Senin, 17 Juli 2017

Bangkitkan Kesucian Bathin

*Mutiara Weda*
02/07/2017

*Bangkitkan Kesucian Bathin*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa “Cabang pohon itu  akan  merunduk ketika  dipenuhi oleh *Buah*,  demikian juga *Awan*  akan merendah manakala dipenuhi dengan *Uap* begitu pula dengan  orang *Bijak* menjadi berhati lembut, sabar, tenang dan penuh pengampunan karena *kesucian bathinnya*".

Membersihkan dan mensucikan  bathin sudah menjadi keharusan sebagai umat manusia. Jangan biarkan  sifat iri hati dan dengki
bersemayam dalam  lubuk  hati   yang menyebabkan  munculnya *rasa benci* dan *Kroda* yang membabi buta terhadap orang lain yang  akan dapat  menghancurkan dirinya sendiri dan hilangnya  kehormatan diri. Manakala sifat iri hati dan rasa benci ada dalam hati nurani  maka  sudah tidak perlu lagi membuat dosa karena sifat iri dan rasa benci itu adalah *dosa besar*.

*Untuk itu*, tumbuhkan  sifat kedewataan dalam diri, bangkitkan  persaudaraan sejati
*Vasudhaiva Kutumbakam*  dan tampilkan  cinta kasih *Prema* serta  buang jauh jauh kegelapan pikiran :  *kebencian*, *keserakahan*, *tiada rasa persaudaraan*, dan *iri hati*  niscaya akan terhindar dari *DOSA*, kehancuran & malapetaka.
(Atharva Veda X.6.1)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Jangan Butakan Hati

*Mutiara Weda*
04/07/2017

*Jangan Butakan Hati, Bukalah Mata Bathin*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa orang yang selalu  menyalakan *mata bathinnya* akan  mendapatkan Cahaya  yang sebenarnya dalam hidup ini dan mampu memandang ke dalam diri maka bathin akan menjadi terang dan bercahaya sehingga mata bathin menjadi terbuka,*Jangan butakan hati*.

Rahasia rahasia kehidupan akan  diperlihatkan  kepada orang yang pikirannya selalu  *waspada*, *terang* dan *bersinar* serta Menampakkan nyala cahaya api suci sehingga bathin  menjadi terang dan bercahaya, mata bathin akan terbuka,  mengingat dalam tubuh setiap manusia pada hakekatnya adalah *bangunan suci/ Pura, sedangkan *sang Jiwa* adalah wujud Tuhan Yang Maha Esa yang berstana pada tubuh setiap manusia.

*Untuk itu*, bagi setiap umat manusia sudah berkewajiban untuk membuka mata bathin dan Jangan Butakan hati, pancarkan  cahaya api suci yang ada dalam diri sehingga bathin menjadi tetap terang dan bersinar  melalui penyucian bathin dengan membersihkan Badan dengan air, pikiran disucikan Kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan pelajaran suci, tapa, Brata serta kecerdasan dengan pengetahuan spiritual. Niscaya bathin akan tetap bercahaya dan terpancar.
(Reg Veda, VIII,44.15, M.DS V.109)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Jnana Artha Tersembunyi

*Mutiara Weda*
05/07/2017

*Jnana*: Artha tersembunyi

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa, Ilmu Pengetahuan  suci  *Jnana* merupakan kecantikan manusia yang paling agung dan merupakan Artha yang tersembunyi dan menjadi sumber dari kemasyhuran dan kebahagiaan.

Ilmu Pengetahuan suci  *Jnana* adalah guru serta menjadi sahabat terdekat dalam menyelesaikan setiap persoalan, bagaikan dewa yang dapat mengabulkan segala keinginan.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk belajar tentang ilmu pengetahuan suci  *weda* karena Weda Bersifat Anandi-anantha, tidak berawal dan tidak berakhir. Niscaya Busana dari ilmu  Pengetahuan suci berupa  *Kedamaian* akan terwujud.
(Kitab Nitisatakam)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Manusia Tak Luput dari Tiga Unsur Guna

*Mutiara Weda*
06/07/2017

*Manusia : Tak luput dari Tiga Unsur Guna*

Setiap umat Manusia haruslah menyadari bahwa dalam ilmu kejiwaan faktor lingkungan juga menentukan baik dan buruknya *sikap* dan *Perilaku* umat  manusia,  namun dalam susastra Hindu sesungguhnya perilaku  manusia sangat ditentukan oleh tiga unsur Guna yang di sebut *Tri Guna*  yaitu Satwam, Rajas dan Tamas.

Pikiran yang ringan, tenang dan terang itu adalah *Satwam*, pikiran yang bergerak cepat itu *Rajas*  dan pikiran yang gelap / berat itu *Tamas*. Tak seorangpun luput dari pengaruh *Tri Guna*, demikian juga tak seorangpun dalam penampilannya tidak diwarnai oleh ketiga sifat itu dan selalu bekerja dalam diri manusia.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia  selalu *mawas diri/ Ngret Sarira* dengan mengendalikan *Indrya* mengingat  indrya / nafsu sebagai penggerak utama dalam kehidupan ini dengan menghilangkan sifat keraksasaan *Asuri Sampad* yang penuh dengan kejahatan dan bangkitkan sifat *Raja* yang penuh dengan kesucian dan kebijaksanaan.
( kitab Wrhaspati Tattwa,15  dan Ramayana, II.41)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Mari kita Beragama yang Benar

*Mutiara Weda*
07/07/2017

*Mari kita Beragama yang Benar*

Setiap umat manusia haruslah memahami bahwa beragama bukanlah alat untuk menyakiti orang lain dan bukan pulalah alat untuk menjatuhkan orang lain, melainkan sebagai pegangan, pedoman  dan tuntunan hidup dalam memperhalus jiwa dan Budhi sebagai landasan mencapai Tujuan hidup *Catur Purusaartha*. Mari kita beragama yang Benar!!!

Manakala  dalam penerapan ajaran agama  mengakibatkan sakit dan menderitanya  orang lain, dapat dipastikan adanya kesalahan dan kekeliruan  dalam pemahaman nilai nilai  ajaran agama  sebagai cermin rendahnya tingkat spiritual yang berujung pada malapetaka dan  kehancuran.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia belajarlah agama dengan baik dan benar guna memperhalus jiwa dan memperkokoh budhi. Niscaya Kedamaian , kenyamanan  dan keharmonisan hidup akan dapat terwujud. (Lontar Panca Siskanya Angaji)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Belajar agama Perkokoh kualitas Mental Rohani

*Mutiara Weda*
08/07/2017

*Belajar agama* : Perkokoh kualitas Mental rohani

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa jika kita belajar  agama  dan ajaran ajaran tentang  kesucian *spiritual* bukan  untuk menyakiti & membenci orang lain dan bukan pula untuk memerangi orang lain apalagi membunuh, melainkan sebagai pegangan dan pedoman hidup serta memperhalus jiwa dan Budhi serta memperkokoh kualitas Mental Rohani.
 
Jika  ajaran agama & ajaran kesucian *spiritual* digunakan  untuk menyakiti orang lain  apalagi membunuh, sudah dapat dipastikan rendahnya kualitas pengamalan ajaran agama dan  rendahnya tingkat spiritulitas  yg  dimilikinya sehingga cendrung akan melahirkan kerasnya jiwa serta matinya rasa.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia belajarlah  ajaran agama & ajaran kesucian *spiritual*  secara benar guna memperkokoh kualitas Mental rohani , memperhalus jiwa dan memperkokoh  Budhi  melalui pengamalan   ilmu pengetahuan suci *Weda Samhita*, niscaya kedamaian abadi akan terwujud. _(BG.IV.39 & Arjuna Wiwaha)_

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati

Upacara Namakarana Samskara

*Mutiara Weda*
09/07/2017

*Upacara Namakarana Samskara*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa orang tua memberikan nama pada anak mengandung nilai nilai spiritual yang sangat tinggi salah satunya  melalui proses upacara  *Namakarana Samskara* atau *namadeya samskara*, merupakan bagian dari upacara *sarira samskara*.Jagalah nama yang diberikan orang tua dengan baik.

*Upacara Namakarana samskara*  dilaksanakan di saat hari ke 10, ke 12, hari ke 100 atau paling lama setelah setahun kelahiran dan dapat juga dilaksanakan pada saat upacara *tiga bulanan*, mengandung makna  mesthanakan sanghyang Atma secara formal menjadikan badan sebagai stana sucinya.

*Maka dari itu*, sebagai umat Hindu dalam membentuk kualitas  anak yang Suputra  berkarakter dan berbudhi pekerti luhur  melaksanakan salah satu upacara sarira samskara dalam bentuk upacara *Namakarana samskara* sangatlah penting dan menjaga kehormatan dari nama yang diberikannya . Niscaya nantinya sang anak akan tumbuh menjadi anak yang Suputra.( Grhyasutra & Yajur Weda,VII.29)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Sevaka Dharma

*Mutiara Weda*
11/07/2017

*Sevaka Dharma*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa Orang yang Baik itu walaupun ia miskin tak akan pernah melakukan pekerjaan hina dan tercela, begitu pula halnya dengan seekor harimau,walaupun dipotong kakinya dia  tak akan pernah mau memakan rumput, jalankan Swadharma, aplikasikan nilai nilai Dharma  *Sevaka Dharma*

Memegang teguh  dan mengaplikasikan norma agama merupakan suatu kewajiban *Swadharma*  setiap umat manusia. Manakala,  perbuatan menyimpang dari ajaran  *dharma*  maka dapat dipastikan  hidupnya akan kehilangan arah,  menderita,  dan cendrung  mendapatkan kehancuran,  bencana  serta malapetaka.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia tunjukkan dan mantapkan kualitas beragama  dengan baik melalui Pengamalan, penyerahan diri secara total, *Atmanivedanam*  serta memantapkan hubungan cinta-kasih *bhakti* dengan Hyang Widhi berlandaskan pada Pengetahuan suci *abhideya-jnana*
(Sabdakalpadruma III.463b
& Ramayana)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Sandhya Vandanam

*Mutiara Weda*
10/07/2017

*Sandhya Vandanam*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Hindu untuk melaksanakan   *Sandhya Vandanam*  pemujaan dengan berpasrahkan diri pada Ida SangHyang Widhi Wasa  dengan  menggunakan tiga waktu; pada pagi hari  waktu matahari terbit *Brahma Muhurta*,pada siang hari *mādhyānika*, dan di malam hari *sāyaṃsaṃdhyā*

*Dalam* melakukan pemujaan , dengan melantunkan nama-nama suci Tuhan *Nama Smaranam*  dilaksanakan dalam waktu yang sama dan  rutin dengan landasan tulus & ikhlas tanpa motif  mengharapkan pahala atau hasilnya.

*Untuk itu*, lakukan pemujaan dengan landasan tulus dan tanpa Pamerih *Bhakti* dengan menggunakan waktu waktu pemujaan  untuk mendapatkan  *kadyatmikan* melalui ; *Srawanam*, *Wedanam*
*Kirthanam* dan *Smaranam*. Niscaya  energi positif  yang ada pada diri setiap umat manusia akan muncul.
*nadyam snanam samacaret* (Kitab Garga Samhita 4.18.14 & Siwa Purana)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Anyekung Jnana

*Mutiara Weda*
11/07/2017

*Anyekung Jnana*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa Segala bentuk praduga & prasangka terhadap orang  lain harus dihilangkan, Selama  jiwa masih dibelenggu oleh  prasangka dan praduga niscaya  tidak akan pernah  mendapatkan *ketenangan & kedamaian bathin* .Belajar *Anyekung Jnana*

Jika nilai - nilai dharma meredup dan bahkan  luntur maka  dapat dipastikan keributan dan kekacauan  akan terjadi, cahaya  kejujuran, keadilan, ketenangan dan kedamaian, akan berhenti bersinar   berujung pada *kebencian dan perselisihan*.

*Untuk itu*, sebagai umat manusia hilangkan buruk sangka  dengan belajar *Anyekung Jnana* membersihkan  pikiran *Nirmalaakena* melalui *Yama dan Nyama. Niscaya akan dapat terwujudnya keleluasan dalam mencari jalan *dharma*  (kitab Sundarigama & SS.37)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Selalu Berpikir Positif

*Mutiara Weda*
12/07/2017

*Selalu Berpikir Positif*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa dalam hidup ini, tidak semua orang dapat *berpikir baik* tentang satu sama lainnya, yang  cenderung melahirkan  perasaan *iri  hati*, *dengki*, *saling menghina* dan *saling menghujat*  merendahkan orang lain  yang berujung pada *perkelahian & permusuhan*. Maka selalu berpikir positif sebagai salah satu jalannya.

Jangan balas pukulan dengan pukulan, juga jangan balas cacian dengan cacian, pun jangan  pula membalas daya upaya nista dengan nista. Tetapi hujanilah dengan *DOA*  dan *RESTU*.

*Untuk itu*, mantapkan *kesabaran* dan  *kuatkan hati* dengan *ketabahan* dan topang dengan  kuatnya  Keyakinan *Sradha*  dengan landasan   selalu *berpikir positif*,  jaga cara *berpikir*, cara *bertutur kata* dan  jaga *cara bertingkah laku*. Niscaya akan mendapatkan  kebahagian lahir-bathin  *Manah Santih dan Parama Santih* dalam kehidupan ini.
(RegVeda & Panca Siskanya.A.)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati.

Parama Prema BHAKTI

*Mutiara Weda*
13/07/2017

*Parama Prema Bhakti*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa dalam hidup ini ada tiga faktor yang sering menggerogoti dan  menjerumuskan manusia ke jurang  kehancuran :  *Kama*, *Krodha* dan *Loba* di kenal Sebagai pintu gerbangnya menuju *neraka*.  Bhakti  marga penyerahan diri secara tulus kepada-Nya sebagai salah satu sarana ataupun jalannya.

Jalan Bhakti yang dilandasi dengan rasa kasih sayang yang mendalam , total dan sepenuhnya disebut *Parama Prema Bhakti*.

*Maka dari itu*, sebagai umat manusia jangan pernah berhenti untuk berhubungan dan melakukan penyerahan diri  kepada-Nya melalui pemantapan kualitas  *Parama Prema Bhakti* untuk selalu berpegang teguh pada nilai nilai *Dharma*, *Etika*, *moral* dan *spiritual*. Niscaya dalam hidup ini akan terhindar dari bencana dan Malapetaka. (Ramayana & BG.XVI.21)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Upacra Garbhadana

*Mutiara Weda*
14/07/2017

*Upacara Garbhadana samskara*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa salah satu upacara yang sangat penting, yang wajib dilakukan bagi  sepasang suami-Istri pada saat kehamilan yaitu upacara *Garbhadana Samskara* atau yang dikenal juga  dengan nama upacara *Garbhalambhanam* sebagai bagian dari upacara *sarira samskara*.

*Upacara Garbhadana samskara* yang lumrah  disebut upacara magedong gedongan, dilaksanakan pada saat keahamilan baru berumur 210 hari  atau 7 bulan masehi  bertujuan agar benih atau janin  yang  ada dalam kandungan tumbuh subur, bertambah kuat, sehat dan nantinya lahir menjadi anak yang Suputra.

*Maka dari itu*, sebagai umat beragama Hindu sudah menjadi kewajiban untuk  melaksanakan upacara Garbhadana samskara   memuja  kehadapan para Dewata dan Sanghyang Pitara agar sang janin tumbuh dengan baik serta lahir sehat dan selamat sehingga nantinya lahir menjadi  anak yang *Suputra*, berkarakter serta Berbudhi pekerti luhur.
( Reg Veda X.184 & Dharmasastra,VI.9.1.2)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Wiweka

*Mutiara Weda*
15/07/2017

*Wiweka*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa salah satu aspek kehidupan umat manusia sebagai pancaran daya pikir untuk membeda bedakan dan menimbang nimbang serta akhirnya memilih antara yang baik dan buruk, salah dan benar, disebut dengan *Wiweka*

Kemampuan untuk menimbang nimbang, membeda bedakan baik dan buruk  sebagai suatu kodrat manusia,, hanya dilahirkan menjadi manusia yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk *rwa Bhineda*, dan  melebur perbuatan buruk menjadi baik dengan menggunakan akal atau pikirannya /*Manah*

*Oleh karena itu*, bagi setiap umat manusia dalam hidup ini *Gunakan Wiweka*, arahkan dan pusatkan daya  pikir *Dhyana* dengan pengendalian diri *Tapah* , taat dan patuh pada hukum alam *rta*. Niscaya umat manusia akan hidup harmonis dengan alam dan keharmonisan akan membawa ketentraman hidup, baik lahir maupun batin, MANAH SANTIH dan PARAMA SANTIH.
( Reg Veda, VIII.25.8 & SS.2)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*

Pikiran sang Penentu Kehidupan Manusia

*Mutiara Weda*
16/07/2017

*Pikiran : Sang Penentu Kehidupan Manusia*

Setiap umat manusia haruslah menyadari bahwa *Pikiran* atau *manah* merupakan sang penentu celaka ataupun selamatnya jiwa umat manusia baik di dunia ini maupun di akhirat dalam memperoleh *kamoksan*, *sorga* ataupun *neraka*.

Pikirkanlah yang menyebabkan sang jiwa mendapatkan Sorga, pikiran juga yang menyebabkan sang jiwa jatuh ke jurang neraka, pikiran pula yang menyebabkan menjelma menjadi manusia ataupun binatang, demikian pula pikiran juga yang menyebabkan orang mendapatkan *Kamoksan* dan *kelepasan*.

*Untuk itu*, buanglah jauh jauh pikiran *rajas* dan *tamas*, dan bangun   pikiran yang bersih dan suci yang  berjiwa *Satwika* dengan mengendalikan *Indrya* dan *pikiran*. Niscaya akan mendapatkan kedamaian hati *Cita maupun Jnana* di alam duniawi maupun di alam kamoksan.
(Wrshapati Tatwa,16, 20, 54)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Tiga Unsur Mala

*Mutiara Weda*
17/07/2017

*Tiga Unsur Mala*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa  sesungguhnya pada jati diri setiap umat manusia terdapat ketidakmurnian *Mala* yang dapat menyebabkan keterbatasan dan ketidak sempurnaan yang diakibatkan oleh pikiran yang selalu  ditutupi tiga  unsur mala yaitu ; *anawa Mala*, *Mayiya Mala* dan *Karma Mala*.

*Anawa Mala*, keterbatasan diakibatkan oleh adanya kegelapan jiwa, menyebabkan kesadaran semesta yang seharusnya dimiliki oleh pikirannya berubah menjadi kesadaran terbatas yang tidak memiliki *Iccha Sakti* ( daya kehendak). *Mayiya Mala*, keterbatasan disebabkan oleh kekuatan *Maya*, sehingga pengetahuannya menjadi sangat terbatas pada pengetahuan dirinya sehingga tidak memiliki *Jnana Sakti*., *Karma Mala*, keterbatasan diakibatkan oleh ikatan *Karma/Karma Wesana*, mengakibatkan manusia masih dikendalikan  oleh nafsu duniawi.

*Oleh karena itu*, sebagai umat manusia wujudkan  *Kebenaran*/ *kesunyataan akhir* tertinggi yang *Paramasamwit* atau *Cit*, sehingga bangkitnya sikap *Prakasa* yang bersinar sendiri  dan *Wimarsa* mampu mengenal dirinya sendiri sehingga kekuatan lainnyapun akan menjadi tampak, dengan demikian akan terwujudnya kesunyataan atau kebenaran yang tertinggi *Parama Siwa* yang *Prakasa Wimarsamaya* (Kathopanisad, II.2.16)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun Pasawitran Sejati*

Kavaca Gaib

*Mutiara Weda*
18/07/2017

*Kavaca Gaib*

Setiap umat Hindu haruslah menyadari bahwa, menguncarkan  lagu lagu pujaan, *doa / Mantram* memegang peranan yang sangat penting  bagi umat manusia dan sesungguhnya adalah sebagai  *Kavaca Gaib* yang menjadi Benteng diri dan  menentukan kualitas hidup  dari setiap umat manusia  dalam mengarungi kehidupan dalam mencapai tujuan hidup yang sebenarnya *Catur Purusaartha*

Doa / Mantram  baik dalam bentuk  stuti, stava, stotra maupun puja mantram bermakna   mengagungkan keagungan  kebesaran Tuhan/Hyang Widhi dan menjadi pelindung diri  *Kavaca  gaib* dan menjadi benteng diri dari kekuatan-kekuatan negatif.

*Untuk itu*,sebagai umat manusia jangan pernah  berhenti dari *Doa* , ucapkan dengan sungguh sungguh,  pahami  arti dan makna   yang sebenarnya,  baik melalui
*Vaikari*  *Upamsu*  maupun *Manasika*.Niscaya Hyang Widhi  akan selalu berada dalam diri kita masing masing.
(Weda Samhita & Nirukta, 1.13)

*astungkara swaha*

*Made Worda Negara*
Pesantian Widya Sabha Sasmitha-Yogyakarta

*Mantapkan Sradha-Bhakti*
*Ngwangun pasawitran  sejati*