Senin, 30 Januari 2017

Puasa mendekatkan diri pada Tuhan

*Mutiara Weda*
31/01/17

*Puasa: Mendekatkan diri Pada Hyang Maha Kuasa*

Setiap umat manusia harus menyadari bahwa  Puasa merupakan suatu kewajiban  agama dalam kitab suci Weda.  Hakekat Puasa   adalah  mendekatkan diri pada sang maha Pencipta. Puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, bukan pula   untuk menghapus dosa dan janji  janji surgawinya melainkan pengendalian  nafsu / Indria *Dasa Indrya*

Mengendalikan nafsu atau  Indria haruslah berada dibawah kesempurnaan pikiran, dan dari kesempurnaan  pikiran akan berada dibawah kesadaran budhi, Jika pikiran dalam kesadaran  Budhi secara otomatis   dekat dengan kesucian, niscaya akan dekat  pula dengan Sang Maha Pencipta/ Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk itu, setiap umat manusia harus mampu  mengendalikan diri lahir & bathin dengan jalan mengendalikan   penyebab bimbang  & ragu ragunya  pikiran  *Asta Devi* dan melaksanakan  kewajiban pensucian bathin  *Asta Lingga*,  sehingga pikiran ada dalam kesempurnaan / kesadaran Budhi. ( Veda Smrtih)
_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*

Puasa : Mendekatkan diri Pd Hyang Maha kuasa

*Mutiara Weda*
31/01/17

*Puasa: Mendekatkan diri Pada Hyang Maha Kuasa*

Setiap umat manusia harus menyadari bahwa  Puasa merupakan suatu kewajiban  agama dalam kitab suci Weda.  Hakekat Puasa   adalah  mendekatkan diri pada sang maha Pencipta. Puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, bukan pula   untuk menghapus dosa dan janji  janji surgawinya melainkan pengendalian  nafsu / Indria *Dasa Indrya*

Mengendalikan nafsu atau  Indria haruslah berada dibawah kesempurnaan pikiran, dan dari kesempurnaan  pikiran akan berada dibawah kesadaran budhi, Jika pikiran dalam kesadaran  Budhi secara otomatis   dekat dengan kesucian, niscaya akan dekat  pula dengan Sang Maha Pencipta/ Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk itu, setiap umat manusia harus mampu  mengendalikan diri lahir & bathin dengan jalan mengendalikan   penyebab bimbang  & ragu ragunya  pikiran  *Asta Devi* dan melaksanakan  kewajiban pensucian bathin  *Asta Lingga*,  sehingga pikiran ada dalam kesempurnaan / kesadaran Budhi. ( Veda Smrtih)
_Astungkara swaha_

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 29 Januari 2017

Guna Artha

*Mutiara Weda*
30/01/17

*Guna Artha*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, Seindah apa pun bunga yg ada di dalam sebuah taman, dalam kurun waktu tertentu ia pasti juga akan layu. Demikian juga halnya dengan umat manusia,  Sehebat apapun pencapaian material seseorang di dunia ini dia juga memiliki batas  waktu untuk memiliki & menggunakannya.

Untuk itu, sebagai umat manusia harus memahami akan guna dari Artha tersebut dan jangan pernah mengijinkan kekayaan yang besar membuat *EGO* juga menjadi besar yg dapat membawa kehancuran dan malapetaka bagi si pemiliknya,  gunakan Artha itu sesuai dgn tuntunan kitab suci Weda .

Guna  Artha ;  *Artha rikasidhaning  Dharma*/menjalankan Dharma/ meyadnya, *Artha rikasidhaning kama*/memenuhi keinginan dan *Artha rikasidaning Artha*/ untuk kesejahtraan. niscaya akan mengerti  arti dan Guna dari Artha yg sebenarnya,  sehingga  terhindar dari malapetaka. (Kitab Slokantara)
Astungkara swaha

*Made Worda Negara*

Sabtu, 28 Januari 2017

Bangun Kesadaran sejati

*Mutiara Weda*
29/01/17

*Bangun Kesadaran Sejati*

Setiap umat manusia haruslah menyadari  bahwa, sangatlah tidak mungkin  pohon yg  besar itu tumbuh  tanpa ada benihnya.
Begitu pula dalam kehidupan Manusia, sangatlah   mustahil   orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri

Maka dari  itu, Bangunlah  kesadaran sejati  dan jati diri yg sebenarnya  serta belajar  *memahami  diri* serta melatih *kesabaran* dgn landasan tutur kata yg santun *Pryavacana* .

Jadikan kesalahan di masa  lalu sebagai suatu pengalaman hidup yg sangat berarti untuk menjadi lebih baik,  perbaiki terus langkah-langkah ke depan,  bangun kedamaian dalam hati. Niscaya kehidupan yg *Satyam*, *Siwam* dan *Sundaram*  akan terwujud. (Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)
Astungkara  swaha

*Made Worda Negara*
Widya Sabha Sasmitha-yogyakarta

Jumat, 27 Januari 2017

Hidup adalah Belajar

*Mutiara Weda* 
28/01/2017

*Hidup  adalah Belajar*

Setiap umat manusia harus menyadari bahwa  Hakekat hidup kita menjelma menjadi  manusia ke dunia ini adalah  *Belajar*

Belajar untuk membenahi diri walaupun dalam kondisi  teramat berat, Belajar  untuk Mensyukuri walaupun   tidak rela.  Belajar sabar walaupun  di caci dan diimaki dan belajar  memberikan doa & restu.

  Untuk itu,  sebagi umat manusia dalam mengarungi kehidupan yg penuh dengan dinamika , untuk  selalu bersyukur , berlapang dada *Lascarya* dan berpasrah kepada Sang Maha  Pencipta  *Bhakti*  dengan jalan membangkitkan   tingkat spiritual pada jati diri masing masing dengan landasan *Dharma* niscaya akan menemukan arti hidup yang sebenarnya dan terhindar dari malapetaka
(Ramayana , SS. 1-2)
Astungkara  Swaha

*Made Worda Negara*
Widya Sabha Sasmitha-yogyakarta

Kamis, 26 Januari 2017

Pencapaian Spiritual

*Mutiara Weda*
26/01/17

*Pencapaian Spiritual*

Setiap umat manusia harus memahami  bahwa,  pada jaman kali yuga ini,  manusia dihadapkan dengan berbagai cobaan dan tantangan hidup yang demikian komplek, manusia dituntut tidak hanya memiliki pengetahuan spiritual tapi harus mampu mengolah pengetahuan spiritual menjadi pencapaian spiritual.

Untuk itu, sebagai umat manusia  yg berada  di tengah Lingkungan yang penuh berisi  kebencian dan kemarahan, melakukan pencapaian spiritual sebagai suatu hal yang tidak bisa di tawar tawar lagi, dengan memantapkan *Tapa* dan  *Yase Kerti* sehingga terwujudnya pencapaian spiritual yang paling dasar berupa *kesabaran*.
(Roga Sengara Bhumi)
Astungkara Swaha

RAHAJENG HARI SUCI SIwARATRI...

*Made Worda Negara*
Widya Sabha Sasmita

Selasa, 24 Januari 2017

Hidup Ibarat Roda Pedati

*Mutiara Weda*
25/01/2017

*Hidup ibarat Roda Pedati*

Setiap umat manusia haruslah memahami bahwa, hidup  menjelma menjadi manusia  ibarat  seperti  *roda pedati* yang selalu berputar putar, terkadang diatas dan terkadang pula dibawah, demikian juga halnya dalam kehidupan ini suka dan duka silih berganti, penuh dengan dinamika hidup yg diselimuti  berbagai nafsu / keinginan .

Untuk itu, sebagai umat manusia  haruslah bisa bersifat sabar dan janganlah  lekas  berputus asa manakala menghadapi persoalan hidup  dan kendalikan akal  serta pikiran mengingat pikiran  adalah sumbernya  nafsu.( SS.80)
Astungkara Swaha

*RAHAJENG HARI SUCI PAGERWESI*

*Made Wordha Negara*
Widya Sabha Sasmitha- Yogyakarta

Minggu, 22 Januari 2017

Mantapkan Karakter Prajurit Pejuang “Solid, Profesional, Tangguh dan berwawasan kebangsaan”

Mantapkan  Karakter  Prajurit  Pejuang  
“Solid, Profesional, Tangguh dan berwawasan kebangsaan”
Oleh
Letkol sus Drs. Made Worda Negara, M.Pd.H


Pendahuluan.

Dalam tatanan Kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini, dengan berkembangnya tehnologi, Modernisasi, Industrialisasi dan perkembangan jaman yang disebut dengan era  global, membawa dampak yang  sangat besar bagi seluruh  tatanan  kehidupan umat manusia  termasuk sendi-sendi  kehidupan Prajurit yang semuanya itu membutuhkan  kesiapan dari TNI untuk mengantisifasinya,  Kesemuanya itu  menempati Soliditas, Profesionalisme, ketangguhan dan semangat kebangsaan menempatkan  pada kedudukan yang sangat penting  dan tidak bisa di tawar-tawar dan harus tertanam pada setiap prajurit baik dalam sitasi perang maupun dalam situasi damai.
Kalau Kita perhatikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  saat ini, rasa  persatuan  dan kesatuan soliditas dan ketahanan mental suatu hal yang sangat mahal harganya, dan terasa masih  sulit untuk diwujudkan. Permasalahan  ini, jikalau tidak diantisifasi sedini  mungkin akan menjadi permasalahan yang serius dan akan dapat mengancam dan mengganggu stabilitas nasional.
Prajurit TNI sebagai komponen utama dibidang pertahanan Negara mempunyai tugas pokok yaitu menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tahun 1945 serta melindungi seluruh tumpah darah Indonesia dari berbagai Ancaman, Gangguan, Hambatan dan tantangan. maka setiap prajurit TNI dibentengi dirinya dengan penanaman  nilai-nilai kejuangan serta mampu memantapkan soliditas,  Profesionalisme,ketangguhan serta mantapnya kewaspadaan nasional dikalangan prajurit  serta tumbuhnya semangat patriotism dan semangat kejuangan  bagi setiap prajurit TNI dalam mengabdi kepada bangsa dan Negara.
Dalam era reformasi dan era global ini  TNI  bertekad  untuk kembali kepada jati dirinya sebagai prajurit pejuang,Tentara Nasional dan tentara Profesional yang berwawasan kebangsaan. Jati diri TNI ini merupakan sumber kekuatan moral dan pengabdian TNI dalam rangka mempertahankan keutuhan NKRI, sebab,”Tentara tanpa jati diri tidak akan punya kekuatan moral untuk dapat melaksanakan tugas demi kepentingan bangsa dan negara”. Tugas TNI ke depan semakin berat dihadapkan dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, lunturnya kualitas moral,degradasi semangat pengabdian dan jiwa patriotism seiring dengan maraknya pemakaian dan penggunan narboba, hedonism dan berbagai tindakan kejahatan yang akan dapat mengancam seluruh tatanan kehidupan umat manusia termasuk kehidupan prajurit TNI beserta keluarganya manakala tidak diantisifasi sedini mungkin.


Jiwa juang dan semangat pengabdian adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar tawar lagi yang harus tertanam dalam jati diri prajurit melalui pemantapan terhadap nilai-nilai dasar prajurit TNI seperti : soliditas, professional, Tangguh dan berwawasan kebangsaan.

Soliditas, merupakan  suatu keharusan agar semua prajurit satu bahasa, satu komando, satu misi dan satu persepsi,saling membantu dan saling mengingatkan,tidak mudah terpengaruh oleh hasutan atau isu yang berkembang yang  tidak bertanggung jawab dan lebih dari itu soliditas mengandung makna satuan satuan mudah untuk digerakkan.


Profesional, mengerti dan menguasai tugas pokok,mahir dalam jabatan atau mampu melaksanakan tugas dengan benar. Profesionalisme akan mendorong kesuksesan dalam tugas serta mampu mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan rakyat dan Negara.

Tangguh, daya taham terhada penderitaan,tidak mudah menyerah,tekun ulet,tabah serta memiliki pendirian yang kokoh.
Berwawasan kebangsaan merupakan keyakinan bahwa TNI adalah  milik semua rakyat,tidak memihak pada salah satu kelompok atau golongan. Bekerja berdasarkan pada tugas pokok

Wawasan kebangsaan  merupakan motivasi untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia  Hakikat Wawasan Nusantara ialah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan keberadaannya dalam memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi dengan menciptakan tanggung jawab dan motivasi atau dorongan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai Tujuan Nasional. Cara pandang tersebut bersifat integratif karena dijiwai oleh Pancasila yang mendorong kebersamaan dalam kehidupan nasional yang dijiwai Pancasila dan dilandasi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatukan Indonesia serta pengalaman sejarah dan sifat budaya bangsa Indonesia yang bersifat kekeluargaan.
Disadari bahwa keberadaan bangsa Indonesia dan lingkungannya bersifat sarwanusantara, yaitu dalam kondisi terhubung, menyatu, dan diapit oleh suku bangsa, ras, dan kelompok sosial yang menghuni kawasan Nusantara terhubung satu dengan lainnya oleh berbagai kepentingan dan kondisi lingkungan selama ratusan tahun, yang akhirnya menyatu menjadi Bangsa Indonesia. Dalam konsep negara kepulauan, ribuan pulau besar dan kecil di seluruh Nusantara disatukan oleh laut sebagai jembatan emas menjadi satu Kesatuan Wilayah Nasional Indonesia.
Prinsip Wawasan Nusantara ialah tumpuan berpikir, berkehendak, bertindak dalam penyelenggaraan kehidupan nasional menurut konsep dasar Wawasan Nasional Bangsa Indonesia, yaitu Wawasan Nusantara, yang tidak lain dari batu bangun

Wawasan Nasional Bangsa Indonesia. Konsep wawasan nasional tersebut terdiri atas Persatuan dan Kesatuan,  Bhinneka Tunggal Ika, kebangsaan, negara kebangsaan, geopolitik dan negara Kepulauan. Dalam merumuskan prinsip-prinsip Wawasan Nusantara, acuan dan saringan dalam perumusan ialah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Sumpah Pemuda 1928, dan semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Ada beberapa strategi dalam memantapkan karakter prajurit pejuang yang solid, professional, tangguh serta memiliki wawasan kebangsaan dalam rangka meningkatkan  semangat  pengabdian , sikap pro patria dikalangan prajurit TNI dalam mengabdi kepada bangsa dan Negara  :

·         Tunjukkan sikap keteladanan, sikap dan prilaku prajurit yang yang selalu dapat memberikan keteladanan dalam mengaplikasikan  norm-norma dasar keprajuritan, agama, Pancasila,Sapta Marga dan Sumpah prajurit dengan demikian akan dapat dijadikan panutan dalam lingkungannya dimanapun bertugas. Hal ini harus dimulai dari unsur pimpinan yang ada  pada satuan itu sendiri. Prilaku seorang Komandan/kepala sangat berpengaruh terhadap terbentuknya sikap-sikap anggotanya, yang mana kadang kala seorang perwira sebagai  komandan satuan tidak merasakan bahwa prilaku baik dan buruk bawahan kita, sedikit banyak meniru prilaku sorang Komandan satuannya  termasuk meniru kita selaku komandan satuan, apa yang dilakukan oleh bawahan kita, baik itu dilakukannya di depan kita atau di belakang kita, saat kita sudah pindah tugas alih tugas..

·         Perkokoh motivasi juang. Untuk dapat mengemban tugasnya dengan baik motivasi dan semangat juang sangat menentukan  keberhasilannya. Motivasi juang yang diwariskan para pendahulu Negara yang dikenal dengan sikap Pro Patria yaitu motivasi yang didasai oleh kepercayaan pada kekuatan sendiri,semangat tidak kenal menyerah dan rela berorban demi kemerdekaan.

·         Tingkatkan Semangat Pantang  Menyerah, sikap tak kenal kompromi terhadap musuh- musuh Negara dengan cara apapun musuh Negara harus dihancurkan dari muka bumi persada.

·         Semangat Rela Berkorban. Semangat rela berkorban dimaksud rela mengorbanlan jiwa dan raganya untuk kepentingan bangsa dan Negara, yang pada  masa perang kemerdekaan lebih dikenal dengan merdeka atau mati. Slogan perjuangan yang membara dalam dada setiap pejuang telah menjadi nilai bersama dengan ungkapan lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup subur ditanah penjajah Tranformasi nilai-nilai kejuangan telah berlangsung sejak lahirnya TNI.

·         Pentingnya Loyalitas, Hal yang sangat penting dan mendasar bagi setiap prajurit adalah sikap loyalitas bawahan terhadap atasan sangat menentukan tercapainya suatu keberhasilan dalam suatu satuan. Loyalitas dalam lingkunagn militer dalah suatu hal yang mutlak karenanya setiap prajurit harus memiliki loyalitas yang tinggi tidak hanya kepada atasan tapi juga kepada rekan kerja dan bawahan sehingga tugas yang menjadi tanggungjawabnya bisa terlaksana dengan baik

·         Ethos Kerja,Ethos kerja pada dasarnya adalah kebiasaan yang kuat dalam bekerja,karena didalamnya mengandung semangat juang dan tidak akan berhenti bekerja sebelum selesai,atau berhenti bekerja sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukannya.

·         Ciptakan Suasana Harmonis,dalam lingkungan satuan kerja tentunya terdiri dari berbagai tipe,beberapa  orang ,keluarga,mulai dari keluarga dalam rumahtangga dan keluarga Kesatuan.Harmonisasi akan dapat terwujud manakala terjalin komunikasi yang baik dibalamnya. , anatara anggota dan komandan satuan, antara atasan dan bawahan sehingga tercitanya suasana kerja yang harmonis dan damai serta tenang. Disamping itu menjadi tanggungjawabKomandan untuk menciptakan rasa aman dan harmonis dalam lingkungan           

Kesimpulan

a.         Lunturnya jiwa juang dan semangat pengabdian akan dapat berakibat pada munculnya rasa apatis, acuh dari prajurit terhadap perkembangan negeri ini, yang akan dapat berakibat patal terhadap perannya dalam membangun bangsa dan Negara atau membangun bangsa dengan setengah hati.

 b.         Munculnya era global dan krisis yang berkepanjangan yang berpengaruh terhadap terhadap seluruh tatanan kehidupan prajurit karena prajurit merupakan bagian intrgral dari bangsa ini, dimana dimata rayat jiwa juang dari setiap prajurit tidak dapat diragukan lagi,akibatnya sebagian prajurit kehilangan karakter dan jati dirinya manakal nilai nilai kejuangan mengalami kemerosotan dan kelunturan sehingga tugas tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

c.         Nilai-nilai wawasan kebangsaaan  yang seharusnya sudah terpateri dan tertanam dalam sanubari setiap prajurit masih perlu  untuk ditingkatkan lagi dalam  mengawal, mengamankan serta menjaga kedaulatan NKRI  yang masih harus menghadapi berbagai macam tantangan khususnya  yang datang dari  dalam  seperti masih adanya kerusuhan sosial atau konflik yang bersifat Sara, berkembangnya sifat primordial, Separatisme, kelompok bersenjata, bersamaan dengan itu pula hadirnya tuntutan Globalisasi yang tidak dapat dibendung yang berkaitan dengan demokratisasi, tuntutan HAM, lingkungan hidup serta dengan munculnya aksi radikalisme dan terorisme yang didukung oleh perbuatan kelompok yang secara sadar  telah menjual Bangsanya sendiri untuk kepentingan sesaat,  karena telah kehilangan rasa  kebangsaannya.










                       

Mantapkan Ketahanan Mental Prajurit Dalam Mengatasi Radikalisme

Mantapkan Ketahanan Mental Prajurit
Dalam Mengatasi  Radikalisme

Letkol Sus Made Worda Negara
                    ( Kasi Bintra Juang Subdisbintal Diswatoersau )


Pendahuluan.

            Pembinaan mental merupakan hak seluruh prajurit, dimanapun mereka berada dan bertugas serta perlu disadari bahwa dalam tatanan Kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini, dengan berkembangnya tekhnologi, Modernisasi, Industrialisasi dan perkembangan jaman yang  disebut  dengan era global, membawa dampak yang sangat besar bagi seluruh  tatanan  kehidupan  umat  manusia  termasuk sendi-sendi kehidupan Prajurit  dengan munculnya berbagai paham seperti radikalisme yang cenderung membawa pengaruh yang begitu besar terhadap seluruh tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  yang semuanya itu membutuhkan  kesiapan dari TNI untuk mengantisipasinya. Kesemuanya itu menempatkan Soliditas, mentalitas, Profesionalisme, semangat pengabdian, dan semangat kebangsaan serta sikap pro patria menempatkan  pada kedudukan yang sangat strategis, penting dan tidak bisa di tawar-tawar dan harus tertanam pada setiap  jati diri prajurit baik dalam situasi perang maupun dalam situasi damai.

Kalau Kita perhatikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  saat ini, rasa  persatuan  dan kesatuan, soliditas dan ketahanan mental suatu hal yang sangat mahal harganya, dan terasa masih  sulit untuk diwujudkan. Permasalahan  ini, jikalau tidak diantisipasi sedini  mungkin akan menjadi permasalahan yang serius dan akan dapat mengancam dan mengganggu stabilitas nasional  dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Prajurit TNI sebagai komponen utama dibidang pertahanan Negara mempunyai tugas pokok yaitu menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tahun 1945 sebagai konsensus dasar dalam kehidupan berbangsa dan  bernegara serta melindungi seluruh tumpah darah Indonesia dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. maka setiap prajurit TNI haruslah  dibentengi dirinya dengan penanaman  nilai-nilai kejuangan serta mampu memantapkan soliditas,  Profesionalisme, ketangguhan serta mantapnya kewaspadaan nasional dikalangan prajurit  serta tumbuhnya semangat patriotisme dan semangat kejuangan  bagi setiap prajurit TNI dalam mengabdi kepada bangsa dan Negara.
Dalam era reformasi dan era global dewasa ini TNI bertekad untuk kembali kepada jati dirinya sebagai prajurit pejuang,Tentara nasional dan tentara Profesional yang berwawasan kebangsaan. Jati diri TNI ini merupakan sumber kekuatan moral dan pengabdian TNI dalam rangka mempertahankan keutuhan NKRI, sebab, Tentara tanpa jati diri tidak akan punya kekuatan moral untuk dapat melaksanakan tugasnya.

Perubahan Lingkungan strategis
            Dewasa ini tantangan serta ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia semakin berat dan komplek, baik bidang Idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Hal ini disebabkan oleh dampak globalisasi, dimana dunia menjadi lebih transparan dan batas wilayah nasional suatu negara menjadi abstrak. Nilai-nilai sosial budaya tersebut disatu sisi berdampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia, namun di sisi lain, memberikan pengaruh negatif dengan masuknya nilai-nilai dan norma-norma yang tidak sesuai dengan kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia .Disamping itu, konsensus nasional dalam bernegara yang selama ini, nilai-nilai dasarnya menjadi dasar dalam penanaman, penumbuhan dan pengembangan rasa, jiwa dan semangat kebangsaan serta memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam melakukan perjuangan guna mencapai cita-cita nasional, ternyata mengalami suatu kemunduran atau degradasi.  Degradasi  rasa, jiwa dan semangat kebangsaan lebih terasa  ketika bangsa ini sedang melakukan penataan kembali tentang  tata kehidupan berkebangsaan dan bernegara melalui reformasi dimana nilai-nilai global  mulai merasuk  hampir di semua generasi bangsa antara lain seperti, semakin menipisnya kesadaran dan kurang dihayatinya tata kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai Kejuangan dan rasa pengabdian serta nilai-nilai pancasila pada hampir semua generasi bangsa. Idiologi Pancasila dan nilai nilai kejuangan bangsa mulai diperdebatkan kembali dan dihadapkan dengan Idiologi lain seperti Kapitalisme, Liberalisme dan Globalisme.nya prinsip-prinsip dasar dalam bernegara misalnya  Idiologi negara, dengan banyaknya kebijaka politik berupa peraturan perundang-undangan yang tidak lagi menjadikan sumber hukum dari segala sumber hukum sebagai acuan dan sumber nilai-nilai hukum yang diatur didalamnya.
Untuk mengantisifasi seluruh tantangan baik yang bersifat Internal maupun yang  bersifat ekternal dan demi kepentingan bangsa dan negara. Tugas TNI ke depan semakin berat dihadapkan dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, lunturnya kualitas moral, degradasi moral, semangat pengabdian dan jiwa patriotism seiring dengan maraknya pemakaian dan penggunan narkoba, hedonisme dan berkembangnya paham yang berhaluan keras yang cendrung kadang-kadang bertentangan dengan ajaran agama yang ada. Disamping itu, munculnya berbagai tindakan kejahatan yang dapat mengancam tatanan kehidupan umat manusia termasuk kehidupan prajurit TNI beserta keluarganya manakala tidak diantisipasi sedini mungkin.


Mantapkan semangat Kejuangan Prajurit TNI

Sebagai prajurit TNI hendaknya selalu harus memahami bahwa dimanapun mereka berada dan bertugas adalah demi bangsa dan negara. Prajurit TNI harus memahami dan menyadari tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai abdi negara dan bangsa. Untuk itu, ketahanan mental dan Jiwa kejuangan serta semangat pengabdian adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi yang harus tertanam dalam jati diri prajurit melalui pemantapan terhadap nilai-nilai dasar prajurit TNI seperti : ketahanan mental, soliditas, professional, Tangguh dan berwawasan kebangsaan serta mampu mengantisipasi perkembangan jaman dengan paham radikalisme yang berkembang melalui : pemantapan terhadap soliditas, sikap profesionalisme, Tangguh  serta  wawasan kebangsaan yang tinggi

Soliditas, merupakan  suatu keharusan agar semua prajurit satu bahasa,satu komando,satu misi dan satu persepsi,saling membantu dan saling mengingatkan,tidak mudah terpengaruh oleh hasutan atau isu yang berkembang yang  tidak bertanggung jawab dan lebih dari itu soliditas mengandung makna satuan satuan mudah untuk digerakkan.


Profesional, mengerti dan menguasai tugas pokok,mahir dalam jabatan atau mampu melaksanakan tugas dengan benar. Profesionalisme akan mendorong kesuksesan dalam tugas serta mampu mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan rakyat dan Negara.

Tangguh, daya taham terhada penderitaan,tidak mudah menyerah,tekun ulet,tabah serta memiliki pendirian yang kokoh.
Berwawasan kebangsaan merupakan keyakinan bahwa TNI adalah  milik semua rakyat,tidak memihak pada salah satu kelompok atau golongan. Bekerja berdasarkan pada tugas pokok

Wawasan kebangsaan  merupakan motivasi untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia Hakikat  Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan keberadaannya dalam memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi dengan menciptakan tanggung jawab dan motivasi atau dorongan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai Tujuan Nasional. Cara pandang tersebut bersifat integratif karena dijiwai oleh Pancasila yang mendorong kebersamaan dalam kehidupan nasional yang dijiwai Pancasila dan dilandasi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatukan Indonesia serta pengalaman sejarah dan sifat budaya bangsa Indonesia yang bersifat kekeluargaan.
Disadari bahwa, keberadaan bangsa Indonesia dan lingkungannya bersifat sarwanusantara, yaitu dalam kondisi terhubung, menyatu, dan diapit oleh suku bangsa, ras, dan kelompok sosial yang menghuni kawasan Nusantara terhubung satu dengan lainnya oleh berbagai kepentingan dan kondisi lingkungan selama ratusan tahun, yang akhirnya menyatu menjadi Bangsa Indonesia. Dalam konsep negara kepulauan, ribuan pulau besar dan kecil di seluruh Nusantara disatukan oleh laut sebagai jembatan emas menjadi satu Kesatuan Wilayah Nasional Indonesia.
Prinsip Wawasan Nusantara ialah tumpuan berpikir, berkehendak, bertindak dalam penyelenggaraan kehidupan nasional menurut konsep dasar Wawasan Nasional Bangsa Indonesia, yaitu Wawasan Nusantara, yang tidak lain dari batu bangun

Wawasan Nasional Bangsa Indonesia.

Konsep wawasan nasional tersebut terdiri atas Persatuan dan Kesatuan, Bhinneka Tunggal Ika, kebangsaan, negara kebangsaan, geopolitik dan negara Kepulauan. Dalam merumuskan prinsip-prinsip Wawasan Nusantara, acuan dan saringan dalam perumusan ialah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Sumpah Pemuda 1928, dan semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Ada beberapa strategi dalam memantapkan karakter prajurit pejuang yang solid, professional,tangguh serta memiliki wawasan kebangsaan dalam rangka meningkatkan  semangat pengabdian , sikap pro patria dikalangan prajurit TNI dalam mengabdi kepada bangsa dan Negara  :

·         Tunjukkan sikap keteladanan, sikap dan prilaku prajurit yang yang selalu dapat memberikan keteladanan dalam mengaplikasikan  norm-norma dasar keprajuritan, agama,Pancasila,Sapta Marga dan Sumpah prajurit dengan demikian akan dapat dijadikan panutan dalam lingkungannya dimanapun bertugas. Hal ini harus dimulai dari unsur pimpinan yang ada  pada satuan itu sendiri. Prilaku seorang Komandan/kepala sangat berpengaruh terhadap terbentuknya sikap-sikap anggotanya,yang mana kadang kala seorang perwira sebagai komandan satuan tidak merasakan bahwa prilaku baik dan buruk bawahan kita, sedikit banyak meniru prilaku sorang Komandan satuannya termasuk meniru kita selaku komandan satuan,apa yang dilakukan oleh bawahan kita,baik itu dilakukannya di depan kita atau di belakang kita, saat kita sudah pindah tugas alih tugas..

·         Perkokoh motivasi juang. Untuk dapat mengemban tugasnya dengan baik motivasi dan semangat juang sangat menentukan keberhasilannya. Motivasi juang yang diwariskan para pendahulu Negara yang dikenal dengan sikap Pro Patria yaitu motivasi yang didasai oleh kepercayaan pada kekuatan sendiri,semangat tidak kenal menyerah dan rela berorban demi kemerdekaan.

·         Tingkatkan Semangat Pantang Menyerah, sikap tak kenal kompromi terhadap musuh- musuh Negara dengan cara apapun musuh Negara harus dihancurkan dari muka bumi persada.

·         Semangat Rela Berkorban. Semangat rela berkorban dimaksud rela mengorbanlan jiwa dan raganya untuk kepentingan bangsa dan Negara, yang pada masa perang kemerdekaan lebih dikenal dengan merdeka atau mati. Slogan perjuangan yang membara dalam dada setiap pejuang telah menjadi nilai bersama dengan ungkapan lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup subur ditanah penjajah Tranformasi nilai-nilai kejuangan telah berlangsung sejak lahirnya TNI.

·         Pentingnya Loyalitas, Hal yang sangat penting dan mendasar bagi setiap prajurit adalah sikap loyalitas bawahan terhadap atasan sangat menentukan tercapainya suatu keberhasilan dalam suatu satuan. Loyalitas dalam lingkunagn militer dalah suatu hal yang mutlak karenanya setiap prajurit harus memiliki loyalitas yang tinggi tidak hanya kepada atasan tapi juga kepada rekan kerja dan bawahan sehingga tugas yang menjadi tanggungjawabnya bisa terlaksana dengan baik

·         Ethos Kerja, Ethos kerja pada dasarnya adalah kebiasaan yang kuat dalam bekerja,karena didalamnya mengandung semangat juang dan tidak akan berhenti bekerja sebelum selesai,atau berhenti bekerja sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukannya.

·         Ciptakan Suasana Harmonis, dalam lingkungan satuan kerja tentunya terdiri dari berbagai tipe,beberapa  orang ,keluarga,mulai dari keluarga dalam rumahtangga dan keluarga Kesatuan.Harmonisasi akan dapat terwujud manakala terjalin komunikasi yang baik dibalamnya. , anatara anggota dan komandan satuan, antara atasan dan bawahan sehingga tercitanya suasana kerja yang harmonis dan damai serta tenang. Disamping itu menjadi tanggungjawabKomandan untuk menciptakan rasa aman dan harmonis dalam lingkungan           

Kesimpulan

a.         Lunturnya jiwa juang dan semangat pengabdian akan dapat berakibat pada munculnya rasa apatis,acuh dari prajurit terhadap perkembangan negeri ini,yang akan dapat berakibat patal terhadap perannya dalam membangun bangsa dan Negara atau membangun bangsa dengan setengah hati.

b.         Munculnya era global dan krisis yang berkepanjangan yang berpengaruh terhadap terhadap seluruh tatanan kehidupan prajurit karena prajurit merupakan bagian intrgral dari bangsa ini, dimana dimata rakyat jiwa juang dari setiap prajurit tidak dapat diragukan lagi,akibatnya sebagian prajurit kehilangan karakter dan jati dirinya manakala nilai-nilai kejuangan mengalami kemerosotan dan kelunturan sehingga tugas tidak dapat terlaksana dengan baik.

c.         Nilai-nilai wawasan kebangsaaan yang seharusnya sudah terpateri dan tertanam dalam sanubari setiap prajurit masih perlu untuk ditingkatkan lagi dalam mengawal, mengamankan serta menjaga kedaulatan NKRIyang masih harus menghadapi berbagai macam tantangan khususnya  yang datang dari  dalam seperti masih adanya kerusuhan sosial atau konflik yang bersifat Sara, berkembangnya sifat primordial, Separatisme, kelompok bersenjata, bersamaan dengan itu pula hadirnya tuntutan Globalisasi yang tidak dapat dibendung yang berkaitan dengan demokratisasi, tuntutan HAM, lingkungan hidup serta dengan munculnya aksi radikalisme dan terorisme yang didukung oleh perbuatan kelompok yang secara sadar  telah menjual Bangsanya sendiri untuk kepentingan sesaat,  karena telah kehilangan rasa  kebangsaannya.










                       

Rapuhnya Ketahanan Mental

*Mutiara Weda*
23/01/17

*Rapuhnya Ketahanan Mental*

Setiap umat manusia harus memahami bahwa  sumber kebocoran energi yang paling besar dialami oleh setiap umat manusia terletak pada *pikiran/ manah* yang  tdk terpusat penuh dengan keluhan, kemarahan dan kegelapan , mengakibatkan rapuhnya Ketahanan Mental yg dimilikinya sehingga  cenderung  tdk memiliki kemampuan dan kekuatan dalam mengatasi setiap  godaan, cobaan dan tantangan hidup.

Untuk itu, pusatkan dan mantapkan  pikiran dengan menstabilkan _tiga komponen dasar_yg ada pada diri  manusia *Wihara* / intelektualnya, *Ahara*/mentalnya dan *Ausadha* / kesehatannya niscaya akan dapat terpusatnya pikiran *Dhyana*  sehingga apapun bentuk godaan dan cobaan akan dapat teratasi.
(Kitab Wrhaspati tatwa)
Astungkara swaha

*Made Worda Negara*