Rabu, 16 Desember 2015
Kamis, 12 November 2015
Rabu, 11 November 2015
Membangun Prajurit TNI yang Solid,Militansi dan memiliki semangat jiwakorsa
Membangun Prajurit TNI Yang Solid, Militansi
dan Memiliki Semangat Jiwa Korsa
Oleh :
Drs. I Made
Worda Negara, M.Pd.H
( Kasi Bintra Juang Disbintal Mabesau)
Pendahuluan
Dalam tatanan Kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa
ini, dengan berkembangnya tehnologi, Modernisasi, Industrialisasi dan perkembangan
jaman yang disebut dengan era global, membawa dampak yang sangat besar bagi
seluruh tatanan kehidupan umat manusia termasuk sendi-sendi kehidupan Prajurit yang
semuanya itu membutuhkan kesiapan dari
TNI untuk mengantisifasinya, Kesemuanya
itu menempati Soliditas, Militansi serta
semangat Jiwa korsa pada kedudukan yang sangat penting dan tidak bisa di
tawar-tawar dan harus dimiliki oleh setiap prajurit baik dalam sitasi perang
maupun dalam situasi damai.
Kalau Kita perhatikan dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini, rasa persatuan dan kesatuan suatu hal yang sangat mahal
harganya, dan terasa masih sulit untuk
diwujudkan. Permasalahan ini, jikalau
tidak diantisifasi sedini mungkin akan menjadi permasalajahan yang serius dan
akan dapat mengancam dan mengganggu stabilitas nasional.
Prajurit TNI sebagai komponen utama dibidang pertahanan
Negara mempunyai tugas pokok yaitu menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan
keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tahun 1945 serta
melindungi seluruh tumpah darah Indonesia dari berbagai Ancaman, Gangguan,Hambatan
dan tantangan. maka setiap prajurit TNI dibentengi dirinya dengan penanaman nilai-nilai kejuangan serta mampu memantapkan
soliditas, Militansi serta tumbuhnya
semangat jiwa korsa yang tinggi bagi setiap prajurit TNI dalam mengabdi kepada
bangsa dan Negara.
Membangun Soliditas TNI
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan bahwa soliditas pada dasarnya adalah
sebuah kekuatan dan ketahanan yang dihadapkan
dengan berbagai Ancaman, Gangguan,
Hambatan dan Tantangan
serta munculnya berbagai bentuk perubahan. Secara makro, makna
soliditas di samping kekuatan juga bermakna ikatan,
keterpaduan, yang dalam istilah militer disebut jiwa korsa.Selanjutnya
soliditas yang bersifat kejiwaan atau motivasi yang muncul dari dalam diri adalah
rasa senasib dan sepenanggungan dalam bentuk
tumbuhnya jiwa korsa ( espirit de corps). memiliki kebanggaan satuan/profesi,
mau dan sanggup berkorban, keterikatan batin dan kesadaran persatuan,
kebersamaan, loyalitas dan memegang teguh azas serta tujuan yang telah disepakati
bersama, wujud soliditas tak mudah pecah atau dipisahkan karena ada unsur moral
didalamnya.Dari kondisi tersebut dapatlah diambil untuk mewujudkan soliditas
dalam satuan. Ada beberapa
hal yang harus di pegang untuk dapat dijadikan kata kunci dalam
membangun
soliditas TNI di satuan-satuan antara lain:
:
·
Adanya saling keterbukaan dalam satuan
sehingga seluruh anggota mengetahui kondisi satuan dan saling mempercayai
antara pimpinan dan anggota yang dipimpin, masing-masing tidak
melakukan langkah-langkah diluar intruksi/komando atau yang
telah ditetapkan oleh pimpinan, sehingga semua tindakan dapat terkontrol dan
terkoordinasi dengan baik.
·
Siap menerima kritik dan saran yang
konstruktif dan membangun dalam alam keterbukaan, manakala sesuatu belum diputuskan sehingga seluruh individu dapat berperan dalam suatu organisasi.
·
Sikap konsisten dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara,
walau, berbagai cobaan dan silang pendapat terjadi,
namun kita tetap harus mengutamakan kepentingan bangsa
dan Negara dan keutuhan
bangsa serta tetap tegaknya NKRI.
·
Loyalitas dan kesetiaan prajurit TNI adalah mutlak dan
hanya ditujukan kepada negara, bukan kepada kelompok atau golongan tertentu atau kepada
pemegang kekuasaan tertentu.
Militansi Prajurit TNI
Militansi bagi prajurit TNI merupakan salah satu modal
yang sangat penting dan harus dimiliki dan tertanam pada jati diri setiap prajurit dalam melaksanakan tugasnya dalam menjaga
keutuhan NKRI.Dalam pelaksanaan dalam menunbuhkan militansi di kalangan
Prajurit TNi AU ada beberapa landasan
yang harus tertanam pada setiap prajurit sebagai berikut :
a. Meningkatkan Keimanan dan ketakwaan
Terhadap Tuhan Yang maha Esa. Keimanan
dan ketakwaan sangat penting dan dperlukan dalam kehidupan prajuri,karena
menyadari bahwa manusia sebagai insan hamba Tuhan dan berkeyakinan bahwa keimanan menjadi dasar keyakinan prajurit
dalam perjuangan hidupnya sehingga demikian keiimanan akan mendasari prilaku
serta amal perbuatannya dalam sehari-hari.
b. Mengamalkan Pancasila . Setiap prajurit
TNI yakin bahwa Pancasila sebagai
Idiologi bangsa dan falsafah hidup bangsa serta pedonaman hidup bangsa dan merupakan
harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk tetap di jaga dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap prajurit.
c. Menjiwai Sapta Marga. Sapta Marga
merupakan kode etik kehormatan TNI dalam perjuangan, kode moral dan sikap serta
prilaku serta pengamalannya dan bahkan sudah menjadi kepribadian TNI yang
senantiasa harus dihayati dan diamalkan oleh setiap prajurit.
d. Berpegang teguh pada Sumpah prajurit
Sumpah prajurit merupakan janji dan sumpah setia yang di sakralkan bagi seorang
prajurit yang langsung berhubungan denga
Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuaensi Janji menuntut adanya pelaksanaan yang sesuai
dengan janjinya dan apabila janjinya dilanggar maka tentunya kaan mendapatkan
sangsi.
e. Mengimplementasikan Delapan wajib TNI.
Delapan wajib TNI merupakan panduan etika atau moral bagi setiap prajurit dan
melaui panduan ini diharapkan adanya interaksi anatar prajurit dengan rakyat
berjalan dengan baik sesuai dengan moral dan etika,
Kelima
hal tersebut diatas sebagai landasan yang paling mendasar bagi setiap prajurit dalam mewujudkan
militansi dikalangan prajurit TNI.
Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan Militansi
Prajurit TNi Meningkatkan Profesionalisme prajuri,Meningkatkan moril prajuri
dan Meningkatkan patriotism prajuri serta Menjaga Jiwa korsa dan Soliditas
Semangat Jiwa Korsa
Dalam kehidupan prajurit jiwa korsa adalah sebuah kata
yang tidak asing di telinga kita sebagai seorang prajurit dan jiwa korsa
tersebut mmemegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan TNI baik dalam
situasi perang maupun dalam situasi Damai karena dengan semangat jiwa korsa
akan melahirkan suatu kekuatan yang sangat luar biasa. Semangat jiwa korsa
kalau kita melihat sejarah perjuangan TNI dan sejarah perjuangan bangsa secara
keseluruhan dilandasi oleh semangat jiwa korsa dari para pejuang terdahulu
dalam merebut kemerdekaan yang harus diwariskan oleh para generasi muda bangsa
saat ini, terutama generasi muda
prajurit TNI
Semangta jiwa korsa yang menggelora di kalangan
pejuang jaman dahulu dapat kita lihat dari beberapa pertempuran diantaranya :
Bandung Lautan Api, perang puputan Margarana Bali di bawah panji I Gusti ngurah
raid an pertempura di Surabaya dibawah pimpinan Bing Tomo. Dalam perjalanan
sejarah tersebut jelas bahwa pewarisan terhadap jiwa korsa yang dimiliki
sangatlah perlu untuk ditanamkan pada generasi muda bangsa khususnya generasi
muda TNI mengingat jiwa korsa merupakan bagian dari kekuatan yang sangat besar nilainya, tanpa dinadasi
sengat jiwa korsa suatu satuan akan menjadi sangat lemat dan rapuh sehingga
akan sangat berpengaruh terhadap kebersamaan, kekompakan dan kesolidan suatu satuan
dan Soliditas TNI secara umum. Oleh karena itu dalam membangun semangat jiwa
korsa, soliditas dan militandi dikalangan prajurit TNI haruslah dilandasi dengan pemahaman dan
pengamalan masing –masing Individu prajurit TNI melalui pengamalan terhadap norma-norma
kehidupan prajurit sapta Marga, Sumpah Prajurit dan delapan wajib TNI dalam
kehidupan sehari-hari prajurit.
Terbangunnya semangat jiwa korsa di kalangan prajurit
TNI merupakan spirit kebersamaan yang sangat penting ditanamkan pada kehidupan
prajurit sehingga muncul kebersamaan baik dalam suka maupun duka dalam rangka mewujudkan
Soliditas TNI dan Miliitansi TNI dengan demikian akan dapat mewujudkan prajurit
TNI yang mampu melaksanakan tugas dan siapm untuk menghadapi tantangan jaman.
Kesimpulan.
Berdasarkan uraian
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam rangka mewujudkan TNI yang kuat dan
mampu manghadapi tantangan jaman ke depan dibutuhkan TNI yang Solid, Militansi TNI serta semangat juang dan Jiwa
korsa yang mantap sehingga peran dan fungsi TNI dapat terlaksana dengan baik
dalam menghadapi Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. ( AGHT)

Pembinaan Tradisi kejuangan dikalangan Prajurit TNI di Lanud SMO
Rabu, 04 November 2015
Falsafah Tri Hita Karana
Falsafah Tri Hita Karana Jangan Sebatas Wecana perlu
Implementasi
Oleh :
Letkol Sus Made Worda Negara
Yogyakarta
Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang besar,bangsa yang beradab,bangsa majemuk,bangsa yang
beragama,bangsa yang terdiri dari ribuan
pulau besar dan kecil yang terbentang dari sabang sampai merauke ini sebagai
cermin bahwa Kemajemukan ,Pluralisme dan kebinekaan adalah suatu hal yang tidak
bisa ditawar-tawar lagi keberadaannya di muka bumi Indosenia dan ini harus
dijaga secara bersama-sama dalam satu
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI.
Max Muller seorang
ahli filsafat barat mengatakan bahwa Manusia Hindu sangat dikenal memiliki
sikap yang tabah,plos,jujur,tenang,damai dan harmonis serta memiliki sikap gotong royong dan kebersamaan yang
sangat tinggi.
Dalam kenyataannya pada
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara seperti sekarang ini terasa
memprihatinkan.Perkelahian,pertengkaran dan konflik berkepanjangan sampai terjadinya
pertumpahan darah , umat manusia seolah-olah sudah kehilangan rasa kasih dan
sayangnya, etika,tata krama,sopan santun dan budhi pekerti yang diwariskan
neenek moyang kita jaman dahulu sudah dilupakan , tradisi dan ceritra-cerita para orang tua
diabaikan begitu saja, begitu pula dalam menyampaikan pendapat / saran-saran
seolah-olah tidak memiliki etika,tata krama,sopan santun,susila. penggunaan kekerasan
telah menjadi satu satunya pilihan dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Munculnya
kasus pencucian otak atau propokator dan propokasi yang memperkeruh tatanan kehidupan bermasyarakat, yang
lebih tragis lagi adalah munculnya perkelahian antar banjar adat di bali mempersoalkan
tanah makam atau kuburan, dimana hal ini memperlihatkan bahwa
sesungguhnya ketidakrukunan dan ketidakharmonisan telah
menjadi bagian dari budaya dan sejarah bangsa ini, padahal kalu kita cermati bahwa hukum adat
hindu salah satu landasannya adalah Konsep Tri Hita Karana yang penerapannya
dalam bentuk Awig-awig desa adat atau
desa Pekraman.
. kita bertanya- tanya
dalam hati kita yang paling dalam,mengapa hal ini dapat terjadi,barangkali akibat dari umat manusia yang tidak siap
menerima perubahan jaman yang disebut dengan jaman Kaliyuga,kali sengara atau
jaman edan.Kalau kita lihat dalam kitab suci Roga Sengara Bumi semua kejadian diatas merupakan
ciri-ciri dari jaman kali yuga. Umat Hindu harus memahami jaman ini dan seharusnya tahu apa yang harus dilakukan
dalam jaman ini, sehingga tidak larut
dalam jaman kaliyuga. sebagai umat Hindu dimanapun berada,dan dalam kondisi
apapun harus mampu mengimplementasikan falsafah Tri Hita karana dalam hati nurani
masing-masing dan jangan sebatas wacana,sehingga betul-betul menjadi benteng
bagi diri masing-masing umat Hindu sehingga dapat berperan dalam
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dalam menjaga keutuhan umat dan NKRI.
Dalam kitab suci
Bhagawadgitha percakapan X, hal. 97 menyebutkan: Bila cinta kasih dan kasih sayang dikaitkan
dengan pikiran,ia menjadi kebenaran, bila rasa kasih sayang dijadikan dasar
perbuatan maka perbuatan akan menjadi dharma, bila perasaanmu dijiwai oleh
cinta kasih sayang maka hatimu akan penuh dengan kedamaian yan g
tertinggi dan bila engkau menjadikan cinta kasih dan sayang sebagai penuntun
pengertian dan cara berpikirmu maka akal budhimu akan dijiwai oleh sikap tanpa
kekerasan.Karena itu cinta kasih dan rasa kasih sayang adalah kebenaran.Jika
cinta kasih tidak menjiwai perbuatanmu
tidak akan ada dharma.jika engkau tidak merasakan cinta kasih dalam hatimu
tidak akan ada kedamaian.dan jika engkau tidak melandasi pikiranmu dengan cinta
kasih,tanpa kekerasan tidak akan menetap dalam akal budimu.demikian juga cinta
kasih adalah bahan pokok untuk satya”Kebenaran”,
Dharma “Kebajikan”,Santhi”Kedamaian” dan Ahimsa “tanpa Kekerasan”. Dengan cinta
kasih kita akan dapat dengan mudah mengalahkan kebencian dan kemarahan.Karena
itu hiduplah dengan cinta kasih dan kedamaian.
Lebih lanjut dalam
kitab suci Agastya Parwa disebutkan : Kunang ikang marin swarga mwan manjadma
manusa wisesa manke sila nika nuni :tapo yajna surambharyam,akarot su va
janmani,aho svargam avapnuyat... artinya orang akan dapat masuk sorga dan
menjelma menjadi manusia utama,perbuatannya dulu adala sebagai berikut,ada tiga
macam perbuatan yang menyebabkan surga yaitu Tapa,Yadnya dan Mekerti.
§
Tapa yaitu pengekangan
badan dan pengendalian indria
§ Yadnya yaitu melakukan pemujaan ,persembahan,korban
suci yang tulus dan iklas kegadapan Ida SangHyang Widhi wasa. Mengapa kita
wajib meyadnya karena Rna :
hutang,Rna(hutang ) itu muncul justru karena Ida sangHyang Widhi Wasa telah
melakukan yadnya.
Bhagawadgitha III.10 menyebutkan :
“Saha Yajnah prajah srstwa purovaca prajapatih,
anena prasawisyadhwam esa wo stwistha kamadhuk “
artinya :
Dahulu kala,prajapati menciptakan manusia bersama-sama
dengan pengorbanan dan bersabda “dengan ini semoga engkau akan berkembang biak
dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu
Dalam Lontar Dewi
Tapini menyebutkan:
Uduh sira sang umara
yadnya, sang paramakerti sang akinkin akerti yasa, nguni weh ta kita sang
anggaduh gama-gaman, rengo lingku mangke, dak, sun warahi kita parikraman ing
bhkati astiti ring gama tirta, aja sira tan mitulu ri hing ning sastra iki,
nimita kweh wetun ikang yadnya, sapta yadnya, sapta yadnya luire: Aswameda
yadnya, Siwa yadnya, Dewa yadnya, Rsi yadnya, Pitra yadnya, Bhuta yadnya,
Manusa yadnya, samadania limuwihaken pada luwih ika tinemuni ya, palan ing
yadnya, samangkana juga wineh utamaning kang yadnya, patemuang kunang
kang Agama, Ugama, muang Igama, apan ika ngaran pamurtian Sanghyang Tri
Murti, tan wenang amalaku yadnya yan tan
ingangge tattwa, ika ingaran Wuta, yan tan ingangge solah ayu sang umara
yadnya, ika ingaran Tuli, muah tan ingangge yadnya ngaran rumpuh tan sida
karyania, apan sukmania ika kadi anggan sira, ana hulu, ana awak, muang ana
juga sukunia, mangkana utamaning kang yadnya. Apan sukmania, yadnya palan ikan
yadnya wahya diatmika nemu sira rahayu.
Artinya:
Ini sumber sastra
Tapeni Yadnya, bernama Bhatari Tapeni
atau Bhatari Uma Dewi, beliau adalah dewanya Pura Dalem, beliau merupakan
sumber dari tata cara pelaksanaan agama bagi penganutnya, mempunyai pembantu
para widyadari yang bernama Dewi Kancak, Dewi Pradnya, Dewi Wastu dan Dewi
Sidhi, itulah pembantunya semua.Wahai kamu Sang Pelaku Yadnya, ini Aku berikan
bagi yang senang terhadap ajaran agama, dengarkan arahanku sekarang, Aku
akan memberitahukan bagi yang senang melakukan persembahan terhadap agama Hindu
(Tirta), jangan sampai kamu tidak melaksanakan isi sastra ini, pada dasarnya
banyak ada macam yadnya, tujuh yadnya antara lain: Aswameda yadnya, Siwa
yadnya, Dewa yadnya, Rsi yadnya, Pitra yadnya, Bhuta yadnya, Manusa
yadnya, keutamaan dari yadnya ini sama-sama utama, demikian juga Aku berikan
tentang kebajikannya, merupakan pengamalan ajaran agama, ugama dan igama karena
ketiganya merupakan perwujudan Sanghynag Tri Murti, seimbangkan antara
upakara; ritualnya dengan tattwanya, karena itu merupakan yadnya, kalau menyimpang
dari Tattwanya itu disebut “buta”, kalau tidak memakai tatanan yang benar bagi
yang melaksanakan yadnya, itu disebut “tuli”, dan kalau tidak menggunakan
upakara disebut “lumpuh’, kerjanya sia-sia, karena merupakan
manifestasinya dari tubuh kita, ada kepala, ada badan, dan ada juga anggota
badan, begitulah kebajikan dari beryadnya, berpahala untuk sekala dan
niskala, akan menemukan kebahagiaan. (Lontar Tutur Tapeni Yadnya,
72-73).
§
Mekerti, dalam jaman Kaliyuga
ini kita tidak hanya berwecana tapi harus berbuat sesuai dengan petunjuk ajaran
agama seperti membangun pura/parahyangan, pancoran telaga
Dalam Ajaran agama Hindu memiliki beberapa
konsep dalam menciptakan Kedamaian dan keharmonisan dalam bermasyarakat dan
berbangsa,sebagai berikut:
Konsep
Tri Hita karana,
mengandung pengertian tiga penyebab kesejahtraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara :
·
Manusia
dengan Tuhan/Ida SangHyang Widhi wasa/ParHyangan
·
Manusia
dengan sesamanya/Pawongan
·
Manusia
dengan Alam lingkungannya/Palemahan
Tri Hita Karana merupakan landasan dasar bagi
kehidupan Umat Hindu yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
bentuk Panca Yadnya : dewa Yadnya,Manusa
Yadnya,Rsi Yadnya,Pitra Yadnya dam Bhuta Yadnya.
konsep Tri Hita Karana yang dilaksanakan
dibali umumnya termanifestasikan dalam budaya dan tradisi bali, yang tentunya
tidak semata-mata timbul karena pemahamannya pada atas ajaran hindu, tapi juga
karena tantangan jaman. Umat hindu harus mampu mengimplementasikan dan mengamalkan
konsep Tri Hita Karana secara total dan dalam semua aspek kehidupan sampai pada
unsur terkecil dalam bentukn keluarga yaitu konsep Palemahan yaitu yang membuat umat Hindu mencintai tanah
kelahirannya,Pawongan yaitu
moral,etika dan tatar krama umat hindu dan taat pada hukum adat dan dresta dan Parhyangan yaitu selalu mendekatkan
diri kehadapan Ida sanghyang Widhi Wasa,membangun,merawat dan menggunakan pura
dengan baik,takut akan Ida sanghyang Widhi wasa,takut kehilangan perlindungan
Tuhan.Kesemuanya ini merupakan benteng yang sangat tanguh dalam menciptakan
ketahanan mental bagi umat hindu yang nanti mampu menjadi benteng bagi negara
dan bangsa Indonesia dalam menjaga keutuhan NKRI.
Konsep Tat
Twam asi,
adalah merupakan filsafat Hindu yang mengajarkan kesosialan dan keharmonian
yang tanpa batas karena diketahui bahwa “Ia adalah kamu” saya dalah Kamu dan
segala mahluk adalah sama,sehingga menolong orang lain berarti menolong diri
sendiri dan menyakiti orang lain juga berarti menyakiti diri sendiri. Antara saya dan kamu
sesungguhnya bersaudara. Hakekat atman yang menjadikan hidup diantara saya dan
kamu berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Atman yang menghidupkan tubuh makhluk hidup merupakan
percikan terkecil dari Tuhan. Kita sama-sama makhluk ciptaaan Tuhan.
Sesungguhnya filsafat tattwam asi ini mengandung makna yang sangat dalam.
Tatwam asi mengajarkan agar kita senantiasa mengasihi orang lain atau
menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti
apa bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekali-kali menyakiti
hati orang lain. Dan sebaliknya bantulah orang lain sedapat mungkin kamu
membantunya, karena sebenarnya semua tindakan kita juga untuk kita sendiri.
Bila dihayati dan diamalkan dengan baik, maka akan terwujud suatu kerukunan.
Dalam upanisad dikatakan: “Brahma atma aikhyam”, yang artinya Brahman (Tuhan)
dan atman adalah tunggal.Filsapat hidup Tat Twam Asi juga merupakan dasar
susila hindu,yaitu tingkah laku baik dan mulia ya ng selaras dengan
ketentuan-ketentuan dharma dan yadnya.Makna Tat Twam Asi mengajak kita semua
untuk lebih menahan diri dan mengendalikan diri.dengan menyadari filsafat tat
Twam Asi diharapkan setiap langkah,gerak yang dilakukan sudah melalui
pertimbangan yang cermat dan berhati-hati demi kebaikan bersama dan untuk
mencapai tujuan yang luhur.
Konsep
Menyama Mebraya,
yang artinya bersaudara dan seperti saudara yang artinya memperlakukan orang
lain yang bukan saudara seperti saudara sendiri.
Kesimpulan
a.
Marilah
kita sebagai umat Hindu selalu Introspeksi diri,mengendalikan diri,dan
Implementasikan nilai – nilai yang
terkandung dalam Konsep Tri Hita Karana danTatwam
Asi serta konsep menyama mebraya,dalam kehidupan kita
sehari-hari dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara , sehingga terwujudnya
masyarakat yang sejahtra lahir dan bhatin “Moksartham Jagadhita ya Ca iti
dharma”
b.
Menjadikan
diri sebagai insan yang memiliki sradha dan bhakti yang kuat,insan sosial yang
baik dalam bernasyarakat,berbangsa dan bernegara serta selalu berusaha melaksanakan petunjuk ajaran
Dharma Tapa,Yadnya dan mekerti dalam kehidupan sehari-hari,sehingga
dapat terwujudnya umat Hindu yang harmonis,damai/santhi serta memiliki mental
yang Prima.
Langganan:
Postingan (Atom)