Sabtu, 31 Agustus 2019

Petakan Diri

Mutiara Weda*
01/ 09 / 2018

*Petakan Diri sesuai Swadharma*

*Umat se-dharma*, jika kita  camkan dan kita renungkan *Bunga Seroja  demikian Wanginya namun  dia punya kelemahan tangkainya berbulu dan sangat menggatalkan, *Gunung Himalaya* yang  menjulang tinggi,  sangat mempesonakan ternyata dia punya kelemahan yaitu ditutupi salju. *Demikian juga  halnya dengan  *dewa Siwa sebagai raja dari para Dewa memiliki kekurangan kerongkongannya *berwarna Hitam*.

Menjelma menjadi manusia  dalam kehidupan ini penuh dengan keterbatasan,  tak ada manusia sempurna dilahirkan di muka bumi ini *Tan hana wwang suastha anulus, pasti memiliki kekurangan dan pasti memiliki kelemahan.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam menjalankan kehidupan ini untuk selalu *Belajar* , *mengenali*,  *memetakan diri* dan memposisikan diri sesuai  dengan  Identitas atau *swadharmanya* masing masing serta menggunakan *Wiweka* dengan baik dalam kesehariannya. Pancarkan  selalu energi positif yang ada dalam diri / *Padma Hrdaya*, belajar menerima kekurangan diri sendiri dan belajar pula  menerima ketidaksempurnaan orang lain.
(kitab Vedanta & Slokantara 80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 30 Agustus 2019

Hidup tanpa kebajkan

*Mutiara Weda*
31/08/2019

*Hidup tanpa kebajikan ibarat padi tanpa Isi*

*Umat se-dharma*, jika dicamkan  Sesungguhnya dalam hidup ini tatkala  miskin akan  nilai - nilai kebenaran dan miskin akan  nilai - nilai kebajikan  sama nilainya  dengan orang yang sudah "mati " tiada guna.

Hidup yang tanpa  Guna adalah hidup tanpa nilai kebajikan  ibaratkan padi tanpa isi dan bagaikan upacara keagamaan tanpa doa - doa pujaan.

*Untuk itu*, mantapkan nilai - nilai kebenaran dan kebajikan dalam setiap kehidupan dengan selalu  berpikir, bertutur kata dan bertindak yang baik dan benar serta memegang teguh nilai - nilai agama / Dharma dalam keseharian  " Sura Dira Jayengningrat lebur dening Pangastuti ".
(  M.DS .138/ SS.280 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 29 Agustus 2019

Swa dharma

*Mutiara Weda*
30 / 08 /2019

*Swa dharma* : sebagai kewajiban Hidup

*Umat se-dharma*,  Orang yang Baik dan kuat  itu walaupun dia dalam kondisi sangat kekurangan sekalipun, dia tak akan pernah melakukan pekerjaan hina dan tercela, ibaratkan  seekor harimau,walaupun dipotong kakinya dia  tak akan pernah mau memakan rumput, Swadharma sebagai pegangan hidupnya dengan  pengamalan nilai nilai Dharma  kekuatannya *Sevaka Dharma*

Memegang teguh  dan mengaplikasikan norma agama merupakan suatu kewajiban *Swadharma*  setiap umat manusia. Manakala,  perbuatan menyimpang dari ajaran  *dharma*  maka dapat dipastikan  hidupnya akan kehilangan arah,  menderita,  dan cendrung  mendapatkan kehancuran,  bencana  serta malapetaka.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia tunjukkan dan mantapkan kualitas beragama  dengan baik melalui Pengamalan, penyerahan diri secara total, *Atmanivedanam*  serta memantapkan hubungan cinta-kasih *bhakti* dengan Ida SangHyang Widhi Wasa berlandaskan pada Pengetahuan suci *abhideya-jnana*
(Sabdakalpadruma III.463b
& Ramayana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 28 Agustus 2019

Eka citta

*Mutiara Weda*
29/08/ 2019

*Eka Citta : Nunggalang Idep*

*Umat se -dharma*, Menyatukan semua tattwa yang ada di bawah Buddhi di sebut Eka Citta atau Eka Buddhi. Tattwa yang ada di bawah buddhi adalah  *Ego* :Ahangkara tattwa, *Pikiran* : Raja Indrya tattwa dan Dasendrya tattwa.

Ketika semua tattwa  itu menyatu maka seluruh obyek tidak akan kelihatan lagi, sehingga Citta atau pikiran bisa disatukan untuk tujuan yang lebih tinggi dari citta yang disebut dengan *Purusha*.

*Untuk itu*, bersihkan citta atau  pikiran, kendalikan  *Indrya* dengan selalu *mulat sarira* dan *sadar akan adanya keadaan alam pikiran *Citta* Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya  Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri kita masing masing sehingga terwujudnya alam citta yang maha tinggi ,,*Purusha*.
(Kitab Yajurveda: 17.31 & wrhaspati tattwa. 16)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 26 Agustus 2019

Panca Bahya Tusti

*Mutiara Weda*
27/08/2019

*Panca Bahya Tusti*

*Umat se-dharma*, ada lima kemegahan yang  dapat memberikan  kenikmatan dan kepuasan duniawi semata mata, yang dapat menghancurkan,  menjerumuskan setiap umat manusia dan bahkan berakibat  masuknya ke alam neraka atau alam Bhur Loka yang di sebut *Panca Bahya Tusti*.

*Panca Bahya Tusti*  meliputi :

*Aryana*, senang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menghitung baik  maupun buruk dan dosa yang diakibatkannya.

*Raksasa*, melindungi harta dengan jalan segala macam upaya yang tidak baik.

*Ksaya*, takut akan berkurangnya harta benda dan kesenangannya sehingga sifatnya sering menjadi kikir.

*Sangga*,  melakukan hubungan seksual yang tidak syah.

*Hingsa*,  suka membunuh dan menyakiti hati makhluk lain.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jauhkan.diri dari perbuatan Panca Bahya Tusti  yang tergolong
lima perbuatan manusia bersifat asubha karma yang hanya mementingkan kepuasan keduniawan tersebut yang patut dihindari dengan  selalu menggunakan Wiweka dan  memegang teguh ajaran Dharma. Niscaya tujuan hidup Catur Purusartha akan dapat terwujud.
(Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.


Minggu, 25 Agustus 2019

Banten suci

*Mutiara Weda*
25/08/2019

*Banten Suci* : Upasaksi dalam Meyadnya

*Umat se-dharma*, dalam Pelaksanaan upacara keagamaan pada tingkatan tertentu  penggunaan  Banten Suci selalu menyertainya  dalam bentuk tataban seperti sesayut,  pulegembal maupun bebangkit sebagai perlambang Upasaksi  turunnya Ida SangHyang Widhi  Wasa dalam pelaksanaan Panca Maha Yadnya.

Penggunaan Banten Suci yang dilengkapi dengan sarana jajan sesamuhan yang berwarna putih sebagai wujud *Kesucian* dan warna Kuning perlambang *Kemakmuran*, di samping itu,
Hakekat Banten suci adalah  sebagai *upasaksi* turunnya Ida SangHyang Widhi Wasa sehingga pelaksanaan Panca Maha  yadnya berjalan dengan baik atau  *Satvika Yadnya*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantafkan keyakinan akan pelaksanaan panca yadnya dengan menempatkan ketulusan hati atau lascarya sebagai Inti utamanya dengan tetap berpedoman pada  Sastratah, Gurutah dan Svatah dan *Catur Drsta*: Purwa / Kuna drsta, Loka drsta, desa drsta dan Sastra drsta, sehingga dapat meningkatnya kualitas diri menjadi lebih baik sampai mencapai tingkat kesempurnaan.( kitab Kusuma Dewa & Purwa Gama )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Karma Patha

Mutiara Weda*
26/08/2019

*Karma Patha*

*Umat se-dharma*, jika kita renung  renungkan dalam kehidupan sehari hari, Tatkala Orang  telah  memiliki  tingkatan kesadaran akan sang  dirinya dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat   melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu  memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna  bagi diri sendiri dan  berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri  dengan menampakkan nilai  keindahan dan  keluhuran  budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya  *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali duhka akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.

Kamis, 22 Agustus 2019

Tumbuhkan.sifat Kedewataan

*Mutiara Weda*
23/08/2019

*Tumbuhkan Sifat Kedewataan dalam Diri*

*Umat se-sedharma*, Menaburkan benih benih  kebencian itu tidak akan pernah berakhir manakala dibalas dengan kebencian pula, tetapi kebencian akan berakhir dan sirna tatkala dibalas dengan sifat saling memaafkan dan welas asih dalam Catur Paramitha disebut *Maitri*

Sifat suka memaafkan dan sopan santun / *Maitri*,
Welas Asih/*Karuna*,
penuh simpati / *Mudita* dan menghargai budhi baik orang /*Upeksa*  semuanya merupakan ajaran *Catur Paramitha* sebagai ciri dari sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tumbuhkan  sifat sifat kedewataan yang ada dalam diri dengan berlandaskan ajaran Dharma dengan menjadikan.sifat *sang Sadhu* pedoman ; merunduk karena penuh kebajikan dan ilmu pengetahuan sucinya, merunduk ibaratkan padi  karena berat buahnya. Niscaya akan terwujudnya umat manusia yang Bijak dan penuh dengan sifat sifat kedewataan.
( Ramayana Kekawin & SS.306-308)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 21 Agustus 2019

Karmasaya

*Mutiara Weda*
22/08/2019

*Karmasaya*

*Umat se-dharma*, jika kita camkan ajaran  catur weda Samhita, Terakumulasikannya perbuatan Dharma dan perbuatan adharma pada  Karma seseorang di sebut *Karmasaya*.

Kemudian dari Karmasaya ini tumbuh tiga ( 3 ) hasil perbuatan atau pahala Karma berupa :  Jati, Ayu dan Bhoga :
*Jati* : kelahiran baik atau buruk
*Ayu* : umur panjang atau pendek
*Bhoga* : kenikmatan atau penderitaan yang dialaminya.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam kehidupan ini betul - betul menggunakan *Wiweka* dan menimbang nimbang mana  perbuatan Dharma yang wajib dilakukan dan  mana  perbuatan yang tergolong adharma sebagai perbuatan terlarang agar mendapatkan karma yang baik [Subha Karma] dalam menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negara.
[Santi parwa, VII.7,9]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 20 Agustus 2019

Keharmonisan

Mutiara Weda*
21/08/2019

*Keharmonisan : Tiang Penyangga Kehidupan Manusia*

*Umat se-dharma*, Hidup Menjelma menjadi manusia di muka bumi ini tidak bisa *disamaratakan*  satu sama lainnya, sudah dibekali yang namanya  Perbedaan, Kebhinekaan, keberanekaragaman, serta kemajemukan,  yang  perlu dijaga, dirawat, dipelihara dan dilestarikan, manakala Kedamaian & Keharmonisan mulai diabaikan,  luntur dan bahkan Sirna dapat dipastikan akan mengalami kekacauan yang berujung pada  kehacuran bagi kehidupan setiap umat manusia. Jadikan kedamaian dan keharmonisan sebagai penyangga kehidupandengan  Kebhinekaan sebagai bingkainya berlandaskan Falsafah  Satyam, Sivam dan Sundaram.

Tanpa memegang konsep ber-Tat Tvam Asi/ bertoleransi,  jiwa manapun akan hancur hangus terbakar manakala dalam hatinya blm tertanam *rasa cinta kasih sayang* _PREMA_ pada sesama, Yang cendrung dapat menimbun  benih - benih penyakit di dalam hati.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun tatanan kehidupan yang berlandaskan pada  Satyam (Kebenaran), Sivam ( Kesucian) dan Sundaram  (Keindahan, Keharmonisan) serta tanamkan Ajaran Tat Tvam Asi/ toleransi dengan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi : Adigang, Adigung dan Adiguna.  Niscaya tatanan kehidupan  bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang   damai, harmonis, rukun, tata / tentram serta saling  Asah, Asih dan  Asuh  terwujud  dengan  Pancasila Sebagai  perisainya  dan Bhineka Tunggal Ika sebagai Falsafah hidupnya.  ( SS.302-304 & Serat Wulang reh).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Saraswati

Mutiara Weda*
13/ 10 /2018

*Saraswati :  Turunnya Ilmu Pengetahuan Suci*

Umat se-dharma, Ilmu Pengetahuan  suci *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran 

dan kebahagiaan.

pada hari suci Saraswati umat Hindu meyakini sebagai hari turunnya Ilmu Pengetahua suci atau Pustaka suci Weda Samhita. Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam amenyelesaikan setiap persoalan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*Rahajeng hari Suci Saraswati*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 19 Agustus 2019

Prema Vahini

*Mutiara Weda*
20/08/2019

*Prema Vahini*

*Umat se-dharma*, jika kita lihat filsafat Hindu dalam sistem filsafat Samkhya kehidupan di dunia maya pada ini akan mendapatkan kebahagiaan atau jagadhita manakala adanya keseimbangan  dinamika antara  Purusa dan Predana. *Purusa* adalah unsur kejiwaan sedangkan *Predana* adalah unsur material.
*Purusa* juga disebut perlambang  *laki laki* sedangkan *Predana* sebagai lambang *wanita*  memberikan gambaran orang tua dalam  memberikan kebahagiaan pada sang anak dengan landasan rasa cinta kasih sayang yang tulus *Prema Vahini*, tak ada rasa kasih sayang yang melebihi dari kasih sayang orang tua kepada anaknya "Norana sih mangeluwihaning atanaya".

*Purusa* dan *Predana* merupakan kekuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa dalam wujudnya sebagai bapak & ibu dari seisi alam semesta  dengan tujuan tumbuhnya rasa dekat kehadapan-Nya dengan pancaran rasa cinta kasih  sayang / *Prema Vahini*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu,  tumbuhkan selalu rasa  kasih sayang  yang tulus antar sesama umat manusia  demikian pula bagi para  orang tua pada sang anak dalam mewujudkan umat Hindu yang jagadhita dan kamoksan dengan memancarkan Rasa cinta kasih yang tulus  pada seluruh umat manusia dan seisi alam semesta *Prema Vahini*
(Kitab Yadnya dan Bhakti hal.173-177 & Nitisastra)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Minggu, 18 Agustus 2019

Kroda : energi yang dapat Menghancurkan

*Mutiara Weda*
19/08/2019

*Kroda* : Energi yang dapat Menghancurkan

*Umat se-dharma*, Kemarahan /*Kroda*  merupakan  energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya  manakala tidak mampu untuk   mengendalikannya. tatkala jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah  / *Krodha* tersebut.

Pelayanan *Seva*  yang paling mudah untuk dilakukan adalah  *SENYUM* karena senyum itu adalah karunia Hyang Widhi yang  bernilai tinggi,
Senyuman tidak saja sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tapi juga jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan.
Senyuman  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa, Jangan  pelit dengan senyuman.

*Maka dari itu*, sebagai umat Hindu   *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, hilangkan rasa benci  dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN*  baik  *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Sabtu, 17 Agustus 2019

Catur Vidya

*Mutiara Weda*
18/08/2019

*Catur Vidya*

*Umat se-dharma*, dalam menjalankan Dharma Negara dan  mewujudkan tujuan hidup/ Catur Purusa Artha,  umat Hindu wajib untuk memahami isi kandungan pengetahuan suci atau ajaran kesucian yang di sebut *Catur Vidya*.

Catur Vidya merupakan empat dari cabang ilmu pengetahuan suci Weda Samhita  dalam kitab Nitisastra dalam ilmu pemerintahan  diantaranya :

*Anwiksaki* : menguraikan tentang teknologi Filsafat

*Weda Trayi* : Menguraikan tentang  ajaran agama : reg, sama dan yajur Weda.

*Wartta* : menguraikan tentang ilmu Ekonomi atau kesejahtraan umat.

*Danda niti* : Menguraikan tentang ilmu politik dan ilmu hukum.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu khususnya Generasi muda Hindu haruslah memahami keempat cabang ilmu pengetahuan yang bersumber dari Weda samhita dalam mengarungi proses kehidupan dalam menjalankan Dharma Negara untuk mencapai tujuan hidupnya.( MDS.VII.43)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 13 Agustus 2019

Indrya Mata

*Mutiara Weda*
14/ 08/2019

*Indrya Mata*

*Umat se-dharma*, hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan  cobaan & godaan yang diakibatkan oleh  kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* .

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  jalan penyelesaiannya.

*Untuk itu*, Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran
dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan.
( Vreti sasana II b.78/1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 11 Agustus 2019

Karma wesana

Mutiara Weda*
12/ 08/2019

*Karma Wesana*

*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan  oleh umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma.Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai.menuju alam Kamoksan nantinya. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 08 Agustus 2019

Udana Wayu

Mutiara Weda*
09/08/2019

*Udana Wayu*

*Umat se-dharma*, setiap umat manusia tidak akan pernah lepas dari Siklus  *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina*, kelahiran, kehidupan dan akhirnya menuju  Kematian / kembali ke asal sebagai tiga kemahakuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa *Tri Kona*

Setiap Manusia hidup kedunia ini memiliki tenaga /kekuatan yang di sebut *Udana Wayu* atau *Prana halus*.
Udana Wayu inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, berpikir, berbuat dan bernafas dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*
(Kayika, Wacika da Manacika).

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan dan sucikan  Udana Wayu dengan jalan tingkatkan selalu kualitas rohani, jaga kesucian diri,  baik lahir maupun bathin  *Yama & Nyama*, mengingat seluruh Udana Wayu adalah *Hiranyagarbha* / *Brahman* di dalam diri demikian juga di saat akan kembali ke asal, meninggal atau pralina, berkewajiban membisikan nama nama dari Ida SangHyang Widhi Wasa atau *nama smaranam* , aksara aksara suci Tuhan pada telinga orang yang meninggal sangat menentukan kehidupan yang akan datang dalam proses lahir kembali  *reinkarnasi/ punarbhawa* sebagai sifat sifat dasar yang paling kuat. Niscaya *Moksa* dan *Jiwan Mukti* akan dapat dicapai. ( Sanatana Hindu Dharma hal.37-41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 07 Agustus 2019

Nafsu : Pintu Gerbang dari cobaan

Mutiara Weda*
08/08/2019

*Nafsu* : Pintu Gerbang dari Cobaan*

*Umat se-dharma,  Jika di renung renungkan, musuh manusia yang paling utama   bukanlah orang lain ,tapi ada dalam diri kita masing masing  *Sad Ripu* dan menjadi pintu gerbangnya berbagai  Cobaan dan.godaan hidup.

Diantara enam musuh ada dua yang paling berat yaitu *Kama* dan *Krodha*. Keduanya  ibarat dua wajah dari berbagai nafsu dan kedua duanya adalah musuh yang mematikan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia kendalikan nafsu dan amarah dengan memantapkan  Kesabaran *Ksama* sehingga pintu pintu gerbang dari cobaan akan tetap terjaga . Niscaya kemuliaan dalam hidup ini akan dapat terwujud.
(SS.10, 93 & Ramayana Kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 04 Agustus 2019

Atma, jiwatma.&Paramatma

*Mutiara Weda*
05/ 08/2019

*Atma*,  *Jiwatma* & *Paramatma*

*Umat se-dharma*, Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini diciptakan  Ida SangHyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha tunggal. Tuhan bersifat maha ada *Wibhu Sakti*,  kekal abadi/ Sanatana,  berada disegala tempat/ *Wyapi Wyapaka Nirwikara*

*Stula sarira* / badan wadag dapat bergerak disebabkan oleh Tuhan yang bersemayam.dalam diri manusia yang di sebut  *atma* / *Jiwatma*.  *Atma* adalah hidupnya hidup dari manusia yang asalnya dari Tuhan, atma yang bersemayam di dalam tubuh di sebut *Jiwatma*.
Perpaduan atman dengan raga menyebabkan manusia hidup yang juga disebut *JIWARAGA, NAMARUPA*.

*Untuk itu*,  setiap umat Hindu perkokoh *Sraddha*/ keyakinan bahwa sesungguhnya Bagian dari Tuhan itu adalah Atma, bila Tuhan diibaratkan sebagai lautan maka atman itu hanyalah setitik embun, bila Tuhan diandaikan matahari maka atman itu merupakan percikan terkecil dari sinarnya,Tuhan asalnya atman sehingga di beri gelar  *Paramatma* sebagai atman yang tertinggi. (Weda Samhita & BG.X.20)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 03 Agustus 2019

Catur Bekal Dumadi

*Muriara Weda*
04/08/2019

*Catur Bekal Dumadi*
[ empat bekal kita hidup]

*Umat se-dharma, Dalam ajaran agama Hindu, lahir menjelma menjadi manusia sangatlah mulia, sangatlah  utama dan sangatlah sulit untuk diperolehnya,  karena dengan menjelma menjadi manusia dapat  menimbang nimbang  mana yang baik dan mana  yang buruk / *Wiweka*  Demikian pula halnya dalam hidup ini, sebenarnya  sudah dibekali dengan empat bekal hidup yang di sebut  *Catur Bekal Dumadi* antara lain  :

*Suka* : perasaan  yang selalu senang, suka dan bahagia

*Dukha* :  Rasa sedih ataupun rasa  dukha selalu menyelimuti setiap umat manusia.

*lara*,  Tak seorangpun manusia dapat terhindar dari Kesengsaraan  karena hidup pada dasarnya adalah menderita.

*Pati*, setiap umat manusia  tak luput dari  Siklus kematian  atau Pralina.

*Untuk itu*, sebagai  umat Hindu jalankan proses  hidup dengan rasa Angayubagya, pergunakan kesempatan menjelma  menjadi manusia  untuk selalu berbuat Kebajikan / *Subha Karma*,  serta  sadar bahwa  proses kehidupan akan mengalami siklus perputaran *Tri Kona*  : *Utpeti*, stithi,  Pralina dengan rwa bhineda selalu mendampinginya.   Jangan terlalu berbangga dan berbesar hati manakala mendapatkan  kebahagiaan dan jangan pula terlalu bersedih hati tatkala mendapatkan  rasa dukha dan penderitaan,  jalankan hidup ini dengan landasan  Lascarya, Citta sudhi / Pikiran yang bersih, Nirahamkara/kendalikan emosi emosi gelap, laksanakan dhyana yoga/samadhi. Niscaya akan dapat menuju  target Utama menjelma menjadi manusia yaitu *Kesadaran  sejati*,  memutus siklus samsara menuju *Moksa*.
( SS.3-6. & SS.473-474)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 02 Agustus 2019

Kuningan :Peningkatan Kualitas Rohani

*Mutiara Weda*
03/08/2019

*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani

*Umat se-dharma*, Pada  hari  ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan  yang jatuh pada hari ke 10  setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat  Hindu melakukan persembahan dan pemujaan  kehadapan  SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.

Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan  pada pagi hari  sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu  ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari  berlalu memasuki *masa pralina*  energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.

*Untuk itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha*  dengan memperbanyak   introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. serta Bangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri. (Kitab Kala Maya Tatwa & Weda Samhita)

*RAHAJENG HARI SUCI KUNINGAN TINGKATKAN KUALITAS ROHANI  & MANTAPKAN BENTENG SERTA KAVACA GAIB DLM DIRI*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Karana Sudhi

*Mutiara Weda*
02/08/2019

*Tri Karana Suddhi*

*Umat se-dharma*, Orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  menampakkan sinar / Cahaya dalam hidupnya  dan mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata bathin menjadi terang serta bersinar *Buka kata hati* dan bangun ,*Padma Hrdaya* dalam diri.

Membangun Padma Hrdaya dalam diri dengan landasan *Tri Karana Suddhi* yaitu pensucian *Pikiran, Perkataan dan Perbuatan. Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci /*Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  untuk membuka mata bathinnya dan membangun *Padma Hrdaya* dalam diri serta pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin. Niscaya akan dapat tumbuhnya padma Hrdaya dan  bathin akan tetap bercahaya serta terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Dharma : Penyangga Bhuana Alit & Bhuana Agung

*Mutiara Weda*
01/08/2019

*Dharma* : Penyangga Bhuana alit & Bhuana Agung

*Umat se-dharma*, seluruh  alam semesta beserta isinya  diatur oleh Dharma *Dharanad Dharma Ityahur Dharmena Vidrtah Prajah*.Dharma penyangga jagad raya / bhuana alit dan bhuana Agung.

Manakala Dharma dilanggar dapat dipastikan akan digilas oleh Dharma, demikian pula sebaliknya tatkala umat manusia memegang teguh ajaran Dharma dia  akan di jaga dan dilindungi oleh Dharma pula.

*Untuk itu* jadikan Dharma dengan kitab suci Weda sebagai tolok ukur untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup  *Weda pramanakah Sreyah sadhanam Dharmah*. ( Santi Parwa 167.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Guna

*Mutiara Weda*
31/ 07 /2019

*Tri Guna*

*Umat se-dharma*,  dalam ilmu Psychologi faktor lingkungan juga menentukan baik dan buruknya *sikap* dan *Perilaku* umat  manusia, namun dalam susastra Hindu sesungguhnya perilaku manusia sangat ditentukan oleh tiga unsur Guna yang di sebut *Tri Guna*  yaitu Satwam, Rajas dan Tamas.

Pikiran yang ringan, tenang dan terang itu adalah *Satwam*, pikiran yang bergerak cepat itu *Rajas*  dan pikiran yang gelap / berat itu *Tamas*. Tak seorangpun luput dari pengaruh *Tri Guna*, demikian juga tak seorangpun dalam penampilannya tidak diwarnai oleh ketiga sifat itu dan selalu bekerja dalam diri manusia.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  selalu *mawas diri/ Ngret Sarira* dengan mengendalikan *Indrya* mengingat  indrya / nafsu sebagai penggerak utama dalam kehidupan ini dengan menghilangkan sifat keraksasaan *Asuri Sampad* yang penuh dengan kejahatan dan bangkitkan sifat *Raja* yang penuh dengan kesucian dan kebijaksanaan.
( kitab Wrhaspati Tattwa,15  dan Ramayana, II.41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .