Jumat, 28 Mei 2021

Sad Sangga Bhuana

*Mutiara Weda*
29/05/2021

*Sad Sangga Bhuana*

*Umat Se dharma*, Dalam keyakinan umat Hindu , Pustaka suci Weda menjadi  tolok ukur dalam mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup sedangkan ibu pertiwi akan menjadi kokoh, ajeg dan tegak  di muka bumi ini dengan pijakan  *Sad Sangga Bhuana*  yaitu  enam  penyangga Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

Adapun *Sad Sangga Bhuana* antara Lain :

*Satyam* :   kebenaran, Kebajikan

*Rtam* :  hukum alam sehingga berjalan sesuai dengan yang
ditentukannya

*Diksa* :   Pensucian diri baik lahir maupun bathin.

*Tapa* :   cara hidup yang sederhana

*Yadnya* :   Kemampuan dan kemauan untuk melakukan persembahan

*Brahmana* : Mereka yang bertugas untuk mengawal  kitab suci Weda dan mengajarkan kebajikan.

*Oleh karena itu*,   sebagai umat Hindu  mari  pegang teguh dan aplikasikan ajaran Tri Hita Karana dalam  membangun kehidupan yang harmonis di dunia ini melalui   *Sad Sangga Bhuana*  :  Satya, rta, Diksa , Tapa, Brahmana dan yadnya. Niscaya  akan mendapatkan kebahagiaan, kedamaian, keseimbangan dan kesempurnaan  hidup  lahir maupun bathin atau Catur Purusa Artha.
( Santi parwa 167.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Guna dalam Tri sarira

Mutiara Weda
28/05/2021

Tri Guna dalam Tri Sarira

*Umat Se-dharma*, jika kita renungkan  dalam susastra  Hindu, tubuh manusia ini sebenarnya  dibentuk oleh tiga unsur Lapisan  dan memiliki fungsi serta kualitas  berbeda beda yang  di sebut :  *Tri Sarira*

Tiga unsur lapisan dalam diri manusia  *Tri Sarira* meliputi :

A. *STHULA SARIRA/RAGA SARIRA*:  badan kasar yaitu jasmani yang terbentuk dari unsur *Panca Maha Bhuta* dan *Panca Maya kosa*

B. *SUKHSMA SARIRA/LINGGA SARIRA*:  badan halus  yang di bentuk  *Tri Anta karana*  atau tiga penyebab akhir yang terdiri dari unsur ;

*Budhi*,  fungsinya untuk menentukan keputusan.

*Manah*,  fungsinya untuk berpikir dan menjalankan *Wiweka*

*Ahamkara*,  fungsinya untuk merasakan dan bertindak.

C. *ANTAH KARANA SARIRA*:  badan penyebab  sebagai lapisan yang paling halus / Atman yaitu Jiwatman sebagai hidupnya hidup.

*Oleh karena itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memahami akan  inti hakekat  dari  *Tri Sarira*  yang  menentukan kehidupan umat  manusia di dunia ini yang selalu dibayangi unsur  *Tri Guna*.  Tubuh manusia / *Sthula Sarira* adalah alat dari pikiran  *Sukhsma Sarira*.  Sedangkan  *Antah Karana Sarira* / Atman yang menentukan gerak pikiran manusia.  *Manakala*,  ingatan dipengaruhi oleh *Satwam*, maka seseorang akan menjadi bijaksana, pandai, pemaaf. Apabila ingatan dipengaruhi oleh unsur *Rajas* maka seseorang menjadi pemarah, pendendam serta Ambisi. Begitu juga manakala ingatan dipengaruhi oleh unsur *Tamas*, maka seseorang akan menjadi  pemalas, loba serta rakus.
(MDS I. 6 & Kitab Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
Daerah Istimewa Yogyakarta

Amratistha Pavana

*Mutiara Weda*
27/05/2021

*Amratistha Pavana* 

*Umat Se-dharma*,  Dalam menerapkan Konsep Tri Hita Karana  umat Hindu  tidak bisa lepas dari proses *Amratistha Pavana*  yaitu  menjaga kelestarian dan kebersihan alam  semesta  *Bhuana Agung & Bhuana Alit* serta  dalam  mengembangkan  kehidupan,  menjaga alam semesta beserta  isinya secara serasi dan seimbang   dengan menjalankan  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan.

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi   kewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Karakteristik Pustaka Suci Weda

Mutiara Weda*
26/05/2021

*Karakteristik Pustaka suci Weda*

*Umat se-dharma*, Pustaka suci Weda Samhita merupakan  kitab suci  Bagi umat Hindu sebagai sabda Brahman  yang bersifat *Ananta Veda*  ajaran yang bersifat kekal abadi,  relevan dengan perkembangan jaman dan menjadi tuntunan bagi setiap umat manusia, menjadi  jaminan terhadap keselamatan makhluk hidup dialam semesta ini baik pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Ada beberapa Karakteriatik dari ajaran pustaka suci Weda :

*Sanatana Dharma* :  kitab suci Weda bersifat kekal abadi

*Anandi anantha* : Weda tidak berawal dan tidak  berakhir mengingat ajarannya berlaku sepanjang jaman.

*Apauruseyam* : kitab suci Weda bukan.buatan manusia, melainkan wahyu langsung dari Hyang Widhi yang diterima oleh para Rsi.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban bagi  setiap umat Hindu untuk yakin  dengan Pustaka suci Weda sebagai pegangan dan tuntunan hidupnya serta memahami, memegang teguh isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia  akan terwujud
( Weda Samhita & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

jangan mengabaikan nilai kebajikan

*Mutiara Weda*
25/05/2021

*Jangan Mengabaikan Nilai Kebajikan*

*Umat se-dharma*, jika kita amati dalam kehidupan sehari hari, Terkadang orang sering dikelabui oleh sikap merasa benarnya, dengan mengabaikan kebenaran yang sesungguhnya, dengan menonjolkan sikap KeAKUannya, mengakibatkan manusia cenderung merasa paling benar sendiri.

 *Kearifan* akan membuat seorang menjadi Benar, tetapi *bukan* Merasa Benar. Biasakan benar dan Jangan membenarkan yang biasa .

 *Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk selalu  memegang teguh ajaran dharma dan  tidak ada Dharma atau kewajiban suci yang lebih tinggi dari Kebenaran *Satya* Jadilah orang yang benar dan jauhkan diri dari sikap merasa benar, sehingga selalu dapat introspeksi ,mawas diri dan Amulatsarira. Niscaya dalam mengarungi kehidupan akan selalu berada  pada jalanDharma. (Weda Samhita & Slokantara, 3.7)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Phala Karma

*Mutiara Weda*
24/05/2021

*Phala Karma*

*Umat Se-dharma*, Dalam sesanthi ada menguraikan ; 
Apa yang kita  tanam itulah yang akan kita petik nantinya, jagung yang ditanam maka jagung  pulalah yang akan dipetiknya ,  Padi yang ditanam maka padi pulalah yang akan dituainya demikian juga halnya dalam perbuatan  jika  tidak pernah berbuat kebajikan pada orang lain mana mungkin  akan mendapat kebaikan dari orang lain pula dan setiap umat manusia akan memetik hasil dari semua perbuatannya  dalam bentuk karma baik maupun karma buruk dikelahirannya yang akan datang pada tingkat umur yang sama.

Perbuatan baik yang diperbuatnya dimasa kanak kanak akan dinikmati  juga hasilnya nanti manakala lahir menjadi anak anak kembali begitu pula sebaliknya manakala berbuat jahat maka buah dari kejahatan itu pun akan diterima nantinya pada umur yang sama.

*Oleh karena itu* sebagai umat Hindu dalam mengarungi kehidupan menjelma menjadi manusia sudah semestinya untuk berbuat kebajikan dari sejak kanak sampai umur tua. *Niscaya* akan dapat  tercapainya tujuan hidup menjelma menjadi manusia yaitu Catur Purusa artha, Jagadhita lan Kamoksan ataupun  kelahiran Sorga .
(Slokantara, 14.hal.47)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 03 Mei 2021

Menyame -Mebraye

*Mutiara Weda*
04 / 05/2021

*Menyame - Mebraye*

*Umat se-dharma*, Jika direnungkan  membangun sebuah  hubungan  *Menyama-Mebraye*  & ikatan  persahabatan dengan semua makhluk sangatlah penting  *Vasudhaiva  Kutumbakam* sehingga mewajibkan untuk selalu  hidup secara berdampingan, saling asah, asih dan asuh dalam suatu  persaudaraan. Hubungan akan stabil  manakala   norma  norma  agama, etika, sopan santun  dan tata Krama menjadi Bingkainya  maka  akan  memberikan kedamaian dan kebahagiaan. Tatkala  hubungan   didasari atas *nafsu belaka*,  maka dapat dipastikan lambat laun  akan berubah menjadi  saling  hina  & saling  membenci. Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda   sudah bersemayamnya benih  kebencian di dalam dirinya, akan tetapi orang  yang memiliki  nilai nilai kebajikan  dapat dipastikan  akan memancarkan ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini*  dalam hidupnya.

Hanya orang orang  yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukkan, menentramkan & damai manakala di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan dendam.

*Oleh karena  itu*,    marilah kita sebagai umat Hindu  bangun   dan tumbuhkan benih benih  *kedamaian* dalam  hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi.  Niscaya hidup yang Damai , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud sesuai dengan Hakekat  Masesantih yaitu terbangunnya Kedamaian menuju Persaudaraan sejati. (  Atharvaveda X.6.1)  

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .