Sabtu, 30 Juni 2018

Karmasaya

*Mutiara Weda*

01/07/2018

*Karmasaya*

Terakumulasikannya perbuatan Dharma dan perbuatan adharma pada  Karma seseorang di sebut *Karmasaya*.

Kemudian dari Karmasaya ini tumbuh tiga ( 3 ) hasil perbuatan atau pahala Karma berupa Jati, Ayu dan Bhoga :

*Jati* : kelahiran baik atau buruk

*Ayu* : umur panjang atau pendek

*Bhoga* : kenikmatan atau penderitaan yang dialaminya.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam kehidupan ini betul - betul menggunakan *Wiweka* dan menimbang nimbang mana  perbuatan Dharma yang wajib dilakukan dan mana perbuatan yang tergolong adharma sebagai perbuatan terlarang agar mendapatkan karma yang baik [Subha Karma] dalam menjalankan Dharma Agama dan Dharma Negara.

[Santi parwa, VII.7,9]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 28 Juni 2018

Dharma Vahini

*Mutiara Weda*
29/06/2018

*Dharma Vahini* : Pancarkan Isi Kitab suci Veda

Umat se-dharma, Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran, tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta, Dharma harus ditegakkan.*satyam nasti paro dharma*
kuatnya  *Sradha* menjadi inti hakekat   ajaran Hindu, jalankan ajaran Dharma dengan benar, penuh keyakinan dan kemantapan hati  tanpa dibayang bayangi oleh keragu raguan.

Manakala beragama dilandasi dengan perasaan ragu ,  dapat dipastikan akan rapuhnya pondasi dasar agamanya *sangatlah berbahaya*,  siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, Dharma raksitah*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan  & Perkokoh keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini* baik * Weda Sruti maupun * Weda Smerthi* sebagai pedoman  dan pegangan Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud.
(Slokantara ,3.7 & BG.III.35)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 27 Juni 2018

Karma wesana Sang Penentu Proses Reinkarnasi

*Mutiara Weda*
28/06/2018

*Karma Wesana Sang Penentu Proses  Reinkarnasi*

Dalam ajaran agama Hindu proses kehidupan yang selalu berulang ulang :  *lahir*, *hidup* kemudian *mati* (Utpeti, Sthiti dan Pralina) di sebut *Samsara* atau *Punarbhawa*.  *Samsara* pada dasarnya adalah suatu penderitaan, menderita disebabkan karena *Dosa*. *Karma Wesana* sangat menentukan dalam proses Reinkarnasi.

Hidup dalam alam *Samsara / Reinkarnasi* ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang  yang baru, demikian juga halnya sang atman setelah kembali ke asal, meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain atau tubuh yang baru dengan; disertai *karma wesana* sebagai *pengikutnya setianya*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam proses kehidupan ini selalu dan berusaha melakukan karma Baik / *Subha Karma* dan menghindari Karma Buruk /*Asubha Karma* mengingat alam samsara terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi dan pengaruh unsur Tri Guna [ Satvam, Rajas dan Tamas ] , lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman [ Brahman Atman.Aikhyam] dan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* jalan menuju alam kamoksan.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*RAHAJENG HARI SUCI PURNAMANING SASIH KASA*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 26 Juni 2018

Ketulusan Budhi & Kerendahan Hati

*Mutiara Weda*
27/06 /2018

*Ketulusan Budhi & Kerendahan Hati*

Kalau dicermati dalam dinamika kehidupan di alam semesta ini , Akar  pohon itu teramat kuat, dan tidaklah mudah untuk dicabutnya. *Kuat* ,*Gigih* dan *Kokoh* sebagai Pondasi kehidupannya.

*AKAR* itu amatlah *GIGIH* mencari air, *MENEMBUS*  tanah, batu karang yang begitu *KERAS* , *TEBAL*dan *KOKOH*, demi  untuk sebatang pohon. Begitulah kerja dan pengabdian dari *AKAR*, tak kenal lelah, tak pernah mengeluh, tak butuh pujian, tetap tak mau menampakan dirinya selalu bersembunyi di dasar  tanah.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia *Belajarlah dari akar Pohon,  bentengi dan perokoh jati diri dengan pondasi ajaran *Agama* dengan *ketulusan Budhi* dan *kerendahan hati* sebagai bingkainya. Niscaya  kualitas mental rohani dan spiritualitas akan kuat dan kokoh dan menjadi Pondasi dasar dalam mengarungi kehidupan.
(SS.88-91 & Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 25 Juni 2018

Panca Satya

*Mutiara Weda*

25 / 06 / 2018

*Panca Satya*

Umat Hindu, Dalam Pustaka suci Weda mengajarkan untuk selalu Setia, Jujur dan memegang teguh Kebenaran dalam menuju ketenangan dan kedamaian Bathin *Parama Santih*

*Satyam Eva jayate Nanrtham*, *Sura Dira Jayengningrat Lebur dening pangastute*.

Kebenaran dan kejujuran menjadi sifat dan hakekat ke-Tuhanan *Sat, Cit, Ananda Brahman* sebagai bagian dari dasar  keyakinan atau Sraddha Dalam ajaran agama Hindu. Kesetiaan dan kejujuran itu timbul bukan dari orang lain melainkan tumbuh dari dalam diri  masing masing.

*Untuk itu*, pupuklah kesetiaan , kejujuran dan rasa tanggungjawab akan kebenaran melalui pengamalan ajaran *Panca Satya : Satya Wecana, Satya Hrdaya, Satya Mitra, satya Samaya dan satya Laksana serta membuang jauh jauh sifat angkuh, sombong dan pembohong *wak Purusya*.Niscaya akan dapat menumbuhkan sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*  yang ada dalam diri, sehingga terwujudnya *Lalita Hita Karana* jalan menuju kamoksan/kebebasan yang abadi.

(Sarasamuscaya ,130-131)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Belajar agama jangan sepotong sepotong

*Mutiara Weda*
26 / 06 / 2018

*Belajar Agama Jangan

Sepotong -  sepotong*

*Umat Se-dharma*, jika direnung -renungkan sulit rasanya kita  bisa memahami isi kitab suci Weda secara sempurna

[ Paripurnakna sire] manakala tidak memahami  isinya secara benar dan menyeluruh *Tri Jnana Sandhi* ; *Tattwa agama*, *Susila agama*dan *Upakara agama* secara sinergis dan seimbang. *Jangan Belajar agama Sepenggal -sepenggal*

[ Apan SangHyang Weda atakut ring wwang akedik ajinya]

sulit rasanya  bisa mempraktekan ajaran agama tanpa memahami isinya, demikian juga,  Mustahil kita bisa memahami isi dari ajaran agama tanpa mempelajari teori atau ilmu agamanya  secara benar.

*Untuk  itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  belajar agama secara utuh / secara sempurna sesuai petunjuk pustaka suci  Weda tentang pokok pokok ajaran agama Hindu "TRI JNANA SANDI* ; *Sastra Agama*, *Susila Agama* dan *Acara Agama* secara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan. Niscaya kita bisa menjadi umat manusia yang *tata*, *titi*, *titis* lan *tatas*.
(Kitab Swastika Rana & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 24 Juni 2018

Perkokoh Bhusana Dalam Diri

*Mutiara Weda*
24/06/2018

*Perkokoh Bhusana Dalam Diri*

Membangun *Kecerdasan* merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan setiap umat manusia dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai inti dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*. Kesemuanya sebagai  *Busana/Kawaca* Benteng dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus, *Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian, *Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharmanya* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun Gunakan  *Kavaca Dharma dan bangkitkan *Bhusana* yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang. Niscaya akan mampu menapaki hidup yang rendah hati, bijak dan mampu mengendalikan serta mengelola emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 22 Juni 2018

Pikiran sakit

*Mutiara Weda*

19/ 06 /2018

*Pikiran Sakit : Vimoha*

Pikiran atau Manah  sumber dari adanya perbuatan, semua keadaan tubuh dirasakan oleh pikiran. Rasa *sakit hati yang mendalam* menyebabkan manusia kehilangan akal sehatnya, sehingga segala tindakannya cenderung menjadi serba salah serta menambah rasa benci yang mendalam  berakibat pada timbulnya sifat Amarah/ krodha yang berujung pada tak terkendalinya alam pikiran, *Pikiran Sakit* / *Vimoha*

Pikiran yang tak terkendali ,cenderung mengakibatkan  pikiran sakit atau *Vimoha* dengan tiga faktor penyebabnya yaitu  :

*Adyatmika* : pikiran sakit diakibatkan karena ulah pikiran sendiri karena keterikatan.akan sesuatu

*Adhidaivika*: pikiran sakit karena pengaruh dunia gaib.

*Adhibautika* : pikiran sakit karena faktor dari luar.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bersihkan Diri baik secara lahir maupun bathin /  Yama brata maupun Nyama Brata dengan pengendalian Indrya ; *Tapa*, *Brata*, *yoga* dan *semadhi*  dengan cara : tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran dan kejujuran, jiwa manusia dengan pelajaran suci serta kecerdasan disucikan dengan pengetahuan yang benar.Niscaya pikiran akan menjadi bersih / manah suci sehingga dapat menjalankan *Viveka* dengan benar serta dapat terwujudnya Jagadhita dan moksah.

( Wrhaspati Tattwa’16  & MDS. V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jalankan Swadharma

*Mutiara Weda*

19/06/2018

*Jalankan  Swa Dharma*

Melakukan tugas, kewajiban dan tanggung  jawab sendiri *Swadharma* walaupun tidak sempurna lebih mulia daripada melaksanakan tugas orang lain,  Lebih mulia mati menjalankan tugas sendiri *Drewya Yadnya* daripada mati dalam menjalankan dan melaksanakan kewajiban  orang lain / para dharma. *JANGAN PERNAH RAGU DALAM MENJALANKAN SWA DHARMA*

Melaksanakan  tugas dan kewajiban diri sendiri sesuai dengan ajaran agama  di sebut *Swadharma* sedangkan melaksanakan tugas dan kewajiban  orang lain di sebut *Para Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  pegang teguh dan sadar akan tugas dan kewajiban masing masing *Swadharma* dalam menjalankan  *Dharma agama* serta mengembangkan tatanan kehidupan umat Hindu yang baik dan benar melalui: *cara* / marga, *ukuran* : Pramana,  *Tujuan* : Artha , *karakter* : Guna, *pola kehidupan* : Ashrama, *persembahan* :Yadnya, *keyakinan* : Sradha, *kemuliaan* : Paramartha, *citta*:budhi, *keharmonisan* :Sundaram.  Niscaya akan dapat mengetahui hakekat kerja/ *karma* yang sebenarnya dan menjalankan *swa dharma* dan *para dharma* dengan baik dan benar.

( BG. III.35 & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Karana atau Tri Sadhana

*Mutiara Weda*

21/06/2018

*Tri Karana* atau *Tri Sadhana*

Umat Hindu Dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu bersatunya atman dengan Brahman  atau Kamoksan ,baik jiwan mukti , Karma mukti/wideha mukti maupun Purna mukti melalui tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.

Tri Sadhana atau Tri Karana merupakan tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani  tercapainya Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik  dalam bentuk *jiwan mukti* (kebebasan yang di capai di dunia ini), *wideha mukti* (kebebasan dimana sang atman berada dalam posisi sama dengan Tuhan) maupun *Purna mukti*

( sebagai kebebasan tertinggi di mana atman bersatu dengan-Nya)   melalui jalan menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta  jalankan ajaran Tri sadhana / Tri Karana dengan benar.

(BG.XII.19 dan wrhaspati Tattwa)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bangun rasa kasih sayang

*Mutiara Weda*
22/06/2018

*Bangun Rasa  kasih Sayang*

          [ *P R E M A* ]

*Tri Kaya Parisudha* merupakan   ajaran Etika, moral, budhi pekerti dan menjadi landasan yang paling mendasar  dalam mewujudkan *manah Santih* dan *Parama Santih*, dengan *Tri Permana Telu* sebagai pijakannya.

Bila cinta kasih dan rasa kasih sayang dipadukan dan  dikaitkan dengan Manah / pikiran, ia akan menjadi *kebenaran*, Bila rasa kasih sayang dijadikan dasar perbuatan maka perbuatan akan menjadi *Dharma*, bila perasaan dijiwai oleh cinta kasih sayang maka hati akan penuh dengan *kedamaian*- Tatkala cinta kasih tidak menjiwai perbuatan, tidak akan pernah ada *Dharma*, jika  kita tidak merasakan cinta kasih di dalam hati maka tidak akan pernah ada kedamaian /Santih.

*Untuk itu*, bangunlah rasa Cinta kasih  sayang *Prema* dalam diri masing masing dan tumbuhkan sifat saling memaafkan sebagai  landasan untuk mendapatkan kebenaran *Dharma*, dan *Santih* / kedamaian serta tanpa kekerasan *Ahimsa*. Niscaya  akan dapat dengan mudah mengalahkan kebencian *Dwesa* dan kemarahan *Krodha*. Hiduplah dengan Cinta kasih dan penuh kedamaian.
( BG.Percakapan X.hal.97)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Aborsi : Himsa Karma

*Mutiara Weda*
23/06/2018

*Aborsi : Himsa Karma*

(Perbuatan terlarang)

Tindakan  *Aborsi* menggugurkan bayi dalam kandungan dalam ajaran agama Hindu sebagai  suatu tindakan yang sangat terlarang *Himsa Karma* penuh dengan noda & tergolong  dosa besar *Maha pataka*.

Perlu diketahui, saat cabang bayi berusia 20 hari  *Kanda-Pat* berubah nama menjadi *Anta, Preta, Kala, dan  Dengen*. Setelah janin berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai: Ari-ari, Lamad, Getih, dan Yeh-nyom.yang selanjutnya disebut
*Nyama Bajang*. Jika *Kanda-Pat* bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara fisik, maka *Nyama Bajang*  bertugas menguatkan atma atau roh dalam tubuh jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  jangan sekali kali berniat melakukan tindakan *aborsi* yang sangat berbahaya bagi diri  sendiri dan keturunannya serta sangat menentukan proses kehidupan dan reinkarnasi selanjutnya. mengingat  di dalam jabang bayi sudah bersemayam roh/ sang atma. (Rgveda & Atharvaveda )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 18 Juni 2018

Pikiran sakit : Vimoha

*Mutiara Weda*

19/ 06 /2018

*Pikiran Sakit : Vimoha*

Pikiran atau Manah  sumber dari adanya perbuatan, semua keadaan tubuh dirasakan oleh pikiran. Rasa *sakit hati yang mendalam* menyebabkan manusia kehilangan akal sehatnya, sehingga segala tindakannya cenderung menjadi serba salah serta menambah rasa benci yang mendalam  berakibat pada timbulnya sifat Amarah/ krodha yang berujung pada tak terkendalinya alam pikiran, *Pikiran Sakit* / *Vimoha*

Pikiran yang tak terkendali ,cenderung mengakibatkan  pikiran sakit atau *Vimoha* dengan tiga faktor penyebabnya yaitu  :

*Adyatmika* : pikiran sakit diakibatkan karena ulah pikiran sendiri karena keterikatan.akan sesuatu

*Adhidaivika*: pikiran sakit karena pengaruh dunia gaib.

*Adhibautika* : pikiran sakit karena faktor dari luar.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bersihkan Diri baik secara lahir maupun bathin /  Yama brata maupun Nyama Brata dengan pengendalian Indrya ; *Tapa*, *Brata*, *yoga* dan *semadhi*  dengan cara : tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran dan kejujuran, jiwa manusia dengan pelajaran suci serta kecerdasan disucikan dengan pengetahuan yang benar.Niscaya pikiran akan menjadi bersih / manah suci sehingga dapat menjalankan *Viveka* dengan benar serta dapat terwujudnya Jagadhita dan moksah.

( Wrhaspati Tattwa’16  & MDS. V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Buka kata hati

Mutiara Weda*
10/06/2018

*Buka kata Hati*

Orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  menampakkan sinar / Cahaya dalam hidupnya  dan mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata bathin menjadi terang serta bersinar *Buka kata hati*

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin ; Badan dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dibersihkan  dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Avatara

*Mutiara Weda*

11/06/2018

*Avatara*

Dalam.ajaran agama.Hindu Penampakan dan perwujudan Ida SangHyang Widhi Wasa dari keadaan yang tidak berwujud menjadi berwujud dengan mengambil sebuah bentuk dengan tujuan melindungi  dan menegakkan Dharma di alam semesta ini di sebut *Avatara*

Tuhan / Ida SangHyang Widhi Wasa Dalam menampakkan perwujudan dengan bermacam macam latar belakang dari  avatara yaitu :

*Amsavatara* (Penjelmaan sebagian dari kemahakuasaan /daya sakti Brahman) , *Avesavatara* (Penjelmaan dengan sakti-Nya yang tidak permanen) dan

*Purnamavatara*  (penjelmaan dan perwujudan yang secara penuh atau total dari Brahman)

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan keyakinan akan munculnya *avatara* Turunnya Tuhan  ke dunia guna menyelamatkan dan menegakkan Dharma di alam semesta ini dengan mengambil berbagai perwujudan dalam bentuk *Dasa avatara* guna melepaskan beban dunia dengan jalan melindungi mereka yang berbuat kebajikan dan memusnahkan kejahatan.*Satyam Evam Jayate nanrtham*

(Asvameda Parva,53-55 & Srimad BG,X,14)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sat Karma

*Mutiara Weda*

12/06/2018

*SAT KARMA*

Bila cinta kasih yang mengisi pikiran, dia akan menjelma menjadi kebenaran, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Pada hakekatnya melaksanakan  cinta kasih itu sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kualitas diri melalui :

*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktigitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran, *Dharma* ; kebajikan, *Prema* ; cinta kasih,*Santih* ; damai dan *ahimsa*; tidak menyakiti. Niscaya akan.dapat terbentuknya manusia yang *Sat Karma* yaitu Manusia Dewa atau manusia berbudi pekerti luhur.

(Wrhaspati Tattwa,15-19 & weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Kamoksan :aji kalepasan

*Mutiara Weda*

13/06/2018

*Kamoksan : Aji Kalepasan*

Tujuan akhir umat manusia menurut ajaran agama  Hindu adalah tercapainya kamoksan yaitu kelepasan, kebebasan abadi, kebahagiaan yang sejati atau kebahagiaan yang abadi *Aji Kalepasan*

Kebahagiaan yang  abadi atau kamoksan baru dapat dicapai seseorang  manakala telah dapat menyatukan jiwanya dengan Brahman. Sedangkan penyatuan sang jiwa  dengan Brahman baru dapat dicapai tatkala telah mampu melepaskan diri dari semua bentuk ikatan duniawi.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam mencapai tujuan hidup yang *moksartham jagadhita* merupakan suatu kewajiban dalam kitab suci Weda dengan landasan mantapnya kualitas rohani *Samyag Jnana* melalui jalan *Dharma*  atau *catur Marga Yoga* yang dalam penerapannya disesuaikan dengan kemampuan masing masing melalui tiga cara yaitu :

*Jnanabhyudrka*,  memahami pengetahuan tentang tattwa agama.

*Indryayoga marga*,  mampu mengendalikan seluruh indrya indrya atau  nafsu.

*Tresna Dosaksaya*  , menghilangkan dan mampu.memusnahkan pahala / buah perbuatan baik maupun buruk tersebut. Dengan demikian akan dapat mewujudkan tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur Purusa Artha* / *moksartham jagadhita ya ca iti Dharma* dapat terwujud.(Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Bersihkan pikiran dan hati nurani

Mutiara Weda*
14/06/2018

*Bersihkan Pikiran & hati Nurani*

Tutur kata yang menyejukkan, sopan &   Santun serta lantunan lagu rohani / doa pujaan *Mantram*, takkan pernah mampu keluar dari hati nurani   mankala dalam pikiran dan hati nurani masih diliputi oleh sifat sifat kotor *sad Ripu dan Sad atatayi*

begitu pula halnya dengan  *Keindahan*, ketenangan dan rasa aman  serta kedamaian hidup, *takkan pernah mampu* terlihat dari pikiran yang penuh dengan *Prasangka* dan *Praduga*.

*Untuk itu*, bersihkan hati nurani dan sucikan  pikiran dengan membuang jauh -jauh kegelapan Pikiran *Sapta Timira* dan  *Sadatatayi* dengan menjauhkan diri dari perbuatan perbuatan negatif *Asubhakarma*
(Weda Samhita & SS. 79-81).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Vijnana,jnana,karma & upasana

*Mutiara Weda*

15/06/2018

*Vijnana, jnana, Karma & Upasana*

Dalam ajaran agama Hindu, wahyu langsung yang bersumber dari Ida SangHyang Widhi Wasa yang dihinpun oleh  maha rsi /Sapta Rsi adalah Pustaka suci Weda / Catur Weda Samhita sebagai Weda Sirah ( Reg, Sama,Yajur dan Atharva Weda) sedangkan *Weda Smerti*  merupakan penjabaran dari Isi Weda Sruti yang merupakan penjelasan terhadap hal hal yang berkaitan dengan ajaran dan hukum Hindu.

Dalam upaya meningkatkan *kualitas rohani*, *kecerdasan mentalitas* dan *spiritualitas*, tidak bisa lepas dari sistem pendidikan Hindu yang dalam pustaka suci weda mengandung  empat aspek yaitu *Vijnana* ; membahas berbagai macam aspek pengetahuan tertinggi / *Samyag jnana*, baik pengetahuan rohani maupun material, mikrokosmos atau makrokosmos,

*Jnana*:  membahas berbagai aspek pengetahuan secara umum,

*Karma*:  bagian kitab weda yang memuat ajaran Karma dan Yadnya sebagai dasar atau cara dalam mencapai tujuan hidup/ *Catur Purusartha*.

*Upasana*:  membahas berbagai  aspek pengetahuan yang berkaitan dengan cara melakukan hubungan dengan Hyang Widhi Wasa dan menjadi dasar sistem yoga/ *Iswara Jnana* atau *Brahma Jnana*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan. kualitas rohani, mentalitas dan spiritualitas  dengan pemahaman secara benar isi kandungan kitab suci weda dengan sistem pendidikannya yang mengandung keempat aspek  tersebut yaitu *Vijnana*, *Jnana*, *Karma* dan *Upasana*. Niscaya akan terwujudkan kualitas rohani, mentalitas dan spiritualitas baik secara jasmani maupun secara rohani dalam mencapai tujuan Hidup.

(Reg Veda, 1.91.13 dan BG. XVII.8)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Bhoga svatantrya

*Mutiara Weda*
16/06/2018

*Bhoga Svatantrya*

(Hasil Karma Melekat dengan Perbuatan)

Ida SangHyang Widhi Wasa maha ada  *Wibhu Sakti* dan maha tahu *Janna Sakti* serta memiliki  pengetahuan yang tak terbatas, serba jauh / serba tembus *Dura Sarwajnana*
Sehingga  mengetahui tentang apa yang telah kita perbuat
"Wyapi Wyapaka Nirwikara"

Berhati hati dalam bertindak sudah menjadi keharusan, janganlah pernah  menuntut banyak dengan hasil kerja, dan jangan pulalah terlalu berbangga hati merasa  telah berbuat
Hanya orang  orang dungu bekerja  dengan penuh keterikatan atas kerjanya.
Orang Bijak,  bekerja tanpa keterikatan serta tanpa kepentingan.

*Untuk itu*, jadilah orang Bijak  selalu *Berkarma*/ bekerja dengan berpasrahkan  diri pada Yang Maha kuasa. Ida SangHyang Widhi Wasa maha tahu akan *Karma* apa yang telah diperbuatnya. Jangan pernah terlalu berharap akan hasil kerja pun jangan merasa puas akan hasil kerja.Berbuatlah dengan penuh ketulusan hati sebagai suatu kewajiban *swadharma*  serta pasrahkan pada-Nya *Bhoga Svatantrya*
Perbuatan tanpa kekerasan *BERTAPA DALAM TINDAKAN* dan suci murni dalam berpikir  BERTAPA DALAM JNANA*
( BG.III.25/XII. 14/  SS. 217

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bangun Pura Dalam Diri

*Mutiara Weda*
17/06/2018

*Bangun Pura Dalam Diri*.

Diantara semua permata yang ada, yang paling bercahaya itu sebenarnya adalah *rasa  hati yang nyaman,damai dan indah*serta Diantara semua bunga yang pernah mekar,harum dan wangi, juga sebetulnya  yang paling tersentuh adalah *rasa hati yang indah* , Bangun Kawasan suci/ Pura dalam diri.

Sulit rasanya akan mendapatkan sentuhan rasa Hati yang nyaman dan  Indah tatkala dalam hatinya selalu bergejolak, penuh dengan praduga dan prasangka.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  tanamkan rasa hati yang *indah*  , *Nyaman* dan *SANTIH* agar memiliki  sentuhan & kehalusan budhi dengan cara menanamkan ajaran Budhi pekerti  luhur. niscaya rasa hati yang indah akan selalu tetap tertanam selama-lamanya".
(SS. 135-148 & Dharma Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Krodha, kama dan matsarya

*Mutiara Weda*
18/06/2018

*Krodha, kama dan Matsarya*

Dalam hidup ini ada tiga faktor yang sering menggerogoti dan  menjerumuskan manusia ke jurang kehancuran mankala tidak dikendalikan :  *Kodha*, *Kama* dan *Matsarya/ iri hati* di kenal Sebagai pintu gerbangnya menuju jurang  *Kehancuran*. Bhakti marga penyerahan diri secara tulus kepada-Nya sebagai salah satu sarana ataupun jalannya.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*.

*oleh karena itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk berhubungan dan melakukan penyerahan diri  kepada-Nya melalui pemantapan kualitas *Parama Prema Bhakti* untuk selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini akan terhindar dari bencana dan Malapetaka. (Ramayana & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 11 Juni 2018

Avatara

*Mutiara Weda*

11/06/2018

*Avatara*

Dalam.ajaran agama.Hindu Penampakan dan perwujudan Ida SangHyang Widhi Wasa dari keadaan yang tidak berwujud menjadi berwujud dengan mengambil sebuah bentuk dengan tujuan melindungi  dan menegakkan Dharma di alam semesta ini di sebut *Avatara*

Tuhan / Ida SangHyang Widhi Wasa Dalam menampakkan perwujudan dengan bermacam macam latar belakang dari  avatara yaitu :

*Amsavatara* (Penjelmaan sebagian dari kemahakuasaan /daya sakti Brahman) , *Avesavatara* (Penjelmaan dengan sakti-Nya yang tidak permanen) dan

*Purnamavatara*  (penjelmaan dan perwujudan yang secara penuh atau total dari Brahman)

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan keyakinan akan munculnya *avatara* Turunnya Tuhan  ke dunia guna menyelamatkan dan menegakkan Dharma di alam semesta ini dengan mengambil berbagai perwujudan dalam bentuk *Dasa avatara* guna melepaskan beban dunia dengan jalan melindungi mereka yang berbuat kebajikan dan memusnahkan kejahatan.*Satyam Evam Jayate nanrtham*

(Asvameda Parva,53-55 & Srimad BG,X,14)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 09 Juni 2018

Alam samsara

*Mutiara Weda*
16/05/2018

*Alam Samsara*

Dalam ajaran agama Hindu proses kehidupan yang selalu berputar  putar / berulang ulang  lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara. Samsara pada dasarnya  adalah suatu  penderitaan.  menderita disebabkan karena Dosa.

Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain  atau yang baru dengan disertai karma wesana sebagai pengikutnya setianya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu harus paham betul bahwa samsara itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi,  lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* jalan menuju alam kamoksan.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Canang sari: sarin manah

Mutiara Weda*
19/05/2018

*Canang Sari : Sarin Manah*

Canang sari merupakan Inti dari pikiran/ manah suci sebagai pertanda Bhakti kehadapan Ida SangHyang Widhi  Wasa dalam meyadnya.
_*Canang sari inggih punika sarin kasucian Kayun/ manah Bhakti ring Hyang Widhi*_

Unsur unsur canang sari  seperti : *Ceper* sebagai lambang Angga sarira dengan empat sisinya sebagai simbol  Panca Maha Bhuta, Panca Tan Matra, Panca Budhindrya, dan panca Karmendrya, keempatnya ini menyebabkan jadi terbentuknya Angga sarira ( badan Kasar),  *Beras* simbol Benih benih / SangHyang Atma yang menyebabkan badan kasar  menjadi hidup, *Porosan* lambang *Tri Permana* ( Bayu, Sabda dan Idep. Sirih /Wisnu, Jambe/Gambir/Brahma dan Kapur/ Pamor lambang Siwa )

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam melaksanakan persembahan dengan Canang sari sebagai intinya mengingat dalam canang sari tertuang unsur kesempurnaan seperti ; *Dahram* ; kebijaksanaan, *Satyam* : kebenaran atau kesetiaan, *Pasupati* : ketajaman Intelektual,
*Kama* : kesenangan,
*Eswarya* : kepemimpinan atau kesatrya,
*Krodha* : emosional,
*Mrtyu* : kedengkian/dendam serta 
*Kala*: kekuatan
(Lontar Mpu Lutuk Alit)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kebenaran nafasnya kehidupan

Mutiara Weda*
20/05/2018

*Kebenaran : nafasnya Kehidupan*

Di mana ada kebenaran,  kebajikan dan kesucian, begitu pula, di mana ada kewajiban dan kebenaran di patuhi, di sana akan ada kemenangan *Satyam Evam jayate Na anrtham*

Kebenaran adalah dasar dari *Dharma*, bila umat manusia menyadari  kebenaran sejati sebagai sifat dasarnya, maka secara otomatis dia akan mengetahui kesejatian   tentang dirinya serta  mengetahui karakter dan wataknya yang baik, sebagai napas hidup bagi kebenaran.

*Oleh karena itu*, setiap umat manusia harus mampu menjadikan kebenaran sebagai jantung hatinya dan dasar dari hidupnya dalam mencapai sifat  ketuhanan *Daivi Vak* yang dapat memberikan rasa indah, damai dan kemuliaan pada umat manusia.
(BG. Percakapan XXVI)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Buka kata hati

Mutiara Weda*
10/06/2018

*Buka kata Hati*

Orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  menampakkan sinar / Cahaya dalam hidupnya  dan mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata bathin menjadi terang serta bersinar *Buka kata hati*

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin ; Badan dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dibersihkan  dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Satya hrdaya : kata hati

Mutiara Weda*
23 /05/ 2018

*Satya Hrdaya : Kata Hati*

Orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  mendapatkan Cahaya  yang sebenarnya dalam hidup ini dan mampu memandang ke dalam dirinya maka bathinnya akan menjadi terang dan bercahaya sehingga mata bathin menjadi terbuka, Jangan Bohongi Kata hati *Tan Satya Hrdaya*

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan  kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka,  mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci* / *kawasan suci* / *pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan  cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi tetap terang dan bersinar  melalui penyucian bathin dengan membersihkan Badan dengan air, pikiran disucikan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15 & M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Atma,jiwatma & paramatma

*Mutiara Weda*
24/05/2018

*Atma*,  *Jiwatma* & *Paramatma*

Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini diciptakan  Ida SangHyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha tunggal. Tuhan bersifat maha ada *Wibhu Sakti*,  kekal abadi/ Sanatana,  berada disegala tempat/ *Wyapi Wyapaka Nirwikara*

*Stula sarira* / badan wadag dapat bergerak disebabkan oleh Tuhan yang bersemayam.dalam diri manusia yang di sebut  *atma* / *Jiwatma*.  *Atma* adalah hidupnya hidup dari manusia yang asalnya dari Tuhan, atma yang bersemayam di dalam tubuh di sebut *Jiwatma*.
Perpaduan atman dengan raga menyebabkan manusia hidup yang juga disebut *JIWARAGA, NAMARUPA*.

*Untuk itu*,  setiap umat Hindu perkokoh *Sraddha*/ keyakinan bahwa sesungguhnya Bagian dari Tuhan itu adalah Atma, bila Tuhan diibaratkan sebagai lautan maka atman itu hanyalah setitik embun, bila Tuhan diandaikan matahari maka atman itu merupakan percikan terkecil dari sinarnya,Tuhan asalnya atman sehingga di beri gelar  *Paramatma* sebagai atman yang tertinggi. (Weda Samhita & BG.X.20)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sugihan jawa -Sugihan Bali

Mutiara Weda*
25/05/2018

*Sugihan Jawa- Sugihan Bali*

Menjelang  perayaan hari raya Galungan dan Kuningan  Umat Hindu merayakan hari suci *Sugihan* sebagai rangkaian dari hari raya Galungan. Sugihan Jawa dan Sugihan Bali  bermakna Pensucian Bhuana agung dan bhuana Alit.

Sugihan Jawa  dilaksanakn pada Kamis, Wage wuku Sungsang sebagai perlambang pensucian Makrokosmos/ Bhuana agung/alam semesta dan Sugihan Bali yang jatuh pada Jumat, Kliwon wuku sungsang, perlambang pensucian mikrokosmos/  Bhuana alit atau pensucian angga sarira /diri  sendiri  umat manusia.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu menjelang perayaan hari suci Galungan diawali dengan  merayakan hari suci Sugihan sebagai proses Pensucian Makrokossmos (Alam semesta)
" Dewa Kalinggania pamrastista bhatara Kabeh" dan Mikrokosmos (diri manusia)
"Kalinggania amretista raga tawulan" (kitab Sundari gama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

"RAHAJENG  RAHINA SUCI SUGIHAN"

Jangan abaikan anugerah Tuhan

Mutiara Weda*
26/05/2018

*Jangan Abaikan Anugerah Tuhan*

Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan kewajiban setiap manusia.  *Kebenaran* dan *kebajikan* di jaga dengan perilaku yang baik; *sastra-sastra suci* di jaga  dengan keteguhan hati dan *kesucian pikiran* ;  *Ketampanan* dan  *Kecantikan fisik* di jaga dengan kebersihan

Kelahiran menjadi manusia *mulia*  dan *bijak* dapat dijaga dengan tutur agama dan budi pekerti,  etika serta  tata susila dengan cara berpikir,bertutur kata dan berbuat yang baik dan benar.

*Untuk itu*,  sebagai umat manusia jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan dgn  selalu *Bersyukur* dan *Angayubagya* , jaga  dan rawatlah dengan sebaik- baiknya apa yang telah dianugerahkan-Nya dengan landasan petunjuk kitab suci *Weda Samhita* , Tatwa, Susila dan Acara agama secara terintegrasi. niscaya kebahagiaan lahir maupun batin akan dapat terwujud .
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Pikiran sang penentu hidup manusia

Mutiara Weda*
27 /05/ 2018

*Pikiran sang penentu Hidup Manusia*

Pemusatan pikiran *Dhyana* dan pembersihan pikiran *Citta*, sebagai  sang penentu  proses kehidupan  umat manusia selanjutnya,  dari pikiran menyebabkan sang roh masuk  alam  sorga, dari pikiran pula, yang menyebabkan sang roh menempati alam neraka,  serta dari pikiran pula menyebabkan menjelma menjadi binatang,  demikian juga halnya dari pikiran  menyebabkan sang atman mendapatkan kamoksan / alam kalepasan.

Ada Lima jenis keadaan alam pikiran manusia yang sering mempengaruhi  kehidupan umat manusia meliputi : *Ksipa* / tidak mau berdiam, *Mudha* Lamban dan Malas, *Wiksipta*/ bingung dan Kacau, *Ekagra* / Terpusat, *Niruddha* / terkendali,

*Untuk itu*, bersihkan  pikiran,
kendalikan  *Indrya* dengan selalu *mulat sarira* dan *sadar akan adanya keadaan alam pikiran *Citta* Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya  Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri.
(Kitab Yajurveda: 17.31 & wrhaspati tattwa. 16)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Panca maha yadnya

Mutiara Weda*
28/05/2018

*panca Maha Yadnya*

Salah satu kewajiban suci  setiap umat Hindu sesuai pustaka suci  adalah *Meyadnya*  atau melaksanakan *Panca Maha  Yadnya*  dalam bentuk persembahan/ pelayanan yang diwujudkan berupa hasil kegiatan kerja,  materi yang dipersembahkan   secara tulus sesuai dengan kemampuan masing masing dengan berpegang pada ajaran *Tri Premana Telu*

Dalam  pelaksanaan  Panca Yadnya mengandung unsur : moral, etika, kepribadian dan spiritual yang sarananya semuanya  bersumber dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis: *Mataya*, *mantiga* dan *maharya*.
*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan.
*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya.
*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang ; binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu  untuk melakukan persembahan *panca yadnya*  dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan Sang Maha Pencipta,  hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah/ sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah *Tri Hita Karana*  dan *Tat twam Asi*.
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Galungan : kemenangan Dharma atas adharma

*Mutiara Weda*
29/05/2018

*Galungan* : kemenangan  Dharma atas Adharma.

Pada  Buda ,Kliwon wuku Dungulan umat Hindu merayakan hari suci  Galungan, bentuk perayaan   kemenangan *Dharma* atas *Adharma*, kemenangan Kebaikan atas Kejahatan.

Inti hakekat perayaan hari suci Galungan sebenarnya menyatukan kekuatan rohani agar mendapatkan pikiran dan pendirian yang terang serta mampu mengendalikan diri sebagai wujud Dharma *matutur ikang Atma  rijatinia*, sedangkan segala kekacauan pikiran *byaparaning Idep* sebagai wujud Adharma.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam perayaan hari suci Galungan benar benar mencerminkan suatu keberhasilan dalam mengatasi cobaan,  godaan selama perjalanan hidup serta  mengendalikan diri dengan berkarma sesuai Dharma,
sehingga terwujudnya kehidupan yang *anandam/Jagadhita dan moksa*,  *manah Santih* dan *Parama santih* dalam hidup yang *berwiweka*.
(Kitab Sundari gama)

" RAHAJENG HARI SUCI GALUNGAN & KUNINGAN, DHARMA SELALU AJEG"

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tumbuhkan kesadaran diri

Mutiara Weda*
30/05/2018

*Tumbuhkan Kesadaran Diri*

Tatkala Orang  telah  memiliki  tingkat kesadaran diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat   melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu  memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya.

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna  bagi diri sendiri dan  berguna bagi orang lain *kesadaran diri*.

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri  dengan menampakkan nilai  keindahan dan  keluhuran  budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya  *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha* akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.

Yadnya :simbol angga sarira

*Mutiara Weda*
31/05/2018

*Yadnya : simbol Angga sarira*

Bebantenan merupakan  bahasa *Mona* _*Sahananing Bebanten pinaka ragantha tuwi*_ semua Banten  simbol Angga sarira. Ada berfungsi sebagai kepala *Ulu*, ada sebagai  Badan *Angga* dan  ada sebagai kaki  *Sukunya*.

*Di samping itu*, Banten dalam konsep Hindu  juga sebagai _*Warnaning Rupanira Ida Bhatara*_  Sbg perwujudan dari Ida Hyang Widhi,  sebagai  bentuk pendalaman *Sraddha* dan *bhakti* terhadap Hyang Widhi. Mengingat Beliau yang bersifat Nirguna dan rahasia, untuk memudahkannya dalam konteks *bhakti* maka Beliau  dipuja dalam wujud *Sekala* dengan memakai berbagai sarana, salah satunya adalah *Banten* dlm bahasa *Mona*

*Oleh karena itu*. Sebagai umat HINDU  laksanakan Panca Maha Yadnya dengan landasan ketulusan , Apapun jenis  Banten pastilah memiliki  fungsi & kedudukan, Baik itu  sebagai perwujudan Hyang Widhi, lingga/ linggih bhatara,   maupun perwujudan alam semesta *Anda Bhuvana*
(Kitab Yadjna Prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kewajiban anak dlm agama Hindu

*Mutiara Weda*
01/06/2018

*Kewajiban Anak Dalam agama Hindu*

*DALAM* keluarga Hindu seorang  ayah dan Ibu  itu,  diibaratkan sebagai perwujudan *Dewa sekala*,  yang mengharuskan seorang anak untuk berbhakti kepada kedua orang tuanya  agar terhindar dari *dosa besar* / *mahapataka* dengan landasan  ajaran *Panca Vida bhakti*
(Lima hal yang menyebabkan sang anak harus berbhakti pada kedua orang tuanya)

Kelima ajaran *Panca Vida bhakti* sebagai swadharmaning sang suputra tersebut :
*Sang Ametwaken* : orang yang melahirkan
*Sang Nitya maweh bhinojana*: orang yg selalu mengusahakan makanan terhadap sang anak.
*Sang Mangupadyaya*: orang yang selalu mendidik dan membimbing sang anak mulai sejak berada dalam kandungan sang Ibu.
*Sang anyangaskara*:  orang yang selalu memanjatkan doa agar sang anak  tumbuh sehat dan terhindar dari penyakit.
*Sang matulung urip rikalaning bhaya*: orang yang selalu membantu dan.mendampingi disaat  sang anak mendapatkan sakit atau mara bahaya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban bagi seorang anak untuk berbhakti pada kedua orang tuanya agar  terhindar dari dosa besar / maha pataka serta mendapatkan pahala pahala kebajikan seperti ;
*Kirti*( rahayu), *Ayusa* ( umur panjang), *Bala*( kuat) dan *yasa patinggal rahayu* (menjadi contoh baik bagi keturunan selanjutnya). Niscaya akan terwujudnya anak yang *Suputra*.
(Nitisastra VIII,3 & Sarasamuscaya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Dharma sadhana : latihan disiplin

Mutiara Weda*
02/06/2018

*Dharma Sadhana: Latihan Disiplin*
   (Sesarining-Dharma)

*Upaya* melatih disiplin diri dengan merealisasi dan mengapkasikan ajaran dharma pada diri seseorang  di kenal dengan nama *Dharma Sadhana*, dengan tujuan memantapkan kualitas mental rohani atau spiritual dan menjadi seorang sadhaka nantinya.

Memantapkan kualitas rohani/ spiritual  menjadi sang *Sadhaka* melalui penerapan.ajaran *catur sadhana* atau empat sesaring Dharma seperti :
*Jnana sadhana* : pikiran yang bebas dari dualitas,
*Bhakti sadhana*: welas asih pada semua makhluk,
*Yoga sadhana* : terbebasnya pikiran dari pengaruh sad ripu,
*Karma sadhana* : melaksanakan swadharma dengan baik.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani/ spiritual melalui pengamalan ajaran catur sadhana, dengan berorientasi pada disiplin hidup secara pribadi yaitu *Tapa*, *brata*, *yoga* dan *semadhi* serta memperhatikan  pentahapan latihan rohani *Astangga Yoga* secara praktis dan sistematis sehingga menjadi seorang sadhaka yang mampu merealisasikan dan mengamalkan  nilai dharma secara benar dalam mewujudkan keluhuran budhi.
(Reg Veda, 7.82.& Atharva Veda, X.2.26)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Tumbuhkan sifat pengabdian & pelayanan SEVA

Mutiara Weda*
03/06/2018

*Tumbuhkan sifat Pengabdian & Pelayanan *Seva*

Dalam konsep ajaran agama Hindu  melakukan pengabdian & pelayanan *Seva* merupakan.suatu  keharusan dalam menjalankan ajaran  Karma Yoga sebagai bentuk pengabdian. Barang siapa yang tidak mau melayani maka jangan  berharap untuk mendapatkan pelayanan.

Dengan pelayanan dan  pengabdian  yang dilakukan akan memperoleh kesucian, dari  kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemuliaan akan mendapatkan kehormatan, demikian juga   dengan kehormatan  akan mendapatkan kebenaran *Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun kesucian bathin, tumbuhkan sifat  pengabdian dan pelayanan melalui kerja *Seva* serta jadikan kebenaran sebagai hukum Keberadaan-Nya dengan
Landasan :  kebenaran *sathya*, kebajikan *Dharma*, cinta kasih *Prema*,  kedamaian *Shantih*, tanpa kekerasan *Ahimsa*.
Niscaya  akan dapat terwujudnya *manah santih* dan *Parama santih* serta terwujudnya tujuan hidup *Catur Purusa Artha*.
(Atharva Veda I.24.1. & Yajur Veda, 19,. 30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Dharanat dharmah

*Mutiara Weda*
04/06/2018

*Dharanat Dharmah*

Kelahiran, kehidupan dan kematian ( utpeti, stithi dan Pralina) merupakan hukum dasar bagi setiap yang hidup di dunia ini *hukum Rta* dan dengan Dharma menanggung sepanjang waktu sebagai cara yang paling ampuh untuk menyelamatkan.diri dari bencana dan reinkarnasi
*DHARANAT DHARMAH*

Pada hakekatnya hidup ke dunia ini pada proses terlahir menjadi manusia  menunggu masa kanak-kanak dan masa kanak-kanak menunggu masa muda dan setelah masa muda menunggu masa Tua demikian juga  masa Tua  menanti kematian kembali ke asal pada pangkuan ibu Pertiwi.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia pergunakan kesempatan menjelma menjadi dengan baik untuk selalu berbuat kebajikan *Subha Karma*,  memegang teguh ajaran Dharma serta mengusahakan perbuatan berdasar pada  ajaran  kebenaran *Dharma Prawrtti* demikian juga jalankan kehidupan sesuai dengan tahapan tahapanya  *Catur Asrama* . ( sarasamuscaya,29 dan Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kelapa simbol Andha Bhuana

"Mutiara Weda*
05/06/2018

*Kelapa simbol Andha Bhuana*

Umat Hindu dalam  *Meyadnya*  tidak pernah lepas dari penggunaan kelapa sebagai unsur pentingnya  perlambang Tirta Pawitra /air keabadian / amertha ataupun simbol alam semesta sapta petala, sapta Loka/  *andha Bhuana*

Kelapa memiliki tujuh lapisan kedalam dan tujuh lapisan keluar.lapisan yang kedalam bermakna sapta Petala pada kelapa;
*Air* lambang *mahatala*, *isi lembutnya* lambang *tala tala*, isinya lambang *Tala*, *lapisan pada isinya* lambang *atala*, lapisan *isi yang keras* lambang *sutala*, *lapisan tipis paling dalam* lambang *vitala*, *batoknya* lambang *rasa tala*. Sedangkan lapisan keluar bermakna sapta Loka pada kelapa yaitu : *Bulu Batok* kelapa lambang *Bhur Loka*, *serat saluran* lambang *Bvah loka*, *serat serabut yg basah* lambang  *svah loka*, *serabut basah* lambang *maha loka*, *serabut kering*  lambang *Janah loka*, *kulit serat kering* lambang *Tapah Loka*, *kulit kering*lambang *satya loka*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam menggunakan kelapa  sebagai pe-Daksina dikupas dengan bersih  sebagai lambang Bhuana agung stahana dari Ida Sanhyang Widhi Wasa yang tentunya harus bersih dari unsur pengikat indrya/ serabut kelapa.Sehingga kelapa yang digunakan mengikuti proses upacara dan memiliki kekuatan dewata atau energi postif dalam penyucian, penyupatan dan pasupati. (kitab tegesing sarva Banten dan Yadnya Prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Tri Mala : tiga unsur keterbatasan

Mutiara Weda*
06/05/2018

*Tri Mala: tiga unsur  keterbatasan*

Sesungguhnya pada jati diri setiap umat manusia terdapat ketidakmurnian/ *Mala* penyebab keterbatasan dan ketidak sempurnaan yang diakibatkan oleh pikiran yang selalu  ditutupi tiga  unsur mala yaitu ; *anawa Mala*, *Mayiya Mala* dan *Karma Mala*.

*Anawa Mala* :  keterbatasan diakibatkan oleh adanya kegelapan jiwa yang menyebabkan kesadaran semesta yang seharusnya dimiliki oleh pikirannya berubah menjadi kesadaran terbatas yang tidak memiliki *Iccha Sakti*/ daya kehendak.
*Mayiya Mala* : keterbatasan disebabkan oleh kekuatan *Maya*, sehingga pengetahuannya menjadi sangat terbatas pada pengetahuan dirinya sehingga tidak memiliki *Jnana Sakti*.,
*Karma Mala*:  keterbatasan diakibatkan oleh ikatan *Karma/Karma Wesana*, mengakibatkan manusia cenderung dikendalikan  oleh nafsu duniawinya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia wujudkan kesadaran dan *Kebenaran*/ kesunyataan akhir tertinggi yang *Paramasamwit* atau *Cit*, sehingga bangkitnya sikap *Prakasa* yang bersinar sendiri  dan *Wimarsa* mampu mengenal dirinya sendiri sehingga kekuatan lainnyapun akan menjadi tampak, dengan demikian akan terwujudnya kesunyataan atau kebenaran yang tertinggi *Parama Siwa* yang *Prakasa Wimarsamaya*
(Katha Upanisad, II.2.16)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Perkokoh kualitas rohani

Mutiara Weda*
07/06/2018

*Perkokoh kualitas Rohani*

Kesabaran dan ketabahan/ *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas spiritual,   dalam menangkal nafsu  Angkara murka.*Perkokoh  dan pertebal Kualitas Rohani*

Segala sifat keras hati, yang penuh  angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar. *Suro Diro Joyeningrat, Lebur Dening Pangastuti*

*Untuk itu*, setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani  dengan  melakukan pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih *Vak*,  *Manah* dan  *Kaya*. Niscaya kedamaian hidup akan dapat terwujud.
(BG.37-40 & serat Witaradya)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kuningan : media penigktan spiritual

Mutiara Weda*
08/06/2018

*Kuningan* : Media Peningkatan Spiritual

Pada  hari Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan  yang jatuh pada hari ke 10  setelah Galungan,   bermakna  tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat  Hindu melakukan persembahan dan pemujaan  kehadapan  SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.

Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan  pada pagi hari  sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu  ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari  berlalu memasuki *masa pralina*  energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.

*Untuk itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha*  dengan memperbanyak   introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. serta Bangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri. (Kitab Kala Maya Tatwa & Weda Samhita)

*RAHAJENG HARI SUCI KUNINGAN MANTAPKAN BENTENG DIRI & BANGUN KAVACA GAIB DLM DIRI*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Melatih Ber tatwam asi

Mutiara Weda*
09/06/2018

*Melatih  Ber-Tatwam Asi*

Menjelma menjadi manusia di muka bumi ini tidak bisa *disamaratakan*  satu sama lainnya, sudah dibekali dengan yang namanya kelebihan/keunggulan serta kekurangan /  kelemahan masing masing demikian juga dilengkapi dengan Rwa bhineda  ;  perbedaan, Kebhinekaan, keberanekaragaman, serta kemajemukan,  yang  perlu dijaga, dirawat, dipelihara dan dilestarikan, dengan cara  Memberikan  ruang  pada setiap *pikiran*  untuk melatih akan   hal hal yang mengandung perbedaan, belajar saling menghargai, belajar saling menghormati serta belajar hidup ber-Tat Tvam Asi.

Tanpa memegang konsep ber-Tat Tvam Asi/ menyame mebraya,  jiwa manapun akan hancur hangus terbakar manakala dalam hatinya blm tertanam *rasa cinta kasih sayang* _PREMA_ pada sesama, Yang cendrung dapat menimbun  benih - benih penyakit di dalam hati.

*Untuk itu*, tanamkan Ajaran Tat Tvam Asi/ Menyame Mebraya dengan membuang jauh jauh sikap Adigang, Adigung dan Adiguna.  niscaya tatanan kehidupan yang   damai, harmonis, rukun, tata / tentram serta saling  Asah, Asih dan  Asuh  berfalsafahkan Tri Hita Karana dengan menempatkan  Pancasila Sebagai  perisainya   dalam kehidupan sehari hari  bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. ( SS.302-304 & Serat Wulang reh).

*RAHAJENG HARI SUCI KUNINGAN MANTAPKAN BENTENG & KAVACA GAIB DLM DIRI*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .