Selasa, 28 Januari 2020

Dharma : Penyangga Alam.Semesta

*Mutiara Weda* 
29/ 01/2020

*Dharma : Penyangga alam semesta*.

*Umat se,-dharma*, Setiap umat Hindu hendaknya menyadari bahwa seluruh  alam semesta beserta isinya  diatur oleh Dharma *Dharanad Dharma Ityahur Dharmena Vidrtah Prajah*.Dharma penyangga jagad raya ini.

Manakala Dharma dilanggar dapat dipastikan akan digilas oleh Dharma, demikian pula sebaliknya tatkala umat manusia memegang teguh ajaran Dharma dia  akan di jaga dan dilindungi oleh Dharma pula.

*Untuk itu* jadikan Dharma dengan kitab suci Weda sebagai tolok ukur untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup  *Weda pramanakah Sreyah sadhanam Dharmah*. ( Santi Parwa 167.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Yadnya Bentuk.Bahasa Mona

*Mutiara Weda*
23/ 01 / 2020

*Yadnya Bentuk  Bahasa Mona*

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka  suci Weda Samhita mengajarkan untuk selalu memanjatkan rasa syukur & angayubagya  sebagai  wujud Bhakti dengan berbagai cara,  salah satunya dalam bentuk *meyadnya* sebagai bahasa mona dalam melakukan praktek praktek  keagamaan.

Dalam mempersembahkan Banten/ Yadnya  menggunakan  berbagai  bentuk  bahasa seperti :
*bahasa tulis* yaitu  dalam menyampaikan  Banten/ yadnya sesuai dengan kitab  suci *Weda Samhita*  dan
*bahasa lisan* yaitu dalam menyampaikan  dengan menggunakan bahasa sehari hari *Seha* serta ada pula  menggunakan  *bahasa  Mona* yaitu menggunakan  sarana dalam bentuk  Banten/ Yadnya. 

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban dari pustaka suci Weda untuk melaksanakan Panca Maha Yadnya atau Banten dengan landasan pikian.yang tulus, suci, bulat dan jangkep. *Ikang yadnya Ingaranan Pakahyunan sane hening suci, tulus tur jangkep. Niscaya hakekat meyadnya akan bisa diwujudkan yaitu kedamaian, ketentraman Bhuana Agung dan Bhuana Alit.
( Lontar Yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Vimoha

*Mutiara Weda*
24/ 01/2020

*Vimoha*

*Umat se-dharma*, Pikiran atau Manah  merupakan sumber dari *Karma* / adanya perbuatan, semua keadaan tubuh dirasakan oleh pikiran. Rasa *sakit hati yang mendalam* menyebabkan manusia kehilangan akal sehatnya, sehingga tindakannya cenderung menjadi serba salah serta menambah rasa benci yang mendalam sebagai awal dari  timbulnya sifat Amarah/ krodha yang berujung  tak terkendalinya alam pikiran, *Pikiran Sakit*  atau  *Vimoha*

Pikiran yang tak terkendali , berakibat sakinya  pikiranatau *Vimoha* dengan tiga faktor penyebabnya yaitu  :

*Adyatmika* : pikiran sakit diakibatkan karena ulah pikiran sendiri karena keterikatan.akan sesuatu

*Adhidaivika*: pikiran sakit karena pengaruh dunia gaib.

*Adhibautika* : pikiran sakit karena faktor dari luar.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bersihkan Diri baik secara lahir maupun bathin /  Yama brata maupun Nyama Brata dengan pengendalian Indrya ; *Tapa*, *Brata*, *yoga* dan *semadhi*  dengan cara : tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran dan kejujuran, jiwa manusia dengan pelajaran suci serta kecerdasan disucikan dengan pengetahuan yang benar.Niscaya pikiran akan menjadi bersih / manah suci sehingga dapat menjalankan *Viveka* dengan benar serta dapat terwujudnya Jagadhita dan moksah.
( Wrhaspati Tattwa’16  & MDS. V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Dosa Penyebab Samsara

Mutiara Weda*
25/01/2020

*Dosa Penyebab Samsara*

*Umat se-dharma,  Dalam ajaran agama Hindu proses kehidupan yang selalu berputar  putar / berulang ulang  lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara. Samsara pada dasarnya  adalah suatu  penderitaan.  menderita disebabkan karena Dosa.

Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain  atau yang baru dengan disertai karma wesana sebagai pengikutnya setianya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu harus paham betul bahwa samsara itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan  karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi,  lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* jalan menuju alam kamoksan.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Mada :'Keangkuhan

*Mutiara Weda*
26 /01 / 2020

*Mada* : Ke-Angkuhan

*Umat se-dharma*,  Setiap umat 'Manusia haruslah menyadari bahwa  hidup di maya pada ini  selalu  diselimuti oleh  keangkuhan / *mada*  sebagai bagian dari *Sad Ripu* yang dapat menghancurkan  jiwa setiap umat  manusia manakala tidak  mampu untuk mengendalikannya.

Keangkuhan atau Kesombongan itu disebabkan oleh :

*Vidya mada* ; angkuh atau sombong  karena pengetahuan atau kecerdasannya.

*Dhana mada*;  Keangkuhan atau mabuk  karena kekayaan,

*Kula mada* ;  keangkuhan karena merasa kelahiran mulia. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Untuk itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri dengan   mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terlepas dari pengaruh *Mada*
( Vreti sasana II b.78 & Wedanta)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

selalu Angayubhagya

*Mutiara Weda*
26/ 01/2020

*Selalu Angayubhaya*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan  hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini di ibaratkan seperti Roda pedati yang selalu berputar putar, silih berganti,  suka maupun duka.tak satupun manusia mampu menahan dan merubah Kuasa Tuhan.

Rasa Suka  dan Duka  akan selalu datang silih berganti dan selalu  berdampingan serta Kebahagiaan  yang dianugerahkan-Nya itu tidak bisa diukur dari seberapa banyak yang dimilikinya, melainkan seberapa rasa angayubagya yang bisa diungkapkannya . 

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu  untuk wajib selalu bersyukur dan memanjatkan rasa angayubagya apapun yang di anugrahkan Hyang Widhi dan menyadari bahwa Hyang Widhilah yang mengatur semuanya dengan *Karma Wesana* sebagai tolok ukurnya.*Karma svatantrya*.
(Kitab Slokantara, 84.76.hal. 297)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .


wiweka

*Mutiara Weda*
27/ 01/2020

*Wiweka *

*Umat se-dharma*, di dalam Sesanti Hindu ada disebutkan ; Jika  diberikan  madu bercampur dengan Racun,  haruslah dapat memilah untuk mengambil madunya,  begitu pula,  jika emas berada dalam kubangan lumpur bercampur  dengan  kotoran  kita pun harus dapat memilah  untuk  mengambil emasnya.

Demikian juga  halnya  dengan Ilmu  pengetahuan,  Budhi pekerti, Etika, kitapun harus bisa  mengambil dan memetiknya walaupun dari mana  sumber & asalnya.

*Untuk itu*  sebagai umat Hindu selalu  berpegang teguh pada kebenaran *Satyam*,  gunakan selalu *Wiweka* memilah milah perbuatan yang baik  untuk dijadikan penerang  dlm keseharian pada  kehidupan  keluarga dan masyarakat  *Memadangi kulawarga Saha wandu wandawa*. Niscaya, akan selalu dapat berpikir bersih, bertutur kata  yang santun serta bertingkah laku yang suci ,  murni sesuai ajaran Dharma.
(Slokantara 56 & Nitisastra IV. 1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Guna Artha

Mutiara Weda*
28 / 01 /2020

*Guna Artha dalam ajaran Hindu*

*Umat se-dharma*.  Seindah apa pun bunga yang ada di dalam sebuah taman, dalam kurun waktu tertentu ia pasti akan layu. Demikian juga halnya dengan umat manusia,  Sehebat apapun dalam pencapaian material seseorang di dunia ini dia juga memiliki batas waktu untuk memiliki & menggunakannya.

Penggunaan  Artha / kekayaan yang benar  sesuai tuntunan dalam ajaran agama  Hindu ;

*Sadhana rikasidhaning  Dharma*,menjalankan Dharma/ meyadnya, *Sadhana rikasidhaning kama*,memenuhi keinginan atau cita cita hidup dan

*Sadhana rikasidaning Artha*,

untuk kesejahtraan dan kemakmuran.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia harus memahami akan guna dari Artha tersebut dan jangan pernah mengijinkan kekayaan yang besar membuat *EGO* juga menjadi besar yg dapat membawa kehancuran dan malapetaka bagi si pemiliknya,  gunakan Artha itu sesuai dgn tuntunan kitab suci Weda . niscaya akan mengerti arti dan Guna dari Artha yg sebenarnya, sehingga terhindar dari bencana.

(Kitab Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 16 Januari 2020

Spiritualitas : Perhalus Jiwa & Perkokoh Budhi

*Mutiara Weda*
31/12/2019

*Spiritualitas : Perhalus jiwa & Perkokoh Budhi*

*Umat se-dharma*, jika dipahami kita belajar  agama & ajaran kesucian *spiritual* bukan  untuk menyakiti  orang lain dan bukan pula untuk memerangi orang lain, melainkan untuk memperhalus jiwa dan memperkokoh Budhi.
  
Jika  ajaran agama & ajaran kesucian *spiritual* digunakan  untuk menyakiti orang lain  apalagi membunuh, sudah dapat dipastikan Sebagai cermin rendahnya tingkatan spiritulitas  yg  dimilikinya sehingga cendrung akan melahirkan kerasnya jiwa serta matinya rasa.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam membangun kualitas rohani atau spiritualitas belajarlah  ajaran agama & ajaran kesucian *spiritual*  secara benar guna memperhalus jiwa dan memperkokoh  Budhi  dengan jalan menguasai ilmu pengetahuan suci Weda Samhita. Niscaya kehidupan yang *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram* akan  dapat terwujud. _(BG.IV.39 & Arjuna Wiwaha)_

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta




Catur Dharma Sadhanam

*Mutiara Weda*
01/01/2020

*Catur Dharma Sadhanam*

*Umat se-dharma,* meng:amalkan dan mengaplikasikasi  ajaran Dharma pada diri seseorang  menuju jalan-Nya  disebut dengan *Dharma Sadhana*. Ada empat sadhana   sebagai  *_sesarining Dharma_* yang di sebut *Catur Dharma Sadhana*.

Keempat Sadhana tersebut yakni  ; *Jnana kanda* : pikiran yang terbebas dari dualitas,

 *Bhakti Kanda*  : sikap welas asih dan kebaikan yang tak terbatas pada semua makhluk, 

*Yoga Kanda* : pikiran yang bebas dari pengaruh  sad ripu,

 *Karma Kanda* :  melaksanakan swadharma dengan baik.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu wujudkan dan realisasikan kesucian Dharma/ Sadhaka dalam diri masing masing  melalui latihan latihan rohani dengan tahapan  *Astangga yoga*  secara sistematis dan praktis sehingga terbina, terpupuk Budhi pekerti dan kesucian bathin. Niscaya akan mampu mengamalkan nilai nilai Dharma dengan baik sehingga menjadi *Sadhaka* dan mencapai *Jiwan Mukti*
(reg Weda VIII.69.8 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Udana Vayu

Mutiara Weda*
02/ 01/2019

*Udana Vayu*

*Umat se-dharma*, setiap umat manusia tidak akan pernah lepas dari Siklus  *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina*, kelahiran, kehidupan dan akhirnya menuju  Kematian / kembali ke asal sebagai tiga kemahakuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa *Tri Kona*

Setiap Manusia hidup kedunia ini memiliki tenaga /kekuatan yang di sebut *Udana Wayu* atau *Prana halus*.
Udana Wayu inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, berpikir, berbuat dan bernafas dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*
(Kayika, Wacika da Manacika).

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan dan sucikan  Udana Wayu dengan jalan tingkatkan selalu kualitas rohani, jaga kesucian diri,  baik lahir maupun bathin  *Yama & Nyama*, mengingat seluruh Udana Wayu adalah *Hiranyagarbha* / *Brahman* di dalam diri demikian juga di saat akan kembali ke asal, meninggal atau pralina, berkewajiban membisikan nama nama dari Ida SangHyang Widhi Wasa atau *nama smaranam* , aksara aksara suci Tuhan pada telinga orang yang meninggal sangat menentukan kehidupan yang akan datang dalam proses lahir kembali  *reinkarnasi/ punarbhawa* sebagai sifat sifat dasar yang paling kuat. Niscaya *Moksa* dan *Jiwan Mukti* akan dapat dicapai. ( Sanatana Hindu Dharma hal.37-41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Satvika Vidya

*Mutiara Weda*
03/ 01/2020

*Satvika Vidya :  berpikir Positif*

*Umat se-dharma*, Tingkatan getaran pikiran /Instuisi  menentukan tingkatan kualitas  spiritual seseorang dan menempatkan pikiran sebagai pemeran utama yang membawanya ke alam  kelahiran kembali, ke alam roda samsara maupun dalam mencapai kamoksan atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokhsayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran / selalu berpikiran Positif atau *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Untuk itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Hidup Seperti Roda Pedati

*Mutiara Weda*
04 / 01/2020

*Hidup seperti Roda Pedati*

*Umat se-dharma*,  hidup  menjelma menjadi manusia di maya.pada ini ibarat   * roda pedati* yang selalu berputar putar, terkadang diatas dan terkadang pula dibawah.

Demikian pula halnya dalam menapaki  kehidupan ini ;' suka dan duka selalu datang  silih berganti, penuh dengan dinamika hidup yg diselimuti  dan diwarnai berbagai nafsu / keinginan .

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu memanjatkan rasa syukur dan angayubagya kehadapan sang maha pencipta atas anugerah-Nya sehingga dapat mengarungi proses kehidupan ini dengan   pikiran yang terpusat dan terkendali serta sabar dengan  tidak lekas  berputus asa manakala menghadapi persoalan hidup.  Niscaya akan mengerti akan hakekat hidup yang sebenarnya yaitu suatu penderitaan yang disebabkan oleh dosa ataupun karma wesananya. ( SS.80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Panca Klesa

*Mutiara Weda*
05/01/2020

*Panca Klesa*

*Umat se-dharma, umat Hindu  dalam mencapai tujuan hidup nya /*Catur Purusartha dan kelanggengan hidup serta kebahagian abadi  bagi sang jiwa /*Sat Cit Ananda* , ada lima rintangan yang sering akan dihadapi yang di sebut dengan *Panca Klesa*

Kelima rintangan tersebut antara lain :
*Avidya* : Kegelapan, kebodohan atau ketidaktahuan.
*Asmita* :  Keangkuhan dan kesombongan
*Raga* :   Keterikatan
*Abhiniwesa* : ketakutan akan kematian
*Dwesa* : Rasa Benci  pada orang lain.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam mencapai kebahagiaan hidup  lepaskan diri dari berbagai rintangan dengan meningkatkan Spiritualitas serta tampakkan suksme sarira yang lembut, bercahaya sehingga mampu melihat suksme sarira sebagai suatu *Aura*.
( BG.XIII.23 & Wrspati Tattwa.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Lalita Hita Karana

*Mutiara Weda*
06/ 01 / 2020

*Lalita Hita Karana* : Jalan Kamoksan

*Umat se-dharma*, , Dalam Pustaka suci Weda mengajarkan untuk selalu Setia, Jujur dan memegang teguh Kebenaran dalam menuju ketenangan dan kedamaian Bathin *Parama Santih*

*Satyam Eva jayate Nanrtham*, *Sura Dira Jayengningrat Lebur dening pangastute*.

Kebenaran dan kejujuran menjadi sifat dan hakekat ke-Tuhanan *Sat, Cit, Ananda Brahman* sebagai bagian dari dasar  keyakinan atau Sraddha Dalam ajaran agama Hindu. Kesetiaan dan kejujuran itu timbul bukan dari orang lain melainkan tumbuh dari dalam diri  masing masing.

*Untuk itu*, pupuklah kesetiaan , kejujuran dan rasa tanggungjawab akan kebenaran melalui pengamalan ajaran *Panca Satya : Satya Wecana, Satya Hrdaya, Satya Mitra, satya Samaya dan satya Laksana serta membuang jauh jauh sifat angkuh, sombong dan pembohong *wak Purusya*.Niscaya akan dapat menumbuhkan sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*  yang ada dalam diri, sehingga terwujudnya *Lalita Hita Karana* jalan menuju kamoksan/kebebasan yang abadi.
(Sarasamuscaya ,130-131)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Janana Sandhi

*Mutiara Weda*
07/ 01 /2020

*Tri Jnana Sandi*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan amatlah sulit rasanya  kita  bisa memahami  isi kitab suci  Weda  Samhita secara  sempurna   manakala tidak mempelajari,  memahami  isi  dari kitab  suci  Weda  secara utuh,  menyeluruh dan seimbang  ; Tattwa agama, Susila agama dan Acara agama  secara sinergis, seimbang dan berkelanjutan *Tri Jnana Sandhi*.

Sulit dibayangkan   bisa mempraktekan ajaran agama tanpa memahami isi dari ilmu  agamanya secara benar demikian pula  amatlah Mustahil rasanya kita  bisa memahami isi dari kandungan  ajaran agama tanpa mempelajari teori agamanya ataupun  Ilmu agamanya secara benar.

*Maka dari itu*,  sudah menjadi kewajiban  bagi  setiap umat Hindu Sebelum mempraktekkan ajaran agama  terlebih dahulu dilandasi  dengan pemahaman  isinya  secara benar dan Sinergis sesuai petunjuk kitab suci  Weda "TRI JNANA SANDI " serta mempelajarinya dengan cara bertahap, berjenjang dan berlanjut.
(Kitab Swastika Rana & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Bhoga

*Mutiara Weda*
08/ 01/2020

*Tri Bhoga*

*Umat se-dharma*, dalam mewujudkan umat Hindu yang Jagadhita, bahagia lahir dan bathin tidak bisa lepas dari  terpenuhinya tiga kebutuhan yang paling mendasar  bagi setiap umat Hindu dalam ajaran agama Hindu yang di sebut   *Tri Bhoga*

Tri Bhoga  meliputi :

*Bhoga* : makanan  yang sehat dan.bergisi  sangat diperlukan oleh tubuh setiap umat manusia begitu memasuki alam  maya pada ini.

*Pari bhoga* : rumah  tempat tinggal sebagai tempat melangsungkan kehidupannya.

*Upa bhoga* : bhusana atau pakaian juga sebagai kebutuhan primer dan pokok  umat manusia beserta etikanya dalam berbhusana.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangunlah keluarga yang bahagia / *Sukino Bhavantu*, keluarga yang Jagadhita dengan terpenuhinya  Tri bhoga sebagai penunjangnya. Niscaya umat Hindu yang damai, Jagadhita  menuju umat Hindu yang  santih ,bahagia lahir dan bathin , Bhumi kerta bisa terwujud. ( Maitri Upanisad VI.41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Karma Patha

*Mutiara Weda*
09/01/2020

*Karma Patha*

*Umat se-dharma*, jika kita renung  renungkan dalam kehidupan sehari hari, Tatkala Orang  telah  memiliki  tingkatan kesadaran akan sang  dirinya dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat   melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu  memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna  bagi diri sendiri dan  berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri  dengan menampakkan nilai  keindahan dan  keluhuran  budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya  *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali duhka akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta.

sad Pertivi Daryante

*Mutiara Weda*
10/01/2020

*Sad Pertivi Daryante*

*Umat se-dharma*, umat Hindu dalam  mengembangkan  kehidupan dan menjaga alam semesta beserta  isinya secara serasi dan seimbang   di kenal dengan nama  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan.

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jalankan Swadharma

*Mutiara Weda*
11/01/2020

*Jalankan  Swa Dharma* 

*Umat se-dharma*, Melakukan tugas, kewajiban dan tanggung  jawab sendiri *Swadharma* walaupun tidak sempurna lebih mulia daripada melaksanakan tugas orang lain *Para Dharma*.  Lebih mulia mati menjalankan tugas sendiri *Drewya Yadnya* daripada mati dalam menjalankan dan melaksanakan kewajiban  orang lain / para dharma. *JANGAN PERNAH RAGU DALAM MENJALANKAN SWA DHARMA*

Melaksanakan  tugas dan kewajiban diri sendiri sesuai dengan ajaran agama  di sebut *Swadharma* sedangkan melaksanakan tugas dan kewajiban  orang lain di sebut *Para Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  pegang teguh dan sadar akan tugas dan kewajiban masing masing *Swadharma* dalam menjalankan  *Dharma agama* serta mengembangkan tatanan kehidupan umat Hindu yang baik dan benar melalui:

 *cara* :  marga, 
*ukuran* : Pramana, 
 *Tujuan* : Artha ,
 *karakter* : Guna, 
*pola kehidupan* : Ashrama, *persembahan* : Yadnya, *keyakinan* : Sradha,
 *kemuliaan* :  Paramartha,
 *citta*: budhi, 
*keharmonisan* : 
Sundaram.  
Niscaya akan dapat mengetahui hakekat kerja/ *karma* yang sebenarnya dan menjalankan *swa dharma* dan *para dharma* dengan baik dan benar. 
( BG. III.35 & Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Garbhadana Samskara

Mutiara Weda*
13/01/2020

*Garbhadana samskara*

*Umat se-dharma*, salah satu upacara yang tergolong dalam manusa Yadnya, yang wajib dilakukan bagi  sepasang suami-Istri pada saat kehamilan yang di sebut upacara *Garbhadana Samskara* atau yang dikenal juga  dengan nama upacara *Garbhalambhanam* sebagai bagian dari upacara *sarira samskara*.

*Upacara Garbhadana samskara* yang lumrah  disebut upacara magedong gedongan, dilaksanakan pada saat keahamilan baru berumur 210 hari  atau 7 bulan masehi bertujuan agar benih atau janin yang ada dalam kandungan tumbuh subur, bertambah kuat, sehat dan nantinya lahir menjadi anak yang Suputra.

*Untuk itu*, sebagai umat beragama Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  melaksanakan upacara Garbhadana samskara memuja kehadapan para Dewata dan Sanghyang Pitara agar sang janin tumbuh dengan baik serta lahir sehat dan selamat sehingga nantinya lahir menjadi  anak yang *Suputra*, berkarakter serta Berbudhi pekerti luhur.
( Reg Veda X.184 & Dharmasastra,VI.9.1.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Niti dan Sesana

*Mutiara Weda*
12/01/2020

*NITI dan SESANA*

*Umat se-dharma*, setiap umat Hindu wajib untuk mempelajari,  memahami dan memancarkan isi kitab suci Weda  *Dharma Vahini serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga*  demikian pula berkewajiban untuk mengetahui   akan mana yang baik &  mana  yang buruk *Wiweka* dalam menjalankan kehidupan di mayapada ini.

Umat Hindu dalam mempraktekan dan  mengamalkan setiap   perbuatannya  tidak bisa lepas dari  sangkut paut  dan teropongan  dari  ajaran *Sesana* dan  ajaran *Niti*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk  memahami dan mengamalkan seluruh  ajaran Kesucian  termasuk ajaran *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  Kebenaran *Dharma*  serta taat & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Prema : Tumbuhkan rasa Kasih Sayang

*Mutiara Weda*
14/01/2020

*PREMA* : Tumbuhkan  Rasa  kasih Sayang
    
*Umat se-dharma*, *Tri Kaya Parisudha* merupakan salah satu  ajaran Etika, moral, budhi pekerti dan menjadi landasan yang paling mendasar  dalam mewujudkan *manah Santih* dan *Parama Santih*, dengan *Tri Permana Telu* sebagai pijakannya.

Bila cinta kasih dan rasa kasih sayang dipadukan dan  dikaitkan dengan Manah / pikiran, ia akan menjadi *kebenaran*, Bila rasa kasih sayang dijadikan dasar perbuatan maka perbuatan akan menjadi *Dharma*, bila perasaan dijiwai oleh cinta kasih sayang maka hati akan penuh dengan *kedamaian*- Tatkala cinta kasih tidak menjiwai perbuatan, tidak akan pernah ada *Dharma*, jika  kita tidak merasakan cinta kasih di dalam hati maka tidak akan pernah ada kedamaian /Santih.

*Untuk itu*, tumbuhkan  rasa Cinta kasih  sayang *Prema* dalam diri masing masing dan tampilkan sifat saling memaafkan sebagai  landasan untuk mendapatkan kebenaran *Dharma*, dan *Santih* / kedamaian serta tanpa kekerasan *Ahimsa*. Niscaya  akan dapat dengan mudah mengalahkan kebencian *Dwesa* dan kemarahan *Krodha*. Hiduplah dengan Cinta kasih dan penuh kedamaian.
( BG.Percakapan X.hal.97)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha 
Sasmitha-Yogyakarta

Karma dan Yadnya

*Mutiara Weda*
15/ 01/2020

*Karma dan   Yadnya*

*Umat se-dharma*,,  Hakekat dari karma  sebenarnya   adalah sebuah  *Yadnya suci*, “Bekerja demi kewajiban *Swadharma*, bukan demi hasil perbuatan,  jangan sekali  kali pahala menjadi motif dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri , berpangku tangan tanpa kerja.

Orang yang mempersembahkan semua kerjanya kepada Brahman dan bekerja tanpa motif keinginan apa-apa, orang seperti itu, tak akan  terjamah oleh dosa, laksana daun teratai tak akan basah oleh air

*Untuk itu*, setiap umat manusia harus dapat memegang teguh prinsip dasar ajaran Karma Yoga, menjalankan hidup yang semestinya dan memenuhi segala kebutuhannya agar hidup di dunia menjadi  bahagia (jagadhita) dan menikmati kebahagiaan dengan Berkarma sebagai suatu swadharma. Niscaya kebahagiaan lahir dan batin, "Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma" akan  dapat terwujud nantinya.
( BG.II.47 / BG V.10 & kitab  Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .






Tiga Komponen Dasar

Mutiara Weda*
16/01/2020

*Tiga Komponen Dasar Pembentukan Karakter Umat Hindu*

*Umat se-dharma*, sumber kebocoran energi yang paling besar dan sangat berbahaya bagi umat Manusia terletak pada tak terkendalinya Manah /  alam pikiran sehingga cenderung liar, berakibat rendahnya tingkatan rohani  yang berujung  rapuhnya  spiritualitas seseorang.

Tidak terpusatnya alam pkiran  *Dhyana* dan tak terkendalinya Indrya, secara otomatis  akan menyebabkan   sulitnya  dalam mengatasi gangguan,  godaan dan cobaan  hidup.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu, pegang teguh ajaran agama secara benar, perkokoh kualitas Rohani melalui pusatkan pikiran *Dhyana* dengan selalu menjaga kestabilan tiga komponen dasar Pembentukan karakter bagi masyarakat Hindu  yaitu :

*Vihara* : kualitas Intelektual

*Ahara* : Kualitas Mental, moral dan.budhi pekerti

*Ausadha* : Postur dan kesehatan lahiriahnya. Niscaya akan selalu dapat mengendalikan Indrya   dari pengaruh  unsur Sad Ripu.
[Kitab Wraspati Tatwa]

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

svatantra Katah

*Mutiara Weda*
17/01/2020

*Svatantra Katah*

*Umat sedharma*, jika direnungkan  setiap  manusia pada dasarnya  penuh dengan kebebasan,  bebas menentukan kehendaknya sendiri, demikian juga sepenuhnya bertanggungjawab terhadap semua perbuatan yang dilakukannya atau *Svatantra Katah*.

Demikian juga *Karma* dalam melakukan tindakan / perbuatan melalui  tiga cara yaitu : Pikiran, Perkataan dan melalui olah tubuh.
Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, dan bahkan, tak akan pernah  mencapai kesempurnaan manakala menghindari kegiatan Kerja.

*Untuk itu*,sebagai umat  beragama Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melakukan kerja atau berkarma  dengan tidak terikat akan hasilnya dengan dasar Kehendak-Nya dan Brahman sebagai sebab yang tak tersebabkan. Niscaya akan memahami hakekat hidup menjelma menjadi manusia untuk berkarma.
( Kitab Samsara & BG.III.4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Rabu, 01 Januari 2020

udana Vayu

Mutiara Weda*
02/ 01/2019

*Udana Vayu*

*Umat se-dharma*, setiap umat manusia tidak akan pernah lepas dari Siklus  *Utpeti*, *Sthiti* dan *Pralina*, kelahiran, kehidupan dan akhirnya menuju  Kematian / kembali ke asal sebagai tiga kemahakuasaan dari Ida SangHyang Widhi Wasa *Tri Kona*

Setiap Manusia hidup kedunia ini memiliki tenaga /kekuatan yang di sebut *Udana Wayu* atau *Prana halus*.
Udana Wayu inilah yang menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, berpikir, berbuat dan bernafas dalam menjalankan *Tri Kaya Parisudha*
(Kayika, Wacika da Manacika).

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan dan sucikan  Udana Wayu dengan jalan tingkatkan selalu kualitas rohani, jaga kesucian diri,  baik lahir maupun bathin  *Yama & Nyama*, mengingat seluruh Udana Wayu adalah *Hiranyagarbha* / *Brahman* di dalam diri demikian juga di saat akan kembali ke asal, meninggal atau pralina, berkewajiban membisikan nama nama dari Ida SangHyang Widhi Wasa atau *nama smaranam* , aksara aksara suci Tuhan pada telinga orang yang meninggal sangat menentukan kehidupan yang akan datang dalam proses lahir kembali  *reinkarnasi/ punarbhawa* sebagai sifat sifat dasar yang paling kuat. Niscaya *Moksa* dan *Jiwan Mukti* akan dapat dicapai. ( Sanatana Hindu Dharma hal.37-41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta