Minggu, 31 Maret 2019

Kirtanam

*Mutiara Weda*
01/04/2019

*Kirtanam*

*Umat se-dharma, umat Hindu dalam melakukan pemujaan kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dengan jalan menyanyikan lagu lagu  pujaan atau doa doa pujaan di sebut dengan *Kirtanam* sebagai bagian dari *Nava Vida Bhakti*

Melalui Kirtanam umat Hindu melaksanakan   *bhakti* guna membuka pintu *Padma Hrdaya* untuk menstanakan Tuhan di dalam diri yang diucapkan dengan tiga cara yaitu :

*Vaikhari*, dengan cara suara yang jelas dan dapat di dengar

*Upamsu*, dengan gerakan lidah  tanpa suara.

*Manasika*, diucapakan dalam hati yang paling dalam.

*Untuk itu*, Sebagai umat Hindu lakukan Kirtanam sebagai wujud rasa Bhakti sehingga sang jiwa dapat menguasai Budhi, Budhi menguasai Manah  serta Manah menguasai Indrya.  Niscaya setiap manusia akan mampu mengendalikan diri sehingga sadar serta selalu berbuat yang baik dan benar.
(Bhagavata Purana, VII, 5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 30 Maret 2019

Selalu berpikiran Positif

*Mutiara Weda*
31/ 03 /2019

*Selalu berpikiran Positif*

*Umat se-dharma*, Tingkatan getaran pikiran /Instuisi  menentukan tingkatan kualitas  spiritual seseorang dan menempatkan pikiran sebagai pemeran utama yang membawanya ke alam  kelahiran kembali, ke alam roda samsara maupun dalam mencapai kamoksan atau kelepasan.
"Manah Eva manushyanam Karanam bandha mokshayoh".
Hati hati memasukkan sesuatu kedalam pikiran / selalu berpikira Positif atau *Satwika Vidya*.

Tatkala kaca mata pikiran positif  atau kaca mata dewa  maka akan terlihat adanya kebaikan, keindahan, kedamaian dan kebahagiaan/ *Dharma*, demikian sebaliknya, manakala  kaca mata pikiran negatif atau *kaca mata raksasa* dan *sad ripu* yang digunakan, maka akan terlihat dunia ini  dipenuhi oleh penderitaan, rasa benci, permusuhan dan ketidakadilan/ Adharma.

*Untuk itu*, dalam meningkatkan  kualitas  rohani tak akan bisa lepas dengan yang namanya  lingkaran rwa Bhineda, tekunlah berjapa, uncarkan mantram Gayatri,  latihlah diri  selalu berpikiran positif, selalu  melihat dari sisi positif dan berusaha melihat sisi baik dari orang lain. Niscaya akan terselamatkan dari samsara, roda kebencian atau  Karma buruk serta terhindar dari kelahiran alam bawah ( bhur loka). ( Upanisad & SS.79-87)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jumat, 29 Maret 2019

Bangun Ketenangan Hati

*Mutiara Weda*
29/ 03 /2019

*Bangun Ketenangan Hati*

*Umat se-dharma*, dalam mengarungi  kehidupan ini, *Tanjpa adanya  ombak yang ganas, tak akan pernah tahu kemahirannya dalam bermain peselancar. Begitu pula, Tanpa adanya  cobaan dan godaan hidup ,  tidak akan pernah tahu kualitas kedewasaan  dan tingkat kesabaran yang  kita dimiliki.

Kapan saja, cobaan dan godaan hidup datang   setiap manusia perlu bersahabat dengan *ketenangan*   belajar  bercermin dari layang-layang yang dibuat  naik oleh angin yang kencang. Ingat, hanya kolam yang tenang yang bisa membuat lotus jadi mekar".

*Untuk itu* , bangunlah *ketenangan bathin* dan *kesabaran hati* dengan menjauhkan diri  dari *EGO* dan  menjadikan
kesalahan dari masa  lalu sebagai suatu pengalaman hidup yang sangat berarti  perbaiki terus langkah-langkah ke depan,  bangun kedamaian dalam hati. Niscaya kehidupan yg *Satyam*, *Sivam* dan *Sundaram*  akan terwujud. (Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Rabu, 27 Maret 2019

Sad Pertivi Daryante

*Mutiara Weda*
28/03/2019

*Sad Pertivi Daryante*

*Umat se-dharma, umat Hindu dalam  mengembangkan  kehidupan dan menjaga alam semesta beserta  isinya secara serasi dan seimbang   di kenal dengan nama  *Sad Pertivi Daryante*

Sad Pertivi Daryante merupakan enam hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam menjaga tetap tegaknya kelestarian alam semesta atau ibu pertiwi antara lain :

*Satya* : Unsur kebenaran

*Rta* : hukum Tuhan yang bersifat kekal abadi.

*Tapa* : Pengendalian diri lahir dan bathin serta pengekangan diri.

*Diksa* : Kesempurnaan.

*Brahma* : Penciptaan / Utpeti

*Yadnya* : suatu kewajiban suci yang wajib dilaksanakan oleh seluruh  umat Hindu.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu berkewajiban untuk melaksanakan keenam sad Pertivi Daryante tersebut dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam *Amratistha Pavana* serta menjaga kelesatarian makhluk hidup *Sarva prani*. Niscaya hidup yang Damai,  harmonis, rukun dan tentram  yang berlandaskan Tri Hita Karana akan terwujud.
(Atharva Veda XII.1.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 26 Maret 2019

Catur Vidya

*Mutiara Weda*
27/03/2019

*Catur Vidya*

*Umat se-dharma*, dalam menjalankan Dharma Negara dan  mewujudkan tujuan hidup/ Catur Purusa Artha,  umat Hindu wajib untuk memahami isi kandungan pengetahuan suci atau ajaran kesucian yang di sebut *Catur Vidya*.

Catur Vidya merupakan empat dari cabang ilmu pengetahuan suci Weda Samhita  dalam kitab Nitisastra dalam ilmu pemerintahan  diantaranya :

*Anwiksaki* : menguraikan tentang teknologi Filsafat

*Weda Trayi* : Menguraikan tentang  ajaran agama : reg, sama dan yajur Weda.

*Wartta* : menguraikan tentang ilmu Ekonomi atau kesejahtraan umat.

*Danda niti* : Menguraikan tentang ilmu politik dan ilmu hukum.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu khususnya Generasi muda Hindu haruslah memahami keempat cabang ilmu pengetahuan yang bersumber dari Weda samhita dalam mengarungi proses kehidupan dalam menjalankan Dharma Negara untuk mencapai tujuan hidupnya.( MDS.VII.43)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Senin, 25 Maret 2019

Vedanam : Pelajari isi Kitab suci Weda

*Mutiara Weda*
26/ 03 /2019

*Vedanam : Pelajari  Isi kitab suci Weda*

*Umat se-dharma*,  ajaran Bhakti merupakan puncak dari   karma dan jnana marga. segala pengetahuan tidak akan ada gunanya tanpa dilaksanakannya Karma karena harus dilaksanakan dengan *Niskama Karma*.

Niskama Karma sebagai perbuatan yang dilakukan dengan tanpa Pamerih dan Bhakti merupakan  muara dari ajaran Jnana  marga dan Karma marga.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas Bhakti dengan mempelajari ,  memahami dan  mengamalkan isi kitab suci Weda secara benar  *Wedanam* .
(Bhagawata Purana.VII.5.23)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Minggu, 24 Maret 2019

Bangun Kecerdasan dalam.Diri

*Mutiara Weda*
25/03/2019

*Bangun Kecerdasan  Diri*

*Umat se-dharma*, Membangun *Kecerdasan* merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan setiap umat manusia dalam menapaki kehidupan masa depan yang lebih baik dengan *kecerdasan Rasional* sebagai inti dasarnya, yang diperhalus oleh *kecerdasan emosional* dan *kecerdasan spiritual*. Kesemuanya sebagai  *Busana/Kawaca* Benteng dalam diri masing masing.

*Busana kekayaan* adalah keramahan, *Busana orang kuat* adalah ucapan halus,
*Busana Pengetahuan* adalah Kedamaian,
*Busana orang yang belajar agama* adalah Kerendahan hati sebagai *Kawaca Dharmanya* dan *Busana bagi orang Besar* adalah sifat pemaaf & pengampun.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam situasi dan kondisi apapun Gunakan  *Kavaca Dharma dan bangun *Bhusana* yang ada dalam diri dengan dasar kecerdasan rasional, Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara seimbang. Niscaya akan mampu menapaki hidup yang rendah hati, bijak dan mampu mengendalikan serta mengelola emosi dengan Baik.(kitab Nitisatakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 23 Maret 2019

Karakteristik Weda

*Mutiara Weda*
22/03/2019

*Karakteristik kitab suci Weda*

*Umat se-dharma*, Pustaka suci Weda Samhita merupakan  kitab suci  Bagi umat Hindu sebagai sabda Brahman  yang bersifat *Ananta Veda*  ajaran yang bersifat kekal abadi,  relevan dengan perkembangan jaman dan menjadi tuntunan bagi setiap umat manusia, menjadi  jaminan terhadap keselamatan makhluk hidup dialam semesta ini baik pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Ada beberapa Karakteriatik dari ajaran pustaka suci Weda :

*Sanatana Dharma* :  kitab suci Weda bersifat kekal abadi

*Anandi anantha* : Weda tidak berawal dan tidak  berakhir mengingat ajarannya berlaku sepanjang jaman.

*Apauruseyam* : kitab suci Weda bukan.buatan manusia, melainkan wahyu langsung dari Hyang Widhi yang diterima oleh para Rsi.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban bagi  setiap umat Hindu untuk yakin  dengan Pustaka suci Weda sebagai pegangan dan tuntunan hidup serta memahami, memegang teguh isi kitab suci Weda secara utuh dan sempurna. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia  akan terwujud
( Weda Samhita & Vayu Purana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Manggalaning Yadnya

Mutiara Weda*
23/03/2019

*Tri Manggalaning Yadnya*

*Umat se-dharma, Dalam Melaksanakan  Panca Maha Yadnya, umat Hindu  tidak bisa lepas dari tiga kelompok penyelenggara upacara Yadnya yang saling berkaitan  agar melahirkan Yadnya yang satvika    yang sangat  menentukan kualitas yadnya yang  di sebut *Tri Manggalaning Yadnya*

Ketiga Tri Manggalaning Yadnya tersebut :

*Manggala upacara*, pemimpin atau pemuput  upacara , sulinggih yang akan muput upacara

*Sarati banten / tukang banten*, yang menyiapkan sarana banten atau upakara yadnya.

*Sang Yajamana*, orang yang menyelenggarakan Yadnya / orang yang maduwe Karya.

*Untuk itu*,  sebagai umat beragama Hindu dalam melaksanakan kewajiban suci  yaitu Panca Maha Yadnya dengan memegang teguh sinergisitas dari Tri Manggaling Yadnya sehingga nantinya dapat mengandung unsur pengorbanan  suci, rasa Bhakti dan kedamaian hati. Niscaya kualitas yadnya akan dapat tercapai yaitu agungnya suatu Persembahan (Yadnya Prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Parama santih

Mutiara Weda*
24 / 03 /2019

*Parama Santih*

*Umat se-dharma*, jika kita  camkankan dan kita renungkan Cabang  dari pohon itu  akan  merunduk tatkala dipenuhi oleh *Buah*,  demikian juga *Awan*  akan merendah manakala dipenuhi oleh *Uap* begitu pula dengan  orang yang  *Bijak* menjadi berhati lembut, sabar, tenang dan penuh pengampunan karena kesucian bathinnya / *Parama santih*'

Membersihkan dan mensucikan  bathin sudah menjadi keharusan sebagai umat manusia. Jangan biarkan  sifat iri hati dan dengki
bersemayam dalam  lubuk  hati   yang menyebabkan  munculnya *rasa benci* dan *Kroda* yang membabi buta berakibat  hancur  dan hilangnya  kehormatan diri. Manakala sifat iri hati dan rasa benci ada dalam hati nurani  maka  sudah tidak perlu lagi membuat dosa karena sifat iri dan rasa benci itu adalah *dosa besar*.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu jangan berhenti  menumbuhkan  sifat kedewataan dalam diri, bangun SOLiDITAS & persaudaraan sejati
*Vasudhaiva Kutumbakam*  dan tampilkan  cinta kasih *Prema* serta  buang jauh jauh kegelapan pikiran :  *kebencian*, *keserakahan*, *tiada rasa persaudaraan*, dan *iri hati*  niscaya akan terhindar dari *DOSA*, kehancuran & malapetaka.
(Atharva Veda X.6.1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 19 Maret 2019

Mada : Mabuk

*Mutiara Weda*
20/ 03 /2019

*Mada*: Kemabukan

*Umat se-dharma*,  *Mada*/ mabuk merupakan  salah satu bagian dari Sad Ripu ( Enam macam musuh yang ada dalam.diri setiap umat manusia) sebagai akibat dari kegelapan pikiran yang  menyebabkan umat manusia cenderung melakukan perbuatan melanggar hukum.

Ada tiga macam  hal yang dapat menyebabkan Kemabukan/ Mada :

*Sura* : minuman.keras,
*Saraswati* : Pengetahuan
*Laksmi* : kekayaan.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  hilangkan kegelapan pikiran atau mabuk itu dengan jalan.pengendalian Indrya secara lahir maupun bathin, memilih yang baik dan benar, hindarkan diri dari hal hal yang buruk dan salah serta Jalankan ajaran Wiweka Jnana dengan baik dan benar. Niscaya akan selalu berada dalam jalan Kebenaran / *Dharma*
(Kitab Slokantara,21)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 17 Maret 2019

Dharma sadhana

*Mutiara Weda*
18/03/2019

*Dharma Sadhanam*

*Umat se-dharma,* mengamalkan dan mengaplikasikasi  ajaran Dharma pada diri seseorang dalam menuju jalan-Nya  disebut dengan *Dharma Sadhana* dan catur Dharma  Sadhana atau empat Sadhana  sebagai  *_sesarining Dharma_*.

Keempat Sadhana tersebut yakni  ; *Jnana kanda* /pikiran yang terbebas dari dualitas, *Bhakti Kanda* / sikap welas asih dan kebaikan yang tak terbatas pada semua makhluk, *Yoga Kanda*/pikiran yang bebas dari sad ripu, *Karma Kanda* / melaksanakan swadharma dengan baik.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu wujudkan dan realisasikan kesucian Dharma/ Sadhaka dalam diri masing masing  melalui latihan latihan rohani dengan tahapan  *Astangga yoga*  secara sistematis dan praktis sehingga terbina, terpupuk Budhi pekerti dan kesucian bathin. Niscaya akan mampu mengamalkan nilai nilai Dharma dengan baik sehingga menjadi *Sadhaka* dan mencapai *Jiwan Mukti*
(reg Weda VIII.69.8 & SS.12)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sabtu, 16 Maret 2019

Vimoha

*Mutiara Weda*
17/ 03 /2019

*Vimoha*

*Umat se-dharma*, Pikiran atau Manah  merupakan sumber dari *Karma* / adanya perbuatan, semua keadaan tubuh dirasakan oleh pikiran. Rasa *sakit hati yang mendalam* menyebabkan manusia kehilangan akal sehatnya, sehingga tindakannya cenderung menjadi serba salah serta menambah rasa benci yang mendalam sebagai awal dari  timbulnya sifat Amarah/ krodha yang berujung  tak terkendalinya alam pikiran, *Pikiran Sakit*  atau  *Vimoha*

Pikiran yang tak terkendali , berakibat sakinya  pikiranatau *Vimoha* dengan tiga faktor penyebabnya yaitu  :

*Adyatmika* : pikiran sakit diakibatkan karena ulah pikiran sendiri karena keterikatan.akan sesuatu

*Adhidaivika*: pikiran sakit karena pengaruh dunia gaib.

*Adhibautika* : pikiran sakit karena faktor dari luar.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bersihkan Diri baik secara lahir maupun bathin /  Yama brata maupun Nyama Brata dengan pengendalian Indrya ; *Tapa*, *Brata*, *yoga* dan *semadhi*  dengan cara : tubuh disucikan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran dan kejujuran, jiwa manusia dengan pelajaran suci serta kecerdasan disucikan dengan pengetahuan yang benar.Niscaya pikiran akan menjadi bersih / manah suci sehingga dapat menjalankan *Viveka* dengan benar serta dapat terwujudnya Jagadhita dan moksah.
( Wrhaspati Tattwa’16  & MDS. V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 14 Maret 2019

Panca Klesa

*Mutiara Weda*
15/03/2019

*Panca Klesa*

*Umat se-dharma, umat Hindu  dalam mencapai tujuan hidup nya /*Catur Purusartha dan kelanggengan hidup serta kebahagian abadi  bagi sang jiwa /*Sat Cit Ananda* , ada lima rintangan yang mesti dihadapi yang di sebut dengan *Panca Klesa*

Kelima rintangan tersebut antara lain :
*Avidya* : Kegelapan, kebodohan atau ketidaktahuan.
*Asmita* : Keangkuhan dan kesombongan
*Raga* : Keterikatan
*Abhiniwesa* : ketakutan akan kematian
*Dwesa* : Rasa Benci  pada orang lain.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam mencapai kebahagiaan hidup  lepaskan diri dari berbagai rintangan dengan meningkatkan Spiritualitas serta tampakkan suksme sarira yang lembut, bercahaya sehingga mampu melihat suksme sarira sebagai suatu *Aura*.
( BG.XIII.23 & Wrspati Tattwa.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Rabu, 13 Maret 2019

Keangkuhan

*Mutiara Weda*
14 /03 / 2019

*Keangkuhan*

*Umat se-dharma*, ''Manusia  hidup di bumi ini  penuh diselimuti oleh rasa keangkuhan / *mada* yang dapat menghancurkan  jiwa setiap umat  manusia.

*Vidya mada* ; angkuh karena pengetahuan, 
*Dhana mada*;  keangkuhan karena kekayaan,
*Kula mada* ;  keangkuhan karena kelahiran. Keangkuhan yang paling berbahaya adalah keangkuhan yang lahir dari *sri* atau kekayaan *Dhana Mada*

*Untuk itu*, kendalikan  keangkuhan itu dengan selalu *mulat sarira* dan sadar akan diri Serta  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan  Pengetahuan tentang kehidupan *Vidya* . Niscaya akan terlepas dari pengaruh *Mada*
( Vreti sasana II b.78 & Wedanta)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 12 Maret 2019

Sradha dan Bhakti

*Mutiara Weda*
13/03/2019

*Sradha & Bhakti*

*Umat se-dharma*, salah satu Karakter dari  beragama Hindu adalah  adanya Sradha & Bhakti . Hakekat bhakti pada pada dasarnya adalah membangun keseimbangan hidup baik jiwa maupun Raga.

Sebagai wujud bhakti atau berserah  diri secara total dengan melakukan pemujaan kepada-Nya, Dalam melakukan pemujaan manusialah yang membutuhkannya.Ibarat matahari bersinar yang tanpa henti dan tetap tinggal serta berputar putar  di tempat, inilah yang di sebut   dengan hukum Rta atau hukum alam yang ditetapkan Tuhan pada Matahari serta manusia membutuhkan sinar dan unsur unsur alam lainnya itu.

*Untuk itu*,- sebagai umat Hindu tingkatkan selalu  kualitas Sradha & bhakti dengan cara menjalankan ajaran  Tri Kerangka dasar ajaran agama Hindu dengan baik dan benar  dalam satu kesatuan yang utuh melalui pemahaman yang terintegrasi  yaitu dalam memahami dan melaksanakan Tattwa haruslah bersusila dan berupacara, dalam memahami dan melaksanakan Susila sepatutnyalah bertatwa dan berupacara begitu pula dalam memahami dan melaksanakan upacara agama sudah semestinya bertattwa dan bersusila. Niscaya Sradha dan bhakti akan semakin kuat, kokoh dan mantap.
[ Reg Veda X.121.2]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta


Nilai - Nilai Universal Dalam Ajaran agama  Hindu
Oleh
Made Worda Negara
Rohaniwan TNI AU



Pendahuluan

Jika dicermati Dalam ajaran agama Hindu sangat luwes, fleksibel  dan universal,  memandang setiap umat manusia sebagai makhluk yang paling tinggi tingkatannya ketimbang  makhluk ciptaan Tuhan lainnya dan ciptaan yang paling sempurna karena memiliki akal dan pikiran. Ajaran Hindu selalu menuntun umatnya untuk selalu hidup rukun ,damai dan saling bergandengan satu sama lainnya.

  Jika dilihat dari sejarah masuknya  agama Hindu ke Indoseia berjalan secara damai Tidak mengubah ataupun merusak budaya lokal. Tetap menjungjung tinggi adat leluhur dan mengkulturasikannya dengan budaya setempat, Demikian pula, jika kita lihat masuknya ajaran Hindu ke Indonesia tidak ada pemaksaan budaya India harus diterapkan di Indonesia.sehingga hindu di Indonesia akan berbeda dengan hindi di India tapi sumber ajaran tetaplah satu yaitu kitab suci  Weda. Demikian pula,  bahkan di Indonsia memiliki pola budaya agama hindu masing masing daerah yang berbeda beda karena memiliki adat, seni dan budaya  yang berbeda pula.

Dari segi Penerapan  kerangka dasar ajaran hindu ( Tatwa,Susila dan Upakara) khususnya bidang upakara  sering meniru budaya Bali namun dari aspek etika tetap menjungjung tinggi budaya setempat (Desa kala dan Patra) termasuk di dalamnya ajaran Hindu sangat di kenal dengan luwes dan  flesibelitasnya, keuniversalannya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, demikian fleksibel dan sangat Universalnya nila-nilai ajaran agama Hindu.


Nilai -Nilai Universal  ajaran agama  Hindu

Ada beberapa Indikator  konsep yang  dapat dijadikan dasar bahwa ajaran Hindu bersifat fleksibel dan universal ;  konsep Tri Hita Karana, Karma, Seva, Rasa Persaudaraan /Vasudhaiva Kutumbhakam dan  Tat Tvam asi.


Tri Hita Karana.

Falsafah Tri Hita Karana Merupakan tiga penyebab kesejahteraan atau kemakmuran umat manusia yaitu ;
·         Parhyangan,  hubungan manusia dengan Tuhan,
·         Pawongan, hubungan manusia dengan sesame umat mnausia dan
·         Palemahan,  hubungan manusia dengan alam sekitarnya..
Dengan demikian,  hubungan yang damai, tenteram dan harmonis akan dapat terwujud dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara manakala setiap orang  menjalankan swadharmanya dengan baik, baik sebagai individu, keluarga, masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Dengan Tri Hita Karana setiap umat manusia sadar bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, Tuhanlah yang menjadikan alam semesta beserta isinya, tanpa Tuhan apapun tidak mungkin terjadi.


Karma / Perilaku

Hakekat hidup yang sebenarnya  adalah bekerja, pengabdian dan pengorbanan, sudah menjadi kewajiban setiap umat manusia untuk berbuat sesuai dengan dharmanya masing masing. Dan tak seorangpun luput dari tindakan kerja walaupun hanya sesaat, karena dengan tidak berbuat, dibuat tidak berdaya oleh hukum alam / Rta, sehingga setiap umat manusia semasih hidup perlu berbuat yang baik, jika tidak, maka ia akan meninggal sia-sia. Sebagaimana tertuang  dalam kitab Nitisatakam sloka 97 menyebutkan :

Sthalyām vaidūryamayyām pacati ca laśunam cāndanairindha nādyaih
sovarvarņair lāņgulāgráirvilikhati vasudhā markatūlasya hetoh
chittvā karpūrakhandān vrttiriha kurute kodravāņām samantāt
prāpyemām karmabhūmim carati na manujo yastapo manda bhāgyah.
 Artinya :
 “bukanlah warna, keturunan, atau tingkah laku yang memberikan pahala, bukan pula pengetahuan maupun pelayanan manusia bisa mendapatkan pahala, melainkan karma yang telah dilakukan,

Seva atau Pengabdian
Inti ajaran Seva adalah Berbuat baik tanpa pamerih dan merupakan ciri yang dapat diagungkan oleh umat Hindu di manapun berada. Kerja atas dasar penyerahan diri dan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan di satu sisi akan mempu memberikan identitas kultural, di sisi lain ia mampu memberikan perlindungan pada hidup ini, sebab karma yang baik senantiasa akan memberi perlindungan pada hidup dan kehidupan ini, sebagaimana tercantum dalam kitab Bhagavad Gita  III, 7  sebagai berikut :
tyas twindriyàni manasà
niyamya ‘ rabhate ‘rjuna,
karmendriyaiá karmaayogaam
asaktaá sa wiúisyate.
Artinya: “Sesungguhnya seseorang yang dapat mengendalikan panca indriyanya dengan pikiran, oh Arjuna, dengan panca indranya bekerja tanpa keterikatan, ia adalah sangat dihormati”

Uraian di atas secara tidak langsung telah menyinggung arti penting seva dan atau pengabdian sebagai bagian dari kerja itu sendiri, sebagai lingkaran  dari sistem sosial kemasyarakatan dalam ajaran Hindu.

Vasudhaiva kutumbhakam 
Dalam konsep ajaran vasudhaiva Kutumbhakam mengajarkan bahwa semua makhluk hidup adalah bersaudara, semua manusia adalah bersaudara, bersaudara karena berasal dari Ciptaan Tuhan yang sama, maka sudah sepantasnyalah semua umat manusia saling menyayangi, saling menghormati dan selalu hidup damai dan rukun serta saling tolong menolong. Dalam Atharvaveda,18.3.73  disebutkan;

 etadà roha vaya unmrjànah svà lha brhadu didayante; abhi prehi madhyato màpa hàsthàh pitrnàm lokam prathamo yo atra”.
Artinya:

“Wahai umat  manusia, dengan menyucikan kehidupan ini, tingkatkanlah kemajuan keluarga dan sahabatmu, milikilah banyak keunggulan. Majulah dan jangan meninggalkan dunia sebelum waktunya. Hiduplah dalam lingkungan masyarakat, karena hidup bermasyarakat adalah hal yang sangat  penting di dunia ini”

Tat Tvam asi

Ajaran Tat Twam Asi  dilandasi oleh  konsep Advaita Vedanta ( monisme) memandang manusia secara esensial sama,
Tat Twam Asi adalah ajaran normatif, yang tidak semata-mata berlaku sesama manusia, tetapi juga semua  makhluk hidup (binatang, tumbuh-tumbuhan) bahkan benda mati sekalipun, sebab di dalam semua benda itu terdapat energi yang tidak lain adalah panas atau prana dan itu pula adalah daya hidup. Karena itu, segala perbuatan yang dapat mengakibatkan penderitaan, ketidakseimbangan, disharmoni, bahkan penghancuran, dan kematian orang lain serta alam semesta, bertentangan dengan ajaran Tat Twam Asi. Jadi sebagai masyarakat Hindu sangat menghindari adanya bentuk kekerasan dan selalu  menganggap orang lain sebagai saudara dan  memperlakukan orang lain sebagaimana memperlakukan diri sendiri,









Penutup

Demikianlah cuplikan singkat tentang  konsep nilai nilai  universal  ajaran agama Hindu yang diterapkan dan implementasikan dalam kehidupan sehari hari bagi umat Hindu secara individu,keluarga, masyarakat dalam berbangsa dan bernegara dengan landasan saling asah, asih dan asuh , damai dan tentram serta hidup dalam keharmonisan dalam mewujudkan tujuan dari agama hindu Jagadhita dan Moksa atau manah santi dan parama santih dengan berpedoman pada ajaran Tri Hita Karana, Karma, Seva, Vasudhaiva Kutumbhakam dan Tat Tvam Asi.


Senin, 11 Maret 2019

Sang Yatha Sakti Kayika Dharma

Mutiara Weda*
11/03/2019

*Sang Yatha Sakti Kayika Dharma*

*Umat se-dharma*, ajaran agama Hindu memiliki konsep jenjang kehidupan yang sangat jelas dan tersusun secara sistematis yang di kenal dengan nama Catur Asrama yaitu  empat Tahapan hidup yang wajib dilalui  oleh setiap umat manusia ( *Brahmacari*, *Grehastha*, *Wana prastha* dan *bhiksuka* ).

Pada tahapan kedua  Grehastha asrama  merupakan tahapan sebagai ujian yang sebenarnya dimana seseorang akan menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari saat masa Brahmacari sebagai masa yang paling sulit serta pada masa ini kestabilan emosi dan kekuatan spiritualnya  di uji,  di samping itu dia tidak lagi hanya mengurus dirinya melainkan telah mendapatkan beban yaitu mengurus keluarganya dengan kemampuannya sendiri mengamalkan  dharmanya.
atau  *Sang Yatha Sakti Kayika Dharma*'

*Untuk itu*, sebagai umat beragama Hindu sudah menjadi kewajiban untuk mekaksanakan keempat  tahapan tahapan hidup itu dengan baik  serta  mantapnya kestabilan Emosi dan kekuatan spiritual yang dimilikinya. Niscaya tujuan hidup akan terwujud nantinya  yaitu catur purusa artha.
(Kitab Agastya Parwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Meyadnya : Pasti Punya.Tujuan

Mutiara Weda*
12/ 03/2019

*Meyadnya* :  Pasti Punya Tujuan

*Umat se-dharma*, pada hakekatnya setiap *Karma* atau perbuatan pastilah memiliki tujuan, tanpa tujuan setiap  perbuatan akan mengambang, tak menentu dan pastilah terombang ambing nantinya, ibarat perahu tanpa nahkoda, ibarat kereta tanpa kendali.

Demikian pula halnya dalam melakukan  *Panca Maha Yadnya* memiliki tujuan yang pasti  diantaranya menjalankan kewajiban dari pustaka suci Weda dan  membayar tiga hutang yang kita bawa dari sejak lahir *Tri Rna*, dalam menuju kelepasan *Moksartham  Jagadhita ya ca iti dharmah* nantinya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu. Janganlah ragu dalam  *MeYadnya*, merupakan petunjuk  kitab suci Weda ,di samping itu sebagai *Swadharma* membayar ke tiga hutang ; hutang moral kepada Ida Hyang Widhi Wasa (Dewa Rna), hutang pada orang tua/leluhur (Pitra Rna) dan hutang pada para Rsi ( rsi Rna). Tatkala ketiga hutang tersebut sudah terpenuhi  barulah kita akan dapat menuju *Kelepasan* Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah*
(MDS. VI.35 & BG.III.10).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Sabtu, 09 Maret 2019

Svatantra Katah

*Mutiara Weda*
10/ 03/2019

*Svatantra Katah*

*Umat se-dharma*,  dalam ajaran agama Hindu ada  dua hukum yang berlaku yaitu hukum *rta* ( hukum yang mengatur dinamika alam semesta ) dan hukum *Karma Phala* ( hukum yang mengatur dinamika kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup )

Setiap makhluk hidup sepenuhnya memiliki *kebebasan* , bebas memiliki kehendak dan sepenuhnya bertanggung jawab terhadap semua perbuatannya yang di sebut *Svatantra Katah*.

*Untuk  itu*, setiap umat Hindu berkewajiban untuk berbuat yang baik dan benar (Subha Karma) sesuai dengan swadharmanya masing masing. mengingat hukum karma itu bukanlah kodrat ataupun nasib apalagi takdir melainkan  *Bhoga Svatantrya* atau buah karmanya sendiri ( kitab Samsara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Lihatlah Masa Depan

Mutiara Weda*
08/ 03/2019

*Lihatlah Masa Depan*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan  dalam mengarungi  kehidupan di  dunia mayapada.ini tak bisa lepas dengan adanya  proses perputaran / siklus yang di sebut *Rwa Bhineda*.
Janganlah terlalu bersedih terhadap apa yang sudah berlalu dan jangan pula  risau terhadap apa yang akan terjadi 

begitu pula,  orang-orang bijak  melihat masa sekarang  / masa kini  untuk berusaha  berbuat yang sebaik-baiknya sesuai tuntunan ajaran Dharma.

*Maka dari itu*, Jangan pernah menyesal dengan apa yang telah  terjadi, berbuatlah yang baik dan benar  untuk hari ini.  Niscaya akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik nantinya.
(Canakya Nitisastra Bab XIII. 2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta




Jangan Ragu Beragama

*Mutiara Weda*
09/03/2019

*Jangan Ragu Beragama*

*Umat se-dharma,  Mantapnya Keyakinan/ *Sradha* merupakan inti  dalam beragama. Menjalankan ajaran Dharma dengan baik & benar, penuh keyakinan, ikhlas tanpa dibayangi oleh  perasaan ragu.

Manakala beragama dengan landasan ragu ,  *sangatlah berbahaya*, siapa yang melaksanakan Dharma dia pasti akan dilindungi oleh Dharma itu sendiri *Dharma raksatah, raksitah*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan keyakinan akan agama *Sradha*, jalankan Dharma, hilangkan perasaan  ragu, Pancarkan isi kitab suci Weda *Dharma Vahini*, sebagai pedoman Hidup mengingat kitab suci Weda / kitab agama sebagai  kebenaran Mutlak. Niscaya tujuan hidup menjelma menjadi manusia *Catur purusaartha* akan terwujud.
(Weda Samhita & BG.III.35)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kamis, 07 Maret 2019

Tingkatkan Kepekaan Rohani

*Mutiara Weda*
27 / 01 / 2019

*Tingkatkan Kepekaan Rohani*

*Umat se-dharma*, manusia yang hidup di mayapada ini berbekalkan pada berbagai keterikatan akan hal hal keduniawian dalam bentuk : kelahiran/ *janma*, kematian/*mrtyu*, umur tua/ *Jara*, penyakit /*Vyadi*, penderitaan/ *duhka* dan kesalahan/ *dosa*.

Dunia material selalu membelenggu jiwa setiap umat manusia, manakala tidak tanggap dan tidak mengerti akan kenyataan dalam hidup ini menyebabkan terombang ambingnya jiwa dan kehidupan serta  tak sedikit sampai terhempas yang berujung pada jatuh ke jurang kehancuran.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu,tingkatkan akan kepekaan rohani dengan jalan memantapkan kualitasnya melalui tumbuhkan rasa bhakti, sucikan pribadi dgn berbagai sadhana /latihan rohani dalam wujud : *Vrata* / pengendalian diri dan *upavasa* /berpuasa. Niscaya, akan mampu menghadapi persoalan hidup yang selalu membelenggunya dan terkendalikannya *Sad Ripu* sehingga hidup menjadi tenang, tentram dan damai  serta menerima proses kehidupan ini dengan lapang dada/Lascarya.

( BG. XIII, 8 dan Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Perbuatan Nawa Sanga

Mutiara Weda*
04/02/2019

*Perbuatan Nawa Sanga*

*Umat se-dharma*, setiap umat Hindu wajib untuk  memahami dan menguasai ajaran- ajaran Dharma *Dharma Vahini serta memahami berbagai ilmu pengetahuan suci *Andrayuga* sebagai bagian dari perbuatan *Nawa Sanga* serta tahu akan apa yang baik & apa yang buruk *Wiweka* dalam mewujudkan kebahagiaan hidup.

Dalam mengamalkan  perbuatan *Nawa Sanga* tidak bisa lepas dari  sangkut paut  dan teropongan   dari ajaran *Sesana* dan  ajaran *Niti*

*Untuk itu*, sebagai umat manusia wajib untuk  memahami dan mengamalkan ajaran *Purwa  Sesana* dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  Kebenaran *Dharma*  serta taat & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup akan dapat diwujudkan.
( Slokantara, 34 dan 84)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Vyapaka Saoca

Mutiara Weda*
05/ 02/2019

*Vyapaka Saoca*

*Umat se-dharma*, membersihkan diri ataupun mengatur suhu badan *Vyapaka Saoca* sebagai salah satu dari tahapan awal  yang sangat penting dalam berhubungan dengan sang maha Pencipta.

*Vyapaka Saoca* merupakan  Mandi membersihkan badan dan menjaga kestabilan pisik / lahiriah  yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai rangsangan keinginan dan dapat kehilangan keseimbangan mental

*Untuk itu* sebagai umat Hindu selalu melakukan pensucian diri baik lahir maupun bathin dengan jalan membersihkan diri ataupun Vyapaka Saoca sebelum melakukan Hubungan dengan Hyang Widhi  baik dalam Semadhi maupun dalam melakukan Asanas. termasuk mengatur suhu tubuh atau Angga sarira (Weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Hukum Karma Phala

*Mutiara Weda*
09/02/2019

*Hukum Karma Phala*

*Umat se-dharma*, setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia bersifat   mengikat dan selalu mengikuti  langkah  kemanapun pergi. Perbuatan di masa lalu dipertanggungjawabkan pada saat  ini dan perbuatan sekarang akan membentuk atau mempola masa depan, tak ada sesuatu yang terputar balik di dunia ini, manusia menjadi baik oleh perbuatan  baiknya  dan menjadi buruk karena perbuatan jahatnya *Phala Karma*

*Karma Wesana*  akan selalu mengikat dan mengikuti manusia kemanapun  pergi dan menentukan  proses reinkarnasi/ lahir kembali  nantinya.  manusia bisa kita bohongi tapi  Tuhan tidak akan pernah tertidur dalam sekejappun dan akan mencatat segala  apa yang telah kita perbuat di masa kini.

*Untuk itu*, dalam kehidupan ini  selalu berbuat yang baik *Subha karma* dan membuang jauh jauh sifat *asubha karma* dengan jalan selalu memegang teguh nilai nilai  ajaran Dharma. (Ramayana & Slokantara, 13.10)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tri Jnana Sandhi

*Mutiara Weda*
12 / 02 / 2019

*Tri Jnana Sandhi*

*Umat se-dharma*,  Dalam Pustaka suci Weda Samhita  tertuang  tiga kerangka dasar dalam berpikir agama Hindu sebagai salah satu pokok ajaran Hindu  yang terintegrasi  menjadi  satu kesatuan utuh  yang dikenal dengan nama *TRI JNANA SANDI*

Tiga Kerangka Dasar Ajaran Hindu tersebut meliputi :

*Tatwa Agama*  menjadi  landasan teologi dari semua bentuk pelaksanaan  keagamaan Hindu .

*SUSILA Agama *,  menjadi landasan Etika dari semua perilaku umat Hindu dalam hubungan dengan *Tri Hita Karana*

*ACARA agama*,  menjadi landasan perilaku keagamaan, tradisi dan kebudayaan religius sebagai Implementasi  dari tatwa dan susila dlm  wujud keberagaman yg lebih nyata. Acara juga sbg perilaku, adat dan aturan yg mantap  bersumber pada pustaka suci Weda dlm pelaksanaan menjadi agama Hindu.

*Untuk itu*,sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan ketiga kerangka dasar tersebut secara terintegrasi *Tri Jnana Sandi* sehingga pemahaman dan pengamalan ajaran agama menjadi Utuh dan sempurna. Niscaya pondasi agama pada setiap umat Hindu akan menjadi kuat & kokoh dan menjadi benteng diri.
( Kitab Swastika Rana)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tingkatkan Kepekaan Rohani

Mutiara Weda*
27 / 01 / 2019

*Tingkatkan Kepekaan Rohani*

*Umat se-dharma*, manusia yang hidup di mayapada ini berbekalkan pada berbagai keterikatan akan hal hal keduniawian dalam bentuk : kelahiran/ *janma*, kematian/*mrtyu*, umur tua/ *Jara*, penyakit /*Vyadi*, penderitaan/ *duhka* dan kesalahan/ *dosa*.

Dunia material selalu membelenggu jiwa setiap umat manusia, manakala tidak tanggap dan tidak mengerti akan kenyataan dalam hidup ini menyebabkan terombang ambingnya jiwa dan kehidupan serta  tak sedikit sampai terhempas yang berujung pada jatuh ke jurang kehancuran.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu,tingkatkan akan kepekaan rohani dengan jalan memantapkan kualitasnya melalui tumbuhkan rasa bhakti, sucikan pribadi dgn berbagai sadhana /latihan rohani dalam wujud : *Vrata* / pengendalian diri dan *upavasa* /berpuasa. Niscaya, akan mampu menghadapi persoalan hidup yang selalu membelenggunya dan terkendalikannya *Sad Ripu* sehingga hidup menjadi tenang, tentram dan damai  serta menerima proses kehidupan ini dengan lapang dada/Lascarya.

( BG. XIII, 8 dan Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Bhakti

Mutiara Weda*
28/01/ 2019

*Bhakti*

Umat se-dharma, umat Hindu dalam  mewujudkan rasa cinta kasih yang suci dan tulus kehadapan  Ida SangHyang Widhi Wasa dikenal dengan nama *Bhakti* baik pada tataran  *Para Bhakti* maupun *Apara Bhakti* dalam doa mantram dikenal dengan *Subhasita*

Bentuk bhakti atau *bhavabhakti* secara mendalam, suci ,tulus dan sejati  dalam ajaran Hindu dikenal dengan nama *maduryabhawa* sebagai bentuk bhakti yang paling utama  dan tertinggi.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu mantapkan kualitas bhakti dengan meningkatkan kualitas rohani berupa penyerahan diri secara tulus dan sejati kepada-Nya dengan jalan selalu mengingat dan menyebut kebesarannya/ *namasmaranam*, mengulang ulang secara konstan terus menerus/ *berjapa* ataupun mengucapkan doa/ lagu pujaan *mantram* serta melantunkan Dharma gita atau *Bhujana*.
(Reg Veda,VIII. & BG XVIII.65)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Lihatlah masa Depan

*Mutiara Weda*
08/ 03/2019

*Lihatlah Masa Depan*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan  dalam mengarungi  kehidupan di  dunia mayapada.ini tak bisa lepas dengan adanya  proses perputaran / siklus yang di sebut *Rwa Bhineda*.
Janganlah terlalu bersedih terhadap apa yang sudah berlalu dan jangan pula  risau terhadap apa yang akan terjadi 

begitu pula,  orang-orang bijak  melihat masa sekarang  / masa kini  untuk berusaha  berbuat yang sebaik-baiknya sesuai tuntunan ajaran Dharma.

*Maka dari itu*, Jangan pernah menyesal dengan apa yang telah  terjadi, berbuatlah yang baik dan benar  untuk hari ini.  Niscaya akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik nantinya.
(Canakya Nitisastra Bab XIII. 2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta




Ketulusan Budhi & Ketendahan Hati

Mutiara Weda*
02/02 /2019

*Ketulusan Budhi & Kerendahan Hati*

*Umat se-dharma*, jika kita dicermati dalam dinamika kehidupan di alam semesta ini , Akar  pohon itu teramat kuat, dan tidaklah mudah untuk dicabutnya. *Kuat* ,*Gigih* dan *Kokoh* sebagai Pondasi kehidupannya.

*AKAR* itu amatlah *GIGIH* mencari air, *MENEMBUS*  tanah, batu karang yang begitu *KERAS* , *TEBAL*dan *KOKOH*, demi  untuk sebatang pohon. Begitulah kerja dan pengabdian dari *AKAR*, tak kenal lelah, tak pernah mengeluh, tak butuh pujian, tetap tak mau menampakan dirinya selalu bersembunyi di dasar  tanah.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia *Belajarlah dari akar Pohon,  bentengi dan perokoh jati diri dengan pondasi ajaran *Agama* dengan *ketulusan Budhi* dan *kerendahan hati* sebagai bingkainya. Niscaya  kualitas mental rohani dan spiritualitas akan kuat dan kokoh dan menjadi Pondasi dasar dalam mengarungi kehidupan.
(SS.88-91 & Slokantara)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Sanatana Dharma

Mutiara Weda*
03/ 02/2019

*Sanatana Dharma*

Umat se-dharma,  kalau kita renung renungkan Dharma/ kebajikan dan  kebenaran ;  ibaratkan  Emas, walaupun dia dipanasi berkali kali dia akan tetap cemerlang dan mengeluarkan sinar / cahaya,  begitu pula kayu Cendana, walaupun dia di gosok gosok berulang kali, dia akan tetap mengeluarkan bau harumnya.

Demikian juga halnya dengan kebenaran dan kevajikan dia tidak akan pernah luntur dan berubah walaupun sampai akhir jaman /*Sanatana Dharma*

*Untuk itu*, sebagai umat manusia untuk selalu  berpegang teguh  pada Dharma/ kebaikan  dan kebenaran *Satya* dengan sungguh sungguh serta  taat & patuh pada tuntunan kitab Suci Weda, Niscaya akan tercapainya tujuan hidup *Catur Purusaartha*  &  dilindungi oleh Sang maha Pencipta.
(Slokantara, 12. 75 )

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Niraya : Jauhkan diri dari ketidak mengertian akan.Dharma

Mutiara Weda*
02 / 02/ 2019

*Niraya*: jauhkan diri dari Ketidakmengertian akan Dharma

*Umat se-dharma*, Jika kita renung renungkan emas itu walaupun dipanasi dan ditimpa berkali kali  dia tetap mengeluarkan cahaya atau sinarnya, demikian juga Kayu Cendana walaupun di gosok gosok berulang kali dia tetap mengeluarkan bau harumnya, begitu juga  kebajikan/kebenaran tidak akan pernah luntur dan tak akan berubah sepanjang jaman.

Tidak ada kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran *Satya* dan tidak ada neraka yang lebih menyeramkan dari kawah *Candradimuka*, memegang teguh kebenaran dan Ajegnya  Dharma walaupun ajal menantangnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu selalu memegang teguh ajaran Dharma dalam kehidupan sehari hari dengan jalan selalu berbuat yang baik dan benar agar tidak terjerumus ke dalam kelahiran rendah atau Neraka /*Maharorawa* dan menjauhkan diri dari dari ketidak mengertian akan ajaran Dharma /  *Niraya* (Slokantara,01 & 12.75)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tuhan Dalam Hindu

Mutiara Weda*
06/02/2019

*Tuhan Dalam agama Hindu*

*Umat se-dharma*,  umat  beragama Hindu memiliki  dasar keyakinan  / Sraddha akan Keesaan Tuhan / monotheisme dan mernjadi asal / sumber serta sekaligus kembalinya  alam semesta beserta isinya *Jadmadyasya yatah*.  Menjadi telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan dan menjadi nafas dari segala nafas serta bersifat Gaib /*Maha Suksme*.

Tuhan tidak berwujud , abstrak, kekal abadi *Nirguna / Nirkara Brahman*  atau Tuhan tidak berkepribadian yang dikenal dengan nama *Transenden*. Meskipun Tuhan tak terpikirkan *Acintya*, namun jikalau Brahman menghendaki menampakkan wujudnya amatlah mudah dilakukannya  yang dikenal dengan nama *Saguna atau Sakara Brahman* . Dalam hal ini Tuhan berkepribadian yang di sebut  Immanent.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu Mantapkan keyakinan akan keesaan Tuhan dan berkeyakinan bahwa  bahwa Ida SangHyang Widhi Wasa maha ada dan ada pada setiap makhluk, meresap di segala tempat dan ada di mana mana *Vyapi Vyapaka* serta tidak.berubah /kekal abadi *Nirwikara*.( Bhuana Kosa, Brahma Sutra, II.2)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Tri Karana Sudhi

Mutiara Weda*
08/02/2019

*Tri Karana Suddhi*

*Umat se-dharma*, Orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  menampakkan sinar / Cahaya dalam hidupnya  dan mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata bathin menjadi terang serta bersinar *Buka kata hati* dan bangun ,*Padma Hrdaya* dalam diri.

Membangun Padma Hrdaya dalam diri dengan landasan *Tri Karana Suddhi* yaitu pensucian *Pikiran, Perkataan dan Perbuatan. Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan kepada orang yang pikirannya selalu  *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka, mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci /*Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban  untuk membuka mata bathinnya dan membangun *Padma Hrdaya* dalam diri serta pancarkan cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin. Niscaya akan dapat tumbuhnya padma Hrdaya dan  bathin akan tetap bercahaya serta terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Panca Maya Kosha

Mutiara Weda*
07/02/2019

*Panca Maya Kosha*
(Lima lapisan badan spiritual)

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan tubuh manusia ini tersusun atas lapisan badan sebagai wahana sang Atma menjalankan.siklus reinkarnasi, baik sebagai maklhuk Biologis maupun  sebagai makhluk spiritual. Secara Biologis susunan tubuh manusia  terdiri dari kulit, rambut, tulang dll, sedangkan Susunan tubuh manusia secara  spiritual  sesuai dengan falsafah Hindu  terdiri atas badan kasar / stula sarira dan badan halus /suksme sarira.

Badan halus /suksme sarira, tubuh manusia dilapisi  lima lapisan badan spiritual yang di sebut  *Panca Maya Kosha* diantaranya :

*Annamaya Kosha*, lapisan paling luar dari tubuh yang terbentuk dari sat makanan.

*Pranamaya Kosha*,  lapisan badan yang tersusun dari pembentuk kehidupan yang ada di alam semesta  berupa *energi Prana*.

*Manomaya Kosha*, lapisan yang terbentuk dari energi pikiran biasa yang berupa *suksme sarira* dan *karana sarira*

*Vijnana maya Kosha*,  lapisan badan yang terbentuk dari energi pikiran yang halus dan dengan kesadaran.

*Ananda maya Kosha*, lapisan badan yang tersusun dari energi pikiran yang yransenden yg lebur dalam parama santih dan kedamaian yang sempurna.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu  mantapkan kualitas rohani  dalam mencapai kebahagian hidup baik manah santih maupun parama santih, Moksartham - jagadhita  dengan landasan pengetahuan Panca Maya Kosha dalam praktek praktek ajaran kerohanian bagi umat Hindu secara Universal.
( weda Samhita dan Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Irsya : Iri hati

21/02/2019

*Irsya : Iri hati*

*Umat se dharma, Dalam mengarungi kehidupan  di maya pada  ini,  jauhkan diri dari rasa dengki , iri hati *Irsya*, menginginkan dan merindukan sesuatu yang tidak mungkin.  Kuatkan perbuatan, perasaan hati, cinta kasih pada sesama.

Manakala bathin diselimuti oleh rasa iri hati, dengki *Irsya* pada sesama  jika melihat kelebihan orang lain, dapat dipastikan keadaan  orang seperti inilah sesungguhnya  orang yang paling menderita dan sengsara di muka bumi ini  yang teramat sulit untuk  disembuhkannya.

*Untuk itu*, setiap umat manusia,  jangan melakukan tindakan  yang terlarang, tercela dan sukar untuk di capai, dengan jalan melakukan Pengekangan diri *Tapa* dan Pengendalian diri *Yama dan Nyama Brata* terhadap *Panca Indrya* dan Pikiran / *Manah*.
(S.S.89-91)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .



Bersihkan Hati : Padma Hrdaya

Mutiara weda*
23/02/2019

*Bersihkan Hati : Padma hrdaya*

*Umat se-dharma*, jika kita renungkan cabang pohon itu akan merunduk manakala dipenuhi dengan buah, begitu pula halnya dengan awan akan merendah tatkala penuh dengan uap , demikian juga halnya dengan orang orang yang baik dan bijaksana  akan berhati lembut karena pengetahuan sucinya *Samyagjnana*.

Mantapnya Kualitas rohani akan menjauhkan diri dari tindakan kejahatan dalam rangka menuju kebaikan dan manakala manusia memiliki sifat kebaikan dapat dipastikan sifat irihati,dengki , serakah ,rakus, rasa benci dan sejenisnya akan meninggalkannya serta bersahabat dengan semua umat manusia *Vasudhaiva Kutumbakam*

*Untuk itu*, sebagai umat manusia tingkatkan kualitas rohani dengan membersihkan hati atau bathin *Padma Hrdaya* dengan menampakan persaudaraan sejati *Vasudhaiva Kutumbakam* dengan hati yang penuh rasa cinta kasih sayang *Prema*.  Niscaya akan mendapatkan kebahagiaan hidup yang sebenarnya *Sukha tan pawali duhka* dan menuju alam kesempurnaan sejati *Kamoksan* .(Kitab Atharva Veda, 10.6’1& Niti Satakam)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Indrya Mata : Mata Nafsu

Mutiara Weda*
24/02/2019

*Indrya Mata : Mata Nafsu*

*Umat se-dharma, hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini penuh dengan  cobaan & godaan yang diakibatkan oleh  kegelapan pikiran *Bhaksa Bhuana* / *Dasa Mala*.

Kegelapan  pikiran itulah, yang mempunyai *indria mata* yang disebut  *mata  nafsu*. Pikiran yang bermata-nafsu tidak mampu melihat kenyataan hidup yang sebenarnya sehingga cenderung  menggunakan   *KeAkuan* Sebagai  jalan penyelesaiannya.

*Untuk itu*, Hilangkan  kekotoran & kegelapan pikiran
dengan jalan  mantapkan pengetahuan  rohani  *Jnana* dan tingkatkan  Pengetahuan ttg kehidupan *Vidya* serta   mengingatkan  pikiran yang selalu  akan dibayang bayangi   kegelapan.
( Vreti sasana II b.78/1)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Jalankan Swadharma dengan Baik & Benar

Mutiara Weda*
23/02/ 2019

*Jalankan Swadharma dengan Baik & Benar*

*Umat se-dharma, Orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya tak akan pernah mengeluh dan menyesal dengan  apa yang sedang dialaminya, melainkan menerimanya sebagai suatu anugerah Hyang Widhi yang wajib dijalankannya dengan landasan *Lascarya*

Jika dicamkan dalam hidup ini, tak akan pernah  lepas  dari konsep *rwa bhineda* / dua hal yang selalu  berbeda dan berdampingan ; *kebaikan & keburukan*, *suka & duka* selalu  silih berganti , demikian pula  halnya dengan lahir- hidup dan  kematian hanya bersumber dari- Nya dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*.

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu, jangan pernah ragu dalam menjalankan Swadharma,  yakin  bahwa Tuhan melihat apa yang dilakukannya, Tuhan ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan segala galanya adalah Tuhan di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jangan Menabur Kebencian

Mutiara Weda*
26 / 02 /2019

*Jangan Menabur Kebencian*

*Umat se-dharma*, Kalau di  renung renungkan, Ketika orang selalu menabur kebencian  suatu pertanda bahwa dia hanya memiliki kebencian di dalam dirinya, akan tetapi, orang  yang memiliki kebajikan /*Dharma* dapat dipastikan dia akan memancarkan ajaran kebenaran/ *Dharma Vahini*  dalam hidupnya.

Hanya orang yang sejuk di dalam hatinya yang bisa menemukan kesejukan,  kedamaian dan keharmonisan di luar. Sulit membayangkan ada orang yang hidupnya menyejukan, menentramkan & damai manakala di dalam hatinya selalu bergejolak rasa irihati, benci dan dendam.

*Untuk itu*,   sebagai umat Hindu bangun *kesejukan* dan *kedamaian* dalam  hati dengan selalu mengendalikan diri *Yama* dan *Nyama* serta Tapa, Brata, Yoga dan Samadhi.  Niscaya hidup yang Santih , *Manah Santih* dan *Parama Santih* dapat terwujud.
(kitab Ramayana & Panca Siskanya Angaji)

Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Jalan.Dharma Inti.Latihan.rohani

Mutiara Weda*
25/02/2019

*Jalan Dharma Inti latihan rohani*

*Umat se-dharma*,  *Kesabaran dan ketabahan *Ksama* merupakan sifat bijak dan mulia yang harus tertanam pada setiap umat manusia dalam membangun kualitas spiritual, sebagai sifat yang penuh dengan kedamaian, kesabaran dan ketenangan ,selalu berbuat  kebajikan *Dharma* sebagai inti dari latihan spiritualnya

Manakala belum bisa mengembangkan ajaran *Ksama* *kesabaran* dan *ketabahan* dapat dipastikan tak akan pernah merasakan yang namanya *Bahagia* pun  tak akan pernah merasakan kedamaian dalam hidupnya  dan bahkan  akan dapat menjerumuskan dirinnya pada jalan kejahatan yang berakibat pada rendahnya tingkat  kualitas spiritual yang dimilikinya.

*Untuk itu*, setiap umat manusia mantapkan kualitas  rohani dengan  pengekangan  diri *Tapa* dan menampilkan kepribadian yang lebih *satwika* dengan  melatih lidah dan pikiran melalui *Sadana* dan *Kirtanam*, Semakin sering kita menyebut *smaranam* Tuhan, semakin lembutlah hati, pikiran dan ucapan sehingga  kegelapan *Awidya* dalam diripun akan menipis.
( BG.37-40 & Ramayana kekawin)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Mohanya Karma

Mutiara Weda*
27 /02/2019

*Mohanya Karma*

*Umat se-dharma, Hukum karma  yang mengatur dinamika kehidupan semua makhluk hidup di alam semesta ini, yang mengakibatkan adanya proses kelahiran sorga maupun kelahiran Neraka dengan Karma Wesana sebagai pengikut setianya yang diakibatkan oleh sifat Asubha Karma dan ketidakmampuan mengendalikan nafsu Indrya di sebut  *Mohanya Karma*

Mohanya Karma  berdampak pada kaburnya kesadaran umat manusia atau menghambat peningkatan kualitas kesadaran yang membuatnya jatuh kedalam gelap yang tanpa ada cahaya sehingga tidak dapat melihat mana yang disebut baik atau pun buruk yang diakibatkan oleh  sifat Pemarah/Krodha, Rasa Benci /dwesa dan ketidak mampuan dalam.mengendalikan nafsu /*Asubha Karma*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu kendalikan *Sad Ripu* sebagai sumber dari  Mohanya Karma sehingga terhindar dari karma buruk dan memahami bahwa setiap manusia dan semua makhluk hidup sepenuhnya bebas dan memiliki kehendak serta bertanggungjawab atas semua perbuatannya sendiri atau sebagai penentu dari karma dalam  kehidupannya *Svatantrya Katah*
[Kitab Samsara & Weda Samhita]

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Bersihkan Pikiran Dari Kegelapan

*Mutiara Weda*
28 /  02 /2019

*Bersihkan Pikiran Dari Kegelapan*
[ Manah Satyena Suddhyati]

*Umat se-dharma*,  orang yang selalu  membuka *mata bathinnya* akan  mendapatkan sinar / Cahaya   dalam hidupnya  dan mampu memandang ke dalam dirinya yang menyebabkan  mata  bathin menjadi terang dan bersinar *Jangan butakan hati* dan *Jangan biarkan kegelapan melekat  dalam pikiran*

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan  kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka,  mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci *Pura*, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Hyang Widhi yang berstana  dalam diri setiap umat manusia.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia untuk membuka mata bathinnya dan  pancarkan  cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi terang dan bersinar  melalui penyucian bathin  dengan membersihkan Pikiran diri dari kegelapan / *Sad ripu* dengan Kebenaran dan kebijaksanaan sebagai dasarnya. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tumbuhkan.Kesadaran.Diri

*Mutiara Weda*
01/03/ 2019

*Tumbuhkan Kesadaran Diri*

*Umat se-dharma*, Tatkala Orang  telah  memiliki  tingkat kesadaran diri dapat dipastikan   hidupnya akan selalu terkontrol dan dapat   melakukan perbuatan baik *Subha Karma*  serta mampu  memancarkan ajaran Dharma dalam kesehariannya.

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah suatu kebaikan  yang berguna  bagi diri sendiri dan  berguna bagi orang lain *kesadaran diri*.

*Untuk itu*, tumbuhkan kesadaran  diri  dengan menampakkan nilai  keindahan dan  keluhuran  budhi *Sundaram* di dalam alam Maya Pada ini. Niscaya akan  dapat mewujudkan tujuan Hidup menjelma menjadi manusia yang sebenarnya  *Catur Purusartha*, Moksartham jagadhita ya ca iti Dharma atau *Bhumi Kertha* akan terwujud.
(Cautilya Nitisastra. IV.24)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta.

Berlatih Kesabaran

*Mutiara Weda*
02/ 03 /2019

*Berlatih Kesabaran*

*Umat se-dharma*, jika direnungkan  hidup ini ibaratkan  berjalan jauh dan jalan yang ditempuh tidak sesuai dengan tahapan/ jalur jalan yang semestinya  dilalui dengan harapan sampai  ke tempat tujuan secepatnya, yang justru memilih menggunakan jalan pintas untuk mencapainya.

Proses memilih jalan pintas akan terasa  menjadi gersang, dan kehilangan makna serta fungsinya dari waktu yang sebenarnya. Inilah yang disebut dengan perjalanan yang terburu-buru, Instan atau jalan pintas, sebagai akibat kurangnya kesabaran yang dimilikinya.
Sangatlah mustahil  rasanya orang  akan mampu mengeluarkan Tutur kata yg selalu terjaga dengan intonasi yang enak didengar tatkala tidak memiliki kesabaran,

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu tanamkan selalu  kesabaran dalam hati dan selalu untuk melatih diri serta  jadilah orang yang sabar Sehingga  tutur kata dan Ucapan akan selalu indah, enak di dengar dan mengalir dalam *Wacika Parisudha* dengan landasan ketulusan hati.
(SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Tumbuhkan Sifat Kedewataan

Mutiara Weda*
03/03/2019

*Tumbuhkan Sifat Kedewataan*

*Umat se-sedharma*, Menaburkan benih benih  kebencian itu tidak akan pernah berakhir manakala dibalas dengan kebencian pula, tetapi kebencian akan berakhir dan sirna tatkala dibalas dengan sifat saling memaafkan dan wekas asih dalam Catur Paramitha disebut *Maitri*

Sifat suka memaafkan dan sopan santun / *Maitri*,
Welas Asih/*Karuna*,
penuh simpati / *Mudita* dan menghargai budhi baik orang /*Upeksa*  semuanya merupakan ajaran *Catur Paramitha* sebagai ciri dari sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu bangun sifat kedewataan yang ada dalam diri dengan berlandaskan ajaran Dharma dengan menjadikan.sifat *sang Sadhu* pedoman ; merunduk karena penuh kebajikan dan ilmu pengetahuan sucinya, merunduk ibaratkan padi  karena berat buahnya. Niscaya akan terwujudnya umat manusia yang Bijak dan penuh dengan sifat sifat kedewataan.
( Ramayana Kekawin & SS.306-308)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Pikiran :Cermin.Karakter

*Mutiara Weda*
04/ 03/ 2019

*Pikiran :  Cermin Karakter*

*Umat se-dharma*,   tutur kata yang menyejukkan, sopan & Santun takkan pernah mampu keluar dari hati nurani  yg penuh dengan Iri Hati, kedengkian & keserakahan 

Begitu pula halnya dengan  Keindahan, ketenangan  dan rasa aman  serta kedamaian  hidup, takkan pernah mampu terlihat dari pikiran yang penuh dengan *Prasangka* dan *Praduga*. Betapa keringnya perasaan  manakala  *anggapan benar* tidak lagi dikaji oleh yang namanya  *hati nurani*.
Ketaatan dan kepatuhan itu sebenarnya hanyalah sebuah *tempat ataupun wadah* ,
Rasa cinta kasih,  saling Asah, Asih, Asuh dan  kepedulian serta  saling menghargai & saling  menghormati  satu sama lainnya adalah isinya yang patut ditampakkan  dalam kehidupan sehari hari dalam bermasyarakat,  berbangsa dan bernegara.

*Untuk itu*, bersihkan hati nurani dan sucikan  pikiran  dengan membuang jauh -jauh kegelapan Pikiran *Sapta Timira* dan sifat Tirani / sifat bengis dan berbagai sifat kejam  lainnya *Sadatatayi* dan *Sapta Timira* (SS. 79-81).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Panca Satya

Mutiara Weda*
05/ 03 / 2019

*Panca Satya*

*Umat se-dharma*, , Dalam Pustaka suci Weda mengajarkan untuk selalu Setia, Jujur dan memegang teguh Kebenaran dalam menuju ketenangan dan kedamaian Bathin *Parama Santih*

*Satyam Eva jayate Nanrtham*, *Sura Dira Jayengningrat Lebur dening pangastute*.

Kebenaran dan kejujuran menjadi sifat dan hakekat ke-Tuhanan *Sat, Cit, Ananda Brahman* sebagai bagian dari dasar  keyakinan atau Sraddha Dalam ajaran agama Hindu. Kesetiaan dan kejujuran itu timbul bukan dari orang lain melainkan tumbuh dari dalam diri  masing masing.

*Untuk itu*, pupuklah kesetiaan , kejujuran dan rasa tanggungjawab akan kebenaran melalui pengamalan ajaran *Panca Satya : Satya Wecana, Satya Hrdaya, Satya Mitra, satya Samaya dan satya Laksana serta membuang jauh jauh sifat angkuh, sombong dan pembohong *wak Purusya*.Niscaya akan dapat menumbuhkan sifat sifat kedewataan *Daivi Vak*  yang ada dalam diri, sehingga terwujudnya *Lalita Hita Karana* jalan menuju kamoksan/kebebasan yang abadi.
(Sarasamuscaya ,130-131)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Belajar Agama perhalus jiwa dan.Perkokoh Budhi

*Mutiara Weda*
06/03/2019

*Belajar Agama: Perhalus jiwa & Perkokoh Budhi*

*Umat se-dharma,  jika kita renungkan belajar  agama & mendalami ajaran kesucian *spiritual* bukan  untuk menyakiti & membenci orang lain dan bukan pula untuk memerangi orang lain , melainkan untuk memperhalus jiwa dan memperkokoh Budhi.
 
Jika  ajaran agama & ajaran kesucian *spiritual* digunakan  untuk menyakiti orang lain  apalagi membunuh, sudah dapat dipastikan Sbg cermin rendahnya tingkat spiritulitas  yg  dimilikinya shg cendrung akan melahirkan kerasnya jiwa serta matinya rasa.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia belajarlah  ajaran agama & ajaran kesucian *spiritual*  secara benar guna memperhalus jiwa dan memperkokoh  Budhi  dengan jalan menguasai ilmu pengetahuan suci Weda Samhita, niscaya kedamaian abadi akan terwujud. _(BG.IV.39 & Arjuna Wiwaha)_

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta