Senin, 18 Juli 2022
Adqesta Sarva Bhutanam
Kuningan
*Mutiara Weda*
18 /06 /2022
*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani
*Umat se-dharma*, Pada hari ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan yang jatuh pada hari ke 10 setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat Hindu melakukan persembahan dan pemujaan kehadapan SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.
Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari berlalu memasuki *masa pralina* energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.
*Oleh karena itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha* dengan memperbanyak introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. Niscaya akan dapat terbangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri.
*Tityang Sekeluarga Mengucapkan Rahajeng Hari Suci Kuningan Dumogi Kualitas rohani semakin kuat, kokoh & Rahayu Sareng Sami*
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Ketidakpuasan
Pahami & Kuatkan Ageman Dalam Beragama
*Mutiara Weda*
12 /06 /2022
*Pahami & Kuatkan Ageman Dalam Beragama*
*Umat Se-dharma*, faktor yang sangat penting & menjadi benih atau cikal bakal dalam penguatan beragama bagi umat Hindu sesungguhnya adalah *agem ageman* dalam bentuk *Sradha*, manakala kurangnya akan keyakinan, bingung bahkan ragu akan agamanya dapat dipastikan rapuhnya pondasi agama yang berdampak pula pada rapuhnya pemahaman inti sari dari ajaran agama.
Pemahaman ajaran agama secara benar menjadi suatu keharusan dan bersifat mutlak melalui *Tattwa Tattwa agama, Ethika agama maupun Acara agama* dengan berpegang teguh pada *sumber sumber Dharma* serta pokok pokok Dasar ajaran Tiga kerangka dasar ajaran serta menjadi roh atau jiwa ajaran Hindu Dharma yang wajib dilaksanakan secara sinergis *Tri Jnana Sandhi* bagi umat Hindu.
*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai Umat Hindu untuk memegang teguh *Agem ageman * dalam beragama dengan mempelajari kembali Pustaka suci Weda secara benar, utuh dan sempurna baik melalui *Weda Sruti* maupun *Weda Smertih* dengan cara belajar Weda secara bertahap berjenjang dan komprehensif serta tidak dibenarkan belajar Weda menggunakan jalur jalan pintas dengan berdalihkan praktis, simpel, mudah, sederhana dan sejenisnya yang cenderung menyesatkan. Niscaya umat Hindu akan Ajeg dengan Dharmanya, kuatnya Sradha serta kokoh akan ajarannya yang *Sanatana Dharma* dalam mewujudkan umat Hindu yang S A N T I H *manah santih* maupun *paramasantih*, kebahagiaan Sekala maupun Niskala, Jagadhita & Kamoksan nantinya.
( kitab Swastika Rana & Weda Sabda Suci Tuhan)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
SangHyang Dharma
Hidup sebuah Penderitaan
Kuningan
*Mutiara Weda*
18 /06 /2022
*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani
*Umat se-dharma*, Pada hari ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan yang jatuh pada hari ke 10 setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat Hindu melakukan persembahan dan pemujaan kehadapan SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.
Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari berlalu memasuki *masa pralina* energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.
*Oleh karena itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha* dengan memperbanyak introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. Niscaya akan dapat terbangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri.
*Tityang Sekeluarga Mengucapkan Rahajeng Hari Suci Kuningan Dumogi Kualitas rohani semakin kuat, kokoh & Rahayu Sareng Sami*
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Sinergiskan Unsur Trisakti
Gugon Tuhon
Pancaran rwa Bhineda
Perkuat Nurani dengan Satyam
*Mutiara Weda*
22 /06/2022
*Perkuat Nurani dengan Satyam*
*Umat se-dharma*, dalam susastra ada tersurat bahwa “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang. Buanglah jauh jauh sifat saling Memfitnah /Raja pisuna serta sifat saling menjatuhkan, Perkuat Nurani dengan perkuat nilai nilai Kebenaran *Satyam*
Demikian pula, jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.
*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma *Satyam* dalam menjalankan *Tri Kaya Sandhi* berpikir, Bertutur kata dan bertindak. Niscaya akan dapat terbangunnya umat Hindu Yang Santih, Manah Santih maupun Parama santih, lahir ataupun bathin.
(M.DS IV.138/ SS.75).
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Panca Klesa
*Mutiara Weda*
23 /06/2022
*Panca Klesa*
*Umat se-dharma*, umat Hindu dalam membangun kelanggengan hidup dan kebahagiaan abadi bagi sang jiwa *Sat Cit Ananda* , ada lima rintangan yang mesti akan dihadapinya dalam menjalankan proses kehidupan di alam samsara ini yang di kenal dengan sebutan *Panca Klesa*
Kelima rintangan yang dapat mengganggu jalannya proses kehidupan dalam mencapai kesempurnaan hidup dan menjadi tantangan bagi kehidupan umat manusia tersebut antara lain :
*Avidya* : Kegelapan, kebodohan atau ketidaktahuan.
*Asmita* : Keangkuhan dan kesombongan
*Raga* : sifat selalu berada dalam Keterikatan
*Abhiniwesa* : ketakutan akan kematian
*Dwesa* : Rasa Benci kepada orang lain.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam mencapai tujuan hidup yaitu suatu kebahagiaan dengan jalan lepaskan diri dari berbagai rintangan tersebut diatas melalui peningkatan kualitas rohani serta tampakkan suksme sarira *Udana Vayu* dengan cahayanya sehingga mampu melihat suksme sarira sebagai suatu *Aura*. Niscaya kualitas spiritualitas bagi setiap umat Hindu akan dapat terbangun menuju kedamaian Hidup, disekala maupun Niskala nantinya.
( BG.XIII.23 & Wrspati Tattwa.24)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Endapkan selalu Jiwa Yang Indah
*Mutiara Weda*
24/ 06/2022
*Endapkan selalu Jiwa Yang Indah dalam Diri*
*Umat se-dharma*, menemukan kebahagiaan & kesenangan bathin dengan cara mencari kekurangan dan kelemahan orang lain, ibaratkan menuai racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.
Sebagai umat manusia yang penuh dengan keterbatasan untuk selalu belajar melihat sisi-sisi baik dari orang lain, jangan membiasakan mencari kekurangan, kesalahan dan kelemahan dari orang lain begitu pula, Jangan mengabaikan kebaikan dari orang lain.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala selalu melihat sisi indah & sisi baik orang lain, suatu ketika pasti akan berjumpa dengan bagian dari diri kita yang terindah dengan memantapkan kesadaran diri melalui peningkatan kualitas rohani *Samyag Jnana* . *Niscaya*, dalam menjalalankan kehidupan akan mendapatkan kedamaian & Keharmonisan.(SS.341-345)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Jangan Pernah Berhenti Menabur Kebajikan
R e n u n g a n M a l a m
*Mutiara Weda*
23 / 06 /2022
*Jangan Pernah Berhenti Menabur Kebajikan*
*Umat se-dharma*, Jika di renung renungkan, Ketika orang selalu menabur kebencian suatu pertanda bahwa dia hanya memiliki kebencian di dalam dirinya, akan tetapi, orang yang memiliki kebajikan /*Dharma* dapat dipastikan dia akan memancarkan ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini* dalam hidupnya.
Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan, kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai kalau di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan dendam.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti dalam menabur kebajikan, bangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi. Niscaya hidup yang Santih , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud.
(kitab Ramayana & Panca Siskanya Angaji)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Daivi Vak
*Mutiara Weda*
25/ 06 /2022
*Daivi Vak*
*Umat Se-dharma*, Perlu kita sadari bahwa ; Betapapun indah & bersihnya sebuah taman pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan seindah apapun, masih akan Ada noda, benih benih kekotoran tertinggal didalamnya.
Setiap manusia pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan, wujud *Kerendahan Hati* dan Sadar dan Amulatsarira menjadi pegangan serta pedoman bagi umat Hindu dalam penerapan ajaran ajaran Ethika.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu marilah selalu belajar dan belajar memperbaiki dan membenahi diri, tanamkan sikap *rendah hati* serta tumbuhkan sifat sifat kebajikan yang ada dalam diri *Daivi Vak* serta selalu menjaga keseimbangan kualitas diri antara :
*Vihara* : mental,
*Ahara* : Intelektual dan Ausadha* : Kesehatan. Niscaya akan terwujudnya kualitas umat manusia yang memiliki kemantapan mental rohani.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa
Beragama Jangan Lepas dari Ageman
Bangun soliditas Umat Hindu
*Mutiara Weda*
27 / 06 / 2022
*Tri Mala Paksa*
*Umat Se-dharma*, Jika kita cermati dari sisi ajaran Ethika Hindu ada tiga sifat *buruk* atau *kotor* yang selalu melekat dalam diri umat manusia sebagai akibat dari pengaruh buruk *Indrya/ Nafsu* yang tak terkendalikan dan bertentangan dengan nilai nilai Dharma yang dapat mengganggu *Soliditas*, kenyamanan, Kerukunan dan Kedamaian umat Hindu. Pengendalian gerak pikiran menjadi faktor penting dan penentu bagi kehidupan setiap umat manusia *Citta Vrtti Nirodha*.
Ketiga sifat buruk dan kotor tersebut
*Mithia Hrdaya* : sifat yang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain
*Mithia Wecana* : selalu bersifat sombong dan angkuh
*Mithia Laksana* : berprilaku kasar dan tidak sopan.
*Oleh karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu untuk selalu mengendalikan gerak Laju pikiran
*Citta Vrtti Nirodha*, tempatkan dan pancarkan *Gayatri mantram* sebagai ibu dari *Weda*
*Gayatri Chandasam Matha” serta gunakan Ethika Agama setiap melakukan tindakan sehingga terhindar dari pengaruh *Tri Mala Paksa* [ *Kasmala* : perbuatan kotor, *Mada*: Perkataan yang kotor dan *Moha*: berpikiran Kotor]. Niscaya tidak akan menemui hambatan dalam menjalankan *Tri Kaya Sandhi* sehingga dapat terbangunnya umat Hindu yang *Rukun*, *Damai* dan *Harmonis* serta berputarnya *Cakra Dharma* secara sinergis ; *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram*.
(Kitab Widhi Sastra & Manu Smrthi.IV.256)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Jana Kertih
Dharma Prawrti
*Mutiara Weda*
29/ 06/2022
*Dharma Prawrtti*
*Umat se-dharma*, Tiga sifat Kemahakuasaan Tuhan/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam Menciptakan, memelihara, dan melebur , ketiganya melekat dalam perwujudan Tuhan sebagai *Tri Murti*. Demikian juga kelahiran /Utpati, Kehidupan / Sthiti dan kematian / Pralina *Tri Kona* merupakan hukum kodrat Tuhan *Rta* bagi setiap yang hidup di alam semestan ini.
Pada dasarnya keadaan terlahir menjadi manusia menunggu masa kanak-kanak dan masa kanak-kanak menunggu masa muda dan setelah masa muda menunggu masa Tua demikian juga masa Tua tercapai menanti kematian kembali pada pangkuan ibu Pertiwi.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu pada masa proses samsara dalam menjalani kehidupan untuk selalu berusaha melakukan perbuatan berdasar pada ajaran kebenaran *Dharma Prawrtti*. Niscaya dengan selalu berada pada jalan Dharma akan dapat menuju Kebahagiaan sekala maupun Niskala Nantinya, Jagadhita maupun Kamoksan Nantinya. ( sarasamuscaya,29 dan Weda Samhita)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Selaraskan Unsur Triguna Dalam Diri
Visudha Karma
Jadma Kesasar
Dharmaning Agama
*Mutiara Weda*
03 /072022
*Dharmaning Agama*
*Umat Se-dharma*, Umat Hindu dalam menjalankan *Dharmaning hidup* memiliki kewajiban suci yang di sebut *Dharmaning Agama* yaitu berkewajiban untuk mempelajari, memahami dan memancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini* serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga* atau *Vruh ring sarva Jnana* sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik.
Umat Hindu dalam Berpikir, bertutur kata serta berbuat dalam menjalankan aktifitasnya tidak bisa lepas dari sangkut paut serta teropongan dari ajaran kebajikan *Sesana* dan kepatuhan terhadap guru Wisesa yaitu *Niti*
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam membangun
keluhuran dan kemuliaan budhi *paramita* dan keharmonisan dalam hidup *sundaram* dengan jalan memahami dan mengamalkan seluruh ajaran Kesucian *Purwa Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran kebenaran *Sesana* serta taat & patuh pada aturan pemerintah *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84 )
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Maduryabhawa
*Mutiara Weda*
04/ 07 / 2022
*Maduryabhava*
*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam mewujudkan rasa cinta kasih yang suci dan tulus kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dikenal dengan nama *Bhakti* baik pada tataran *Para Bhakti* maupun *Apara Bhakti* dalam doa mantram dikenal dengan *Subhasita*
Bentuk bhakti atau *bhavabhakti* secara mendalam, suci ,tulus dan sejati dalam ajaran Hindu dikenal dengan nama *maduryabhava* sebagai bentuk bhakti yang paling utama dan tertinggi.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas bhakti dengan meningkatkan kualitas rohani berupa penyerahan diri secara tulus dan sejati kepada-Nya dengan jalan selalu mengingat dan menyebut kebesarannya/ *Namasmaranam*, mengulang ulang secara konstan terus menerus/ *berjapa* ataupun mengucapkan doa/ lagu pujaan *mantram* serta melantunkan Dharma gita atau *Bhujana*.
(Reg Veda,VIII. & BG XVIII.65)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Minggu, 17 Juli 2022
Prasiddhaamentas Ing Bhawarnawa
*Mutiara Weda*
05/07/2022
*Prasiddhamentas ing bhawarnawa*
*Umat sedharma*, Jika direnungkan Manah atau Pikiran itu sesungguhnya penyebab dari penderitaan & kesengsaraan tatkala pikiran dicemari oleh hawa nafsu dan berbagai kekotoran *Ahangkara Jnana*. Apabila pikiran itu bersih dan suci tidak dihinggapi kekacauan, tidak dibelenggu oleh nafsu serta berbagai kecemaran *Satvika Vidya*, itulah sebenarnya hakekat Kedamaian dalam agama Hindu *Medharma Santih* landasan menuju kebebasan sejati *Kamoksan* nantinya.
Proses kehidupan dalam Suka maupun duhka yang dialami , pangkalnya adalah kebodohan, kebodohan ditimbulkan oleh kelobaan dan kelobaan itu asal dari kebodohan oleh karenanya kebodohanlah asal mula kesengsaraan.
*Oleh karena itu*, bangun kualitas diri dengan menghilangkan kebodohan dan melenyapkan kelobaan atau kerakusan *Ahangkara jnana* yang menjadi sumber dari kesengsaraan. *Niscaya*, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang Tenang dan Damai serta bebas dari penderitaan & kesengsaraan baik dalam proses kelahiran maupun kematian nantinya. *Prasiddhamentas ing bhawarnawa*
( SS.399-402)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Satya & Dharma selalu Berdampingan
Adqesta Sarva Bhutanam
Bhakti Jalan Berserah Diri
*Mutiara Weda*
13 /07/2022
*Bhakti : Jalan Berserah Diri*
*Umat se-dharma*, Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa jalan Bhakti marga yaitu penyerahan diri secara tulus sebagai salah satu sarana atau jalan untuk mendekatkan diri kehadapan Sang Maha Pencipta.
Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*. Sedangkan rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi dengan cara membuat simbol simbol / *Nyasa* di sebut *Prapatti Bhakti*.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam berhubungan dengan-Nya dengan landasan penyerahan diri melalui pemantapan kualitas rohani *Bhakti*, *Parama Prema Bhakti* dan Prapatti Bhakti*, serta selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini menemui kebahagiaan dan terhindar dari bencana dan Malapetaka. ( BG.XVI.21)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Satvika Vidya Jalankan Viveka
*Mutiara Weda*
08/ 07 /2022
*Satvika Vidya Jalankan Wiweka*
*Umat Se-dharma*, di dalam sebuah Sesanti ada disebutkan ; Jika diberikan madu bercampur dengan Racun, harus dapat memilah untuk mengambil madunya, begitu pula, jika emas berada dalam kubangan lumpur bercampur dengan kotoran kita pun harus dapat memilah mengambil emasnya. Demikian juga halnya dengan Ilmu pengetahuan, Budhi pekerti, Etika, kitapun harus bisa mengambil dan memetiknya walaupun dari mana sumber & asalnya.
Menggunakan akal atau Pikiran *Satvika Vidya* untuk menimbang nimbang, membedakan mana kebenaran, kebajikan yang wajib dilakukan dan mana kejahatan yang harus dihindari *Wiweka*.
*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu untuk selalu berpegang teguh pada kebenaran *Satyam*, gunakan selalu *Wiweka* guna memilah milah perbuatan yang baik untuk dijadikan penerang dan pedoman dalam kehidupan sehari hari dalam keluarga *Memadangi kulawarga Saha wandu wandawa*. Niscaya, akan dapat selalu berpikir bersih *Satvika Vidya*, bertutur kata yang santun serta bertingkah laku yang suci , murni sesuai ajaran Dharma.
(Slokantara 56 & Nitisastra IV. 1)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Kesabaran
*Mutiara Weda*
09/ 07 /2022
*K E S A B A R A N*
*Umat se-dharma*, jika direnungkan dalam menjalankan proses samsara dalam kehidupan ini ibaratkan *berjalan jauh* dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan/ jalur jalan yang semestinya dilalui dengan harapan sampai ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.
Proses memilih jalan pintas akan terasa menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya. Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya. Begitu juga dalam keseharian, Sangatlah mustahil rasanya akan mampu mengeluarkan Tutur kata yang selalu terjaga, sopan & santun dengan intonasi yang enak didengar tatkala di dalam hati sanubarinya tidak memiliki *kesabaran atau Ksama*
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu tanamkan kesabaran dalam hati dan selalu melatih diri untuk sabar. Sehingga tutur kata dan Ucapan akan selalu sinergis, indah, enak di dengar dan mengalir dalam Wacika Parisudha *Tri Kaya Sandhi* dengan landasan Budhi luhur & ketulusan hati.
(SS.92-95)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Sat, Cit Ananda
*Mutiara Weda*
10/ 07 / 2022
*Sat, Cit, Ananda Brahman*
*Umat se-dharma*, Dalam Pustaka suci Weda mengajarkan untuk selalu Setia, Jujur dan memegang teguh Kebenaran dalam menuju ketenangan dan kedamaian Bathin *Parama Santih*
Satyam Eva jayate Nanrtham, Sura Dira Jayengningrat Lebur dening pangastute
Kebenaran dan kejujuran menjadi sifat dan hakekat ke-Tuhanan *Sat, Cit, Ananda Brahman* sebagai bagian dari dasar keyakinan atau Sraddha Dalam ajaran agama Hindu. Kesetiaan dan kejujuran itu timbul bukan dari orang lain melainkan tumbuh dari dalam diri masing masing.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk membangun & memupuk kesetiaan , kejujuran dan rasa tanggungjawab akan kebenaran melalui pengamalan ajaran *Panca Satya* : Satya Wecana, Satya Hrdaya, Satya Mitra, satya Samaya dan satya Laksana serta membuang jauh jauh sifat angkuh & sombong *wak Purusya*. *Niscaya* akan dapat menumbuhkan sifat sifat kedewataan *Daivi Vak* yang ada dalam diri, sehingga terwujudnya *Lalita Hita Karana* jalan menuju kamoksan/kebebasan yang abadi.
(Sarasamuscaya ,130-131)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Keangkuhan
*Mutiara Weda*
11 /7/ 2022
*Ke-Angkuhan*
*Umat se-dharma*, Jika direnungkan hidup menjelma menjadi manusia di mayapada ini selalu dibayang bayangi oleh rasa Keangkuhan *mada* yang sering tak terpikirkan dan tidak disadarinya bahkan sering diabaikan yang dapat membawa malapetaka baginya. Keangkuhan merupakan bagian dari enam musuh yang ada dalam diri setiap umat manusia *Sad Ripu* yang dapat membelenggu & menghancurkan jiwa manakala tidak mampu untuk mengendalikannya.
Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :
*Vidya mada* ; angkuh atau sombong karena pengetahuan atau kecerdasannya.
*Dhana mada*; Keangkuhan atau mabuk karena kekayaan,
*Kula mada* ; keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*
*Oleh karena itu*, kendalikan keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri *Anyekung Jnana* dengan memantapkan pengetahuan rohani *Jnana* dan Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terkendalinya Indrya dan dapat terlepas dari pengaruh *Mada* menuju suatu kebahagiaan *Satyam, Sivam & Sundaram*
( Vreti sasana II b.78 )
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Jangan Pelihara rasa Dengki
Bhakti Jalan Berserah diri
*Mutiara Weda*
13 /07/2022
*Bhakti : Jalan Berserah Diri*
*Umat se-dharma*, Bhakti marga merupakan bentuk penyerahan diri secara tulus sebagai salah satu sarana atau jalan dalam berhubungan & mendekatkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa / Sang Maha Pencipta.
Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*. Sedangkan rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi dengan cara membuat simbol simbol / *Nyasa* di sebut *Prapatti Bhakti*.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam berhubungan dengan-Nya dengan landasan penyerahan diri melalui pemantapan kualitas rohani *Bhakti*, *Parama Prema Bhakti* dan Prapatti Bhakti*, serta selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini menemui kebahagiaan dan terhindar dari bencana dan Malapetaka. ( BG.XVI.21)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta
Hukum Karma Phala
Waspadai Tanda Jaman Kaliyuga
Karma dalam Tri Samaya
Buah Jnana
Pentingnya Pengendalian sifat Krodha
*Mutiara Weda*
18/ 07/2022
*Pentingnya Pengendalian sifat Krodha*
*Umat se-dharma*, EMOSI yang tidak terkendali melahirkan tindakan yang membabi buta berakibat timbulnya Kemarahan atau Krodha. Demikian pula, Kemarahan /*Krodha* merupakan energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan* segala galanya manakala tidak mampu untuk mengendalikannya. tatkala pikiran *Citta* terpusat, sang jiwa bisa *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah / *Krodha* tersebut.Jangan Menghumbar sifat sifat Emosi.
Pelayanan yang paling mudah untuk dilakukan adalah dengan senyuman karena senyuman itu adalah karunia Hyang Widhi yang bernilai tinggi sebagai jembatan yang menghubungkan dua jiwa, jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan. Di samping itu juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa.
*Oleh Karena itu*, sebagai umat Hindu *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, Kendalikan Emosi, hilangkan rasa benci dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN* baik *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa