Sabtu, 20 Mei 2017

Irsya : Iri hati

*Mutiara Weda*
19/05/2017

*Irsya : Iri hati*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, Dalam hidup ini jangan sekali kali menaruh rasa dengki , iri hati *Irsya*. jangan menginginkan dan merindukan sesuatu yang tidak mungkin  dan jangan pula merindukan sesuatu yang tidak ada. Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama.

Manakala bathin diselimuti oleh rasa iri hati, dengki *Irsya* pada sesama  jika melihat kelebihan orang lain, dapat dipastikan keadaan  orang seperti inilah sesungguhnya  orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini  yang tak akan dapat disembuhkannya.

*Untuk itu*, setiap umat manusia,  jangan melakukan tindakan melanggar yang terlarang, tercela dan sukar untuk di capai dengan jalan melakukan Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran *Manah*. (S.S.89-91)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Hari raya Tilem:melebur segala kepapaan

*Mutiara Weda*
20/05/2017

*Hari raya Tilem : melebur segala kepapaan*

Setiap umat Hindu haruslah memahami bahwa  hari  suci Tilem merupakan salah satu hari suci bagi umat  Hindu yang diyakini sebagai hari sakral dan rawan sebagai waktu peralihan berakhirnya paroh gelap dan awal dari paroh terang  beryoganya Sanghyang Surya Pada hari suci Tilem sebenarnya Hari yang baik untuk melebur segala bentuk noda, kotoran, kepapaan,  penderitaan dan bencana yang menimpa setiap umat manusia *Wenang mapuge lara roga Wighna ring sarira*

Diantara hari raya Tilem diyakini *Tilem Kesanga*  sebagai Tilem yang paling sakral  turunnya para dewa mensucikan diri mengambil intisari air suci  kehidupan *amertha Kamandalu* dan dua hari sebelum Tilem kesanga disebut dengan paroh gelap ketiga *Trayodasi Kresnapaksa*hari yang baik untuk *melasti*.

*Untuk itu*, bagi setiap umat Hindu sudah menjadi kewajiban  pada saat *Tilem Ratri* untuk melakukan persembahyangan/ pemujaan mohon Waranugraha berupa  pengetahuan, keahlian dan ketrampilan dalam segala pekerjaan *kawyajnana ning saraja karya* disamping juga sebagai  wujud peruwatan kepapaan, noda, kegelapan dan segala penderitaan dengan sarana Banten sesayut Widyadari. (kitab Sundarigama)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Diksa Eka jati

Pewintwnan Agung Dumogi Prasiddha

Rabu, 17 Mei 2017

Bunga/kembang : lambang catur dasaksara

*Mutiara Weda*
09/05/2017

*Bunga / Kembang : Lambang Catur Dasaksara*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa umat Hindu dalam melakukan persembahyangan tidak bisa lepas dengan penggunaan sarana *kembang / bunga*.  Di samping sebagai sarana, kembang atau bunga juga sebagai simbol *Hyang Widhi*, rasa bhakti, dan ketulusikhlasan serta cinta kasih-Nya.

Bunga perlambang ketulusan dan kesucian pikiran, siapapun yang sujud kepada-Nya dengan persembahan setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah buahan ataupun seteguk air,akan  terima-Nya sebagai Bhakti persembahan dari orang yang Berhati suci.

*Untuk itu*, sebagai umat beragama Hindu di dalam melakukan pemujaan sudah menjadi kewajiban untuk menggunakan kembang/bunga yang baik,segar,wangi mengingat bunga yang harum, segar dan wangi sebagai lambang aksara suci *Catur Dasaksara*, (kitab Jnana Siddhanta,,BG. IX.26)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Belajqr Menyejukkan Pikiran

*Mutiara Weda*
11/05/2017

*Belajar Menyejukkan Pikiran*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa Segala bentuk praduga & prasangka terhadap orang  lain harus dihilangkan, Selama  jiwa masih dibelenggu oleh  prasangka dan praduga niscaya  tidak akan pernah  mendapatkan *ketenangan & kedamaian bathin* di bumi ini.

Jika nilai - nilai dharma meredup dan bahkan  luntur maka  dapat dipastikan keributan dan kekacauan  akan terjadi, cahaya  kejujuran, keadilan, ketenangan dan kedamaian, akan berhenti bersinar   berujung pada *kebencian dan perselisihan*.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan buruk sangka  dengan belajar menyejukkan pikiran yang sedang terbakar melalui Semadhi/ meditasi. Niscaya akan dapat terwujudnya keleluasan dalam mencari jalan *dharma*._(SS.37-40)_

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Doa/mantram Benteng diri

*Mutiara Weda*
10/05/2017

*Doa / Mantram :Benteng diri*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa, menguncarkan  *doa / Mantram* sesungguhnya adalah *Kavaca Gaib* yang menjadi Benteng diri dan  menentukan kualitas hidup  serta tak akan pernah lepas dari jati diri setiap umat manusia  dalam mengarungi kehidupan dalam mencapai tujuan hidup yang sebenarnya *Catur Purusaartha*

Doa / Mantram  baik dalam bentuk  stuti, stava, stotra maupun puja mantram bermakna   mengagungkan keagungan  kebesaran Tuhan/Hyang Widhi dan menjadi pelindung diri  *Kavaca  gaib* yang membentengi tubuh dan pikiran kita dari kekuatan-kekuatan negatif.

*Untuk itu*,sebagai umat manusia jangan pernah  berhenti dan lepas dari *Doa* , ucapkan dengan sungguh sungguh,  pahami  arti dan makna   yang sebenarnya,  baik melalui
*Vaikari*  *Upamsu*  maupun *Manasika*.Niscaya Hyang Widhi  akan selalu berada dalam diri kita masing masing.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Beragama bukan alat untuk menyakiti orang lain

*Mutiara Weda*
12/05/2017

*Beragama : bukan alat untuk menyakiti orang lain*

Setiap umat manusia haruslah memahami bahwa beragama bukanlah alat untuk menyakiti orang lain dan bukan pulalah alat untuk menjatuhkan orang lain, melainkan sebagai pegangan, pedoman  dan tuntunan hidup dalam memperhalus jiwa dan Budhi sebagai landasan mencapai Tujuan hidup *Catur Purusaartha*

Manakala  dalam penerapan ajaran agama  mengakibatkan sakit dan menderitanya  orang lain, dapat dipastikan adanya kesalahan dalam pemahaman nilai nilai  ajaran agama  sebagai cermin rendahnya tingkat spiritual yang berujung pada malapetaka dan  kehancuran.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia belajarlah agama dengan baik dan benar guna memperhalus jiwa dan memperkokoh budhi. Niscaya Kedamaian , kenyamanan  dan keharmonisan hidup akan dapat terwujud. (Lontar Panca Siskanya Angaji)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Bersihkan pikiran & hati nurani

*Mutiara Weda*
13/05/2017

*Bersihkan Pikiran & hati Nurani*

Setiap Umat manusia harus menyadari bahwa  tutur kata yang menyejukkan, sopan &   Santun serta lantunan lagu rohani / doa pujaan *Mantram*, takkan pernah mampu keluar dari hati nurani   mankala  dalam hati selalu bergejolak sifat  *Krodha*  dan *EGO*.

begitu pula halnya dengan  *Keindahan*, ketenangan  dan rasa aman  serta kedamaian  hidup, *takkan pernah mampu* terlihat dari pikiran yang penuh dengan *Prasangka* dan *Praduga*.

*Untuk itu*, bersihkan hati nurani dan sucikan  pikiran  dengan membuang jauh -jauh kegelapan Pikiran *Sapta Timira* dan  *Sadatatayi* dengan menjauhkan diri dari perbuatan *Asubhakarma*
(Weda Samhita & SS. 79-81).

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Pikiran penentu Karma

*Mutiara Weda*
14/05/2017

*Pikiran Penentu Karma*

Bagi setiap umat manusia haruslah memahami bahwa, Pikiran adalah sumber dari  seluruh perbuatan dalam kehidupan ini. Pikiran pula, menentukan hasil suka  maupun  duka dalam berkarma.

Pikiran yang dilandasi  dgn kesucian dan ketulusan  serta kemuliaan maka akan membuahkan karma yang baik dan mulia pula, demikian juga  sebaliknya , perbuatan yang dilandasi  dengan pikiran yg kotor dan hina, niscaya akan membuahkan karma  buruk, kotor dan hina pula.

Karma yang baik , mulia menuntun manusia pada kehidupan yang baik  "Moksartham jagadhita" sedangkan karma yang kotor, hina akan menjerumuskan manusia pada jurang  *kehancuran / malapetaka*

*Untuk itu*, kendalikan  dan pusatkan pikiran sehingga nantinya betul-betul menjadi pengendali dan alat controlll  utama pada setiap kehidupan umat manusia. (S.S.79.87)

astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Jnana :Artha tersembunyi

*Mutiara Weda*
15/05/2017

*Jnana*: Artha tersembunyi*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, Ilmu Pengetahuan  suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran dan kebahagiaan.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk belajar pengetahuan suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

RAHAJENG HARI SUCI "KAJENG KLIWON*

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Berkarma sebagai Ibadah

*Mutiara Weda*
16/05/2017

*Berkarma sebagai  Ibadah*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa  Hakekat dari karma yang sebenarnya   adalah *Ibadah*, “Bekerja demi kewajiban *Swadharma*, bukan demi hasil perbuatan,  jangan sekali  kali pahala menjadi motif dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri , berpangku tangan tanpa kerja.

Orang yang mempersembahkan semua kerjanya kepada Brahman dan bekerja tanpa motif keinginan apa-apa, orang seperti itu, tak akan  terjamah oleh dosa, laksana daun teratai tak akan basah oleh air

*Untuk itu*, setiap umat manusia harus dapat memegang teguh prinsip dasar ajaran Karma Yoga, menjalankan hidup yang semestinya dan memenuhi segala kebutuhannya agar hidup di dunia menjadi  bahagia (jagadhita) dan menikmati kebahagiaan dengan Berkarma sebagai suatu swadharma. Niscaya kebahagiaan lahir dan batin, "Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma" akan  dapat terwujud nantinya.
( BG.II.47 / BG V.10 & kitab  Arjuna Wiwaha)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Bangun hidup yang Nyaman &Damai

*Mutiara Weda*
17/05/2017

*Bangun Hidup  yang Nyaman & Damai*

Setiap Umat manusia haruslah memahami bahwa  *Kupu-kupu itu  bisa terbang dengan tenang dan indahnya  bukan saja karena memiliki sayap, akan tetapi juga karena bersahabat dengan alam  lingkungan sekitarnya*.

Demikian juga halnya dengan *sang jiwa*, manakala ingin terbang *indah* , *nyaman* dan *Damai*  tidak hanya memerlukan sayap *keikhlasan*, tapi juga memerlukan *persahabatan* dengan kehidupan. Memaafkan yang sudah lewat dan menerima hidup  dengan berlapang dada, selalu *angayubagya* dan tersenyum *Sasmitha*  dengan setiap kekinian.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu  membangun dan menjalin  *persahabatan*/ *Pasawitran*  dengan landasan Saling asah, asih dan asuh  berpegang teguh pada  falsafah hidup *Tri Hita Karana*, Tat Tvam Asi dan *menyame mebraye*.  Niscaya hidup yang *nyaman dan Damai*  yang *Tata, Titi, Titis lan Tatas*, "Manah Santi* dan *Parama Santi* dapat terwujud.
(Lontar Bhuana Kosa & Swastikarana  )

astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Minggu, 07 Mei 2017

Kemarahan : sumber penderitaan

"Mutiara Weda*
21/04/2017

*Kemarahan : sumber Penderitaan*

Setiap manusia haruslah menyadari bahwa, kemarahan *kroda* sumber dari segala penderitaan, dari kemarahan munculah kebingungan yang menyebabkan ingatan menjadi kalut,ketika ingatan kacau maka kecerdasan akan binasa,dengan binasanya kecerdasan  maka berakibat  malapetaka dan kehancuran.

orang yang dikuasai oleh nafsu angkara murkanya, segala yang dipersembahkannya  akan sia sia dan  tidak akan mendapatkan pahala apa apa. Yang justru cendrung melakukan perbuatan jahat dan hina.

*Untuk itu*, kendalikan kemarahan *Kroda* dengan melakukan penyucian jiwa  *Tapa* melenyapkan kedengkian dan iri hati *Irsya*. Niscaya  kesabaran dalam hati akan terwujud dan terhindar dari sifat *Kroda* .
(BG.63 & SS. 80-90)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati

Berkarma dengan kata kata

*Mutiara Weda*
20/04/2017

*Berkarma dengan kata-kata*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa *Wacika* kata kata yang suci, yang keluar dari pikiran & lubuk hati yang paling dalam mampu memberikan  penerang / cahaya bagi sang jiwa sehingga terlepas dari  belenggu kegelapan  sebagai wujud *Karma*.

Apa yang diucapkan itulah yang dilakukan *Satya Wecana* dan *Satya semaya*. Kata- kata yang diucapkan  dapat menjadikan karma yang baik (Subha karma) *Wasita Nimitanta Manemu Laksmi*  dan dengan   kata kata pula orang dapat menemukan ajal / kematian *Wasita Nimitanta Pati kapangguh*

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  selalu  menjaga perkataan,wujudkan rasa kedamaian dan keteduhan dalam  hati, hindari  *raja pisuna* yang dapat menjerumuskan manusia, uncarkan  lagu-lagu pujian dan doa- doa  dalam *penyucian diri* melalui *Japa*, *Seha* dan *Mantram*. niscaya kedamaian  hati akan terwujud.
( Kitab Nitisastra V.3 & Panca Sradha,148)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Empat kelemahan setiap umat manusia

*Mutiara Weda*
22/04/2017

*Empat kelemahan  setiap umat manusia*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, hidup menjelma menjadi manusia kedunia  ini bukanlah karena hebat dan bukan pula karena sempurna, melainkan penuh dengan kekurangan dan kelemahan maka dari itulah manusia dilahirkan ke dunia untuk membenahi diri.

Perlu diketahui ada empat kelemahan dan kekurangan setiap manusia dilahirkan ke dunia ini : *Brama* (Indrya / keinginan yang selalu tidak sempurna), *Pramana* (Penuh dengan harapan /ilusi), *Karanapatapaya*( dalam melihat dan memenuhi Indrya selalu berbeda-beda) dan *Vipralipsa*(selalu diselimuti sikap saling menipu dan ditipu)

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia kendalikan lah keempat kekurangan dan kelemahan itu dengan melaksanakan *Dharma* melalui pengekangan diri *Tapa* dan pengendalian diri, baik lahir maupun Batin *Yama dan Nyaman*
( BG.21 dan SS. 1-11)

*Astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bangkitkan busana dalam diri

*Mutiara Weda*
23/04/2017

*Bangkitkan Busana dalam diri*

Setiap umat manusia haruslah memahami bahwa suatu landasan yang kuat dan kokoh bagi seorang  *Jnanin* yang matang secara emosional dan spiritual adalah semakin tinggi kualitas pendidikan maka semakin menyejukan lontaran kata kata yang akan dikeluarkannya dengan membangkitkan *Busana* yang ada dalam diri.

Busana bagi orang yang *berpengetahuan* adalah *rasa damai* dan Busana bagi *Tapa* adalah *tidak lekas marah* serta Busana *orang Besar* adalah *sifat pemaaf* begitu pula *keindahan Dharma* adalah tidak mencela orang lain.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia bangkitkan Busana yang ada dalam diri masing masing dengan *kerendahan hati* melalui *Tapa*, *Brata*,*Yoga* dan *Semadhi* sehingga kuat dan kokohnya sisi emosional ,  spiritual dan  sisi intelektual setiap umat manusia. (Nitisastra, 16)

*Astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Hati hati dengan orang yg berpura pura baik

Mutiara Weda
24/04/2017

*Hati- hati dengan orang yg berpura - pura Baik*

Setiap umat manusia haruslah memahami bahwa, *ORANG JAHAT ITU TIDAK MENAKUTKAN, ORANG YANG MENAKUTKAN ORANG YANG BERPURA PURA BAIK*

*Untuk itu*. Sebagai umat manusia untuk selalu berhati hati, gunakan *Wiweka*  dalam setiap  gerak dan langkah kehidupan dalam jaman ini.
(  Panca Siskanya Angaji)

_Astungkara swah

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Guna Dharma

*Mutiara Weda*
24/04/2017

*Guna Dharma*

Setiap umat manusia haruslah menyadari  bahwa ; Orang yg tidak menjalankan ajaran Dharma dengan baik ibarat seperti padi yang hampa ataupun  telur busuk, yang kenyataan ada namun tiada gunanya *Hana Tan Hana* ada tapi tiada guna.

Menjadi orang  berguna  *Sadguna Dharma* sebagai suatu keharusan setiap umat manusia, dalam arti  yang lebih luas tidak hanya berupa hasil atau manfaat yang diperoleh seseorang dari upaya mengendalikan sadripu yang negatif menjadi positif, tetapi juga  berfaedah atau bermanfaat secara pribadi karena telah melaksanakan ajaran kitab suci Weda Samhita.

*Untuk itu*, Jadilah orang yang *meguna* dalam menjalankan  *Sad Guna Dharma* sesuai dgn  swa dharma  masing -  masing,* dengan jalan memegang teguh ajaran kebenaran *Satya*
( Slokantara,2)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Upacra Pitong gigi : hilangkan nafsu keraksasaan

*Mutiara Weda*
24/04/2017

*Upacara Potong Gigi : hilangkan nafsu Keraksasaan*

Bagi setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa melaksanakan praktek keagamaan  ketika sang anak mulai menginjak usia remaja atau menginjak dewasa, melaksanakan *Upacara  Potong Gigi* atau *Upacara Sarira Samskara* yang biasa dikenal dengan upacara Mepandes, Metatah atau Mesangih  sebagai salah satu kewajiban dari   orang tua terhadap sang anak.

Upacara Potong Gigi  bermakna untuk menemukan hakekat manusia sejati yang terlepas dari belenggu kegelapan pengaruh dari  *Sad Ripu* dan menghilangkan nafsu Keraksasaan *Asurisampad* yang ada dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*, bagi setiap umat Hindu  sudah menjadi kewajiban agama untuk melaksanakan *Upacara  Potong Gigi* dalam meningkatkan kualitas diri  dengan mengendalikan pengaruh dari  enam musuh yg melekat dalam diri manusia *Sad Ripu*  melalui *upacara potong gigi*.
(Lontar  Dharma Kahuripan dan Puja Kallapati)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Pikiran : sumbernya nafsu

*Mutiara Weda*
26/04/2017

*Pikiran : sumbernya Nafsu*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, *Pikiran* itu sumbernya nafsu, liar dan bersifat tidak tetap, yang sangat sulit untuk ditaklukkan, bagaikan menaklukan  angin, *sangatlah sulit*

Dengan selalu melatih dan membiasakan diri untuk mengontrol, mengekangnya dan mengendalikannya *Tapa* disertai   ketidakterikatan terhadapnya maka pengendalian pikiran bukanlah suatu hal yang sulit dan mustahil.

*Untuk itu*, janganlah  pernah berhenti melatih diri  untuk mengontrol dan mengendalikan pikiran  *Yama brata* dan *Nyama Brata* sehingga pikiran selalu terpusat *Dhyana*. Niscaya pencapaian jalan spiritual  *Yoga* dengan Kundalini saktinya  akan terwujud.
( BG.34-38/ SS.80-81)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Dura sarwajnana :Berpengetaguan tembus

*Mutiara Weda*
27/04/2017

*Dura sarwajnana : Berpengetahuan tembus*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, Ida SangHyang Widhi Wasa  maha ada  *Wibhu Sakti* dan
memiliki pengetahuan yang tak terbatas, serba jauh / serba tembus *Dura Sarwajnana*
Sehingga  mengetahui tentang apa yang telah kita perbuat  dan ada dimana mana
"Wyapi Wyapaka Nirwikara"

Berhati - hati dalam  berpikir, bertutur kata dan dalam  bertindak dengan meletakkan ajaran *Tri Kaya Sandhi*  sebagai pondamen dasar dalam setiap sendi kehidupan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia pegang teguh ajaran *Tri Kaya Sandhi* dan  berpasrahkan  diri  pada yang Maha kuasa *Bhakti*,
Perbuatan tanpa kekerasan *BERTAPA DALAM TINDAKAN* dan suci murni dalam berpikir  BERTAPA  DALAM JNANA*
( BG.III.25/XII. 14/  SS. 217

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Rwa bhineda taj lepas dari kehidupan

*Mutiara Weda*
28/04/2017

*Rwa Bhineda tak lepas dari Kehidupan*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa dalam kehidupan  ini tak bisa lepas dari pengaruh dua hal yang berbeda *rwa Bhineda* suka dan duka, pahit dan manis, siang dan malam, menyenangkan dan menyedihkan selalu berdampingan dan mengalami perputaran.

Tidak ada yang dapat menghindar dan  tidak ada yang dapat melepaskan diri dari dua hal yang berbeda  *rwa bhineda* tersebut yang datangnya secara silih berganti.

*Maka dari itu*, sebagai umat manusia  untuk selalu sabar *Ksama* dan menegakkan ajaran kebenaran *Satya* dan *Dharma* dalam mengarungi kehidupan ini.
(Slokantara,80 /SS.92-95)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Lihat kebaikan orabg lain

*Mutiara Weda*
08/05/2017

*Lihat kebaikan  orang lain*

Setiap umat manusia harus menyadari  bahwa, menemukan kebahagiaan & kesenangan  bathin dengan cara mencari kekurangan  dan kelemahan orang lain, ibarat menuai  racun ke dalam jiwa yang bersemayam di dalam tubuh .

Sebagai manusia sejati  selalu belajar  melihat sisi-sisi  baik dari orang lain, jangan biasakan mencari kekurangan,  kesalahan dan kelemahan  dari orang lain.

*Untuk  itu*, Endapkan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, kalau kita selalu melihat sisi indah  & sisi baik orang lain, suatu hari kita akan berjumpa dengan bagian diri kita yang terindah" dengan mantapkan   kesadaran rohani melalui peningkatan kualitas spiritual  *Samyag Jnana* (SS.341-345)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati

Rwa bhineda tak lepas dari kehidupan

*Mutiara Weda*
28/04/2017

*Rwa Bhineda tak lepas dari Kehidupan*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa dalam kehidupan  ini tak bisa lepas dari pengaruh dua hal yang berbeda *rwa Bhineda* suka dan duka, pahit dan manis, siang dan malam, menyenangkan dan menyedihkan selalu berdampingan dan mengalami perputaran.

Tidak ada yang dapat menghindar dan  tidak ada yang dapat melepaskan diri dari dua hal yang berbeda  *rwa bhineda* tersebut yang datangnya secara silih berganti.

*Maka dari itu*, sebagai umat manusia  untuk selalu sabar *Ksama* dan menegakkan ajaran kebenaran *Satya* dan *Dharma* dalam mengarungi kehidupan ini.
(Slokantara,80 /SS.92-95)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Masesanti sarana Pengendalian diri

*Mutiara Weda*
29/04/2017

*Masesanti : sarana Pengendalian Diri*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa salah satu cara yang paling sederhana untuk menetralisir amarah, rasa sedih  adalah masesanti, menyanyikan lagu lagu pujian.

Sangatlah Mustahil rasanya kita dapat menyanyikan lagu lagu pujaqn *Masesanti*,  manakala  hati nurani masih diliputi rasa benci ,amarah dan gelapnya pikiran.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu perhalus hati dan Budhi melalui *Masesanti* menyanyikan lagu pujaan untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan hidup baik lahir maupun batin, mengingat *Gita* pada dasarnya adalah Sabda Brahman.

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Upacara Sisya Upanayana & Samavartana

*Mutiara Weda*
30/04/2017

*Upacara  Sisya Upanayana & Samavartana*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa, bagi para orang  tua yang menginginkan  putra & putrinya menjadi anak yang suputra dan ahli di bidangnya seyogyanya memberikan upacara *Diksa pertama* yang disebut dengan *Sisya Upanayana* saat anak mulai sekolah dan *Upacara Samavartana*  pertanda berakhirnya  suatu pendidikan/ tamat

Upacara  Sisya Upanayana  pada dasarnya adalah upacara *Pensucian* secara rohaniah untuk melewati fase - fase kehidupan, dari suatu kehidupan ke kehidupan baru, atau dari kehidupan yang belum sempurna  menuju kehidupan yang lebih sempurna dan *Upacara Samavartana* sebagai paripurnanya suatu pendidikan.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam memasuki  masa *Brahmacari*  sangatlah perlu  untuk membentengi diri dengan *Upacara Sisya Upanayana* dan *Upacara Samavartana* dengan dilandasi ajaran  ajaran Satya, Rta, Diksa,Tapa, Brahma dan Yadnya.
( kitab  Atharva Veda XII.1.1)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Tri Guna

*Mutiara Weda*
01/05/2017

*Tri Guna*

Setiap umat Manusia haruslah menyadari bahwa dalam  kehidupan sosial bermasyarakat,  *Perilaku* manusia dapat ditentukan oleh faktor lingkungan, namun dalam susastra Hindu sesungguhnya perilaku  manusia sangat ditentukan oleh tiga unsur Guna yang di sebut *Tri Guna*  yaitu Satwam, Rajas dan Tamas.

Pikiran yang ringan, tenang dan terang itu adalah *Satwam*, pikiran yang bergerak cepat itu *Rajas*  dan pikiran yang gelap / berat itu *Tamas*. Tak seorangpun luput dari pengaruh *Tri Guna*, demikian juga tak seorangpun dalam penampilannya tidak diwarnai oleh ketiga sifat itu dan ketiga guna tersebut bekerja dalam diri manusia.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia sudah seharusnya untuk *mawas diri/ Ngret Sarira* dengan mengendalikan *Indrya* mengingat  indrya / nafsu sebagai penggerak utama dalam kehidupan ini, hilangkan sifat keraksasaan *Asuri Sampad* yang penuh dengan kejahatan dan bangkitkan sifat *Raja* yang penuh dengan kesucian dan kebijaksanaan.
( kitab Wrhaspati Tattwa,15  dan Ramayana, II.41)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitrayan Sejati*

Perbuaran Nawa Sanga

*Mutiara Weda*
02/05/2017

*Perbuatan Nawa Sanga*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, dalam  kehidupan  ini, setiap  manusia wajib untuk  memahami dan menguasai ajaran- ajaran Dharma, memahami berbagai ilmu pengetahuan, bijaksana  yang di sebut dengan *Andrayuga* sebagai bagian dari perbuatan *Nawa Sanga* serta tahu akan apa yang baik dan apa yang buruk *Wiweka* dalam mewujudkan kebahagiaan hidup.

Untuk  mengamalkan  perbuatan *Nawa Sanga* tidak bisa lepas dari  sangkut paut  dan teropongan   dari ajaran *Sesana* dan  ajaran *Niti*

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia wajib untuk  memahami dan mengamalkan ajaran Sesana dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  Kebenaran *Dharma*  serta taat & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitrayan Sejati*

Jauhkan diri dari sifat Nresangya

*Mutiara Weda*
03/05/2017

*Jauhkan Diri Dari Sifat Nresangsya*

Setiap Umat manusia haruslah menyadari bahwa dalam kehidupan ini jauhkan diri dari sifat yang tidak terpuji *Nresangsya* mementingkan diri sendiri dengan *EGO*nya. Tumbuhkan ajaran *Anresangsya Tan swarta kewala pararta*  mengabdi untuk kepentingan umat manusia dengan pijakan kebijaksanaan dan kemuliaan dari cara berpikir, bertutur kata dan  bertingkah laku.

Tingkah laku yang baik merupakan alat untuk menjaga *Dharma*, Sastra - sastra suci pikiran yang bersih, suci dan teguhlah sebagai alat untuk menjunjungnya, begitu pula halnya dengan kelahiran mulia, keindahan paras dan peringainya , susila, etika, tata Krama dan Budhi pekerti lah sebagai penegak dan pemeliharanya.

*Untuk itu*, sebagai  umat manusia bangunlah *jati diri* dengan memegang teguh ajaran *Catur Prawrtti*  Arjawa, Anresangsya, Dama dan  Indryanigraha  dengan berpasrahkan pada Hyang Widhi. Mengingat apa yang ada di dunia ini baik yang berjiwa maupun tidak berjiwa dikendalikan oleh Ida SangHyang Widhi Wasa. (Isa Upanisad 31 & SS. 162-163)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitrayan Sejati*

Hidup adalah belajar dan berkarma

*Mutiara Weda*
04/05/2017

*Hidup  adalah Belajar dan Berkarma*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, Hakekat hidup  yang sebenarnya menjelma menjadi  manusia adalah  *Berkarma* dan *Belajar* Belajar  untuk membenahi diri walaupun dalam kondisi  teramat berat dan sulit.

Belajar  untuk Mensyukuri walaupun   tidak rela.  Belajar "sabar* walaupun  di caci dan diimaki . Belajar  memberikan *doa & restu* walaupun dibenci dan di maki  .

*Untuk itu*,  menjelma menjadi manusia  jangan pernah berhenti untuk *Berkarma*, bersyukur , berlapang dada, Lascarya dan berpasrah kepada Sang Maha  Pencipta  *Bhakti* (SS.1-2)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Hidup sekumpulan masalah

*Mutiara Weda*
05/05/2017

*Hidup : sekumpulan  Masalah*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa  hidup menjelma menjadi manusia  pada dasarnya adalah menderita, menderita disebabkan oleh dosa dan diselimuti berbagai masalah hidup, ada orang  hidup penuh dengan masalah dan  ada  orang hidup  merasa tidak punya masalah,  ada  yang dapat dengan mudah mengatasi masalah dan ada pula orang sulit mengatasi masalah yang dihadapinya.

Karma Wesana sangat menentukan   pola kepribadian kita saat ini, sifat *rajas* dan *tamas* sebagai pemicu utamanya.  Bagaiamanapun juga setiap permasalahan  yang dihadapi harus segera diatasi dengan berkeyakinan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia atasi setiap permasalahan hidup melalui jalan *Kesabaran*/ *Ksama* dengan landasan *Panca Yama Brata* dan *Panca Nyama Brata* serta tingkatkan *Jnana* dan jalankan praktek praktek spiritual   dengan melatih *Panca Karmendrya* dan *panca Budhi Indrya* menuju jalan*Satwika*.
( Lontar Tutur Kumara Tattwa)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Manusia penuh Keterbatasan

*Mutiara Weda*
06/05/2017

*Manusia  Penuh Keterbatasan*

Setiap Umat manusia haruslah menyadari bahwa betapapun indahnya sebuah taman  pasti masih ada sampah yang tersisa didalamnya, demikian juga halnya dengan hati nurani, seindah apapun masih akan Ada benih benih kekotoran  tersimpan didalamnya, *Tan Hana Wwang suasta anulus* tak ada manusia sempurna.

Setiap manusia  pastilah memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan serta ketidak sempurnaan.
jangan pernah bermimpi  merasa diri paling *kuat* , paling berkuasa dan merasa paling sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia selalu *rendah hati* dan *mulatsarira*,  serta *sadar akan diri* , menjaga keseimbangan  kualitas  mental rohani  antara Wihara, ahara dan Ausadha sehingga terwujudnya umat manusia yang memiliki ketahanan mental yang kuat.
(Kitab Wrhaspati Tattwa)

astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*