Kamis, 31 Agustus 2017

Falsafah Tri Hita Karana Sarana Membangun Karakter dan Budi Pekerti Luhur

Falsafah Tri Hita Karana sarana Membangun
Karakter dan Budi Pekerti Luhur.
Made Worda Negara


Pendahuluan

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, bangsa yang beradab, bangsa majemuk, bangsa yang masyarakatnya menganut agama yang mnjadi pegangan dan pegoman hidupnya. ,bangsa  yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang terbentang dari sabang sampai merauke ini sebagai cermin bahwa Kemajemukan ,Pluralisme dan kebinekaan adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi keberadaannya di muka bumi Indosenia dan ini harus dijaga secara  bersama-sama dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI.
Max Muller seorang ahli filsafat barat mengatakan bahwa Manusia Hindu sangat dikenal memiliki sikap yang tabah, polos, jujur, tenang, damai dan harmonis serta  memiliki sikap gotong royong dan kebersamaan yang sangat tinggi dan semuanya itu ditopang dengan  krakter, budhi pekerti luhur.
Namun dalam kenyataannya kalau kita lihat dalam  tatanan kehidupan  bermasyarakat,  berbangsa  dan bernegara seperti sekarang ini terasa memprihatinkan. Perkelahian, pertengkaran dan konflik berkepanjangan sampai terjadinya pertumpahan darah , umat manusia seolah-olah sudah kehilangan rasa kasih dan sayangnya, etika,tata krama, sopan santun dan budhi pekerti yang diwariskan nenek moyang kita jaman dahulu sudah dilupakan  , tradisi dan ceritra - cerita para orang tua diabaikan begitu saja,  begitu pula dalam menyampaikan pendapat / saran-saran seolah-olah tidak memiliki etika, tata krama, sopan santun, susila. penggunaan kekerasan telah menjadi satu satunya pilihan dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Dalam mengantisifasi hal tersebut penanaman terhadap Budhi pekrti luhu dalam membentuk karakter masyrakat yang berbudaya salah satu jalannyah adalah menerapkan  Konsep Tri Hita Karana perlu ditanamkan kembali melalui pemantapan awig-awig desa adat atau desa Pekraman.
 kita bertanya- tanya dalam hati kita yang paling dalam,mengapa hal ini dapat terjadi,barangkali  akibat dari sebagaian umat manusia belum siap menerima perubahan jaman yang disebut dengan jaman Kaliyuga/ kali sengara atau orang sering menyebut dengan  jaman edan. Di  dalam kitab suci Roga Sengara  Bumi disebutkan bahwa semua kejadian diatas merupakan ciri-ciri atau tanda tanda dari dari jaman kali yuga tersebut. Umat Hindu harus memahami jaman ini dan  seharusnya tahu apa yang harus dilakukan dalam jaman ini, sehingga  tidak larut dalam jaman kaliyuga. sebagai umat Hindu dimanapun berada,dan dalam kondisi apapun harus mampu mengimplementasikan  falsafah Tri Hita karana dalam hati nurani masing-masing dalam upaya membentuk budhi pekerti luhur, membangun karakter dalam upaya meningkatkan kualitas moral,mental sehingga memiliki ketahanan mental yang kuat, sehingga betul-betul menjadi benteng bagi diri masing-masing umat Hindu sehingga dapat berperan dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dalam menjaga keutuhan umat dan NKRI.

Dalam kitab suci Bhagawadgitha percakapan X, hal. 97 menyebutkan:  Bila cinta kasih dan kasih sayang dikaitkan dengan pikiran,ia menjadi kebenaran, bila rasa kasih sayang dijadikan dasar perbuatan maka perbuatan akan menjadi dharma, bila perasaanmu  dijiwai oleh  cinta kasih sayang maka hatimu akan penuh dengan kedamaian yan g tertinggi dan bila engkau menjadikan cinta kasih dan sayang sebagai penuntun pengertian dan cara berpikirmu maka akal budhimu akan dijiwai oleh sikap tanpa kekerasan.Karena itu cinta kasih dan rasa kasih sayang adalah kebenaran.Jika cinta kasih  tidak menjiwai perbuatanmu tidak akan ada dharma.jika engkau tidak merasakan cinta kasih dalam hatimu tidak akan ada kedamaian.dan jika engkau tidak melandasi pikiranmu dengan cinta kasih,tanpa kekerasan tidak akan menetap dalam akal budimu.demikian juga cinta kasih adalah bahan pokok untuk satya”Kebenaran”, Dharma “Kebajikan”,Santhi ”Kedamaian” dan Ahimsa “tanpa Kekerasan”. Dengan cinta kasih kita akan dapat dengan mudah mengalahkan kebencian dan kemarahan.Karena itu hiduplah dengan cinta kasih dan kedamaian.

Lebih lanjut dalam kitab suci Agastya Parwa disebutkan : Kunang ikang marin swarga mwan manjadma manusa wisesa manke sila nika nuni :tapo yajna surambharyam,akarot su va janmani,aho svargam avapnuyat... artinya orang akan dapat masuk sorga dan menjelma menjadi manusia utama,perbuatannya dulu adala sebagai berikut,ada tiga macam perbuatan yang menyebabkan surga yaitu Tapa,Yadnya dan Meyase kerti.

Tri Hita karana 

Konsep Tri Hita Karana  merupakan falsafah hidup yang sangat tangguh. Falsafah dalam  membangun kedamaian, keharmosisan hidup umat manusia dan berjiwa toleransi yang tingggi ditengah hantaman globalisasi dan homogenisasi yang demikian deras. Ajaran Tri Hita Karana  menekankan membangun hubungan yang harmonis pada;
Manusia dengan Sang  Maha Pencipta atau Parhyangan, antara  manusia dengan sesame Pawongan dan manusia dengan alam lingkungannya Palemahan. Tri Hita Karana sebaga landasan yang paling  mendasar bagi  Umat Hindu dalam bergaul  dalam kehidupan sehari-hari baik dalam berpikir, bertutur kata maupun dalam perbuatan yang realisasi pelaksanaannya  lebih kepada    Panca Yadnya : dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Bhuta Yadnya.
Konsep ajaran  Tri Hita Karana yang diterapkan dibali mengarah kepada  termanifestasikan dalam budaya dan tradisi bali, yang tentunya tidak semata-mata timbul karena pemahamannya pada atas ajaran hindu, tapi juga karena tantangan jaman. Umat hindu harus mampu mengimplementasikan dan mengamalkan konsep Tri Hita Karana secara total dan dalam semua aspek kehidupan sampai pada unsur terkecil dalam bentukn keluarga yaitu konsep Palemahan yaitu yang membuat umat Hindu mencintai tanah kelahirannya, Pawongan yaitu moral,etika dan tatar krama umat hindu dan taat pada hukum adat dan dresta dan Parhyangan yaitu selalu mendekatkan diri kehadapan Ida sanghyang Widhi Wasa dalam membangun masyarakat yang memiliki karakter dan berbudi pekerti luhur.

Tat Twam asi

Dalam pengertiannya ajaran Tat Twam Asi “ itu adalah kamu juga” Merupakan filsafat Hindu yang mengajarkan kesosialan dan keharmonian yang tanpa batas karena diketahui bahwa “Ia adalah kamu” saya dalah Kamu dan segala mahluk adalah sama,sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain juga berarti menyakiti diri sendiri. Antara saya dan kamu sesungguhnya bersaudara. Hakekat atman yang menjadikan hidup diantara saya dan kamu berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Atman yang  menghidupkan tubuh makhluk hidup merupakan percikan terkecil dari Tuhan. Kita sama-sama makhluk ciptaaan Tuhan. Sesungguhnya filsafat tattwam asi ini mengandung makna yang sangat dalam. Tatwam asi mengajarkan agar kita senantiasa mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti apa bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekali-kali menyakiti hati orang lain. Dan sebaliknya bantulah orang lain sedapat mungkin kamu membantunya, karena sebenarnya semua tindakan kita juga untuk kita sendiri. Bila dihayati dan diamalkan dengan baik, maka akan terwujud suatu kerukunan. Dalam upanisad dikatakan: “Brahma atma aikhyam”, yang artinya Brahman (Tuhan) dan atman adalah tunggal.Filsapat hidup Tat Twam Asi juga merupakan dasar susila hindu,yaitu tingkah laku baik dan mulia ya ng selaras dengan ketentuan-ketentuan dharma dan yadnya.Makna Tat Twam Asi mengajak kita semua untuk lebih menahan diri dan mengendalikan diri.dengan menyadari filsafat tat Twam Asi diharapkan setiap langkah,gerak yang dilakukan sudah melalui pertimbangan yang cermat dan berhati-hati demi kebaikan bersama dan untuk mencapai tujuan yang luhur.

Menyame Mebraya

Menyame mebraye mengandung makna Memiliki ikatan persaudaraan yang kuat,  memperlakukan orang lain yang bukan saudara seperti saudara sendiri. Penerapan ajaran Tri HIta Karana menjadi sangat penting dalam melakukan Pendidikan agama Hindu bagi masyarakat Hindu dalam menghadapi perkembangan jaman yang  modern, pluralistik dan turbulent. 
 Dalam menumbuhkan dan membangun karakter bagi Masyarakat Hindu  khususnya bagi para generasi muda  dalam mengimplementasi Tri Hita sangatlah penting dengan menggunakan pendekatan yang tepat guna dan tepat sasaran. Ada beberapa pendekatan yang digunakan seperti : Pendekatan Keagamaan, Satya/Jujur, Toleransi,Disiplin, dan Kreatif  dan Mandiri.
 Keagamaan/religeus,  sikap dan peilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
Satya/Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan;
Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tidakan orang lain yang berbeda dari dirinya; 
Disiplin, tindakan   yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; Kerja Keras; perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 
Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Kesimpulan

·         Marilah kita sebagai umat Hindu selalu Introspeksi diri, mengendalikan diri,dan Implementasikan nilai – nilai  yang terkandung dalam Konsep Tri Hita Karana,Tatwam Asi, konsep menyama mebraya, dalam membangun umat Hindu yang memiliki Budhi pekerti luhur,berkarakter dalam berprilaku dalam kehidupan sehari hari bermasyarakat, berbangsa dan bernegara , sehingga terwujudnya masyarakat yang sejahtra lahir dan bhatin, Manah santih dan Parama Santih “Moksartham Jagadhita ya Ca iti dharma”

·         Menjadikan diri sebagai insan yang memiliki sradha dan bhakti yang kuat, insan sosial yang baik dalam bernasyarakat, berbangsa dan bernegara serta  selalu berusaha melaksanakan petunjuk ajaran Dharma Tapa,Yadnya dan mekerti dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat terwujudnya umat Hindu yang harmonis, damai/santih,beretika,bermoral serta bermartabat memiliki mental yang Prima.

Daftar Pustaka
Sarasamuscaya,I NYoman Kajeng dkk,paramita, 1997
Lontar Tutur Tapeni Yadnya, 72-73).





Hukum Karma Phala



Hukum Karma Phala
Syapa kari tan temung ayu masedana sarwa ayu,
Niyata katemwaning ala, masedana sarwa ala
 ( Arjuna Wiwaha,Wirama : Rajani / Mandamalon (17)
artinya;
siapa yang mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia ini, karena mereka selalu berbuat kebajikan, sebaliknya mereka yang mengalami berbagai cobaan, penderitaan pada kehidupan ini  karena mereka selalu  berbuat dosa/ kejahatan.

Pendahuluan
Kalau kita renungkan dalam  tatanan kehidupan sosial bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, umat Hindu memiliki dasar keyakinan yang sangat kental yang disebut dengan hukum karma phala. Jika dilihat dalam kehidupan kemasyarakatan  jutaan  orang dilahirkan dan diciptakan Tuhan  satupun tidak ada yang sama walaupun dalam satu Rahim,dalam waktu yang sama pasti memiliki perbedaan.  Ada dilahirkan sempurna, di sisi lain ada dilahirkan kurang sempurna / cacat. Ada dilahirtkan di  tempat yang mewah namun ada ibu melahirkan bayi  di bawah kolong jembatan. sehingga  muncul pertanyaan dimanakah letak keadilan Tuhan, sebenarnya disinilah letak keadilan Tuhan ,Tuhan menciptakan hambanya berdasarkan Karma Wesana dari hukum Karma Phala. Setiap perbuatan atau Karma pasti meninggalkan karma wesana atau bekas bekas perbuatan yang kelak timbul menjadi Karma Phala yaitu hasil dari perbuatan yang menentukan baik buruknya penjelmaan kita dimasa yang akan datang dengan membawa karma baik / Subha karma dan Karama buruk/ Asubha karma. Dalam kitab suci Bradharanyaka upanisad dikatakan hukum itu pada dasarnya adalah Kebenaran. Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari akar kata “Kr” yang artinya perbuatan, berbuat, sedangkan Phala yang artinya buah atau hasil. Sehingga hukum karma phala artinya suatu peraturan hukuman hasil dari suatu perbuatan.
Bentuk Karma Dalam ajaran Hindu
·         Mohaniya Karma, Karma ini yang dapat mengaburkan kesadaran kita atau menghambat  peningkatan  kualitas kesadaran,yang dapat membuat jatuh ke dalam gelap tanpa ada cahaya sehingga tidak mampu melihat mana yang disebut baik dan mana yang tidak baik.Karma mohaniya Karma dibentuk dengan landasan, amarah, saling membenci, larut dengan kesenangan pribadi dan terlalu fanatic dalam beragama.
·         Darsanavaraniya Karma, karma ini yang menghalang halangi kemampuan pisik serta menghilangkan kemampuan pengindraan dalam diri seperti :
Ø  Caksur darsanavaraniya Karma,yang menghilangkan kemampuan sebenarnya pada mata yang sejatinya dapat melihat alam halus dan makhluk halus.
Ø  Acaksur-darsanavarana,yang membuat kehilangan kemampuan yang sebenarnya pada idrya tubuh.
Ø  Avadhi-darsana varana,yang membuat kita kehilangan kemampuan sebenarnya pada bagian badan secara pisik.
·         Jnana Varaniya Karma, karma yang menghalangi penyerapan ilmu pengetahuan. Karma ini membuat umat manusia sulit untuk berjodoh dengan ilmu pengetahuan sehingga membuat pikiran menjadi tumpul dan tidak pintar.
·         Anataraya Karma ,karma yang dapat menghambat untuk melakukan kebaikan,menerima pemberian atau menikmati dari hasil kerja.
·         Vedaniya Karma,  Karma yang mempengaruhi gejolak emosi,perasaan dan pikiran positif-negatif seperti; mudah marah,ada yang penyabar,ada yang humoris da nada yang pemurung dll.  
·         Ayusua Karma, karma yang membawa kita kealam setelah kematian dan karma terbentuk dari akumulasi karma pada saat kehidupan menentukan kea lam berikutnya; akan menuju  bhur loka,svah .loka maupun svah loka.
·         Nama Karma, karma yang menentukan kita lahir dalam tubuh makhluk apa dan kondisi badan maupun pisiknya.
·         Gotra Karma, karma yang menentukan nasib hoidup kita seperti tempat hidup,lingkungan hidup dan lainnya.
Jenis jenis hukum Karma
·         Sancita Karmaphala

Sancita Karmaphala adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang menentukan kehidupan kita sekarang. Contoh, di kehidupan yang lalu, mungkin kita korupsi milyaran rupiah, namun karena sedang berkuasa atau pintar berkelit, pahalanya belum sempat dinikmati, kelahiran sekaranglah dinikmati buah/hasilnya, misalnya, hidup jadi sengsara, atau menjadi perampok sehingga dihukum penjara. Kewajiban kita sebagai umat Hindu dalam hal ini adalah menghindari pebuatan jahat sekecil apapun. Takutlah dengan akibat dari perbuatan jahat kita dan malulah terhadap akibat dalam pelanggaran ajaran Veda.


·         Prarabdha Karmaphala

Prarabda Karmaphala adalah hasil perbuatan kita pada kehidupan sekarang yang pahalanya diterima habis dalam kehidupan sekarang juga. Sekarang korupsi, kemudian tertangkap langsung dihukum bertahun-tahun. Jadi antara perbuatan dan akibatnya lunas.

·         Kriyamana Karmaphala

Kriyamana Karmaphala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada waktu kehidupan sekarang, namun dinikmati pada waktu kehidupan yang akan datang. Misalnya, dalam kehidupan sekarang korupsi, tapi entah bagaimana kejahatannya itu tidak berhasil dibuktikan karena kelicikannya, lalu meninggal dunia. Dalam kehidupan yang akan datang pahalanya akan diterima, namun orang tersebut akan lahir jadi orang yang hina.

Sifat Hukum Karma

·         Hukum Karma bersifat kekal, abadi dan langgeng, Hukum ini dimulai pada saat semesta ini berfungsi, dan akan berakhir pada saat semesta ini musnah (pralaya). Namun tidak seorang pun tahu dan paham kapan semesta ini dimulai dan kapan berakhir.
·         Hukum karma mengikat secara universal, Hukum ini berlaku bagi setiap ciptaan baik kecil maupun besar, yang kasatmata maupun tidak kasatmata. Semua makhluk terikat oleh hukum ini, termasuk dewa maupun awatar.
·         Hukum karma berlaku sepanjang jaman, Hukum ini berlaku sepanjang jaman, Sathya Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga maupun Kali Yuga.
·         Hukum Karma bersifat sempurna, Hukum ini tidak dapat diganggu gugat,diubah,dipaksa berubah atau berubah sendiri, karena bersifat konstan dari jaman ke jaman. Hukum ini hanya dapat ditaklukan dengan mengikuti hukumnya.


Karma dipengaruhi oleh unsur tri guna

·         Wikarma adalah karma yang mengandung sifat satwik. Kegiatan-kegiatan yang termasuk wikarma adalah: berkata yang benar dan lemah lembut, bekerja dengan tenang dan penuh perhatian, berfikir yang benar dan jernih, suka menolog orang lain, melakukan sedana (disiplin spiritual).

·         Sahaja Karma adalah karma yang mengandung sifat Rajasik. Kegiatan yang termasuk Saharja Karma adalah: berkata, bekerja dan berfikir terburu-buru, kurang teliti, emosional, tidak tenang.

·         Akarma Karma adalah hukum karma yang mengandung sifat tamasik. Kegiatan – kegiatan yang termasuk di dalamnya adalah berbicara, berbuat dan berfikir lambat malas.
Penutup
Hukum Karma Phala merupakan salah satu dari dasar keyakinan umat Hindu terhadap adanya  hasil dari suatu perbuatan. hukum karma phala itu sejalan dengan hukum sebab akibat, yakni segala sebab menyebabkan akibat. Dalam kehidupan ini, banyak orang keliru menanggapi jalan hidup mereka yang selalu menyesal dan merasa sengsara dalam menjalani hidup sehari-hari. Untuk menanggulangi tanggapan tersebut setiap orang hendaknya mempelajari dan memahami  hukum karma phala itu serta pembagian-pembagian dari hukum karma itu sendiri,  Sancita Karma Phala, Prarabdha Karma Phala dan yang terakhir Kryamana Karma Phala. Terbentuknya Karma karena adanya sifat-sifat Iccha ( keinginan atau perasaan), jnana ( keingintahuan ) dan Kriya (kehendak) dalam diri manusia .





Kamis, 24 Agustus 2017

Tri Rna : Jalan menuju kelepasan

*Mutiara Weda*
10/08/2017

*Tri Rna*: Jalan Menuju Kelepasan

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa, pada hakekatnya setiap *Karma* perbuatan pasti memiliki tujuan, tanpa tujuan setiap  perbuatan akan mengambang, tak menentu dan pastilah terombang ambing nantinya, ibarat perahu tanpa nahkoda, ibarat kereta tanpa kendali.

Demikian pula halnya dalam melakukan  *Yadnya*  memiliki tujuan yang pasti yaitu  membayar tiga hutang yang kita bawa dari sejak lahir *Tri Rna*, untuk menuju kelepasan *Moksartham  Jagadhita ya ca iti dharmah* nantinya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu. Janganlah ragu dalam melakukan *Yadnya*,  sebagai *Swadharma* membayar ke tiga hutang ;  hutang moral kepada  Ida Hyang Widhi Wasa (Dewa Rna), hutang pada orang tua/leluhur (Pitra Rna) dan hutang pada para Rsi ( rsi Rna). Tatkala ketiga hutang tersebut sudah terpenuhi  barulah kita akan dapat menuju *Kelepasan* Moksartham  Jagadhita ya ca iti dharmah*
(MDS. VI.35 & BG.III.10).

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Nyasa -Rupa

*Mutiara Weda*
11/08/2017

*Nyasa-Rupa*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa dalam melakukan pemujaan  berhubungan dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa memiliki berbagai keterbatasan, sehingga untuk mempermudah pikiran  berkonsentrasi  diperlukan adanya *Nyasa- Rupa*.

Penggunaan *Nyasa -Rupa* dalam melakukan hubungan  bagi umat Hindu merupakan suatu  medianya dalam menggunakan bentuk atau simbol yang disebut dengan *Yatra atau Rekha* baik dalam bentuk *Arca* maupun dalam bentuk *Aksara Suci*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu untuk mempermudah konsentrasi dalam melakukan pemujaan  selalu menggunakan sarana  *Rupa* pikiran manusia dalam berkonsentrasinya sedangkan sifat Tuhan diwujudkan dalam bentuk *Nyasa* berupa mantram ataupun aksara suci *Kirtanam*, *Smaranam* maupun *Arcanam* dalam mencapai tujuan hidup beragama.
(Weda Parikrama)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Perbuatan Nawa Sanga

*Mutiara Weda*
13/08/2017

*Perbuatan Nawa Sanga*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, dalam  kehidupan  ini, setiap  manusia wajib untuk  memahami dan menguasai ajaran- ajaran Dharma, memahami berbagai ilmu pengetahuan yang di sebut dengan *Andrayuga* sebagai bagian dari perbuatan *Nawa Sanga* serta tahu akan apa yang baik dan apa yang buruk *Wiweka* dalam mewujudkan kebahagiaan hidup.

Dalam mengamalkan  perbuatan *Nawa Sanga* tidak bisa lepas dari  sangkut paut  dan teropongan   dari ajaran *Sesana* dan  ajaran *Niti*

*Untuk itu*, sebagai umat manusia wajib untuk  memahami dan mengamalkan ajaran *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  Kebenaran *Dharma*  serta taat & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitrayan Sejati*

Bersihkan Pikiran

*Mutiara Weda*
12/08/2017

*Bersihkan Pikiran*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa "Berbaik baik hatilah pada semua orang. Tatkala ada orang yang menjelek jelekan, sesungguhnya dia sedang bercerita  dan memperlihatkan kekurangan diri di dalam hatinya  yang  selalu tersimpan secara terselubung".

Orang yang suka bercerita keburukan orang lain pada dasarnya  dia menampilkan karakter dari jiwanya untuk minta tolong secara ke dalam.

*Untuk itu*, Bangunlah Hati yg bersih  dengan membuang jauh jauh kekotoran pikiran dan  berburuk sangka *Sapta Timira* dengan memantapkan ajaran *Tri Kaya sandi* dlm keseharian dan implementasikan ajaran kasih sayang *Catur Paramitha* dalam kehidupan sosial  dalam bermasyarakat,  berbangsa dan bernegara.( Canakya Upanisad)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Pengendalian nafsu: kunci kebahagiaan rohani

*Mutiara Weda*
14/08/2017

*Pengendalian Nafsu : Kunci Kebahagiaan Rohani*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa mengendalikan nafsu merupakan kunci untuk mencapai Kebahagiaan Rohani dan terbangunnya pengetahuan diri yang sejati *Atma Jnana*

Tatkala orang mampu menjauhkan diri dari keinginan keinginan duniawi dan  ketidakterikatannya sebagai cermin sudah terbangunnya *Atma Jnana* dalam diri untuk  menuju kebahagiaan yang paling dalam *Brahmananda*

*Untuk itu*, bangunlah kebahagiaan yang paling dalam *Brahmananda* dengan membangkitkan Sinar suci yang ada dalam diri *Atma jyothir* melalui pengendalian diri baik  lahir maupun batin  *Yama* dan *Nyama*. Niscaya kebahagiaan yang paling dalam *Brahmananda*  akan terwujud.
(BG.Percakapan ke XIX).

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitrayan Sejati*