Jumat, 31 Juli 2020
Kedamaian Bhusana dari Ilmu Pengetahuan
*Mutiara Weda*
01/08/2020
*Kedamaian Bhusana dari Jnana*
*Umat Se-dharma*, dalam susastra Hindu ada menyebutkan Ilmu Pengetahuan suci *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemashyuran dan kebahagiaan umat manusia serta menempatkan Kedamaian menjadi Busananya dari Ilmu Pengetahuan suci / *Jnana*
Ilmu Pengetahuan suci *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan setiap keinginan.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci *Kedyatmikan* sebagaimana yang tertuang dalam pustaka suci *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu Pengetahuan suci berupa *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam).
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Bangkitkan Aura dalam Suksme Sarira
Mutiara Weda*
31/07/2020
*Bangkitkan Aura dalam Suksme Sarira*
*Umat se-dharma*, umat Hindu dalam mencapai tujuan hidup nya /*Catur Purusartha dan kelanggengan hidup serta kebahagian abadi bagi sang jiwa /*Sat Cit Ananda* ,demikian pula dalam menumbuhkan Aura dalam diri *Suksme Sarira*, ada lima rintangan yang mesti dihadapi yang di sebut dengan *Panca Klesa*
Kelima rintangan tersebut antara lain :
*Avidya* : Kegelapan, kebodohan atau ketidaktahuan.
*Asmita* : Keangkuhan dan kesombongan
*Raga* : Keterikatan
*Abhiniwesa* : ketakutan akan kematian
*Dwesa* : Rasa Benci pada orang lain.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam mencapai kebahagiaan hidup , Yama maupun Nyama dengan melepaskan diri dari berbagai rintangan serta tampakkan suksme sarira yang lembut, bercahaya sehingga mampu melihat suksme sarira sebagai suatu *Aura*. Niscaya akan dapat membangkitkan kualitas Rohani dalam suksme sarira.
( BG.XIII.23 & Wrspati Tattwa.24)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Rabu, 29 Juli 2020
Pikiran sumbernya Karma
*Mutiara Weda*
29/ 07/2020
*Pikiran Sumbernya Karma*
*Umat se-dharma*, Pikiran atau Manah merupakan sumber dari *Karma* atau adanya perbuatan, semua keadaan tubuh dirasakan oleh pikiran. Rasa sakit hati yang mendalam menyebabkan manusia kehilangan akal sehatnya, sehingga tindakannya cenderung menjadi serba salah serta menambah rasa benci yang mendalam sebagai awal dari timbulnya sifat Amarah/ krodha yang berujung pada tak terkendalinya alam pikiran, yang sering di sebut *Pikiran Sakit* atau *Vimoha*
Pikiran yang tak terkendali , mengakibatkan sakitnya pikiran atau *Vimoha* dengan tiga faktor penyebabnya yaitu :
*Adyatmika* : pikiran sakit diakibatkan karena ulah pikiran sendiri karena keterikatan.akan sesuatu
*Adhidaivika*: pikiran sakit karena pengaruh dunia gaib.
*Adhibautika* : pikiran sakit karena faktor dari luar.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan Diri baik secara lahir maupun bathin / Yama brata maupun Nyama Brata dengan pengendalian Indrya ; *Tapa*, *Brata*, *yoga* dan *semadhi* dengan cara : tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran dan kejujuran, jiwa manusia dengan pelajaran suci serta kecerdasan disucikan dengan pengetahuan yang benar.Niscaya pikiran akan menjadi bersih / manah suci sehingga dapat menjalankan *Viveka* dengan benar serta dapat terwujudnya Jagadhita dan moksah.
( Wrhaspati Tattwa’16 & MDS. V.109)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Selasa, 28 Juli 2020
Pikiran sumbernya Karma
*Mutiara Weda*
29/ 07/2020
*Pikiran Sumbernya Karma*
*Umat se-dharma*, Pikiran atau Manah merupakan sumber dari *Karma* atau adanya perbuatan, semua keadaan tubuh dirasakan oleh pikiran. Rasa sakit hati yang mendalam menyebabkan manusia kehilangan akal sehatnya, sehingga tindakannya cenderung menjadi serba salah serta menambah rasa benci yang mendalam sebagai awal dari timbulnya sifat Amarah/ krodha yang berujung pada tak terkendalinya alam pikiran, yang sering di sebut *Pikiran Sakit* atau *Vimoha*
Pikiran yang tak terkendali , mengakibatkan sakitnya pikiran atau *Vimoha* dengan tiga faktor penyebabnya yaitu :
*Adyatmika* : pikiran sakit diakibatkan karena ulah pikiran sendiri karena keterikatan.akan sesuatu
*Adhidaivika*: pikiran sakit karena pengaruh dunia gaib.
*Adhibautika* : pikiran sakit karena faktor dari luar.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu bersihkan Diri baik secara lahir maupun bathin / Yama brata maupun Nyama Brata dengan pengendalian Indrya ; *Tapa*, *Brata*, *yoga* dan *semadhi* dengan cara : tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran dan kejujuran, jiwa manusia dengan pelajaran suci serta kecerdasan disucikan dengan pengetahuan yang benar.Niscaya pikiran akan menjadi bersih / manah suci sehingga dapat menjalankan *Viveka* dengan benar serta dapat terwujudnya Jagadhita dan moksah.
( Wrhaspati Tattwa’16 & MDS. V.109)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Senin, 27 Juli 2020
weda sirah atau Weda Sruti
Mutiara Weda*
28/07/2020
*Weda Sirah atau Weda Sruti*
*Umat Se-dharma*,
sumber ajaran agama Hindu adalah *Catur Weda* dan menjadi Weda Inti atau *weda Sirah* yang di kenal dengan nama *Weda Sruti* dan dari sana mengalir nilai-nilai kebenaran yang kemudian dikembangkan dalam *kitab-kitab Smrti* seperti *Itihasa*, *Purana*, *Tantra*, *Darsana* dan *Tattwa-tattwa agama*. Pustaka suci Weda merupakan sabda Brahman yang bersifat *Ananta Veda* yaitu ajaran yang bersifat kekal abadi, relevan dengan perkembangan jaman dan menjadi tuntunan bagi setiap umat manusia serta menjadi jaminan terhadap keselamatan makhluk hidup dialam semesta ini baik pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Ada beberapa Karakteriatik dari ajaran pustaka suci Weda :
*Universal* : dikarenakan weda berlaku untuk seisi alam semesta, siapapun dan tidak akan memandang terhadap apapun.
*Sanatana Dharma* : kitab suci Weda bersifat kekal abadi
*Anandi anantha* : Weda tidak berawal dan tidak berakhir mengingat ajarannya berlaku sepanjang jaman.
*Apauruseyam* : kitab suci Weda bukan.buatan manusia, melainkan wahyu langsung dari Hyang Widhi yang diterima oleh Sapta Rsi penerima wahyu.
*Sebagai Kitab Agama* : Kitab suci Weda menunjukkan bahwa kebenaran Weda adalah mutlak dan harus diyakini kebenarannya.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh Pustaka suci Weda sebagai pegangan, pedoman dan tuntunan hidup serta memahami isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna sehingga pikiran menjadi bersih dan suci menuju pada tingkatan spiritualitas. Niscaya Umat se dharma tidak akan mengalami keragu raguan dan yakin akan kebenaran Weda dalam mewujudkan tujuan hidup *Catur Purusartha*.
( Weda Samhita & Vayu Purana)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .
Rabu, 22 Juli 2020
Belajar Weda Secara Bertahap
*Mutiara Weda*
23/ 07/2020
*Belajar Weda Secara Bertahap*
*Umat se-dharma*, jika kita renung renungkan sulit rasanya kita bisa memahami isi kitab suci Weda Samhita secara sempurna manakala tidak mempelajari dan memahami isinya secara utuh, menyeluruh dan seimbang ; Tattwa agama, Susila agama dan Acara agama secara sinergis dan seimbang *Tri Jnana Sandhi*.
Demikian juga, Sulit dibayangkan bisa mempraktekan ajaran agama tanpa memahami isi dari ilmu agamanya secara benar, begitu pula amatlah Mustahil rasanya bisa memahami isi dari kandungan ajaran agama tanpa mempelajari teori agamanya ataupun Ilmu agamanya secara benar.
*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk mempelajari & memahami isi kitab suci Weda Samhita secara benar dan Sinergis *TRI JNANA SANDHI* sesuai petunjuk kitab suci Weda Samhita dengan belajar secara bertahap, berjenjang dan berlanjut. Niscaya ajaran Dharma akan dapat terpancarkan kepada seluruh umat se-dharma *Dharma Vahini*.
(Kitab Swastika Rana & Weda Samhita)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Selasa, 21 Juli 2020
Karma Sang Pengikut Setia
*Mutiara Weda*
22/ 07 /2020
*Karma Sang Pengikut Setia*
*Umat Se-dharma*, jika direnung renungkan proses perputaran hidup menjelma menjadi manusia ( Utpeti, Sthiti dan Pralina) tak bisa lepas dari Karma sebagai sang Penentunya. Artha ataupun kekayaan yang dimiliki hanyalah akan tertinggal di rumah tatkala meninggal nantinya, demikian pula halnya dengan sanak keluarga dan handai taulan hanya menghantarkan sampai dikuburan dan Karma baik maupun Karma buruklah yang akan selalu melekat, menyertai & membayang bayangi sang jiwa menuju ke alam Sunya loka dalam bentuk Karma Wesana.
Setiap Karma dapat dipastikan meninggalkan bekas perbuatan dalam bentuk *Karma wesana* yang akan menentukan proses kehidupan selanjutnya menuju kelahiran Swarga Cyuta atau kelahiran Neraka Cyuta dalam penjelmaan nantinya.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu dalam menjalankan kehidupan di Mayapada ini sudah menjadi kewajiban untuk selalu Berkarma dengan menjadikan Dharma sebagai pedomannya, selalu berbuat subha Karma, baik dalam sekala maupun niskala dan menghindari perbuatan Asubha Karma yg bersifat memuaskan nafsu Duniawi. Niscaya akan terhindar dari Karma buruk. ( Kitab Slokantara, 13 & SS.XI.12 )
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta
Sabtu, 18 Juli 2020
Perkokoh Nurani dengan Dharma
*Mutiara Weda*
19 /07/2020
*Perkokoh Nurani dengan Dharma*
*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang. Buang jauh jauh sifat saling Fitnah Memfitnah /Raja pisuna, Perkuat Nurani dengan nilai nilai Kebenaran *Satyam*
Demikian pula, jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.
*Oleh karena itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan memfitnah " Rajapisuna " apalagi menghasut dan sifat suka memprovokasi. Niscaya akan dapat terbangunnya umat Hindu Yang Santih, Manah Santih maupun Parama santih, lahir ataupun bathin.
(M.DS IV.138/ SS.75).
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Kamis, 09 Juli 2020
Daivi Vak
*Mutiara Weda*
10/ 07/2020
*Daivi Vak*
*Umat se-sedharma*, jika direnungkan “Cabang dari pohon itu akan merunduk tatkala dipenuhi oleh *Buah*, demikian juga *Awan* akan merendah manakala dipenuhi oleh *Uap* begitu pula dengan orang *Bijak* menjadi berhati lembut, sabar, tenang dan penuh pengampunan karena *kesucian bathinnya*".
Membersihkan dan mensucikan bathin sudah menjadi keharusan sebagai umat manusia. Jangan biarkan sifat iri hati dan dengki
bersemayam dalam lubuk hati yang menyebabkan munculnya *rasa benci* dan *Kroda* yang membabi buta berakibat hancur dan hilangnya kehormatan diri. Manakala sifat iri hati dan rasa benci ada dalam hati nurani maka sudah tidak perlu lagi membuat dosa karena sifat iri dan rasa benci itu adalah *dosa besar*.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti menumbuhkan sifat kedewataan dalam diri *Daivi ak* dengan penguatan SOLiDITAS & persaudaraan sejati
*Vasudhaiva Kutumbakam* serta dengan menampilkan rasa cinta kasih *Prema* demikian juga disertai dengan buang jauh jauh kegelapan pikiran : *kebencian*, *keserakahan*, *tiada rasa persaudaraan*, dan *iri hati*. Niscaya akan terhindar dari *DOSA*, kehancuran & malapetaka.
(Atharva Veda X.6.1)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Selasa, 07 Juli 2020
Pagerwesi : Benteng Diri
*Mutiara Weda*
09 /07/2020
*Pagerwesi : Benteng Diri*
*Umat se-dharma*, setiap enam bulan (210 hari) tepatnya pada Rabu, Kliwon wuku Sinta,, umat Hindu merayakan hari suci Pagerwesi sebagai rangkaian dari hari raya Saraswati, dengan
Pemujaan ditujukan kehadapan Ida SangHyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru,
Hakekat Pagerwasi sebagai perlambang Benteng dan pelindung yang kokoh di dalam diri berupa ilmu pengetahuan Suci *Samyagjnana* dalam menghadapi godaan dan cobaan hidup. Ilmu Pengetahuan suci *Samyagjanana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran dan kebahagiaan. Ilmu Pengetahuan suci merupakan guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan para Dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.
*Oleh karena itu*, sebagai umat Hindu jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci *weda* mengingat kitab suci Weda Bersifat *Sanatana Dharma* & *Anandi-anantha*, tidak berawal dan tidak berakhir, Jadikan
Ilmu Pengetahuan suci sebagai guru serta sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.
Niscaya Busana dari ilmu Pengetahuan suci berupa *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)
*RAHAJENG HARI SUCI PAGERWESI*
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Senin, 06 Juli 2020
Bhoga
*Mutiara Weda*
07/ 07/2020
*Bhoga*
*Umat Se-Dharma*, Umat Hindu dalam mewujudkan kehidupan yang Jagadhita, bahagia lahir maupun bathin tidak bisa lepas dari tiga kebutuhan mendasar yang wajib terpenuhi yaitu *Tri Bhoga*
Tiga kebutuhan manusia yang paling mendasar Tri Bhoga meliputi :
*Bhoga* : makanan yang sehat dan bergisi sangat diperlukan oleh tubuh setiap umat manusia semenjak berada di alam maya pada ini.
*Pari bhoga* : rumah tempat tinggal sebagai tempat melangsungkan kehidupannya.
*Upa bhoga* : bhusana atau pakaian juga sebagai kebutuhan primer dan pokok umat manusia beserta etikanya dalam berbhusana.
*Oleh karena itu*, Bagi setiap umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk Membangun keluarga yang Sukhino dan menjadi dambaan serta menjadi tujuan hidup menjelma menjadi manusia dalam membentuk keluarga yang Jagadhita dengan Tri bhoga sebagai penunjangnya. Niscaya umat Hindu yang damai, Jagadhita menuju umat Hindu yang santih ,bahagia lahir dan bathin , Bhumi kerta bisa terwujud. ( Maitri Upanisad VI.41)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta
Minggu, 05 Juli 2020
Pentingnya Mengendalikan EMOSI
*Mutiara Weda*
06/07/2020
*Pentingnya Mengendalikan Emosi*
*Umat se-dharma*, EMOSI yang tidak terkendali melahirkan tindakan yang membabi buta berakibat timbulnya Kemarahan atau Krodha. Demikian pula, Kemarahan /*Kroda* merupakan energi yang ada pada diri setiap umat manusia yang dapat *menghancurkan* segala galanya manakala tidak mampu untuk mengendalikannya. tatkala pikiran *Citta* terpusat, sang jiwa bisa *tersenyum* dapat dipastikan akan terbebas dari rasa amarah / *Krodha* tersebut.Jangan Menghumbar sifat sifat Emosi.
Pelayanan *Seva* yang paling mudah untuk dilakukan adalah *SENYUM* karena senyum itu adalah karunia Hyang Widhi yang bernilai tinggi,
Senyuman tidak saja sebagai jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tapi juga jembatan yang menghubungkan jiwa dengan sang keberadaan.
Senyuman juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh dan jiwa, Jangan pelit dengan senyuman.
*Maka dari itu*, sebagai umat Hindu *pancarkan* selalu rasa kasih sayang yang tinggi * Parama Prema*, Kendalikan Emosi, hilangkan rasa benci dan dendam *Dwesa* niscaya tujuan hidup akan terwujud yaitu *KEBAHAGIAAN* baik *Manah Santih* maupun *Parama Santih*.
(Veda Smerthi & BG.XVI.21)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Sabtu, 04 Juli 2020
Jangan Biarkan Sifat Iri hati bersemayam dalam diri
*Mutiara Weda*
05/07/2020
*Jangan Biarkan Sifat Iri hati Bersemayam dalam Diri*
*Umat se dharma*, jika direnung renungkan Dalam mengarungi kehidupan di dunia maya pada ini, menjauhkan diri dari rasa dengki dan rasa iri hati *Matsarya* sebagai suatu kewajiban dasar dalam membangun tatanan kehidupan umat Hindu yang Satyam, Sivam dan Sundaram. Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama.Jangan biarkan sifat iri hati & dengki bersemayam dalam diri.
Manakala bathin diselimuti oleh rasa iri hati & dengki *Matsarya* pada sesama jika melihat kelebihan orang lain, dapat dipastikan keadaan orang seperti inilah sesungguhnya orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini yang teramat sulit untuk disembuhkannya.
*Oleh karena itu*, sudah menjadi kewajiban bagi Umat Hindu untuk menjauhkan diri dari sifat sifat Iri hati dan Dengki *Matsarya* sebagai bagian dari tujuh macam kegelapan *Sapta Timira* yang wajib dikendalikan dengan jalan melakukan Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran / *Manah*. Niscaya akan dapat terciptanya tatanan kehidupan yang Satyam, Sivam dan Sundaram.
(Saramuscaya 89-91)
*Made Worda Negara*
BINROH Hindu TNI AU.
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .
Langganan:
Postingan (Atom)