Sabtu, 19 September 2020

Nastika

*Mutiara Weda*
19/09/2020

*Nastika*

*Umat Se-dharma*, orang  yang ragu ragu dalam menjalankan ajaran Dharma dan  tidak yakin akan adanya Hukum Karma bahwa setiap perbuatan yang baik maupun buruk akan mendapatkan pahala disebut Nastika . 

Orang  Nastika merupakan orang yang tidak menjalankan swadharmanya dengan baik atau orang yang tidak melakukan.aktifitas / kerja *Niskriya*

*Oleh karena itu* sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk menjalankan swadharma  masing masing dengan  baik & benar dan yakin akan  ajaran Weda, dalam  menuju jalan keagungan  *Vibhuti Marga*. Niscaya akan dapat tercapainya tujuan hidup yaitu Kebahagiaan lahir maupun bathi ,  Catur Purusa Artha akan terwujud. .( SS.114-116)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Swargacyuta & Neraka Cyuta

*Mutiara Weda*
11/ 09 / 2020

*Swargacyuta & Nerakacyuta*

*Umat se-dharma*, Jika kita renung renungkan dalam  sesanti Hindu   emas itu walaupun dipanasi dan ditimpa berkali kali  dia tetap mengeluarkan cahaya atau sinarnya,  demikian juga Kayu Cendana walaupun di gosok gosok berulang kali dia tetap mengeluarkan bau harumnya, begitu juga  kebajikan/kebenaran  tidak akan pernah luntur dan tak akan berubah sepanjang jaman.

Tidak ada kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran *Satya* dan tidak ada neraka yang lebih menyeramkan dari kawah *Candradimuka*, memegang teguh kebenaran dan Ajegnya  Dharma walaupun ajal menantangnya.

*Oleh karena  itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap  umat Hindu selalu memegang teguh ajaran Dharma dalam kehidupan sehari hari dengan jalan selalu berbuat kebajikan sebagai landasan untuk menuju pada kelahiran  mulia *Swargacyuta*,  agar tidak terjerumus ke dalam kelahiran rendah atau *Nerakacyuta* atau *Maharorawa* dan menjauhkan diri dari dari ketidak mengertian akan ajaran Dharma  *Niraya*. Niscaya akan dapat tercapainya  kebahagian hidup menuju pada kelahiran Sorga  *Swargacyuta* (Slokantara, 12 & 49 (37)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sugihan Jawa-Sugihan Bali

*Mutiara Weda*
10/09/2020

*Sugihan Jawa- Sugihan Bali*

*Umat se-dharma*,  salah satu kewajiban Umat Hindu menjelang  perayaan hari raya Galungan & Kuningan yaitu melaksanakan upacara Pensucian   *Sugihan* sebagai rangkaian dari hari raya Galungan. Sugihan Jawa dan Sugihan Bali  bermakna Pensucian Bhuana agung &  Bhuana Alit.

Sugihan Jawa  dilaksanakn pada Kamis,Wage wuku Sungsang sebagai perlambang pensucian Makrokosmos/ Bhuana agung/alam semesta dan Sugihan Bali yang jatuh pada Jumat, Kliwon wuku sungsang, perlambang pensucian mikrokosmos/  Bhuana alit/ diri  sendiri  setiap umat manusia.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu menjelang perayaan hari suci Galungan diawali  melaksanakan pembersihan melalui  hari suci Sugihan, dengan melaksanakan Yadnya  suci  sebagai proses Pensucian Makrokossmos (Alam semesta)
* Dewa Kalinggania pamrastista bhatara Kabeh*  dan Mikrokosmos (diri manusia)
*Kalinggania amretista raga tawulan*.Niscaya Umat Hindu dalam menyongsong hari suci Galungan dengan landasan kesucian diri lahir maupun bathin baik.bhuana alit /diri sendiri maupun bhuana Agung / alam.semesta.  (kitab Sundari gama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

"RAHAJENG  RAHINA SUCI SUGIHAN JAWA*

Hiranyagarbha

*Mutiara Weda*
14/09/2020

*Hiranyagarbha*

*Umat se-dharma*, setiap umat manusia tidak akan pernah luput dari Siklus   *Lahir*, *Hidup* dan akhirnya menuju  *Kematian* / kembali ke asal  sebagai kemahakuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa dalam bentuk *Tri Kona* [ *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina*]. Jagalah selalu prana dalam diri mengingat Sang Brahman bersthana didalamnya *Hiranyagarbha*

Setiap Manusia hidup kedunia ini memiliki tenaga  atau kekuatan yang di sebut *Udana Vayu* atau *Prana halus*.
Udana Vayu inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, berpikir, berbuat dan bernafas dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*
(Kayika, Wacika da Manacika).

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk menjaga kesempatan hidup menjelma menjadi manusia untuk selalu berbuat kebajikan, dengan jalan  bersihkan dan sucikan  *Udana Vayu* melalui peningkatan  kualitas rohani, jaga kesucian diri,  baik lahir maupun bathin  *Yama & Nyama*, mengingat seluruh Udana Wayu adalah *Hiranyagarbha* / *Brahman* di dalam diri  *Aham Brahma Asmi* demikian juga di saat akan kembali ke asal, meninggal atau Pralina, berkewajiban *membisikan* nama nama dari Ida SangHyang Widhi Wasa atau *Nama Smaranam* , aksara aksara suci Tuhan pada telinga orang yang meninggal sangat menentukan kehidupan yang akan datang dalam proses lahir kembali  *reinkarnasi/ punarbhawa* sebagai sifat sifat dasar yang paling kuat. Niscaya *Moksa* dan *Jiwan Mukti* akan dapat dicapai. ( Kitab Sanatana Hindu Dharma hal.37-41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sevaka Dharma

*Mutiara Weda*
15/09/2020

*Sevaka Dharma*

*Umat Se-dharma*,-Jika kita renung  renungkan dalam sebuah pelayanan atau Seva yang dilakukan atas dasar Rasionalitas maka disana akan ada  terselip motivasi pamerih dan penuh harap sebagai suatu tindakan yang tidak relevan dengan Ajaran melakukan.kerja tanpa pamerih/ Lascarya dalam agama Hindu.

Umat Hindu dalam melakukan pelayanan yang maksimal *Sevaka Dharma* dengan menempatkan ketulusan / Lascarya sebagai nilai dasar tatkala akan menjalankan  tiga aspek  kehidupan yaitu : *Melayani /Seva* ,  dalam Membina pemberdayaan umat se-dharma *sarva abhisamdaka* serta *membimbing* umat se-dharma  menuju Moksartham -Jagadhita.

*Oleh karena itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu dalam memaknai nilai  ketulusan atau Lascarya  sebagai suatu tindakan kerja tanpa Pamerih dan tanpa motivasi yang berlebihan terhadap hasil kerja.  Niscaya  Melalui Pengabdian akan memperoleh Kesucian, dengan Kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemuliaan akan mendapatkan kehormatan dan dengan kehormatan pula akan memperoleh kebenaran *Satyam*, *Sivam*  &  *Sundaram*
(Yajur Veda.19.30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Galungan

Mutiara Weda*
16/09/2020

*Om swastyastu*
 *Tityang sekeluarga*  mengucapkan Rahajeng  Hari  raya  

*Galungan  &  Kuningan*

Dumogi Ida SangHyang Widi Wasa state ngicenin kerahayuan, Manah Santih dan Parama Santih, Lahir maupun Bathin  ring umat se-dharma
Om Santih, Santih, Santih Om 

*Made Worda N.   &  sekeluarga*

GALUNGAN :
*SATYAM EVA JAYATE NANRTHAM*

*Umat se-dharma*, Pada  Buda ,Kliwon wuku Dungulan umat Hindu merayakan hari suci  Galungan sebagai  bentuk perayaan   kemenangan *Dharma* atas *Adharma*, kemenangan Kebaikan atas Kejahatan.

Inti hakekat perayaan hari suci Galungan sebenarnya menyatukan kekuatan rohani agar mendapatkan pikiran dan pendirian yang terang serta mampu mengendalikan diri sebagai wujud Dharma *matutur ikang Atma  rijatinia*, sedangkan segala kekacauan pikiran *byaparaning Idep* sebagai wujud Adharma.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam perayaan hari suci Galungan benar benar mencerminkan suatu keberhasilan dalam mengatasi cobaan,  godaan selama perjalanan hidup serta  mengendalikan diri dengan berkarma sesuai Dharma,
sehingga terwujudnya kehidupan yang *anandam/Jagadhita dan moksa*,  *manah Santih* dan *Parama santih* dalam hidup yang *berwiweka*.
(Kitab Sundari gama)

*SATYAM EVA JAYATE NANRTHAM, DUMOGI  DHARMA SELALU  AJEG*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Galungan & Kuningan

GALUNGAN :
*SATYAM EVA JAYATE NANRTHAM*

*Umat se-dharma*, Pada  Buda ,Kliwon wuku Dungulan umat Hindu merayakan hari suci  Galungan sebagai  bentuk perayaan   kemenangan *Dharma* atas *Adharma*, kemenangan Kebaikan atas Kejahatan.

Inti hakekat perayaan hari suci Galungan sebenarnya menyatukan kekuatan rohani agar mendapatkan pikiran dan pendirian yang terang serta mampu mengendalikan diri sebagai wujud Dharma *matutur ikang Atma  rijatinia*, sedangkan segala kekacauan pikiran *byaparaning Idep* sebagai wujud Adharma.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam perayaan hari suci Galungan benar benar mencerminkan suatu keberhasilan dalam mengatasi cobaan,  godaan selama perjalanan hidup serta  mengendalikan diri dengan berkarma sesuai Dharma,
sehingga terwujudnya kehidupan yang *anandam/Jagadhita dan moksa*,  *manah Santih* dan *Parama santih* dalam hidup yang *berwiweka*.
(Kitab Sundari gama)

*SATYAM EVA JAYATE NANRTHAM, DUMOGI  DHARMA SELALU  AJEG*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Wanuta Hindu Dharma Patni

*Mutiara Weda*
17/09/2020

*Wanita Hindu*: Dharma Patni

*Umat Se-dharma*, Dalam ajaran agama Hindu  *Wanita*  memiliki  peranan & kedudukan yang sangat  *mulia & Suci*  “di mana wanita dihormati, disanalah para dewa merasa senang, tapi dimana wanita tidak dihormati  tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala “  

wanita Hindu memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting dan  mulia  yaitu melahirkan.anak yang Suputra/ *Jaya* serta  menjalankan  kegiatan  keagamaan di dalam sebuah rumah tangga / *Dharmapatni* serta menjadi belahan jiwa dari sebuah keluarga / *Ardha Anggani*

*Oleh karena itu*, setiap keluarga Hindu berkewajiban untuk menempatkan wanita Hindu pada porsinya  serta memberikan peranan dan  kedudukan  yang sebenarnya menuju Wanita Hindu yang  *Dharmapatni* dapat menjalankan  *Swadharmanya*  dalam keluarga ;  membangun dan membentuk  keluarga Hindu  yang *Sati*/ *Rajapatni*. Niscaya keluarga *sukino* dapat terwujud.
( MDS.56 &  Satapata Brahmana IV.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Acara agama Penyangga Bhumi

*Mutiara Weda*
18/09/2020

*Acara agama : Penyangga Bhumi*

*Umat Se-dharma* , Dalam Pokok Pokok ajaran agama Hindu, Acara agama  merupakan salah satu dari Tiga kerangka ajaran agama Hindu sebagai  bentuk pelaksanaan ajaran agama yang tercermin dalam kegiatan praktis sebagai wujud rasa bhakti kehadapan Ida  SangHyang Widhi Wasa,  kepada leluhur, kepada sesama manusia dan kepada orang-orang suci kepada alam semesta seisinya dalam bentuk Panca Maha Yadnya menjadi Tiang Penyangga Bhumi dan seisi alam Semesta ,Bhuana Agung & bhuana Alit.

 Pelaksanaan ajaran Agama Hindu mengacu pada Tiga kerangka dasar   yaitu  Tatwa (fisafat), Susila (etika) dan Acara agama (ritual). Upacara agama merupakan  salah satu dari  kerangka dasar Agama Hindu dan menjadi hukum rta dan penegak Bhumi sebagaimana tertuang dalam kitab suci  Atharwa Weda  XXI.1.1  menyebutkan : 
*Satyambrihadh rtam ugram diksa tapo Brahma yajna prithivim dharayanat* ;    Kebenaran, hukum abadi  dan penyucian diri pengendaliandiri, doa dan Yajna inilah yang menegakkan bumi

*Oleh karena itu*, marilah kita sebagai umat Hindu  dalam meningkatkan & memantafkan kualitas *Sradha* & *Bhakti* dengan selalu menegakkan  Panca Maha Yadnya sebagai bentuk praktis kegiatan keagamaan dalam kehidupan sehari hari serta memahami    isi pustaka suci Weda   secara *Utuh* dan *Menyeluruh* dengan cara *Bertahap*, *Berjenjang* dan *Berlanjut* ,   Niscaya,  kualitas Sradha dan  Bhakti akan semakin kuat dan kokoh dalam menghadapi setiap perkembangan jaman,   untuk menuju  tingkatan Spiritualitas yang  *Samyagjnana*
(Kitab Swastika Rana & Atharwa Weda,XXI.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Dharma Bunga Aiswarya

*Mutiara Weda*
20/09/2020

*Dharma Bunga Aiswarya*

*Umat Se-dharma*, Aisvarya merupakan kebahagiaan, kenikmatan & kesenangan yang penuh  tanpa gangguan sehingga  sang atman akan dapat mencapai kebahagiaan sejati  menuju pada  kelahiran  yang di sebut sebagai kelahiran  *Deva Yoni* & Menjadikan Dharma sebagai Bunga Aiswarya.

Demikian pula  sebaliknya manakala pikiran yang selalu diselimuti oleh bibit Adharma / kejahatan dan menentang dharma *Avairagya*, tidak mengetahui akan *Tattva Jnana* dapat dipastikan hidupnya akan mendapatkan penderitaan begitu pula akan dapat mengalami proses reinkarnasi / lahir  kembali menjadi  makhluk rendahan ataupun binatang.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  sudah menjadi kewajiban untuk membangun buah buah Dharma / *Aisvarya* karena dengan ajaran Dharma  akan dapat mencapai kebahagiaan dengan penguatan pada buah Jnana berupa pengetahuan suci Weda. *Niscaya*,  nantinya akan  dapat tercapainya kebahagiaan sejati  kelepasan atau kamoksan yang sering disebut  *Janma Vasana*
(Wrhaspati tattwa, 29 -32)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta



Kamis, 03 September 2020

Sapta Rsi & Catur Veda

*Mutiara Weda*
04/09/2020

*Sapta Rsi  & Catur Veda*

*Umat Se-dharma*,  Jika  dicamkan dalam susastra Hindu bahwa  Pustaka suci Weda diwahyukan oleh Ida SangHyang Widhi Wasa sebelum alam semesta ini diciptakan-Nya dan disabdakan atau diwahyukannya tidak  dalam satu abad melainkan berabad abad  lamanya demikian pula penerima wahyu/ sabda suci   bukanlah seorang maha rsi melainkan tujuh orang Maha Rsi atau Sapta Rsi penerima Wahyu.   Kitab suci Weda  merupakan.Pengetahuan Suci yang mengandung  ajaran kesucian *Kedyatmikan* dalam  menuntun Umat Hindu mencapai tujuan Hidup yaitu  *Catur Purusa Artha*, *Jagadhita lan Kamoksan*.  *Ista prapy anista parihara yoralaukikam upayam yogranto Vedayati sa Vedah*.

Kitab suci Weda merupakan sabda suci  atau wahyu langsung dari Ida SangHyang Widhi Wasa  yang diterima   secara lisan oleh para Maha Rsi karena kematangan / kemekaran  Instuisinya yang dikenal  dengan nama  Sapta Rsi penerima Wahyu / Tujuh Maha rsi sebagai penerima Wahyu antara Lain :  Maha rsi Grtsamada, Maha Rsi  Visvamitra, Maha Rsi Wamadewa,, Maha Rsi Atri, Maha Rsi  Bharadwaja,  Maha Rsi Wasista dan Maha Rsi  Kanwa  dan selanjutnya  ditulis kembali atau dihimpun kembali oleh *Maha Rsi Vyasa* dengan  dibantu para sisyanya dan menjadi *Catur Veda*  sebagai *Weda Sruti* atau Weda Inti atau Weda Sirah.

Maha Rsi  penghimpun catur Veda  Sirah :

*Reg Veda* disusun oleh Maha Rsi Pulaha

*Sama Veda* oleh Maha  Rsi Jaimini

*Yajur Veda* oleh Maha Rsi Vaisampayana

*Atharva Veda* di susun oleh Maha Rsi Sumantu.

Dalam *Catur Weda*  mengalir nilai-nilai kebenaran yang kemudian dikembangkan dalam *kitab-kitab Smrti* seperti *Itihasa*, *Purana*, *Tantra*, *Darsana* dan *Tattwa-tattwa agama*. Ada beberapa karakateristik  kitab suci Veda:

*Veda tidak berawal*,  karena merupakan sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya.

*Veda tidak berakhir*, karena ajarannya berlaku sepanjang jaman sehingga di sebut *Anadi-Anantha*.

Veda bersifat *Apauruseyam*, weda bukan buatan manusia melainkan Wahyu langsung yang diterima & dihimpun oleh para Maha rsi karena kemekaran Instuisinya.

*Universal* , dikarenakan weda  berlaku untuk  seisi alam semesta, siapapun dan tidak akan memandang terhadap apapun.

*Sanatana Dharma* ,  kitab suci Weda bersifat kekal abadi

*Sebagai Kitab Agama* ,   Kitab suci Weda menunjukkan bahwa kebenaran Weda adalah mutlak dan harus diyakini kebenarannya.

*Oleh karena itu*, Marilah sebagai Umat Hindu pegang teguh Pustaka suci Weda dengan Benar, utuh dan sempurna  dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan hidup  sehingga pikiran menjadi bersih dan suci menuju pada tingkatan spiritualitas.  Niscaya  Umat se dharma tidak akan mengalami keragu raguan dan yakin  akan kebenaran Weda sehingga ajaran Hindu akan tetap Ajeg diwariskan pada generasi muda Hindu *Yowana Dharma Laksana*.
( Penghantar Weda  26-28 & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta .