Selasa, 31 Juli 2018

Sad Anu Dharsana

*Mutiara Weda*

31 / 07 / 2018

*Sad Anu Dharsana*

*Umat Se-dharma*, enam perenungan hidup yang wajib dilakukan umat Hindu  sebagai rambu rambu yang sangat penting untuk diperhatikan agar tidak terbelenggu rasa takut dan tenang, tabah dalam menjalani kehidupan yang dikenal dengan *Sad Anu Darsana*.

Keenam perenungan hidup yang pasti dialami setiap manusia  tersebut :

*Janma* : kelahiran

*Mrtyu*   : kematian

*Jara*     : usia tua

*Vyadi*   : Sakit, bangun hidup sehat sejak dini.

*Dukha* : penderitaan sbg dinamika hidup

*Dosa*   : menjauhkan hidup ini pada hidup bahagia.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu pergunakan kesempatan hidup menjelma menjadi manusia dengan baik dengan merealisasikan ajaran Dharma dalam kehidupan sehari hari berdasarkan keyakinan dalam bingkai Panca Sradha, dan membiasakan diri untuk berkarma Baik *Abhyasa* serta senantiasa meninggalkan perbuatan atau prilaku buruk *Tyaga* dengan lebih menampakan ajaran bhakti dalam kehidupan sehari hari.

( BG.XIII.8 & SS. 2-6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 29 Juli 2018

Beragama :Bukan alat Untuk Menyakiti Orang Lain

*Mutiara Weda*
30 / 07 / 2018

*Beragama : Bukanlah Alat Untuk Menyakiti Orang lain*

*Umat se-dharma*, agama yang diyakini  bukanlah alat untuk menyingkiti orang lain dan bukan pula alat untuk menjatuhkan orang lain, melainkan, sebagai pegangan, pedoman  dan tuntunan hidup bagi setiap individu dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam mencapai Tujuan hidupnya *Catur Purusa Artha*

Manakala  dalam penerapan ajaran agama  mengakibatkan sakit dan menderitanya  orang lain, dapat dipastikan adanya kesalahan dalam pemahaman dan penerapan  nilai nilai ajaran Dharma.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia pegang teguhlah ajaran agama, pelajari dan pahami  serta amalkan dengan baik dan benar guna memperhalus jiwa dan memperkokoh budhi, ”Prihen Temen Dharma dhumaranang Sarat". Niscaya Kedamaian , kenyamanan  dan keharmonisan hidup akan dapat terwujud.

(Lontar Panca Siskanya Angaji & Ramayana Kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Wiweka : Kemampuan memilah

Mutiara Weda*
29/07/2018

*Wiweka : Kemampuan Memilah* 

*Umat se-dharma*, di dalam Sesanti Hindu ada disebutkan ; Jika  diberikan  madu bercampur dengan Racun,  harus dapat memilah untuk mengambil madunya,  begitu pula,  jika emas berada dalam kubangan lumpur bercampur  dengan  kotoran  kita pun harus dapat memilah  mengambil emasnya.

Demikian juga  halnya  dengan Ilmu  pengetahuan,  Budhi pekerti, Etika, kitapun harus bisa  mengambil dan memetiknya walaupun dari mana  sumber & asalnya.

*Untuk itu*  sebagai umat Hindu selalu  berpegang teguh pada kebenaran *Satyam*,  gunakan selalu *Wiweka* memilah milah perbuatan yang baik  untuk dijadikan penerang  dlm keseharian pada  kehidupan  keluarga dan masyarakat  *Memadangi kulawarga Saha wandu wandawa*. Niscaya, akan selalu dapat berpikir bersih, bertutur kata  yang santun serta bertingkah laku yang suci ,  murni sesuai ajaran Dharma.
(Slokantara 56 & Nitisastra IV. 1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 26 Juli 2018

Banten Prayascita Perlambang Tapa Manasa

*Mutiara Weda*
27/07/2018

*Banten Prayascita* Perlambang *Tapa Manasa*

*Umat se-dharma*, Banten prayascita yang menyertai setiap pelaksanaan  upakara Yadnya sebagai bahasa Mona mengandung makna  *Pensucian Pikiran* atau *Tapa Manasa* dari  unsur *Panca Mala*

Pensucian  Pikiran / *Tapa Manasa*  dari berbagai kekotoran / *Panca Mala* yaitu :
*Sarwa rogha* : segala penyakit.
*Sarwa vighna* : segala halangan.
*Sarwa Satru" : segala musuh. *papa Klesa* : mengotori hidup. dan *Sarwa dusta* : berbagai bencana dari orang jahat.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bersihkan pikiran  dan Tapa Manasa sehingga dapat menjalankan *Wiweka*  dengan baik dan  memahami isi kitab suci Weda samhita secara benar dan sempurna  melalui pemahaman *Tattwa Jnana*, *Susila agama* dan *upacara Yadnya* ( Kitab Taru Pramana)

*Rahajeng Hari Suci Purnama Sasih Kasa*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Bangun ketenangan Bathin

*Mutiara Weda*
26/07/2017

*Bangun Ketenangan Bathin*
[ Parama Santih]

*Umat se-dharma*, dalam mengarungi  kehidupan ini, *Tanpa adanya  ombak yang ganas, tak akan pernah tahu kemahirannya dalam bermain peselancar. Begitu pula, Tanpa adanya  cobaan dan godaan hidup ,  tidak akan pernah tahu kualitas kedewasaan  dan tingkat kesabaran yang  kita dimiliki*

Kapan saja, cobaan dan godaan hidup datang   setiap manusia perlu bersahabat dengan *ketenangan*   belajar  bercermin dari layang-layang yang dibuat  naik oleh angin yang kencang. Ingat, hanya kolam yang tenang yang bisa membuat lotus jadi mekar".

*Untuk itu* , bangunlah *ketenangan bathin* dan *kesabaran hati* dengan menjauhkan diri  dari *EGO* dan  menjadikan
kesalahan dari masa  lalu sebagai suatu pengalaman hidup yang sangat berarti  perbaiki terus langkah-langkah ke depan,  bangun kedamaian dalam hati. Niscaya kehidupan yg *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram*  akan terwujud. (Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 25 Juli 2018

Kama & kroda musuh terberat manusia

*Mutiara Weda*
25 /07/ 2018

*Kama & Kroda musuh terberat manusia*

*Umat se-dharma*, Musuh manusia yang paling utama   bukanlah orang lain, melainkan ada dalam diri kita masing masing  dan menjadi pintu gerbangnya berbagai Cobaan dan Godaan hidup dalam bentuk enam macam musuh yang ada dalam diri umat manusia yang di sebut *Sad Ripu*

Diantara enam musuh ada dua yang paling berat yaitu *Kama* dan *Krodha*. Keduanya  ibarat dua wajah dari berbagai nafsu dan kedua duanya adalah musuh yang mematikan.

*Untuk  itu*, sebagai umat manusia kendalikan nafsu dan amarah dengan memantapkan  Kesabaran *Ksama* sehingga pintu pintu gerbang dari cobaan dan godaan akan tetap terjaga . Niscaya kemuliaan dalam hidup  akan dapat terwujud.
(SS.10, 93 & Ramayana Kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 21 Juli 2018

Manah / Pikiran

*Mutiara Weda*
21 / 07 / 2018

*Manah / Pikiran*

*Umat se-dharma*, sumber kebocoran energi yang paling besar dan sangat berbahaya bagi umat Manusia terletak pada tak terkendalinya Manah /  alam pikiran sehingga cenderung liar, berakibat rendahnya tingkatan rohani berujung  rapuhnya  spiritualitas seseorang.

Tidak terpusatnya alam pkiran dan tak terkendalinya Indrya secara otomatis  akan menyebabkan   sulitnya  dalam mengatasi gangguan,  godaan dan cobaan  hidup.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu, pegang teguh ajaran agama secara benar, perkokoh kualitas Rohani melalui pusatkan pikiran *Dhyana* dengan selalu menjaga kestabilan tiga komponen dasar yang ada dalam diri sitiap umat manusia;
*Vihara* : kualitas Intelektual
*Ahara* : Kualitas Mental, moral dan.budhi pekerti
*Ausadha* : Postur dan kesehatan lahiriahnya. Niscaya akan selalu dapat mengendalikan Indrya   dari pengaruh Sad Ripu.
[Kitab Wraspati Tatwa]

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 19 Juli 2018

Panca Pilar Dlm Berkarma

*Mutiara Weda*
20/07/2018

*Panca Pilar Dlm Berkarma*

*Umat se-dharma*, Bila rasa cinta kasih yang mengisi pikiran, dia akan menjelma menjadi Satya/ kebenaran, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikani demikian pula halnya,  bila perasaan diliputi oleh rasa cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Tumbuhnya rasa cinta kasih di dalam diri pada hakekatnya  adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah: *satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kualitas diri dengan menampakan  nilai nilai ajaran Karma melalui :
*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktifitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran, *Dharma* ; kebajikan, *Prema* ; cinta kasih,*Santih* ; damai dan *ahimsa*; tidak menyakiti. Niscaya akan.dapat terbentuknya manusia yang *Sat Karma* yaitu Manusia Dewa atau manusia berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 & weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 18 Juli 2018

Bebangkit & Pulagembal

*Mutiara Weda*
19/07/2018

*Bebangkit & Pulogembal*
[Visualisasi Tri Hita Karana]

*Umat se-dharma*, salah satu pokok ajaran.agama Hindu adanya upakara agama dan dalam  upakara yadnya pada tataran *utama* menggunakan sarana banten Tataban dalam bentuk *Bebangkit* dan *Pulogembal* serta *sekar Taman*. Banten bebangkit dibedakan menurut jenis binatang yg digunakan, dengan perwujudan Durga dewi dan olahannya disebut *Gayah* (Gayah pupus, gayah sari ataupun gayah utuh) dengan kelengkapannya dalam bentuk jejatah sebanyak sembilan jenis berbentuk senjata *Nawa sanga*
( bajra, dhupa, Danda, Moksala, Naga pasa, Angkus, Cakra,a Trisula dan Padma) yang diletakkan sesuai pengideran bhuana

Banten bebangkit perlambang alam semesta yang maha dasyat simbol  dewanya dewi Durga pengendali buta kala sebagai perwujudan  *Siwa Murti*, sedangkan banten *Pulogembal* perlambang aspek positif dari alam semesta ditujukan pada bhatara Gana yaitu dewa yang melindungi unat manusia dari godaan bhuta kala sehingga mendapatkan kekuatan dalam mengolah seisi alam agar aspek negatif tdk muncul  atau ada unsur penyupatan bhuta kala,sedangkan banten Sekar Taman yang ada dalam pulogembal  perlambang rasa  cinta kasih yang murni *Prema Vahini* ditujukan kepada dewa semara ratih.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam mewujudkan kualitas bhakti berkewajiban  memahami hakekat Banten yang sebenarnya yaitu “pinaka ragantha tuwi, pinaka warna rupan ida bhatara dan pinaka andha bhuana", yang pelaksanaannya disesuaikan dengan *Etika agama*.dan kemampuan masing masing, demikian juga bebanten tataban bebangkit, pulagembal dan sekar Taman sebagai perwujudan dan visualisasi dari Tri Hita Karana dalam ajaran agama Hindu dalam membangun sikap hidup ,rasa kasih sayang pada seluruh ciptaan Hyang Widhi baik dalam penggunaan gayah pupus untuk bebangkit gerombong, gayah sari untuk bebangkit mecagak dan gayah utuh untuk bebangkit agung mekaras.( kitab Dewa Tattwa dan Yadnya Prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 17 Juli 2018

Kitab Agama :kekal abadi

Mutiara Weda*
06/07/2018

*Kitab Agama : Kekal abadi*

Ilmu Pengetahuan  suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi serta menjadi sumber dari kemashyuran dan kebahagiaan umat manusia.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah ragu dengan kitab suci  agama yang bersifat Sanatana Dharma / kekal abadi, demikian juga,  jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda Samhita* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud. ( Kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Bhoga swatantrya

Mutiara Weda*
13/07/2018

*Bhoga-Swatantrya*

Umat se-dharma, Pada hakekatnya  setiap manusia adalah  *penguasa*. Penguasa dari nasibnya sendiri dan menjadi  Arsitek dari keberuntungannya  sendiri serta bertanggungjawab atas derita maupun  bahagia yang diterimanya saat ini.

Manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hasil dari perbuatannya *Bhoga Swatantrya* tapi setiap manusia memiliki kebebasan untuk menentukan penyebab dari perbuatan itu sendiri *Karma-Swatantrya*.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia Laksanakanlah setiap pekerjaan sebagai suatu kewajiban *Swadharma* dan jangan terikat pada hasil serta Lakukan kerja dengan tanpa Pamrih *Seva*, niscaya kebahagiaan sejati  akan dapat terwujud.*
(BGIII.19 & kitab Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Hukum.Karma abadi

*Mutiara Weda*
18/07/2018

*Hukum Karma bersifat Abadi*

*Umat Se-dharma*, Hukum karma phala merupakan salah satu dari lima dasar keyakinan umat Hindu sebagai hukum sebab akibat yang bersifat *universal*  berlaku untuk semua makhluk hidup di alam semesta ini dan keberadaannya bersifat *kekal abadi* berlaku mulai saat alam semesta ini diciptakan dan berakhir di saat  pralaya serta tak seorangpun tahu kapan penciptaan dan kapan berakhirnya   menjadi rahasya Tuhan.

Setiap Karma meninggalkan bekas perbuatan dalam bentuk *Karma wesana* yang akan menentukan  proses kehidupan selanjutnya menuju  kelahiran sorga atau kelahiran Neraka dalam penjelmaan nantinya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran Dharma, selalu berbuat subha Karma, baik dalam sekala maupun niskala dan menghindari perbuatan asubha Karma yg bersifat memuaskan nafsu Duniawi *Panca Bhaya Tusti* (SS.XI.12 & Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 16 Juli 2018

Upakara agama

*Mutiara Weda*
17 /07/2018

*Upakara Agama*

*Umat se-dharma*,  setiap pelaksanaan kegiatan keagamaan umat Hindu tak pernah lepas dengan  praktek praktek keagamaan *Upakara agama* .*Upa* berarti berhubungan, *Kara* berarti perbuatan / pekerjaan tangan, Upakara merupakan bentuk pelayanan yang diwujudkan dari hasil kegiatan kerja berupa materi yang dipersembahkan  dalam suatu upacara keagamaan.

Bahan-bahan upakara semuanya  bersumber dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis seperti :

*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan.

*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya.

*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang , binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu wajib untuk melakukan upakara agama dalam bentuk persembahan *Panca Maha  Yadnya* dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan para Dewa juga bermakna saling memelihara dapat mencapai kabaikan yang maha tinggi. Singkatnya hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah Tri Hita Karana  dan Tat twam Asi.
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 11 Juli 2018

Daivi Vak : Bangun Keducian Bathin

*Mutiara Weda*
09/ 07/2018

*Daivi Vak : Bangun Kesucian Bathin*

Umat se-sedharma,  jika direnungkan “Cabang  dari pohon itu akan merunduk tatkala dipenuhi oleh *Buah*,  demikian juga *Awan* akan merendah manakala dipenuhi oleh *Uap* begitu pula dengan  orang *Bijak* menjadi berhati lembut, sabar, tenang dan penuh pengampunan karena *kesucian bathinnya*".

Membersihkan dan mensucikan  bathin sudah menjadi keharusan sebagai umat manusia. Jangan biarkan  sifat iri hati dan dengki
bersemayam dalam  lubuk hati yang menyebabkan  munculnya *rasa benci* dan *Kroda* yang membabi buta berakibat  hancur dan hilangnya kehormatan diri. Manakala sifat iri hati dan rasa benci ada dalam hati nurani  maka sudah tidak perlu lagi membuat dosa karena sifat iri dan rasa benci itu adalah *dosa besar*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah  berhenti menumbuhkan sifat kedewataan dalam diri,i bangun SOLiDITAS & persaudaraan sejati
*Vasudhaiva Kutumbakam*  dan tampilkan cinta kasih *Prema* serta  buang jauh jauh kegelapan pikiran : *kebencian*, *keserakahan*, *tiada rasa persaudaraan*, dan *iri hati*  niscaya akan terhindar dari *DOSA*, kehancuran & malapetaka.
(Atharva Veda X.6.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Perkokoh kualitas Rohani

*Mutiara Weda*
10/07/2018

*Perkokoh kualitas Rohani*

Kesabaran dan ketabahan/ *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas spiritual,   dalam menangkal nafsu Angkara murka.*Perkokoh dan pertebal Kualitas Rohani*

Segala sifat keras hati, yang penuh  angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat  Lebur Dening Pangastuti*

*Untuk itu*, setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani dengan melakukan pengekangan diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih *Vak*, *Manah* dan *Kaya*. Niscaya kedamaian hidup akan dapat terwujud.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Tumbuhkan rasa hati yanh Nyaman

*Mutiara Weda*
11 /07/2018

*Tumbuhkan  Rasa hati Yang Nyaman*

Umat se -Dharma, Diantara semua permata yang ada, yang paling bersinar &  bercahaya itu sebenarnya adalah *rasa hati yang indah & Nyaman* dan Diantara semua bunga yang pernah mekar,harum dan wangi, juga sebetulnya  yang paling tersentuh adalah *rasa hati* pula.

Sulit rasanya akan mendapatkan sentuhan rasa Hati yang nyaman, Damai dan  Indah tatkala dalam hatinya selalu bergejolak, penuh dengan praduga dan prasangka.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  tanamkan selalu rasa hati yang *indah*  dan *Nyaman* agar memiliki sentuhan & kehalusan budhi  dengan cara hilangkan buruk sangka terhadap orang lain serta tanamkan ajaran Budhi pekerti  luhur, Etika dan Tata Krama. Niscaya rasa hati yang Nyaman, Damai dan indah akan selalu tetap tertanam selama-lamanya".
(SS. 135-148 & Dharma Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 05 Juli 2018

Memetakan Diri sesuai Swadharma

*Mutiara Weda*
04 / 07 / 2018

*Memetakan Diri sesuai Swadharma*

*Umat se-dharma*, jika kita  camkan dan kita renungkan *Bunga Seroja  demikian Wanginya namun dia punya kelemahan tangkainya berbulu dan sangat menggatalkan, *Gunung Himalaya* yang  menjulang tinggi, sangat mempesonakan ternyata dia punya kelemahan yaitu ditutupi salju. *Demikian juga halnya dengan  *dewa Siwa sebagai raja dari para Dewa memiliki kekurangan kerongkongannya *berwarna Hitam*.

Menjelma menjadi manusia  dalam kehidupan ini penuh dengan keterbatasan,  tak ada manusia sempurna dilahirkan di muka bumi ini *Tan hana wwang suastha anulus, pasti memiliki kekurangan dan pasti memiliki kelemahan.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam menjalankan kehidupan ini untuk selalu *Belajar* , *mengenali*,  *memetakan diri* dan memposisikan diri sesuai dengan Identitas atau *swadharmanya* masing masing serta menggunakan *Wiweka* dengan baik dalam kesehariannya. Pancarkan  selalu energi positif yang ada dalam diri / *Padma Hrdaya*, belajar menerima kekurangan diri sendiri dan belajar pula menerima ketidaksempurnaan orang lain.

(kitab Vedanta & Slokantara 80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 02 Juli 2018

Sarvanukramani : Pancarkan doa

*Mutiara Weda*
03/07/2018

*Sarva Nukramani : Pancarkan doa*

*Umat Se-dharma*, Gunung Agung yang kita sucikan dan menjadi pancernya pulau Dewata sedang mengalami erupsi dan membutuhkan kesabaran dan ketabahan dari umat sedharma dengan memancarkan  doa ataupun mantram *Sarva Nukramani*

Memanjatkan Doa atau mantram mohon  kekuatan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam wujud beliau sebagai sangHyang Manik Gni dengan  memancarkan doa / Mantram, mejapa *Manasika* agar terhindar dari Malapetaka dan Bencana.

*Untuk itu*,  sebagai umat sedharma dimanapun  berada, dalam situasi dan kondisi  apapun jangan pernah untuk tidak berdoa, pancarkan  *doa / *Mantram* sebagai *Kavaca Gaib* mohon Perlindungan-Nya dengan memanjatkan doa *secara bersama sama* melalui
*Manasika*. Niscaya umat sedharma  terhindar dari Bencana dan Malapetaka dan selalu  berada dalam lindungan-Nya.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*D O A*  / *M AN T R A M*

ŚUBHAŚĪTA ŚLOKA
(dalam Veda Sabda Śuci Pedoman Praktis Kehidupan, halaman 709)

*OM SARVE BHAVANTU SUKHINAH*
*SARVE ŚĀNTU NIRAMAYAH*
*SARVE BHADRANI PASYANTU*
*MĀ KASCIT DUHKA BAGBHAVET.*

Ya Tuhan, kami memujaMu dengan sepenuh hati,  karena hanya Engkaulah yang memberkati keluarga besar kami dengan kebahagiaan, kedamaian, tidak
kurang suatu apapun, *saling pengertian* dan  *semoga alam di sekeliling kami harmonis dan bershabat dengan kami;* serta Engkaulah yang menjauhkan kami dari duhkha- nestapa.

[*Aji Mangku Sunarta , NTB*]

Minggu, 01 Juli 2018

Mohaniya Karma

*Mutiara Weda*

02/07/2018

*Mohaniya Karma*

Hukum karma  yang mengatur dinamika kehidupan semua makhluk hidup di alam semesta ini, yang mengakibatkan adanya proses kelahiran sorga maupun kelahiran Neraka dengan Karma Wesana sebagai pengikut setianya yang diakibatkan oleh sifat pemarah /krodha, rasa Benci/ Dwesa dan ketidakmampuan mengendalikan nafsu Indrya di sebut karma *Mohanya Karma*

Mohanya Karma  berdampak pada kaburnya kesadaran umat manusia atau menghambat peningkatan kualitas kesadaran yang membuatnya jatuh kedalam gelap yang tanpa ada cahaya sehingga tidak dapat melihat mana yang disebut baik atau pun buruk yang diakibatkan oleh  sifat Pemarah/Krodha, Rasa Benci /dwesa dan ketidak mampuan dalam.mengendalikan nafsu.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu kendalikan *Sad Ripu* sebagai sumber dari  Mohanya Karma sehingga terhindar dari karma buruk dan memahami bahwa setiap manusia dan semua makhluk hidup sepenuhnya bebas dan memiliki kehendak serta bertanggungjawab atas semua perbuatannya sendiri atau sebagai penentu dari karma dalam  kehidupannya *Svatantrya Katah*

[Kitab Samsara & Weda Samhita]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta