Minggu, 30 September 2018

Tingkatkan kepekaan rohani

*Mutiara Weda*

30 / 09 / 2018

*Tingkatkan Kepekaan Rohani*

*Umat se-dharma*, manusia yang hidup di mayapada ini berbekalkan pada berbagai keterikatan akan hal hal keduniawian dalam bentuk : kelahiran/ *janma*, kematian/*mrtyu*, umur tua/ *Jara*, penyakit /*Vyadi*, penderitaan/ *duhka* dan kesalahan/ *dosa*.

Dunia material selalu membelenggu jiwa setiap umat manusia, manakala tidak tanggap dan tidak mengerti akan kenyataan dalam hidup ini menyebabkan terombang ambingnya jiwa dan kehidupan serta  tak sedikit sampai terhempas yang berujung pada jatuh ke jurang kehancuran.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu,tingkatkan akan kepekaan rohani dengan jalan memantapkan kualitasnya melalui tumbuhkan rasa bhakti, sucikan pribadi dgn berbagai sadhana /latihan rohani dalam wujud : *Vrata* / pengendalian diri dan *upavasa* /berpuasa. Niscaya, akan mampu menghadapi persoalan hidup yang selalu membelenggunya dan terkendalikannya *Sad Ripu* sehingga hidup menjadi tenang, tentram dan damai  serta menerima proses kehidupan ini dengan lapang dada/Lascarya.

( BG. XIII, 8 dan Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 26 September 2018

Orang tua : Wujud Pitri Devo Bhawa

*Mutiara Weda*

27 / 09 / 2018

*Orang tua : wujud Pitri Devo Bhawa*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu orang tua (bapak dan Ibu)  memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia demikian juga seorang Ibu  melahirkan, membesarkan dan membimbing sang anak mengibaratkan.: Sorga berada di bawah telapak kaki Ibu sebagai.perwujudan *Pitri Dewa Bhawa*

Orang tua  merupakan sarana terciptanya tubuh ini dan menjadi dewa pertama bagi sang anak. Mengingat sang Ibu mengandung selama sembilan bulan,  memberikan bimbingan dan pendidikan pertama dan utama pada sang anak saat masih berbentuk jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk berbhakti  kepada kedua orang tua untuk mendapatkan kebahagiaan baik manah santih maupun paramasanti melalui *Tiga Restu*  yaitu :

*Kebahagiaan dalam masyarakat*  melalui penghormatan pada *sang Ibu*,

*kebahagiaan  di dunia* melalui penghormatan pada *ayah* dan

*Kebahagiaan di Brahma Loka* melalui penghormatan pada *Guru atau Acarya*. Niscya akan terbentuknya anak yang suputra dan terhindar dari maha pataka atau dosa besar menuju manah santih dan parama santih, bahagia lahir dan bathin, sekala dan niskala.

( Manu Smerti, 2. 227 dan Siwa Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 25 September 2018

Dharma Vahini

*Mutiara Weda*
26/09/2018

*Dharma Vahini: Pancarkan Isi Kitab suci Veda*

*Umat se-dharma, Keyakinan/ *Sradha* merupakan inti  dalam beragama. Menjalankan Dharma dengan benar, penuh keyakinan, ikhlas tanpa dibayangi oleh keragu raguan.

Manakala beragama dengan landasan ragu ,  *sangatlah berbahaya*, siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, raksitah*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini*, sebagai pedoman Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai  kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud.
(Weda Samhita & BG.III.35)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 23 September 2018

Jagalah setiap kesempatan

Mutiara Weda*
24/09/2018

*Jagalah  Setiap Kesempatan*

*Umat se-dharma*,   kalau kita renung renungkan bahwa  menjadi manusia harus bisa menjaga masa mudanya sebelum masa Tua itu datang dan menjaga setiap kesempatan sebelum masa sempit datang.

Setiap orang pasti mengalami masa muda dan setiap orang pasti memiliki kesempatan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang banyak.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban setiap umat manusia untuk selalu memegang teguh ajaran Dharma serta  menjaga cara  berpikir, bertutur kata dan bertingkah laku   mengingat kelahiran menjadi manusia tak ubahnya bagaikan kerdipan petir, secepat kilat dan teramat sukar untuk diperolehnya dengan selalu berbuat kebajikan  *Subhakarma*. Niscaya  tujuan hidup *Catur Purusa Artha* akan terwujud.
(SS. 8 dan 27)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 16 September 2018

Mata nafsu

*Mutiara Weda*
15/ 09 /2018

*Mata Nafsu*

*Umat se-dharma*, hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan  cobaan & godaan yg diakibatkan oleh kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* / *Dasa Mala*.

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut  *mata nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan *KeAkuan* Sebagai jalan penyelesaiannya.

*Untuk itu*, Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran
dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan pikiran yang selalu akan dibayang bayangi   kegelapan.
( Vreti sasana II b.78/1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Karma Patha:Pengendalian &Pengekangan sang Diri

*Mutiara Weda*
16/09/2018

*Karma Patha* : Pengendalian & Pengekangan sang Diri

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah memiliki tingkatan kesadaran akan diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna bagi diri sendiri dan berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri dengan menampakkan nilai keindahan dan  keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali duhka akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.

Rabu, 12 September 2018

Kelabang : Uparengga dalam Meyadnya

*Mutiara Weda*

12/09/2018

*Kelabang* : Uparengga dalam Meyadnya.

*Umat se-dharma*, dalam pelaksanaan praktek-praktek keagamaan, umat Hindu tidak pernah lepas dengan penggunaan *Kelabang* sebagai *uparengga* dalam meyadnya,baik yang terbuat dari bambu maupun dari daun selepahan  mengandung makna kekuatan dari Ida SangHyang Widhi Wasa yang menitik beratkan pada aspek Asurisampad atau keraksaan serta Kelabang diyakini sebagai perpaduan antara kekuatan Asuri sampad dengan kekuatan Brahma ( Kala dan abang).

Ada beberapa jenis Kelabang yang lumrah digunakan.oleh umat Hindu seperti :

*Kelabang Wong wongan*, simbol dari sang kala Badeg digunakan pada saat upacara  pewiwahan /pesakapan.

*Kelabang Dangap dangap*, sebagai alas dari Caru  simbol kekuatan bhuta kala yang di dalamnya tersirat unsur penyupatan.

*Kelabang Taring*,  sarana peneduh sebagai lambang agar pikiran umat selalu bersih dan suci.

*Kelabang Mantri* atau kelabang sakti yang berfungsi untuk menghilangkan sarwa leteh dalam pelaksanan yadnya, kelabang mantri biasanya diletakan pada pagar tembok penyengker atau tembok payadnyan.dan

*Sengkui*,digunakan pada ritual pecaruan dengan ulatan disesuaikan dengan jumlah penguripannya.

*Kelabang losok*,bermakna menghilangkan energi negatif dalam upacara yadnya.

*Untuk itu* ,sebagai umat Hindu berkewajiban untuk memahami hakekat  penggunaan Kelabang sebagai Uparengga dalam pelaksanaan Panca Maha Yadnya,  guna menjaga kesucian serta menberikan perlindungan baik secara sekala maupun Niskala  dari Pelaksanaan panca Maha Yadnya ( Yadnya Prakerti & Dewi Tapini)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Janur : Uparengga dalam Meyadnya

*Mutiara Weda*

13 / 09 /2018

*Janur* : Uparengga dalam Meyadnya

*Umat se-dharma*, dalam setiap kegiatan keagamaan umat Hindu tidak pernah lepas dari penggunaan Janur sebagai sarana pokoknya terutama dalam majejahitan  membuat sarana banten / upakara yadnya oleh sarati banten.

Janur sesuai warnanya berwarna kuning melambangkan kemakmuran dan kesemarakan serta  mengandung Vibrasi dan kesucian, serta berbagai macam bentuk tetuasan melambangkan kelanggengan dan kesungguhan hati sang Yajamana, di samping itu membuang bagian tepi dari janur sbg perlambang  membuang keangkuhan, keserakahan dan kesombongan dalam meyadnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban setiap pelaksanaan upacara yadnya menggunakan janur dari daun Kelapa ,mengingat kelapa mengandung makna filosopi yang sangat dalam bagi umat Manusia di mana  buah kelapa yang menunjukan kematangan ternyata di dalamnya mengandung air yang selalu dijaga kemurniannya dan memberikan kehidupan. Batang dari pohon kelapa mencerminkan kedewasaan sbg inspirasi ketika dewasa baru akan diberikan buah untuk di jaga sampai buahnya matang, dan ini juga sebagai cermin bagi manusia Hindu selalu menjalankan proses kehidupan sesuai dengan Tahapan tahapan hidup sesuai  Catur Asrama. ( usana Bali & Tutur Dewi Tapini)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 11 September 2018

Garbhadana

*Mutiara Weda*
10/09/2018

*Garbhadana samskara*

*Umat se-dharma*, salah satu upacara yang sangat penting, yang wajib dilakukan bagi  sepasang suami-Istri pada saat kehamilan yang di sebut upacara *Garbhadana Samskara* atau yang dikenal juga  dengan nama upacara *Garbhalambhanam* sebagai bagian dari upacara *sarira samskara*.

*Upacara Garbhadana samskara* yang lumrah  disebut upacara magedong gedongan, dilaksanakan pada saat keahamilan baru berumur 210 hari  atau 7 bulan masehi bertujuan agar benih atau janin yang ada dalam kandungan tumbuh subur, bertambah kuat, sehat dan nantinya lahir menjadi anak yang Suputra.

*Untuk itu*, sebagai umat beragama Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  melaksanakan upacara Garbhadana samskara memuja kehadapan para Dewata dan Sanghyang Pitara agar sang janin tumbuh dengan baik serta lahir sehat dan selamat sehingga nantinya lahir menjadi  anak yang *Suputra*, berkarakter serta Berbudhi pekerti luhur.
( Reg Veda X.184 & Dharmasastra,VI.9.1.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 10 September 2018

Upasana, Upacara, Upakara dan Uparengga

*Mutiara Weda*
11/09/2018

*Upasana, Upacara, Upakara dan Uparengga*

*Umat se-dharma*,  dalam melakukan pemujaan terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa umat Hindu memiliki berbagai keterbatasan, sehingga untuk mempermudah pikiran  berkonsentrasi diperlukan adanya simbol atau perlambang dalam bentuk *Nyasa- Rupa*.

Demikian pula halnya dalam pelaksanaan  Upacara Panca Maha Yadnya tak bisa lepas dengan istilah seperti :  *Upasana*, *Upacara*, *Upakara*, dan *Uparengga*.

*Upasana* merupakan atuan-atuaran atau pedoman pelaksanaan persembahyangan, *Upacara* adalah bentuk ritual dan persembahyangan yang dilakukan oleh umat. Sedangkan *Upakara* adalah sebuah sarana dalam sebuah upacara keagamaan yang dibuat dan diciptakan melalui hasil karya dari tangan, sedangkan  *Uparengga* adalah sarana dan prasarana dalam membuat upakara yang digunakan sebagai pelengkap suatu upakara.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tingkatkan  kualitas Bhakti dengan pemusatan pikiran *Dhyana* dengan menggunakan media simbol atau perlambang dalam bentuk *Rupa* pikiran manusia dalam berkonsentrasinya sedangkan sifat Tuhan diwujudkan dalam bentuk *Nyasa* berupa mantram ataupun aksara suci  serta memegang teguh konsep Upasana, Upacarap,Upakara dan Uparengga dalam pelaksanannya. Niscaya Kualitas Bhakti akan terwujud.
(Weda Parikrama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 08 September 2018

Kamoksan sbg Kebahagiaan sejati

*Mutiara Weda*
07/09/2018

*Kamoksan sbg Kebahagiaan Sejati*

*Umat se-dharma*, Aji *Kelepasan*, *Kedyatmikan* atau Aji *Kamoksan* merupakan salah satu Sradha dalam ajaran Hindu sebagai tujuan hidup tertinggi dan kebahagiaan sejati *Suka Tanpa Waliduhka*.

Kebahagiaan sejati  akan dapat dicapai tattkala terlepasnya Atma dari ikatan *Maya* dan menyatu pada *Brahman/  sang maha Pencipta* dengan melepaskan semua bentuk ikatan keduniawian yang sering di kenal dengan nama  *sakti / prakerti*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi  kewajiban untuk memegang teguh ajaran *Kedyatmikan*, *Kelepasan*,  *Keparamarthan* atau *Kamoksan* sebagai salah satu Sradha dalam mewujudkan Kebahagiaan sejati *Sat, Sit dan Ananda* melalui pelaksanaan    Catur Marga Yoga secara utuh serta membebaskan diri dari pengaruh  Tri Guna sehingga *tubuh / Angga sarira*, betul betul dapat dijadikan alat untuk mencapai  Moksa *Moksanam sariram sadhanam.
( Brahma Purana, 228.45 dan BG. XVIII.54)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 05 September 2018

Bersihkan Bhusana dalam Diri

*Mutiara Weda*
06/09/2018

*Bersihkan Bhusana Dalam Diri*

*Umat se-dharma*, Membangun *Kecerdasan* merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan setiap umat manusia dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai inti dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*. Kesemuanya sebagai  *Busana/Kawaca* Benteng dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus,
*Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian,
*Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharmanya* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun Gunakan  *Kavaca Dharma dan bangun *Bhusana* yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang. Niscaya akan mampu menapaki hidup yang rendah hati, bijak dan mampu mengendalikan serta mengelola emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 03 September 2018

Ibu: Ratu dalam rumah tangga

*Mutiara Weda*

19 / 08 /2018

*Ibu* : Ratu dalam rumah Tangga

*Umat se dharma*,seorang ibu atau istri dalam  keluarga Hindu memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia, sebagai pelita atau suluh yang memberikan sinar / cahaya bagi seluruh anggota keluarga dalam menuju keharmonisan  baik secara lahir maupun bathin sehingga ibu sering di juluki *Ratu dalam rumah tangga*.

Peran dan kedudukan seorang  Ibu / Istri dalam keluarga Hindu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat berat dan mulia terlihat dari saat mengandung atau proses kehamilan sudah dihadapkan  dengan proses pendidikan yang wajib dilakukan dan sangat menentukan bagi kualitas sang anak dengan berkewajiban mentaati berbagai pantangan atau brata seperti :

*Wak Capala* : tidak sombong,rakus, angkuh dll dan

*wak purusya* : tidak berkata kasar dan keras, tidak mencaci maki dan sejenisnya sebagai pendidikan pertama dan utama bagi sang jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu haruslah menyadari bahwa begitu besar dan mulia tugas dan tanggungjawab seorang Ibu/ istri dalam membimbing dan mendidik anak sejak masih berada dalam kandungan dengan proses upakara Garbhadhana samskara dan menjadi barometer terbentuknya karakter dan budi pekerti sang anak nantinya dan lebih melakukan pengendalian diri, Tapa dan Brata.

(Kitab Manusmerthi XI,26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pratikara : ngunduh Wohing Pakarti

*Mutiara Weda*

23 / 08 /2018

*Pratikara : Ngunduh Wohing Pakarti*

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada menyebutkan, burung murai itu dihargai karena suaranya, dalam semua ajaran ajaran ,Gurulah yang paling berharga. Demikian pula dalam hal memaafkan,  ketinggian budilah yang paling dikagumi.

orang yang mendalami ajaran suci kerohanian pastilah memahami isi  ajaran Dharma yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastkan berkeyakinan kejahatan itu akan berbalik kembali pada asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani dengan memupuk rasa saling memaafkan serta membuang jauh jauh prilaku Kejahatan, rasa benci dan rasa dendam / Dwesa .Niscaya hidup yang Nyaman dan Damai / manah Santih dan parama santih dapat terwujud.

( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Catur Asrama

Mutiara Weda*
25/08/2018

*Catur Asrama*
(Empat Tahapan Hidup)

*Umat se-dharma*, Dalam ajaran agama Hindu , ada empat tahapan hidup yang wajib dilalui oleh setiap umat Hindu dalam mencapai tujuan hidupnya  yang di sebut  *Catur Asrama*; masa Brahmacari, Grehastha, Wanaprastha dan Bhiksuka/ Sunyasin.

Keempat Tahapan hidup tersebut  wajib dilaksanakan .secara bertahap sesuai dengan runtutannya. Manakala keempat tahapan hidup  tersebut dilanggar dapat dipastikan  akan menemukan kegagalan, penderitaan yang  berujung  pada kehancuran.

*Untuk itu*. Bagi setiap umat Hindu sudah menjadi kewajiban dari kitab suci Weda untuk melaksanakan keempat Tahapan hidup  tersebut secara teratur *Catur Asrama*, Jalan Hidup *Catur Marga* dalam mencapai Tujuan Hidup *Catur Purusa Artha*. Niscaya   umat Hindu  yang  *Moksartham Jagadhita ya Ca Iti dharma*  akan terwujud.
(Kitab Swastika Rana,139,143)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Karma wesana sang Pengikut Setia

Mutiara Weda*
30/08/2018

*Karma Wesana Sang Pengikut Setia*

*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan  umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma.Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai.menuju alam Kamoksan nantinya. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Avidya :sumber dari kesengsaraan

*Mutiara weda*

02/09/2018

*Avidya* : sumber dari Kesengsaraan

*Umat se-dharma*, salah satu musuh manusia dalam alam samsara ini adalah Avidya atau kebodohan, suka maupun duka  yang dialami pangkalnya adalah kebodohan. Kebodohan ditimbulkan oleh loba atau keinginan, sedangkan loba (keinginan hati) itu, kebodohanlah asalnya, dan Orang yang dicekeram oleh kebodohan dapat dipastikan akan melakukan perbuatan buruk atau tindakan kejahatan.

Perbuatan orang yang satwika pastilah akan memperoleh kesucian, dan orang yang memiliki sifat rajas tentu akan memperoleh penderitaan demikian juga halnya dengan orang yang memiliki sifat tamas, kebodohanlah hasilnya.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan kebodohan itu dengan jalan pemahaman ilmu pengetahuan suci secara sempurna *samyagjnana* dan jadikan pengetahuan suci sebagai busur / bentang  dalam jaman ini dijadikan pegangan pedoman dan tuntunan hidup dalam berpikir, bertutur kata dan dalam bertindak. Niscaya akan mendapatkan ketenangan baik lahir maupun bathin dalam kehidupan ini.

( Nitisastra IV.5 & SS.400)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Bersihkan Hati : Padma Hrdaya

*Mutiara weda*

03/08/2018

*Bersihkan Hati : Padma hrdaya*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan cabang pohon itu akan merunduk manakala dipenuhi dengan buah, begitu pula halnya dengan awan akan merendah tatkala penuh dengan uap , demikian juga halnya dengan orang orang yang baik dan bijaksana  akan berhati lembut karena pengetahuan sucinya *Samyagjnana*.

Mantapnya Kualitas rohani akan menjauhkan diri dari tindakan kejahatan dalam rangka menuju kebaikan dan manakala manusia memiliki sifat kebaikan dapat dipastikan sifat irihati,dengki , serakah ,rakus, rasa benci dan sejenisnya akan meninggalkannya serta bersahabat dengan semua umat manusia *Vasudhaiva Kutumbakam*

*Untuk itu*, sebagai umat manusia tingkatkan kualitas rohani dengan membersihkan hati atau bathin *Padma Hrdaya* dengan menampakan persaudaraan sejati *Vasudhaiva Kutumbakam* dengan hati yang penuh rasa cinta kasih sayang *Prema*.  Niscaya akan mendapatkan kebahagiaan hidup yang sebenarnya *Sukha tan pawali duhka* dan menuju alam kesempurnaan sejati *Kamoksan* .(Kitab Atharva Veda, 10.6’1& Niti Satakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 01 September 2018

Mutiara Weda - Tiga Kerangka Dasar Ajaran Agama Hindu

Pijar Hindu 24 Maret 2013

Madurya bhawa : Bhakti Sejati

*Mutiara Weda*
29/08/018

*Madurya Bhawa* : Bhakti sejati

Umat se-dharma, masyarakat Hindu dalam  mewujudkan rasa cinta kasih yang suci dan tulus kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dikenal dengan nama *Bhakti* baik pada tataran  *Para Bhakti* maupun *Apara Bhakti* dalam doa mantram dikenal dengan *Subhasita*

Bentuk bhakti atau *bhavabhakti* secara mendalam, suci ,tulus dan sejati  dalam ajaran Hindu dikenal dengan nama *maduryabhawa* sebagai bentuk bhakti yang paling utama  dan tertinggi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas bhakti dengan meningkatkan kualitas rohani berupa penyerahan diri secara tulus dan sejati kepada-Nya dengan jalan selalu mengingat dan menyebut kebesarannya/ *namasmaranam*, mengulang ulang secara konstan terus menerus/ *berjapa* ataupun mengucapkan doa/ lagu pujaan *mantram* serta melantunkan Dharma gita atau *Bhujana*.
(Reg Veda,VIII. & BG XVIII.65)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Karma wesana Sang Pengikut Setia

Mutiara Weda*
30/08/2018

*Karma Wesana Sang Pengikut Setia*

*Umat Se-dharma*, Setiap perbuatan yang dilakukan  umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma phala*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma.Niscaya Karma baik akan selalu mengikutinya sampai.menuju alam Kamoksan nantinya. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .