Sabtu, 28 November 2020

Bangun Manah Santih

*Mutiara Weda*
28/11/2020

*Bangun Manah Santih*

*Umat Se-dharma*,  Jika direnungkan dalam sebuah Sesanti ;  Diantara semua permata yang ada, yang paling bercahaya itu sebenarnya adalah *rasa  hati yang indah* dan Diantara semua bunga yang pernah mekar,harum dan wangi, juga sebetulnya  yang paling  tersentuh adalah  *rasa   hati yang indah* pula.Bangun Kedamaian dalam Hati *Manah Santih & Parama Santih*

Sulit rasanya akan mendapatkan sentuhan rasa Hati yang nyaman dan  Indah tatkala dalam hatinya selalu bergejolak, penuh dengan praduga dan prasangka.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  tanamkan  selalu rasa   hati yang  *indah*  dan *Nyaman* agar memiliki  sentuhan  & kehalusan budhi  dengan menampilkan sikap berbudhi  luhur. Niscaya rasa hati yang indah & Nyaman  Kedamaian *Santih* dalam diri akan terbangun menuju  *K e b a h a g I a an*
(SS. 135-148 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kuatkan Sradha dan Bhakti

Mutiara Weda*
27/11/2020

*Kuatkan Sradha & Bhakti*

*Umat se-dharma*,   jika direnungkan, Cikal bakal dari penguatan beragama sebenarnya  terletak pada  Keyakinan /Sradha dan Kebenaran ajarannya / *Satya dharma*,  manakala   dalam keyakinan mengalami keraguan bahkan  bimbang  maka akan terjadi kerapuhan  pada pemahaman  inti sari dari ajaran  dharma. Sedangkan  Karakter dalam beragama Hindu adanya Sradha & Bhakti . Hakekat bhakti sebenarnya adalah membangun keseimbangan hidup,  baik  Jasmani -  rohani  maupun  jiwa  dan Raga.

Dalam melakukan pemujaan sebagai wujud  rasa Bhakti,  manusialah sebenarnya  yang membutuhkannya.  Ibaratkan  matahari selalu bersinar  tanpa henti dan tetap tinggal serta berputar putar  di tempat, inilah yang di sebut   dengan *hukum Rta* atau *hukum alam* yang ditetapkan Tuhan pada Matahari dan setiap  manusia membutuhkan sinar serta unsur unsur alam lainnya itu.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Sradha & Bhakti dengan  penguatan pada ajaran agama dengan menjalankan  Prawerti Marga dan Niwerti Marga  serta  menjaga kemurnian ajaran agama dengan Panca Sradha  &  Tri Kerangka dasar sebagai bingkainya.  Niscaya Sradha dan bhakti akan semakin kuat dan kokoh *Sanatana Dharma*
[ Kitab Swastika Rana]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Busana Pengetahuan Kedamaian

*Mutiara Weda*
26/ 11 /2020

*Busana  Pengetahuan Berupa Kedamaian*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan, Cermin dari kualitas pengetahuan adalah  kedamaian dalam diri  serta kemampuan untuk memancarkannya.  Ilmu Pengetahuan  suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran 
serta kebahagiaan.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan dalam kehidupan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir & Maha sempurna. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .





Selasa, 24 November 2020

Pancaran Rwa Bhineda

*Mutiara Weda*
25/11/2020

*Pancaran Rwa Bhineda*

*Umat Se-dharma*,  Jika direnungkan hidup menjelma menjadi  manusia,  selalu dibayang  bayangi & dibelenggu oleh siklus rwa bhineda, manakala pikiran gelap dan perasaan  mati, dapat dipastikan tidak akan dapat  menjalankan *Wiweka*  menimbang nimbang membedakan  antara yang baik dan  buruk, antara benar maupun  yang salah.

*Rwa bhineda* dengan kemasan *Bhineka tunggal Ika* sebagai dua tattwa yang bersepupu karena keduanya mengajarkan dan membimbing umat Hindu  untuk menghargai suatu perbedaan,  berbeda beda  namun tetap menjadi satu dan menghindarkan diri dari sikap saling mencurigai  yang dapat menjadi ramuan faham fanatisme yang berujung pada permusuhan dan perkelahian.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi suatu kewajiban untuk memahami akan hakekat *Tattwa rwa Bhineda* dan *Bhineka Tunggal Ika* dengan penuh kesadaran dan ketulusan hati berlandaskan ajaran Dharma  dengan pustaka suci Weda sebagai satu satunya Pijakan  serta menggunakan  *Wiweka* dalam menentukan  pilihan  hidup, baik memilih menggunakan jalan aman dan tanpa hambatan *whrite dharma*  maupun  memilih jalan yang penuh hambatan dan rintangan *Nishiddha* yang wajib dihindari.  Niscaya Pancaran rwa Bhineda akan dapat memberikan Energi positif bagi setiap umat Hindu dalam membagun umat Hindu yang penuh kedamaian, *Manah Santih maupun Parama santih.  (BG.XIV.13  &  SS.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 23 November 2020

Selaraskan Pikiran, Ucapan dan Tindakan

*Mutiara Weda*
24/11/2020

*Selaraskan* : Pikiran-Ucapan & Tindakan

*Umat se-dharma*, Jika direnung renungkan  pada jaman ini, terasa mulai  teramat jarang  terdengar ungkapan tutur  kata yang  sopan & santun.   Terasa  redup alam pikiran manusia  tatkala akan bertutur kata. Bukannya perhiasan yang dapat menambah kecantikan sesorang,  melainkan selarasnya Pikiran, Ucapan dan Tindakan.

Sesungguhnya Perkataan itu ibaratkan sebuah pisau yang sangat tajam apabila  digunakan sesuai dengan fungsinya akan sangat bermanfaat,  namun justru akan dapat merugikan bahkan menjerumuskan  tatkala tidak diimbangi dengan landasan  ajaran Dharma.  Dari perkataan akan mendapatkan kebahagiaan,  dari 
perkataan  akan menemui ajal
dan dari perkataan pula akan mendapatkan kesusahan.
Demikian juga dari perkataan  akan mendapatkan sahabat sejati.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  dari pustaka suci Weda untuk.melatih diri menselaraskan Manah, Vak dan Kaya.  Mensucikan pikiran dengan pengetahuan suci *Manah Satyena Suddhyanti*  serta jauhkan diri dari sifat sifat iri hati *Irsya* , mengingat  Pikiran sang penentu kata hati  dalam mengungkapkan suatu  perkataan dan tindakan dengan penguatan  pada  pengekangan & Pengendalian  *Panca Indrya* sehingga terhindar dari  perbuatan melanggar dan Tercela.  Niscaya, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang bijak, Sopan dan Santun  serta penuh Ethika  dalam  Berpikir, Bertutur kata serta  dalam Bertindak.
(Isa Upanisad hal.16 & Nitisastra Sargah V.3)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 22 November 2020

Mrtyu-Tuha-Pati

*Mutiara Weda*
23/11/2020

*Mrtyu - Tuha -  Pati*

*Umat se-dharma*,   Jika direnung renungkan hidup menjelma menjadi manusia  ibaratkan sinarnya kilat,  singkat  &  sangat pendek. Begitu pula, dalam menjalani kehidupan  dapat  dipastikan akan  mengalami yang namanya ;  Sakit,  Masa tua,  kemudian Mati  ( *Mrtyu*,  *Tuha* &  *Pati*),   tak akan pernah luput dari siklus : *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina* / Tri Kona sehingga  mengerti akan hakekat kehidupan menjadi suatu keharusan bagi setiap umat Hindu.

Dalam sebuah sesanthi ada menguraikan ;  bagi seekor kijang akan sangat berbahagia saat dapat memakan rumput sedangkan perhiasan tak berguna baginya.  Demikian pula halnya bagi  setiap umat Manusia menjalankan Dharma/ berbuat kebajikan / Subhakarma menjadi suatu kebahagiaan walaupun teramat sulit dan terkadang tidak mengenakan di saat menjalankannya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  gunakan wiweka dan jalankan Swadharma serta  Karma Patha ; mengendalikan seluruh Indrya yang bersumber dari gerak Pikiran, Perkataam dan Perbuatan Tri Kaya Sandhi. Niscaya Umat Hindu akan mendapatkan kebahagiaan sekala maupun Niskala, lahir maupun bathin.
(Slokantara, 5.36  &  SS.365-377)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 21 November 2020

Kedamaian

*Mutiara Weda*
22/11/2020

*K E D A M A I A N*

*Umat se-dharma*, Kesabaran, kedamaian dan ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak serta mulia yang harus tertanam dan terjaga  pada diri setiap umat Hindu dalam meningkatkan kualitas rohani menuju tingkatan spiritualitas yang mengandung kekuatan  dalam menangkal  berbagai cobaan dan godaan hidup

Segala sifat keras hati, yang penuh  *EGO*  hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat, Lebur Dening Pangastuti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas  rohani  dengan  pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan jalan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya*. Niscaya kedamaian hidup akan dapat terwujud  guna meningkatnya kualitas spiritual menuju *sahaja samadhi* dan *maha samadhi* atau kamoksan nantinya.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 20 November 2020

Pengabenan Swastha Geni

*Mutiara Weda*
29/03/2020

*Pengabenan Swastha Geni*

*Umat sedharma*, Upacara pengabenan Swastha Geni merupakan bentuk perabuan Jenasah yang dilakukan umat Hindu pada tataran  yang paling sederhana  dan sering di sebut dengan mekingsan ring Geni dengan tujuan menuntun atma  sang Palatra  sampai di Brahma Loka yang selanjutnya sewaktu waktu dapat dilanjutkan dengan upacara Atma Wedana  : Nyekah atau memukur.

Dalam kitab Weda Puja Pitra Siwa ada menguraikan  bahwa pengabenan Swastha Geni di mana sang Atma akan di antar ke arah  Daksina/selatan dan bila  sang Palatra dalam masa kehidupannya selalu berbuat kebajikan akan mendapatkan tempat disisi dewa Brahma atau sorganya Brahma *Brahma Cyuta* serta memperoleh kebahagiaan yang abadi dan disambut oleh bidadari Gagarmayang. Demikian pula sebaliknya, manakala dalam kehidupannya selalu berbuat kejahatan Asubha karma maka arwahnya akan masuk neraka yang teramat panas *Neraka Cyuta* karena dipenuhi oleh bara api  dan di sambut oleh Cikrabala dan para bhuta.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam  menjalankan proses kehidupan di dunia ini untuk selalu berbuat kebajikan *Subha Karma* dan akan  kembali keasal nantinya dengan  melakukan perawatan jenasah atau sang Palatra  menggunakan tuntunan yang benar sehingga proses pengembalian unsur  unsur Panca Maha Bhuta  kepada asalnya tidak menghalangi perjalanan sang Atma menuju Sunya Loka dan memutus keterikatannya dengan badan duniawi  /*Stula Sarira*
(Kitab  Aji Kamoksan & Yama Purwana Tattwa.3.a)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakartaw

Bhakti Pada Lima Ibu

*Mutiara Weda*
27/10/2020

*Bhakti Pada lima Ibu*

*Umat Se-dharma*, Jika kita lihat dalam Susastra  Hindu  ada menguraikan  *Norana sih mangeluwihaning atanaya*, tidak ada kasih sayang yang melebihi kasih sayang  orang tua kepada anaknya., Sang *purusa* maupun sang *predana*. Kasih sayang  Ibu kepada sang anak memiliki pancaran  kasih sayang yang sangat dalam *Prema Vahini*  mengandung  nilai keteduhan, kenyamanan  dan curahan hati yang sangat dalam, demikian pula saat melakukan pemujaan  dengan landasan Curahan &  ketulusan hati. 

Dalam Konsep Hindu ada kewajiban untuk berbhakti pada  lima Ibu antara lain :

*Deva Mata*,,berbhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan rasa kasih sayang untuk memujanya dalam wujud Ibu :
dewi sasraswati, dewi laksmi.

*Deha mata*, Ibu yang melahirkan sang anak atau *jaya*, sang angerupaka.

*Weda Mata*, Pustaka suci weda sebagai Ibu dari semua ilmu pengetahuan yang menuntun umat manusia dari *Avidya* menjadi *Vidya*.

*Bhumi mata*, menghormati  bumi &  seisi alam semesta sebagai Ibu Pertiwi yang memberikan kehidupan bagi setiap umat Manusia /*Mangjadma*, hewan/ *janggama* maupun  tumbuhan/ *Stavira*.

*Desa Mata*, Ibu memberikan petunjuk atau arah tentang ajaran kerohanian *Upadesa*.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk berbhakti kepada *lima Ibu* karena Ibu  sebagai sumber dari segalanya dialam semesta ini dengan Pancaran  rasa kasih sayang *Prema Vahini* dalam mencapai kebahagiaan Hidup. Niscaya  akan terbangunnya Umat Hindu yang *Satyam*, *Sivam*  & *Sundaram*.
(kitab Yadnya & Bhakti.173-214)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Belajar bertutur kata

Mutiara Weda*
30 / 10 /2020

*Belajar Bertutur Kata*

*Umat se-dharma* mengungkapkan suatu perasaan / kata hati dalam bentuk ucapkan / perkataan  tidaklah mudah. Perlu belajar dalam bertutur kata. kesalahan & kekeliruan  dalam berucap akan dapat berakibat malapetaka. Di dalam susastra Hindu Ada Menguraikan ;

*Wasita nimittanta manemu laksmi,
Wasita nimittanta pati kapangguh,
Wasita nimittanta manemu duka,
Wasita nimittanta manemu mitra.
mengandung makna ;
Dari perkataan  akan mendapatkan Kebahagiaan dan
dari perkataan akan  dapat menemui Ajalnya.
Dari perkataan pula  akan mendapatkan Kesusahan. Demikian  juga  dari perkataan akan mendapatkan sahabat sejati.

Hendaknya ia mengatakan apa yang benar / Wacika, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang dan jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma pada kehidupan sehari hari dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan benar serta  enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(Nitisastra. V.3 / SS.119)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Catur Weda sbg weda Sirah

*Mutiara Weda*
15/ 11 /2020

*CATUR WEDA* :  sebagai Weda Sirah atau Weda Inti

*Umat Se-dharma*, 
sumber ajaran agama  Hindu adalah *Catur Weda* dan menjadi Weda Inti atau *weda Sirah*  yang di kenal dengan nama   *Weda Sruti* dan dari sana  mengalir nilai-nilai kebenaran yang kemudian dikembangkan dalam *kitab-kitab Smrti* seperti *Itihasa*, *Purana*, *Tantra*, *Darsana* dan *Tattwa-tattwa agama*.  Pustaka suci Weda merupakan   sabda Brahman  yang bersifat *Ananta Veda* yaitu ajaran yang bersifat kekal abadi,  relevan dengan perkembangan jaman dan menjadi tuntunan bagi setiap umat manusia serta menjadi  jaminan terhadap keselamatan makhluk hidup dialam semesta ini baik pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Ada beberapa Karakteriatik dari ajaran pustaka suci Weda :

*Universal* :  dikarenakan weda  berlaku untuk  seisi alam semesta, siapapun dan tidak akan memandang terhadap apapun.

*Sanatana Dharma* :  kitab suci Weda bersifat kekal abadi

*Anandi anantha* : Weda tidak berawal dan tidak  berakhir mengingat ajarannya berlaku sepanjang jaman.

*Apauruseyam* : kitab suci Weda bukan.buatan manusia, melainkan wahyu langsung dari Hyang Widhi yang diterima oleh Sapta Rsi penerima wahyu.

*Sebagai Kitab Agama* :  Kitab suci Weda menunjukkan bahwa kebenaran Weda adalah mutlak dan harus diyakini kebenarannya.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh  Pustaka suci Weda sebagai pegangan, pedoman dan tuntunan hidup serta memahami  isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna sehingga pikiran menjadi bersih dan suci menuju pada tingkatan spiritualitas.  Niscaya  Umat se dharma tidak akan mengalami keragu raguan dan yakin  akan kebenaran Weda dalam mewujudkan tujuan hidup *Catur Purusartha*.
( Weda Samhita & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .

Bekerja sesuai Swadharma

*Mutiara Weda*
16/11/2020

*Bekerja sesuai Swadharma*

*Umat se-dharma*,  dalam Susastra ada mengungjapkan ;  Melakukan tugas &  kewajiban dan tanggung  jawab sendiri *Swadharma* walaupun tidak sempurna lebih mulia daripada melaksanakan tugas orang lain,  Lebih mulia mati menjalankan tugas sendiri *Drewya Yadnya* daripada mati dalam menjalankan dan melaksanakan kewajiban  orang lain / para dharma. *Jalankan swadharma  masing masing dengan benar*

Melaksanakan  tugas dan kewajiban diri sendiri sesuai dengan ajaran agama  di sebut *Swadharma* sedangkan melaksanakan tugas dan kewajiban  orang lain di sebut *Para Dharma*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  pegang teguh dan sadar akan tugas dan kewajiban masing masing *Swadharma* dalam menjalankan  *Dharma agama* serta mengembangkan tatanan kehidupan umat Hindu yang baik dan benar melalui  cara / marga :

*ukuran* :   Pramana,  
*Tujuan* :   Artha ,
 *karakter* :  Guna, 
*pola kehidupan* :  Ashrama, *persembahan* : Yadnya, *keyakinan* : Sradha, 
*kemuliaan* :   Paramartha, 
*citta*:  budhi, *keharmonisan* :  Sundaram.  Niscaya akan dapat mengetahui hakekat kerja/ *karma* yang sebenarnya dan menjalankan *swa dharma* dan *para dharma* dengan baik dan benar. 
( BG. III.35 & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Membangun Pura Dalam Diri

*Mutiara Weda*
17/11/2020

*Membangun Pura Dalam Diri*

*Umat se-dharma*, gelapnya Pikiran  berpengaruh terhadap  rendahnya kualitas rohani  &  tertutupnya pancaran sinar suci / aura positif dalam diri.  Bagi Orang yang memiliki kesucian rohani akan selalu dapat  membuka *mata bathinnya*  dan  menampakkan sinar / Cahaya dalam hidupnya  serta mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata bathin menjadi terang serta bersinar.

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin ; Badan dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dibersihkan  dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(M. DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .



Prema Vahini

*Mutiara Weda*
21/11/2020

*Prema Vahini*

*Umat se-dharma*, jika di lihat dalam filsafat Hindu pada sistem filsafat Samkhya kehidupan di maya pada ini akan mendapatkan kebahagiaan/ jagadhita manakala adanya keseimbangan  dinamika antara  Purusa dan Predana. *Purusa* adalah unsur kejiwaan sedangkan *Predana* adalah unsur material.
*Purusa* juga disebut perlambang  *laki laki* sedangkan *Predana* sebagai lambang *wanita*  memberikan gambaran kepada para orang tua dalam  memberikan kebahagiaan pada sang anak dengan landasan rasa cinta kasih sayang yang tulus *Prema Vahini*, tak ada rasa kasih sayang yang melebihi dari kasih sayang orang tua kepada anaknya "Norana sih mangeluwihaning atanaya".

*Purusa* dan *Predana* merupakan kekuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa dalam wujudnya sebagai bapak & ibu dari seisi alam semesta  dengan tujuan tumbuhnya rasa dekat kehadapan-Nya dengan pancaran rasa cinta kasih  sayang / *Prema Vahini*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu,  tumbuhkan selalu rasa  kasih sayang  yang tulus antar sesama umat manusia, bagi para  orang tua pada sang anak guna mewujudkan umat Hindu yang jagadhita menuju  kamoksan dengan memancarkan Rasa cinta kasih yang tulus  pada seluruh umat manusia dan seisi alam semesta *Prema Vahini*
(Kitab Yadnya dan Bhakti hal.173-177 & Nitisastra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Nastika : Ikatan Samsara

*Mutiara Weda*
20/11/2020

*Nastika* : ikatan Samsara 

*Umat se-dharma*, dalam susastra ada mengungkapkan ; *apramanyam ca vedanam sastranam ca tilanghanam* ;
orang yang kurang yakin akan kebenaran Weda, begitu pula  tidak mentaati  ajaran Dharmasastra serta tidak mengikuti dan menjalankan ketentuan ajaran Dharma  dikenal dengan nama Nastika, orang seperti ini tak  akan dapat terhindar dari  balutan samsara punarbhawa / reinkarnasi  atau kelahiran yang berulang ulang sesuai Karma Wesananya.

Orang yang berada dalam golongan Nastika, ibaratkan manusia hidup tanpa kepala, sama halnya dengan orang yang berkeadaan mati tiada gunanya,  cenderung tidak menjalankan swadharmanya atau tanpa perbuatan  *Niskriya* dan tidak mentaati ,  menjalankan petunjuk serta nasehat ajaran Dharma   *Upadesa* .

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  wajib untuk yakin akan kebenaran Pustaka Suci Weda sebagai pegangan, pedoman dan tuntunan hidup,  jadikan ilmu pengetahuan suci sebagai obor atau penerang dalam mengarungi kehidupan ,selalu rendah hati ibaratkan   lampu dalam periuk tersimpan didalam hati. Nscaya, akan selalu berada dalam jalan Dharma dan terhindar dari malapetaka atau neraka *maharorawa*.
(SS.113-116 & Slokantara 29.63)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Rabu, 18 November 2020

Tri Dharma Sandhi

*Mutiara Weda*
19/11/2020

*Tri Dharma Sandhi*

*Umat Se-dharma*, Umat Hindu dalam mencapai Tujuan hidupnya  kebahagian lahir &  bathin ,manah Santih maupun Parama Santih dengan Tuntunan Pustaka Suci Weda.  *Weda Sruti* merupakan Catur Weda, menjadi *Weda Inti* atau *Weda Sirah* dan *Smerthi* merupakan *Dharma Sastra*, keduanya harus diyakini, dituruti ajaran ajarannya sehingga  tindakan dalam bidang Dharma menjadi sempurna.

Apa yang diajarkan oleh *Sruti* disebut Dharma, semua yang diajarkan dalam *Smerthi* pun dharma pula namanya, demikian pula tingkah laku sang *Sistacara* yang memberikan ajaran Kebenaran & kesucian  Dharma pula namanya sehingga di sebut *Tri Dharma Sandhi*

*Oleh Karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meyakini dan menjalankan Tri Dharma  atau tiga Dharma ; Sruti, Smerthi dan Sistacara secara sinergis dan seimbang *Tri Dharma Sandhi*. *Niscaya* seluruh Indrya dan hawa nafsu akan dapat dikendalikan begitu pula segala tindakan akan selalu berlandaskan Dharma atau  *Dharma Laksana* ( S.S.40-42)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 17 November 2020

Ke-Angkuhan

*Mutiara Weda*
14 /11 / 2020

*Ke-Angkuhan*

*Umat se-dharma*,  Setiap umat 'Hindu hendaknya menyadari bahwa  hidup menjelma menjadi manusia selalu  diselimuti oleh  adanya rasa  Angkuh / *mada*  sebagai bagian dari *Sad Ripu* yang dapat menghancurkan  jiwa setiap umat  manusia manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Oleh karena itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri dengan   mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terlepas dari pengaruh *Mada*
( Vreti sasana II b.78 & Wedanta)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Karma Wesana

*Mutiara Weda*
13/ 11/2020

*Karma Wesana*

*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan  oleh umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Oleh karena itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai menuju alam Kamoksan nantinya. (Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 11 November 2020

Pryavacana

*Mutiara Weda*
12/11/2020

*Pryavacana*

*Umat se-dharma*,  jika  di renung renungkan, manakala memiliki rasa  benci  pada  orang lain sama nilainya dengan  meminum racun, membuat hidup   akan terbebani secara  terus menerus selama  belum bisa  memaafkannya dan akan terus menempati ruang di hati  secara gratis menyebabkan terganggunya proses berpikir, bertindak sehingga tidak mampu untuk mengeluarkan tuturkata yang santun  *Pryavacana*

Sulit rasanya  orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri
Tumbuhkan sikap saling mengampuni, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati * Manah Santih*

*Oleh karena  itu*,  sebagai umat Hindu mari kita Bangkitkan  kesadaran   dan jati diri malalui  belajar saling memaafkan / Ksama,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran*. Niscaya akan dapat terbangunnya manah Santih   sehingga terwujudnya cara  berpikir , bertindak dan  bertutur kata yang santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 10 November 2020

Sad Sangga Bhuana

*Mutiara Weda*
11/11/2020

*Sad Sangga Bhuana*

*Umat Se dharma*, Dalam keyakinan umat Hindu , Pustaka suci Weda menjadi  tolok ukur dalam mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup sedangkan ibu pertiwi akan menjadi kokoh, ajeg dan tegak  di muka bumi ini dengan pijakan  *Sad Sangga Bhuana*  yaitu  enam  penyangga Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

Adapun *Sad Sangga Bhuana* antara Lain :

*Satyam* :   kebenaran, Kebajikan

*Rtam* :  hukum alam sehingga berjalan sesuai dengan yang
 ditentukannya

*Diksa* :   Pensucian diri baik lahir maupun bathin.

*Tapa* :   cara hidup yang sederhana

*Yadnya* :   Kemampuan dan kemauan untuk melakukan persembahan

*Brahmana* : Mereka yang bertugas untuk mengawal  kitab suci Weda dan mengajarkan kebajikan.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu  mari  pegang teguh dan aplikasikan ajaran Tri Hita Karana dalam  membangun kehidupan yang harmonis di dunia ini melalui   *Sad Sangga Bhuana*  :  Satya, rta, Diksa , Tapa, Brahmana dan yadnya. Niscaya  akan mendapatkan kebahagiaan, kedamaian, keseimbangan dan kesempurnaan  hidup  lahir maupun bathin atau Catur Purusa Artha.
( Santi parwa 167.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 09 November 2020

Kualitas Mantram

*Mutiara Weda*
10/11/2020

*Kualitas Mantram*

*Umat Se-dharma*, Mantram merupakan lantunan doa yang keluar dari pikiran yang bersih dan suci tatkala akan  mendekatkan diri, berhubungan dengan Ida SangHyang Widhi Wasa, baik yang diucapkan dalam bentuk ;  *Paroksah Mantram*, yang memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, *Adyatmika Mantram*, .yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang maupun *Pratyaksa Mantram*,  yang diucapkan dengan cara yang sangat mudah.

Jika dilihat dari kualitas  ada tiga jenis kualitas Mantram :

*Satwika Mantram*,,merupakan mantram yang diucapkan untuk berserah diri/Atmanivedam, mendapatkan  pencerahan rohani, sinar suci kebijaksanaan dan mendapatkan cinta kasih kasih dari Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Rajasika Mantram*, jenis mantram yang diucapkan untuk memohon mendapatkan kemakmuran Duniawi.

*Tamasika Mantram*, Mantram yang diucapkan untuk  mendamaikan, mengharmoniskan / Nyomia  Bhuta Kala dan melawan atau menghancurkan kekuatan kekuatan Negativ.

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu untuk Selalu mendekatkan diri Kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dengan melantunkan doa doa - Mantram  atau *Kirtanam*,  guna melindungi pikiran dari berbagai intervensi hal hal yang bersifat negativ  agar selalu selalu ingat kepada-Nya *Smaranam*.  Niscaya Ida SangHyang Widhi Wasa akan selalu berada dalam diri kita masing masing *Brahman Atman Aikhyam*.
(kitab Yadnya & Bhakti, hal.13-17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Minggu, 08 November 2020

Trigunatattwa dalam Citta

*Mutiara weda*
09/11/2020

*Trigunatattwa dalam Citta*

*Umat Se-dharma*, Pikiran atau Citta merupakan sang penentu keberhasilan kehidupan umat Manusia. Pikiran atau Citta yang menyebabkan sang Atman menikmati kalepasan atau kamoksan, pikiran pula menyebabkan sang Atman masuk Neraka dan karena pikiran pula sang atman mengalami  proses reinkarnasi menjadi binatang ataupun lainnya.

Pikiran sangat dipengaruhi oleh unsur *TrigunaTatwa*.  Pikiran yang terang dan jernih di sebut *Satwam*, Pikiran yang selalu berubah ubah di sebut *Rajas* dan pikiran yang berat dan keruh disebut *Tamas*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu kendalikan pikiran  dengan *Jnana atau pengetahuan suci* dengan landasan  *Tri Pramana Telu*;   Agama ,  Anumana, Pratyaksa Pramana dan Sastratah, Gurutah, Svatah serta Desa, Kala Patra. Niscaya  Pikiran akan selalu terkendali dengan pengetahuan sejati  *Samyag-jnana* sebagai Bingkainya. (Wrhaspati Tattwa.15-17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

ageng yasa,ageng Goda

*Mutiara Weda*
07/11/2020

*Ageng Yasa, Ageng Goda*

*Umat se-dharma*, jika di renung renungkan  semakin banyak  melakukan tindakan atau perbuatan akan terasa semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan  hadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*.

Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu berjalan  pada jalan kebenaran/ Dharma  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yang menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur _Dharmena widrtah prajah_,. *Dharma*  mengantarkan umat manusia  untuk mendapatkan   kebahagiaan lahir & bathin sedangkan  *Adharma* mengakibatkan  kesengsaraan  & penderitaan yang berujung pada penderitaan & Bencana.
_(Santi Parwa ,109.11)_

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 06 November 2020

ageng yasa,ageng Goda

*Mutiara Weda*
07/11/2020

*Ageng Yasa, Ageng Goda*

*Umat se-dharma*, jika di renung renungkan  semakin banyak  melakukan tindakan atau perbuatan akan terasa semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan  hadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*.

Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu berjalan  pada jalan kebenaran/ Dharma  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yang menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur _Dharmena widrtah prajah_,. *Dharma*  mengantarkan umat manusia  untuk mendapatkan   kebahagiaan lahir & bathin sedangkan  *Adharma* mengakibatkan  kesengsaraan  & penderitaan yang berujung pada penderitaan & Bencana.
_(Santi Parwa ,109.11)_

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 05 November 2020

Sesana & Niti

*Mutiara Weda*
06/11/2020

*SESANA  &  NITI*

*Umat Se-dharma*,  Umat Hindu dalam menjalankan *Dharmaning hidup*  memiliki kewajiban suci  yang di sebut *Dharmaning Agama* yaitu berkewajiban untuk  mempelajari,  memahami dan memancarkan isi kitab suci Weda  *Dharma Vahini*  serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga* atau *Vruh ring sarva Jnana*  sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik.

Umat Hindu dalam mempraktekan, mengamalkan setiap  tindakan dan aktifitasnya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  serta teropongan  dari  ajaran kebajikan *Sesana* dan  kepatuhan terhadap guru Wisesa *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam membangun
keluhuran dan kemuliaan budhi [*paramita*]  dan  keharmonisan dalam hidup [*sundaram*] dengan jalan  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  kebenaran *Sesana*  serta taat  & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 04 November 2020

Rasa Takut Karena Salah

*Mutiara Weda*
05/11/2020

*Rasa Takut, Karena Salah*

*Umat Se-dharma*,  Dalam Susastra Hindu ada mengungkapkan, rasa takut  akan selalu menghantui diri setiap umat manusia manakala melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran ajaran kebenaran.  Rasa takut dalam bentuk apapun akan menjauh dari dalam diri  manakala dalam setiap tindakan telah berpijak pada ajaran Dharma.
*yo dharmasila jitamanaraso, widyawinito naparopatapi*.....tidak ada  sesuatu yang perlu ditakuti,  manakala  sudah menjadikan  ajaran Agama sebagai pegangan, pedoman dan tuntunan  hidup sehingga memiliki kesabaran, kemampuan untuk mengendalikan diri   dan  terbangunnya sifat bijak,  rendah hati serta Budhi Luhur.

Jika dilihat dari segi  kelakuannya, manakala orang lain masih juga melakukan tindakan kejahatan, menyakitinya, dan   tidak meladeninya, tidak mengutuk ataupun balas dendam,  selalu menunjukkan sifat sabar maka orang seperti ini disebut tergolong manusia *Utama*,  akan tetapi jika dalam hatinya  masih merasakan bahwa dirinya disakiti maka orang ini disebut golongan *Madhya*, Begitu pula sebaliknya, jika masih merasakan rasa sakit hati bahkan memperlihatkan,  menghumbar apalagi berniat untuk balas dendam maka golongan orang seperti  ini tergolong pada  tingkatan rendah atau *Kanistha*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan sekali kali melakukan tindakan balas dendam ataupun mengumbar rasa sakit hati karena itu merupakan tindakan yang sangat rendah kualitasnya atau *Kanistha*  dengan jalan mantafkan akan keyakinan bahwa setiap kejahatan atau kesakitan dan sejenis dilakukannya akan kembali pada si pelakunya yang disebut dengan *Pratikara*. Niscaya umat Hindu akan menjadi umat yang damai, rukun dan bijak dengan Hukum Karma sebagai Bingkainya.
(Slokantara,sloka 7.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 03 November 2020

Kesabaran

Mutiara Weda*
04/ 11 /2020

*K E S A B A R A N*

*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan  hidup ini ibaratkan  *berjalan jauh* dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan/ jalur jalan yang semestinya  dilalui dengan harapan sampai  ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.

Proses memilih jalan pintas akan terasa  menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya. Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya. Begitu juga dalam keseharian, Sangatlah mustahil  rasanya  akan mampu mengeluarkan Tutur kata yang selalu terjaga, sopan & santun dengan intonasi yang enak didengar tatkala  di dalam hati sanubarinya tidak memiliki *kesabaran atau Ksama*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu tanamkan   kesabaran dalam hati dan selalu  melatih diri serta  jadilah orang yang sabar. Sehingga  tutur kata dan Ucapan akan selalu indah, enak di dengar dan mengalir dalam *Wacika Parisudha* dengan landasan Budhi luhur &  ketulusan hati.
(SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Padma Hrdaya

*Mutiara Weda*
03/ 11/ 2020

*Padma Hrdaya*

*Umat se-dharma*,jika direnungkan sebuah sesanti Hindu ; Bunga Seroja  demikian Wanginya namun  dia punya kelemahan tangkainya berbulu dan sangat menggatalkan, *Gunung Himalaya* yang  menjulang tinggi,  sangat mempesonakan ternyata dia punya kelemahan yaitu ditutupi salju. Demikian juga  halnya dengan  Dewa Siwa sebagai raja dari para Dewa memiliki kekurangan kerongkongannya berwarna Hitam*.

Sesungguhnya  menjelma menjadi manusia adalah penderitaan, menderita disebabkan karena Dosa. Demikian pula, dilahirkan menjadi manusia penuh dengan keterbatasan,  *Tan hana wwang suastha anulus*

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  untuk selalu  Belajar,  mengenal,  memetakan diri  dan memposisikan diri sesuai  dengan  Identitas atau *swadharmanya* masing masing serta   Pancarkan  selalu energi positif yang ada dalam diri *Padma Hrdaya*, belajar menerima kekurangan diri sendiri dan belajar pula  menerima ketidaksempurnaan orang lain. 
(kitab Vedanta & Slokantara 80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 01 November 2020

Pikiran Sakit

*Mutiara Weda*
02/ 11 /2020

*Pikiran Sakit*

*Umat se-dharma*, Pikiran atau Manah  merupakan sumber dari *Karma* / adanya perbuatan, semua keadaan tubuh dirasakan oleh pikiran. Rasa *sakit hati yang mendalam* menyebabkan manusia kehilangan akal sehatnya, sehingga tindakannya cenderung menjadi serba salah serta menambah rasa benci yang mendalam sebagai awal dari  timbulnya sifat Amarah/ krodha yang berujung  tak terkendalinya alam pikiran, *Pikiran Sakit*  atau  *Vimoha*

Pikiran yang tak terkendali , berakibat sakinya  pikiran atau *Vimoha* dengan tiga faktor penyebabnya yaitu  :

*Adyatmika* : pikiran sakit diakibatkan karena ulah pikiran sendiri karena keterikatan.akan sesuatu

*Adhidaivika*: pikiran sakit karena pengaruh dunia gaib.

*Adhibautika* : pikiran sakit karena faktor dari luar.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan Diri baik secara lahir maupun bathin /  Yama brata maupun Nyama Brata dengan pengendalian Indrya ; *Tapa*, *Brata*, *yoga* dan *semadhi*  dengan cara : tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran dan kejujuran, jiwa manusia dengan pelajaran suci serta kecerdasan disucikan dengan pengetahuan yang benar.Niscaya pikiran akan menjadi bersih / manah suci sehingga dapat menjalankan *Viveka* dengan benar serta dapat terwujudnya Jagadhita dan moksah.
( Wrhaspati Tattwa’16  & MDS. V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta