Jumat, 30 November 2018

Tiga Kerangka ajaran Hindu

*Mutiara Weda*
24/11/2018

*Tiga Kerangka ajaran Hindu*

*Umat se-dharma*, panca sradha dan Tri Kerangka  sebagai  pondasi dasar ajaran agama Hindu  tentang keyakinan bagi umat sedharma   yang menjangkau semua dimensi kehidupan baik di dunia sekala maupun Niskala.

Sebagai fondasi dasar sudah barang tentu, ada pemahaman yang diterima oleh akal dan ada kondisi yang tidak mampu dijangkau oleh akal , yang mengharuskan umat Hindu menerima sebagai suatu keyakinan yang mewajibkan seseorang untuk berpuas diri dengan  *KEYAKINAN /SRADHA* menjadi kata kuncinya. dalam konteks ini bukan berarti akal / Rasio tidak perlu, akan tetapi perkembangan akal jangan sampai mengaburkan keyakinan yang dapat menyebabkan seseorang tidak beragama dan sangatlah berbahaya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan keyakinan akan agama hilangkan keragu raguan,  pegang teguh  dan pahami isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna dengan cara  bertahap, berjenjang dan berlanjut. Niscaya, akan sirna dan lenyapnya keragu raguan serta kebimbangan yang dapat mengaburkan keyakinan sehingga sradha dab bhakti dari umat se-dharma semakin kokoh dan mantap.
(Vayu Purana dan kitab Panca sradha, hal.4-5)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Hukum Karma Phala

Mutiara Weda*
27/11/2018

*Hukum.Karma Phala*

*Umat se-dharma*,  setiap perbuatan yang dilakukan bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Phala Karma*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Bhoga

*Mutiara Weda*
29/11/2018

*Tri Bhoga*

*Umat se-dharma*, dalam mewujudkan umat Hindu yang Jagadhita ,bahagia lahir dan bathin tidak bisa lepas dari tiga kebutuhan mendasar yang wajib terpenuhi yaitu *Tri Bhoga*

Tri Bhoga  meliputi :
*Bhoga* : makanan  yang sehat dan.bergisi  sangat diperlukan oleh tubuh setiap umat manusia semenjak berada di alam maya pada ini.

*Pari bhoga* : rumah  tempat tinggal sebagai tempat melangsungkan kehidupannya.

*Upa bhoga* : bhusana atau pakaian juga sebagai kebutuhan primer dan pokok  umat manusia beserta etikanya dalam berbhusana.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangunlah keluarga  yang sukinah, keluarga yang Jagadhita dengan terpenuhinya  Tri bhoga sebagai penunjangnya. Niscaya umat Hindu yang damai, Jagadhita  menuju umat Hindu yang  santih ,bahagia lahir dan bathin , Bhumi kerta bisa terwujud. ( Maitri Upanisad VI.41)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Pikiran Penentu Dlm Berkarma

*Mutiara Weda*
28/ 11/2018

*Pikiran Penentu Dalam Berkarma*

*Umat se-dharma*,  Pikiran *Manah* merupakan  sumber dari  seluruh perbuatan dalam kehidupan ini. Pikiran pula, menentukan hasil suka  maupun  duka dalam *Berkarma*.

Pikiran yang dilandasi  dgn *kesucian* dan *ketulusan*  serta *kemuliaan* maka akan membuahkan karma yang baik , demikian juga  sebaliknya , perbuatan yang dilandasi  dgn pikiran yang kotor dan hina, niscaya akan membuahkan karma  buruk, kotor dan hina pula. Karma yang baik , mulia menuntun manusia pada kehidupan yang baik  "Moksartham jagadhita" sedangkan karma yang kotor, hina akan menjerumuskan manusia pada jurang  *kehancuran / Neraka*

*Oleh karena itu*, kendalikan  Indrya *Yama* dan pusatkan pikiran *Dharana* dalam mengontrol dan mengendalikan jalan fikiran kita, agar tidak bergerak kearah yang tidak baik.Hendaknya kita menyadari bahwa mula-mula fikiran kita itu bergerak setelah ada perangsang dari luar melalui alat-alat pancaindra kita,sehingga kita mengetahui segala sesuatu diluar tubuh kita yang baik atau buruk.Setelah itu baru timbul nafsu atau keinginan untuk memiliki apa yang dirasakan baik, dan menolak apa yang dirasakan tak baik. (Sarasamuscaya,73-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Ngunduh Wohing Pakarti

*Mutiara Weda*
30 / 11/2018

*Ngunduh Wohing Pakrti*

*Umat se-dharma*, dalam sesanti Hindu ada menyebutkan, burung murai itu dihargai karena suaranya, dalam semua ajaran ajaran ,Gurulah yang paling berharga. Demikian pula dalam hal memaafkan,  ketinggian budilah yang paling dikagumi.

orang yang mendalami ajaran suci kerohanian pastilah memahami isi  ajaran Dharma yang sebenarnya dan orang yang mendalami ajaran Dharma dapat  dipastkan berkeyakinan kejahatan itu akan berbalik kembali pada asalnya atau si pelakunya *Pratikara* atau *Ngunduh Wohing Pakarti*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas rohani dengan memupuk rasa saling memaafkan serta membuang jauh jauh prilaku Kejahatan, rasa benci dan rasa dendam / Dwesa .Niscaya hidup yang Nyaman dan Damai / manah Santih dan parama santih dapat terwujud.
( Nitisastra, II.6 & Slokantara 7.17)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bersihkan Barhin

*Mutiara Weda*
01/ 12 /2018

*Bersihkan Bathin*

Umat se-dharma,  orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  mendapatkan sinar / Cahaya   dalam hidupnya  dan mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata  bathin menjadi terang dan bersinar *Jangan butakan hati*.

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan  kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka,  mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan  cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin ; Badan dibersihkan  dengan air, pikiran disucikan  dengan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dibersihkan  dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 20 November 2018

Hidup selalu berputar

*Mutiara Weda*
21 / 11/2018

*Hidup selalu berputar*

*Umat se-dharma*,  hidup  menjelma menjadi manusia di maya.pada ini ibarat   *roda pedati* yang selalu berputar putar, terkadang diatas dan terkadang pula dibawah.

Demikian juga halnya dalam menapak  kehidupan ini ;' suka dan duka selalu datang  silih berganti, penuh dengan dinamika hidup yg diselimuti  dan diwarnai berbagai nafsu / keinginan .

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu memanjatkan rasa syukur dan angayubagya kehadapan sang maha pencipta atas anugerah-Nya sehingga dapat mengarungi proses kehidupan ini dengan   pikiran yang terpusat dan terkendali serta sabar dengan  tidak lekas  berputus asa manakala menghadapi persoalan hidup.  Niscaya akan mengerti akan hakekat hidup yang sebenarnya yaitu suatu penderitaan yang disebabkan oleh dosa ataupun karma wesananya. ( SS.80)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 07 November 2018

Aborsi : himsa karma

*Mutiara Weda*
03/ 10 /2018

*Aborsi : Himsa Karma*

*Umat se-dharma*, Tindakan  *Aborsi* atau menggugurkan bayi dalam kandungan dalam ajaran agama Hindu sebagai  suatu tindakan yang sangat terlarang *Himsa Karma* penuh dengan noda & tergolong  dosa besar *Maha pataka*.

Perlu diketahui, saat cabang bayi berusia 20 hari  *Kanda-Pat* berubah nama menjadi *Anta, Preta, Kala, dan  Dengen*. Setelah janin berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai: Ari-ari, Lamad, Getih, dan Yeh-nyom.yang selanjutnya disebut
*Nyama Bajang*. Jika *Kanda-Pat* bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara fisik, maka *Nyama Bajang*  bertugas menguatkan atma atau roh dalam tubuh jabang bayi.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  jangan sekali kali berniat melakukan tindakan *aborsi* yang sangat berbahaya bagi diri  sendiri dan keturunannya serta sangat menentukan proses kehidupan dan reinkarnasi selanjutnya. mengingat  di dalam jabang bayi sudah bersemayam roh/ sang atma. (Rgveda & Atharvaveda )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Melatih kesabaran

* Mutiara Weda*
24/ 10 /2018

*Melatih Kesabaran*

*Umat se-dharma, jika direnungkan  hidup ini ibaratkan  berjalan jauh dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan/ jalur jalan yang semestinya  dilalui dengan harapan sampai  ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.

Proses memilih jalan pintas akan terasa  menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya. Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya.
Sangatlah mustahil  rasanya orang  akan mampu mengeluarkan Tutur kata yg selalu terjaga dengan intonasi yang enak didengar tatkala tidak memiliki kesabaran,

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tanamkan selalu  kesabaran dalam hati dan selalu untuk melatih diri serta  jadilah orang yang sabar Sehingga  tutur kata dan Ucapan akan selalu indah, enak di dengar dan mengalir dalam *Wacika Parisudha* dengan landasan ketulusan hati.
(SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*

Karma patha

*Mutiara Weda*
23 / 10 /2018

*Karma Patha*

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah memiliki tingkatan kesadaran akan sang  diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya / *Dharma Vahini*.

Selama badan masih kuat dan sehat, demikian juga selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna bagi diri sendiri serta berguna bagi orang lain *kesadaran diri* dan Pengekangan serta Pengendalian diri / *Karma Patha*

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri dengan menampakkan nilai keindahan dan  keluhuran budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha*, yang suka tanpa wali duhka akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24 & SS.2-7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*

Catur Paramitha

*Mutiara Weda*
25/ 10 /2018

*Catur Paramitha*

*Umat se-dharma*, Menaburkan benih benih  kebencian itu tidak akan pernah berakhir manakala dibalas dengan kebencian pula, tetapi kebencian akan berakhir dan sirna tatkala dibalas dengan sifat saling memaafkan serta wekas asih dalam Catur Paramitha disebut *Maitri*

Sifat suka memaafkan dan sopan santun / *Maitri*,
Welas Asih/*Karuna*,
penuh simpati / *Mudita* dan menghargai budhi baik orang /*Upeksa*  semuanya merupakan ajaran *Catur Paramitha* sebagai ciri dari sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun sifat kedewataan yang ada dalam diri dengan berlandaskan ajaran Dharma dengan menjadikan.sifat *sang Sadhu* pedoman ; merunduk karena penuh kebajikan dan ilmu pengetahuan sucinya, merunduk ibaratkan padi  karena berat buahnya. Niscaya akan terwujudnya umat manusia yang Bijak dan penuh dengan sifat sifat kedewataan.
( Ramayana Kekawin & SS.306-308)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*


Pengetahuan suci : guru dan sahabat terdekat

*Mutiara Weda*
26/ 10 /2018

*Pengetahuan Suci : Guru & sahabat Terdekat*

*Umat Se-dharma*,  Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemashyuran dan kebahagiaan umat manusia.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup,  bagaikan dewa yang dapat mengabulkan setiap keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rawatlah anugerah Tuhan

*Mutiara Weda*
27/ 10 /2018

*Rawatlah  Anugerah Tuhan*

*Umat se-dharma*,  Menjaga dan merawat  anugerah Tuhan merupakan kewajiban setiap umat manusia.  Kebenaran dan kebajikan kita jaga dengan perilaku yang baik.  Sastra-sastra suci kita jaga
dengan keteguhan hati dan kesucian pikiran.  Demikian pula halnya dengan Ketampanan, Kecantikan dan kerupawanan  di jaga dengan kebersihan

Kelahiran menjadi manusia mulia  dan bijak dapat dijaga dengan tutur agama dan budi pekerti,  etika serta tata susila yang baik dalam bentuk cara berpikir,bertutur kata dan cara berbuat.

*Untuk itu*,  sebagai umat manusia jangan pernah mengabaikan anugrah Tuhan dengan  selalu *Bersyukur* dan *Angayubagya* , jaga dan rawatlah dengan sebaik- baiknya apa yang telah dianugerahkan-Nya dengan landasan petunjuk pustaka suci  *Weda Samhita* , Tatwa, Susila dan Acara agama secara terintegrasi *Tri Jnana Sandhi* niscaya kebahagiaan lahir maupun batin, sekala dan niskala akan dapat terwujud .
(Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

*Kapal-Mangupura-Jongjayengrat*

Ketulusan Budhi &Kecerdasan

*Mutiara Weda*
29/10 /2018

*Ketulusan Budhi & Kerendahan Hati*

Umat se-dharma, Kalau dicermati dalam dinamika kehidupan di alam semesta ini , Akar  pohon itu teramat kuat, dan tidaklah mudah untuk dicabutnya. *Kuat* ,*Gigih* dan *Kokoh* sebagai Pondasi kehidupannya.

*AKAR* itu amatlah *GIGIH* mencari air, *MENEMBUS*  tanah, batu karang yang begitu *KERAS* , *TEBAL*dan *KOKOH*, demi  untuk sebatang pohon. Begitulah kerja dan pengabdian dari *AKAR*, tak kenal lelah, tak pernah mengeluh, tak butuh pujian, tetap tak mau menampakan dirinya selalu bersembunyi di dasar  tanah.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia *Belajarlah dari akar Pohon,  bentengi dan perokoh jati diri dengan pondasi ajaran *Agama* dengan *ketulusan Budhi* dan *kerendahan hati* sebagai bingkainya. Niscaya  kualitas mental rohani dan spiritualitas akan kuat dan kokoh dan menjadi Pondasi dasar dalam mengarungi kehidupan.
(SS.88-91 & Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kawaca Dharma

*Mutiara Weda*
31 / 10/ 2018

*Kawaca Dharma*

*Umat se-dharma*,  membangun *Kecerdasan* merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai faktor dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*.  *Busana atau Kawaca* dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus, *Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian, *Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharma* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, Bangunlah Kawaca Dharma yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang, sehingga mampu menapaki hidup yang rendah hati, ceria selalu tersenyum, dan mampu mengendalikan emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Parama Prema Bhakti

*Mutiara Weda*
30/10/2018

*Parama Prema  Bhakti*

*Umat se dharma*, dalam hidup ini ada tiga faktor yang sering menggerogoti dan  menjerumuskan manusia ke jurang  kehancuran :  *Kama*, *Krodha* dan *Loba* di kenal Sebagai pintu gerbangnya menuju *neraka*.  Bhakti  marga penyerahan diri secara tulus kepada-Nya sebagai salah satu sarana ataupun jalannya.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*.

*Maka dari itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk berhubungan dan melakukan penyerahan diri  kepada-Nya melalui pemantapan kualitas  *Parama Prema Bhakti* untuk selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini akan terhindar dari bencana dan Malapetaka. (Ramayana & BG.XVI.21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri jnana sandhi

*Mutiara Weda*
01 / 11 / 2018

*Tri Jnana Sandhi*

*Umat se-dharma*,  Dalam Pustaka suci Weda Samhita  tertuang  tiga kerangka dasar dalam berpikir agama Hindu sebagai salah satu pokok ajaran Hindu  yang terintegrasi  menjadi  satu kesatuan utuh  yang dikenal dengan nama *TRI JNANA SANDI*

Tiga Kerangka Dasar Ajaran Hindu tersebut meliputi :

*Tatwa Agama*  menjadi  landasan teologi dari semua bentuk pelaksanaan  keagamaan Hindu .

*SUSILA Agama *,  menjadi landasan Etika dari semua perilaku umat Hindu dalam hubungan dengan *Tri Hita Karana*

*ACARA agama*,  menjadi landasan perilaku keagamaan, tradisi dan kebudayaan religius sebagai Implementasi  dari tatwa dan susila dlm  wujud keberagaman yg lebih nyata. Acara juga sbg perilaku, adat dan aturan yg mantap  bersumber pada pustaka suci Weda dlm pelaksanaan menjadi agama Hindu.

*Untuk itu*,sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan ketiga kerangka dasar tersebut secara terintegrasi *Tri Jnana Sandi* sehingga pemahaman dan pengamalan ajaran agama menjadi Utuh dan sempurna. Niscaya pondasi agama pada setiap umat Hindu akan menjadi kuat & kokoh dan menjadi benteng diri.
( Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tak ada manusia sempurna

*Mutiara Weda*
02 / 11 /2018

*Tak.ada Manusia Sempurna*

*Umat se-dharma*, betapapun indahnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, sebersih dan  seindah apapun, masih akan Ada benih benih kekotoran  tertinggal didalamnya, *Tan Hana Wwang suastha anulus* tak ada manusia sempurna.

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan. jangan pernah bermimpi  merasa diri paling *kuat* dan  paling sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu *rendah hati*, *mulatsarira* dan Anyekung jnana  serta *sadar akan diri* , demikian juga, untuk selalu menjaga keseimbangan  kualitas  diri antara : Wihara /mental, ahara/Intelektual dan Ausadha/Kesehatan sehingga terwujudnya umat manusia yang memiliki kemantapan kualitas mental rohani  yang kokoh.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tumbuhkan rasa damai dalam hati

Mutiara Weda*
03/11/2018

*Tumbuhkan rasa damai di dalam hati*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan  hakekat hidup menjelma menjadi manusia  adalah pengabdian  & pengorbanan, pergunakan kesempatan menjelma menjadi manusia dengan baik  dengan menjalankan Swadharma,  bekerja dan berbuat   sesuai dengan kemampuan  dan fungsi masing masing.

Hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini amatlah  pendek, singkat dan hanya sekejap,  sekejap cahaya kilat , Demikian pula halnya dalam hidup ini  tidaklah mudah dan amat sulit untuk didapatkannya, penuh dengan kesemuan, ketidakpastian,  ketidak sempurnaan dan bahkan  penuh dengan cobaan.

*Untuk itu*,  sebagai umat manusia jangan hiasi hidup yang pendek dan singkat ini  dengan *menebar rasa  benci* &  *menabur  sikap antipati* pada  orang  lain, pupuklah rasa damai, rasa tenang dan rasa tentram di dalam hati masing masing. Niscaya kenyamanan, kedamaian & ketentraman  hidup, baik lahir maupun batin  akan dapat terwujud.
( _Yajur Veda ,XI.6_ )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Satvika widya

*Mutiara Weda*
04/ 11 /2018

*Satvika Widya*

Umat se-dharma, Tingkatan getaran pikiran menentukan tingkatan spiritual seseorang dan menempatkan pikiran sebagai pemeran utama yg membawanya kedalam kelahiran kembali, ke alam roda samsara maupun dalam mencapai moksa atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokshayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Untuk itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Uparengga dalam Meyadnya"

*Mutiara Weda*
07/ 11 /2018

*Uparengga dalam Meyadnya*

*Umat se-dharma*, dalam setiap kegiatan keagamaan umat Hindu tidak pernah lepas dari penggunaan Janur sebagai sarana pokoknya terutama dalam majejahitan  membuat sarana banten / upakara yadnya oleh sarati banten.

Janur sesuai warnanya berwarna kuning melambangkan kemakmuran dan kesemarakan serta  mengandung Vibrasi dan kesucian, serta berbagai macam bentuk tetuasan melambangkan kelanggengan dan kesungguhan hati sang Yajamana, di samping itu membuang bagian tepi dari janur sbg perlambang  membuang keangkuhan, keserakahan dan kesombongan dalam meyadnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban setiap pelaksanaan upacara yadnya menggunakan janur dari daun Kelapa ,mengingat kelapa mengandung makna filosopi yang sangat dalam bagi umat Manusia di mana  buah kelapa yang menunjukan kematangan ternyata di dalamnya mengandung air yang selalu dijaga kemurniannya dan memberikan kehidupan. Batang dari pohon kelapa mencerminkan kedewasaan sbg inspirasi ketika dewasa baru akan diberikan buah untuk di jaga sampai buahnya matang, dan ini juga sebagai cermin bagi manusia Hindu selalu menjalankan proses kehidupan sesuai dengan Tahapan tahapan hidup sesuai  Catur Asrama. ( usana Bali & Tutur Dewi Tapini)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Tri semaya

Mutiara Weda*
08/ 11 /2018

*Tri Semaya*

Umat se-dharma, Dalam sistem filsafat Hindu ada tiga konsep  ruang waktu yang berorientasi pada kelangsungan  kehidupan umat manusia dari masa ke masa *Tri Semaya*.

Tatkala, orang bijak terhadap apa yang terjadi di masa lalu, dan menjaga apa  yang ada sekarang, serta bisa mengantisipasinya apa yang akan terjadi di masa depan.

*Untuk itu* , sebagai umat manusia dalam melangsungkan kehidupan selalu berorientasi pada  Apa yang kita lakukan dewasa ini (Wartamana),  masa lampau (Atita), demikian juga dalam merumuskan harapan masa depan (Nagata). Niscaya pemahaman  hakekat  kehidupan akan dapat terwujud sehingga kehidupan bisa dinikmati tanpa terikat akan rasa takut  dan ketidakpastian masa depan (Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Bangun manah santih

Mutiara Weda*
06/ 11 /2018

*Bangun Manah Santih*

*Umat se-dharma*, dalam mengarungi  kehidupan ini, *Tanjpa adanya  ombak yang ganas, tak akan pernah tahu kemahirannya dalam bermain peselancar. Begitu pula, Tanpa adanya  cobaan dan godaan hidup ,  tidak akan pernah tahu kualitas kedewasaan  dan tingkat kesabaran yang  kita dimiliki*

Kapan saja, cobaan dan godaan hidup datang   setiap manusia perlu bersahabat dengan *ketenangan*   belajar  bercermin dari layang-layang yang dibuat  naik oleh angin yang kencang. Ingat, hanya kolam yang tenang yang bisa membuat lotus jadi mekar".

*Untuk itu* , bangunlah *ketenangan bathin* dan *kesabaran hati* dengan menjauhkan diri  dari *EGO* dan  menjadikan
kesalahan dari masa  lalu sebagai suatu pengalaman hidup yang sangat berarti  perbaiki terus langkah-langkah ke depan,  bangun kedamaian dalam hati. Niscaya kehidupan yg *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram*  akan terwujud. (Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Niskama karma

*Mutiara Weda*
05/ 11 /2018

*Niskama Karma*

Umat se-dharma,  ajaran Bhakti merupakan puncak dari   karma dan jnana marga. segala pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa dilaksanakannya Karma karena harus dilaksanakan dengan *Niskama Karma*.

Niskama Karma sebagai perbuatan yang dilakukan dengan tanpa Pamerih dan Bhakti merupakan  muara dari ajaran Jnana  marga dan Karma marga.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas Bhakti dengan memegang teguh ajaran *Nava Veda Bhakti*, melalui pemahaman dan  pengamalan terhadap  isi kitab suci Weda *Wandanam* secara benar.
(Bhagawata Purana.VII.5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .