Jumat, 31 Agustus 2018

Banten :simbol angga sarira

*Mutiara Weda*
01/09/2018

*Banten*: simbol Angga Sarira
( Sahananing Banten Pinaka Ragantha Tuwi)

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan esensi  Tattwa dari Banten atau Yadnya  mengandung makna yang sangat luas yaitu melaksanakan ajaran dharma secara tulus , ikhlas / lascarya dalam bentuk praktek keagamaan *Panca Maha Yadnya*.

Melaksanakan ajaran Panca Maha Yadnya yang dilandasi dengan lascarya sebagai bagian dari pokok ajaran agama Hindu *Tri Kerangka dasar* dari kitab suci weda samhita sebagai cermin.dari *Tri Angga Sarira Sarira* (Sahananing Banten pinaka ragantha tuwi)

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Panca Maha Yadnya sebagai bagian suatu petunjuk dari kitab suci weda samhita sebagai cermin dari *Tri Angga Sarira* dari umat manusia yaitu

*Badan atma* suksme sarira yang bermanifestasi dari *Mahat* sebagai cermin dari Tattwa.

*Badan Antah Karana*  ( jiwa) bermanigestasikan sebagai budhi dan tercermin sebagai prilaku atau etika.

*Badan Wadag* /Jasad atau tubuh *Panca Maha Bhuta* bermanifestasikan sebagai *Ahamkara* sebagai cermin dari *upakara atau yadnya*  sehingga yadnya yang diprsembahkan perlambang angga sarira.(Yadnya Prakerti dan MDS.II.92)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Kamis, 30 Agustus 2018

Jangan abaikan Dharma

Mutiara Weda*
31/08/2018

*Jangan abaikan Dharma*

*Umat se-dharma*, setiap umat manusia wajib memanjatkan rasa  angayubagya kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa karena kita telah diciptakan lahir menjelma   menjadi manusia yang teramat sulit didapatkan.

Menjelma Menjadi manusia janganlah bersedih hati, tatkala dalam mengarungi kehidupan masih dihadapkan.dengan berbagai kesulitan , cobaan dan dinamika hidup, karena hanya dengan menjadi manusia yang dapat membedakan mana yg baik  dan mana yg buruk  yg harus dihindari dan merubah yg buruk menjadi baik.

*Untuk itu*, jangan sia siakan kesempatan hidup menjelma  menjadi manusia, pergunakanlah dengan sebaik baiknya  untuk berbuat kebaikan,  janganlah mengabaikan nilai-nilai Dharma/ keagamaan dan kemanusiaan  yang berlandaskan pada Pustaka suci Veda samhita. *(SS.1-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .


Senin, 27 Agustus 2018

Bangkitkan kualitas diri dgn landasan Tri Karma

*Mutiara Weda*
27/ 08 /2018

*Bangkitkan kualitas diri dgn landasan : Tri Karma*

*Umat se-dharma*, Bila cinta kasih yang mengisi pikiran, dia akan menjelma menjadi kebenaran, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Pada hakekatnya melaksanakan  cinta kasih itu sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kualitas diri melalui Tri Karma :

*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran, *Dharma* ; kebajikan, *Prema* ; cinta kasih,*Santih* ; damai dan *ahimsa*; tidak menyakiti. Niscaya akan.dapat terbentuknya manusia yang *Sat Karma* yaitu Manusia Dewa atau manusia berbudi pekerti luhur.

(Wrhaspati Tattwa,15-19 & weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 25 Agustus 2018

Ibu : ratu dalam rumah tangga

*Mutiara Weda*

19 / 08 /2018

*Ibu* : Ratu dalam rumah Tangga

*Umat se dharma*,seorang ibu atau istri dalam  keluarga Hindu memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia, sebagai pelita atau suluh yang memberikan sinar / cahaya bagi seluruh anggota keluarga dalam menuju keharmonisan  baik secara lahir maupun bathin sehingga ibu sering di juluki *Ratu dalam rumah tangga*.

Peran dan kedudukan seorang  Ibu / Istri dalam keluarga Hindu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat berat dan mulia terlihat dari saat mengandung atau proses kehamilan sudah dihadapkan  dengan proses pendidikan yang wajib dilakukan dan sangat menentukan bagi kualitas sang anak dengan berkewajiban mentaati berbagai pantangan atau brata seperti :

*Wak Capala* : tidak sombong,rakus, angkuh dll dan

*wak purusya* : tidak berkata kasar dan keras, tidak mencaci maki dan sejenisnya sebagai pendidikan pertama dan utama bagi sang jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu haruslah menyadari bahwa begitu besar dan mulia tugas dan tanggungjawab seorang Ibu/ istri dalam membimbing dan mendidik anak sejak masih berada dalam kandungan dengan proses upakara Garbhadhana samskara dan menjadi barometer terbentuknya karakter dan budi pekerti sang anak nantinya dan lebih melakukan pengendalian diri, Tapa dan Brata.

(Kitab Manusmerthi XI,26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Guna artha dalam agama Hindu

*Mutiara Weda*
21 / 08 /2018

*Guna Artha dalam ajaran Hindu*

*Umat se-dharma*.  Seindah apa pun bunga yang ada di dalam sebuah taman, dalam kurun waktu tertentu ia pasti akan layu. Demikian juga halnya dengan umat manusia,  Sehebat apapun dalam pencapaian material seseorang di dunia ini dia juga memiliki batas waktu untuk memiliki & menggunakannya.

Penggunaan  Artha / kekayaan yang benar  sesuai tuntunan dalam ajaran agama  Hindu ;

*Sadhana rikasidhaning  Dharma*,menjalankan Dharma/ meyadnya, *Sadhana rikasidhaning kama*,memenuhi keinginan atau cita cita hidup dan

*Sadhana rikasidaning Artha*,

untuk kesejahtraan dan kemakmuran.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia harus memahami akan guna dari Artha tersebut dan jangan pernah mengijinkan kekayaan yang besar membuat *EGO* juga menjadi besar yg dapat membawa kehancuran dan malapetaka bagi si pemiliknya,  gunakan Artha itu sesuai dgn tuntunan kitab suci Weda . niscaya akan mengerti arti dan Guna dari Artha yg sebenarnya, sehingga terhindar dari bencana.

(Kitab Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jangan bohongi kata hati

Mutiara Weda*
17/08/ 2018

*Jangan bohongi kata Hati*

Orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  mendapatkan Cahaya yang sebenarnya dalam hidup ini dan mampu memandang ke dalam dirinya maka bathinnya akan menjadi terang dan bercahaya sehingga mata bathin menjadi terbuka, Jangan Bohongi Kata hati *Tan Satya Hrdaya*

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi tetap terang dan bersinar  melalui penyucian bathin dengan cara membersihkan Badan dengan air, pikiran disucikan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15 & M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pratikara:Ngunduh Wohing Pakarti

*Mutiara Weda*

23 / 08 /2018

*Pratikara : Ngunduh Wohing Pakarti*

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada menyebutkan, burung murai itu dihargai karena suaranya, dalam semua ajaran ajaran ,Gurulah yang paling berharga. Demikian pula dalam hal memaafkan,  ketinggian budilah yang paling dikagumi.

orang yang mendalami ajaran suci kerohanian pastilah memahami isi  ajaran Dharma yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastkan berkeyakinan kejahatan itu akan berbalik kembali pada asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani dengan memupuk rasa saling memaafkan serta membuang jauh jauh prilaku Kejahatan, rasa benci dan rasa dendam / Dwesa .Niscaya hidup yang Nyaman dan Damai / manah Santih dan parama santih dapat terwujud.

( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Raja pisuna : maha petaka

*Mutiara Weda*
26 /08/2018

*Raja Pisuna : Maha pataka*

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang.

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

“RAHAJENG HARI SUC PURNAMA SASIH KATIGA”

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jangan.abaikan.anugerah Tuhan

Mutiara Weda*
24/ 08 /2018

*Jangan Abaikan Anugerah Tuhan*

*Umat se-dharma*, Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan kewajiban setiap manusia.  *Kebenaran* dan *kebajikan* di jaga dengan perilaku yang baik; serta *sastra-sastra suci* di jaga  dengan keteguhan hati dan *kesucian pikiran* ,demikian juga  *Ketampanan* dan  *Kecantikan fisik* di jaga dengan kebersihan

Kelahiran menjadi manusia *mulia*  dan *bijak* dapat dijaga dengan tutur agama dan budi pekerti,  etika serta  tata susila dengan cara berpikir, bertutur kata dan berbuat yang baik dan benar.

*Untuk itu*,  sebagai umat manusia jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan dgn  selalu *Bersyukur* dan *Angayubagya* , jaga  dan rawatlah dengan sebaik- baiknya apa yang telah dianugerahkan-Nya dengan landasan petunjuk kitab suci *Weda Samhita* , Tatwa, Susila dan Acara agama secara terintegrasi. niscaya kebahagiaan lahir maupun batin akan dapat terwujud .
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 21 Agustus 2018

Bangun Pura Dalam Diri

*Mutiara Weda*
22 / 08 /2018

*Bangun *PURA*  dalam Diri*

*Umat se-dharma*,  membangun kawasan suci atau  membangun pura dalam diri amatlah penting dalam menata sang diri agar termotivasi untuk berprilaku baik/subha karma yang berdasarkan pada hukum *Rta* dan *Dharma*.

Perilaku  Baik yang berdasar atas *Rta*  adalah perilaku yang taat dan patuh pada  hukum alam sehingga Bhuana agung /makrokosmos  tidak terganggu hak azasi alaminya *Tri Canda* ( udara, Air dan tumbuhan), sedangkan perilaku  baik berdasar *Dharma* merupakan perilaku yang selalu berada pada Garis Kebenaran *Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Bangun pura atau Kawasan Suci dalam diri dengan  menjaga kesucian bathin melalui terjaganya tindakan.dan.prilaku, dengan selalu berpegang teguh pada  hukum *Rta* dan *Dharma* sehingga dapat terkontrolnya dinamika berperilaku pada jalan kebenaran *Dharma*.
(Kitab Reg Veda dan Yoga Sutra)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 20 Agustus 2018

Tri Jnana Sandhi

*Mutiara Weda*
20 / 08 / 2018

*Tri Jnana Sandhi*

*Umat se-dharma*,  Dalam Pustaka suci Weda  tertuang  tiga kerangka dasar dalam berpikir agama Hindu yang terintegrasi  menjadi  satu kesatuan utuh  yang dikenal dengan nama *TRI JNANA SANDI*

Tiga Kerangka Dasar Ajaran Hindu tersebut meliputi :

*Tatwa Agama*  menjadi  landasan teologi dari semua bentuk pelaksanaan  keagamaan Hindu .

*SUSILA Agama *,  menjadi landasan Etika dari semua perilaku umat Hindu dalam hubungan dengan *Tri Hita Karana*

*ACARA agama*,  menjadi landasan perilaku keagamaan, tradisi dan kebudayaan religius sebagai Implementasi  dari tatwa dan susila dlm  wujud keberagaman yg lebih nyata. Acara juga sbg perilaku, adat dan aturan yg mantap  bersumber pada pustaka suci Weda dlm pelaksanaan menjadi agama Hindu.

*Untuk itu*,sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan ketiga kerangka dasar tersebut secara terintegrasi *Tri Jnana Sandi* sehingga pemahaman dan pengamalan ajaran agama menjadi Utuh dan sempurna.
( Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 18 Agustus 2018

Ibu : Ratu dalam rumah Tangga

*Mutiara Weda*

19 / 08 /2018

*Ibu* : Ratu dalam rumah Tangga

*Umat se dharma*,seorang ibu atau istri dalam  keluarga Hindu memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia, sebagai pelita atau suluh yang memberikan sinar / cahaya bagi seluruh anggota keluarga dalam menuju keharmonisan  baik secara lahir maupun bathin sehingga ibu sering di juluki *Ratu dalam rumah tangga*.

Peran dan kedudukan seorang  Ibu / Istri dalam keluarga Hindu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat berat dan mulia terlihat dari saat mengandung atau proses kehamilan sudah dihadapkan  dengan proses pendidikan yang wajib dilakukan dan sangat menentukan bagi kualitas sang anak dengan berkewajiban mentaati berbagai pantangan atau brata seperti :

*Wak Capala* : tidak sombong,rakus, angkuh dll dan

*wak purusya* : tidak berkata kasar dan keras, tidak mencaci maki dan sejenisnya sebagai pendidikan pertama dan utama bagi sang jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu haruslah menyadari bahwa begitu besar dan mulia tugas dan tanggungjawab seorang Ibu/ istri dalam membimbing dan mendidik anak sejak masih berada dalam kandungan dengan proses upakara Garbhadhana samskara dan menjadi barometer terbentuknya karakter dan budi pekerti sang anak nantinya dan lebih melakukan pengendalian diri, Tapa dan Brata.

(Kitab Manusmerthi XI,26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 17 Agustus 2018

Kebenaran/Satya :Dharma Yang Tertinggi

*Mutiara Weda*

18/08/2018

*Kebenaran /Satya : Dharma yang Tertinggi*

*Umat se-dharma*, jika kita amati dalam kehidupan sehari hari, Terkadang orang sering dikelabui oleh sikap merasa benarnya, dengan mengabaikan kebenaran yang sesungguhnya, dengan menonjolkan sikap KeAKUannya, mengakibatkan manusia cenderung merasa paling benar sendiri.

*Kearifan* akan membuat seorang menjadi Benar, tetapi *bukan* Merasa Benar. Biasakan benar dan Jangan membenarkan yang biasa .

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran dharma dan kebenaran hendaknya tidak dilanggar serta tidak ada Dharma atau kewajiban suci yang lebih tinggi dari Kebenaran *Satya* Jadilah orang yg benar dan jauhkan diri dari sikap merasa benar, sehingga selalu dapat introspeksi ,mawas diri dan Amulatsarira. (Weda Samhita & Slokantara, 3.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 16 Agustus 2018

Kebenaran itu Maha Tinggi

*Mutiara Weda*

16 / 08 / 2018

*Kebenaran itu Maha Tinggi*

*Umat se-dharma*, Jika kita renung renungkan emas itu walaupun dipanasi dan ditimpa berkali kali  dia tetap mengeluarkan cahaya atau sinarnya, demikian juga Kayu Cendana walaupun di gosok gosok berulang kali dia tetap mengeluarkan bau harumnya, begitu juga  kebajikan/kebenaran tidak akan pernah luntur dan tak akan berubah sepanjang jaman.

Tidak ada kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran *Satya* dan tidak ada neraka yang lebih menyeramkan dari kawah *Candradimuka*, memegang teguh kebenaran dan Ajegnya  Dharma walaupun ajal menantangnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu selalu memegang teguh ajaran Dharma dalam kehidupan sehari hari dengan jalan selalu berbuat yang baik dan benar agar tidak terjerumus ke dalam kelahiran rendah atau Neraka ,*Maharorawa* dan menjauhkan diri dari dari ketidak mengertian akan ajaran Dharma /  *Niraya* (Slokantara,01 & 12.75)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 13 Agustus 2018

Hidup Untuk Berkarma

*Mutiara Weda*
14 / 08 /2018

*Hidup Untuk Berkarma*

*Umat  se -dharma*, Hidup menjelma menjadi  manusia sangatlah pendek dan sesungguhnya  hidup ini adalah untuk Berkarma sesuai dengan Swadharma masing masing,  tak seorangpun luput dari kuasa Tuhan ini.

Tat kala kuasa Tuhan menjemputnya, jiwa  manusia terasa memberontak dan menjerit dalam hatinya, namun apalah daya, yang pasti  manusia harus bekerja dan bekerja dalam hidup ini. Tanpa kerja manusia tak akan pernah mencapai kebebasan, tanpa kerja tak akan pernah mencapai kesempurnaan.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat  manusia untuk selalu *Berkarma*, Tak seorangpun luput dari kerja,setiap manusia dibuat tidak berdaya oleh hukum alam yang mewajibkan untuk bekerja,  mau tidak mau, suka tidak suka, dipaksa untuk bekerja tanpa kerja hiduppun tak akan mungkin, mengingat seluruh *Karma* dengan *Karma Wesana* sebagai jalan menuju alam kebebasan yang abadi  *Bhukti Mukti pada*
( BG.III.4,5 / SS. 31-33)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sad guna dharma

*Mutiara Weda*
13/08/2018

*Sad Guna Dharma*

*Umat se dharma*, menjalankan petunjuk  ajaran agama sesuai dengan tuntunan kitab suci Weda Samhita  merupakan suatu kewajiban setiap umat Hindu. Orang yang tidak menjalankan ajaran Dharma dengan baik ibarat seperti padi yang hampa ataupun  telur busuk yang kenyataan ada namun tiada gunanya *Hana Tan Hana* ada tapi tiada guna.

*Sadguna Dharma* merupakan enam karakter dasar orang yang menjalankan ajaran agama dengan Baik :

*Sandhi* : mudah keluar dari kesulitan hidup.

*Wigrha*:  memiliki pengaruh dan kewibawaan.

*Jana*: perkataannya yang baik dan menjadi panutan.

*Sana*:  selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

*Wisesa*:  bijaksana, cerdas, berwibawa dan dengan mudah menaklukkan adharma.

*Srya*:  bersimpati dan disenangi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Jalankan ajaran agama dengan benar *Sad Guna Dharma*

sebagai suatu keharusan bagi setiap umat Hindu,  kendalikan sadripu yang negatif menjadi positif. Niscaya akan menjadi orang yang Satyam, Sivam dan Sundaram. ( Slokantara, 2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jumat, 10 Agustus 2018

Orang Tua Ibaratkan dewa Sekala Bagi Sang Anak

*Mutiara Weda*
11/ 08 /2018

*Orang Tua Ibaratkan Dewa Sekala Bagi Sang Anak*

*Umat se-dharma*, dalam keluarga Hindu,  kedua orang tua, ayah / Ibu itu diibaratkan sebagai perwujudan *Dewa sekala*,  yang mengharuskan seorang anak untuk berbhakti kepada kedua orang tuanya agar terhindar dari *dosa besar* / *mahapataka* sesuai ajaran *Panca Vida bhakti*

Panca Vida Bhakti merupakan Lima hal yang menyebabkan sang anak wajib berbhakti pada kedua orang tuanya sebagai swadharmaning sang suputra diantaranya :

*Sang Ametwaken* : orang yang melahirkannya.

*Sang Nitya maweh bhinojana*: orang yg selalu mengusahakan makanan terhadap sang anak.

*Sang Mangupadyaya*: orang yang selalu mendidik dan membimbing sang anak mulai sejak berada dalam kandungan sang Ibu.

*Sang Anyangaskara*:  orang yang selalu memanjatkan doa agar sang anak  tumbuh sehat dan terhindar dari penyakit.

*Sang matulung urip rikalaning bhaya*: orang yang selalu membantu dan mendampingi disaat  sang anak mendapatkan sakit atau mara bahaya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban bagi sang anak  dalam.keluarga Hindu untuk berbhakti pada kedua orang tuanya dan selalu ingat dengan leluhurnya atau kawitannya agar  terhindar dari dosa besar / maha pataka serta mendapatkan pahala pahala kebajikan seperti ;
*Kirti : rahayu,

*Ayusa* : umur panjang,

*Bala*: kuat  dan

*yasa patinggal rahayu* : menjadi contoh baik bagi keturunan selanjutnya. Niscaya akan terwujudnya anak yang *Suputra*  menuju keluarga Hindu yang Bahagia.
(Nitisastra VIII,3 & Sarasamuscaya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 09 Agustus 2018

Manusia Penuh Keterbatasan

*Mutiara Weda*
10/ 08 /2018

*Manusia Penuh Keterbatasan*

*Umat se-dharma*, betapapun indahnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan  seindah apapun, masih akan Ada benih benih kekotoran  tertinggal didalamnya, *Tan Hana Wwang suastha anulus* tak ada manusia sempurna.

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan. jangan pernah bermimpi  merasa diri paling *kuat* dan  paling sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu *rendah hati*, *mulatsarira* dan Anyekung jnana  serta *sadar akan diri* , demikian juga, untuk selalu menjaga keseimbangan  kualitas  diri antara : Wihara /mental, ahara/Intelektual dan Ausadha/Kesehatan sehingga terwujudnya umat manusia yang memiliki kemantapan kualitas mental rohani  yang kokoh.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 08 Agustus 2018

Pustaka suci weda :Tuntunan Hidup

*Mutiara Weda*
09/08/2018

*Pustaka suci Weda :Tuntunan Hidup*

*Umat se-dharma*, Ida SangHyang Widhi Wasa menurunkan agama ke dunia ini, bukan sebagai media untuk saling merendahkan, saling menjatuhkan, saling membenci  dan  saling  memfitnah  bahkan saling membunuh satu sama lainnya.

Ida Hyang Widhi Wasa menurunkan agama dengan kitab suci Weda Samhita ke dunia ini justru untuk dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan bagi setiap umatnya dalam membangun nilai  moral , etika , Karakter dan Budhi pekerti  luhur  sehingga dalam hidup  terpancar suasana yang nyaman, damai  dan menyejukkan bagi semua orang.

*Untuk itu*,   setiap umat Hindu wajib untuk mempelajari, memahami dan mengamalkan isi kandungan kitab suci Weda secara benar serta  memiliki rasa   malu pada Hyang Widhi Wasa manakala agama yang diwahyukannya itu disalahgunakan  untuk saling menjatuhkan,  membenci serta saling menghujat  dan selalu berusaha untuk mengendalikan musuh musuh  yang ada dalam.diri setiap manusia *Sad Ripu*,* Sadatatayi* dan *Sapta Timira*
( kitab Upadesa &  Ramayana kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta ..

Senin, 06 Agustus 2018

Tri Semaya

*Mutiara Weda*
06/ 08 /2018

*Tri Semaya*

*Umat se-dharma*, Dalam sistem filsafat Hindu ada tiga konsep  ruang waktu yang berorientasi pada kelangsungan kehidupan umat manusia dari masa ke masa yang di sebut *Tri Semaya*.

Tatkala, orang bijak terhadap apa yang terjadi di masa lalu, dan menjaga apa  yang ada sekarang, serta bisa mengantisipasinya apa yang akan terjadi di masa depan.

*Untuk itu* , sebagai umat manusia dalam melangsungkan kehidupan selalu berorientasi pada  Apa yang kita lakukan dewasa ini (Wartamana), masa lampau (Atita), demikian juga dalam merumuskan harapan ke masa depan (Nagata). Niscaya pemahaman  hakekat kehidupan akan dapat terwujud sehingga kehidupan bisa dinikmati tanpa terikat akan rasa takut dan ketidakpastian masa depan

( kitab Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 04 Agustus 2018

Kawaca Dharma

*Mutiara Weda*
05/08/2018

*Kawaca Dharma*

[Kerendahan Hati]

*Umat se-dharma*, Membangun *Kecerdasan* merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai faktor dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*. Bangkitkan *Busana/Kawaca* dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus, *Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian, *Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharma* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, Bangkitkan Kawaca Dharma yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang, sehingga mampu menapaki hidup yang rendah hati, ceria selalu tersenyum, dan mampu mengendalikan emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 03 Agustus 2018

Tri Mala

*Mutiara Weda*
04 / 08 / 2018

*Tri Mala*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat kotor yang selalu melekat pada jiwa manusia akibat dari pengaruh buruk Indrya/ nafsu yang tak terkendalikan dan sangat bertentangan dengan ajaran etika agama Hindu.

Ketiga sifat kotor tersebut
*Mithia Hrdaya*, sifat yang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain
*Mithia Wecana*, selalu bersifat sombong dan angkuh
*Mithia Laksana*, berprilaku kasar dan tidak sopan.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu selalu memegang teguh ajaran etika agama sehingga tidak terkena pengaruh *Tri Mala Paksa* (Kasmala : perbuatan kotor, Mada: Perkataan yang kotor dan Moha: berpikiran Kotor). Niscaya tidak akan menemui hambatan dalam menjalankan  Tri Kaya Parisudha sehingga  hidup akan menjadi nyaman,  Damai dan harmonis.
(Kitab Widhi Sastra & Manu Smrthi.IV.256)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 02 Agustus 2018

Bangun Hidup yang Nyaman

*Mutiara Weda*
03 /08/ 2018

*Bangun Hidup  yang Nyaman*

Umat se-dharma, dalam kehidupan ini  tidak bisa lepas dengan falsafah tentang kehidupan dan sesanti Dharma, kita lihat  *Kupu-kupu itu bisa terbang dengan tenang dan indahnya bukan saja karena memiliki sayap, tapi juga karena bersahabat dengan alam  lingkungan sekitarnya*.

Demikian juga halnya dengan *Sang jiwa*, manakala ingin terbang *indah* dan *nyaman*  tidak hanya memerlukan sayap *keikhlasan*, tapi juga memerlukan *persahabatan* dengan kehidupan. Memaafkan yang sudah lewat dan menerima hidup  dengan apa adanya, selalu *angayubagya* dan *tersenyum* dengan setiap kekinian.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia Bangun dan Jalin  *persahabatan* dengain landasan *ketulusan* *Catur Paramita*, jalankan falsafah hidup *Tri Hita Karana* dengan baik dalam keseharian  dan jangan hanya sekedar untaian falsafah belaka. Niscaya hidup akan menjadi *indah* dan *nyaman*.
( Kitab Bhuana Kosa & BG III.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


Sasmita : selalu tersenyum

*Mutiara Weda*
02/ 08 /2018

*Sasmita : selalu Tersenyum*

*Umat se-dharma*,  *Kemarahan* adalah energi yang ada di dalam diri setiap manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya manakala tidak bisa mengendalikannya.

tatkala jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah *Krodha*,

Senyuman tidak saja sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tapi juga jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan.
Senyuman  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  *pancarkan* rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, hilangkan rasa benci , dendam *Dwesa*  dan EGO serta tampilkan paras yang penuh dengan *Sasmita* . Niscaya akan terwujudnya *KEBAHAGIAAN*  baik dalam bentuk *Kama Santih*, *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 01 Agustus 2018

Lihat kebaikan dari orang lain

*Mutiara Weda*
01/08/2018

*Lihat Kebaikan Orang Lain*

Umat se- dharma, Mencari dan menemukan kebahagiaan serta kesenangan  bathin dengan cara mencari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibarat menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh, temukan sisi sisi baik dari orang lain.

Sebagai  umat manusia  selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain, jangan biasakan mencari kekurangan,  kesalahan dan kelemahan  dari orang lain.

*Untuk  itu*, Endapkan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, kalau kita selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu hari kita akan berjumpa dengan bagian dari diri kita yang terindah" dengan mantapkan   kesadaran rohani melalui peningkatan kualitas spiritual  *Samyag Jnana* (SS.341-345)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .