Rabu, 23 Juni 2021

Berlatih Membersihkan Bhusana dalam diri

*Mutiara Weda*
23/06/2021

*Berlatih Membersihkan Bhusana dalam Diri*

*Umat se-dharma*, Jika direnung renungkan  pada dinamika  kehidupan saat ini, terasa mulai  teramat jarang  terdengar ungkapan tutur  kata yang  sopan & santun yang penuh  bertata krama.   Terasa  redup alam pikiran manusia  tatkala akan bertutur kata. Sesungguhnya  bukanlah perhiasan yang dapat menambah kecantikan sesorang,  melainkan selarasnya Pikiran, Ucapan dan Tindakan *Tri Kaya Sandhi*

Sesungguhnya Perkataan itu ibaratkan sebuah pisau yang sangat tajam apabila  digunakan sesuai dengan fungsinya akan sangat bermanfaat,  namun justru akan dapat merugikan bahkan menjerumuskan  tatkala tidak diimbangi dengan landasan  ajaran Dharma.  Dari perkataan akan mendapatkan kebahagiaan,  dari 
perkataan  akan menemui ajal
dan dari perkataan pula akan mendapatkan kesusahan.
Demikian juga dari perkataan  akan mendapatkan sahabat sejati.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  dari pustaka suci Weda untuk melatih diri menselaraskan Manah, Vak dan Kaya. Membersihkan busana busana dalam diri ;  Mensucikan pikiran dengan pengetahuan suci *Manah Satyena Suddhyanti*  serta jauhkan diri dari sifat sifat iri hati *Irsya* ,  mengingat  Pikiran sang penentu kata hati  dalam mengungkapkan  suatu  perkataan dan tindakan dengan penguatan  pada  pengekangan & Pengendalian  *Panca Indrya* sehingga terhindar dari  perbuatan melanggar dan Tercela.  Niscaya, akan dapat terbangunnya umat Hindu yang bijak, Sopan dan Santun  serta penuh Ethika  dalam  Berpikir, Bertutur kata serta  dalam Bertindak.
(Isa Upanisad hal.16 & Nitisastra Sargah V.3)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Metapah

*Mutiara Weda*
22/06/2021

*Metapah*

*Umat  Sedharma*,  selalu melibatkan Ida SangHyang Widhi Wasa pada setiap kegiatan menjadi suatu keharusan  bagi umat Hindu dengan selalu Memanjatkan Doa atau Mantram kehadapan-Nya dan pengendalian diri , Ngret Sarira  *Tapah*  sebagai suatu  kewajiban dan kebutuhan pokok  serta menjadi faktor penentu serta penyelamat  kehidupan umat manusia  menjadi Benteng dalam diri atau kawaca Gaib.

Wabah Virus Covid' 19 masih melanda bhumi dan seisi alam semesta.

Marilah  sebagai umat Hindu   dimanapun berada selalu  memanjatkan doa doa atau Mantram  mohon kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi beliau sebagai  SangHyang Surya dengan kekuatan SangHyang Indra   agar Wabah Virus Covid' 19 dan Virus menular lainnya  sirna dan kageseng oleh kekuatan Beliau  sehingga seluruh umat manusia terhindar dari  wabah Virus  Covid'19,  sehat, selamat dan Rahayu.  

Om Swastyastu,
Om Avighnamastu Namo Siddham

*Om Drstan ca ghnam adrstan ca,
sarvan ca pramrnam krimin* (Atharva Weda V.23.6)

*Indrah Suryasya rasmibhir nyarasanam osati*  (Reg Veda VIII.12.9)

Om Santih,Santih Santih Om
Dumogi Sami Sehat lan Rahayu

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Jalankan Swadharma

*Mutiara Weda*
21 /06/ 2021

*Jalankan Swadharma dengan Baik*

*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan , Orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya pastilah tak akan pernah mengeluh pun tak akan pernah menyesal dengan  apa yang sedang dialaminya, melainkan menerimanya sebagai suatu Anugerah dari Ida SangHyang Widhi Wasa, yang wajib dijalankannya dengan landasan ketulusan *Lascarya* dan berbuat sesuai dengan swadharma masing masing.

Demikian pula,  hidup menjelma menjadi manusia, tak akan pernah  lepas  dari konsep *rwa bhineda*, dua hal yang selalu  berbeda yang selalu berdampingan ; *kebaikan & keburukan*, *suka & duka* selalu  silih berganti ,begitu juga halnya dengan lahir- hidup dan  kematian hanya bersumber dari- Nya dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*.

*Oleh karena itu* , sebagai umat Hindu, jangan pernah ragu dalam menjalankan Swadharma,  yakin  bahwa Tuhan melihat apa yang dilakukannya, Tuhan ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan segala galanya adalah Tuhan di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Buah Buah Dharma

*Mutiara Weda*
20/06/2021

*Buah Buah Dharma*

*Umat Se-dharma*,  *Aisvarya* merupakan kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman akan dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut sebagai kelahiran  *Deva Yoni* & Menjadikan *Aiswarya* sebagai Buah atau bunga bunga Dharma.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh bibit Adharma / kejahatan dan menentang dharma *Avairagya*, tidak mengetahui akan *Tattva Jnana* dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan begitu pula akan dapat mengalami proses reinkarnasi / lahir  kembali menjadi  makhluk rendahan ataupun binatang.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada *buah Jnana* berupa pengetahuan suci Weda. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jauhkan diri dari rasa Irihati

*Mutiara Weda*
19/06/2021

*Jauhkan diri dari rasa  Iri hati*

*Umat se dharma*,  jika direnung renungkan  dalam  kehidupan  di  maya pada  ini,  menjauhkan diri dari rasa dengki  dan  iri hati *Matsarya* sebagai suatu kewajiban mendasar  dalam membangun tatanan kehidupan umat Hindu yang Satyam, Sivam dan Sundaram. Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama.

Manakala bathin diselimuti oleh rasa iri hati, dengki *Matsarya* pada sesama  dapat dipastikan keadaan  orang seperti sesungguhnya  orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini  yang teramat sulit untuk  disembuhkannya.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai umat Hindu,   jauhkan diri dari sifat Iri hati dan jangan melakukan tindakan  yang terlarang dan  tercela  melalui  Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran / *Manah*. Niscaya kebahagiaan dalam mengarungi  kehidupan akan dapat diwujudkan.
(S.S.89-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Hidup Dalam Keterikatan

*Mutiara Weda*
17/ 06 / 2021

*Hidup Dalam  Keterikatan*

*Umat se-dharma*,  jika direnungkan setiap umat  manusia  hidup di mayapada ini berbekalkan  dibekalkan dengan berbagai keterikatan akan hal hal keduniawian dalam bentuk :

Kelahiran  :  *janma*
Kematian  :  *mrtyu*
Umur tua  :  *Jara*,
Penyakit   :   *Vyadi*,
Penderitaan : *duhka*  dan Kesalahan    :  *dosa*.

Dunia  material  membelenggu jiwa setiap umat manusia, manakala tidak tanggap dan tidak mengerti akan kenyataan dalam hidup ini menyebabkan terombang ambingnya jiwa dan kehidupan serta  tak sedikit sampai terhempas yang berujung pada jatuh ke jurang kehancuran.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  mari  tingkatkan akan kepekaan rohani dengan jalan memantapkan kualitas beragama,  tumbuhkan rasa bhakti, sucikan pribadi dgn berbagai sadhana /latihan rohani dalam wujud : *Brata* / pengendalian diri dan *Upavasa* /berpuasa. Niscaya, akan mampu menghadapi persoalan hidup yang selalu membelenggunya dan terkendalikannya *Sad Ripu* sehingga hidup menjadi tenang, tentram dan damai  serta menerima proses kehidupan ini dengan lapang dada/*Lascarya*.
( BG. XIII, 8 dan Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Menabur Kebajikan

*Mutiara Weda*
16/ 06 /2021

*Menabur Kebajikan*

*Umat se-dharma*, Kalau di  renung renungkan, Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda bahwa dia hanya memiliki kebencian di dalam hatinya, akan tetapi, orang  yang memiliki kebajikan /*Dharma* dapat dipastikan dia akan  selalu memancarkan ajaran kebajikan, ajaran kebenaran  dalam hidupnya *Dharma Vahini*

Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar.  Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai manakala di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan dendam.

*Oleh karena  itu*,   sebagai umat Hindu bangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam  hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Tapa.
Niscaya hidup yang Santih , *Manah Santih* dan *Parama Santih* akan dapat diwujudkan.
(Panca Siskanya Angaji)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta 

Niti & Sesana

*Mutiara Weda*
15/06/2021

*NITI  &  SESANA*

*Umat se-dharma*, setiap umat Hindu wajib untuk mempelajari,  memahami dan memancarkan isi kitab suci Weda  *Dharma Vahini serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga*  demikian pula berkewajiban untuk mengetahui   akan mana yang baik &  mana  yang buruk *Wiweka* dalam menjalankan kehidupan di mayapada ini.

Umat Hindu dalam mempraktekan dan  mengamalkan setiap   perbuatannya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  dan teropongan  dari  ajaran *Sesana* dan  ajaran *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian &  Asuci laksana  *Purwa gama Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  Kebenaran *Dharma*  serta taat & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 14 Juni 2021

Satya Dharma

*Mutiara Weda*
14/06/2021

*Satya-dharma*

*Umat Se-dharma*, dalam susastra Hindu  ada menyebutkan  : *Nasti Satyam paro dharmo, Nanrtam patakam param* : tidak ada *Dharma*   kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran  *Satya*,  tidak ada dosa yang lebih rendah dari Dusta. Dimana ada *Satya* disana pasti ada *Dharma*,  Kebenaran dan Kebajikan tidak dapat dipisahkan *Satya-Dharma*

Hilang & lenyapnya kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan umat manusia akibat diabaikannya kebenaran / *satya* dan kebajikan / *Dharma*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  selalu *sadar* dan memegang teguh ajaran Dharma dalam kehidupan sehari harinya, mengingat ; dari Dharma datangnya sukses, dari Dharma  pula datangnya bahagia, dengan Dharma memberikan segalanya dan Dharma adalah Inti sari dunia. *Niscaya*,  kebahagiaan lahir maupun bathin, *manah santih* maupun  *Parama santih*, Jagadhita dan Kamoksan atau *Catur Purusa Artha* akan dapat diwujudkan.
(Slokantara 2.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Minggu, 13 Juni 2021

Sistacara & Tiga Kerangka

*Mutiara Weda*
10/06/2021

*Sistacara  &  Tiga Kerangka*

*Umat se dharma*,  dalam Pustaka suci ada menyebutkan ;
*Šrutistu vedo vijñeyo dharmaṡāstram tu vai smṛtih
te sarvātheṣva mimāmsye tābhyāṁ dharmohi nirBabhau*

Artinya :
Yang dimaksud dengan Sruti, ialah Veda dan dengan Smrti adalah Dharmasastram, kedua  pustaka suci ini tak boleh diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya sumber Dharma.

Melalui Dharma Sadhana ajaran Hindu diimplementasikan dengan tetap memperhatikan konsep  *Desa mawecara * atau  Desa, Kala  dan  Patra  dengan menempatkan keanekaragaman / Bhineka Tunggal Ika sebagai suatu nilai praksisnya *Sistacara*.  Hal ini bukan berarti  memiliki kitab suci yang berbeda beda dan bukan pula   suatu kebebasan atau perbedaan tanpa batas melainkan tetap mengacu dan berpedoman pada Kitab Suci  agama  yaitu pustaka suci Weda, baik *Weda Sruti* maupun *Weda Smerthinya*  sebagai suatu *kebenaran mutlak* dan karenanya menjadi menjadi *kitab Agama*. Demikian pula,  dasar keyakinan yaitu *Panca Sradha* dan  *Tiga Kerangka* sebagai  pedoman  dasar dalam Beragama Hindu.

*Oleh karena itu*   sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meningkatkan kualitas  *Sradhanya* dan pokok pokok ajaranya dengan  berfalsafahkan *Bhineka Tunggal Ika* ;' berbeda suku, berbeda budaya, berbeda adat ataupun Tradisi  tetapi tetap satu pegangannya yaitu *Kitab Suci Weda*.  Sebagai umat Hindu memiliki kewajiban suci yaitu  *memahami*,  *mempelajari* dan *mengamalkan* serta *mengamankan* ajaran agama Hindu dengan pustaka Wedanya. Niscaya akan dapat terwujudnya Umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis. ( MDS. II.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 12 Juni 2021

Niskama Karma

*Mutiara Weda*
13/ 06 /2021

*Niskama Karma*

*Umat Se-dharma*,  dalam susastra Hindu tersirat bahwa dengan *Keluhuran budhi*  & *Kesucian Bathin*   Tuhan akan hadir pada setiap jiwa, begitu pula Siapapun yang melayani jiwa, sesungguhnya juga  melayani Tuhan.  Hakekat ajaran Bhakti  marga  yoga  menjadi  puncak dari  ajaran  Karma dan Jnana marga. Segala tindakan maupun pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa *Niskama Karma*. Niskama Karma sebagai tindakan tanpa keAkuan,   tanpa pamrih atau tanpa keinginan, pun tanpa harapan  buah ataupun hasil, dan menjadi  prinsip utama dari ajaran  Karma  marga Yoga.

*Niskama karma*  bukan hanya sekedar kebajikan ataupun subha karma melainkan  tindakan *Ketanpa Akuan*,  mementingkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Orang yang mau mengorbankan kepentingan  dirinya sendiri demi kebaikan orang banyak. 

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu Tingkatkan kualitas Bhakti dengan menghilangkan dan mengkikis  Cengkeraman   diri dari sifat  sifat keakuan sehingga semua karma atau perbuatan menjadi Kebajikan  *Niskama Karma* dan apapun bentuk perbuatan  adalah perbuatan Oleh dan dari Tuhan *Daivi Sampad*.  Niscaya, kualitas Bhakti akan dapat diwujudkan dengan Perbuatan yang Niskama Karma  *Tanpa Ke-Akuan* .
(Bhagawata Purana.VII.5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Setiap Kejahatan Akan Kembali pada si Pelakunya

*Mutiara Weda*
12/06/2021

*Setiap Kejahatan akan Kembali Pada si Pelakunya*

*Umat Se-dharma*,  Dalam Susastra Hindu ada mengungkapkan, rasa takut  akan selalu menghantui diri manakala melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran ajaran kebenaran.  Rasa takut dalam bentuk apapun akan menjauh dari dalam diri  manakala  setiap tindakan  selalu berpijak pada ajaran Dharma.
*yo dharmasila jitamanaraso, widyawinito naparopatapi*.....tidak ada  sesuatu yang perlu ditakuti,  manakala   ajaran Agama  menjadi  pegangan, pedoman dan tuntunan  hidup sehingga memiliki kesabaran, kemampuan untuk mengendalikan diri   dan  terbangunnya sifat bijak,  rendah hati serta Budhi Luhur.

Jika dilihat dari segi  kelakuannya, manakala orang lain masih juga melakukan tindakan kejahatan, menyakitinya, dengan   tidak meladeninya, tidak mengutuk ataupun balas dendam,  selalu menunjukkan sifat sabar maka orang seperti ini disebut tergolong manusia *Utama*,  akan tetapi jika dalam hatinya  masih merasakan bahwa dirinya disakiti maka orang ini disebut golongan *Madhya*, Begitu pula sebaliknya, jika masih merasakan rasa sakit hati bahkan memperlihatkan,  menghumbar apalagi berniat untuk balas dendam maka golongan orang seperti  ini tergolong pada  tingkatan rendah atau *Kanistha*.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan sekali kali melakukan tindakan balas dendam ataupun mengumbar rasa sakit hati karena itu merupakan tindakan yang sangat rendah kualitasnya atau *Kanistha*  dengan jalan mantafkan akan keyakinan bahwa setiap kejahatan atau kesakitan dan sejenis dilakukannya akan kembali pada si pelakunya yang disebut dengan *Pratikara*. Niscaya umat Hindu akan menjadi umat yang damai, rukun dan bijak dengan Hukum Karma sebagai Bingkainya.
(Slokantara,sloka 7.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Satvika Vidya

*Mutiara Weda*
11/ 11/2021

*Satvika Vidya*

*Umat se-dharma*, Tingkatan getaran pikiran /Instuisi  menentukan  kualitas  spiritual seseorang dan menempatkan pikiran sebagai pemeran utama yang membawanya ke alam  kelahiran kembali, ke alam roda samsara maupun dalam mencapai kamoksan atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokhsayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran / selalu berpikiran Positif atau *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Oleh karena itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sistacara & Tiga Kerangka

*Mutiara Weda*
10/06/2021

*Sistacara  &  Tiga Kerangka*

*Umat se dharma*,  dalam Pustaka suci ada menyebutkan ;
*Šrutistu vedo vijñeyo dharmaṡāstram tu vai smṛtih
te sarvātheṣva mimāmsye tābhyāṁ dharmohi nirBabhau*

Artinya :
Yang dimaksud dengan Sruti, ialah Veda dan dengan Smrti adalah Dharmasastram, kedua  pustaka suci ini tak boleh diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya sumber Dharma.

Melalui Dharma Sadhana ajaran Hindu diimplementasikan dengan tetap memperhatikan konsep  *Desa mawecara * atau  Desa, Kala  dan  Patra  dengan menempatkan keanekaragaman / Bhineka Tunggal Ika sebagai suatu nilai praksisnya *Sistacara*.  Hal ini bukan berarti  memiliki kitab suci yang berbeda beda dan bukan pula   suatu kebebasan atau perbedaan tanpa batas melainkan tetap mengacu dan berpedoman pada Kitab Suci  agama  yaitu pustaka suci Weda, baik *Weda Sruti* maupun *Weda Smerthinya*  sebagai suatu *kebenaran mutlak* dan karenanya menjadi menjadi *kitab Agama*. Demikian pula,  dasar keyakinan yaitu *Panca Sradha* dan  *Tiga Kerangka* sebagai  pedoman  dasar dalam Beragama Hindu.

*Oleh karena itu*   sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk meningkatkan kualitas  *Sradhanya* dan pokok pokok ajaranya dengan  berfalsafahkan *Bhineka Tunggal Ika* ;' berbeda suku, berbeda budaya, berbeda adat ataupun Tradisi  tetapi tetap satu pegangannya yaitu *Kitab Suci Weda*.  Sebagai umat Hindu memiliki kewajiban suci yaitu  *memahami*,  *mempelajari* dan *mengamalkan* serta *mengamankan* ajaran agama Hindu dengan pustaka Wedanya. Niscaya akan dapat terwujudnya Umat Hindu yang Damai, rukun dan Harmonis. ( MDS. II.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Vyapaka Sauca

*Mutiara Weda*
09/06/2021

*Vyapaka Sauca*

*Umat Se-dharma*,  membersihkan diri ataupun mengatur suhu badan *Vyapaka Sauca* sebagai salah satu dari tahapan awal  yang sangat penting dalam berhubungan dengan sang maha Pencipta.

*Vyapaka Sauca* merupakan  Mandi membersihkan badan dan menjaga kestabilan pisik / lahiriah  yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai rangsangan keinginan dan dapat kehilangan keseimbangan mental ataupun kualitas mental rohani.

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu selalu melakukan pensucian diri baik lahir maupun bathin *Yama maupun Nyama*, dengan jalan membersihkan diri atau *Vyapaka Sauca* sebelum melakukan Hubungan dengan Sang maha Pencipta/ Hyang Widhi  baik dalam Semadhi maupun dalam melakukan Asanas. termasuk mengatur suhu tubuh atau Angga sarira (Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Dharmasastra

*Mutiara Weda*
08/06/2021

*Dharmasastra*

*Umat Se-dharma*,   ada sebuah sesanti dalam susastra  Hindu  menyebutkan ;  *Madhu Wisakusemebhyo jayate pathyametat* ,   Madu yang  sering  dipake Obat asalnya  atau sumbernya dari binatang lebah yang berbisa. Begitu pula halnya susu,  minuman yang sangat berguna  bagi tubuh manusia datangnya dari daging dan darah sapi , demikian juga  bunga seroja yang demikian harum tumbuhnya dari Lumpur.

Begitu pula halnya manusia memiliki karakter serta budhi pekerti luhur yang dapat memancarkan nilai kebajikan *Dharma Vahini* sumbernya bukanlah berasal dari faktor  kelahirannya melainkan suatu proses pembelajaran  akan  nilai nilai ajaran Dharma atau  *Dharma Sastra*

*Oleh karena itu*,   Sudah menjadi kewajiban  bagi setiap umat Hindu untuk selalu berusaha mencari kebenaran serta menjalankan ajaran  Dharma dengan baik *Dharma Sastra* .  Niscaya akan mampu menolong dirinya tatkala mendapatkan cobaan dan godaan hidup  dalam kedukaan maupun  kenestapaan dengan landasan  perbuatan yang baik  *Subha Karma*
( Slokantara, 55.25)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Lalita Hita Karana

*Mutiara Weda*
07/ 06 / 2021

*Lalita Hita Karana*

*Umat se-dharma*, , Dalam Pustaka suci Weda mengajarkan untuk selalu Setia, Jujur dan memegang teguh Kebenaran dalam menuju ketenangan dan kedamaian Bathin *Parama Santih*

Satyam Eva jayate Nanrtham, Sura Dira Jayengningrat Lebur dening pangastute

Kebenaran dan kejujuran menjadi sifat dan hakekat ke-Tuhanan *Sat, Cit, Ananda Brahman* sebagai bagian dari dasar  keyakinan atau Sraddha Dalam ajaran agama Hindu. Kesetiaan dan kejujuran itu timbul bukan dari orang lain melainkan tumbuh dari dalam diri  masing masing.

*Oleh karena itu*, pupuklah kesetiaan , kejujuran dan rasa tanggungjawab akan kebenaran melalui pengamalan ajaran *Panca Satya* :  Satya Wecana, Satya Hrdaya, Satya Mitra, satya Samaya dan satya Laksana serta membuang jauh jauh sifat angkuh  &  sombong  *wak Purusya*. *Niscaya* akan dapat menumbuhkan sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*  yang ada dalam diri, sehingga terwujudnya *Lalita Hita Karana* jalan menuju kamoksan/kebebasan yang abadi.
(Sarasamuscaya ,130-131)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Danabhagana

*Mutiara Weda*
06/06/2021

*Danabhagana*

*Umat Se-dharma*,  Salah satu kewajiban suci dari  umat Hindu adalah menghaturkan Dana Suci /Mapunia sesuai dengan kemampuan masing masing  atau   Panca Maha Yadnya.  medana Punia  yang dilakukan tanpa ketulusan/ Lascarya, lebih lebih  diperciki oleh perasaan  marah, unsur pamer ataupun prilaku kotor lainnya dalam susastra Hindu  disebut *Danabhagana*.

Secara umum Ada tiga jenis Dana Punia  antara lain:

*Artha Dana* : Pemberian berupa  harta benda atau materi

*Abhaya Dana* : Pemberian berupa perlindungan rasa aman.

*Brahma Dana* : Pemberian berupa Ilmu Pengetahuan.

*Oleh karena itu*,  Sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk   melakukan *Dana suci / Mapunia* dengan landasan ketulusan dan menghindari pemberian dana suci yang  bersifat *Rajasika* maupun *Tamasika*  atau  *Danabhagana*. *Niscaya* dengan ketulusan & keluhuran budhi  akan.dapat menumbuhkan sifat Kedewataan atau Daivi sampad dalam sang diri.
(S.S  205 & Slokantara, 20.5)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Ageng Yasa Ageng Goda

*Mutiara Weda*
05/06/2021

*Ageng Yasa - Ageng Goda*

*Umat se-dharma*,  dalam sebuah Paribhasa ada mengungkapkan ;
semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya . Demikian pula dalam hal perbuatan,  semakin banyak  melakukan tindakan atau perbuatan maka akan terasa semakin banyak pula godaan & cobaan yang akan  dihadapi *Ageng Yase  Ageng Goda*

Ketaatan & kepatuhan terhadap ajaran agama menjadi satu satunya Benteng dan pelindung diri. Barang siapa yang taat dan patuh akan ajaran  Dharma, maka Dharma itu pulalah yang akan melindunginya. *Dharma Raksatah Raksitah*. Orang yang taat akan ajaran Dharma tidak akan pernah merasa takut, manakala menghadapi segala bentuk cobaan, godaan, ancaman  dan tantangan sekalipun.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk selalu berjalan  pada jalan kebenaran/ Dharma  dan jangan sekali kali meninggalkan Dharma yang menyebabkan  Dharmapun akan  semakin menjauh,  dengan Dharma semua makhluk diatur *Dharmena Vidrtah prajah*,  Dharma  mengantarkan umat manusia  untuk mendapatkan   kebahagiaan lahir & bathin sedangkan  *Adharma* mengakibatkan  kesengsaraan  & penderitaan yang berujung pada penderitaan & Bencana.
(Santi Parwa ,109.11)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Udana Wayu

*Mutiara Weda*
03/ 05/2021

*Udana Vayu*

*Umat se-dharma*, Jika disadari, setiap umat manusia tidak akan pernah lepas dari Siklus  *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina*, kelahiran, kehidupan dan akhirnya menuju  Kematian / kembali ke asal sebagai tiga kemahakuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa *Tri Kona*

Setiap Manusia hidup kedunia ini memiliki tenaga /kekuatan yang di sebut *Udana Wayu* atau *Prana halus*.
Udana Wayu inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, berpikir, berbuat dan bernafas dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*
(Kayika, Wacika da Manacika).

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan dan sucikan  Udana Wayu dengan jalan tingkatkan selalu kualitas rohani, jaga kesucian diri,  baik lahir maupun bathin  *Yama & Nyama*, mengingat seluruh Udana Wayu adalah *Hiranyagarbha* /  Brahman di dalam diri demikian juga di saat akan kembali ke asal, meninggal atau pralina, berkewajiban membisikan nama nama dari Ida SangHyang Widhi Wasa atau *nama smaranam* , aksara aksara suci Tuhan pada telinga orang yang meninggal sangat menentukan kehidupan yang akan datang dalam proses lahir kembali  *reinkarnasi/ punarbhawa* sebagai sifat sifat dasar yang paling kuat. Niscaya *Moksa* dan *Jiwan Mukti* akan dapat dicapai. ( Sanatana Hindu Dharma hal.37-41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sarva Nukramani

*Mutiara Weda*
04/06/2021

*Sarva Nukramani*

*Umat Se-dharma*,  konsentrasi  masyarakat dunia saat ini tertuju pada  Wabah Virus Corona Covid 19,  yang  cenderung mengakibatkan  keresahan dan kegelisahan dikalangan masyarakat  yang  berdampak luas terhadap seluruh  tatanan kehidupan umat manusia.  Seolah olah saat ini *Kesabaran*,  *Ketabahan*  dan *Kesadaran* serta Pengendalian diri  / *Metapah*  dari umat sedharma sedang diuji oleh-Nya.

 *Sarva Nukramani*  yaitu  setiap umat manusia berkewajiban  menguncarkan doa doa atau mantram menjadi faktor yang sangat penting yang tidak bisa ditinggalkan untuk dilakukan,   seolah olah sang maha Pencipta *mengingatkan*  agar setiap umat manusia selalu ingat pada-Nya  *Smaranam* dan  mohon kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa agar wabah  Virus Corona Covid 19 segera dapat diatasi.

*Oleh karena itu*, Marilah kita  sebagai umat Hindu  dimanapun  berada,  dalam situasi dan kondisi  apapun jangan pernah berhenti untuk memanjatkan Doa  atau  *Sarva Nukramani* sebagai  *Kavaca Gaib* atau Benteng diri  mohon Perlindungan-Nya. Niscaya Wabah Virus Corona Covid 19 akan segera dapat teratasi  sehingga umat manusia  terhindar dari Bencana  dan  akan selalu  berada dalam lindungan-Nya.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13) 

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Panca Klesa

*Mutiara Weda*
02/06/2021

*Panca Klesa*

*Umat se-dharma*, jika disadari  hidup  menjelma menjadi manusia  di mayapada ini, sebenarnya selalu dihadapkan dengan  kumpulan dari berbagai masalah.   Munculnya berbagai persoalan yang dapat mengotori kehidupan umat manusia  di sebut dengan *Sulabaning Klesa*, akibat dari pengaruh  Unsur  *Panca Klesa*

*Panca Klesa*  merupakan lima jenis kekotoran dalam kehidupan  umat manusia antara Lain:

*Avidya* : kegelapan pikiran yang sumbernya dari *Sapta Timira* dan *Sad Ripu*.

*Asmita* : sifat EGO dan selalu mementingkan diri sendiri

*Raga* : Mengumbar hawa nafsu atau Indria

*Dwesa* :  sifat Pendendam

*Abhiniwesa* : hidup yang selalu diselimuti rasa takut akan berbagai gejolak dunia.

*Untuk itu*, marilah kita sebagai umat Hindu dalam  menghadapi berbagai persoalan hidup dengan menempatkan *Kesabaran* sebagai Kunci Utamanya serta mensinergiskan tiga alat bathin manusia yaitu  *Tri Antah Karana* ( *Budhi*, *Manas* dan *Ahamkara* ) yang bersumber dari *Dasendrya*  baik dalam bentuk *Panca Budhi Indrya* / Organ yang merasakan, dan melihat dalam diri manusia maupun *Panca Karmendrya* / Unsur penggerak pada diri manusia. Niscaya akan dapat terbangunnya umat Hindu   yang  *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram* menuju umat Hindu yang *Satwika*.
(SS.474' & Taiterya Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Adwesta Sarva Bhutanam

*Mutiara Weda*
01/06/2021

*Adwesta sarva bhutanam* 

*Umat Se-dharma*,jika disadari, sesungguhnya segala bentuk pemujaan ataupun Tapa hanyalah untuk mengendalikan pikiran.  Pikiran   penyebab keterikatan atau kebebasan. Begitu juga  pikiran pula sebagai rajanya nafsu *Rajendrya*, setiap  umat manusia harus mengarahkan pikiran agar tenang & terkendali *Nirodha* sehingga  terpusat pada-Nya *Dhyana*

Orang yang disayang Tuhan  sesungguhnya  orang yang tidak membenci siapapun  *Adwesta sarva bhutanam* , jangan melihat yang jahat, lihatlah yang baik. Jangan mendengar yang jahat, dengarlah yang baik.  Jangan membicarakan yang jahat, berbicaralah dengan baik.  Jangan memikirkan yang jahat, pikirlah hanya yang baik. Jangan melakukan yang jahat, lakukanlah yang baik,  semuanya ini sebagai jalan menuju-Nya.

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  mengendalikan dan menjaga kesucian pikiran. pikiran menjadi penyebab akan adanya perbedaan dalam perbuatan / berkarma, pikiran merupakan unsur yang menentukan mulai dari perkataan dan perbuatan *Karmana Pascat pradhanam vai Manastatah*.  Niscaya,  pikiran akan selalu terkendali, melahirkan perbuatan baik serta  selalu berada dalam Lindungan Ida SangHyang Widhi Wasa  *Sat Sanggha*
( SS 79-87 & BG XII.13.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rwa Bhineda dalam Kehidupan

*Mutiara Weda*
31/05/2021

*Rwa Bhineda  dalam Kehidupan*

*Umat Se-dharma*, jika disadari,  nasib atau takdir yang dialami  oleh setiap umat manusia menunjukkan  kepada  kita  bahwa ada yang lebih tinggi  dan mengatur segalanya yaitu Ida SangHyang Widhi Wasa,  Demikian pula  *Rwa Bhineda*  selalu berdampingan dan datangnyapun  silih berganti.

*Kedukaan* datang setelah *kesukaan*, Kesukaan mengikuti Kedukaan dan semua makhluk hidup mengalami perputaran siklus *suka* maupun  *duka* dan  ini  sudah menjadi hukum Rta /kodrat alam bahwa seberapa yang kita berikan sedemikian pula yang akan kita terima,apa yang dipinjam itu pulalah yang dikembalikan, tatkala kita menyakiti orang lain,  kitapun akan disakiti oleh orang lain.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk selalu  menempatkan nilai nilai kebajikan sebagai Benteng dalam diri untuk mendapatkan Karma Baik *Subha Karma*  dengan menjalankan ajaran  *Tapa* pengekangan atau pengendalian diri serta  selalu melibatkan  Ida SangHyang Widhi Wasa setiap akan melakukan kegiatan atau aktifitas dalam setiap kehidupan *Yoga* dengan  berlandaskan *Dharma*. Niscaya akan selalu berada dalam jalan kebajikan untuk menuju tujuan dari kehidupan yaitu *Karma Baik*.
(Slokantara 84.hal.297-299)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Kusala Kamma

*Mutiara Weda*
30/ 05 /2021

*Kusala Kamma*

*Umat Se-dharma*, jika kita lihat dalam susastra  Hindu  ada tersirat : Betapapun indahnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan  seindah apapun, masih akan Ada benih benih kekotoran  tertinggal didalamnya. Bangun sifat sifat kebajikan dalam diri *Kusala Kamma*

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan, wujud *Kerendahan Hati* dan Sadar dan Amulatsarira  menjadi pegangan serta pedoman bagi umat Hindu  dalam penerapan ajaran  Ethika.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu marilah  selalu  belajar dan belajar memperbaiki dan membenahi  diri, tanamkan sikap *rendah hati* serta  tumbuhkan sifat  sifat kebajikan yang ada dalam diri  *Kusala Kamma* serta  selalu menjaga keseimbangan  kualitas  diri antara :
*Vihara*  :  mental, 
*Ahara*   :  Intelektual dan Ausadha* : Kesehatan.  Niscaya akan  terwujudnya kualitas  umat manusia yang memiliki kemantapan  mental rohani.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jalankan Tri Jnana Sandhi Dengan Benar

*Mutiara Weda*
29/ 05 /2021

*Jalankan Tri Jnana Sandhi dengan Benar*

*Umat se-dharma*, jika direnung renungkan,  sangatlah mustahil rasanya  dapat mempraktekan dan mengamalkan ajaran agama secara baik dan benar manakala tidak  memahami isi ajaran agama  secara benar.

Kurangnya pemahaman akan isi ajaran agama dapat menyebabkan   kebingungan,   keragu raguan  & bahkan   rapuhnya dasar keyakinan  *Panca Sradha*  dan  pemahaman terhadap pokok  pokok dasar ajaran  agama Hindu *Tri Kerangka dasar* .

*Maka dari itu*, marilah kita sebagai umat Hindu Belajar agama yang Benar sesuai dengan tuntunan Pustaka suci Weda  dengan jalan  memahami isi kandungannya secara benar,  seimbang serta sinergis  antara Tatwa,  Susila dan Upakara agama atau  *TRI JNANA SANDI* dengan cara  bertahap, berjenjang dan berlanjut. Niscaya akan dapat menjalankan ajaran agama dengan  baik & benar  menuju  kualitas rohani *Samyagjnana* dalam mewujudkan umat Hindu yang Damai dan Harmonis ; Satyam, Sivam  dan Sundaram
(Kitab Swastika Rana & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta