Kamis, 31 Oktober 2019

satvika Vidya

*Mutiara Weda*
01/11/2019

*Satvika Vidya*

*Umat se-dharma*,  getaran dari pikiran menentukan tingkatan spiritual seseorang dan menempatkan Citta atau pikiran sebagai pemeran utama yg membawanya ke alam roda samsara maupun dalam mencapai moksa atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokshayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Untuk itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

karakteristik kitab suci weda

*Mutiara Weda*
30/ 10/2019

*Karakteristik kitab suci Weda*

*Umat se-dharma*, Pustaka suci Weda Samhita merupakan  kitab suci  Bagi umat Hindu sebagai sabda Brahman  yang bersifat *Ananta Veda*  ajaran yang bersifat kekal abadi,  relevan dengan perkembangan jaman dan menjadi tuntunan bagi setiap umat manusia, menjadi  jaminan terhadap keselamatan makhluk hidup dialam semesta ini baik pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Ada beberapa Karakteriatik dari ajaran pustaka suci Weda :

*Sanatana Dharma* :  kitab suci Weda bersifat kekal abadi

*Anandi anantha* : Weda tidak berawal dan tidak  berakhir mengingat ajarannya berlaku sepanjang jaman.

*Apauruseyam* : kitab suci Weda bukan.buatan manusia, melainkan wahyu langsung dari Hyang Widhi yang diterima oleh para Rsi.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban bagi  setiap umat Hindu untuk yakin  dengan Pustaka suci Weda sebagai pegangan dan tuntunan hidup serta memahami, memegang teguh isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia  akan terwujud
( Weda Samhita & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .

satyam Nasti Paro Dharma

*Mutiara Weda*
31/10/2019

*Satyam Nasti Paro Dharma*

*Umat se-dharma*, Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran, tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta, Dharma harus ditegakkan.*satyam nasti paro dharma*
kuatnya  *Sradha* menjadi inti hakekat   ajaran  Hindu,  jalankan ajaran Dharma dengan benar, penuh keyakinan dan kemantapan hati  tanpa dibayang  bayangi oleh  keragu raguan.

Manakala beragama dilandasi dengan perasaan ragu ,  dapat dipastikan akan rapuhnya pondasi dasar agamanya *sangatlah berbahaya*,  siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, Dharma raksitah*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan  & Perkokoh keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini* baik  * Weda Sruti maupun * Weda Smerthi* sebagai pedoman  dan pegangan Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai  kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud. 
(Slokantara ,3.7 & BG.III.35)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Senin, 28 Oktober 2019

swatantra Katah

*Mutiara Weda*
29/10/2019

*Swatantra Katah*

*Umat se-dharma*, salah satu kepercayaan   Umat Hindu adalah yakin akan  adanya kelahiran kembali ;  Samsara / Punarbhawa sebagai akibat dari adanya hukum Karma Phala yang selalu  melekat pada setiap kehidupan umat manusia sebagai hukum sebab -akibat.

Hukum Karma Phala  tidak dapat diingkari oleh siapapun  termasuk semua mahkulk hidup  yang ada dialam semesta ini ;  setiap perbuatan  pasti akan mendapatkan hasilnya dan menentukan  nasibnya.
Manusia itu *Svatantra katah*, yaitu memilik kehendak bebas dan sepenuhnya bertanggung jawab atas semua perbuatannya sendiri

Adanya perbuatan di jaman ini disebabkan dari Karma  terdahulu yang tidak sempat dinikmati terdahulu  harus dinikmati pada kehidupan ini *Sancita Karma Phala*. Begitu juga sebaliknya, Perbuatan  pada kehidupan sekarang ini  sangat menentukan kehidupan dimasa yang akan datang nantinya  *Kryamana Karma Phala*.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  pergunakan kesempatan hidup terlahir kembali  menjadi manusia untuk selalu berbuat yang baik *Subha Karma*  karena dengan berbuat baik akan dapat membebaskan dirinya dari belenggu samsara yang bersifat lahir bathin.
 mengingat  Setiap manusia tidak bisa lepas dari Karma dan akibatnya.
( SS. I.7 & Kitab Samsara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 26 Oktober 2019

tri Bhoga

*Mutiara Weda*
27/ 10/2019

*Tri Bhoga*

*Umat se-dharma*, dalam mewujudkan umat Hindu yang Jagadhita, bahagia lahir dan bathin tidak bisa lepas dari tiga kebutuhan mendasar yang wajib terpenuhi yaitu *Tri Bhoga*

Tri Bhoga  meliputi :
*Bhoga* : makanan  yang sehat dan.bergisi  sangat diperlukan oleh tubuh setiap umat manusia semenjak berada di alam maya pada ini.

*Pari bhoga* : rumah  tempat tinggal sebagai tempat melangsungkan kehidupannya.

*Upa bhoga* : bhusana atau pakaian juga sebagai kebutuhan primer dan pokok  umat manusia beserta etikanya dalam berbhusana.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangunlah keluarga  yang sukinah, keluarga yang Jagadhita dengan terpenuhinya  Tri bhoga sebagai penunjangnya. Niscaya umat Hindu yang damai, Jagadhita  menuju umat Hindu yang  santih ,bahagia lahir dan bathin , Bhumi kerta bisa terwujud. ( Maitri Upanisad VI.41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 25 Oktober 2019

sifat satvika

*Mutiara Weda*
26/ 10/2019

*Sifat Satvika* 

*Umat Se-dharma*,  Kesabaran dan ketabahan/ *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas spiritual,   dalam menangkal nafsu nafsu Indrya *Sad Ripu*

Segala sifat keras hati, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat  Lebur Dening Pangastuti*

*Untuk itu*, setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani dengan melakukan pengekangan diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih *Vak*, *Manah* dan *Kaya*. Niscaya kedamaian hidup akan dapat terwujud.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 24 Oktober 2019

Tri Sakti

*Mutiara Weda*
25/10/2019

*Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitasnya,  ketiga sifat  itu  di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu bangun kekuatan yang ada dalam diri  manusia *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna  dengan melatih kesabaran dan ketenangan sehingga terhindar dari Prilaku  prilaku  buruk atau Asubha Karma. ( Weda Samhita & BG.XII.11)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 22 Oktober 2019

Dharma Raksatah raksitah

*Mutiara Weda*
23/10/2019

*Dharma  Raksatah Raksitah*

*Umat se-dharma*, jika di renung renungkan  dalam kehidupan ini,  semakin banyak melakukan kita akan perbuatan,  terasa akan semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan kita hadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*.

Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Untuk itu*,-sebagai umat manusia berjalanlah pada jalan kebenaran/ Dharma  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yg menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur _Dharmena widrtah prajah_, *Dharma*  mengantarkan umat manusia  untuk mendapatkan   kebahagiaan lahir & bathin sedangkan  *Adharma* mengakibatkan  kesengsaraan  & penderitaan yg berujung pada Bencana dan malapetaka.
_(Santi Parwa ,109.11)_

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU

Senin, 21 Oktober 2019

yadnya sbg kewajiban dari kitab suci Weda

Mutiara weda*
22/10/2019

*Yadnya sebagai  Kewajiban dari kitab Suci Weda*

*Umat se-dharma*,  umat Hindu melakukan persembahan sebagai ungkapan rasa bhakti  dalam susastra suci ada menyebutkan ; Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, sebiji buah buahan ,seteguk air, aku terima sebagai rasa bhakti persembahan dari orang orang yang berhati suci, hal ini 
Menggambarkan  Bahwa  dalam melakukan persembahan  kesederhanaan, ketulusan   keikhlasan/ Lascarya merupakan nilai yang sangat  penting dan utama  dengan landasan  susila atau Ethika dalam  persembahan.

*Satwika Yadnya*  yaitu pelaksanaan yadnya yang selalu  berpegang teguh pada  petunjuk sastra sastra suci , sedangkan *Rajasika Yadnya*  merupakan persembahan yang penuh dengan  semata mata pamer, penuh dengan kepentingan demikian pula *Tamasika yadnya* yaitu persembahan yang tanpa petunjuk sastra / kitab suci Weda. 

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam  melakukan persembahan atau Yadnya  dengan landasan ketulusan / lascarya dan Tri Premana Telu serta  jauhkan diri dari pelaksanaan  yadnya yang tanpa petunjuk Sastra / Tamasika Yadnya,  demikian.pula jauhkan diri dari  pelaksanaan yadnya yang Rajasika  yang hanya semata mata pamer dan penuh dengan Pamerih. *Niscaya*, kualitas yadnya sebagai kewajiban dari pustaka suci Weda akan dapat terwujud.
 ( Yadnya Prakerti & BG. IX.26 , BG. XII,11,12 )

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 17 Oktober 2019

Tumbuhkan sikap saling memaafkan

*Mutiara Weda*
18/10 /2019

*Tumbuhkan sikap saling Memaafkan*

*Umat se-dharma*,  jika kita renung renungkan, manakala kita Membenci orang lain sama nilainya dengan  meminum racun, membuat hidup   akan terbebani secara  terus menerus selama  belum bisa  memaafkannya dan akan terus menempati ruang di hati kita secara gratis.  tumbuhkan sikap saling memaafkan/ *Ksama*

Sulit rasanya  orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri
Tumbuhkan sikap saling mengampuni, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati * Manah Santih*

*Untuk  itu*, Bangun  kesadaran   dan jati diri yang sejati, belajar saling memaafkan / Ksama,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran* dengan landasan berpikir dan tutur kata yang santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 16 Oktober 2019

aparoksa anubhuti

Mutiara Weda*
17/10/2019

*Aparoksa-Anubhuti*.

*Umat se-dharma*, Pustaka suci Weda  yang menjadi  pegangan dan pedoman hidup  bagi umat Hindu, bukanlah buatan manusia  *Apauruseya*, melainkan sabda suci Tuhan / wahyu langsung  yang diterima dan di himpun  oleh para maha rsi karena kemekaran dan kematangan instuisinya  *Aparoksa-Anubhuti*.

Kitab suci Weda memiliki beberapa Karakteristik atau sifat sifat:

*Bersifat Universal*, merupakan santapan rohani dan menjadi pegangan,  pedoman  dan tuntunan hidup bagi setiap umat manusia.

*Sanatana dharma* dan *Vaidika dharma*:  bersifat kekal abadi dan bersumber dari kitab suci Weda Samhita.

*Fleksibel*: berlaku untuk seluruh jaman, Baik jaman *Satya /kerta Yuga*, *Treta yuga* , *Dwapara yuga* maupun pada jaman *Kali yuga*.

*Anandi Ananta* : kitab suci weda bersifat tidak berawal dan pula tidak berakhir serta dipelajari sepanjang jaman.

*Maka dari itu*, Bagi  setiap umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk belajar kitab suci Weda secara baik dan benar sesuai dengan sumber sumber Dharma : Kitab *Sruti*,  kitab *smerti*, *Sila*, *Acara /Sadacara*, dan *Atmanastuti*,  dengan cara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan. Niscaya akan mampu memperkokoh ajaran dharma dalam diri setiap umat Hindu. (Kitab Suci Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Selasa, 15 Oktober 2019

yadnya patni

*Mutiara Weda*
16/10/2019

*Yadnya Patni*

*Umat Se-dharma*, jika kita amati penggunaan *Daksina*  tak pernah lepas dari rangkaian kegiatan  keagamaan  bagi umat Hindu sebagai unsur yang sangat penting dalam *Panca Maha Yadnya* sebagai perlambang kekuatan sakti   *Yadnya Patni*

Daksina selain  sebagai lambang kekuatan atau kesaktian juga merupakan lambang Bhuwana Agung  sebagai Sthana Ida SangHyang Widhi Wasa.

*Untuk itu*,  bagi setiap umat Hindu  mantapkan ketetapan hati dan kelanggengan pikiran dalam *Yadnya Patni*   melalui *ketetapan hati*  dan *kelanggengan pikiran*, betapapun besarnya  persembahan  akan menjadi  hampa dan sia - sia manakala tanpa ketetapan dan kelanggengan pikiran.
( Yajur Veda dan Lontar Yadnya prakerti )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kroda

*Mutiara Weda*
19/08/2019

*Kroda* : Energi yang dapat Menghancurkan

 *Umat se-dharma*, Kemarahan /*Kroda*  merupakan  energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya  manakala tidak mampu untuk   mengendalikannya. tatkala jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah  / *Krodha* tersebut.

Pelayanan *Seva*  yang paling mudah untuk dilakukan adalah  *SENYUM* karena senyum itu adalah karunia Hyang Widhi yang  bernilai tinggi, 
Senyuman tidak saja sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tapi juga jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan.
Senyuman  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa, Jangan  pelit dengan senyuman. 

*Maka dari itu*, sebagai umat Hindu   *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, hilangkan rasa benci  dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN*  baik  *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .




Senin, 14 Oktober 2019

Kirtanam

*Mutiara Weda*
15/10/2019

*Kirtanam*

*Umat se-dharma, umat Hindu dalam melakukan pemujaan kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dengan jalan menyanyikan lagu lagu  pujaan atau doa doa pujaan di sebut dengan *Kirtanam* sebagai bagian dari *Nava Vida Bhakti*

Melalui Kirtanam umat Hindu melaksanakan   *bhakti* guna membuka pintu *Padma Hrdaya* untuk menstanakan Tuhan di dalam diri yang diucapkan dengan tiga cara yaitu :

*Vaikhari*, dengan cara suara yang jelas dan dapat di dengar

*Upamsu*, dengan gerakan lidah  tanpa suara.

*Manasika*, diucapakan dalam hati yang paling dalam.

*Untuk itu*, Sebagai umat Hindu lakukan Kirtanam sebagai wujud rasa Bhakti sehingga sang jiwa dapat menguasai Budhi, Budhi menguasai Manah  serta Manah menguasai Indrya.  Niscaya setiap manusia akan mampu mengendalikan diri sehingga sadar serta selalu berbuat yang baik dan benar.
(Bhagavata Purana, VII, 5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 12 Oktober 2019

Meyadnya sbg kewaajiban suci

*Mutiara Weda*
13/10/ 2019

*Yadnya sebagai Kewajiban Suci*

*Umat se-dharma*,  Dalam kitab suci Weda  Samhita  mengajarkan umat Hindu  untuk selalu Angayubagya & mewujudkan rasa Bhakti kehadapan sang maha Pencipta dengan  jalan   *meyadnya* sebagai  suatu kewajiban suci dalam bentuk bahasa *Mona*

Di samping bahasa Mona, dalam meyadnya juga mengenal bahasa tulis yaitu kitab suci *Weda Samhita* serta menggunakan bahasa sehari-hari *Seha*

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk melakukan Yadnya  sebagai kewajiban dari kitab suci Weda, dengan  landasan pemikiran yang lengkap, bulat, *dilaksanakan sesuaikan dengan Kemampuan* yang dilandasi hati yang tulus dan suci *Ikang yadnya Ingaranan Pakahyunan sane hening suci, tulus tur jangkep*
( Lontar Yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 11 Oktober 2019

Purwa Karma

*Mutiara Weda*
12/ 10 /2019

*Purwa Karma*

*Umat se-dharma*, perbuatan perbuatan  terdahulu menentukan  kehidupan kita yang sekarang. Begitu pula  pahala baik atau buruk yang diperolehnya  saat ini  berdasarkan pada perbuatan baik atau buruk pada masa yang lalu *Purwa Karma*.

Semua bekas bekas perbuatan terdahulu *Karma Wesana* akan dikecap hasilnya oleh yang berbuat, tak akan pernah keliru dan tak akan mungkin menyimpang dari pelakunya.

*Oleh karena itu*, gunakan kesempatan menjelma menjadi manusia dengan baik untuk melakukan kerja baik *Subhakarma* . Dengan menggunakan akal & pikiran untuk membedakan antara perbuatan baik dan buruk dengan memegang teguh *Dharma* sebagai sumber ajaran   moralitas *tata susila* tentang  keutamaan perbuatan baik, mengingat perbuatan sekarang menentukan kehidupan  di akhirat nantinya. (Kitab Agni Purana & SS. 7-11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 10 Oktober 2019

Tri Agni

*Mutiara Weda*
11/ 10/ 2019

*Tri Agni*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam melakukan kegiatan keagamaan tidak bisa lepas dari unsur *api* sebagai sarana yang sangat penting,  diwujudkan dalam bentuk *dupa*, *Dipa* dan *obor*  yang berasal dari tiga sumber/benih *Tri Agni*: Api suci,  api pawamana dan api pawaka.

Api di dalam Veda disebut dengan *Agni*. Benih api yang bersumber dari matahari  namanya *Api suci*, benih api yang bersumber dari   dalam kandungan air *Api pawamana* sedangkan api berasal dari benih kandungan Ibu Pertiwi/ tanah disebut  *api pawaka*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu harus menyadari begitu besar makna dan fungsi api bagi umat Hindu dalam melakukan kegiatan keagamaan yang dapat berfungsi  sebagai *pendeta* pemimpin dalam upacara,  begitu juga  sebagai perantara yg menghubungkan antara pemuja dengan yang dipuja, serta sebagai *saksi* upacara keagamaan yang dalam pelaksanaannya sesuai dengan sastra, drsta dan loka drsta atau Desa, kala, Patra dan guna.
(Kitab Agastya Parwa  dan Rgveda 1.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 09 Oktober 2019

Panca Maya Kosha

Mutiara Weda*
10/10/2019

*Panca Maya Kosha*
(Lima lapisan badan spiritual)

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan  renungkan tubuh manusia ini tersusun atas lapisan badan sebagai wahana sang Atma menjalankan.siklus reinkarnasi, baik sebagai maklhuk Biologis maupun  sebagai makhluk spiritual. Secara Biologis susunan tubuh manusia  terdiri dari kulit, rambut, tulang dll, sedangkan Susunan tubuh manusia secara  spiritual  sesuai dengan falsafah Hindu  terdiri atas badan kasar / stula sarira dan badan halus /suksme sarira.

Badan halus /suksme sarira, tubuh manusia dilapisi  lima lapisan badan spiritual yang di sebut  *Panca Maya Kosha* diantaranya :

*Annamaya Kosha*, lapisan paling luar dari tubuh yang terbentuk dari sat makanan.

*Pranamaya Kosha*,  lapisan badan yang tersusun dari pembentuk kehidupan yang ada di alam semesta  berupa *energi Prana*.

*Manomaya Kosha*, lapisan yang terbentuk dari energi pikiran biasa yang berupa *suksme sarira* dan *karana sarira*

*Vijnana maya Kosha*,  lapisan badan yang terbentuk dari energi pikiran yang halus dan dengan kesadaran.

*Ananda maya Kosha*, lapisan badan yang tersusun dari energi pikiran yang yransenden yg lebur dalam parama santih dan kedamaian yang sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  mantapkan kualitas rohani  dalam mencapai kebahagian hidup baik manah santih maupun parama santih, Moksartham - jagadhita  dengan landasan pengetahuan Panca Maya Kosha dalam praktek praktek ajaran kerohanian bagi umat Hindu secara Universal.
( weda Samhita dan Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 08 Oktober 2019

Anyekung Jnana

*Mutiara Weda*
09/ 10 /2019

*Anyekung Jnana*

*Umat se-dharma*, betapapun indahnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan  seindah apapun, masih akan Ada benih benih kekotoran  tertinggal didalamnya, *Tak Ada gading yang Tak Retak* tak ada manusia sempurna.

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan. jangan pernah bermimpi  merasa diri paling *kuat* dan  paling sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu *rendah hati*, *mulatsarira* dan Anyekung jnana  serta *sadar akan diri* , demikian juga, untuk selalu menjaga keseimbangan  kualitas  diri antara : Wihara /mental, ahara/Intelektual dan Ausadha/Kesehatan sehingga terwujudnya umat manusia yang memiliki kemantapan kualitas mental rohani  yang kokoh.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 07 Oktober 2019

Swa dharma

*Mutiara Weda*
08/10/2019

*Swa Dharma* & *Para Dharma*

*Umat se-dharma*, Melakukan tugas, kewajiban dan tanggung  jawab sendiri *Swadharma* walaupun tidak sempurna lebih mulia daripada melaksanakan tugas orang lain *Para Dharma*.  Lebih mulia mati menjalankan tugas sendiri *Drewya Yadnya* daripada mati dalam menjalankan dan melaksanakan kewajiban  orang lain / para dharma. *JANGAN PERNAH RAGU DALAM MENJALANKAN SWA DHARMA*

Melaksanakan  tugas dan kewajiban diri sendiri sesuai dengan ajaran agama  di sebut *Swadharma* sedangkan melaksanakan tugas dan kewajiban  orang lain di sebut *Para Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  pegang teguh dan sadar akan tugas dan kewajiban masing masing *Swadharma* dalam menjalankan  *Dharma agama* serta mengembangkan tatanan kehidupan umat Hindu yang baik dan benar melalui: *cara* / marga, *ukuran* : Pramana,  *Tujuan* : Artha , *karakter* : Guna, *pola kehidupan* : Ashrama, *persembahan* :Yadnya, *keyakinan* : Sradha, *kemuliaan* : Paramartha, *citta*:budhi, *keharmonisan* :Sundaram.  Niscaya akan dapat mengetahui hakekat kerja/ *karma* yang sebenarnya dan menjalankan *swa dharma* dan *para dharma* dengan baik dan benar.
( BG. III.35 & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 06 Oktober 2019

Matsarya

Mutiara Weda*
07/10/2019

*Matsarya : Iri hati*

*Umat se dharma*,  jika direnung renungkan  Dalam mengarungi kehidupan  di  dunia maya pada  ini,  menjauhkan diri dari rasa dengki  dan  rasa iri hati *Matsarya* sebagai suatu kewajiban dasar  dalam membangun tatanan kehidupan umat Hindu yang Satyam, Sivam dan Sundaram. Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama.

Manakala bathin diselimuti oleh rasa iri hati, dengki *Matsarya* pada sesama  jika melihat kelebihan orang lain, dapat dipastikan keadaan  orang seperti inilah sesungguhnya  orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini  yang teramat sulit untuk  disembuhkannya.

*Untuk itu*, setiap umat manusia,  jauhkan.diri dari sifat Iri hati dan jangan melakukan tindakan  yang terlarang, tercela dan sukar untuk di capai, dengan jalan melakukan Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran / *Manah*.
(S.S.89-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 04 Oktober 2019

Tri kala

*Mutiara Weda*
05/10/2019

*Tri Kala* : Tiga Waktu

*Umat se-dharma*,  umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.

Waktu Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :

*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.

*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.

*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau  Tri Sandhya  dengan baik sehingga  proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun  makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta