Kamis, 31 Januari 2019

Tri Karana

Mutiara Weda*
01/ 02 /2019

*Tri Karana*

*Umat se-dharma*, Umat Hindu Dalam mencapai tujuan  hidup menjelma menjadi manusia  yaitu bersatunya atman dengan Brahman  atau Kamoksan, baik jiwan mukti , Karma mukti/wideha mukti maupun Purna mukti melalui tiga jalan yang disebut *Tri sadhana* atau *Tri Karana*.

Tri Sadhana atau Tri Karana merupakan tiga  jalan yang wajib ditempuh dalam mencapai tujuan akhirnya yaitu :

*Jnanabhyudreka : memahami seluruh tattwa agama atau hakekat akan ilmu pengetahuan dan filsafat rohani.

*Indrya yoga marga : tidak terikat akan kenikmatan duniawi dan dapat mengendalikan seluruh indrya ataupun emosi.

*Tresna dosaksaya*: mengurangi dosa dan pererat rasa cinta kasih prema serta hilangkan rasa terikat akan pahala, baik terhadap hasil yang baik maupun yang buruk.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu dalam mewujudkan tujuan rohani  tercapainya Jagadhita dan kamoksan / kelepasan, bersatunya atman dengan Brahman baik  dalam bentuk *jiwan mukti* (kebebasan yang di capai di dunia ini), *wideha mukti* (kebebasan dimana sang atman berada dalam posisi sama dengan Tuhan) maupun *Purna mukti*

( sebagai kebebasan tertinggi di mana atman bersatu dengan-Nya)   melalui jalan menghilangkan keterikatan akan keduniawian *Wairagya* serta  jalankan ajaran Tri sadhana / Tri Karana dengan benar.
(BG.XII.19 dan wrhaspati Tattwa)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jnana marga yoga

*Mutiara Weda*
31/01/2019

*Jnana Marga Yoga*

*Umat se-dharma, dalam ajaran agama Hindu menyatunya atman dan Brahman dengan landasan  ilmu pengetahuan suci atau kebijaksanaan filsafat kebenaran di sebut *Jnana Marga yoga*.

Dalam Pengamalan pengetahuan  suci /*Jnana* oleh orang bijaksana / *jnanin* terbagi atas dua bagian yaitu *Apara Vidya* dan *Pari Vidya*.

*Pari Vidya*,  pengetahuan tingkat tinggi tentang hakekat kebenaran atman dan Brahman. Sedangkan
*Apara Vidya*,  pengetahuan pada tataran  kemewahan ajaran  kesucian dan menjadi dasar menuju *pari Vidya*.

*Untuk itu*, sebagai umat beragama Hindu selalu berusaha untuk benar benar  memfungsikan tubuh ini untuk berbuat / *sadhana* berdasarkan pada ajaran ajaran kesucian / kebenaran /dharma  *moksanam sariram sadhanam*, guna menghindari diri dari kesengsaraan dan malapetaka sehingga terwujudnya umat Hindu yang *moksartham jagadhita ya ca iti Dharmah*.
( kitab upanisad dan SS.II.14)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Selasa, 29 Januari 2019

Panca Maha Yadnya

*Mutiara Weda*
29/ 01/2019

*Panca Maha Yadnya*

*Umat se-dharma*,   salah satu kewajiban suci  umat Hindu sesuai pustaka suci  adalah *Meyadnya*  ataupun *Panca  Yadnya*  dalam bentuk persembahan/ pelayanan yang diwujudkan berupa hasil kegiatan kerja,  materi yang dipersembahkan   secara tulus sesuai dengan kemampuan masing masing.

Dalam  pelaksanaan  Panca Yadnya mengandung unsur : moral, etika, kepribadian dan spiritual yang sarananya semuanya  bersumber dari ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa  dalam berbagai jenis: *Mataya*, *mantiga* dan *maharya*.
*Mataya* : sesuatu yang tumbuh dari tumbuh-tumbuhan yang dipakai sarana upakara  daun,bunga dan buah-buahan.
*Mantiga* : sesuatu yang lahir dua kali ; telur itik, ayam, angsa dan lainnya.
*Maharya* : sesuatu yang lahir sekali langsung menjadi binatang ; binatang-binatang berkaki empat misalnya sapi,babi,kerbau dan lain sejenisnya.

*Untuk itu*, sudah menjadi kewajiban setiap umat Hindu  untuk melakukan persembahan *panca yadnya*  dengan sarana upakaranya sebagai wahana pemeliharaan hubungan antara manusia dengan Sang Maha Pencipta,  hubungan antara rasa subhakti manusia dengan anugrah/ sweca Ida Hyang Widhi Wasa, tetap dipelihara dengan dasar falsafah *Tri Hita Karana*  dan *Tat twam Asi*.
(MDS.III.68-69 & yadnya prakerti)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Svatantra Katah

*Mutiara Weda*
30/01/2019

*Svatantra Katah*

*Umat sedharma*, pada dasarnya setiap umat manusia penuh dengan kebebasan,  bebas menentukan kehendaknya sendiri, demikian juga sepenuhnya bertanggungjawab terhadap semua perbuatan yang dilakukannya atau *Svatantra Katah*.

Begitu pula, *Karma* dalam melakukan tindakan / perbuatan yang dilakukan dengan tiga cara yaitu : melalui Pikiran, Perkataan dan melalui olah tubuh.
Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, demikian juga tak akan pernah  mencapai kesempurnaan manakala menghindari kegiatan Kerja.

*Untuk itu*,sebagai umat  beragama Hindu sudah menjadi kewajiban untuk melakukan kerja atau berkarma  dengan tidak terikat akan hasilnya dengan dasar Kehendak-Nya dan Brahman sebagai sebab yang tak tersebabkan. Niscaya akan memahami hakekat hidup menjelma menjadi manusia menurut ajaran  agama Hindu yaitu berkarma.
( Kitab Samsara & BG.III.4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta.

Selasa, 22 Januari 2019

Uparengga dalam meyadnya

*Mutiara Weda*
07/ 11 /2018

*Uparengga dalam Meyadnya*

*Umat se-dharma*, dalam setiap kegiatan keagamaan umat Hindu tidak pernah lepas dari penggunaan Janur sebagai sarana pokoknya terutama dalam majejahitan  membuat sarana banten / upakara yadnya oleh sarati banten.

Janur sesuai warnanya berwarna kuning melambangkan kemakmuran dan kesemarakan serta  mengandung Vibrasi dan kesucian, serta berbagai macam bentuk tetuasan melambangkan kelanggengan dan kesungguhan hati sang Yajamana, di samping itu membuang bagian tepi dari janur sbg perlambang  membuang keangkuhan, keserakahan dan kesombongan dalam meyadnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban setiap pelaksanaan upacara yadnya menggunakan janur dari daun Kelapa ,mengingat kelapa mengandung makna filosopi yang sangat dalam bagi umat Manusia di mana  buah kelapa yang menunjukan kematangan ternyata di dalamnya mengandung air yang selalu dijaga kemurniannya dan memberikan kehidupan. Batang dari pohon kelapa mencerminkan kedewasaan sbg inspirasi ketika dewasa baru akan diberikan buah untuk di jaga sampai buahnya matang, dan ini juga sebagai cermin bagi manusia Hindu selalu menjalankan proses kehidupan sesuai dengan Tahapan tahapan hidup sesuai  Catur Asrama. ( usana Bali & Tutur Dewi Tapini)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Jangan.hiasi hidup dgn Kebencian

Mutiara Weda*
31/ 12/2018

*Jangan hiasi hidup dgn  Kebencian*

*Umat se-dharma*, Hidup menjelma menjadi manusia di dunia ini amatlah  pendek, singkat dan hanya sekejap,  sekejap cahaya kilat , Demikian pula halnya dalam hidup ini  tidaklah mudah dan amat sulit untuk didapatkan, penuh dgn kesemuan, ketidakpastian dan  bahkan ketidak sempurnaan

Untuk itu,  sebagai umat manusia jangan hiasi hidup yg pendek dan singkat ini  dengan *_menebar rasa  benci_* &  *_menabur  sikap antipati_* pada  orang  lain, pupuklah rasa damai, rasa tenang dan rasa tentram  dlm hati masing masing Niscaya kenyamanan, kedamaian & ketentraman  hidup baik lahir maupun batin  akan dapat terwujud.
( _Yajur Veda ,XI.6_ )
_Astungkara Svaha_

*Made Wordha Negara*
*Widya Sabha Sasmitha*

Sat Karma

Mutiara Weda*
02/01/2019

*SAT KARMA*

*Umat se-dharma*, Bila cinta kasih yang mengisi pikiran, dia akan menjelma menjadi kebenaran, tat kala cinta kasih menyatakan dirinya dalam bentuk kegiatan maka ia menjadi *Dharma* atau kebajikan demikian pula bila perasaan diliputi oleh cinta kasih maka ia akan menjadi perwujudan kedamaian *Santih*

Pada hakekatnya melaksanakan  cinta kasih itu sesungguhnya adalah *Dharma*,  berpikir cinta kasih sesungguhnya adalah *satya*, merasakan cinta kasih adalah *Santih*.

*Untuk itu*,  sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk membangun kualitas diri melalui :

*Karma Mental* ; yang menggunakan pikiran dalam aktifitasnya

*Karma spiritual*  ; menggunakan suksme sebagai pemeran utamanya serta

*Sat Karma* ;  dengan melakukan aktigitas dengan dominasi kadar kandungan *Panca Pilar*  yaitu : *Satya* ; kejujuran, *Dharma* ; kebajikan, *Prema* ; cinta kasih,*Santih* ; damai dan *ahimsa*; tidak menyakiti. Niscaya akan.dapat terbentuknya manusia yang *Sat Karma* yaitu Manusia Dewa atau manusia berbudi pekerti luhur.
(Wrhaspati Tattwa,15-19 & weda Samhita)

*Made Worda Negara*
BINROH  HINDU TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta .

Andrayuga:pahami ajaran kitab suci weda

Mutiara Weda*
12//01/2018

*Andrayuga : pahami ajaran kitab suci Weda*

Umat se-dharma, memahami dan menguasai  isi ajaran Dharma dan  isi kitab suci *Weda* secara benar  *Andrayuga* merupakan setiap umat Hindu sebagai bagian dari perbuatan *Nawa Sanga* serta tahu akan apa yang baik dan apa yang buruk *Wiweka* dalam mewujudkan kebahagiaan hidup.

Untuk  mengamalkan  perbuatan *Nawa Sanga* tidak bisa lepas dari  sangkut paut  dan teropongan   dari ajaran *Sesana* dan  ajaran *Niti* dalam membentuk  perbuatan yang *Dharma sesana*

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia wajib untuk  memahami dan mengamalkan ajaran Sesana dengan memegang teguh ajaran Etika *Susila* dan ajaran  Kebenaran *Dharma*  serta taat & patuh pada  aturan pemerintah  *Niti*. Niscaya kebahagiaan hidup dan akan dapat terwujudnya perbuatan *Dharma Sesana*
( Slokantara, 34 dan 84)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Berkata katalah yang Benar

Mutiara Weda*
13/01/2019

*Berkata katalah yang Benar*

*Umat se-dharma*, dalam Pustaka suci Weda Samhita ada menyebutkan “Satyabrūyat priyaṁ, priyaca nānṛta brūyād eṣa dharma sanātanam". Hendaknya ia mengatakan apa yang benar, dan mengucapkan apa yang menyenangkan hati orang *wacika Parisudha*

Demikian pula,   jangan sekali kali mengucapkan kebenaran yang semu dan menyakitkan serta jangan pula mengucapkan kebohongan yang menyenangkan.

*Untuk itu*, sebagai Umat Hindu perkokoh dan pertebal hati nurani dengan Nilai - nilai Dharma dalam berpikir, bertindak serta bertutur kata yang baik dan enak di dengar serta mengucapkan kebenaran dan membahagiakan hati orang lain serta tidak sekali - kali melakukan tindakan kejahatan  memfitnah " Rajapisuna " sebagai dosa besar /Mahapataka.
(M.DS IV.138/ SS.75).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Kemarahan,rasa benci sumber malpetaka

Mutiara Weda*
15/01/2019

*Kemarahan & Rasa Benci  : sumber Malapetaka*

*Umat se-dharma*, Dalam Sesuluh agama Hindu kemarahan *kroda* dan Kebencian /Dwesa merupakan sumber dari segala penderitaan, dari kemarahan munculah kebingungan yang menyebabkan ingatan menjadi kalut,ketika ingatan kacau maka kecerdasan akan binasa,dengan binasanya kecerdasan  maka berakibat  malapetaka dan kehancuran.

orang yang dikuasai oleh nafsu angkara murkanya, segala yang dipersembahkannya  akan sia sia dan  tidak akan mendapatkan pahala apa apa. Yang justru cendrung melakukan perbuatan jahat dan hina.

*Untuk itu*, kendalikan kemarahan *Kroda*  dan hilangkan rasa saling membenci dengan melakukan penyucian jiwa  *Tapa* melenyapkan kedengkian dan iri hati *Irsya*. Niscaya  kesabaran dalam hati akan terwujud dan terhindar dari sifat *Kroda* .
(BG.63 & SS. 80-90)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Seva sumber kesucian

*Mutiara Weda*
16/01/2019

*Seva* :  Sumber Kesucian

*Umat sedharma* , seva atau pengabdian merupakan bagian dari kerja / Karma dan dari pengabdian itu pula,  akan dapat terbangunnya kesucian dalam diri sebagai pondasi dalam mengarungi  kehidupan bagi setiap umat manusia.

Dari kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemulyaan kita akan mendapatkan kehormatan dan dengan kehormatan pula kita akan memperoleh kebenaran atau *Satya*.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia bangunlah kesucian dalam diri, baik lahir maupun bathin dengan meningkatkan semangat pengabdian/ Seva dengan berpegang teguh pada  ajaran Dharma  serta mengedepankan ajaran *Tresna asih* sesuai ajaran *Tri Parartha* yaitu :'  *Asih*,  *Punia* dan *Bhakti*. Niscaya  akan dapat terbangunnya umat Hindu Yang  Satyam, Sivam dan Sundaram akan terwujud.  (Yajur Veda, 19.30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Pikiran sang penentu dari tindakan

*Mutiara weda*
17/01/2019

*Pikiran* :Sang Penentu dari Tindakan

*Umat se-dharma*, pada dasarnya setiap  manusia wajib untuk menjaga dan mengendalikan setiap tindakan yang dilakukan oleh pikiran, perkataan ataupun perbuatan.

Setiap tindakan berawal dari pikiran berlanjut pada perkataan yang berujung pada Tindakan, mengakibatkan adanya perbuatan  baik maupun buruk, Subha dan Asubha Karma tergantung Penyebabnya.

*Untuk itu*, sebagai umat Hindu sudah menjadi kewajiban untuk memegang teguh ajaran *Tri Kaya Sandhi*  dengan baik serta memegang teguh falsafah etika Hindu ;  Bhadram pashyantu, Bhadram Sruvantu dan Bhadram Kurvantu ; Lihatlah hal hal yang baik, dengarkan hal hal yang baik dan lakukan hal hal yang baik pula. Niscaya setiap umat Hindu akan dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu *Catur Purusa Artha*. ( Sarasamuscaya).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Ksama: tumbuhkan sikap saling memaafkan

*Ksama* : Tumbuhkan sikap saling Memaafkan

*Umat se-dharma*,  jika kita renung renungkan, manakala kita Membenci orang lain sama nilainya dengan kita meminum racun, membuat hidup   akan terbebani secara  terus menerus selama  belum bisa  memaafkannya dan akan terus menempati ruang di hati kita secara gratis.  tumbuhkan sikap saling memaafkan/ *Ksama*

Sulit rasanya  orang bisa memaafkan orang lain secara sempurna  manakala dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri
Tumbuhkan sikap saling mengampuni, bangun rasa cinta kasih *Prema* ,tanamkan  kedamaian dalam hati * Manah Santih*

*Untuk  itu*, Bangun  kesadaran   dan jati diri yang sejati, belajar saling memaafkan / Ksama,  belajar  *memahami  diri* serta  belajar  melatih *kesabaran* dengan landasan berpikir dan tutur kata yang santun *Pryavacana* .
(Wrhaspati Tattwa & SS.92-95)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Panca Dhatu

Panca Datu*
(  Yatra - Rekha)

*Umat se-dharma, dalam  pelaksanaan praktek praktek keagamaan  dalam agama Hindu, penuh dengan simbol/perlambang baik dalam bentuk *Yatra* ataupun *Rekha* dalam memantapkan dan mempermudah konsentrasi dalam pemujaan berhubungan   kehadapan-Nya dalam berbagai simbol *Nyasa- Rupa* ataupun dalam bentuk  Panca Datu memendem  pedagingan / lima Unsur alam.

Penggunaan *Nyasa -Rupa* dalam bentuk  Mendem Pedagingan / Panda Datu : lima unsur kekuatan alam :  *Emas*, *perunggu*, *Besi*, *Baja*  dan *mirah* pada bangunan suci sebagai suatu  media  dalam berhubungan  dengan menggunakan bentuk atau simbol  *Yatra /. Rekha* baik dalam bentuk *Arca* maupun  *Aksara Suci*.

*Untuk itu*,  sebagai umat Hindu dalam mempermudah konsentrasi  melakukan pemujaan   kehadapan-Nya selalu menggunakan sarana  dengan *Rupa* pikiran manusia dalam berkonsentrasinya, sedangkan sifat Tuhan diwujudkan dalam bentuk *Nyasa* berupa mantram ataupun aksara suci *Kirtanam*, *Smaranam* maupun *Arcanam* dalam mencapai tujuan hidup beragama serta memantapkan dalam pemujaan dengan mendem  *Panca Datu* pada bangun suci (Weda Parikrama)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Jalankan swadharma

Mutiara Weda*
23/01/2019

*Jalankan  Swadharma*

Umat se-dharma,  orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya tak akan pernah menyesal akan apa yang dialaminya,   melainkan menerimanya sebagai suatu anugerah Hyang Widhi yang wajib dijalankannya.

Semua kebaikan, keburukan, suka dan duka  yang dialami dalam hidup ini  bersumber dari- Nya, Tuhan Maha tahu apa yang telah diperbuat dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*. Kesabaran dan pengendalian diri akan menjadi  terlatih manakala setiap umat manusia memahami akan arti hidup yang sebenarnya.

*Untuk itu*, dalam hidup ini, Jalankan Swadharma dengan benar, yakin  bahwa Tuhan melihat apa yang dilakukan, Tuhan ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan Tuhan sumber dari segala-galanya  di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Selasa, 15 Januari 2019

Seva : Sumber Kesucian

*Mutiara Weda*
16/01/2019

*Seva* :  Sumber Kesucian

*Umat sedharma* , seva atau pengabdian merupakan bagian dari kerja / Karma dan dari pengabdian itu pula,  akan dapat terbangunnya kesucian dalam diri sebagai pondasi dalam mengarungi  kehidupan bagi setiap umat manusia.

Dari kesucian akan mendapatkan kemuliaan, dengan kemulyaan kita akan mendapatkan kehormatan dan dengan kehormatan pula kita akan memperoleh kebenaran atau *Satya*.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia bangunlah kesucian dalam diri, baik lahir maupun bathin dengan meningkatkan semangat pengabdian/ Seva dengan berpegang teguh pada  ajaran Dharma  serta mengedepankan ajaran *Tresna asih* sesuai ajaran *Tri Parartha* yaitu :'  *Asih*,  *Punia* dan *Bhakti*. Niscaya  akan dapat terbangunnya umat Hindu Yang  Satyam, Sivam dan Sundaram akan terwujud.  (Yajur Veda, 19.30)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Minggu, 13 Januari 2019

Prema : rasa cinta kasih sayang

*Mutiara Weda*
14/01/2019

*Prema : Rasa Cinta Kasih Sayang*

*Umat se-dharma*, Hidup Menjelma menjadi manusia di muka bumi ini tidak bisa *disamaratakan*  satu sama lainnya, sudah dibekali yang namanya  perbedaan, Kebhinekaan, keberanekaragaman, serta kemajemukan,  yang  perlu dijaga, dirawat, dipelihara dan dilestarikan, dengan cara membangun jiwa Toleransi dan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi sebagai benih Radikalisme. Tumbuhkan rasa kasih sayang.

Tanpa memegang konsep ber-Tat Tvam Asi/ toleransi,  jiwa manapun akan hancur hangus terbakar manakala dalam hatinya blm tertanam *rasa cinta kasih sayang* _PREMA_ pada sesama, Yang cendrung dapat menimbun  benih - benih penyakit di dalam hati.

*Untuk itu*, tanamkan Ajaran Tat Tvam Asi/ toleransi dengan membuang jauh jauh sikap In-Toleransi : Adigang, Adigung dan Adiguna.  niscaya tatanan kehidupan yang   damai, harmonis, rukun, tata / tentram serta saling  Asah, Asih dan  Asuh  terwujud  dengan  Pancasila Sebagai  perisainya  dan Bhineka Tunggal Ika sebagai Falsafah hidup dalam kehidupan sehari hari dalam     bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. ( SS.302-304 & Serat Wulang reh).

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Senin, 07 Januari 2019

Jalankan.swadharma dengan Baik

Mutiara Weda*
03 /01/ 2018

*Jalankan Swadharma dengan Baik*

*Umat se-dharma*, Orang yang memahami akan arti hidup yang sebenarnya tak akan pernah mengeluh dan menyesal dengan  apa yang sedang dialaminya, melainkan menerimanya sebagai suatu anugerah Ida SangHyang Widhi Wasa, yang wajib dijalankannya dengan landasan *Lascarya*

Jika dicamkan dalam hidup ini, tak akan pernah  lepas  dari konsep *rwa bhineda* / dua hal yang selalu  berbeda dan berdampingan ; *kebaikan & keburukan*, *suka & duka* selalu  silih berganti , demikian pula  halnya dengan lahir- hidup dan  kematian hanya bersumber dari- Nya dan Tuhan ada pada setiap makhluk *Iswarah Sarva Bhutanam*.

*Untuk itu* , sebagai umat Hindu, jangan pernah ragu dalam menjalankan Swadharma,  yakin  bahwa Tuhan melihat apa yang dilakukannya, Tuhan ada di mana mana *Wyapi Wyapaka Nirwikara*, dan segala galanya adalah Tuhan di alam semesta ini *Sarva Idam Kalu Brahman*
(BG. sloka 18.61 & Vedanta Sutra 1.1.4 )

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

Hoga Swatantrya

Mutiara Weda*
04/01/2019

*Bhoga-Swatantrya*

*Umat se-dharma*, Pada hakekatnya  setiap manusia adalah  *penguasa*. Penguasa dari nasibnya sendiri dan menjadi  Arsitek dari keberuntungannya  sendiri serta bertanggungjawab atas derita maupun  bahagia yang diterimanya saat ini.

Manusia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hasil dari perbuatannya *Bhoga Swatantrya* tapi setiap manusia memiliki kebebasan untuk menentukan penyebab dari perbuatan itu sendiri *Karma-Swatantrya*.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia Laksanakanlah setiap pekerjaan sebagai suatu kewajiban *Swadharma* dan jangan terikat pada hasil serta Lakukan kerja dengan tanpa Pamrih *Seva*, niscaya kebahagiaan sejati  akan dapat terwujud.*
(BGIII.19 & kitab Arjuna Wiwaha)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta

Kuningan Media Peninfkatan Spiritual

Mutiara Weda*
05/01/2019

*Kuningan* : Media Peningkatan Spiritual

*Umat se-dharma, Pada  hari  ini Sabtu, Kliwon wuku Kuningan Umat Hindu merayakan hari Raya Kuningan sebagai bagian dari rangkaian Hari Raya Galungan  yang jatuh pada hari ke 10  setelah Galungan,   bermakna  tercapainya peningkatan spiritual melalui pengendalian dan introspeksi diri agar terhindar dari mara bahaya .Pada saat Hari raya Kuningan umat  Hindu melakukan persembahan dan pemujaan  kehadapan  SangHyang pitara /para leluhur, memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Sehari setelah Kuningan disebut Umanis Kuningan dan sebagai rentetan perayaan paling akhir di sebut hari Pegat Tuwakan, yaitu 32 hari setelah Kuningan tepatnya pada hari Buda (Rabu) Kliwon, wuku Pahang.

Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hari raya Kuningan hanya dilakukan  pada pagi hari  sebelum jam 12 siang sebagai perlambang energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu  ( unsur Panca Mahabutha) mencapai klimaknya, dan setelah siang hari  berlalu memasuki *masa pralina*  energi tersebut sudah kembali ke asalnya, dan juga para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke Svah loka.

*Untuk itu*, Bagi setiap umat Hindu dalam perayaan hari raya Kuningan betul betul dapat memantapkan kualitas rohani, meningkatkan spiritualitas, *Angelus Vimoha*  dengan memperbanyak   introspeksi dan pengendalian diri *Anyekung Jnana*. serta Bangun kecerdasan spitritual (SQ) dalam mengembangkan jati diri. (Kitab Kala Maya Tatwa & Weda Samhita)

*RAHAJENG HARI SUCI KUNINGAN & SIWARATRI  MANTAPKAN BENTENG DIRI & BANGUN KAVACA GAIB DLM DIRI*

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Bangun hati Yang Bersih

Mutiara Weda*
06/01/2019

*Bangun Hati yang Bersih*

Umat se-dharma, "Berbaik baik hatilah pada semua orang. Tatkala ada orang yang menjelek jelekan, sesungguhnya dia sedang bercerita  dan memperlihatkan kekurangan diri di dalam hatinya  yang  selalu tersimpan secara terselubung".

Orang yang suka bercerita keburukan orang lain pada dasarnya  dia menampilkan karakter dari jiwanya untuk minta tolong secara ke dalam.

*Untuk itu*, Bangunlah Hati yg bersih  dengan membuang jauh jauh kekotoran pikiran dan  berburuk sangka *Sapta Timira* dengan memantapkan ajaran *Tri Kaya sandi* dlm keseharian dan implementasikan ajaran kasih sayang *Catur Paramitha* dalam kehidupan sosial  dalam bermasyarakat,  berbangsa dan bernegara.( Canakya Upanisad)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha
Sasmitha-Yogyakarta .

Hidup ibarat Kereta Kuda

*Mutiara Weda*
07/ 01/2018

*Hidup Ibarat Kereta Kuda*

*Umat se-dharma*, jika dicamkan proses kehidupan  umat manusia  ibarat sebuah kereta kuda, lancar dan tidaknya sangat tergantung pada unsur unsur dari kereta  kuda tersebut.

Indria itu adalah kudanya, sasaran Indria adalah jalan,
roh / Atma dihubungkan dengan sang badan, sedangkan Indria dan pikiran yang menikmatinya.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia pahami dan  jalankan fungsi dari unsur unsur yang membentuk diri manusia;  Pribadi harus punya tujuan yang jelas, tubuh harus sehat,  kebijaksanaan harus cemerlang,  pikiran sebagai tali kendali haruslah kuat mengendalikan Indria yang selalu bergerak bebas bagaikan kuda. Sedangkan sasaran Indria harus baik dan tidak merusak Indria itu sendiri.  Niscaya, tujuan dan sasaran hidup setiap umat manusia akan selamat dan  tercapai.
(Kitab Katha Upanisad I. 3-4)

*Made Worda Negara*
BINROH  Hindu TNI AU.

Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta