang *Sadhaka* dan mencapai *Jiwan Mukti* atau kebahagian di dunia serta Kesempurnaan dalam kehidupan *KrtaKertya*
(reg Weda VIII.69.8 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 16 Desember 2020

Suluh Ikang Prabha

*Mutiara Weda*
17 /12/2020

*Suluh Ikang Prabha*

*Umat Se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita  ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang, Dan jangan membenarkan yang biasa, biasakan yang benar sebagai salah satu ajaran Etika Hindu  *Suluh Ikang Prabha* selalu melihat kedalam diri guna membangun kawasan suci atau *Udana Vayu*.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani ,  perhalus Budhi dengan Nilai - nilai  Dharma, selalu  Amulat sarira  *Suluh Ikang Prabha* di dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar  *Tri Kaya Sandhi*.   Niscaya  akan  dapat Anyekung Jnana dan memancarkan   Aura Positif  dalam diri dalam bentuk  *Prana Halus* atau *Udana Vayu*
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 15 Desember 2020

Para & Apara Bhakti

*Mutiara Weda*
16/12/2020

*Para  & Apara Bhakti*

*Umat se-dharma*,  Pelaksanaan ajaran Bhakti  bagi umat Hindu sebagai  Wujud dari  rasa cinta kasih yang murni dan tulus Kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dan menjadi  puncak  serta muara dari *Karma* dan *Jnana Marga* .  Segala pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa dilakukannya  *Karma* yang tulus dan tanpa pamerih *Niskamakarma*. 

Bagi orang yang memiliki tingkatan kualitas  rohani dalam berbhakti kehadapan-Nya  tak akan pernah menunjukkan sifat selalu  memohon apalagi  meminta minta melainkan  pengabdian & menyerahkan diri sepenuhnya kepada sang maha Pencipta secara tulus  *Para bhakti*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi  suatu kewajiban dalam melaksanakan ajaran Bhakti dengan landasan penyerahan dan mengabdikan diri secara tulus *Para bhakti*   serta menghindarkan diri dari  sifat pamerih *Apara bhakti*.  Niscaya umat sedharma akan mampu menuju tingkatan kualitas bhakti yang sempurna  *Maduryabawa* (Yadnya & Bhakti hal. 133-172)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 14 Desember 2020

Mangayubagya

*Mutiara Weda*
15/ 12 /2020

*Mangayubagya*

*Umat se-dharma*, Hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini  ibaratkan Roda pedati yang selalu berputar putar, silih berganti,  suka maupun duka, tak satupun manusia mampu menahan dan merubah Kuasa Tuhan.

Rasa Suka  maupun  Duka  akan selalu berdampingan dan datangnyapun silih berganti  begitu juga Kebahagiaan  yang dianugerahkan-Nya itupun tidak bisa diukur dari seberapa banyak yang dimilikinya, melainkan seberapa rasa angayubagya yang bisa diungkapkannya .

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu Mangayubagya dan memanjatkan rasa syukur kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa apapun yang dianugerahkan-Nya  dan beliaulah yang mengatur alam semesta beserta isinya   *ya nah pita janita yo nidhata dhanani Vedo bhuvanani Vistha*. Niscaya umat se dharma akan menemukan hakekat  kebahagiaan itu sendiri, baik manah santih &  parama santih, Lahir  maupun bathin.
(Kitab Slokantara, 84.76.hal. 297)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 11 Desember 2020

Jangan mengabaikan Kewajiban

*Mutiara Weda*
12/12/2020

*Jangan Mengabaikan  Kewajiban*

*Umat se-dharma*,  jika direnungkan  ungkapan tokoh spiritual Hindu Mahatma Gandi pernah mengatakan sebagai umat manusia seharusnya berbahagia sebagai apa yang telah dilahirkannya dan berbahagia menunaikan setiap kewajiban yang telah ditentukan oleh-Nya. Jangan pernah melalaikan kewajiban.

Mereka yang  mengabaikan,  melalaikan kewajibannya dan hidup dengan menjalankan kewajiban orang lain dengan melupakan kewajibannya  sendiri *Swadharma* maka orang seperti ini tergolong  sebagai orang yang paling  rendah atau Candala.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jalankan swadharma  dengan baik  dan jangan pernah mengabaikan ataupun mencampuradukkannya karena itu sudah sesuai dengan *Karma Wesana* masing masing, kerjakan setiap tugas  sebagai suatu kewajiban *karyam karma samacara*. Niscaya akan terwujudnya tujuan hidup yang tertinggi yaitu ; Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah, tercapainya kebahagiaan jasmani-rohani, lahir maupun batin (kedamaian abadi) yang dijabarkan dalam konsep Catur Purusa artha atau catur warga.
[slokantara 67 & Niti Sastra. I.12]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 05 Desember 2020

Introspeksi Diri

*Mutiara Weda*
06/ 12 /2020

*Introspeksi Diri*

*Umat Se- dharma*, Dalam Susastra Hindu ada tertuang bahwa setiap umat manusia  diwajibkan untuk selalu berbuat   *Kebajikan* untuk mendapatkan 
kebahagiaan.  Mencari dan menemukan kebahagiaan serta kesenangan  bathin dengan cara mencari cari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibaratkan menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.

Sebagai  umat manusia sudah semestinya untuk   selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain dan menghindari  untuk mencari cari kelemahan serta kekurangan  dari orang lain.

*Maka dari  itu*,  sebagai umat Hindu, mari  Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala kita selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu ketika akan berjumpa dengan bagian dari diri kita yang terindah" dengan menampakkan   kesadaran rohani melalui peningkatan kualitas spiritual  *Samyagjnana*  dengan cara selalu melihat ke dalam diri masing masing  *Mulatsarira* & *Anyekung Jnana* / introspeksi dalam diri. (SS.341-345)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 01 Desember 2020

Trigunatattva dalam Mepunia

*Mutiara Weda*
02/12/2020

*Trigunatattva dalam Mepunia*

*Umat se-dharma*,  jika dilihat dalam susastra Hindu ada menyebutkan bahwa medanapunia merupakan suatu kewajiban suci bagi umat Hindu  dengan unsur Satvam dan  ketulusan hati sebagai landasannya serta menghindari Unsur Pamer,  sifat rajas dan unsur Tamas dalam pelaksanaannya.  Manakala melaksanakan Dana  Punia  tanpa  ketulusan hati / lascarya,  apalagi didasari oleh sifat Krodah ibaratkan setumpuk Ilalang yang menggunung  dijatuhi api sekecil *Ikakunang* akan hangus terbakar, tiada bekas dan tiada Guna.

Ada Tiga Bentuk  Dana Punia :

*Abhaya Dana* : pemberian berupa kesempatan untuk mencapai ketinggian jiwa sampai kamoksan dan pemberian pelindungan dari rasa takut.

*Brahma Dana* : Pemberian berupa Ilmu Pengetahuan suci

*Artha Dana* : Pemberian berupa arta benda termasuk pakaian dan makanan.

*Oleh karena itu, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk  medana punia dengan pijakan Trigunatatva dan disesuaikan kemampuan masing masing dengan landasan Lascarya dengan tetap memperhatikan waktu  yang baik  yaitu *Daksinayana* ; disaat matahari bergerak kearah selatan dan *Utarayana* ;  saat matahari bergerak ke arah Utara dan Saat  terjadinya gerhana matahari atau ketika berada pada garis katulistiwa *Sadasitimukha*. Niscaya akan akan memperoleh kesucian  bathin atau  *Pavitra* dan mendapatkan kebahagiaan nantinya.
(Slokantara , 20.5 & SS 168-183)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .