Selasa, 30 Juni 2020

Hakekat Meyadnya

*Mutiara Weda*
01/07/2020

*Hakekat Meyadnya*

*Umat Se-dharma*, Salah satu kewajiban suci  bagi setiap umat Hindu sesuai pustaka suci  Catur Weda Samhita  adalah *Meyadnya*  atau melaksanakan *Panca Maha  Yadnya*  dalam bentuk persembahan/ pelayanan yang diwujudkan berupa hasil kegiatan kerja,  materi yang dipersembahkan   secara tulus *Lascarya*  sesuai dengan kemampuan masing masing dengan berlandaskan pada ajaran *Tri Premana Telu*

Dalam  pelaksanaan  Panca Yadnya mengandung Nilai Nilai  : moral, etika, kepribadian dan spiritual yang sarananya semuanya  bersumber dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis: *Mataya*, *mantiga* dan *maharya*.

*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan. 
*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya. 
*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang ; binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu  untuk melakukan persembahan *panca yadnya*  dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan Sang Maha Pencipta,  hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah/ sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah *Tri Hita Karana*  dan *Tat twam Asi*.
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Senin, 29 Juni 2020

Pikiran Rajanya Indrya

*Mutiara Weda*
30/06/ 2020

*Pikiran Rajanya Indrya*

*Umat se -dharma*, Menyatukan semua tattwa yang ada di bawah Buddhi di sebut Eka Citta atau Eka Buddhi. Tattwa yang ada di bawah buddhi adalah  *Ego* atau Ahangkara tattwa, sedangkan *Pikiran*:  Rajanya Indrya tattwa.

Ketika semua tattwa  itu menyatu maka seluruh obyek tidak akan kelihatan lagi, sehingga Citta atau pikiran bisa disatukan untuk tujuan yang lebih tinggi dari citta yang disebut dengan *Purusha*.

*Oleh karena itu*, bersihkan citta atau  pikiran, kendalikan  *Indrya* dengan selalu *mulat sarira* dan *sadar* akan adanya keadaan alam pikiran *Citta* Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya Ida SangHyang Widhi  Wasa akan selalu dekat dan ada dalam diri kita masing masing sehingga terwujudnya alam citta yang maha tinggi*Purusha*.
(Kitab Yajurveda: 17.31 & wrhaspati tattwa. 16)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Seimbangkan Vihara,Ahara dan Ausadha

*Mutiara Weda*
26/ 06 /2020

*Seimbangkan : Vihara, Ahara & Ausadha*

*Umat se-dharma*, jika kita renung renungkan dalam sesanti Hindu, betapapun indahnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan  seindah apapun, masih akan Ada benih benih kekotoran  tertinggal didalamnya,
*tan hana wang swasta anulus*
tak ada manusia sempurna.

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan. jangan pernah   merasa diri  paling sempurna.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu  belajar dan belajar memperbaiki diri, tanamkan sikap *rendah hati*, *mulatsarira*,  Anyekung jnana  serta *sadar akan diri* , demikian juga, untuk selalu menjaga keseimbangan  Tiga faktor penentu kualitas  diri antara : *Vihara* /mental, *Ahara*/Intelektual dan *Ausadha*/Kesehatan. Niscaya akan  terwujudnya umat manusia yang memiliki kemantapan kualitas mental rohani  yang kokoh.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta 

Rta dan Dharma : hukum Tuhan

*Mutiara Weda*
27 / 06 /2020

*Rta  & Dharma : Hukum Tuhan*

*Umat se-dharma*,  inti dari beragama itu sebenarnya adalah *Sradha / Keyakinan* dan keikhlasan yang mendalam terhadap kepercayaan akan keesaan Tuhan / Ida SangHyang  Widhi Wasa / monotheisme dengan landasan rasa bhakti serta berserah diri secara total pada hukum Tuhan : *Rta* dan *Dharma*.

Hukum Tuhan yang mengatur keseimbangan alam semesta / makrokosmos ini kita kenal dengan nama *Rta*, sedangkan hukum Tuhan yang mengatur kedamaian dan keharmonisan umat manusia dalam kehidupan di dunia maya pada ini di kenal dengan nama *Dharma*.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu Jalankan swadharma dengan baik , Lascarya, kepercayaan, ikhlas serta tanpa di bayang bayangi perasaan ragu,  dengan dasar berserah diri secara total dengan memegang konsep ; bekerjalah atas dasar keiklasan tanpa memikirkan hasilnya, karena hasilnya sudahlah pasti berada dalam kerja itu sendiri *Bhoga Svatantrya*. Niscaya perputaran roda kehidupan di alam jagad raya ini berjalan dengan baik dengan Karma sebagai tali pengikatnya.
(BG.III 35 & Manawa Dharmasastra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Proses Pendidikan Hindu Mulai dari sejak dalam kandungan

*Mutiara Weda*
28/06/2020

*Proses Pendidikan Hindu Mulai sejak Dalam Kandungan*

*Umat Se-dharma*,  Setiap umat Hindu hendaknya memahami bahwa sesungguhnya konsep pedidikan dalam ajaran agama Hindu  telah berlangsung  saat mulai adanya benih bayi  dalam kandungan , melalui upacara Sarira samskara ; *Garbhadana Samskara*, *Pumsavana Samskara* dan *Simantonaya samskara*.

Upacara *Garbhadana samskara* dilaksanakan  saat mulai  adanya pembuahan benih bayi dalam kandungan, sedangkan upacara *Pumsavana Samskara* dilaksanakan saat benih bayi berumur tiga bulanan,  sedangkan upacara *Simantonaya samskara* dilaksanakan saat bayi  dalam kandungan berumur  lima sampai enam bulan yang lumrah di kenal dengan  upacara pagedong gedongan.

*Oleh Karena itu* ,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  melaksanakan seluruh rangkain  upacara *sarira samskara*   dalam membentuk karakter, moral  dan  Budhi pekerti luhur sang  anak,  agar terlahir  sehat serta menjadi   anak yang  baik dan  suputra. 
( yajur Veda XII,4  &  reg Veda II.32.4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


sanatana Dharma

*Mutiara Weda*
29/ 06/2020

*Sanatana Dharma*

*Umat se-dharma*,  Jika  kita renung renungkan Dharma/ kebajikan dan  kebenaran ;  ibaratkan  Emas, walaupun dia dipanasi berkali kali dia akan tetap cemerlang dan mengeluarkan sinar / cahaya,  begitu pula kayu Cendana, walaupun dia di gosok gosok berulang kali, dia akan tetap mengeluarkan bau harumnya

Demikian juga halnya dengan kebenaran dan kevajikan dia tidak akan pernah luntur dan berubah walaupun sampai akhir jaman /*Sanatana Dharma*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu untuk selalu  berpegang teguh  pada Dharma/ kebaikan  dan kebenaran *Satya* dengan sungguh sungguh serta  taat & patuh pada tuntunan Pustaka suci Catur  Weda Samhita,
 *Srutir wedah samakhyato
dharmasastram tu wai smrth,
te sarwatheswam imamsye
tabhyam Dharmo Vinir bhrtah*.
Niscaya  akan tercapainya tujuan hidup *Catur Purusaartha*  &  dilindungi oleh Sang Maha Pencipta.
(Slokantara, 12. 75  & SS.37)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 24 Juni 2020

Dharma Inti Sari Dunia

Jangan Pernah Berhenti Menabur Kebajikan

*Mutiara Weda*
25 / 06 /2020

*Jangan Pernah Berhenti Menabur Kebajikan*

*Umat se-dharma*, Jika di  renung renungkan, Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda bahwa dia hanya memiliki kebencian di dalam dirinya, akan tetapi, orang  yang memiliki kebajikan /*Dharma* dapat dipastikan dia akan memancarkan ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini*  dalam hidupnya. 

Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai kalau di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan dendam.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti dalam menabur kebajikan,  bangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam  hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi.  Niscaya hidup yang Santih , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud.
(kitab Ramayana & Panca Siskanya Angaji)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 22 Juni 2020

Dharma Inti Sari Dunia

*Mutiara Weda*
23/ 06 /2020

*Dharma Inti Sari Dunia*

*Umat se-dharma*, Jika diamat amati dalam kehidupan ini,  Tatkala Orang  telah  memiliki  tingkatan kesadaran diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat   melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta Jadikan ajaran Dharma sebagai Tiang Penyangganya dan Pancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya *Dharma Vahini*

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna  bagi diri sendiri, keluarga  dan  berguna bagi orang banyak,  *kesadaran diri* sebagai benteng atau pagar dalam  diri.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  untuk  membangun selalu kesadaran  diri  dengan menampakkan nilai  keindahan dan  keluhuran  budhi  sebagai bingkainya  *Sundaram* dengan   ajaran Dharma sebagai Tiang Penyangganya  :  Dari dharma datang sukses, dari dharma datang bahagia, dharma memberi segalanya, dharma adalah inti sari dunia.  Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya  *Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma* atau *Bhumi Kertha* akan dapat terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 20 Juni 2020

Manah Santih Benteng Kehidupan

*Mutiara Weda*
21/ 06 /2020

*Manah Santih Benteng Kehidupan*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan dalam sebuah Sesanti Hindu ;  Diantara semua permata yang ada, yang paling bercahaya itu sebenarnya adalah *rasa  hati yang indah* ,  Diantara semua bunga yang pernah mekar, harum dan wangi juga sebetulnya  yang paling  tersentuh adalah  *rasa   hati yang  Damai dan Indah* pula. Bangun Kedamaian dalam hati dan  Jadikan  Manah Santih Benteng dalam kehidupan.

Sulit rasanya akan mendapatkan sentuhan rasa Hati yang nyaman, Indah dan  Damai tatkala dalam hatinya selalu bergejolak,  sifat Iri hati, praduga dan prasangka apalagi  dilengkapi dengan jiiwa jiwa  Provokator, yang suka menghasut, Mengadu domba dan membangkitkan kemarahan orang lain yang amat berbahaya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu selalu  menanamkan rasa   hati yang *Damai*,  *indah*  dan *Nyaman*  serta  buang jauh jauh sifat sifat NEGATIF   yang dapat menjerumuskan agar memiliki  sentuhan  & kehalusan budhi,  selalu  berlapang dada  serta berjiwa besar  dalam  menumbuhkan & menerapkan ajaran Budhi pekerti  luhur. niscaya  rasa hati yang Damai dan  indah *Manah Santih* dan *Parama Santih* akan selalu tetap terjaga & tertanam dalam hati  selama-lamanya.
(SS. 135-148 & Dharma Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 19 Juni 2020

Tri Karma

*Mutiara Weda*
20/ 06 /2020

*Tri  Karma*

*Umat se-dharma*, membangun kualitas diri menjadi suatu keharusan bagi setiap umat Hindu dalam  mengarungi kehidupan dalam mencapai tujuan Hidupnya *Catur Purusa Artha*  kebahagiaan lahir maupun bathin , Jagadhita ataupun Kamoksan dengan landasan *Tri Karma*. Bila cinta kasih yang mengisi pikiran, dia akan menjelma menjadi *Kebenaran*, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Untuk membangun kualitas diri bagi umat Hindu Sangat tergantung dari tindakan atau prilaku yang wajib dilakukannya   atau  *Tri Karma*  yaitu:

*Karma Mental* ; selalu menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma Spiritual*  ; menggunakan suksme sarira, rasa maupun sebagai pemeran utamanya.

*Sat Karma* ;  setiap  melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran,
 *Dharma* ; kebajikan, 
*Prema* ; cinta kasih, 
*Santih* ; damai dan
 *Ahimsa*; tidak menyakiti

*Oleh Karena itu*, setiap umat berkewajiban untuk  meningkatkan kesadaran akan dirinya  bahwa  dengan selalu menerapkan dan mengamalkan ajaran  cinta kasih *Prema*  itu sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, *Merasakan* cinta kasih adalah  *Santih*. Dengan demikian Niscaya akan dapat terbentuknya umat manusia yang *Sat Karma* yaitu Manusia Dewa atau manusia berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 & weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 18 Juni 2020

Biasakan Berkata yang Benar

*Mutiara Weda*
19 /06/2020

*Biasakan Berkata yang Benar*
(Wacika Parisudha)

*Umat Se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang, Dan jangan membenarkan yang biasa, biasakan yang benar.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai ajaran Dharma di dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

wiweka

*Mutiara Weda*
17/ 06 /2020

*WIWEKA*

*Umat se-dharma*, di dalam Sesanti Hindu ada disebutkan ; Jika  diberikan  madu bercampur dengan Racun,  harus dapat memilah untuk mengambil madunya,  begitu pula,  jika emas berada dalam kubangan lumpur bercampur  dengan  kotoran  kita pun harus dapat memilah  mengambil emasnya.

Demikian juga  halnya  dengan Ilmu  pengetahuan,  Budhi pekerti, Etika, kitapun harus bisa  mengambil dan memetiknya walaupun dari mana  sumber & asalnya.

*Oleh karena itu*  sebagai umat Hindu selalu  berpegang teguh pada kebenaran *Satyam*,  gunakan selalu *Wiweka* memilah milah perbuatan yang baik  untuk dijadikan penerang  dlm keseharian pada  kehidupan  keluarga dan masyarakat  *Memadangi kulawarga Saha wandu wandawa*. Niscaya, akan selalu dapat berpikir bersih, bertutur kata  yang santun serta bertingkah laku yang suci ,  murni sesuai ajaran Dharma.
(Slokantara 56 & Nitisastra IV. 1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 17 Juni 2020

Tri Agni dalam Hindu

Mutiara Weda*
18/ 06/ 2020

*Tri.Agni  Dalam Hindu*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam melakukan kegiatan keagamaan tidak bisa lepas dari unsur *api* sebagai sarana yang sangat penting,  diwujudkan dalam bentuk *dupa*, *Dipa* dan *obor*  yang berasal dari tiga sumber/benih *Tri Agni*: Api suci,  api pawamana dan api pawaka.

Api di dalam Veda disebut dengan *Agni*. Benih api yang bersumber dari matahari  namanya *Api suci*, benih api yang bersumber dari   dalam kandungan air *Api pawamana* sedangkan api berasal dari benih kandungan Ibu Pertiwi/ tanah disebut  *api pawaka*

*Oleh Karena itu*, sebagai umat Hindu harus menyadari begitu besar makna dan fungsi api bagi umat Hindu dalam melakukan kegiatan keagamaan yang dapat berfungsi  sebagai *pendeta* pemimpin dalam upacara,  begitu juga  sebagai perantara yg menghubungkan antara pemuja dengan yang dipuja, serta sebagai *saksi* upacara keagamaan yang dalam pelaksanaannya sesuai dengan sastra, drsta dan loka drsta atau Desa, kala, Patra dan guna.
(Kitab Agastya Parwa  dan Rgveda 1.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 15 Juni 2020

Pratikara

*Mutiara Weda*
16 / 06 /2020

*Pratikara* 

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada tersirat bahwa burung Murai itu dihargai karena suaranya, begitu pula dalam semua ajaran, Gurulah yang paling berharga. Demikian pula,  dalam hal memaafkan,  ketinggian budilah yang paling dikagumi.

orang yang mendalami ajaran suci kerohanian pastilah memahami isi  ajaran Dharma yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastikan berkeyakinan  bahwa kejahatan itu akan berbalik kembali pada asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu haruslah menyadari bahwa segala  bentuk Tindakan,  baik dalam bentuk kebajikan maupun kejahatan akan kembali kepada si pelakunya *Ngunduh Wohing Pakarti* atau *Hukum Karma Phala*.  Maka dari itu, tingkatkan selalu  kualitas rohani dengan  selalu berbuat kebajikan  sebagai bingkainya dan menjadikan  ajaran Dharma sebagai penuntunnya . Niscaya hidup yang Nyaman, Damai / manah Santih dan parama Santih dapat terwujud.
( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jadikan rasa Kasih Sayang sebagai Benteng

*Mutiara Weda*
15/06/2020

*Jadikan rasa Kasih sayang sebagai Benteng*

*Umat se dharma*, jika direnung  renungkan dalam mengarungi kehidupan  di maya pada  ini tak bisa lepas dari Rwa Bhineda, demikian pula,  sifat sifat negatif  selalu menghantui jiwa umat manusia yang perlu dikendalikan :   sifat dengki , iri hati atau *Matsarya*,  sifat yang senang melihat orang susah & susah melihat orang senang.  Jadikan rasa kasih Sayang sebagai Benteng dalam membangun kedamaian & keharmonisan terhadap   sesama.

Manakala bathin  selalu diselimuti oleh rasa iri hati, dengki pada sesama *Matsarya* tatkala  melihat orang lain  memiliki kelebihan, sesungguhnya  orang seperti inilah orang  yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini  yang amat sulit untuk  disembuhkannya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jauhkan diri dari rasa dengki, rasa Irihati dengan menampakkan rasa Kasih sayang *Prema* dan sifat  Pemaaf *Ksama*,  serta melakukan  Pengekangan & Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya*.  Niscaya akan dapat  menjalankan hidup  dengan Damai, rukun dan Harmonis.
(S.S.89-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 13 Juni 2020

Hidup Penuh Dengan Keterikatan

*Mutiara Weda*
14/ 06 / 2020

*Hidup Penuh dengan Keterikatan*

*Umat se-dharma*,  jika direnungkan setiap umat  manusia yang hidup di mayapada ini berbekalkan berbagai keterikatan akan hal hal keduniawian dalam bentuk : 
Kelahiran : *janma*
 Kematian: *mrtyu* 
 Umur tua: *Jara*, 
Penyakit  : *Vyadi*, 
Penderitaan : *duhka* dan Kesalahan:  *dosa*.

Dunia material selalu membelenggu jiwa setiap umat manusia, manakala tidak tanggap dan tidak mengerti akan kenyataan dalam hidup ini menyebabkan terombang ambingnya jiwa dan kehidupan serta  tak sedikit sampai terhempas yang berujung pada jatuh ke jurang kehancuran.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu,tingkatkan akan kepekaan rohani dengan jalan memantapkan kualitasnya melalui  menumbuhkan rasa bhakti, sucikan pribadi dgn berbagai sadhana /latihan rohani dalam wujud : *Vrata* / pengendalian diri dan *upavasa* /berpuasa. Niscaya, akan mampu menghadapi persoalan hidup yang selalu membelenggunya dan terkendalikannya *Sad Ripu* sehingga hidup menjadi tenang, tentram dan damai  serta menerima proses kehidupan ini dengan lapang dada/Lascarya.

( BG. XIII, 8 dan Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 12 Juni 2020

Karma Wesana Sang Penentu dlm Reinkarnasi

*Mutiara Weda*
13/ 06 /2020

*Karma Wesana Sang Penentu dalam Reinkarnasi*

*Umat Se-dharma*, Hukum karma phala merupakan salah satu dari lima dasar keyakinan umat Hindu sebagai hukum sebab akibat yang bersifat *universal*  berlaku untuk semua makhluk hidup di alam semesta ini dan keberadaannya bersifat *kekal abadi* berlaku mulai saat alam semesta ini diciptakan dan berakhir di saat  pralaya serta tak seorangpun tahu kapan penciptaan dan kapan berakhirnya   menjadi rahasya Tuhan.

Setiap Karma meninggalkan bekas perbuatan dalam bentuk *Karma wesana* yang akan menentukan  proses kehidupan selanjutnya menuju  kelahiran sorga atau kelahiran Neraka dalam menjalankan Reinkarnasi atau Punarbhawa  nantinya. 

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran Dharma, selalu berbuat subha Karma, baik dalam sekala maupun niskala dan menghindari perbuatan Asubha Karma yg bersifat memuaskan nafsu Duniawi.  (SS.XI.12 & Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 11 Juni 2020

Karmasaya

*Mutiara Weda*
12/06/2020

*Karmasaya*

*Umat Se-dharma*, Di dalam Susastra Hindu tersirat bahwa  
Manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hasil dari perbuatannya *Bhoga Swatantrya* tapi  setiap manusia memiliki kebebasan  untuk menentukan penyebab dari perbuatan itu sendiri *Karma-Swatantrya* Terakumulasikannya seluruh Karma, baik  perbuatan Dharma  maupun perbuatan Adharma pada  Karma seseorang di sebut *Karmasaya*.

Karmasaya akan dapat  melahirkan tiga ( 3 ) hasil perbuatan atau pahala Karma  berupa :' *Jati*,  *Ayu* dan *Bhoga*.

*Jati* : kelahiran baik atau buruk
*Ayu* : umur panjang atau pendek
*Bhoga* : kenikmatan ataupun penderitaan yang dialaminya.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu dalam kehidupan ini betul - betul menggunakan *Wiweka* dan menimbang nimbang mana  perbuatan Dharma yang wajib dilakukan dan  mana  perbuatan yang tergolong Adharma sebagai perbuatan terlarang agar mendapatkan karma yang baik [Subha Karma] dalam menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negara.
[Santi parwa, VII.7,9]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Amrtistha Pavana

*Mutiara Weda*
11/06/2020

*Amratistha Pavana* 

*Umat Se-dharma*, umat Hindu  dalam menerapkan Konsep Tri Hita Karana  tidak bisa lepas dari proses *Amratistha Pavana* menjaga kelestarian dan kebersihan alam  semesta  *Bhuana Agung & Bhuana Alit* serta  dalam  mengembangkan  kehidupan,  menjaga alam semesta beserta  isinya secara serasi dan seimbang   dengan menjalankan  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan.

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi   kewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 09 Juni 2020

Bersihkan Pikiran

*Mutiara Weda*
10 /  06 /2020

*Bersihkan Pikiran*
[ Manah Satyena Suddhyati]

*Umat se-dharma*,  manakala pikiran dapat dibersihkan  & disucikan, secara otomatis,  *mata bathinnya* akan menjadi  terbuka serta  sinar / Cahaya   dalam diri  akan muncul dengan demikian akan mampu memandang ke dalam diri masing masing.
 
Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan  kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka,  mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *Sang Jiwa* adalah wujud Ida  SangHyang Widhi Wasa yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Oleh karena itu*, Sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat  Hindu untuk membersihkan & Menjaga kesucian pikiran serta  memancarkan  cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian dan membersihkan Pikiran diri dari kegelapan / *Sad ripu*  & *Sapta Timira* dengan Kebenaran dan kebijaksanaan sebagai landasannya. Niscaya bathin akan tetap bercahaya, bersinar dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 08 Juni 2020

Wanita Hindu Dalam Keluarga Sukhino

*Mutiara Weda*
09/06/2020

*Wanita Hindu dalam  Keluarga Sukhino*

*Umat Se- dharma* Dalam ajaran agama Hindu  *Wanita*  memiliki  peranan & kedudukan yang sangat  *mulia & Suci*  “di mana wanita dihormati, disanalah para dewa merasa senang, tapi dimana wanita tidak dihormati  tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala “  

wanita Hindu memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting dan  mulia  yaitu melahirkan.anak yang Suputra/ *Jaya* dan menjalankan  kegiatan  keagamaan di dalam sebuah rumah tangga / *Dharmapatni* serta menjadi belahan jiwa dari sebuah keluarga / *Ardha Anggani*

*Oleh karena itu*, Bagi setiap keluarga Hindu berkewajiban untuk menempatkan wanita Hindu pada porsinya  serta memberikan peranan dan  kedudukan  yang sebenarnya menuju Wanita Hindu yang  *Dharmapatni*  menjalankan  *Swadharmanya*  dalam keluarga ;  membangun dan membentuk  keluarga Hindu  yang *Sati*/ *Rajapatni*. Niscaya keluarga *Sukhino* dapat terwujud.
( MDS.56 &  Satapata Brahmana IV.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 07 Juni 2020

Maduryabhawa

*Mutiara Weda*
08/ 06 / 2020

*Maduryabhava*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam  mewujudkan rasa cinta kasih yang suci dan tulus kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dikenal dengan nama *Bhakti* baik pada tataran  *Para Bhakti* maupun *Apara Bhakti* dalam doa mantram dikenal dengan *Subhasita*

Bentuk bhakti atau *bhavabhakti* secara mendalam, suci ,tulus dan sejati  dalam ajaran Hindu dikenal dengan nama *maduryabhava* sebagai bentuk bhakti yang paling utama  dan tertinggi.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas bhakti dengan meningkatkan kualitas rohani berupa penyerahan diri secara tulus dan sejati kepada-Nya dengan jalan selalu mengingat dan menyebut kebesarannya/ *namasmaranam*, mengulang ulang secara konstan terus menerus/ *berjapa* ataupun mengucapkan doa/ lagu pujaan *mantram* serta melantunkan Dharma gita atau *Bhujana*.
(Reg Veda,VIII. & BG XVIII.65)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 06 Juni 2020

Tri Sakti

*Mutiara Weda*
07/06/2020

*Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitas diri dari setiap umat manusia yang   di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti tersebut meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh kekuatan guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh  kuatnya guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh kekuatan dari guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Oleh karena itu* , sebagai umat Hindu bangun kekuatan yang ada dalam diri  manusia *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna  dengan melatih kesabaran dan ketenangan sehingga terhindar dari Prilaku  prilaku  buruk atau Asubha Karma. ( Weda Samhita & BG.XII.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 05 Juni 2020

mental Rohani

*Mutiara Weda*
06/ 06 /2020

*Mental  Rohani*

*Umat Se-dharma*, Kesabaran dan ketabahan  merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada diri  setiap umat manusia dalam membangun kualitas mental Rohani menuju tingkatan Spiritualitas.

Segala sifat keras hati dan Ego, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat, Lebur Dening Pangastuti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun  kualitas  mental rohani  dengan  landasan pengekangan  dan Pengendalian diri *Yama  maupun Nyama*  serta menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya*. *Niscaya*, akan dapat meningkatnya kualitas Rohani dan terbangunnya  Kedamaian serta Keharmonisan dalam  diri.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 04 Juni 2020

Mekarma Manut Swadharma

*Mutiara Weda*
05 /06/ 2020

*Mekarma Manut Swadharma*

*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan , Orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya pastilah tak akan pernah mengeluh pun tak akan pernah menyesal dengan  apa yang sedang dialaminya, melainkan menerimanya sebagai suatu Anugerah dari Ida SangHyang Widhi Wasa, yang wajib dijalankannya dengan landasan ketulusan *Lascarya* dan berbuat sesuai dengan swadharma masing masing.

Demikian pula,  hidup menjelma menjadi manusia, tak akan pernah  lepas  dari konsep *rwa bhineda*, dua hal yang selalu  berbeda yang selalu berdampingan ; *kebaikan & keburukan*, *suka & duka* selalu  silih berganti ,begitu juga halnya dengan lahir- hidup dan  kematian hanya bersumber dari- Nya dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*.

*Oleh karena itu* , sebagai umat Hindu, jangan pernah ragu dalam menjalankan Swadharma,  yakin  bahwa Tuhan melihat apa yang dilakukannya, Tuhan ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan segala galanya adalah Tuhan di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 02 Juni 2020

Manusia Pikirannya & Binatang Instingnya

*Mutiara Weda*
03/06/2020

*Manusia  Pikirannya  &  Binatang Instingnya*

*Umat se-dharma*, Jika direnungkan dalam sesanti ada menyebutkan  manusia adalah pikirannya. Sementara binatang adalah instingnya. Insting binatang bergerak ketika dibutuhkan. Jika perutnya lapar maka dia akan mencari makan, Sedangkan umat manusia,  selama belum selesai berurusan dengan pikirannya, maka selama itu pula hidupnya tidak akan pernah Nyaman & tenang karenanya agama diturunkan untuk mengatur dan mendamaikan pikirannya dari Kegelapan.

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indrya mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  jalan penyelesaiannya.

*Oleh Karena itu*, sebagai umat Hindu  hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran dengan  meningkatkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan. Niscaya, Pikiran akan selalu terpusat sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan sempurna.
(Vrti sasana II b.78 /1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Niskama Karma :'Ketanpa Akuan

*Mutiara Weda*
02/ 06 /2020

*Niskama Karma :  Ketanpa-Akuan*

*Umat Se-dharma*,  di dalam susastra Hindu tersirat bahwa dengan *Keluhuran budhi*  & *Kesucian Bathin*   Tuhan hadir pada setiap jiwa, begitu pula,
*Siapapun yang melayani jiwa, sesungguhnya juga melayani Tuhan*, hakekat ajaran bhakti  marga  yoga dan menjadi  puncak dari  ajaran  Karma dan Jnana marga. Segala tindakan maupun pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa *Niskama Karma*. Niskama Karma sebagai t*indakan tanpa keAkuan*,  tanpa pamrih atau tanpa keinginan, pun tanpa harapan  buah atau hasil, dan menjadi  prinsip utama dari ajaran  Karma  marga Yoga.

*Niskama karma*  bukan hanya sekedar kebajikan ataupun subha karma melainkan  tindakan *Ketanpa Akuan*,  mementingkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Orang yang mau mengorbankan kepentingan  dirinya sendiri demi kebaikan orang lain atau orang banyak.  Sesungguhnya, hanya karena *kebodohan*  dan *keterbatasan*  maupun *kelemahan*  yang menjadikan orang menyangka bahwa dirinya  telah berbuat sesuatu untuk orang lain. Padahal, apapun yang di perbuat, apapun yang diucapkan, apapun yang  dipikirkan sebenarnya bagi kebaikan dan untuk dirinya sendiri.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu Tingkatkan kualitas Bhakti dengan menghilangkan dan mengkikis  Cengkeraman   dari sifat  sifat keakuan sehingga semua karma atau perbuatan menjadi Kebajikan  *Niskama Karma* dan apapun yang diperbuatnya adalah perbuatan Oleh dan dari Tuhan *Daivi Sampad*.  Niscaya, kualitas Bhakti akan dapat diwujudkan dengan Perbuatan yang Niskama Karma  *Tanpa KeAkuan* .
(Bhagawata Purana.VII.5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .