Rabu, 04 November 2015

Falsafah Tri Hita Karana

Falsafah Tri Hita Karana Jangan Sebatas Wecana perlu Implementasi
Oleh :
Letkol Sus Made Worda Negara
Yogyakarta


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar,bangsa yang beradab,bangsa majemuk,bangsa yang beragama,bangsa  yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang terbentang dari sabang sampai merauke ini sebagai cermin bahwa Kemajemukan ,Pluralisme dan kebinekaan adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi keberadaannya di muka bumi Indosenia dan ini harus dijaga secara  bersama-sama dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI.
Max Muller seorang ahli filsafat barat mengatakan bahwa Manusia Hindu sangat dikenal memiliki sikap yang tabah,plos,jujur,tenang,damai dan harmonis serta  memiliki sikap gotong royong dan kebersamaan yang sangat tinggi.
Dalam kenyataannya pada tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara seperti sekarang ini terasa memprihatinkan.Perkelahian,pertengkaran dan konflik berkepanjangan sampai terjadinya pertumpahan darah , umat manusia seolah-olah sudah kehilangan rasa kasih dan sayangnya, etika,tata krama,sopan santun dan budhi pekerti yang diwariskan neenek moyang kita jaman dahulu sudah dilupakan  , tradisi dan ceritra-cerita para orang tua diabaikan begitu saja, begitu pula dalam menyampaikan pendapat / saran-saran seolah-olah tidak memiliki etika,tata krama,sopan santun,susila. penggunaan kekerasan telah menjadi satu satunya pilihan dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Munculnya kasus pencucian otak atau propokator dan propokasi yang memperkeruh tatanan  kehidupan bermasyarakat, yang lebih tragis lagi adalah munculnya perkelahian antar banjar adat di bali mempersoalkan tanah makam atau kuburan, dimana hal ini memperlihatkan bahwa sesungguhnya ketidakrukunan dan ketidakharmonisan telah menjadi bagian dari budaya dan sejarah bangsa ini, padahal kalu kita cermati bahwa hukum adat hindu salah satu landasannya adalah Konsep Tri Hita Karana yang penerapannya dalam  bentuk Awig-awig desa adat atau desa Pekraman.
. kita bertanya- tanya dalam hati kita yang paling dalam,mengapa hal ini dapat terjadi,barangkali  akibat dari umat manusia yang tidak siap menerima perubahan jaman yang disebut dengan jaman Kaliyuga,kali sengara atau jaman edan.Kalau kita lihat dalam kitab suci Roga Sengara  Bumi semua kejadian diatas merupakan ciri-ciri dari jaman kali yuga. Umat Hindu harus memahami jaman ini dan  seharusnya tahu apa yang harus dilakukan dalam jaman ini, sehingga  tidak larut dalam jaman kaliyuga. sebagai umat Hindu dimanapun berada,dan dalam kondisi apapun harus mampu mengimplementasikan  falsafah Tri Hita karana dalam hati nurani masing-masing dan jangan sebatas wacana,sehingga betul-betul menjadi benteng bagi diri masing-masing umat Hindu sehingga dapat berperan dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dalam menjaga keutuhan umat dan NKRI.

Dalam kitab suci Bhagawadgitha percakapan X, hal. 97 menyebutkan:  Bila cinta kasih dan kasih sayang dikaitkan dengan pikiran,ia menjadi kebenaran, bila rasa kasih sayang dijadikan dasar perbuatan maka perbuatan akan menjadi dharma, bila perasaanmu  dijiwai oleh  cinta kasih sayang maka hatimu akan penuh dengan kedamaian yan g tertinggi dan bila engkau menjadikan cinta kasih dan sayang sebagai penuntun pengertian dan cara berpikirmu maka akal budhimu akan dijiwai oleh sikap tanpa kekerasan.Karena itu cinta kasih dan rasa kasih sayang adalah kebenaran.Jika cinta kasih  tidak menjiwai perbuatanmu tidak akan ada dharma.jika engkau tidak merasakan cinta kasih dalam hatimu tidak akan ada kedamaian.dan jika engkau tidak melandasi pikiranmu dengan cinta kasih,tanpa kekerasan tidak akan menetap dalam akal budimu.demikian juga cinta kasih adalah bahan pokok untuk satya”Kebenaran”, Dharma “Kebajikan”,Santhi”Kedamaian” dan Ahimsa “tanpa Kekerasan”. Dengan cinta kasih kita akan dapat dengan mudah mengalahkan kebencian dan kemarahan.Karena itu hiduplah dengan cinta kasih dan kedamaian.

Lebih lanjut dalam kitab suci Agastya Parwa disebutkan : Kunang ikang marin swarga mwan manjadma manusa wisesa manke sila nika nuni :tapo yajna surambharyam,akarot su va janmani,aho svargam avapnuyat... artinya orang akan dapat masuk sorga dan menjelma menjadi manusia utama,perbuatannya dulu adala sebagai berikut,ada tiga macam perbuatan yang menyebabkan surga yaitu Tapa,Yadnya dan Mekerti.

§  Tapa yaitu pengekangan badan dan pengendalian indria
§  Yadnya yaitu melakukan pemujaan ,persembahan,korban suci yang tulus dan iklas kegadapan Ida SangHyang Widhi wasa. Mengapa kita wajib meyadnya  karena Rna : hutang,Rna(hutang ) itu muncul justru karena Ida sangHyang Widhi Wasa telah melakukan yadnya.
Bhagawadgitha  III.10 menyebutkan :
“Saha Yajnah prajah srstwa purovaca prajapatih,
anena prasawisyadhwam esa wo stwistha kamadhuk “
artinya :
Dahulu kala,prajapati menciptakan manusia bersama-sama dengan pengorbanan dan bersabda “dengan ini semoga engkau akan berkembang biak dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu

Dalam Lontar Dewi Tapini menyebutkan:
Uduh sira sang umara yadnya, sang paramakerti sang akinkin akerti yasa, nguni weh ta kita sang anggaduh gama-gaman, rengo lingku mangke, dak, sun warahi kita parikraman ing bhkati astiti ring gama tirta, aja sira tan mitulu ri hing ning sastra iki, nimita kweh wetun ikang yadnya, sapta yadnya, sapta yadnya luire: Aswameda yadnya, Siwa yadnya, Dewa yadnya,  Rsi yadnya, Pitra yadnya, Bhuta yadnya, Manusa yadnya, samadania limuwihaken pada luwih ika tinemuni ya, palan ing yadnya, samangkana juga wineh utamaning kang yadnya, patemuang kunang kang  Agama, Ugama, muang Igama, apan ika ngaran pamurtian Sanghyang Tri Murti, tan wenang amalaku yadnya yan tan ingangge tattwa, ika ingaran Wuta, yan tan ingangge solah ayu sang umara yadnya, ika ingaran Tuli, muah tan ingangge yadnya ngaran rumpuh tan sida karyania, apan sukmania ika kadi anggan sira, ana hulu, ana awak, muang ana juga sukunia, mangkana utamaning kang yadnya. Apan sukmania, yadnya palan ikan yadnya wahya diatmika nemu sira rahayu.
Artinya:
Ini sumber sastra Tapeni  Yadnya, bernama Bhatari Tapeni atau Bhatari Uma Dewi, beliau adalah dewanya Pura Dalem, beliau merupakan sumber dari tata cara pelaksanaan agama bagi penganutnya, mempunyai pembantu para widyadari yang bernama Dewi Kancak, Dewi Pradnya, Dewi Wastu dan Dewi Sidhi, itulah pembantunya semua.Wahai kamu Sang Pelaku Yadnya, ini Aku berikan bagi yang senang terhadap ajaran agama, dengarkan  arahanku sekarang, Aku akan memberitahukan bagi yang senang melakukan persembahan terhadap agama Hindu (Tirta), jangan sampai kamu tidak melaksanakan isi sastra ini, pada dasarnya banyak ada macam yadnya, tujuh yadnya antara lain: Aswameda yadnya, Siwa yadnya, Dewa yadnya,  Rsi yadnya, Pitra yadnya, Bhuta yadnya, Manusa yadnya, keutamaan dari yadnya ini sama-sama utama, demikian juga Aku berikan tentang kebajikannya, merupakan pengamalan ajaran agama, ugama dan igama karena ketiganya merupakan perwujudan Sanghynag Tri Murti, seimbangkan antara upakara; ritualnya dengan tattwanya, karena itu merupakan yadnya, kalau menyimpang dari Tattwanya itu disebut “buta”, kalau tidak memakai tatanan yang benar bagi yang melaksanakan yadnya, itu disebut “tuli”, dan kalau tidak menggunakan upakara disebut “lumpuh’, kerjanya sia-sia, karena  merupakan manifestasinya dari tubuh kita, ada kepala, ada badan, dan ada juga anggota badan, begitulah kebajikan dari beryadnya, berpahala untuk sekala dan niskala, akan menemukan kebahagiaan. (Lontar Tutur Tapeni Yadnya, 72-73).

§  Mekerti, dalam jaman Kaliyuga ini kita tidak hanya berwecana tapi harus berbuat sesuai dengan petunjuk ajaran agama seperti membangun pura/parahyangan, pancoran telaga


Dalam Ajaran agama Hindu memiliki beberapa konsep dalam menciptakan Kedamaian dan keharmonisan dalam bermasyarakat dan berbangsa,sebagai berikut:

Konsep Tri Hita karana, mengandung pengertian tiga penyebab kesejahtraan itu bersumber pada keharmonisan  hubungan antara :
·         Manusia dengan Tuhan/Ida SangHyang Widhi wasa/ParHyangan
·         Manusia dengan sesamanya/Pawongan
·         Manusia dengan Alam lingkungannya/Palemahan
Tri Hita Karana merupakan landasan dasar bagi kehidupan Umat Hindu yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk  Panca Yadnya : dewa Yadnya,Manusa Yadnya,Rsi Yadnya,Pitra Yadnya dam Bhuta Yadnya.
konsep Tri Hita Karana yang dilaksanakan dibali umumnya termanifestasikan dalam budaya dan tradisi bali, yang tentunya tidak semata-mata timbul karena pemahamannya pada atas ajaran hindu, tapi juga karena tantangan jaman. Umat hindu harus mampu mengimplementasikan dan mengamalkan konsep Tri Hita Karana secara total dan dalam semua aspek kehidupan sampai pada unsur terkecil dalam bentukn keluarga yaitu konsep Palemahan yaitu yang membuat umat Hindu mencintai tanah kelahirannya,Pawongan yaitu moral,etika dan tatar krama umat hindu dan taat pada hukum adat dan dresta dan Parhyangan yaitu selalu mendekatkan diri kehadapan Ida sanghyang Widhi Wasa,membangun,merawat dan menggunakan pura dengan baik,takut akan Ida sanghyang Widhi wasa,takut kehilangan perlindungan Tuhan.Kesemuanya ini merupakan benteng yang sangat tanguh dalam menciptakan ketahanan mental bagi umat hindu yang nanti mampu menjadi benteng bagi negara dan bangsa Indonesia dalam menjaga keutuhan NKRI.



Konsep Tat Twam asi, adalah merupakan filsafat Hindu yang mengajarkan kesosialan dan keharmonian yang tanpa batas karena diketahui bahwa “Ia adalah kamu” saya dalah Kamu dan segala mahluk adalah sama,sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain juga berarti menyakiti diri sendiri. Antara saya dan kamu sesungguhnya bersaudara. Hakekat atman yang menjadikan hidup diantara saya dan kamu berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Atman yang  menghidupkan tubuh makhluk hidup merupakan percikan terkecil dari Tuhan. Kita sama-sama makhluk ciptaaan Tuhan. Sesungguhnya filsafat tattwam asi ini mengandung makna yang sangat dalam. Tatwam asi mengajarkan agar kita senantiasa mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti apa bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekali-kali menyakiti hati orang lain. Dan sebaliknya bantulah orang lain sedapat mungkin kamu membantunya, karena sebenarnya semua tindakan kita juga untuk kita sendiri. Bila dihayati dan diamalkan dengan baik, maka akan terwujud suatu kerukunan. Dalam upanisad dikatakan: “Brahma atma aikhyam”, yang artinya Brahman (Tuhan) dan atman adalah tunggal.Filsapat hidup Tat Twam Asi juga merupakan dasar susila hindu,yaitu tingkah laku baik dan mulia ya ng selaras dengan ketentuan-ketentuan dharma dan yadnya.Makna Tat Twam Asi mengajak kita semua untuk lebih menahan diri dan mengendalikan diri.dengan menyadari filsafat tat Twam Asi diharapkan setiap langkah,gerak yang dilakukan sudah melalui pertimbangan yang cermat dan berhati-hati demi kebaikan bersama dan untuk mencapai tujuan yang luhur.


Konsep Menyama Mebraya, yang artinya bersaudara dan seperti saudara yang artinya memperlakukan orang lain yang bukan saudara seperti saudara sendiri.



Kesimpulan
a.    Marilah kita sebagai umat Hindu selalu Introspeksi diri,mengendalikan diri,dan Implementasikan nilai – nilai  yang terkandung dalam Konsep Tri Hita Karana danTatwam Asi serta konsep menyama mebraya,dalam kehidupan kita sehari-hari dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara , sehingga terwujudnya masyarakat yang sejahtra lahir dan bhatin “Moksartham Jagadhita ya Ca iti dharma”


b.    Menjadikan diri sebagai insan yang memiliki sradha dan bhakti yang kuat,insan sosial yang baik dalam bernasyarakat,berbangsa dan bernegara serta  selalu berusaha melaksanakan petunjuk ajaran Dharma Tapa,Yadnya dan mekerti dalam kehidupan sehari-hari,sehingga dapat terwujudnya umat Hindu yang harmonis,damai/santhi serta memiliki mental yang Prima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar