Minggu, 24 September 2017

Jalan Dharma Inti latihan Rohani

*Mutiara Weda*
23/09/2017

*Jalan Dharma Inti latihan rohani*

Setiap umat manusia harus menyadari bahwa *Kesabaran dan ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas spiritual, sebagai sifat yang penuh dengan kedamaian, kesabaran dan ketenangan ,selalu berbuat  kebajikan *Dharma* sebagai inti dari latihan spiritualnya

Manakala belum bisa mengembangkan ajaran *Ksama* *kesabaran* dan *ketabahan* dapat dipastikan tak akan pernah merasakan yang namanya *Bahagia* pun  tak akan pernah merasakan kedamaian dalam hidupnya  dan bahkan  akan dapat menjerumuskan dirinnya pada jalan kejahatan yang berakibat pada rendahnya tingkat  kualitas spiritual yang dimilikinya.

*Maka dari itu*, setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani dengan  pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih lidah dan pikiran melalui *Sadana* dan *Kirtanam*, Semakin sering kita menyebut *smaranam* Tuhan, semakin lembutlah hati, pikiran dan ucapan sehingga  kegelapan *Awidya* dalam diripun akan menipis.
( BG.37-40 & Ramayana kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pancarkan Doa

*Mutiara Weda*
24/09/2017

*Pancarkan Doa*

Setiap umat Hindu  haruslah menyadari bahwa,  Gunung Agung yang kita sucikan dan menjadi pancernya pulau Dewata sedang mengalami erupsi dan membutuhkan kesabaran dan ketabahan dari umat sedharma dengan memancarkan  doa ataupun mantram.

Memanjatkan Doa atau mantram mohon  kekuatan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam wujud beliau sebagai sangHyang Manik Gni dengan  memancarkan  doa / Mantram, mejapa,  baik melalui stuti, stava, stotra maupun lagu pujaan ,  agar  terhindar dari Malapetaka dan Bencana.

*Untuk itu*,  sebagai umat sedharma dimanapun  berada,  dalam situasi dan kondisi  apapun jangan pernah untuk tidak berdoa, pancarkan  *doa / Mantram* sebagai  *Kavaca Gaib*  mohon Perlindungan-Nya dengan memanjatkan doa *secara bersama sama* melalui
*Vaikari*, *Upamsu* maupun *Manasika*. Niscaya umat sedharma  terhindar dari Bencana dan  Malapetaka dan selalu  berada dalam lindungan-Nya.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 17 September 2017

Nafsu/Indrya:Pintu Gerbang dari cobaan

*Mutiara Weda*
18/09/2017

*Nafsu/ Indrya : Pintu Gerbang dari Cobaan*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa musuh manusia yang paling utama   bukanlah orang lain ,tapi ada dalam diri kita masing masing  *Sad Ripu* dan menjadi pintu gerbangnya berbagai  Cobaan.

Diantara enam musuh ada dua yang paling berat yaitu *Kama* dan *Krodha*. Keduanya  ibarat dua wajah dari berbagai nafsu dan kedua duanya adalah musuh yang mematikan.

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia kendalikan nafsu dan amarah dengan memantapkan  Kesabaran *Ksama* sehingga pintu pintu gerbang dari cobaan akan tetap terjaga . Niscaya kemuliaan dalam hidup ini akan dapat terwujud.
(SS.10, 93 & Ramayana Kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 16 September 2017

Karma wesana : jalan menuju kelepasan

*Mutiara Weda*
17/09/2017

*Karma Wesana : Jalan menuju Kebebasan*

Setiap umat manusia pastilah menyadari bahwa hidup menjelma menjadi  manusia sangatlah pendek dan sesungguhnya setiap orang pasti menginginkan hidup lebih lama lagi, namun tak seorangpun bisa menolak kuasa Tuhan.

Tat kala kuasa Tuhan menjemputnya, jiwa  manusia terasa  memberontak dan menjerit dalam hatinya, namun apa daya, yang pasti  manusia harus bekerja dan bekerja dalam hidup ini. Tanpa kerja manusia tak akan pernah mencapai kebebasan, tanpa kerja tak akan pernah mencapai kesempurnaan.

*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat  manusia  untuk selalu  *Berkarma*, mau tidak mau, suka tidak suka, dipaksa untuk bekerja tanpa kerja
hiduppun tak akan mungkin, mengingat seluruh  *Karma Wesana* sebagai jalan menuju alam kebebasan yang abadi  *Bhukti Mukti pada*
( BG.III.4,5 / SS.33)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 15 September 2017

Jagalah kesempatan sebelum masa sulit Datang

*Mutiara Weda*
16/09/2017

*Jagalah Kesempatan sebelum Masa Sempit Datang*

Setiap umat manusia haruslah menyadari  kalau kita renung renungkan bahwa  menjadi manusia kita harus bisa menjaga masa muda sebelum masa Tua itu datang dan menjaga kesempatan sebelum masa sempit datang.

Setiap orang pasti mengalami masa muda dan setiap orang pasti memiliki kesempatan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang banyak.

*Oleh sebab itu*, berpikir, bertutur kata dan bertingkah laku  hendaknya selalu dijaga, mengingat kelahiran menjadi manusia tak ubahnya bagaikan kerdipan petir dan amat sukar untuk diperolehnya dengan selalu berbuat kebajikan  *Subhakarma*. Niscaya  tujuan hidup *Catur Purusa Artha* akan terwujud.
(SS. 8 dan 27)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 06 September 2017

Bangun Hidup Dalam Kedamaian

*Mutiara Weda*
28/08/2017

*Bangun Hidup dalam Kedamaian*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa *Tri Kaya Parisudha* merupakan  dasar ajaran Etika dan menjadi landasan yang paling mendasar  dalam mewujudkan  *manah Santih* dan *Parama Santih*, cinta kasih sayang *Prema* dengan Tri Permana Telu sebagai pijakannya.

Bila cinta kasih dan rasa kasih sayang dikaitkan dengan pikiran, ia akan menjadi kebenaran, Bila rasa kasih sayang dijadikan dasar perbuatan maka perbuatan akan menjadi *Dharma*, bila perasaan dijiwai oleh cinta kasih sayang maka hati akan penuh dengan kedamaian. Tatkala cinta kasih tidak menjiwai perbuatan, tidak akan pernah ada *Dharma*, jika  kita tidak merasakan cinta kasih di dalam  hati  maka tidak akan pernah ada kedamaian.

*Untuk itu*, bangunlah rasa Cinta kasih  sayang *Prema* dalam diri masing masing  sebagai  landasan untuk mendapatkan  kebenaran  *Dharma*, dan *Santih* kedamaian serta tanpa kekerasan *Ahimsa*. Niscaya  akan dapat dengan mudah mengalahkan kebencian *Dwesa* dan kemarahan *Krodha*. Hiduplah dengan Cinta kasih dan kedamaian.
(BG.Percakapan X.hal.97)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Tri mala : Penyebab Keterbatasan

*Mutiara Weda*
29/08/2017

*Tri Mala: Penyebab Keterbatasan*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa  sesungguhnya pada jati diri setiap umat manusia terdapat ketidakmurnian *Mala* yang dapat menyebabkan keterbatasan dan ketidak sempurnaan yang diakibatkan oleh pikiran yang selalu  ditutupi tiga  unsur mala yaitu ; *anawa Mala*, *Mayiya Mala* dan *Karma Mala*.

*Anawa Mala*, keterbatasan diakibatkan oleh adanya kegelapan jiwa yang menyebabkan kesadaran semesta yang seharusnya dimiliki oleh pikirannya berubah menjadi kesadaran terbatas yang tidak memiliki *Iccha Sakti* ( daya kehendak). *Mayiya Mala*, keterbatasan disebabkan oleh kekuatan *Maya*, sehingga pengetahuannya menjadi sangat terbatas pada pengetahuan dirinya sehingga tidak memiliki *Jnana Sakti*., *Karma Mala*, keterbatasan diakibatkan oleh ikatan *Karma/Karma Wesana*, mengakibatkan manusia masih dikendalikan  oleh nafsu duniawi.

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia wujudkan kesadaran dan *Kebenaran*/ *kesunyataan akhir* tertinggi yang *Paramasamwit* atau *Cit*, sehingga bangkitnya sikap *Prakasa* yang bersinar sendiri  dan *Wimarsa* mampu mengenal dirinya sendiri sehingga kekuatan lainnyapun akan menjadi tampak, dengan demikian akan terwujudnya kesunyataan atau kebenaran yang tertinggi *Parama Siwa* yang *Prakasa Wimarsamaya* (Katha Upanisad, II.2.16)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Agama : Tuntunan

*Mutiara Weda*
30/08/2017

*Agama: Tuntunan Hidup*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa beragama itu bukanlah alat untuk menyakiti orang lain dan bukan pulalah alat untuk memerangi orang lain, melainkan merupakan pegangan, pedoman  dan tuntunan hidup dalam memperhalus jiwa dan Budhi sebagai landasan mencapai Tujuan hidup *Catur Purusaartha*

Tatkala  dalam penerapan ajaran agama  mengakibatkan sakit dan menderitanya  orang lain, dapat dipastikan adanya kesalahan dalam pemahaman dan penerapan  nilai nilai  ajaran agama  yang berujung pada malapetaka dan  kehancuran.

*Untuk itu*, setiap  umat manusia harus yakin dan paham terhadap nilai nilai  ajaran  agama dengan baik  guna  memperkokoh budhi. Niscaya Kedamaian , kenyamanan  dan keharmonisan hidup akan dapat terwujud. ( Kitab Panca Siskanya Angaji. & Ramayana)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Bersihkan sembilan lobanh angga sarira

*Mutiara Weda*
31/08/2017

*Bersihkan Sembilan Lobang Angga Sarira*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, mandi  mensucikan diri secara lahiriah maupun batiniah  merupakan suatu kewajiban sebagai jalan dalam meningkatkan kualitas diri,  menjalankan praktek agama, spiritual, melakukan Japa  dan aktifitas agama, kegiatan  kemuliaan lainnya.  *snayi japadikam*.

Membersihkan  diri secara lahir maupun  batin diawali dengan membersihkan sembilan  lobang dalam Angga sarira  :  2 lobang mata, 2 lobang hidung, 1 mulut, 1 bagian kemaluan dan 1 dubur dibersihkan secara teratur  *atyanta Malino Kayo nava cchidra samanvitah*.

*Untuk itu*, Tingkatkan kualitas spiritual melalui  pembersihan diri secara lahir maupun batin ditempat suci ;  pada sumber mata air , sebelum  matahari terbit diupuk timur *Brahma Muhurta*  dengan disertai  tekad, niat  dan permohonan  dari masing masing  pribadi *samkalpa*.
( kitab Gayatri Stava)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Indria Mata: Mata Nafsu

*Mutiara Weda*
01/09/2017

*Indria Mata: Mata Nafsu*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan  cobaan & godaan yg diakibatkan oleh  kegelapan pikiran ;  menyakiti,  memfitnah,   iri hatii  *Bhaksa Bhuana* / *Dasa Mala*.

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yg bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yg sebenarnya shg cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai ukurannya.

*Untuk itu*, Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran
dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan.
( Vreti sasana II b.78/1)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Sad Guna Dharma

*Mutiara Weda*
03/09/2017

*Sad Guna Dharma*

Setiap umat manusia haruslah menyadari  bahwa ; Orang yang tidak menjalankan ajaran Dharma dengan baik ibarat seperti padi yang hampa ataupun  telur busuk, yang kenyataan ada namun tiada gunanya *Hana Tan Hana* ada tapi tiada guna.

Menjadi orang  berguna  *Sadguna Dharma* (Sandhi, Wigrha,Jana, sana, Wisesa dan sreya) sebagai suatu keharusan setiap umat manusia, dalam mengendalikan sadripu yang negatif menjadi positif, tetapi juga   bermanfaat dan berguna secara pribadi karena telah melaksanakan ajaran kitab suci Weda Samhita.

*Untuk itu*, Jadilah umat manusia yang mampu menjalankan  *Sad Guna Dharma* sesuai dengan  swa dharma  masing -  masing,* dengan pijakan   ajaran kebenaran *Satya* . Niscaya akan menjadi orang yang Satyam, Sivam dan Sundaram.
( Slokantara,2)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Pondasi Kehidupan

*Mutiara Weda*
04/09/2017

*Pondasi Kehidupan*

Setiap umat manusia haruslah menyadari  bahwa, kalau kita renungkan Akar dari pohon  itu amatlah kuat dan sangat sulit dan tak mudah untuk dicabutnya. *Kuat* ,*Gigih* dan *Kokoh* sebagai Pondasi kehidupannya.

*AKAR* itu amatlah *GIGIH* mencari air, *MENEMBUS*  tanah, batu karang yang begitu  *KERAS* , *TEBAL*dan *KOKOH*, demi  untuk sebatang pohon. Begitulah kerja  dan pengabdian dari *AKAR*, tak kenal lelah, tak pernah mengeluh, tak butuh pujian, tetap tak mau menampakan dirinya selalu bersembunyi di dasar  tanah.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia *Belajarlah dari akar Pohon,  bentengi dan perokoh jati diri dengan pondasi  ajaran *Dharma* dengan *ketulusan Budhi* dan *kerendahan hati* sebagai bingkainya. Niscaya  kualitas mental rohani akan kuat dan kokoh dalam mengarungi kehidupan.
(SS.88-91 & Slokantara)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Manah Suci

*Mutiara Weda*
06/09/2017

*Manah Suci*

Setiap umat manusia haruslah memahami  bahwa,Tuhan baru bisa direalisasikan dan berkomunikasi dengan-Nya  bila seseorang telah membersihkan diri dan pikirannya ,  tidak lagi berada dalam kegelapan, bebas dari segala jenis ikatan dan  mengabdikan hidupnya untuk mencari Tuhan melalui Tapa, Brata,yoga dan samàdhi *Manah Suci*

Mengetahui Tuhan berarti mengetahui segala jenis pengetahuan dan dunia ini. Setelah mengetahui Tuhan, manusia akan menjadi *jivan mukti* atau tidak berpengaruh terhadap duka sebesar apapun, karena yang dirasakan hanyalah kebahagiaan sempurna.

*Untuk itu*, bersihkan  pikiran,
kendalikan  *Indrya* dengan selalu *mulat sarira* dan *sadar akan diri* Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya  Hyang Widhi akan selalu dekat dan ada dalam diri kita.
(Kitab Yajurveda: 17.31)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Tri Dhatu: Om Kara Dewa

*Mutiara Weda*
07/09/2017

*Tri Dhatu  : Om Kara Dewa*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa benang Tri Dhatu merupakan benang yang memiliki Aura yang sangat Kuat diyakini mengandung  *Kawaca Mantram* / pelindung diri  mengandung Vibrasi kesucian dari tiga kekuatan Dewa *Tri Dhatu* dengan Warna merah, putih dan hitam perlambang *Om Kara Dewa*.

Pemakaian Benang Tri Dhatu melambangkan proses bersatunya tiga kekuatan sakti *Tri Murti*  Brahma ,Wisnu dan Siwa, (Ang,Uang dan Mang ) menjadi *OM*, *Prenawa* dan *aksara Suci*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Gunakan benang Tri Dhatu sebagai Identitas dan penyatuan kekuatan sehingga memiliki ikatan yang kuat sebagai satu kesatuan dalam menggerakkan *Tri Kaya Parisudha*, *Tri Permana*  dalam menuntun setiap umat manusia dalam memahami jati diri  dan mencapai tujuan Hidupnya *Catur Purusaartha*.
( Usana Bali)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Selasa, 05 September 2017

Peranan Dan Kedudukan Wanita Hindu



Peranan dan Kedudukan wanita  Hindu

Pendahuluan
 Dalam kehidupan bermasyarkat seperti sekarang ini terasa memprihatinkan, perkelahian terjadi di mana-mana, manusia seolah-olah kehilangan rasa cinta kasih sayangnya, kebohongan, kecurangan, penipuan, pengkianatan, pembunuhan dan pemerkosaan serta pemakaian obat terlarang semakin merajalela sehingga  situasi kini semakin komplek, baik terhadap kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karena itu,perlu diciptakan ketahanan keluarga sebagai antisipasi terhadap dampak negatif modernisasi dan globalisasi merupakan tuntutan yang mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi,lebih-lebih dalam menghadapi tatanan dunia baru yang modern,teknologis,konsumtif,rasional dan materialistis.
Dalam kerangka berpikir Hindu,menciptakan ketahanan keluarga merupakan inti amanat yang mendapat perhatian utama dalam tugas dan tanggung jawab dalam suatu keluarga. Institusi keluarga adalah cermin dan kwalitas budaya atau peradaban manusia,moralitas dan integritas serta sumber daya manusia terbentuk dan terbina dalam menciptakan rumah tangga atau keluarga adiguna tak lepas dari nilai-nilai agama dan peranan serta kedudukan wanita dalam suatu rumah tangga.
Dalam harkat kehidupan,wanita memang memiliki harkat yang dominan.Wanita hindu mengemban tiga kerepotan yang esensial yang bersifat kodrati yang mengaju ke masalah intern dan ektern.haid,kehamilan serta melahirkan termasuk hal yang kodrati,kemudian mengasuh anak,mengurus rumah tangga adalah merupakan tanggung jawab intern, sedangkan membantu suami mencari nafkah,mendampingi suami,merawat anak,dalam dunia spiritual merupakan tanggung jawab Ektern.
Dalam menciptakan dan meningkatkan ketahanan keluarga dan berbagai macam ancaman,gangguan,hambatan dan tantangan dalam kehidupan bermasyrakat,berbangsa dan bernegara haruslah dilandasi dengan nilai-nilai dharma seperti :
·         Sila artinya kebajikan dan kesusilaan
·         Yadnya artinya melakukan persembahan,pengorbanan dan amal untuk orang banyak
·         Tapa artinya pemupukan rasa disiplin hidup dan tahan uji dalam segala keadaan
·         Brata artinya menghindari kehidupan duniawi yang berlebihan
·         Yoga artinya selalu memusatkan perhatian dan pikiran kepada Ida sangHyang Widhi Wasa.
·         Samadi artinya melakukan renungan suci

Keutamaan ajaran dharma menghantarkan seseorang mencapai sorga atau moksa sebagai yang diwedarkan oleh Begawan Katyayana dalam kitab suci sarasamuscaya sloka 14 sebagai berikut :
“Ikang dharma ngaranya,hetuning mara ring swarga ika,kadi gatining prahu banyaga nentasing tasik” artinya
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga,seperti halnya perahu,sesungguhnya merupakan alat bagi pedagang untuk mengarungi lautan.
Dengan demikian,keluarga merupakan konsep keselamatan yang dalam terminologi hindu disebut mencapai moksa atau  kebebasan yang kekal abadi”
Moksa adalah bagian dari Catur Purusa Artha yaitu empat tujuan hidup manusia menjelma lahir ke dunia yaitu :
·         Dharma  artinya kebajikan atau kebenaran
·         Artha artinya kekayaan atau material
·         Kama artinya nafsu atau keinginan
·         Moksa artinya kelepasan
Berdasarkan hakekat tujuan hidup manusia yang disebut Catur Purusa Artha itu hindu ingin membentuk keluarga berdasarkan atas perkawinan yang sah,yang mampu memnuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,bertakwa kepada Hyang Widhi Wasa,memiliki hubungan yang serasi,selaras dan seimbang antara :
·         Anggota keluarga dengan anggota keluarga
·         Antara anggota keluarga dengan masyarakat sekitar
·         Antara anggota keluarga dengan Ida sangHyang widhi wasa
Peranan dan Kedudukan wanita Hindu
Dalam  kitab suci Kutara Manawa III 56 ada disebutkan, “di mana wanita dihormati,disanalah para dewa merasa senang,tapi dimana mereka tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala“
Masyarakat  hindu dalam mencapai tujuan hidupnya yang disebut Catur Purusa Artha yaitu Dharma,Artha,Kama dan Moksa,ada empat tahapan yang harus dilalui yang di sebut catur Asrama.
Untuk terciptanya ketahanan keluarga, wanita hindu mempunyai empat kedudukan dalam membina rumah ta ngga antara lain :
a.         Wanita sebagai Ardha Anggani
Dalam masa-masa kehidupan manusia masih memiliki prilaku yang biadab terhadap faktor seks sangatlah menonjo; sehingga timbul raksasa wiwaha,Paisaca wiwaha yang merupakan bentuk-bentuk perkawinan secara paksa dengan obat-obatan atau jenis lainnya seperti guna-guna lainnya. Namun setelah kehidupan manusia semakin beradab,manusia tidak lagi memakai kekerasan dan mulai menyadari arti dari sebuah perkawinan,yang diterima baik oleh masyarakat. Tujuan utama perkawinan itu adalah untuk mendapatkan keturunan,kedudukan,atau peranan istri tidak lagi pemuas nafsu sek suami saja tetapi yang penting adalah sebagai partner yang harmonis yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.wanita  adalah sebagai ardha anggani bagi suami yaitu wanita adalah belahan yang tidak bisa dipisahkan dari badan atau badan suaminya.
Dalam pustaka suci Satapata brahmana bab IV ayat 2 disebutkan “Selama pria itu tidak mempunyai istri,ia tidak akan mendapatkan keturunan,selama itu pula ia tidak sempurna” Lebih lanjut kitab Satapata Bab I ayat 2 menyebutkan “Dalam hal peranan wanita terhadap kehidupan suami,sang suami merasakan dirinya lebih sempurna sejak ia mendapatkan seorang istri”.
Konsep Ardha Anggani ini adalah cetusan perasaan umat hindu yang mengakui kebenaran hidup bahwa tidak ada pria yang sempurna dengan dirinya sendiri tanpa didampingi oleh seorang wanita.
Pria itu mempunyai watak untuk mencegah hilangnya kehidupan manusia dan rangsangan seks dalam suatu perkawinan adalah merupakan suatu usaha untk mempertahankan keseimbangan hidup di dunia,ia merasa puas akan dapat hidup di dunia,ia merasa puas akan dapat menyambung kehidupan manusia sebagai keturunannya.
Konsep ardha Anggani merupakan pengakuan bahwa peranan dan kedudukan wanita dan suami itu sama dan sejajar sehingga tidak ada tempat dan waktu untuk adanya perpisahan keduanya setelah mereka diikat dalam suatu perkawinan.
b.         Wanita sebagai “Jaya”
Kata jaya dengan huruf a pendek berarti menang,tapi kata jaya dengan huruf a panjang berarti wanita yang melahirkan,kalau hanya melahirkan anak sudahlah lumrah bagi seorang wanita atau istri.
Tetapi dalam agama Hindu istilah  “Jaya “ mempunyai arti yang lebih dari itu yaitu melahirkan dirinya sendiri bersama suaminya dalam bentuk anak yang dia lahirkan.
Dalam kitab suci Aetaria brahmana ayat 33 mengatakan “Tad jaya-jaya brahwati tad asyam jayate punah” artinya ia yang melahirkan menjadi jaya karena ia melahirkan dirinya sendiri kembali ,semua orang tahu bahwa anak yang lahir itu akibat pertemuan sperma sang suami dengan ovom sang istri jadi logislah dikatakan bahwa suami - istri lahir kembali dalam diri anaknya. Sang suami merasa bahwa dirinya sendirilah yang dilahirkan oleh istrinya.
Dalam pustaka suci Reg Weda V 4.5 ada diungkapkan permohonan kepada Ida SangHyang Widhi Wasa yang  mengandung maksud : “mudah-mudahan  saya mengalami hidup langgeng melalui keturunan saya “
Hanya istilah yang memenuhi keinginan badaniah dan permohonan rohaniah sang suami,dalam melahirkan seorang anak yang tidak lain adalah percampuran dirinya dengan suaminya. Hal inilah yang melatar belakangi tata kehidupan keluarga Hindu agar suami menghormati istrinya sebagaimana dia menghormati sirinya sendiri dan inilah sebabnya kenapa istri itu diangkat sebagai “Jaya”
c.         Wanita sebagai Saha Dharmani
Wanita itu ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam sebuah keluarga,karena ia tidak dapat dipisahkan dengan suaminya,dia harus memegang teguh peranan yang sama dalam kewajiban sosial dan keagamaan.Wanita adalah pemegang peranan terpenting dalam pemujaan dan persembahan kehadapan Hyang Widhi.Rumah tangga tanpa istri tidak punya arti dalam kehidupan rumah tangga. Para suami – Istri harus secara bersama-sama menjalankan kewajiban Dharma/agama.

d.         Wanita sebagai Dharma Patni
Konsep  Saha Dharmani menuntun keluarga menuju konsep wanita sebagai Dharma Patni,wanita atau istri di namai Patni karena ia merupakan pemegang peranan penting dalam melaksanakan agama, melaksanakan pemujaan kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa. Peranan wanita sangat penting dan haruslah dikembangkan tanpa mengorbankan nilai-nilai moral atau kesucian. Sedemikian tinggi pengakuan keluarga Hindu terhadap keberadaan wanita,sehingga dalam mewujudkan keluarga yang damai,rukun dan harmonis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sangat tergantung pada tingkat ketahanan mental dalam sebuah keluarga.

Penutup
Demikian makna dan kedudukan wanita Hindu memegang peranan.yang sangat penting dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara dalam membentuk karakter dan anak dalam rumah ttangga sebagai Ardha anggani , Dharma Patni, jaya dan Saha Dharmani.