Senin, 18 Juli 2022

Adqesta Sarva Bhutanam

*Mutiara Weda*
07/07/2022

*Adwesta sarva bhutanam* 

*Umat Se-dharma*,jika disadari, sesungguhnya segala bentuk pemujaan ataupun Tapa hanyalah untuk mengendalikan pikiran.  Pikiran   penyebab keterikatan atau kebebasan. Begitu juga  pikiran pula sebagai rajanya nafsu *Rajendrya*, setiap  umat manusia harus mengarahkan pikiran agar tenang & terkendali *Nirodha* sehingga  terpusat pada-Nya *Dhyana*

Orang yang disayang Tuhan  sesungguhnya  orang yang tidak membenci siapapun  *Adwesta sarva bhutanam* , jangan melihat yang jahat, lihatlah yang baik. Jangan mendengar yang jahat, dengarlah yang baik.  Jangan membicarakan yang jahat, berbicaralah dengan baik.  Jangan memikirkan yang jahat, pikirlah hanya yang baik. Jangan melakukan yang jahat, lakukanlah yang baik,  semuanya ini sebagai jalan menuju-Nya.

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  mengendalikan dan menjaga kesucian pikiran. pikiran menjadi penyebab akan adanya perbedaan dalam perbuatan / berkarma, pikiran merupakan unsur yang menentukan mulai dari perkataan dan perbuatan *Karmana Pascat pradhanam vai Manastatah*.  Niscaya,  pikiran akan selalu terkendali, melahirkan perbuatan baik serta  selalu berada dalam Lindungan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Sat Sanggha*
( SS 79-87 & BG XII.13.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Daivi Vak

Endapkan selalu Jiwa Yang Indah

Kuningan

*Mutiara Weda*
18 /06 /2022

*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani

*Umat se-dharma*, Pada  hari  ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan  yang jatuh pada hari ke 10  setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat  Hindu melakukan persembahan dan pemujaan  kehadapan  SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.

Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan  pada pagi hari  sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu  ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari  berlalu memasuki *masa pralina*  energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.

*Oleh karena itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha*  dengan memperbanyak   introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. Niscaya akan dapat  terbangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri.

*Tityang  Sekeluarga Mengucapkan Rahajeng Hari Suci Kuningan Dumogi  Kualitas rohani semakin  kuat, kokoh & Rahayu Sareng Sami*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketidakpuasan

*Mutiara Weda*
11/06/2022

*Ketidakpuasan*

*Umat Sedharma*, dalam susastra ada tersurat  bahwa  *na trpti rajno dhanasangrahena...dst* ; seorang  raja,  tidak akan pernah puas pada harta bendanya yang telah dimilikinya,  demikian juga halnya   dengan Samudera   tidak akan pernah puas dengan air- air sungai  yang membanjirinya, begitu pula halnya dengan orang yang  bijaksana tidak akan pernah merasa  puas dengan ilmu  pengetahuan yang telah  dimilikinya .

Sesungguhnya tidak semua ketidakpuasan itu baik ataupun buruk namun setiap umat haruslah mampu membedakan mana yang baik  yang wajib dilakukan dan mana  perbuatan buruk  yang dapat menjerumuskan.

*Oleh karena itu*, Sebagai umat Hindu bangun &  pupuk rasa   ketidakpuasan dalam berbuat  suatu kebajikan serta  mengejar ilmu pengetahuan rohani *Kedhyatmikan*  untuk mencapai kesempurnaan hidup dengan landasan ajaran *Wiweka*. *Niscaya*, Umat Hindu akan selalu berada pada jalan Dharma *Yasa Kerti* dan terhindar dari kejahatan *Duryasa*. (Slokantara.44 & SS.320)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pahami & Kuatkan Ageman Dalam Beragama

*Mutiara Weda*
12 /06 /2022

*Pahami & Kuatkan  Ageman  Dalam  Beragama*

*Umat Se-dharma*,   faktor yang sangat penting & menjadi  benih atau cikal bakal dalam penguatan  beragama bagi umat Hindu sesungguhnya  adalah *agem ageman* dalam bentuk *Sradha*,  manakala kurangnya akan keyakinan, bingung bahkan  ragu akan  agamanya dapat dipastikan rapuhnya pondasi agama yang  berdampak pula pada rapuhnya  pemahaman  inti sari dari ajaran agama.

Pemahaman ajaran agama secara benar menjadi suatu keharusan dan bersifat mutlak  melalui  *Tattwa Tattwa agama, Ethika agama maupun Acara agama*  dengan berpegang teguh pada *sumber sumber Dharma*  serta  pokok pokok  Dasar  ajaran  Tiga kerangka dasar  ajaran  serta  menjadi roh atau jiwa  ajaran Hindu Dharma yang wajib dilaksanakan secara sinergis  *Tri Jnana Sandhi*  bagi  umat Hindu.

*Oleh karena itu*,  marilah kita sebagai Umat Hindu  untuk memegang teguh *Agem ageman * dalam beragama   dengan mempelajari kembali  Pustaka suci Weda secara benar, utuh dan sempurna baik  melalui *Weda Sruti* maupun *Weda Smertih* dengan cara  belajar Weda secara  bertahap berjenjang dan komprehensif serta  tidak dibenarkan belajar Weda menggunakan jalur  jalan pintas  dengan  berdalihkan praktis, simpel, mudah, sederhana  dan sejenisnya yang cenderung menyesatkan. Niscaya umat Hindu akan Ajeg dengan  Dharmanya, kuatnya Sradha  serta  kokoh akan ajarannya yang  *Sanatana Dharma* dalam mewujudkan umat Hindu yang  S A N T I H  *manah santih* maupun *paramasantih*,  kebahagiaan Sekala maupun Niskala,  Jagadhita & Kamoksan nantinya.
( kitab Swastika Rana & Weda Sabda Suci Tuhan)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

SangHyang Dharma

*Mutiara Weda*
16/06/2022

*SangHyang Dharma*

*Umat sedharma*, Kata Dharma berasal dari akar kata Dhr yang bermakna  Kewajiban, pedoman, tuntunan, kebajikan, kebenaran dll sebagai tuntunan suci  yang sering dikenal dengan sebutan *SangHyang Dharma*. Dimana ada Dharma,  kebajikan dan  kewajiban  serta kebenaran dipatuhi disana akan ada kemenangan begitu pula  orang yang melindungi Dharma akan dilindungi oleh Dharma pula.  Untuk melindungi orang yang baik dan memusnahkan orang orang yang jahat, Dharma pulalah menjadi Bentengnya .

Manakala Dharma mengalami kelunturan, kemerosotan dan Tirani merajalela  dapat dipastikan menuai  penderitaan maupun  kesengsaraan dan orang seperti ini disebut orang kesasar dan tersesat dari jalan kebenaran *Ika Kabancana Ngaranya*

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk menyadari bahwa karakter  dan pengaruh jaman Kaliyuga begitu besar ; manusia cenderung menjadi kegila gilaan, suka bertengkar , berebut kekuasaan dan tidak mengenal akan dunianya sendiri , bergumul dengan saudara sendiri dan mencari perlindungan pada orang lain, sehingga  memahami, mengamalkan dan  menegakkan  ajaran  agama  secara  benar sebagai  satu satunya pilihan  serta menjadikan pustaka suci Weda  sebagai landasan atau pijakan yang bersifat mutlak.   *Niscaya* akan terbangunnya umat Hindu yang bijaksana dan mampu mengendalikan Inderanya *Stithaprajna* menuju umat Hindu yang  *Satyam*,  *Sivam* & *Sundaram*.
(BG IV.8 & Nitisastra IV.10.hal.274)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Hidup sebuah Penderitaan

*Mutiara Weda*
17/06/2022

*Hidup Sebuah Penderitaan*

*Umat se-dharma,  Dalam ajaran agama Hindu proses kehidupan yang selalu berputar  putar / berulang ulang  lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara. Samsara pada dasarnya  adalah suatu  penderitaan.  menderita disebabkan karena Dosa.

Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain  atau yang baru dengan disertai karma wesana sebagai pengikutnya setianya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu haruslah  memahami  betul  akan  samsara itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi,  lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* jalan menuju alam kamoksan.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Kuningan

*Mutiara Weda*
18 /06 /2022

*Kuningan* : Peningkatan Kualitas Rohani

*Umat se-dharma*, Pada  hari  ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan  yang jatuh pada hari ke 10  setelah Galungan mengandung makna tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat  Hindu melakukan persembahan dan pemujaan  kehadapan  SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.

Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan  pada pagi hari  sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu  ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari  berlalu memasuki *masa pralina*  energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.

*Oleh karena itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha*  dengan memperbanyak   introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. Niscaya akan dapat  terbangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri.

*Tityang  Sekeluarga Mengucapkan Rahajeng Hari Suci Kuningan Dumogi  Kualitas rohani semakin  kuat, kokoh & Rahayu Sareng Sami*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Sinergiskan Unsur Trisakti

*Mutiara Weda*
19/06/2022

*Sinergiskan Unsur Tri Sakti*

*Umat se-dharma*, dalam ajaran agama Hindu ada tiga sifat yang selalu melekat pada diri setiap umat manusia yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dirinya,  ketiga sifat  itu  di sebut *Tri Sakti*

Ketiga sifat atau Tri Sakti meliputi :

*Sakti Dharma* :  sifat yang ditimbulkan oleh guna satwam dalam bentuk ketenangan, kesabaran, keadilan dan beradab

*Sakti Kama*:  pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna rajas berupa sifat yang  gerakannya penuh agresif, penuh emosi yang dapat pula mengantarkan orang  pada puncak kesuksesan.

*Sakti Artha* : pancaran sifat yang ditimbulkan oleh guna Tamas berupa gerakan yang sangat lamban, malas, ingin enaknya sendiri.

*Oleh karena  itu* , sebagai umat Hindu bangun keseimbangan dan Sinergiskan   kekuatan yang ada dalam diri   *Tri Sakti* tersebut dengan  menyelaraskan  pengaruh Guna atau Tri Guna tattwa   dengan melatih kesabaran dan ketenangan pikiran *Citta* sehingga terhindar dari Prilaku  prilaku  buruk atau Asubha Karma. *Niscaya*  akan dapat terbangunnya Kedamaian dan Kebahagiaan sekala maupun Niskala.  ( Weda Samhita & BG.XII.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Gugon Tuhon

*Mutiara Weda*
20/06/2022

*Gugon Tuwon :  Mule Keto*

*Umat sedharma*, Jika direnung renungkan Istilah nak *mule keto* atau memang begitu adanya   dan menjadi gugon Tuwon  yang digunakan serta dipopulerkan oleh para leluhur pada jaman dahulu bukanlah    sekedar   istilah semata mata  dan bukan pula suatu kelemahan ataupun pembodohan melainkan  suatu   *Teknik*, *Cara* , *Methoda* serta  *Strategi*  yang sangat luar biasa yang diterapkan leluhur  guna menanamkan dan menyelamatkan serta mengamankan ajaran Hindu sesuai dengan situasi dan kondisi  pada masa itu  sehingga ajaran Hindu  bisa  diwariskan pada generasi muda  dengan Bali sebagai Centralnya serta dipancarkan  kembali menusantara atau membumi   *Dharma Vahini*

Istilah Mule keto dan menjadi   Gugon Tuwon mengandung makna bahwa ajaran Hindu tidak boleh diragukan kebenarannya karena bersifat mutlak, pun tidak bisa dirasiokan karena ajaran Hindu merupakan suatu  keyakinan sehingga  disebut kitab agama dengan  berbagai karakteristik  : Anandi Anantha, Fleksibel, Universal dan sanatana Dharma begitu pula bukanlah buatan manusia *Apaurusya*

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu Untuk  yakin akan  kemutlakan Pustaka suci Weda  dan  mempelajari serta menjalankannya dengan baik   melalui  jalan secara bertahap, berjenjang dan berkelanjutan beserta sumber sumber Dharma lainnya : Sruti, Smerthi, Sila,Sistacara dan Atmanastute. Niscaya ajaran Hindu akan tetap ajeg,  Langgeng  *Sanatana Dharma*, menuju  umat Hindu yang  kuat, kokoh akan  Sradha -  Bhaktinya serta berputarnya  *Cakra Dharma*  secara sinergis :  Satyam, Sivam dan Sundaram (Weda Samhita  & Cautilya Nitisastra. IV.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Pancaran rwa Bhineda

*Mutiara Weda*
21/06/2022

*Pancaran Rwa Bhineda*

*Umat Se-dharma*,  Jika direnungkan hidup menjelma menjadi  manusia,  selalu dibayang  bayangi & dibelenggu oleh siklus rwa bhineda, dua hal yang berbeda ; baik - buruk, suka  maupun duhka dll  selalu menyertai dan mendampingi kehidupan umat Manusia sehingga menempatkan serta  menggunakan  Wiweka menjadi satu satunya jalan. 

Manakala pikiran gelap dan perasaan  mati, dapat dipastikan tidak akan dapat  menjalankan *Wiweka*  dengan sempurna, menimbang nimbang membedakan  antara yang baik dan  buruk, antara benar maupun  yang salah. *Rwa bhineda* dengan kemasan *Bhineka tunggal Ika* sebagai dua tattwa yang bersepupu karena keduanya mengajarkan dan membimbing umat Hindu  untuk menghargai suatu perbedaan,  berbeda beda  namun tetap menjadi satu dan menghindarkan diri dari sikap saling mencurigai  yang dapat menjadi ramuan faham fanatisme yang berujung pada permusuhan dan perkelahian.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi suatu kewajiban untuk memahami akan hakekat *Tattwa rwa Bhineda* dan *Bhineka Tunggal Ika* dengan penuh kesadaran dan ketulusan hati berlandaskan ajaran Dharma  dengan pustaka suci Weda sebagai satu satunya Pijakan  serta menggunakan  *Wiweka* dalam menentukan  pilihan  hidup, baik memilih menggunakan jalan aman dan tanpa hambatan *whrite dharma*  maupun  memilih jalan yang penuh hambatan dan rintangan *Nishiddha* yang wajib dihindari.  Niscaya Pancaran rwa Bhineda akan dapat memberikan Energi positif bagi setiap umat Hindu dalam membagun umat Hindu yang penuh kedamaian, *Manah Santih maupun Parama santih.  (BG.XIV.13  &  SS.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Perkuat Nurani dengan Satyam

*Mutiara Weda*
22 /06/2022

*Perkuat Nurani dengan Satyam*

*Umat se-dharma*, dalam susastra ada tersurat bahwa “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang. Buanglah  jauh jauh sifat  saling Memfitnah /Raja pisuna serta sifat  saling menjatuhkan,  Perkuat Nurani dengan  perkuat nilai nilai Kebenaran *Satyam*

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma *Satyam*  dalam menjalankan *Tri Kaya Sandhi* berpikir, Bertutur kata dan bertindak. Niscaya akan dapat terbangunnya umat Hindu Yang Santih, Manah Santih maupun Parama santih, lahir ataupun bathin.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Panca Klesa

*Mutiara Weda*
23 /06/2022

*Panca Klesa*

*Umat se-dharma*, umat Hindu  dalam membangun  kelanggengan hidup dan kebahagiaan abadi  bagi sang jiwa  *Sat Cit Ananda* , ada lima rintangan yang mesti akan dihadapinya  dalam menjalankan proses kehidupan di alam samsara ini yang di kenal dengan sebutan  *Panca Klesa*

Kelima rintangan   yang dapat mengganggu jalannya proses kehidupan dalam mencapai kesempurnaan hidup dan menjadi tantangan bagi kehidupan umat manusia   tersebut antara lain :

*Avidya* : Kegelapan, kebodohan atau ketidaktahuan.
*Asmita* : Keangkuhan dan kesombongan
*Raga* : sifat selalu berada dalam  Keterikatan
*Abhiniwesa* : ketakutan akan kematian
*Dwesa* : Rasa Benci  kepada orang lain.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu dalam mencapai tujuan hidup yaitu suatu  kebahagiaan dengan jalan    lepaskan diri dari berbagai rintangan tersebut diatas  melalui  peningkatan kualitas rohani serta tampakkan suksme sarira *Udana Vayu* dengan cahayanya  sehingga mampu melihat suksme sarira sebagai suatu *Aura*. Niscaya kualitas spiritualitas bagi setiap umat Hindu akan dapat terbangun menuju kedamaian Hidup, disekala maupun Niskala nantinya.
( BG.XIII.23 & Wrspati Tattwa.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Endapkan selalu Jiwa Yang Indah

*Mutiara Weda*
24/ 06/2022

*Endapkan selalu Jiwa Yang Indah dalam Diri*

*Umat se-dharma*, menemukan kebahagiaan & kesenangan  bathin dengan cara mencari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibaratkan  menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh.

Sebagai umat manusia yang penuh dengan keterbatasan untuk selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain, jangan membiasakan  mencari kekurangan,  kesalahan dan kelemahan  dari orang lain begitu pula, Jangan mengabaikan kebaikan dari orang lain.

*Oleh karena  itu*,  sebagai umat Hindu Endapkan selalu di dalam hati, jiwa-jiwa yang indah, manakala selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu ketika pasti  akan berjumpa dengan bagian dari  diri kita yang terindah dengan memantapkan   kesadaran diri melalui peningkatan kualitas rohani *Samyag Jnana* . *Niscaya*,  dalam menjalalankan kehidupan akan  mendapatkan kedamaian & Keharmonisan.(SS.341-345)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Daivi Vak

Jangan Pernah Berhenti Menabur Kebajikan

R e n u n g a n   M a l a m

*Mutiara Weda*
23 / 06 /2022

*Jangan Pernah Berhenti Menabur Kebajikan*

*Umat se-dharma*, Jika di  renung renungkan, Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda bahwa dia hanya memiliki kebencian di dalam dirinya, akan tetapi, orang  yang memiliki kebajikan /*Dharma* dapat dipastikan dia akan memancarkan ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini*  dalam hidupnya.

Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai kalau di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan dendam.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti dalam menabur kebajikan,  bangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam  hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi.  Niscaya hidup yang Santih , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud.
(kitab Ramayana & Panca Siskanya Angaji)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Daivi Vak

*Mutiara Weda*
25/ 06 /2022

*Daivi Vak*

*Umat Se-dharma*, Perlu kita sadari bahwa ;   Betapapun indah & bersihnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan  seindah apapun, masih akan Ada noda,  benih benih kekotoran  tertinggal didalamnya.

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan, wujud *Kerendahan Hati* dan Sadar dan Amulatsarira  menjadi pegangan serta pedoman bagi umat Hindu  dalam penerapan ajaran ajaran   Ethika.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu marilah  selalu  belajar dan belajar memperbaiki dan membenahi  diri, tanamkan sikap *rendah hati* serta  tumbuhkan sifat  sifat kebajikan yang ada dalam diri  *Daivi Vak* serta  selalu menjaga keseimbangan  kualitas  diri antara :
*Vihara*  :  mental,
*Ahara*   :  Intelektual dan Ausadha* : Kesehatan.  Niscaya akan  terwujudnya kualitas  umat manusia yang memiliki kemantapan  mental rohani.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa

Beragama Jangan Lepas dari Ageman

*Mutiara Weda*
26/06/2022

*Beragama Jangan Lepas dari Ageman*

*Umat se dharma*,  dalam Pustaka suci ada menyebutkan ;
*Šrutistu vedo vijñeyo dharmaṡāstram tu vai smṛtiá
te sarvātheṣva mimāmsye tābhyāṁ dharmohi nirBabhau*

Artinya :
Yang dimaksud dengan Sruti, ialah Veda dan  Smrti adalah Dharmasastram, kedua  pustaka suci ini tak boleh diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya sumber Dharma.

Kebhinekaan dalam Hindu bukan berarti  memiliki kitab suci yang berbeda beda dan bukan pula   suatu kebebasan atau perbedaan tanpa batas atau tanpa ikatan  melainkan perbedaan yang  *berbingkaikan* pada pustaka suci  Weda sebagai  satu satunya *Ageman yang bersifat mutlak*.  Pustaka Suci Weda menjadi Identitas dan Karakter agama Hindu sebagai  Kitab suci, baik Weda Sruti maupun Weda Smerthinya   sebagai suatu *kebenaran mutlak* dan menjadi *kitab Agama*. Demikian pula,  dasar keyakinan yaitu *Panca Sradha* dan  pokok pokok ajaranya *Tri Kerangka Dasar* sebagai  pedoman Dasar  dalam Beragama Hindu. Manakala Berbeda dalam *Agemannya* dapat dipastikan akan menimbulkan kerancuan, perbedaan  dan  kerapuhan dalam pemahaman  ilmu agamanya  yang   dapat mengganggu kenyamanan  dan kedamaian umat Hindu  berujung pada *Perkelahian* dan *pertengkaran*.

*Oleh karena itu*   sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meningkatkan kualitas  *Sradhanya* dan pokok pokok ajaranya dengan  berfalsafahkan *Bhineka Tunggal Ika* ;' berbeda suku, berbeda budaya, berbeda adat ataupun Tradisi  tetapi tetap satu pegangannya yaitu *Kitab Suci Weda*  maupun  sumber sumber Dharma lainnya sebagai bentuk pengejewantahannya.  Sebagai umat Hindu memiliki kewajiaban suci yaitu  *memahami*,  *mempelajari* dan *mengamalkan* serta *mengamankan* ajaran agama Hindu dengan pustaka Wedanya. Niscaya akan dapat terwujudnya Umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis. ( MDS. II.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta


Bangun soliditas Umat Hindu

*Mutiara Weda*
27 / 06 / 2022

*Tri Mala Paksa*

*Umat Se-dharma*, Jika kita cermati dari sisi ajaran Ethika Hindu ada tiga sifat  *buruk* atau *kotor* yang selalu melekat dalam diri umat manusia sebagai  akibat dari pengaruh buruk   *Indrya/ Nafsu*  yang tak terkendalikan dan bertentangan dengan nilai nilai Dharma yang dapat mengganggu *Soliditas*,   kenyamanan, Kerukunan dan  Kedamaian umat Hindu.  Pengendalian gerak pikiran menjadi faktor penting  dan  penentu bagi kehidupan setiap  umat manusia  *Citta Vrtti Nirodha*.

Ketiga sifat buruk dan  kotor tersebut
*Mithia Hrdaya* :  sifat yang selalu berprasangka buruk terhadap orang lain
*Mithia Wecana*  :  selalu bersifat sombong dan angkuh
*Mithia Laksana*  :  berprilaku kasar dan tidak sopan.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu  untuk selalu mengendalikan  gerak  Laju pikiran
*Citta Vrtti Nirodha*, tempatkan dan pancarkan *Gayatri mantram* sebagai ibu dari *Weda*
*Gayatri Chandasam Matha” serta gunakan  Ethika Agama setiap melakukan tindakan sehingga terhindar dari pengaruh *Tri Mala Paksa* [ *Kasmala* : perbuatan kotor, *Mada*: Perkataan yang kotor dan *Moha*: berpikiran Kotor].  Niscaya tidak akan menemui hambatan dalam menjalankan  *Tri Kaya Sandhi* sehingga  dapat terbangunnya umat Hindu yang  *Rukun*, *Damai* dan *Harmonis* serta berputarnya *Cakra Dharma* secara sinergis ; *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram*.
(Kitab Widhi Sastra & Manu Smrthi.IV.256)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jana Kertih

*Mutiara Weda*
28/06/2022

*Jana Kertih*

*Umat sedharma*, dalam susastra ada mengungkapkan ; Orang yang memiliki keinginan  untuk  berbuat bebas tanpa  *keakuan* dapat dipastikan akan mendapatkan kedamaian serta  keharmonisan dalam hidupnya.

Orang yang berjiwa sabar, Tenang  & Tulus Ibaratkan  air yang masuk kedalam Samudera, walaupun  terus menerus namun tetap tenang tak bergerak,  demikian juga halnya dengan  orang  yang berjiwa  sabar & tenang akan mencapai kedamaian, walaupun semua kesenangan ada padanya tetapi bukan berarti mengumbar  hawa nafsunya.

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat Hindu untuk selalu meningkatkan serta menegakkan kesucian  diri masing masing  *Jana Kertih*  serta  membangkitkan    kesucian jiwa dengan menjalankan ajaran *Tingkahing Brata*  melalui  pemusatan pikiran dan pengendalian *panca Indera* dari segala obyek keinginan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu  yang bijak dan memiliki  Aura atau  vibrasi energi positif yang kuat.
(BG II.65-72)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Dharma Prawrti

*Mutiara Weda*
29/ 06/2022

*Dharma Prawrtti*

*Umat se-dharma*,  Tiga sifat Kemahakuasaan Tuhan/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam  Menciptakan, memelihara, dan melebur , ketiganya melekat dalam perwujudan Tuhan sebagai *Tri Murti*. Demikian juga kelahiran /Utpati,  Kehidupan / Sthiti  dan kematian / Pralina  *Tri Kona* merupakan hukum kodrat Tuhan *Rta* bagi setiap yang hidup di alam semestan ini.

Pada dasarnya keadaan  terlahir menjadi manusia  menunggu masa kanak-kanak dan masa kanak-kanak menunggu masa muda dan setelah masa muda menunggu masa Tua demikian juga  masa Tua tercapai  menanti kematian kembali pada pangkuan ibu Pertiwi.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  pada masa proses  samsara dalam menjalani  kehidupan  untuk selalu  berusaha melakukan perbuatan berdasar pada  ajaran  kebenaran *Dharma Prawrtti*.  Niscaya dengan selalu berada pada  jalan Dharma akan dapat menuju Kebahagiaan sekala maupun Niskala Nantinya, Jagadhita maupun Kamoksan Nantinya. ( sarasamuscaya,29 dan Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Selaraskan Unsur Triguna Dalam Diri

*Mutiara Weda*
30/06/2022

 *Selaraskan Unsur Tri Gunatattwa Dalam Diri*

*Umat Se-dharma*, jika kita renungkan, *Krodha* atau  sifat pemarah, sifat mudah  Emosi  sering menggerogoti jiwa umat manusia yang tanpa disadarinya.  Dan emosi merupakan perkara yang  dianggap sangat sulit untuk dikendalikan, manakala emosi terlampau di tekan maka akan terciptanya suatu kebosanan dan bila tidak dikendalikan  akan dapat melahirkan sifat ekstrem dan dendam  yang terus menerus secara membabi buta   yang  dapat mengakibatkan timbulnya   berbagai  macam penyakit dalam diri yang bersangkutan.

Sesungguhnya Akar persoalan timbulnya  *Emosi* akibat dari ketidakmampuan menyelaraskan Unsur unsur  *Tri Guna*  ( Satwam, rajas dan tamas).  Tri Guna yang ada dalan diri manusia akan melahirkan kecendrungan sikap dan  prilaku serta cara Berpikir seseorang, apapun macam *Guna*  yang mempengaruhi.  Jadi Emosi sangat ditentukan oleh kecenderungan kecenderungan  unsur *Guna* yang menguasainya, manakala  dikuasai oleh unsur *rajas* maka sifat  pemarah dan geram akan menunggangi & menyelimuti jiwanya.

*Oleh karena itu*. Sebagai umat Hindu Sinergiskan unsur Tri Gunatattwa dalam diri dan  kendalikan  sifat emosi  pengaruh  dari unsur  *rajas* itu dengan menyusupkan kecendrungan  *Satwika guna* atau mengendalikan unsur *Rajas* dengan unsur *Satwam* serta selalu  berusaha mengimplementasikan ajaran Ethika Hindu dengan prioritas pada kemampuan dalam  pengendalian diri lahir & bathin *Yama* dan *Nyama*.  Niscaya *Emosi* perlahan lahan akan terkendali menuju Kedamaian *Manah  Santih maupun *Parama Santih*. (Tattwa Jnana 10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Visudha Karma

*Mutiara Weda*
02/07/2022

*Visudha Karma*

*Umat Se-dharma*, dalam susastra  ada  menyebutkan ;
Sesungguhnya  semua umat manusia memiliki kebebasan, bebas menentukan kehendaknya  dan sepenuhnya pula bertanggung jawab atas semua perbuatannya sendiri *Svatantra Katah*. Demikian pula, tak satupun manusia bisa
 luput dari kerja walaupun hanya sesaat,  oleh hukum alam  manusia dibuat tidak berdaya  untuk selalu bekerja.

 Kualitas perbuatan  menentukan kehidupan sekarang maupun kehidupan dimasa yang akan datang,  begitu juga  se- kecil apapun perbuatan yang dilakukan jika dilandasi dengan hati yang tulus, lascarya akan membawa kebaikan yang luar biasa seperti  *Sebutir Biji pohon Beringin* yang jika tumbuh, dirawat dengan baik setelah besar akan dapat menjadi tempat berteduh bagi semua umat manusia. 

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu  mantapkan kualitas *Sradha* dan *Bhakti* dengan  melakukan kerja tanpa ikatan *Visudha Karma* sehingga terwujudnya *Pencapain tertinggi* yaitu *Kamoksan* atau *Kelepasan*, terbebas dari keterikatan,  bekerja sebagai suatu kewajiban, dengan pijakan Bekerja  untuk semua  *Sarvodaya*. Niscaya, akan terhindar dari Karma buruk /  Karma Jahat *Wikarma*.
( Slokantara Sloka 19 ,4 & BG V.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jadma Kesasar

*Mutiara Weda*
01/07/2022

*Jadma Kesasar*

*Umat Sedharma*, jika kita lihat dalam susastra ada tersurat bahwa Manakala  Mendapatkan  kesempatan lahir &  hidup menjelma menjadi manusia   ingkar akan pelaksanaan Dharma, dan justru  mengejar kenikmatan duniawi,   menumpuk segudang  kekayaan serta berbagai  kepuasan nafsu duniawi dengan  berhati tamak orang seperti ini disebut *Jadma  Kesasar* atau *manusia  Sesat*.

Sesungguhnya  hidup menjelma menjadi manusia sangatlah utama  sebagai suatu  kesempatan untuk membenahi diri demikian juga terlahir menjadi manusia sangatlah pendek, singkat tak ubahnya gerlapan sinarnya  kilat dan sangat sukar untuk didapat ataupun diperolehnya.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan sia siakan kesempatan  lahir menjalankan proses Samsara / reimkarnasi  serta pergunakan kesempatan   menjelma menjadi manusia dengan sebaik baiknya  yaitu  untuk menjalankan dan menegakkan ajaran  Dharma *Sevaka Dharma* dan memancarkannya pada setiap umat manusia   *Dharma Vahini*.  Niscaya Umat Hindu akan mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia  sekala maupun Niskala, Jagadhita lan Kamokhsan Nantinya.
(SS. 8 & 9)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dharmaning Agama

*Mutiara Weda*
03 /072022

*Dharmaning Agama*

*Umat Se-dharma*,  Umat Hindu dalam menjalankan *Dharmaning hidup*  memiliki kewajiban suci  yang di sebut *Dharmaning Agama* yaitu berkewajiban untuk  mempelajari,  memahami dan memancarkan isi kitab suci Weda  *Dharma Vahini*  serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga* atau *Vruh ring sarva Jnana*  sehingga dapat menjalankan *Wiweka* dengan baik.

Umat Hindu dalam  Berpikir, bertutur kata serta berbuat dalam menjalankan aktifitasnya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  serta teropongan  dari  ajaran kebajikan *Sesana* dan  kepatuhan terhadap guru Wisesa  yaitu *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam membangun
keluhuran dan kemuliaan budhi *paramita*  dan  keharmonisan dalam hidup *sundaram* dengan jalan  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  kebenaran *Sesana*  serta taat  & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Maduryabhawa

*Mutiara Weda*
04/ 07 / 2022

*Maduryabhava*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam  mewujudkan rasa cinta kasih yang suci dan tulus kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dikenal dengan nama *Bhakti* baik pada tataran  *Para Bhakti* maupun *Apara Bhakti* dalam doa mantram dikenal dengan *Subhasita*

Bentuk bhakti atau *bhavabhakti* secara mendalam, suci ,tulus dan sejati  dalam ajaran Hindu dikenal dengan nama *maduryabhava* sebagai bentuk bhakti yang paling utama  dan tertinggi.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas bhakti dengan meningkatkan kualitas rohani berupa penyerahan diri secara tulus dan sejati kepada-Nya dengan jalan selalu mengingat dan menyebut kebesarannya/ *Namasmaranam*,  mengulang ulang secara konstan terus menerus/ *berjapa* ataupun mengucapkan doa/ lagu pujaan *mantram* serta melantunkan Dharma gita atau *Bhujana*.
(Reg Veda,VIII. & BG XVIII.65)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Minggu, 17 Juli 2022

Prasiddhaamentas Ing Bhawarnawa

*Mutiara Weda*
05/07/2022

*Prasiddhamentas ing bhawarnawa*

*Umat sedharma*, Jika direnungkan   Manah atau Pikiran  itu  sesungguhnya  penyebab dari penderitaan & kesengsaraan  tatkala pikiran dicemari oleh hawa nafsu dan berbagai kekotoran *Ahangkara Jnana*.  Apabila pikiran itu bersih dan suci  tidak dihinggapi kekacauan,  tidak dibelenggu oleh  nafsu  serta  berbagai kecemaran *Satvika Vidya*, itulah sebenarnya hakekat Kedamaian dalam agama Hindu *Medharma Santih*  landasan  menuju  kebebasan sejati *Kamoksan* nantinya.

Proses kehidupan  dalam Suka maupun duhka yang dialami , pangkalnya adalah kebodohan, kebodohan ditimbulkan oleh kelobaan dan kelobaan itu asal dari kebodohan oleh karenanya kebodohanlah asal mula kesengsaraan.

*Oleh karena itu*,   bangun kualitas diri dengan menghilangkan kebodohan dan melenyapkan  kelobaan atau kerakusan   *Ahangkara jnana* yang  menjadi sumber dari kesengsaraan. *Niscaya*,  akan dapat terbangunnya umat Hindu yang Tenang dan Damai  serta bebas   dari penderitaan &  kesengsaraan baik dalam  proses kelahiran maupun kematian nantinya. *Prasiddhamentas ing bhawarnawa*
( SS.399-402)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Satya & Dharma selalu Berdampingan

*Mutiara Weda*
06/07/2022

*Satya  &  Dharma  selalu Berdampingan*

*Umat Se-dharma*, Dalam susastra Hindu  ada menyebutkan  :  *Satyam nasti paro dharmo, Nanrtam patakam param* : tidak ada *Dharma*   kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran  *Satya*,  tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta. Dimana ada *Satya* disana pasti ada *Dharma*,  Kebenaran dan Kebajikan tidak dapat dipisahkan serta selalu  berdampingan  *Satya-Dharma*

Hilang & lenyapnya  kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan umat  manusia akibat diabaikannya kebenaran / *satya* dan kebajikan / *Dharma*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  dimanapun berada dan dalam kondisi apapun  untuk  selalu *sadar* dan memegang teguh ajaran Dharma dalam kesehariannya, mengingat ; dari Dharma datangnya sukses, dari Dharma  pula datangnya bahagia, dengan Dharma memberikan segalanya dan Dharma adalah Inti sari dunia. *Niscaya*,  kebahagiaan lahir maupun bathin, *manah santih* maupun  *Parama santih*, Jagadhita dan Kamoksan atau *Catur Purusa Artha* akan dapat diwujudkan.
(Slokantara 2.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta




Adqesta Sarva Bhutanam

*Mutiara Weda*
07/07/2022

*Adwesta sarva bhutanam* 

*Umat Se-dharma*,jika disadari, sesungguhnya segala bentuk pemujaan ataupun Tapa hanyalah untuk mengendalikan pikiran.  Pikiran   penyebab keterikatan atau kebebasan. Begitu juga  pikiran pula sebagai rajanya nafsu *Rajendrya*, setiap  umat manusia harus mengarahkan pikiran agar tenang & terkendali *Nirodha* sehingga  terpusat pada-Nya *Dhyana*

Orang yang disayang Tuhan  sesungguhnya  orang yang tidak membenci siapapun  *Adwesta sarva bhutanam* , jangan melihat yang jahat, lihatlah yang baik. Jangan mendengar yang jahat, dengarlah yang baik.  Jangan membicarakan yang jahat, berbicaralah dengan baik.  Jangan memikirkan yang jahat, pikirlah hanya yang baik. Jangan melakukan yang jahat, lakukanlah yang baik,  semuanya ini sebagai jalan menuju-Nya.

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  mengendalikan dan menjaga kesucian pikiran. pikiran menjadi penyebab akan adanya perbedaan dalam perbuatan / berkarma, pikiran merupakan unsur yang menentukan mulai dari perkataan dan perbuatan *Karmana Pascat pradhanam vai Manastatah*.  Niscaya,  pikiran akan selalu terkendali, melahirkan perbuatan baik serta  selalu berada dalam Lindungan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Sat Sanggha*
( SS 79-87 & BG XII.13.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Kesabaran

Bhakti Jalan Berserah Diri

*Mutiara Weda*
13 /07/2022

*Bhakti : Jalan Berserah Diri*

*Umat se-dharma*, Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa jalan   Bhakti  marga yaitu  penyerahan diri secara tulus sebagai salah satu sarana atau jalan untuk mendekatkan diri kehadapan Sang Maha Pencipta.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*. Sedangkan rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi dengan cara  membuat simbol simbol / *Nyasa* di sebut  *Prapatti Bhakti*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam  berhubungan  dengan-Nya  dengan landasan penyerahan diri  melalui pemantapan kualitas  rohani *Bhakti*,  *Parama Prema Bhakti* dan Prapatti Bhakti*, serta  selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini menemui kebahagiaan dan  terhindar dari bencana dan Malapetaka. ( BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Satvika Vidya Jalankan Viveka

*Mutiara Weda*
08/ 07 /2022

*Satvika Vidya  Jalankan Wiweka*

*Umat  Se-dharma*, di dalam sebuah Sesanti  ada disebutkan ; Jika  diberikan  madu bercampur dengan Racun,  harus dapat memilah untuk mengambil madunya,  begitu pula,  jika emas berada dalam kubangan lumpur bercampur  dengan  kotoran  kita pun harus dapat memilah  mengambil emasnya. Demikian juga  halnya  dengan Ilmu  pengetahuan,  Budhi pekerti, Etika, kitapun harus bisa  mengambil dan memetiknya walaupun dari mana  sumber & asalnya.

Menggunakan akal atau Pikiran *Satvika Vidya*  untuk menimbang nimbang, membedakan  mana kebenaran,  kebajikan yang wajib dilakukan dan mana kejahatan yang harus dihindari *Wiweka*.

*Oleh karena itu*  sebagai umat Hindu  untuk selalu  berpegang teguh pada kebenaran *Satyam*,  gunakan selalu *Wiweka* guna  memilah milah perbuatan yang baik  untuk dijadikan penerang  dan pedoman dalam   kehidupan  sehari hari  dalam keluarga  *Memadangi kulawarga Saha wandu wandawa*. Niscaya, akan dapat selalu berpikir bersih *Satvika Vidya*,  bertutur kata  yang santun serta bertingkah laku yang suci ,  murni sesuai ajaran Dharma.
(Slokantara 56 & Nitisastra IV. 1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kesabaran

*Mutiara Weda*
09/ 07 /2022

*K E S A B A R A N*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan  dalam menjalankan proses samsara dalam kehidupan ini  ibaratkan  *berjalan jauh* dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan/ jalur jalan yang semestinya  dilalui dengan harapan sampai  ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.

Proses memilih jalan pintas akan terasa  menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya. Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya. Begitu juga dalam keseharian, Sangatlah mustahil  rasanya  akan mampu mengeluarkan Tutur kata yang selalu terjaga, sopan & santun dengan intonasi yang enak didengar tatkala  di dalam hati sanubarinya tidak memiliki *kesabaran atau Ksama*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu tanamkan   kesabaran dalam hati dan selalu  melatih diri untuk  sabar. Sehingga  tutur kata dan Ucapan akan selalu sinergis, indah, enak di dengar dan mengalir dalam Wacika Parisudha  *Tri Kaya Sandhi*  dengan landasan Budhi luhur &  ketulusan hati.
(SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Sat, Cit Ananda

*Mutiara Weda*
10/ 07 / 2022

*Sat, Cit,  Ananda Brahman*

*Umat se-dharma*,  Dalam Pustaka suci Weda mengajarkan untuk selalu Setia, Jujur dan memegang teguh Kebenaran dalam menuju ketenangan dan kedamaian Bathin *Parama Santih*

Satyam Eva jayate Nanrtham, Sura Dira Jayengningrat Lebur dening pangastute

Kebenaran dan kejujuran menjadi sifat dan hakekat ke-Tuhanan *Sat, Cit, Ananda Brahman* sebagai bagian dari dasar  keyakinan atau Sraddha Dalam ajaran agama Hindu. Kesetiaan dan kejujuran itu timbul bukan dari orang lain melainkan tumbuh dari dalam diri  masing masing.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk   membangun & memupuk  kesetiaan , kejujuran dan rasa tanggungjawab akan kebenaran melalui pengamalan ajaran *Panca Satya* :  Satya Wecana, Satya Hrdaya, Satya Mitra, satya Samaya dan satya Laksana serta membuang jauh jauh sifat angkuh  &  sombong  *wak Purusya*. *Niscaya* akan dapat menumbuhkan sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*  yang ada dalam diri, sehingga terwujudnya *Lalita Hita Karana* jalan menuju kamoksan/kebebasan yang abadi.
(Sarasamuscaya ,130-131)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Keangkuhan

*Mutiara Weda*
11 /7/ 2022

*Ke-Angkuhan*

*Umat se-dharma*,  Jika direnungkan  hidup menjelma menjadi manusia  di mayapada ini selalu  dibayang bayangi  oleh  rasa Keangkuhan  *mada* yang sering  tak terpikirkan dan tidak disadarinya bahkan  sering diabaikan yang dapat membawa malapetaka baginya.  Keangkuhan   merupakan  bagian dari enam musuh yang ada dalam diri setiap umat manusia  *Sad Ripu* yang dapat  membelenggu & menghancurkan  jiwa  manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Oleh karena itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri *Anyekung Jnana* dengan   memantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terkendalinya Indrya dan  dapat terlepas dari pengaruh *Mada* menuju suatu kebahagiaan *Satyam, Sivam & Sundaram*
( Vreti sasana II b.78 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta


Jangan Pelihara rasa Dengki

*Mutiara Weda*
12/07/2022

*Jangan Pelihara Rasa dengki dalam Diri*

*Umat se dharma*,  menjauhkan diri dari rasa dengki  dan  rasa iri hati *Matsarya* sebagai suatu kewajiban dasar  dalam membangun tatanan kehidupan umat Hindu yang  *Satyam*,  *Sivam* dan *Sundaram*. Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama  *Prema Vahini* .Jangan biarkan sifat iri hati & dengki terlalu lama bercokol dalam diri.

Manakala bathin selalu diselimuti oleh rasa iri hati & dengki *Matsarya* pada sesama  jika melihat kelebihan orang lain, orang seperti ini sesungguhnya adalah orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini  sangatlah  sulit untuk disembuhkannya.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi Umat Hindu untuk  menjauhkan diri dari sifat  sifat Iri hati dan Dengki *Matsarya* dengan melakukan penguatan pada  Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian Indrya  *Yama dan Nyama Brata*.   Niscaya akan dapat terciptanya tatanan kehidupan yang Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Saramuscaya 89-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta



Bhakti Jalan Berserah diri

*Mutiara Weda*
13 /07/2022

*Bhakti : Jalan Berserah Diri*

*Umat se-dharma*, Bhakti  marga  merupakan bentuk  penyerahan diri secara tulus sebagai salah satu sarana atau jalan dalam berhubungan & mendekatkan diri kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa / Sang Maha Pencipta.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*. Sedangkan rasa Bhakti kehadapan Hyang Widhi dengan cara  membuat simbol simbol / *Nyasa* di sebut  *Prapatti Bhakti*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam  berhubungan  dengan-Nya  dengan landasan penyerahan diri  melalui pemantapan kualitas  rohani *Bhakti*,  *Parama Prema Bhakti* dan Prapatti Bhakti*, serta  selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini menemui kebahagiaan dan  terhindar dari bencana dan Malapetaka. ( BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Hukum Karma Phala

*Mutiara Weda*
15/07/2022

*Hukum Karma Phala*

*Umat se-dharma*, setiap perbuatan yang dilakukan oleh umat manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. 
Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang berputar terbalik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Hukum Karma Phala*

Bekas bekas  *Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Oleh karena  itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk menyadari bahwa  hakekat hidup  yang sesungguhnya adalah  untuk   berbuat  kebajikan  *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat buruk *Asubha karma* dengan jalan  memegang Teguh Ageman Ageman  dalam beragama secara benar.  *Niscaya*  umat Hindu dalam menjalankan kehidupan sehari hari dapat  menampakkan  nilai nilai Kebenaran /Dharma  menuju  *Kebahagiaan*  baik lahir maupun  bathin atau Bhumi Kerta  akan dapat diwujudkan.( Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Waspadai Tanda Jaman Kaliyuga

*Mutiara Weda*
14/07/2022

*Waspadai Tanda  Jaman Kaliyuga*

*Umat Sedharma*, jika di lihat dinamika kehidupan saat ini , Artha , Uang ataupun kekayaan seolah olah menjadi  satu satunya tujuan hidup dan  segala galanya bagi kehidupan,   Gemerlapan  Artha  dan tumpukan   kekayaan yang menggunung  masih terasa menjadi priotas utama yang  menyilaukan dan sangat sangat dihargai di jaman ini oleh  sebagian umat manusia , begitu juga halnya dengan   orang orang pandai   cenderung mengabdi pada orang kaya, disisi lain dikalangan anak anak dan generasi muda memiliki  kebiasaan  untuk melakukan penipuan  serta mengumpat  para  orang  tuanya, seolah olah Dunia terasa  kehilangan akan kesuciannya.

Jika kita amati dalam keseharian   orang yang suka berderma justru   jatuh miskin,  begitu pula para penjahat mendapatkan  umur yang panjang  akan tetapi orang baik cenderung  lekas mati, tingkah laku orang  hina dianggap mulia, demikian sebaliknya  orang bodoh dianggap bijaksana serta  orang  berbudhi  rendah dianggap mulia. Inilah beberapa karkater   dari Jaman Kali yuga yang wajib diwaspadai.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu  mewaspadai kecenderungan  kecenderungan dari pengaruh   jaman Kalisengara  yang membawa  berbagai  macam cobaan dan godaan  lahir maupun godaan bathin dengan memantapkan kembali  tatanan  kehidupan   beragama yang benar  dengan mengimplementasikan nilai nilai Tapa, brata , yoga dan samadhi dalam keseharian  serta selalu meyasa Kerthi. Niscaya akan dapat terhindar dari pengaruh jaman  menuju kebahagiaan sekala maupun Niskala nantinya.
(Slokantara, 81. 65)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Karma dalam Tri Samaya

*Mutiara Weda*
16/07/2022

*Karma dalam Tri Samaya*

*Umat se-dharma,  Kualitas Karma sangat menentukan kehidupan umat manusia  baik dalam kehidupan  terdahulu (atita),  kehidupan sekarang (Wartamana) maupun kehidupan yang akan datang (Nagata) dalam *Tri Samaya*.
 proses kehidupan yang selalu berputar  putar / berulang ulang  lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara punarbhawa. Samsara pada dasarnya  adalah suatu  penderitaan.  menderita disebabkan karena Dosa.

Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain  atau yang baru dengan disertai karma wesana sebagai pengikutnya setianya.

*Oleh karena  itu*, sebagai umat Hindu haruslah paham secara betul bahwa samsara punarbhawa  itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi,  lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan dengan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* sebagai  jalan menuju alam kamoksan. Niscaya  umat  Hindu akan mengerti hakekat  Karma sebagai sang penentu kehidupan dalam  Tri samaya : Atita,  Nagata lan wartamana.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa Yogyakarta

Buah Jnana

*Mutiara Weda*
17/07/2022

*Buah Jnana*

*Umat Se-dharma*, Kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman akan dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut kelahiran  *Deva Yoni*  sering di sebut dengan * *Aiswarya*  & Menjadikan  sebagai Buah atau bunga bunga Dharma.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh bibit Adharma / kejahatan dan menentang dharma *Avairagya*, tidak mengetahui akan *Tattva Jnana* dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan begitu pula akan dapat mengalami proses reinkarnasi / lahir  kembali menjadi  makhluk rendahan ataupun binatang.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada *buah Jnana* berupa pengetahuan suci Weda. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati,  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa

Pentingnya Pengendalian sifat Krodha

*Mutiara Weda*
18/ 07/2022

*Pentingnya  Pengendalian sifat Krodha*

*Umat se-dharma*, EMOSI yang tidak terkendali melahirkan tindakan yang membabi buta berakibat timbulnya  Kemarahan atau Krodha. Demikian pula,  Kemarahan /*Krodha*  merupakan  energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan*  segala galanya  manakala tidak mampu untuk   mengendalikannya. tatkala pikiran *Citta* terpusat, sang jiwa bisa  *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah  / *Krodha* tersebut.Jangan Menghumbar sifat sifat Emosi.

Pelayanan  yang paling mudah untuk dilakukan adalah  dengan senyuman  karena senyuman itu adalah karunia Hyang Widhi yang  bernilai tinggi sebagai  jembatan yang menghubungkan dua jiwa, jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan. Di samping itu  juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa.

*Oleh Karena itu*, sebagai umat Hindu   *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, Kendalikan Emosi, hilangkan rasa benci  dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN*  baik  *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa

Buah Dharma

*Mutiara Weda*
17/07/2022

*Buah Dharma & Buah Jnana*

*Umat Se-dharma*, Kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman akan dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut kelahiran  *Deva Yoni*  sering di sebut dengan * *Aiswarya*  & Menjadikan  sebagai Buah atau bunga bunga Dharma.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh bibit Adharma / kejahatan dan menentang dharma *Avairagya*, tidak mengetahui akan *Tattva Jnana* dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan begitu pula akan dapat mengalami proses reinkarnasi / lahir  kembali menjadi  makhluk rendahan ataupun binatang.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada *buah Jnana* berupa pengetahuan suci Weda. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati,  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pinandita Sanggraha Nusantara
Daerah Istimewa