Rabu, 07 Juni 2017

Jangan sia siakan waktu

*Mutiara Weda*
29/05/2017

*Jangan sia siakan Waktu*

Kalau kita renungkan dalam hidup ini, menggunakan waktu dan kesempatan dengan baik memegang peranan yang sangat penting bagi  setiap umat manusia dalam mewujudkan *Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma*.

Jangan sia siakan Waktu dengan melakukan perbuatan tercela demikian pula
Jangan biarkan waktu  berlalu tanpa guna, berilah kesempatan agar benar benar bermanfaat, memiliki faedah  dan berguna serta bernilai positif dengan melaksanakan Dharma, Artha dan Kama.

*Oleh karena itu*, pergunakanlah waktu dan kesempatan  dalam hidup ini dengan baik, jangan  membuang buang  waktu untuk tidak berbuat kebajikan,  tampakkan sifat sabar *Ksama* dan tegakkan ajaran kebenaran *Satya* dan *Dharma* dalam mengarungi kehidupan ini.
(Slokantara,80 / SS.269)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Ksama : sabar an tabag tabah

*Mutiara Weda*
30/05/2017

*Ksama : Sabar dan Tabah*

Setiap umat manusia harus menyadari bahwa *Kesabaran dan ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang hrs tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas spiritual, sebagai sifat yang penuh dengan kedamaian, kesabaran dan tenang dalam situasi apapun serta selalu berbuat tentang kebajikan *Dharma* sebagai inti dari latihan spiritual.

Manakala belum bisa mengembangkan ajaran *Ksama* *kesabaran* dan *ketabahan* dapat dipastikan tak akan pernah merasakan yang namanya *Bahagia* pun  tak akan pernah merasakan kedamaian dalam hidupnya  dan bahkan dapat menjerumuskan dirinnya pada jalan kejahatan yang berakibat pada rendahnya tingkat  kualitas spiritual yang dimilikinya.

*Untuk itu*, setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani dengan  pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih lidah dan pikiran melalui *Sadana* dan *Kirtanam*, Semakin sering kita menyebut *smaranam* Tuhan, semakin lembutlah hati, pikiran dan ucapan sehingga *Awidya* dalam diripun akan menipis.
( BG.37-40 & Ramayana kekawin)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Bangun kedamaian dan keharmonisan diri

*Mutiara Weda*
31/05/2017

*Bangun kedamaian dan Keharmonisan Diri*

Kesejukan hati dan kedamaian bathin sangat menentukan tingkat spiritualitas seseorang,
orang yang  hatinya sejuk dan damai dapat dipastikan akan memiliki ketentraman dan keharmonisan hidup.

Sulit dibayangkan ada orang yg hidupnya  sejuk,  tentram, damai  manakala dalam hatinya selalu bergejolak api kebencian *dwesa* dan kemurkaan *Krodha*

*Untuk itu*. Bangunlah kedamaian dan keharmonisan dalam diri dengan membuang jauh jauh rasa benci *Dwesa* . Jangan biarkan *Sad ripu*  menggerogoti  dan  menguasai sang diri, mantapkan dengan pengetahuan suci *wihara* jasmani *ausadha* dan rohani *ahara* secara seimbang.
(kitab Wrhaspati Tatwa,14)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Punarbhawa :lahir kembali

*Mutiara Weda*
01/06/2017

*Punarbhawa : Lahir Kembali*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa, *Punarbhawa*/*Reinkarnasi* atau lahir kembali ( punar + bhu) merupakan bagian dari *Panca Sradha* sebagai keyakinan yang mendasar bagi umat Hindu. lahir kembali *punarbhawa* disebabkan adanya *Karma Wesana* bekas bekas dari perbuatan yang  baik maupun yang buruk.

Punarbhawa/ Reinkarnasi Disamping disebabkan  *karma Wesana* juga  sangat ditentukan oleh adanya  *Sancita Karma phala* yakni kewajiban untuk menikmati hasil hasil perbuatannya di masa yang lalu yang belum sempat dinikmati pada kehidupan saat itu sehingga harus dinikmati pada kehidupan sekarang.

*Oleh karena itu*  pergunakan kesempatan menjelma menjadi manusia untuk membenahi diri  dengan berbuat kebajikan *Dharma* ,  tingkatkan karma  *subhakarma* sehingga setiap kelahiran dapat meningkatnya kualitas dan kesucian jiwatman sampai terwujudnya  tujuan hidup yaitu *moksartham jagathita* .
(Agastya Parwa & BG II.13,22)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Apara Vidya & para Vidya

*Mutiara Weda*
02/06/2017

*Apara Vidya & Para Vidya*

Setiap umat Hindu haruslah memahami bahwa beryadnya dengan jalan memberikan   ilmu pengetahuan  *Jnana marga Yoga* sangatlah  mulia karena segala kegiatan kerja tak akan pernah lepas dengan pengetahuan begitu pula dalam menerapkan  ajaran *Wiweka* dalam menimbang nimbang antara yang baik dan buruk, benar dan salah.

Jnana Marga merupakan cara atau jalan untuk mencapai tujuan hidup *Moksartham Jagadhita* berdasarkan atas penguasaan ilmu pengetahuan, baik duniawi *Apara Vidya* maupun pengetahuan tentang rohani/ Brahman* para Vidya*

*Oleh karena itu*, mantapkan pengetahuan suci *jnana* dengan mengamalkan ajaran *Tri Pramana Telu* berusaha dengan benar-benar untuk berbuat *sadhana* berdasarkan kebenaran *dharma* untuk mewujudkan tujuan hidup *Catur Purusaartha*
(BG.IV.33 & SS II-14)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Purwa karma :perbuatan masa lalu

*Mutiara Weda*
03/06/2017

*Purwa Karma : Perbuatan masa lalu*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, perbuatan terdahulu menentukan  kehidupan kita yang sekarang. Begitu pula  pahala baik atau buruk yang diperolehnya  saat ini  berdasarkan pada perbuatan baik atau buruk pada masa yang lalu *Purwa Karma*.

Semua bekas bekas perbuatan terdahulu *Karma Wesana* akan dikecap hasilnya oleh yang berbuat, tak akan pernah keliru dan tak akan mungkin menyimpang dari pelakunya.

*Oleh karena itu*, gunakan kesempatan menjelma menjadi manusia dengan baik untuk melakukan kerja baik *Subhakarma* . Dengan menggunakan akal & pikiran untuk membedakan antara perbuatan baik dan buruk dengan memegang teguh *Dharma* sebagai sumber ajaran   moralitas *tata susila* tentang  keutamaan perbuatan baik, mengingat perbuatan sekarang menentukan kehidupan  di akhirat nantinya. (Kitab Agni Purana & SS. 7-11)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Ajaran Dharma :bersendikan cinta kasih

*Mutiara Weda*
04/06/2017

*ajaran Dharma : bersendikan Cinta kasih*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa pada dasarnya  nilai nilai ajaran agama/ dharma bersendikan pada ajaran cinta kasih *Catur Paramita* agama ada dalam cinta kasih dari hati yang *tulus* dan *murni* dalam mendekatkan diri pada Ida SangHyang Widhi Wasa *Bhakti*

Manakala umat manusia dalam menunjukkan rasa Bhakti dengan mengunjungi  tempat suci *Pura* tanpa dilandasi kesucian badan dan pikirannya, maka dapat dipastikan  kedatangannya  akan menjadi sia sia dan tak ada gunanya.

*Untuk itu*, bagi setiap umat manusia tunjukkan dan mantapkan kualitas beragama  dengan baik melalui penyerahan diri secara total, sepunuhnya
*Atmanivedanam* serta memantapkan hubungan cinta-kasih *bhakti* dengan Hyang Widhi berlandaskan pada Pengetahuan suci *abhideya-jnana*
(Vedanta-Sutra Bab III)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Bija/ganda aksata : Benih Ke-Siwa-an

*Mutiara Weda*
05/06/2017

*Bija / Ganda aksata : Benih Ke-Siwa-an*

Setiap umat Hindu haruslah  menyadari bahwa,
*Mawija* atau *mabija* merupakan rangkaian akhir dari setiap  persembahyangan  setelah usai mathirta  dalam bentuk butiran-butiran beras
yang sering di sebut *Bija* atau *Ganda Aksata*

*Ganda* : biji bijian yang utuh dan *aksata*: berbau wangi. digunakan pada kening, dada dan ditelan sebanyak tiga biji, sebagai  perlambang dari *dewa Kumara*  simbol dari munculnya  benih *Ke-Siwa-an* atau *Dewi Sri* yang  bertujuan agar para penerima bija memperoleh *kebajikan*, *kemuliaan* dan *kemakmuran* serta terhindar dari bencana /malapetaka dengan menampakkan sifat Kedewataan *Daivi Vak*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tumbuhkan dan kembangkan sifat kedewataan *Daivi Vak* atau benih Ke-Siwa-an itu dalam pikiran serta hati  masing-masing dan hilangkan sifat sifat keraksasaan *Asuri Sampad* (Siva Samhita, 96 & Sanatana Hindu )

astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Upakara/Bebantenan

*Mutiara Weda*
06/06/2017

*Upakara / Bebantenan*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa  setiap kegiatan keagamaan tak pernah lepas dengan  praktek praktek keagamaan  *Upakara* .*Upa* berarti berhubungan, *Kara* berarti perbuatan / pekerjaan tangan,Upakara merupakan bentuk pelayanan yang diwujudkan dari hasil kegiatan kerja berupa materi yang dipersembahkan  dalam suatu upacara keagamaan.

Bahan-bahan upakara semuanya  bersumber dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis seperti : *Mataya*, *mantiga* dan *maharya*.
*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan.
*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya.
*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang ; binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu wajib untuk melakukan persembahan *panca yadnya*  dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan para Dewa juga eebermakna saling memelihara dapat mencapai kabaikan yang maha tinggi. Singkatnya hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah Tri Hita Karana  dan Tat twam Asi.
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Bangun hidup yang santih

*Mutiara Weda*
07/06/2017

*Bangun Hidup Yang Santih*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, kalau kita renungkan Binatang *Singa* merupakan binatang yang sangat mengerikan dan menakutkan  bagi setiap orang, namun  *singa* sangatlah berhati hati dalam membunuh lawan lawannya. demikian pula halnya dengan manusia  dalam membangun hidup  *Santih*; damai, tenang, bahagia. *Kehati hatian* merupakan jalan yang sangat penting dengan pijakan ajaran  *Satya/ kebenaran*.

Manakala, sifat sifat buruk bersemayam dalam lubuk  hati ; kemarahan, kedengkian, keserakahan *Sad ripu* dapat dipastikan kedamaian dan ketenangan batin sangatlah  mustahil dapat diwujudkan.

*Untuk itu*, berhati hatilah dalam bersikap, berpikir dan bertutur kata, bersihkan Pikiran, mengingat pikiran sumbernya nafsu, pikiranlah yang menggerakkan yang baik maupun yang buruk, Kendalikan  pikiran itu dengan melakukan Pengekangan diri *Tapa* (Sarasamuscaya dan Ramayana 360)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Jangan lupa bersyukur

*Mutiara Weda*
08/06/2017

jangan lupa Bersyukur, *Bangun Pura di dalam diri*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa Orang yang kuat dan  berhasil  di dunia ini sebenarnya adalah  orang yang selalu  *berdoa & bersyukur* tentang apa yang diterimanya saat ini,  sehingga terbangun adanya kedamaian dan keharmonisan dalam diri  *Bangun Pura di dalam diri*.

Jangan balas pukulan dengan pukulan, juga jangan balas cacian dengan cacian, pun jangan membalas daya upaya nista dengan nista. Tetapi hujanilah dengan *DOA*  dan *RESTU*.

*Untuk itu*, mantapkan *kesabaran* dan  *kuatkan hati* dengan *ketabahan* dan topang dengan  kuatnya  Keyakinan *Sradha*  dengan landasan   selalu  menjaga cara *berpikir*, cara *bertutur kata* dan *cara bertindak*. Niscaya akan mendapatkan  kebahagian lahir-bathin dalam kehidupan ini.
(RegVeda & Panca Siskanya.Angaji)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati