Kamis, 25 April 2019
Senin, 15 April 2019
Bangun Kesadaran Diri
*Mutiara Weda*
16 / 04 /2019
*Bangun Kesadaran Diri*
*Umat se-dharma*, Tatkala Orang telah memiliki tingkatan kesadaran akan sang diri dapat dipastikan hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma* serta mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.
Selama badan masih kuat dan sehat, demikian juga selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan yang berguna bagi diri sendiri serta berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*
*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran diri dengan menampakkan nilai keindahan dan keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali dukha akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Dosa Penyebab Samsara
Mutiara Weda*
15/04/2019
*Dosa Penyebab Samsara*
*Umat se-dharma, Dalam ajaran agama Hindu proses kehidupan yang selalu berputar putar / berulang ulang lahir (utpeti) hidup (sthiti) dan mati (pralina) tiada henti di sebut Samsara. Samsara pada dasarnya adalah suatu penderitaan. menderita disebabkan karena Dosa.
Hidup dalam alam Samsara / punarbhawa ibarat seperti ulat ataupun lintah yang berjalan pada seuntai dedaunan, yang setelah mencapai ujungnya, akan melekukan badannya kearah batang baru, demikian juga halnya sang atman setelah meninggalkan badan kasar /badan wadag akan melekukan badannya kedalam tubuh yang lain atau yang baru dengan disertai karma wesana sebagai pengikutnya setianya.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu harus paham betul bahwa samsara itu terjadi akibat dari pahala atau karma yang belum sempurna semasa manusia hidup dan ketidaksempurnaan karma bersumber pada unsur *maya* yang mengikat sang atman dalam bentuk kenikmatan duniawi, lepaskan diri dari samsara dengan penguatan pada pengendalian Indria serta memahami bahwa atman adalah Brahman dan tercapainya tingkatan pengetahuan yang sejati /*Jnana* jalan menuju alam kamoksan.
(Brhadaranyaka Upanisad, IV.4.6)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Kebenaran itu Kekal
*Mutiara Weda*
14/ 04 /2018
*Kebenaran itu Kekal*
*Umat se-dharma, kalau kita renung renungkan Dharma/ kebajikan dan kebenaran ; ibaratkan Emas, walaupun dia dipanasi berkali kali dia akan tetap cemerlang dan mengeluarkan sinar / cahaya, begitu pula kayu Cendana, walaupun dia di gosok gosok berulang kali, dia akan tetap mengeluarkan bau harumnya.
Demikian juga halnya dengan kebenaran dan kebajikan dia tidak akan pernah luntur dan berubah walaupun sampai akhir jaman.
*Untuk itu*, sebagai umat manusia untuk selalu berpegang teguh pada ajaran Dharma/ kebaikan dan kebenaran *Satya* dengan sungguh sungguh serta taat & patuh pada tuntunan kitab Suci Weda, Niscaya akan tercapainya tujuan hidup *Catur Purusaartha* & dilindungi oleh Sang maha Pencipta.
(Slokantara, 12. 75 )
Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Jumat, 12 April 2019
Catur Bekal Numadi
Muriara Weda*
12/04/2019
*Catur Bekal Dumadi*
[ empat bekal kita hidup]
*Umat se-dharma, Dalam ajaran agama Hindu, lahir menjelma menjadi manusia sangatlah mulia, sangatlah utama dan sangatlah sulit untuk diperolehnya, karena dengan menjelma menjadi manusia dapat menimbang nimbang mana yang baik dan mana yang buruk / *Wiweka* Demikian pula halnya dalam hidup ini, sebenarnya sudah dibekali dengan empat bekal hidup yang di sebut *Catur Bekal Dumadi* antara lain :
*Suka* : perasaan yang selalu senang, suka dan bahagia
*Dukha* : Rasa sedih ataupun rasa dukha selalu menyelimuti setiap umat manusia.
*lara*, Tak seorangpun manusia dapat terhindar dari Kesengsaraan karena hidup pada dasarnya adalah menderita.
*Pati*, setiap umat manusia tak luput dari Siklus kematian atau Pralina.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jalankan proses hidup dengan rasa Angayubagya, pergunakan kesempatan menjelma menjadi manusia untuk selalu berbuat Kebajikan / *Subha Karma*, serta sadar bahwa proses kehidupan akan mengalami siklus perputaran *Tri Kona* : *Utpeti*, stithi, Pralina dengan rwa bhineda selalu mendampinginya. Jangan terlalu berbangga dan berbesar hati manakala mendapatkan kebahagiaan dan jangan pula terlalu bersedih hati tatkala mendapatkan rasa dukha dan penderitaan, jalankan hidup ini dengan landasan Lascarya, Citta sudhi / Pikiran yang bersih, Nirahamkara/kendalikan emosi emosi gelap, laksanakan dhyana yoga/samadhi. Niscaya akan dapat menuju target Utama menjelma menjadi manusia yaitu *Kesadaran sejati*, memutus siklus samsara menuju *Moksa*.
( SS.3-6. & SS.473-474)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Panca Nrta
*Mutiara Weda*
13/04/2019
*Panca Nrta*
*Umat se-dharma, Dalam ajaran agama Hindu tertuang bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dibekali dengan akal/ pikiran / idep untuk menjalankan *wiweka jnana* dan menempatkan kejujuran/ satya pada posisi yang paling penting dan utama. Namun demikian, disisi lain dalam ajaran agama Hindu ada lima kebohongan yang diperbolehkan dan dibenarkan yang disebut *Panca Nrta*
*Berbohong pada anak kecil*, melakukan kebohongan pada anak kecil untuk mengajarkan ajaran ajaran Etika agama.
*Berbohong kepada musuh*, Untuk menjaga keselamatan diri serta menyelamatkan bansa dan negara.
*Berbohong pada Pasangan* dalam usaha untuk menjaga kedamaian , kerukunan dan keharonisan dalam sebuah rumah tangga.
*Berbohong kepada orang sakit*, berbohong pada orang sakit juga diperbolehkan untuk kepentingan diri dari yang bersangkutan.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam menjalankan ajaran panca Nrta dengan tetap berpegang teguh pada ajaran Tri Kaya Pari suda guna menyelamatkan jiwa, membangun kedamaian, kerukunan dan keharmonisan keluarga Hindu yang *Saha Dharmani* dan Bumi Kerta.
(Canakya Niti Sastra, VII.12 dan Slokantara 69)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Kamis, 11 April 2019
Rurub Kaiang
*Mutiara Weda*
11/04/2019
*Rurub Kajang*
*Umat se-dharma*, Umat Hindu dalam melaksanakan upacara Pitra Yadnya tidak bisa lepas dengan penggunaan rurub kajang atau kerudung kajang sebagai salah satu *Upa rengga* yang sangat penting dan menentukan dalam proses upacara Pitra Yadnya atau pengabenan / perabuan yang dibuat oleh Sang Sulinggih / sang Dwijati.
Rurub kajang sebagai simbol perjalanan dari sang Atman akan menemui para leluhurnya untuk menuju alam Swarga atau alam Kamoksan agar tidak mendapat rintangan atau halangan dalam perjalanannya yang dilukiskan dengan berbagai Aksara suci baik *Panca aksara*, *Panca Brahma* maupun aksara *Dasa Bayu* dan akasara suci lainnya yang penggunaannya diletakkan diatas jenasah atau peti jenasah sebagai perlambang adanya restu dari sanak keluarga, sang sulinggih dan Betari Kawitan/leluhurnya terhadap kepergian Sang Palatra manunggal dengan Sang Maha Pencipta.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam setiap penyelenggaraan upacara Pitra Yadnya atau Perabuan atau Ngaben tetap memperhatikan penggunaan rurub Kajang atau kerudung kajang dengan menggunakan aksara suci sebagai *Sandhi* dari angga sarira sang Palatra *Sarira Kosha* dengan harapan kesucian dan kebahagiaan abadi dapat tercapai dalam wujud alam Kalepasan atau alam Kamoksan. ( kitab Pitra Puja dan kitab Sawa Wedana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Catur Dharma
*Mutiara Weda*
10/04/2019
*Catur Dharma*
*Umat se-dharma*, Dalam ajaran agama Hindu memiliki empat macam tugas yang patut dilaksanakan setiap umat Hindu dalam mengarungi kehidupan di dunia ini sebagai suatu Dharma bhakti baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan umum yang di sebut *Catur Dharma*.
Keempat tugas dan kewajiban atau *Catur Dharma* tersebut antara lain :
*Dharma Krya*, setiap umat manusia harus bekerja,berbuat, berusaha dan beraktifitas untuk kebajagiaan baik keluarga maupun dalam bermasyarakat.
*Dharma Sentosa*, setiap umat manusia berusaha untuk mencapai kedamaian lahir maupun bathin dalam diri dalam mewujudkan kedamaian dan kesantosaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
*Dharma Jati*, setiap umat manusia selalu berusaha dan berkewajiban mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
*Dharma Putus*, setiap umat manusia berkewajiban melakukan sesuatu secara tulus dan ikhlas, mengutamakan prilaku baik atau Subha karma sesuai dengan ajaran Dharma.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk menjalankan ajaran Catur Dharma dengan baik guna mewujudkan manusia yang Harmoni, bahagia , baik lahir maupun bathin, Manah santih maupun Parama santih dalam mewujudkan tujuan hidup beragama yang di sebut Catur Purusa Artha. ( Krti Pandawa 27a & BG. III.35)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Senin, 08 April 2019
Sandhya Vandanam
Mutiara Weda*
09/04/2019
*Sandhya Vandanam*
*Umat se-dharma*, umat Hindu dalam melakukan pemujaan dengan menggunakan tiga waktu atau Tri Kala yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari yang di sebut *Sandya Vandhanam* atau *Tri Sandhya*.
Waktu Sandhya Vandanam dilaksanakan pada :
*Brahma Muhurta*/ Pratah Sevanam, dilaksanakan pada menjelang Matahari terbit guna menguatkan unsur satwam dalam mengarungi kehidupan dari pagi hingga siang hari.
*Madhya Sevanam*, dilaksanakan pada siang hari dengan tujuan mengendalikan unsur Rajas agar tidak menjurus ke hal hal yang negatif.
*Sandhya sevanam*, dilaksanakan pada sore hari sebelum matahari terbenam guna mengendalikan unsur tamas, malas dan bodoh dan sejenisnya.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan Sandhya Vandanam atau Tri Sandhya dengan baik sehingga proses penyucian diri yaitu hilangnya sifat sifat negatif akibat pengaruh Guna dan meningkatkan sifat sifat positif /Satwam. Niscaya akan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, damai, seimbang dan Harmonis bagi umat manusia dan alam semesta ini , mikrokosmos maupun makrokosmos.
( Siva purana, vidyaswara samhita, XI. 63-64)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Sad Dharma
*Mutiara Weda*
08/04/2019
*Sad Dharma*
*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam memantapkan Sradha & Bhakti dengan memancarkan isi kandungan kitab suci weda Samhita pada seluruh umat sedharma /*Dharma Vahini* dengan enam cara dan menjadi kewajiban umat Hindu yang di sebut dengan *Sad Dharma*.
Keenam kewajiban / Sad Dharma tersebut antara Lain :
*Dharma Wecana* : memberikan siraman rohani atau isi kitab suci Weda.
*Dharma Tula* : Diskusi diskuai agama
*Dharma Githa* : Melantunkan lagu lagu rohani, baik sekar alit,sekar madya dan sekar agung.
*Dharma Sadhana* : Mempraktekan atau merealisasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari hari.
*Dharma Yatra* : Perjalanan suci agama.
*Dharma Santi* : membangun Pesimakraman ,saling Amulatsarira dalam mewujudkan kedamain hidup.
*Untuk itu*, Bagi seluruh umat Hindu dan lembaga lembaga keagaamaan Hindu dalam memperkokoh Sradha dan Bhakti dengan selalu menggunakan keenam cara/ Sad Dharma dengan baik dan benar. Niscaya kualitas rohani akan semakin meningkat guna mewujudkan umat Hindu yang *Satyam* / Taat beragama, *Sivam* /memiliki rasa cinta kasih dan sayang,
*Sundaram* / bahagia, sejahtera lahir dan bathin.
( kitab Tatwa Jnana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Pustaka suci Weda
*Mutiara Weda*
07/ 04/2019
*Pustaka Suci Weda*
(Bersifat Sanatana Dharma)
*Umat se-dharma*, ilmu Pengetahuan suci *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi serta menjadi sumber dari kemashyuran dan kebahagiaan umat manusia.
Ilmu Pengetahuan suci *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah ragu dengan kitab suci agama yang bersifat Sanatana Dharma / kekal abadi, demikian juga, jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci *weda Samhita* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu Pengetahuan suci berupa *Kedamaian* akan terwujud. ( Kitab Nitisatakam)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Dhyana
*Mutiara Weda*
06 / 04/ 2019
*Dhyana*
*Umat se-dharma*, sumber kebocoran energi yang paling besar dan sangat berbahaya bagi umat Manusia terletak pada tak terkendalinya Manah / alam pikiran sehingga cenderung liar, berakibat rendahnya tingkatan rohani berujung rapuhnya spiritualitas seseorang. Pusatkan pikiran / *Dhyana*.
Tidak terpusatnya alam pkiran dan tak terkendalinya Indrya secara otomatis akan menyebabkan sulitnya dalam mengatasi gangguan, godaan dan cobaan hidup.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu, pegang teguh ajaran agama secara benar, perkokoh kualitas Rohani melalui pusatkan pikiran *Dhyana* dengan selalu menjaga kestabilan tiga komponen dasar yang ada dalam diri sitiap umat manusia;
*Vihara* : kualitas Intelektual
*Ahara* : Kualitas Mental, moral dan.budhi pekerti
*Ausadha* : Postur dan kesehatan lahiriahnya. Niscaya akan selalu dapat mengendalikan Indrya dari pengaruh Sad Ripu.
[Kitab Wraspati Tatwa]
*Made Worda Negara*
BINROH HINDU TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Buka Mata Bathin
Mutiara Weda*
05/04/2018
*Buka Mata Bathin*
*Umat se-dharma,, setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa orang yang selalu membuka *mata bathinnya* akan mendapatkan Cahaya yang sebenarnya dalam hidup ini dan mampu memandang ke dalam dirinya. *Pancarkan mata bathin*
Rahasia rahasia kehidupan akan diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana dalam diri setiap umat manusia.
*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi tetap terang dan bersinar melalui penyucian bathin dengan membersihkan Badan dengan air, pikiran disucikan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Jangan abaikan anugerah Tuhan
Mutiara Weda*
04 / 04 /2019
*Jangan abaikan Anugerah Tuhan*
*Umat se-dharma*, Menjaga dan merawat anugerah Tuhan merupakan kewajiban setiap umat manusia. Begitu pula, Kebenaran dan kebajikan kita jaga dengan perilaku yang baik. Demikian pula halnya dengan Sastra-sastra suci kita jaga
dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.
Kelahiran menjadi manusia mulia dan bijak dapat dijaga dengan tutur agama dan budi pekerti, etika serta tata susila yang baik dalam bentuk cara berpikir, bertutur kata dan cara berbuat.
*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan dengan selalu *Bersyukur* dan *Angayubagya* , jaga dan rawatlah dengan sebaik- baiknya apa yang telah dianugerahkan-Nya dengan landasan petunjuk pustaka suci *Weda Samhita* , Tatwa, Susila dan Acara agama secara terintegrasi *Tri Jnana Sandhi* niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala akan dapat terwujud .
(Kitab Swastika Rana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Panca Vida
Mutiara Weda*
03/04/2019
*Panca Vida*
*Umat se-dharma*, setiap keluarga Hindu mendambakan akan kelahiran Putra yang Suputra yaitu anak yang berbudi luhur, bijaksana dan cerdas serta berbhakti pada kedua orang tuanya. Putra yang suputra dalam keluarga Hindu memiliki kewajiban utama Berbhakti pada kedua orang tuanya mengingat kedua orang tua ibaratkan dewa sekala atau Tuhan di dunia ini karena orang tualah menyebabkan sang anak terlahirkan, sehingga wajib berbhakti kepada orang tuanya. Ada empat penyebab Anak wajib untuk berbhakti pada kedua orang tuanya yang di sebut dengan *Catur Vida*.
Keempat Catur Vida tersebut antara lain :
*Sang Ametvaken* orang yang melahirkan sang anak.
*Sang Nitya Maweh Bhinojana*, orang yang memberikan makanan, susu sehingga anak tumbuh sehat.
*Sang Mangupadyaya*, orang yang membimbing, memberikan pendidikan pertama dan utama.
*Sang Anyangaskara*, orang yang menyelenggarakan Panca Maha Yadnya dalam keluarga.
*Sang Matulung Urip Rikalaning Baya*, orang yang menjadi pembela bagi sang anak.manakala menghadapi mara bahaya.
*Untuk itu*, sebagai anak yang Suputra dalam keluarga Hindu betul betul memahami tugas dan kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tuanya yaitu Berbhakti.pada kedua orang tuanya sehingga mendapatkan Pahala berupa :
*Kerti*, Mendapatkan kerahayuan dan kebajagiaan hidup.
Ayusa : berumur panjang dan sehat.
*Bala* : memiliki kekuatan
*Yasa Patinggal Rahayu* : Menjadi panutan bagi keturunan selanjutnya.
(Kitab Nitisastra, VIII.3 & MDS. IX.138).
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Senin, 01 April 2019
Cuntaka : Sebel/kotor
*Mutiara Weda*
02/04/2019
*Cuntaka* : Sebel / kotor
*Umat se-dharma* jika di lihat dalam ajaran agama Hindu dan berdasarkan hasil pesamuan Agung PHDI Pusat no 15/Tap/PA/PHDI P/1984, suatu keadaan tidak suci, leteh, sebel dan hal hal lain yang dipandang kotor di sebut *Cuntaka* , baik cuntaka karena diri sendiri maupun dikarenakan orang lain. Sehingga Orang Cuntaka tidak diperbolehkan /di larang memasuki tempat tempat suci atau *Pura* serta tidak diperbolehkan melakukan kegiatan kegiatan suci keagamaan dan semacamnya.
Jika di renungkan , Apapun yang terjadi di dunia ini karena adanya hubungan sebab dan akibat yang sangat berpengaruh terhadap seluruh tatanan kehidupan di alam semesta / maya pada ini.Demikian juga halnya dengan Cuntaka ada penyebabnya dan ada masanya.
Ada beberapa faktor penyebab dan batasan masa dari Cuntaka antara lain :
*Cuntaka akibat Kematian* , disesuaikan desa,kala dan Patra setempat.
*Cuntaka karena Haids/datang bulan*, sampai dengan berhenti mengalirnya darah haidnya.
*Cuntaka akibat Bersalin atau melahirkan*, sekurang kurangnya 42 hari atau setelah mendapatkan Tirta Pabersihan sedangkan suaminya sampai kepus tali puser sang bayinya.
*Cuntaka akibat Keguguran Kandungan*, sekurang kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapatkan tirta pabersihan.
*Cuntaka akibat Perkawinan* yang belum dibersihkan dengan upacara pensucian atau sampai tirta pabyakaonan.
*Cuntaka karena Gamyagamana* (Melakukan hubungan dengan orang tua/saudara) disesuaikan dengan desa,kala dan patra.
*Untuk itu*, sebagai umat Hindu setelah mengalami kacuntakan, Kasebelan atau kaletehan segera melakukan upacara pensucian sebagai suatu usaha pengembalian keadaan tidak suci /kotor menjadi bersih dan suci kembali sehingga dapat melakukan kegitan dan praktek keagamaan secara selaras, seimbang, tertib dan aman. Niscaya terhindar dari Bencana dan Malapetaka.
(Lontar Siwa Sasana dan Yama Tattwa)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .